Soccer Land Jogja
JUMA T LEGI 24 OKTOBER 2014 JUMAT
PT Liga: Ini Masalah Serius, Suporter Solo Rusuh dan Tewas PT LIGA Indonesia selaku operator kompetisi di Tanah Air menyebut insiden kerusuhan suporter di Solo, Rabu (22/10) lalu, yang menyebabkan satu orang tewas, adalah masalah serius. Hal itu dikatakan Sekretaris PT LI, Tigor Shalom Boboy, kepada war tawan di Kuningan, Jakar ta, Kamis (23/10), menyusul insiden berdarah di Stadion Manahan, Solo, seusai laga tuan rumah Persis Solo melawan Martapura FC. “Kasus ini masih dalam pembicaraan kami. Buat kami ini adalah masalah serius. Kami sudah menggelar rapat, tapi belum ada hasil,” tutur Tigor. (dts)
HALAMAN 26 GRAFIS/SULUH PRASETYA
Sadar Tak Sebebas Dahulu HAMPIR satu bulan membina biduk rumah tangga bersama istri, Puthut mengaku sudah bisa membedakan kehidupannya sekarang dibanding saat lajang. Ia menyadari bahwa kini dirinya tak sebebas ketika belum menikah. Kini, Puthut mengaku tak bisa sembarangan melakukan hal-hal yang ia mau. Misalnya pergi keluar rumah sekadar berkumpul dengan temannya, entah begadang atau bermain game. “Karena sudah tak sendiri lagi, ya harus pamit istri dulu kalau mau keluar rumah. Sekarang sih lebih sering dibiarkan, tapi kadang juga dilarang,” terang Puthut. Biasanya, hal-hal kurang penting semisal begadang dan nggame yang jarang diberi izin istrinya. Untungnya, Puthut menyadari kondisi ini dan memahami apa
● Puthut Jati Berbagi Cerita Soal Cintanya SEPAK BOLA, bagi sebagian orang, barangkali hanya dijadikan sebagai hobi atau kegiatan sampingan di luar kesibukan utama. Namun tak sedikit orang menganggap sepak bola adalah bagian dari hidup seseorang, entah sebagai sumber mata pencaharian atau hal lain. Tak terkecuali Puthut Jati Purnomo, penjaga gawang yang beberapa musim terakhir membela PSIM Yogyakarta yang menganggap sepak bola sebagai bagian dari hidupnya. Saking cintanya kepada sepak bola, ia menjadikan sepak bola sebagai profesi utama. “Sejak kecil saya punya hobi sepak bola dan bercitacita menjadi pemain sepak bola. Syukurlah saya diberi jalan hingga sampai ke tahap sekarang ini bersama PSIM,” tutur Puthut. Ada satu pengalaman sekaligus cerita spesial dialami Puthut selama menjalani kesibukannya sebagai pemain bola. Puthut, yang belum lama ini melepas masa lajang, ternyata bertemu sang istri, Hilma Ika Muhlisina, melalui media sepak bola. Kepada Tribun Jogja, Puthut menceritakan bahwa awal mula pertemuannya
yang diinginkan sang istri. “Soalnya begadang memang tak baik bagi saya. Kalau keluar harus ada keperluan misalnya berlatih atau bermain bola, pasti dibiarkan,” imbuhnya. Kondisi ini disadari Puthut sebagai hal wajar ketika hidup berumah tangga. Ia sama sekali tak melihatnya sebagai sebuah ketidaknyamanan, namun justru menjadi satu warna baru dalam hidupnya. “Mau tak mau harus dijalani, toh saya lebih merasa bahagia seusai menikah kemarin,” lanjutnya. (sus)
