ribun Jogja SENIN KLIWON 11 JANUARI 2016
HALAMAN 8
Jalani dengan Penuh Harapan Tahun Baru Semangat Baru YOGYA, TRIBUN - Memasuki tahun baru selalu diiringi dengan kehendak untuk mengarungi lebih baik dari periode sebelumnya. Pelbagai cita-cita muncul di benak tiap orang, tak terkecuali para pelajar. Tahun ini harus lebih baik dan lebih baik lagi menjadi kata kunci. Tak terkecuali bagi seorang Aya. Pelajar SMA Negeri 3 Yogyakarta ini ingin lolos dalam seleksi masuk kampus idamannya. Belajar lebih giat adalah cara terbaik untuk menggapai asa. Jika siswa kelas 12 menjadikan perguruan tinggi favorit sebagai target, lalu apa yang diharapkan adik-adik kelasnya di tahun ini? “Saya ingin lebih bisa mengontrol emosi, karena sebagai pelajar terkadang hal itu tidak bisa terkontrol. Dikhawatirkan nantinya bisa membahayakan diri sendiri,” ucap Adel (15), siswi SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Tepat pukul 00.00 pada 31 Desember lalu diyakini sebagi awal membuka lembaran baru. Joana Zettira merasakan bahwa tahun anyar merupakan bentuk tantangan baru. “Kita tuh harus fokus. Kalau ingin nulis ya pergi ke sanggar, banyakin nulis, banyakin baca buku, perbanyak teman, perbanyak pengalaman. Kalau punya banyak relasi mau ngapain aja gampang. Kita juga harus
meneguhkan hati dulu. Semuanya berawal dari kita,” tutur pelajar SMA 1 Banguntapan Bantul ini. Awal tahun seakan tak lengkap dengan capaian yang dibidik. Agar tidak meleset, evaluasi dari apa yang dilakukan sebelumnya pun mesti dilakukan. Pelajar lainnya, Erika (17) menyadari harus mengurangi hal yang bisa menghambat cita-cita. Berhenti bermalasmalasan satu di antaranya. Evaluasi tak selalu untuk halhal muluk. Berawal dari sesuatu sederhana pun bisa membuat diri lebih siap menjalani hari-hari ke depan. Seperti yang diungkapkan satu santri Pondok
Pesantren Sunan Pandanaran, Dwiki Rispa.
Dia ingin meningkatkan kesehatan dengan menjaga pola makan. Selain itu ia berharap semua orang bisa jujur dari hal sekecil apapun. Berbeda dengan Dwiki, Tsania Fara Zafira, Ketua HTT putri atau yang lebih dikenal di sekolah umum dengan sebutan OSIS ini mempunyai banyak harapan di tahun 2016. Terutama mengenai sekolah dan pondoknya. Ia ingin tahun ini dimulai dengan membentuk karakter dan menghilangkan kebiasaan tidak baik sebelumnya. Memberi contoh perilaku yang
baik untuk orang lain adalah hal melebihi itu,” katanya. yang sangat utama. Namun tak Dara yang akrab disapa Putri cukup disitu, kaini mengaku derisasi pun sangat akan belajar penting. dengan giat. Kalau dulu Beberapa orang Selain itu, waktu SMP bisa menyebut resolusi Putri berharap dapat nilai 35 dengan berbeda, sekolahnya walau secara haruntuk empat mata dapat memfiah mempunyai berikan fasilitas pelajaran, berarti arti yang hampir les tambahan nanti harus bisa sama. Ketua OSIS serta try out bagi SMAN 1 Sewon, siswa-siswi, melebihi itu Khoirul Rahman agar lebih man(17) mengatakan tap dan percaya resolusi adalah diri untuk harapan atau keinginan yang menghadapi UN. harus dicapai pada masa datang. Berbicara mengenai langkah Tentunya menuju perubahan lanjutannya ke jenjang perguyang lebih baik. Ia ingin lebih taat ruan tinggi, siswi jurusan teknik kepada Allah, berbakti kepada komputer jaringan ini mengaku orangtua dan disiplin dalam belum tahu apakah akan kuliah belajar. atau langsung bekerja. Sedangkan Aulia Rahmah “Saya kan belum