INSPIRINGPEOPLE SENIN, 18 MARET 2019 SABTU PAHING 9 20
23 MARET 2019
Stigma Anak Papa KESUKSESAN Maya Watono mengembangkan DSP Media hingga lima kali lipat, diangkat menjadi Managing Director Dwi Sapta Group, hingga kemudian dipercaya menggantikan posisi ayahnya, Adjie Watono, sebagai CEO Dwi Sapta Group, yang belakangan merger dengan Dentsu Aegis Network (DAN) dan berganti nama menjadi DAN Indonesia, memang tak bisa dilepaskan dari peran ayahnya. Namun meski stigma ‘anak
papa’ melekat di dirinya, Maya tak pernah ambil pusing dan memilih membuktikan kemampuannya melalui kerja keras. ”Mematahkan stigma itu cukup just be yourself, just proof yourself. Kalau kita bekerja dengan baik, bekerja dengan keras, bekerja dengan smart, juga kita respect, saya rasa tidak ada alasan untuk orang bicara tentang siapa kita,” tegasnya. Meski harus memimpin orang jauh lebih senior darinya, Maya
tidak pernah mengalami hambatan tertentu sebagai pimpinan tertinggi perusahaan. Baginya, usia dan gender bukanlah alasan untuk berekspresi. ”You are young and you can do what you want to to. Gender itu juga bukan penghalang, jadi kita jangan lihat gender atau umur sebagai tantangan, tapi kita bisa manfaatkan itu,” tutur Maya. ”Selama ini saya banyak memiliki senior-senior di bawah saya, but age is just a number. Tua
atau muda, kita tetap harus hormati,” imbuhnya. Prinsip itu tak hanya membuat kariernya moncer dalam memimpin perusahaan, namun juga mengharumkan nama bangsa. Di tahun 2017, Maya bersama Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) berhasil mengalahkan Thailand dan Filipina di bidding kongres periklanan (nva/jev) se-Asia, Ad-Asia 2017.(nva/jev)
D
unia periklanan Indonesia menerima warna baru. Sejak Januari 2019, Maya Watono dipercaya sebagai Country CEO dari Dentsu Aegis Network (DAN) Indonesia, perusahaan periklanan terbesar di Indonesia. Namanya mungkin tak sepopuler artis-artis yang sering kita lihat di layar kaca. Namun, sebagai salah satu Group Advertising agency besar di Indonesia, terpilihnya wanita berusia 36 tahun itu sebagai Country CEO ternyata menjadi sejarah baru bagi industri periklanan di Indonesia. Sempat dinobatkan sebagai CEO Terbaik 2018 (Best CEO 2018) versi Majalah SWA ketika memimpin Dwi Sapta Group, Maya berhasil membuktikan prestasinya hingga menjadi perempuan pertama dan termuda yang berhasil menempati posisi puncak kepemimpinan DAN Indonesia, salah satu Group Advertising agency besar di Indonesia. Semua berawal sejak 12 tahun lalu, tepatnya ketika Maya baru menyelesaikan studinya di University of Western Australia tahun 2006. Waktu itu, kepulangannya ke Indonesia disambut tawaran dari sang ayah untuk memimpin salah satu perusahaan baru di bawah Dwi Sapta Group, sebuah perusahaan periklanan di Indonesia yang dirintis oleh ayah Maya, Adjie Watono. ”Waktu itu Pak Adji, ayah saya buka MainAd, kantor agensi iklan baru di daerah Cipete, Jakarta Selatan. Klien baru satu orang, staf baru sepuluh,” kenang Maya saat menghadiri Media Gathering, Reshaping Indonesian Media and Advertising Landscape in 2019 di Jakarta, beberapa waktu lalu. ”Saya tanya ke ayah saya waktu itu, role-nya harus ngapain? Dijawablah, jaga gedung aja di Cipete, tiga lantai. Ha-haha,” kisahnya. Meski tahu ayahnya hanya bercanda, Maya mengiyakan tawaran tersebut. ”Waktu itu saya bilang, okay, saya akan coba 3 bulan, 6 bulan. Kalau saya suka, saya stay. Kalau enggak, aku akan balik ke Australia. Sampai 12 tahun kemudian, rupanya saya masih di sini, karena I love what I do. Dulu di Dwi Sapta, saya punya karyawan 500 orang, efektif Januari 2019, saya punya 900 plus orang!” tuturnya penuh rasa bahagia. Keberhasilan Maya menduduki jabatan tertinggi DAN Indonesia tentu bukan sekadar jadi “hadiah cuma-cuma” dari sang ayah. Melainkan, buah manis dari kerja keras dan ketekunannya untuk selalu berinovasi dan berkreasi. Dan semua itu memang sudah terbukti sejak Maya masih memimpin MainAd. Kala itu, Maya berhasil mengembangkan bisnis baru ayahnya dengan sangat pesat. Sebagai anak pemilik perusahaan, Maya mengaku tekanan batinnya cukup berat. Ia mencoba membandingkan dengan perjuangan ayahnya ketika membangun bisnis itu
