Jogja Sport Land www.tribunjogja.com
likes: tribun jogja
follow us: @tribunjogja
KAMIS PON
24 MARET 2016
@tribunjogja
21
TRIBUN JOGJA/AZKA R
Futsal Lebih Enjoy
Fanda Mantap Tinggalkan Lapangan Besar Demi Futsal DARI sepak bola ke futsal, ataupun futsal ke sepak bola, siklus itu sudah jamak terjadi, mengingat kedua cabang olahraga tersebut masih berada dalam satu induk, serta memiliki sejumlah kesamaan. Sama-sama menyepak bola dan sama-sama bermain tim. Mungkin, hanya dimensi lapangan saja yang jadi perbedaan mencolok. Termasuk di Yogyakarta, sudah banyak talenta-talenta emas yang mempunyai nama mentereng di kancah futsal tanah air, lahir di Kota Pelajar ini. Sebut saja, dua eks punggawa tim nasional futsal Indonesia, misalnya Afif Tamimi ataupun Topas Pamungkas. Seperti pada umumnya, mereka mengawali karier dari sepak bola terlebih dahulu. Setali tiga uang dengan Fanda Prihambodo, seorang pemain futsal berbakat dari generesi terbaru, dimana ia juga memulai langkahnya dengan menimba ilmu di
Sejak itu diajakin ikut latihan rutin dan mulai menjauh dari sepak bola, walaupun masih main, tapi ya buat seneng-seneng aja, nggak seserius dulu sekolah sepak bola (SSB). “Sudah dari kelas tiga sekolah dasar saya gabung SSB KKK Klajuran, karena sejak kecil sudah suka banget sama sepak bola,” kisah Fanda. Karier sepak bolanya pun terus
Ambisi Menuju Profesional MERETAS jalan karier bersama SFC Planet sejak 2013 silam, Fanda sudah hampir menginjakkan kaki di jenjang profesional beberapa waktu lalu. Namun disayangkan, perjuangannya di babak delapan besar nasional Liga Futsal Nusantara (LFN) harus terhenti. Padahal, mereka hanya membutuhkan satu kemenangan untuk promosi ke kompetisi profesional, Futsal Super League (FSL). Meski usaha keras bersama rekan-rekan setimnya tersebut masih urung membuahkan hasil, Fanda mengaku masih memiliki ambisi besar menembus jenjang profesional. “Ambisi itu jelas masih ada, sebisa mungkin kami akan berjuang di kesempatan berikutnya, untuk mengantar SFC Planet berlaga di Liga Profesional,” tegasnya. Keyakinan itu tak lain didasari juga oleh kualitas pelatih yang kini menukangi SFC Planet. Ya, duet Yori Van der Torren dan Agustinus Wahyu Adi dinilai mumpuni oleh Fanda, untuk membawa klub tersebut berjaya di masa yang akan datang. Apalagi didukung status dan pengalaman Yori, yang merupakan mantan pemain tim nasional futsal Belanda. Lebih hebatnya lagi, juru racik startegi yang merupakan eks andalan FC Eindhoven tersebut mengedepankan proses pembinaan pemain. Hal tersebut yang membuat SFC Pla-
net saat ini dihuni para pemain belia yang usianya nyaris seangkatan. Sebuah misi jangka panjang yang masih sangat jarang diterapkan di Indonesia, apalagi dalam futsal. Namun, walaupun dihuni para talenta muda, Fanda beranggapan kalau SFC Planet sudah layak untuk bersaing di kancah profesional. “Untuk itu, kami sekarang terus fokus menjalani latihan rutin, membenahi kekurangan-kekurangan di LFN kemarin, sembari menunggu turnamen di luar kota,” cetus pemain yang kini masih terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY tersebut. (aka)
berlanjut, tanpa ada halangan berarti. Bahkan, sepak terjang Fanda bisa dibilang berada di jalur tepat. Buktinya, sejak 2011 silam, namanya sudah masuk ke dalam daftar pemain tim sepak bola Porda Sleman. Kemudian berlanjut pada gelaran berikutnya tahun 2013. Sebuah jenjang karir yang bagus untuk ukuran pemain muda. “Dari dulu sebenernya sudah sering juga main futsal, terutama sejak ikut kejuaraan antar sekolah, pas zaman SMP dan SMA. Tapi ini cuma buat selingan aja, fokusnya masih di sepak bola,” terang pemain yang berposisi sebagai center back kala masih menekuni sepak bola ini. Namun, semuanya berubah pada kisaran 2013, kala ia memutuskan berlabuh di klub futsal kenamaan Yogyakarta, SFC Planet, untuk sebuah kejuaraan nasional (Kejurnas), hingga akhirnya terus berlanjut sampai sekarang. “Sejak itu diajakin ikut latihan rutin dan mulai menjauh dari sepak bola, walaupun masih main, tapi ya buat seneng-seneng aja, nggak seserius dulu,” ujarnya. Bahkan, pada gelaran Porda terakhir tahun 2015 lalu, Fanda sudah tak lagi menjadi bagian dari skuat sepak bola Sleman, karena ia lebih memilih membelot masuk tim futsal. Hasilnya, pemain berusia 22 tahun itu sukses menggondol medali emas pertamanya pada gelaran Porda, meski di saat yang bersamaan, tim sepak bola Sleman juga sukses menasbihkan diri menjadi juara. Adalah alasan masa depan yang menurutnya, lebih jelas jika beralih fokus ke futsal, dibanding terus menggeluti sepak bola. Toh,