tahu, (16), lebih menukik ingin memorangtua bisa membiayai untuk perbaiki nilai semester awal kuliah atau enggak. Makanya, yang kurang maksimal. Mantan saya harus punya keterampilan Paskibraka DIY 2015 ini menamlebih terutama servis komputer. bahkan akan memompa diri lebih Jadi, semisal saya tidak kuliah, keras dan giat. saya bisa buka servisan komputer Harapan utama seorang pela- di rumah,” tuturnya. jar tentunya ingin sukses di dunia Tak mau patah semangat, pupendidikan. Hal itu juga diharap- tri pasangan Muji dan Sri Lestari kan Zulaykha Eka Putri (17), ini berharap bisa mendapatkan pelajar kelas 12, SMK N 1 Bantul. beasiswa ke perguruan tinggi. Sebagai siswi tingkat akhir, dia Dia bercita-cita bisa melanjutkan berharap meraih nilai Ujian Nasikuliah di Universitas Negeri Yogonal (UN) yang memuaskan. yakarta khususnya jurusan teknik “Kalau dulu waktu SMP bisa informatika. dapat nilai 35 untuk empat mata Sedangkan dua sahabat ini, pelajaran, berarti nanti harus bisa Liya Ariska Siregar (16) dan Aniq
Wardah Mafaza (16) memiliki pengharapan tahun ini bisa katam Alquran. Siswi MA Al Ma’had An Nur Bantul ini pun ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Ketika seorang anak meraih prestasi tentu akan membuat bangga kedua orangtuanya. Hal tersebut juga yang menjadikan motivasi beberapa siswa untuk lebih giat belajar. Aditya Dorin Widyanto (17) yang sudah menginjak kelas 12 di jurusan mesin SMK 2 Depok Sleman ingin mendapatkan nilai yang memuaskan. Jadi nantinya bisa melanjutkan magang kerja di perusahaan yang diinginkan. “Kalau itu tercapai kan bisa membuat kedua orangtua saya bangga. Pokoknya tahun ini harus giat belajar, berusaha menuntut ilmu sebaik-baiknya, sisanya ya dikembalikan lagi kepada Allah. Dan yakin semuanya enggak bakal sia-sia” ujar Dorin. (*) oleh : Aurellia Rahaqia Putri / SMAN 1 Sewon Vera Wahmawati / SMAN 2 Banguntapan Dhea Fylla Ifadha / MAN 1 Yogyakarta Nindia Salsabiela PA / SMAN 1 Sewon Rona Rizkhy Bunga / Tribun Jogja FOTO : M IVAN AWANDI / SMAN 1 SEWON
Makin Hari Makin Tergusur Berkembangnya zaman membuat tuntutan semakin tinggi. Waktu seakan cepat berlalu. Begitu pula yang terjadi pada moda transportasi tak bermotor. Sepeda kayuh, becak, andong dan lainnya makin tergusur dari jalanan. Motor, mobil dan kendaraan bermesin lainnya dianggap lebih efisien. Waktu tempuh lebih singkat menjadikannya efektif dimanfaatkan masyarakat. Alhasil, semakin langka pemandangan orang bersepeda untuk beraktivitas. Padahal DI Yogyakarta sekitar dasawarsa 1970 sampai 1990-an dikenal sebagai kota sepeda. Suara bel sepeda, sepatu kuda beradu dengan aspal menjadi iringan tiap perjalanan. Tapi kini semua berubah. Kendaraan tak bermotor yang ramah lingkungan semakin tergusur dari jalanan. (*)
Menuntun Sepeda
Foto dan naskah : M Ivan Awandi / SMAN 1 Sewon
Menunggu Penumpang Parkir
Niat Membantu Penyandang Tunanetra BERAWAL dari niatan membantu penyandang tunanetra, dua pelajar SMAN 3 Yogyakarta membawa pulang medali emas pada ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) di Surabaya Oktober 2015 lalu. Quinita Maria Jose N (16) dan Sepvina Mutikasari (16) membuat kreasi alat pendeteksi uang bagi penyandang tunanetra. Alat yang diberi nama ‘Kacamata Duitan’ ini dibuat karena keprihatinan mereka atas rawannya penipuan terhadap tunanetra ketika bertransaksi. “Kelebihannya adalah dalam bentuk kacamata yang familiar bagi tunanetra.
