Tribunjogja 23-10-2016

Page 19

www.tribunjogja.com

likes: tribun jogja

follow us: @tribunjogja

MINGGU LEGI 23 OKTOBER 2016

@tribunjogja

HALAMAN19

Turuni Bakat Sang Kakek

BIODATA

Nama : i Schipper Alfred Kristiard l lahir : Tempat tangga ta ar Yogyak 24 Juni 2000 r Back Posisi : Cente : b lu K ir Kar a, SO, am G , AS M B SS PSIM U 17 dan PPAKY

 Alfred Yakinkan Diri Mampu Jadi Pemain Profesional

D

ARAH sepakbola sudah mengalir di tubuh Alfred Kristiardi Schipper, salah satu pemain sepakbola muda yang tergabung dalam tim Pusat Pendidikan Atlet Kota Yogyakarta. Remaja blasteran Indonesia Belanda itu menjadikan sepakbola sebagai pilihan, karena ingin mengikuti jejak sang kakek yang pernah merumput di liga Eredivisie. Meski sudah memiliki darah pemain sepakbola, awalnya Alfred tak memiliki ketertarikan menekuni olahraga sejagad ini. Alfred kecil tumbuh layaknya balita pada umumnya yang dipenuhi aktifitas bermain hingga duduk di kelas 1 sekolah dasar (SD). Namun benih-benih ketertarikan Alfred bermain sepakbola mulai tumbuh saat diajak sang

ayah, Gerrit Schipper, menyaksikan pertandingan tim PSIM Yogyakarta di Stadion Mandala Krida. Riuh penonton yang menyaksikan tim kebanggaan masyarakat Kota Yogya tersebut membuatnya tertarik belajar sepakbola. Ketertarikan itu akhirnya direspon keluarga dengan memasukkannya ke sekolah sepakbola. Pertama kali Alfred belajar sepakbola di SSB MAS. Di tempat ini, dia belajar hampir dua tahun. Kemudian pindah ke SSB Gama selama lima tahun. Perlahan, kemampuan bermain sepakbola yang dimiliki Alfred semakin terasah hingga akhirnya sempat memperkuat tim Sinar Oetara (SO) senior di Divisi Utama PSSI Kota Yogya. Selama berlatih di SSB, Alfred dipercaya menempati posisi se-

Kalau mau berlatih keras, pasti hasilnya pun akan positif. Yang terpenting, mau bekerja keras untuk memperbaiki kelemahan

bagai center back. Dengan postur tubuh 183 centimeter, Alfred menjadi sosok pemain yang disegani pemain-pemain lawan. Selain kuat di bola-bola atas, remaja kelahiran 24 Juni 2000 tersebut juga memiliki kelebihan untuk bola-bola bawah. Kakinya cukup kuat untuk menjaga bola dari lawan-lawanya. “Selama ini sering dipasang sebagai center back,”ucapnya. Penampilan mengesankan selama membela klub akhirnya membawanya menjadi pemain PPAKY serta tim U-17 PSIM Yogyakarta. Alfred mengaku, kesempatan bergabung PPAKY dan U-17 PSIM ini akan dimanfaatkan untuk mengasah kemampuannya. Dengan niat kuat serta latihan keras, dirinya yakin suatu saat nanti bisa menjadi pemain profesional di kancah persepabolaan tanah air. “Kalau mau berlatih keras, pasti hasilnya pun akan positif. Yang terpenting, mau bekerja keras untuk memperbaiki kelemahan,” imbuh anak pertama pasangan Gerrit Schipper dan Kristina Schipper ini. (has)