4 Kunci Sukses ala Maya MENJADI perempuan sukses memang membutuhkan kerja keras. Seperti halnya dengan apa yang dilakukan oleh Maya Watono di sepanjang 12 tahun perjalanan kariernya menuju jabatan tertinggi CEO sebuah perusahaan periklanan besar di Indonesia. Namun selain kerja keras, Maya juga memiliki empat kunci keberhasilan lain segingga bisa menjadi seorang perempuan yang sukses dalam meniti karier. Apa saja? Goal jelas dan terukur ”Setiap tahun saya selalu punya goal. Enggak hanya di pekerjaan, di personal life juga. Saya hobi lari, saya sudah bisa lari 5 km, coba lagi 10 km, lan-
jut lagi 21 km, sampai 42 km. Sekarang saya sudah full marathon, jadi selalu what is the next goal?” kata ibu dari tiga orang anak ini saat memberikan kata sambutan di acara Media Gathering, Reshaping Indonesian Media and Advertising Landscape in 2019 di Jakarta, beberapa waktu lalu. Kendati demikian, dirinya tetap mengingatkan supaya gol yang ingin kita kejar memang memungkinkan untuk diraih. “Punya gol boleh, tapi jangan terlalu besar dulu. Yang masih bisa diraih,” sebutnya. Kerja keras Sebagai seseorang yang selalu menerima tantangan baru dalam hidupnya, Maya menga-
ku selalu bekerja keras. “Kita harus selalu men-challenge diri kita, tapi kerja keras juga. Enggak ada yang gratis, semua berawal dari hard work, kerja pintar, dan tak pernah menyerah, serta gol yang jelas dan terukur,” katanya. Never give up Di tengah perjalanan kariernya yang seolah mulus, Maya tak menampik bahwa dirinya sering merasa down dan ingin berhenti di tengah jalan. Namun satu yang selalu ia yakini adalah, jangan pernah menyerah jika ingin menjadi sosok yang sukses. “Saya rasa itu sangat manusia, merasa capek down, pengin menyerah. Tapi sebenarnya marathon menga-
jarkan saya untuk bisa punya semangat pantang menyerah, berlari secapek apapun, untuk ke finish line. Itu sama kayak kehidupan atau di pekerjaan,” bilang Maya. Passion is number one Mengaku sebagai seorang lulusan jurusan sains, Maya Watono memilih jalur karier seputar periklanan. Lantas, apakah ini merupakan passion-nya sehingga bisa menjadi sosok yang sukses? Jelas saja! “Bekerja tanpa passion itu enggak mungkin bisa. Saya tidak mungkin bertahan kalau tidak punya passion. I love my work. Bagaimana mau nularin positivity untuk staf, talent, kalau kita enggak punya passion?,” kata Maya.(nva/jev)
dari nol. Membangun bisnis dari nol adalah suatu hal. Namun mempertahankan bisnis yang sudah besar dan mengembangkannya untuk menjadi lebih besar lagi adalah hal lain lagi yang sama sulitnya, bahkan lebih sulit. ”Membangun sesuatu bukan berarti gampang. Membangun dari nothing ke something membutuhkan usaha yang luar biasa, tapi tidak ada tekanan, tidak boleh gagal. Untuk generasi kedua, tekanannya adalah harus lebih baik dari capaian generasi sebelumnya. Pilihannya harus terus naik. Tekanannya cukup tinggi,” Maya menuturkan. Setelah berhasil mencetak kesuksesan, Maya pun langsung “dihadiahi” tanggung jawab baru memegang DSP Media, sebuah media house agency. Lagi-lagi, di bawah kepemimpinannya, DSP Media mampu tumbuh lima kali lipat, berkat perubahan struktur, sistem, dan job flow yang dilakukan Maya. Sukses memimpin MainAd dan DSP Media, Maya kemudian diangkat menjadi Managing Director Dwi Sapta Group pada 2012, menangani enam perusahaan dan menelurkan dua perusahaan baru, yaitu Main Media dan iNexus. Kiprahnya di industri periklanan Indonesia pun terus melaju dengan menjadi Ketua International Affairs Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) sampai dipercaya menggantikan ayahnya sebagai CEO Dwi Sapta Group pada 2017. Hal itu berbarengan dengan merger perusahaan keluarganya dengan salah satu agensi periklanan terbesar di dunia, Dentsu Aegis Network (DAN). Pertengahan Desember 2018, DAN Indonesia pun mengumumkan Maya sebagai CEO barunya. Bangga? Pasti! ”Untuk mendapat kepercayaan ini dari DAN Indonesia, it’s actually a tough role. Saya tidak bisa berada di sini tanpa semua yang ada di sini, terutama para business partner, media partner, juga klien dan staf kami. Dwi Sapta sudah 37 tahun sekarang, jadi tanpa partner, staf, I will not be here today,” sebut Maya. ”Terima kasih support-nya. Support untuk ke depannya, masa depan DAN Indonesia,” tukas Maya. Perusahaan periklanan Dentsu Aegis Network (DAN) Indonesia yang akan dipimpin Maya tersebar dalam 15 unit brand, mencakup brand agency, media agency, digital agency, brand activation agency, dan content agency. Di bawah kepemimpinan Maya per Januari 2019, dirinya akan memimpin sekitar 1.000 karyawan. (nva/jev)