Tribunjogja 25-02-2018

Page 3

JOGJ OGJA GJA GJ JA LIFE 3

MINGGU LEGI 25 FEBRUARI 2018

Pohon Masih Tegak Berdiri  Menyingkap Fakta Satu Lukisan Raden Saleh

Harga Tinggi di Zamannya ADA hal menarik lainnya dari karya Raden Saleh ini, yakni harga ordernya. Alexander Fraser memberi nilai order sebesar 1.000 gulden pada 1860, dan dianggap sebagai harga yang sangat tinggi. Kuss Indarto mencoba merunut seberapa besar angka itu pada masa lukisan tersebut dibuat, menggunakan perbandingan temuan yang jadi skripsi mahasiswi Unhas (2013). Dalam skipsi berjudul Produksi dan Perdagangan Beras di Sulawesi Bagian Selatan di Akhir Abad ke-19 karya Nurlaelah Muhlis, tertulis harga beras pada 1886 fluktuatif, antara 4-8 gulden per pikul. Satu pikul sama dengan 60,479 kg.

Jika memiliki uang 1.000 gulden dengan harga beras per pikul 4 gulden, maka 1.000 gulden dapat dibelikan sebanyak 250 pikul. Jika 1 pikul = 60,479 kg, maka 250 pikul = 15.119 kg. “Tapi Ini hanya hitung-hitungan acak, asal, tanpa memperhitungkan aspek lain seperti laju inflasi, dan lainnya. Ini hanya pembanding yang cukup ngawur,” kata Kuss sembari tertawa. Namun, nilai itu masuk akal karena akhir bulan lalu, sebuah mahakarya Raden Saleh terjual dengan harga sangat fantastis. Karya berjudul La Chasseau Taureau Sauvage (Perburuan Banteng) laku terjual senilai 8,9 juta euro atau sekitar Rp149,6 miliar. (xna)

bekennya, pohon kalpataru, simYOGYA, TRIbol perdamaian,” kata Anwar, peBUN - Matugas di Candi Mendut awal pekan estro lukis ini. Raden Saleh melukiskan pohon Nusantara, kalpataru di dekat candi dengan viRaden Saleh sual yang elok. Syarief BoestaSulur-sulur akar terlihat jelas, man, meninggalkan hal sama yang bisa dijumpai saat puluhan mahakarya. Sebagian karini di halaman Candi Mendut. yanya dipamerkan di Galeri NasioArtinya, saat Raden Saleh melunal Singapura dari November 2017 kis lansekap Candi Mendut pada hingga Maret 2018 ini. 1860, pohon itu sudah berdiri tePameran ini mengejutkan kuragak dan besar. tor seni, Sanjaya Kuss Indarto. Ia Setidaknya, pohon kalpataru sampai tertegun saat menghadiri Kuss Indarto raksasa di halaman dalam Candi pameran itu akhir bulan lalu. “Saya Mendut itu kini sudah berusia 158 terpaku cukup lama di depan lukistahun jika dihitung dari tahun Raan ini,” kata Kuss Indarto kepada Nasional Indonesia, Jakarta, karya den Saleh melukisnya. Bahkan bisa Tribun Jogja, Selasa (20/2). Kuss yang juga dikenal karika- ini sama sekali tidak dipamerkan. Di- dua kali lipat usianya dari hitungan sekarang ini karena pohon itu tamturis kritis ini menunjuk lukisan sebut pun tidak. “Ternyata betul, selama 92 tahun pak sudah besar. berjudul Javanese Temple in Ruins Karya Raden Saleh itu juga belum (Reruntuhan Candi Jawa). Inilah karya ini ngumpet di balik tembok mahakarya Raden Saleh yang un- Smithsonian Art Museum, Washing- diberi nama Candi Mendut, karena tuk pertama kali dipajang di lokasi ton DC, Amerika Serikat,” ujar kura- kemungkinan masa itu belum ada yang sangat dekat dengan tempat tor seni di Jakarta, Yogya, dan bebe- namanya. Raden Saleh melukis barapa kota besar lain di Indonesia ini. ngunan suci Buddha itu dari sudut asalnya. Hal ketiga yang membuatnya ka- barat laut. Lukisan tersebut berukuran Meski lukisan itu diberi judul Re105,4 x 187 sentimeter, dibuat pada gum, kondisi karya ini meski sudah 1860. “Banyak hal yang membuat berusia 158 tahun, masih terlihat runtuhan Candi Jawa, dilihat dari saya terpaku di situ, di National jelas sangat bagus, bersih, dan tam- lukisan Raden Saleh, kondisi waktu itu masih relatif baik. Sebuah foto Gallery Singapore, akhir Januari pak seperti baru. Jadi, lukisan Javanese Temple in yang diabadikan belasan atau pulalu. Pertama, lukisan ini eksotik,” beber eks karikaturis Harian Ber- Ruins ini menguak dua fakta pen- luhan tahun kemudian justru meting. Pertama, tadi terungkap sela- nunjukkan kondisi yang jauh lebih nas era 1990-an ini. Menurut Kuss, dilukis saat Ra- ma 92 tahun, lukisan ini tersimpan menyedihkan. Atap candi yang dibangun Raja den Saleh berusia 49 tahun, dan sangat rapat di Museum Seni SmitIndra dari Dinasti Syailendra kiramemperlihatkan kematangannya hsonian di Washington. Tak banyak orang yang punya ke- kira 824 Masehi itu betul-betul runsebagai pelukis, setelah bertahuntahun berproses di jantung benua sempatan melihat karya besar ini. tuh menutupi pintu utama utama Fakta kedua, hasil kunjungan per- di sebelah barat. Kemuncak candi renaisans Eropa. Karya lukis ini digarap detail, sa- bandingan Tribun Jogja ke Candi juga rusak berat. Restorasi di masa ngat kuat pengaruh guru lukis lans- Mendut (kondisi sekarang), pohon Indonesia modern dan rintisan sekapnya, Andreas Schelfhout. Penca- besar nan rimbun di sisi kanan ba- belumnya, mampu menghadirkan hayaan langit di lukisan ini seolah ngunan candi, masih berdiri kokoh. Candi Mendut yang cantik dan be“Itu pohon dewata, atau nama bas disaksikan umum. (xna) dibuat dengan kesadaran ketika ia hidup di Eropa. Langit dan tanah yang temaram meski bayangbayang benda menunjukkan suasana tengah hari. Ini tak lepas dari pengaruh dua seniman Prancis yang sangat dikaguminya, Horace Vernet dan Eugene Delacroix. Hal kedua yang membuatnya tertegun, lukisan ini nyaris tidak banyak dibicarakan, atau dipamerkan keliling, atau keluar-masuk balai lelang. Bahkan dalam pameran “Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern IndoTRIBUN JOGJA/SETYA KRISNA/IST nesia” yang digelar pada LANSKAP - Kolase lukisan Reruntuhan Candi Jawa dan kondisi Candi Mendut kini. 3-17 Juni 2012 di Galeri Terlihat lanskap yang hampir mirip dengan kondisi lukisan itu dibuat 158 tahun lalu.