meski masih satu induk, futsal tak mengalami keruwetan panjang layaknya pesepakbolaan Indonesia. “Apalagi SFC Planet memiliki program berkelanjutan yang jelas tujuannya dan kami juga ditangani pelatih yang sudah kenyang pengalaman,” jelasnya. Walau begitu, Fanda tak memungkiri, kalau dirinya sempat merasa sayang ketika harus meninggalkan sepak bola yang telah digelutinya sejak masa kanak-kanak. “Awalnya ya sedih harus meninggalkan sepak bola, banyak juga yang menyayangkan kenapa beralih ke futsal. Tapi mau bagaimana lagi, yang saya lakukan ini kan demi kemajuan saya sendiri,” lanjut Fanda.
Prestasi demi prestasi pun terus ditorehkannya bersama futsal. Diantaranya ketika ia sukses menembus tim futsal DIY yang disiapkan guna berlaga di Pra PON XIX 2016. Bahkan, pada ajang tersebut, Fanda didapuk menjadi kapten tim. Namun sayang, ia gagal memimpin teman-temannya untuk merebut tiket lolos menuju multi sport even terakbar di tanah air itu. Selain banyak mencatat prestasi, Fanda mengungkapkan satu hal lagi yang membuatnya merasa lebih enjoy menekuni futsal dibandingkan sepak bola. “Karena di futsal itu, saya benar-benar bisa menikmati permainan ataupun pertandingan yang sedang dilakoni,” ungkapnya. (aka)
Kenangan di Tribun Jogja PAF JAUH sebelum mengambil keputusan yang benar-benar serius menggeluti futsal, Fanda sudah lama mengenal olahraga lima versus lima tersebut. “Sudah sering ikut turnamen antar sekolah. Jadi nggak asing lagi dengan yang namanya futsal, cuma mendalaminya baru beberapa tahun belakangan ini,” jelasnya. Namun, satu pengalaman yang menurutnya, paling berkesan adalah kala berlaga di turnamen futsal antar SMA bertajuk Tribun Jogja Putih Abu-Abu Futsal (PAF). Bagaimana tidak, dalam gelaran tahunan tersebut, ia berhasil membawa almamaternya SMA Negeri 4 Yogyakarta (4bhe) menjadi yang terbaik, pada tahun 2012 silam. Tak ayal, Fanda pun mengisahkan pengalaman masa remajanya itu dengan nada penuh semangat. “Waktu itu main sama Martinus juga, tapi dia masih adik kelas saya. Kami bisa menang tipis 2-1 atas Mutu di partai final, ketat banget,
sampai harus masuk babak tambahan waktu,” kisahnya. Fanda mengaku, senang pernah mendapatkan kesempatan emas untuk berlaga sekaligus mengangkat trofi juara Tribun Jogja PAF. Apalagi, kesempatan itu bisa dibilang langka dan pantang disia-siakan, karena hanya bisa didapat ketika masih berseragam putih abu-abu SMA saja. “Bangga itu pasti, untuk turnamen antar SMA kan Tribun Jogja PAF yang paling bergengsi,” ujarnya. Maka dari itu, Fanda menyimpan harapan besar, supaya even Tribun Jogja PAF itu bisa tetap dipertahankan dan terus dilangsungkan dari tahun ke tahun. “Kan banyak banget tuh SMA di Yogyakarta. Di setiap SMA pasti ada bakat-bakat futsal yang menonjol. Nah, melalui Tribun Jogja PAF itu talenta mereka bisa terpantau dan berpeluang lanjut ke jenjang yang lebih tinggi lagi nantinya” terang pemain kelahiran 1994 tersebut. (aka)
KONI Diminta Ajukan Anggaran Tambahan YOGYA, TRIBUN - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DIY memberikan sinyal dukungan terkait usulan penambahan anggaran untuk bantuan pendanaan bidang olahraga melalui Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DIY. KONI DIY sendiri diminta DPRD agar segera mengajukan permohonan tambahan dana tersebut. Hal ini disampaikan Ketua DPRD DIY, Yoeke Indra Agung Laksana saat menghadiri acara pemberian bantuan alat latihan kepada delapan cabang olahraga (cabor) di Kantor KONI DIY, Rabu (23/3) kemarin. “Silakan ajukan tambahan anggaran secara terperinci, sesuai hitungan terukur dan akuntabel supaya bisa dibahas,” kata Yoeke. Pembahasan soal tambahan anggaran untuk KONI ini, lanjut Yoeke,
TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI
BARU- Diantara alat latihan yang diberikan kepada KONI DIY di Kantor KONI DIY, Rabu (23/3).