Terinspirasi Jerome Boateng SOSOK pemain belakang Bayern Munchen, Jerome Boateng, menjadi insipirator bagi Alfred untuk terus berlatih keras. Baginya, Boateng merupakan pemain belakang yang memiliki visi dan skill luar biasa. Berada di lini belakang bukan semata-mata untuk mempertahankan gawang dari kebobolan. Namun, Boateng menjadikan posisi bek adalah sebuah seni. “Boateng itu sosok pemain belakang yang se-

lalu tampil ngotot, all out. Dia menjadikan posisi bek sebuah seni. Saya ingin bermain seperti dia,”katanya. Menurut siswa kelas 1 SMAN 4 Yogyakarta ini, untuk menjadi seperti Boateng memang tak mudah. Untuk itu, suatu saat dirinya ingin menimba ilmu ke tempat kelahiran kakeknya di Belanda. “Rencana besuk mau kuliah disana (Belanda),” ucapnya. (has)

Orangtua Berikan Dukungan Penuh MESKI sang ayah bukan pemain sepakbola, Alfred mendapatkan dukungan penuh dari kedua orangtuanya. Pada setiap kesempatan, Kristina Schipper dan Gerrit Schipper berusaha me-

Manajemen Fasilitasi Pertemuan Dua Wadah Suporter YOGYA, TRIBUN - Sanksi yang dijatuhkan Komisi Disiplin (Komdis) ISC terhadap PSIM atas kerusuhan antarsuporter saat laga melawan PSCS Cilacap mendapatkan perhatian serius dari manajemen. Untuk mencegah kejadian serupa terulang, rencananya manajemen PSIM akan mempertemukan kedua belah pihak, yakni Brajamusti dan The Maident, sebelum laga melawan Perssu Super Madura. Manajer PSIM Yogyakarta, Agung Damarkusumandaru mengatakan, sanksi komdis sangat merugikan tim dan manajemen. Selain secara materiil karena terkena hukuman denda sebesar Rp25 juta, sanksi tersebut juga bisa mempengaruhi tim secara keseluruhan. Untuk itu, guna mencegah kejadian serupa saat laga melawan Perssu Super Madura, yang di-

rencanakan digelar pada Sabtu (29/10) mendatang, manajemen dan panitia pelaksana (panpel) akan mempertemukan kedua pihak suporter yang terlibat bentrok. “Kami akan mempertemukan kedua wadah suporter untuk duduk bersama guna mencari solusi terbaik. Ini demi kepentingan bersama dan PSIM,” kata Agung saat dihubungi Tribun Jogja, Sabtu (22/10). Dia menjelaskan, pertemuan kedua wadah suporter ini sangat penting, mengingat PSIM masih akan menjalani laga kandang sebanyak dua kali. Jika tak ada pertemuan, dikhawatirkan nantinya akan timbul bentrokan lagi, sehingga semakin semakin merugikan tim. Jika terjadi bentrokan lagi, hukuman yang diterima manajemen bisa semakin berat, selain denda, juga bisa terkena hukuman

laga usiran. “ Pokoknya jangan sampai ada kejadian lagi (bentrok sesama suporter,” jelasnya. Sementara Ketua Panpel PSIM, Brustam Iswanto mengaku, saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan manajemen terkait rencana pertemuan kedua wadah suporter serta pertandingan lanjutan yang akan dihadapi Laskar Mataram. “Saya akan ketemu dengan manajemen terlebih dahulu, banyak yang akan kita bicarakan, termasuk rencana mempertemukan kedua suporter serta rencana pertandingan besuk,” katanya. Menurut Brustam, pertemuan kedua wadah suporter sangat penting guna mencari jalan keluar agar kejadian bentrok tak terulang. Sanksi yang diberikan komdis ini harus disikapi semua pihak, termasuk suporter sehingga nantinya tak terulang. (has)

nyaksikan setiap laga yang dijalani Alfred. “Orangtua dukung penuh. Kemarin juga sempat mengantar ke bandara juga,” ucapnya. Dukungan yang diberikan

orangtua ini, menurut Alfred, sangat berarti bagi dirinya. Selain menambah semangat, dukungan itu juga menjadi inspirasi dalam menjalankan perannya di lini belakang. (has)