selama 92 tahun karya ini ngumpet di balik tembok Smithsonian Art Museum, Washington DC

GRAFIS/SULUH PRASETYA

Pesanan Pengusaha Asal Skotlandia Fakta Lukisan Reruntuhan Candi Jawa

Karya ini dilukis Raden Saleh pada tahun 1860, Candi Mendut sebagai objeknya

Lukisan ini relatif tak dikenal dibandingkan karya Raden Saleh yang lain, seperti Penangkapan Pangeran Diponegoro

Selama ini tersimpan di Smithsonian Art Museum, Washington DC

Pohon Kalpataru di lukisan itu kini masih bisa ditemui dengan wujud hampir sama dengan aslinya di Candi Mendut

Kondisi karya yang sudah berusia 158 tahun ini, masih sangat bagus, bersih, dan tampak seperti baru

LUKISAN Reruntuhan Candi Jawa ini memiliki sejarang panjang. Ini adalah satu dari empat lukisan yang awalnya dipesan Alexander Fraser (1816-1904). Pada akhir dasawarsa 1850-an, pengusaha asal Aberdeen, Skotlandia ini sukses berbisnis di Hindia Belanda. Ia yang mengetahui Raden Saleh sebagai pelukis hebat, memesan empat lukisan bertema pemandangan tanah Jawa. Ukuran lukisan sama semuanya. Satu lukisan dihargai 1.000 gulden. Ini harga yang sangat tinggi, misalnya bila dibandingkan tunjangan bagi Raden Saleh dari pemerintah Hindia Belanda yang setahunnya sebesar 2.400 gulden.

Dua dari empat lukisan pesanan Fraser itu dipamerkan di National Gallery Singapore antara 16 November 2017 hingga 11 Maret 2018. Lukisan lain selain Reruntuhan Candi Jawa berjudul Six Horsemen Chasing Deer (Enam Penunggang Kuda Mengejar Rusa). Keduanya bertarikh 1860. “Apakah order empat lukisan itu semua diselesaikan Raden Saleh dalam setahun? Mungkin saja,” kata Kuss Indarto, kurator seni di Yogyakarta dalam ulasannya. Pada 16 Februari 1879, istri (pertama) Fraser, Julia Hermina van Citter, meninggal. Tahun itu juga Fraser memutuskan kembali ke Eropa, persisnya ke London, Inggris. (xna)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Tribunjogja 25-02-2018 by tribun jogja - Issuu