Jaga Fisik Lewat Tarkam VAKUM dari kompetisi profesional bersama PSIM, Puthut lebih sering menghabiskan waktu bersama sang istri di Yogyakarta. Sesekali ia pergi ke Cilacap menengok keluarga istrinya di sana. Namun bukan berarti Puthut vakum sepenuhnya dari aktifitas sepak bola. Kini Puthut masih bermain bola sesuai posisinya sebagai kiper. Bedanya, klub yang dibela Puthut saat ini bukan klub profesional. “Cuma klub amatir di
daerah yang bermain di level antarkampung (tarkam),” kata Puthut. Diakui Puthut, tarkam ini tak setenar kompetisi profesional. Namun manfaat yang ia dapat, tetap sama ketika ia bermain bersama PSIM. “Saya tetap bisa menjaga fisik saat tarkam, jadi tidak masalah. Daripada saya cuma diam saja di rumah,” alasan Puthut. (sus)
STORY HIGHLIGHT ● Sepak bola jadi bagian hidup Puthut Jati ● Awalnya cueki istrinya saat masih awal-awal kenal ● Anggap pengganggu ketika belum menjadi istrinya ● Kesal berbuah rindu saat tugas kuliah istrinya selesai dengan mantan pacarnya itu terjadi sekitar Mei 2010 silam. Saat itu, sang istri yang masih kuliah di Jurusan Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta (UNRIYO) bertemu Puthut di Lapangan Semail, Sewon Bantul, ketika sedang berlatih bersama RAS Semail. “Saat itu dia (istri, Red) sedang mencari data untuk bahan kuliahnya soal ilmu gizi yang mengambil sampel pemain sepak bola. Kebetulan saya yang dijadikan narasumbernya,” cerita Puthut. Ketika itu, aku Puthut, ia belum mempunyai perasaan apapun kepada gadis asal Cilacap, Jawa Tengah tersebut. Justru secara terbuka, Puthut merasa terganggu ketika calon istrinya itu kerap kali menghubunginya untuk kebutuhan mencari data, mulai soal kebutuhan gizi
pemain sepak bola. “Dulu saya malas sekali kalau dia menelepon saya untuk mencari bahan penelitian kuliahnya. Saya sebisa mungkin menghindarinya,” lontarnya. Beberapa bulan berlalu tanpa ada perasaan spesial kepada Ika, Puthut baru merasakan berbedaan ketika tugas istri mencari bahan penelitian gizi telah usai. Perasan rindu mulai tumbuh karena ia sudah jarang kontak, apalagi bertemu gadis itu. Singkat cerita, Puthut menyadari dirinya punya rasa ketertarikan kepada gadis yang sempat dianggapnya sebagai penganggu sebelumnya. Bak gayung bersambut, Ika akhirnya merespon balik rasa ketertarikan Puthut dengan menerima kehadirannya. Beberapa tahun menjalin hubungan lebih intens, Puthut pun meminang Ika satu bulan lalu. Puthut dan Ika pun kini resmi menjadi sepasang suami istri. “Tak menduga kita malah jadi suami istri sekarang. Ada perasaan khusus juga karena dari sepak bola saya dipertemukan pendamping hidup saya selamanya, semoga,” doa Puthut. (sus)
BIODATA TTL Tinggi Berat Posisi
: Bantul 5/11/1990 : 175 cm : 65 kg : Kiper
PUTHUT saat Latihan bersama Tim PSIM Yogyakarta
KARIER 2004 2008 2007 2011 2011 2011 2011
: SSB Persiba : Ras Semail : Persiba U18 : Porprov Bantul : Prapon DIY : Tunas Jogja : PSIM
FOTO/DOK.IST
Puthut Jati Purnomo Tim Pelatih Kejar Stamina Anang Hadi dkk ● Juara Grup N Ditentukan Laga kontra PSIS, Minggu Lusa SLEMAN, TRIBUN - Hasil seri yang diraih PSS Sleman melawan PSGC Ciamis, Rabu (22/10) kemarin, membuat posisi PSS di klasemen melorot ke peringkat kedua. Posisi puncak klasemen pun diduduki seteru terdekat Elja, PSIS Semarang. Dari klasemen yang dirilis PT Liga Indonesia, selaku op-