akan masuk APBD Perubahan 2016 yang biasanya akan turun sekitar bulan Juli-Agustus dengan catatan memang belum teranggarkan atau murni belum masuk pembahasan. Namun dalam beberapa hal, jika terasa urgen akan diusahakan secepat mungkin.
Yoeke menyadari, bahwa bidang olahraga menjadi aspek yang tak boleh terlupakan. “Pemda punya kewajiban ikut membantu upaya pengembangan olahraga sebagai bagian dari upaya mbentukan karakter rasa cinta daerah dan kebangsaan,
dan semoga bantuan alat bisa dimanfaatkan sebaik mungkin,” imbuh Yoeke. Pada kesempatan sama, Ketua KONI DIY, GBPH Prabukusumo tak menampik soal minimnya dana dari pemerintah untuk bidang olahraga. “Jumlah Rp 20 Milyar kemarin hanya bisa kita pakai untuk kebutuhan persiapan PON di Jawa Barat nanti itupun mepet, kemungkinan nyaris tidak ada sisa untuk Musda tahun depan,” kata Gusti Prabu. Karena itu, adanya sinyal lampu hijau dari DPRD soal penambahan anggaran melalui APBD perubahan tersebut, menurut Gusti Prabu, menjadi angin segar bagi para anggota KONI berikut cabor dan para atlet. Pasalnya, kebutuhan akan alat atau sewa tempat latihan yang selama ini sering menjadi masalah bisa segera teratasi. (sus)
BIODATA Nama : Fanda Prihambodo Ttl : Sleman, 1 Juli 1994 Alamat : Krapayak, RT 5 / RW 17, Sidoarum, Godean, Sleman Tinggi : 173 cm Berat : 66 kg Klub : SFC Planet No punggung : 4
Kans Eks Persiba di PSS Menipis SLEMAN, TRIBUN - Kans mantan gelandang bertahan Persiba Bantul, Aulia Ardli merapat ke kubu PSS Sleman tampaknya mulai menipis. Ini setelah pemain asal Sidoarjo, Jawa Timur itu dikabarkan sudah menjalin kesepakatan lisan dengan Surabaya United pasca kerjasama kedua pihak di Piala Bhayangkara. Aulia menyebut, PSS memang sempat menjalin komunikasi dengannya. Namun Surabaya United, dalam hal ini lebih bergerak cepat untuk mengikatnya. “Sebenarnya belum pasti juga ke Surabaya United karena baru kesepakatan lisan, soal PSS juga masih belum tahu apakah saya bisa bermain di sana,” kata Aulia, Rabu (23/3). Praktis, dengan semakin tipisnya peluang Aulia
merapat ke PSS ini pihak tim pelatih dan manajemn wajib memutar otak untuk mencari penggantinya. Apalagi Asisten Pelatih PSS, Edi Broto menyebut, jika lini gelandang bertahan masih kekurangan pemain. “Sedikit berat hanya mengandalkan Awank,” kata Edi kemarin. Namun hal lain yang menjadi sumber kelegaan Edi, akan ada beberapa pemain anyar yang akan segera merapat. Mereka adalah Joko Prayitno dan Dicky Firasat yang sama-sama menempati posisi sebagai striker. Mereka, juga berstatus pemain siap pakai atas pengalaman yang sudah mereka dapatkan selama bermain di klub beberapa musim belakangan. Sedangkan dari per-
kembangan laga uji coba kontra PSIS Semarang di Maguwoharjo International Stadium (MIS), Minggu (27/3) mendatang Panitia Pelaksana (Panpel) PSS Sleman akan membatasi junlah suporter tamu. Hal ini demi menyesuaikan kuota stadion untuk mengakomodir kemungkinan membludaknya suporter sendiri. Ketua Panpel PSS, Edyanto menuturkan pihaknya telah mendapat informasi jika para suporter PSIS akan datang ke MIS saat hari H nanti. “Jumlahnya belum tahu pasti, tapi kami berencana membatasi kuota suporter tamu sebanyak 2000 orang, untuk menyesuaikan kapasitas, aparat keamanan juga akan disiagakan kata Edi. (sus)