H-7 TJPAF Sambangi GunungKidul YOGYA, TRIBUN - Setelah kualifikasi wilayah Sleman seusai digelar beberapa hari lalu, Tribun Jogja Putih Abu-Abu Futsal (TJPAF) melanjutkan pencarian wakil regional ke Gunungkidul 28 dan 29 Oktober mendatang. Kualifikasi Gunungkidul bakal spesial, karena 80 persen tim yang berpartisipasi adalah debutan TJPAF. Penanggung Jawab TJPAF, Theodorus Danang menjelaskan, akan ada 18 tim futsal dari sekolah pendaftar wilayah Gunungkidul. “Semuanya nyaris pendatang baru, karena tahun lalu hanya ada dua tim futsal sekolah dari Gunungkidul yang berpartisipasi di TJPAF,” kata Danang, Sabtu (22/10) kemarin.

Satu hal menarik, untuk kali pertama sekolah-sekolah di Gunungkidul bersaing menjadi yang terbaik di wilayahnya di ajang TJPAF. Jumlah timnya juga fantastis. Tentu saja, persaingan positif antarsekolah di lingkup internal Gunungkidul akan menjadi gengsi tersendiri bagi para suporter. Meski persaingan bakal ketat, Danang menyebut peluang tim-tim futsal sekolah asal Gunungkidul bisa lolos ke fase regional juga terbuka lebar. “Ada 18 peserta dan panitia menyediakan kuota enam tim untuk mewakili Gunungkidul ke fase regional, jadi peluang lolos sangat besar,” kata Danang.

Hampir meratanya kualitas masing-masing tim futsal sekolah di Gunungkidul, menurut Danang, juga menjadi daya tarik tersendiri karena persaingan antar tim akan berlangsung ketat. Siapapun yang lolos ke fase regional berarti tim itulah yang menjadi yang terbaik dari Gunungkidul di ajang TJ PAF 2016. Sedangkan GOR Siyono menjadi pilihan tempat menggelar fase kualifikasi TJPAF nanti. Sama halnya kualifikasi daerah lain, panitia membuka kesempatan kepada suporter tim futsal sekolah menunjukkan kreatifitas memberi dukungan dengan tetap menjaga keamanan dan ketertiban selama event berlangsung. (sus)

Seto Pantau Kondisi Rama SLEMAN, TRIBUN - Jelang laga terdekat kontra Persepam Madura Utama akhir pekan depan, PSS Sleman menyisakan satu pemain yang masih dibekap cedera. Ia adalah Rama Yoga, wingback muda Super Elang Jawa yang sempat menjadi andalan tim selama berjuang di fase grup Indonesian Soccer Championship (ISC) B. Pelatih PSS, Seto Nurdiyantara pun tampak masih terus memantau perkembangan kondisi Rama atas cedera yang didapatnya saat melawan Persija Jakarta. “Masih terus kita pantau sambil berkomunikasi dengan Rama. Yang jelas kita tak akan memaksanya bermain, jika belum siap 100 persen,” kata Seto, Sabtu (22/10). Diakui Seto, sejauh ini Rama memberikan kontribusi terutama ketika fase grup saat PSS mengalami krisis wing-

back pascabatal merekrut Rasmoyo. Meski grafik permainan Rama masih naik turun, keberadaannya menjadikan tambahan pilihan pemain dan melegakan tim pelatih. Tentu saja, pulihnya Rama menjadi momen yang ditunggu Seto, meski saat ini posisinya mulai menjadi langganan Crah Angger atau Oya Winaldo yang digeser ke sisi sayap. Bisa diprediksi jika Rama pulih, kepakan sayap Super Elang Jawa bakal lebih kuat lagi mengarungi fase 16 besar. Dihubungi terpisah, Rama mengaku masih menjalani proses penyembuhan dengan melakukan terapi di Jogja Sport Clinic. “Masih terapi lutut beberapa hari terakhir, hari Senin masih lihat dulu perkembangannya. Saya sudah tak sabar bermain dan berjuang bersama pemain lain di PSS,” kata Rama. (sus)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.