erator Divisi Utama Liga Indonesia, kedua tim memiliki poin sama di klasemen Grup N Babak Delapan Besar Divisi Utama Liga Indonesia. PSS dan PSIS sama-sama mengantongi poin 11, hasil dari tiga kali menang dan dua kali hasil seri. Namun, PSIS berhak menempati posisi pertama karena unggul selisih gol. PSIS memiliki agregat gol sembilan, sedang PSS enam. PSS gagal memantapkan
posisi hanya bermain imbang, 2-2, melawan tuan rumah PSGC. Sedangkan PSIS, pada hari yang sama menumbangkan Tim Badai Pegunungan, Persiwa Wamena dengan skor telak 5-0. Karena itu, laga terakhir antara PSS melawan PSIS, Minggu (26/10) lusa, menjadi penentu jawara Grup N. Posisi jawara grup sudah sejak awal diincar Elang Jawa. Pelatih PSS, Herryi Kis-
Izin Pertandingan Tak Keluar PSS Sleman kemungkinan besar akan mengalami kerugian lagi, karena izin pertandingan laga penentuan jawara Grup N antara PSS melawan PSIS Semarang tak dikeluarkan Polres Sleman. Panpel PSS pun mengajukan lapangan AAU sebagai alternatif tempat digelarnya laga. Sebenarnya tak ada larangan dari PSSI terkait laga digelar di Stadion Maguwoharjo, karena hukuman PSS hanya pada saat melawan Persiwa Wamena saja. Namun karena tak ada izin, opsi lain adalah memindahkan laga yang dijadwalkan Minggu (26/10) tersebut, ke Lapangan Akademi Angkatan Udara (AAU). “Sebenarnya tak ada larangan dari PSSI, namun karena izin tak keluar dan diminta mencari lapangan lain, AAU yang diajukan,” ujar Sekretaris Panpel PSS, Ediyanto, Kamis (23/10). Panpel pun sudah mengajukan AAU ke PT Liga beserta surat-surat yang diperlukan guna laga tersebut. Dimana jawaban dari PT Liga baru akan keluar pada pagi ini, Jumat (23/10). Meski begitu, Panpel PSS masih berharap, laga keenam Grup N tersebut bisa dilaksanakan di Stadion Maguwoharjo meski tanpa penonton. Sementara itu, Manajemen PSS berharap, laga bisa tetap digelar di Stadion yang memiliki standar internasional tersebut dan dengan penonton. “Di
Maguwo mungkin saja bisa meski peluangnya kecil, kalau dari manajemen ya harapannya tetap main di Maguwo dan dengan penonton,” kata salah seorang direksi PT Putra Sleman Sembada, Rumadi. Informasi yang diperoleh Tribun Jogja , izin pertandingan tak dikeluarkan kepolisian karena beberapa alasan mendasar. Pertama, saat ini suporter Sleman masih dalam pengawasan PSSI terkait kasus penyerangan bus yang mengangkut rombongan suporter PSCS Cilacap beberapa waktu lalu. Selain itu, kasus kerusuhan suporter yang terjadi di Solo pada Rabu (22/10) malam yang menewaskan seorang suporter Persis Solo menjadi salah satu alasan yang menjadikan izin pertandingan tidak keluar. Jika memang akhirnya pertandingan harus digelar tanpa penonton, maka hal tersebut akan menjadi kerugian yang kedua bagi PSS Sleman. Praktis PSS Sleman tidak bisa menambah pundipundi keuangan klub karena tidak ada pemasukan dari tiket. Ini kasus kedua kali, dimana sebelumnya laga kontra Persiwa Wamena, PSS harus terusir dari kandang. Adapun setiap laga kandang, PSS bisa menghasilkan pemasukkan Rp 300 hingga Rp 400 juta. Jika pada dua laga diakumulasikan, maka kerugian (dnh) PSS bisa mencapai Rp 800 juta rupiah.(dnh)
wanto menyebutkan, dirinya akan mengondisikan semua pemain saat lawan PSIS, Minggu lusa. Hal tersebut wajib dilakukan karena saat melawan PSGC, skuat PSS bermain dibawah performa terbaiknya. “Insya Allah akan kita kondisikan lagi para pemain, agar lawan Semarang bisa ready dan bisa turun pada kondisi terbaiknya,” kata Herkis. Terkait penampilan anak asuhnya yang kurang memuaskan saat melawan di Ciamis, Herkis menyebut panjangnya perjalanan yang harus dilakukan pasukan Super Elja menjadi faktor utama yang berpengaruh. Seperti diketahui, seusai melawan Wamena di Papua, PSS harus menempuh perjalanan ke Kuningan untuk melakoni laga usiran. Setelah itu, PSS harus berpindah ke Ciamis untuk melakoni laga di Stadion Galuh. Selain itu di Ciamis, waktu tunggu pun dirasa lebih lama karena PSS sudah stay di Ciamis tiga hari sebelum pertandingan. “Terlalu lama di Ciamis dan pada saat lawan Wamena di Kuningan tak main juga bisa menjadi faktor yang memengaruhi menurunnya performa dan fisik para pemain,” Kata Pelatih Fisik PSS, Herwin Syahrudin. (dnh)
TRIBUN JOGJA/DWI NOURMA HANDITO
ANTUSIAS - Suasana roadshow Tribun Jogja PAF 2014 di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Kamis (23/10).
Suporter Muhi Bentangkan Spanduk Raksasa
Ingin Jadi Contoh Teladan YOGY A, TRIBUN - SMA Muhammadiyah 1 (Muhi) YOGYA, Yogyakarta menjadi sekolah ketujuh yang disambangi panitia Tribun Jogja PAF pada roadshow jelang Regional Series TJPAF 2014. Kamis (23/10) sore, ratusan siswa SMA Muhi ini menyambut meriah roadshow yang didukung Yamaha dan Mie Sedap tersebut. Dua buah spanduk raksasa yang berukuran 20 X 3 meter dibentangkan siswa Muhi. Satu spanduk bertuliskan “La Grande Storia Del Muhi” dan spanduk lain bertuliskan “Moehi 1949 Stay Segray”. Sama roadshow sebelumnya, ada sejumlah rangkaian acara pada even ini. Misalnya pengenalan pemain, suporter dan games serta test ride dari Yamaha. Kepala SMA Muhi Yogyakarta, Tri Ismu Husnan Purwono berharap, tim futsal dan suporter sekolahnya bisa berprestasi pada gelaran turnamen futsal pelajar terbesar dan paling bergengsi di DIY ini. Khusus
suporter, Ismu minta agar bisa memberikan yang terbaik dan menjaga ketertiban. “Kami berharap, SMA Muhi bisa menjadi contoh bagi sekolah lain dalam hal kedisiplinan, kesopanan, baik di sekolah, jalan raya, maupun pertandingan,” pinta Ismu. Raihan juara ditargetkan dapat diraih Muhammad Sifa dkk pada Tribun Jogja PAF 2014. Optimisme pun kian memuncak setelah semua pemain siap turun pada gelaran futsal terheboh yang akan dimulai pada 30 Oktober mendatang. “Insya Allah siap. Kami sudah melakukan latihan rutin dan mempersiapkan fisik kami secara baik,” kata Kapten Tim Futsal SMA Muhi, Muhammad Sifa. Seperti diketahui, SMA Muhi akan bergabung SMAN 1 Sewon dan SMA Muhammadiyah 1 Bantul di Grup H Regional Series Tribun Jogja PAF. Pada laga pertama dnh Muhi akan bertemu SMAN 1 Sewon, 1 November. (dnh dnh)