Quinita dan Sepvina menunjukkan kacamata hasil kreasinya.
Jadi lebih mudah dibawa” kata Sepvina. Cara kerjanya, uang didekatkan pada sensor warna yang telah diprogram. Kemudian sensor warna mengirimkan sinyal ke mikrokontroler kemudian ke buzzer. Buzzer inilah yang mengeluarkan nada “beeb” yang menunjukkan nominal uang. Mereka memulai pembuatan Kacamata Duitan pada Januari 2014. Padahal kala itu belum menguasai bahasa pemrogaman. “Kami enggak nyangka bakalan lolos OPSI. Karena waktu Sains Expo yang diadakan sekolahan, kami enggak masuk sepuluh besar” tutur Quinita. “Dalam pengerjaannya memang kita bawa santai, yang penting kelakon,” imbuh Vina. Mereka bahkan sempat beberapa kali mengulangi pembuatan kacamata. Sebabnya adalah kesalahan dalam coding. Kacamata ini masih dalam bentuk purwarupa sehingga masih dibutuhkan penyempurnaan. Ke depannya mereka berusaha agar kacamata ini bisa mendeteksi uang palsu dan uang dari negara lain, bahkan untuk Dollar AS yang warnanya mirip-mirip. Mereka juga beharap agar kacamata ini bisa diproduksi masal. (*) oleh : Irfan F Nabil / SMAN 5 Yogyakarta
Alisa Hikma Rosida
Tak Minder, Berani Mencoba
SIAPA saja bisa berprestasi, tak mengenal umur atau jenis kelamin. Salah satunya Alisa Hikma Rosida (16), yang tinggal di Karang Kalasan RT 02 RW 06 Tirtomartani Kalasan, Sleman. Gadis kelahiran Sleman 18 Oktober 1999 ini memiliki sederet prestasi membanggakan. Dari hobinya sejak usia dini, yaitu menggambar, bermain catur, dan nasyid, Alisa mulai menunjukkan talentanya sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Sederet prestasi diukirnya mulai dari tingkat sekolah sampai provinsi. Awalnya Alisa minder dan berpikir ia tak berbakat. Pada saat duduk di kelas 4 SD diadakan seleksi lomba menggambar di sekolahnya. Ia memberanikan diri untuk ikut. Dari situlah ia semakin yakin bahwa ia bisa. Kesuksesan akan datang dengan prinsip “Tidak minder, berani, coba dulu!”. “Sebenarnya saya suka dengan sebuah tantangan seperti catur. Juga sesuatu yang dapat dihayati dan dapat dimanfaatkan sebagai ajang dakwah seperti nasyid Islami dan melukis,” kata pelajar MAN 1 Yogyakarta ini. Meraih prestasi tidak semudah membalikkan telapak tangan, pasti ada hambatan. Saat bersekolah di SMPIT Baitussalam, Alisa merasakannya. Karena sekolah tersebut berasrama, maka ia harus pandai mengatur waktu
antara kegiatan pondok dan latihan lomba. Jalan keluarnya adalah dengan latihan di malam hari setelah kegiatan pondok selesai. Pandai mengatur waktu sangat diperlukan, karena kesuksesan itu berawal dari hal kecil, yakni disiplin. Beberapa gelar juara yang pernah diraih Alisa dalam beberapa tahun terakhir di antaranya Juara 1 lukis Padmanaba Tablig Akbar tingkat DIY (2010), Juara 2 catur (o2sn) tingkat korwil Sleman Timur (2011), Juara 1 Menggambar Bina Umat Competition Series 4 tingkat DIY dan Jawa Tengah (2013), Juara 1 menggambar Bina Umat Competition Series 5 tingkat DIY dan Jawa Tengah (2014), Juara 3 catur putri (o2sn) tingkat korwil Sleman Timur (2013), Juara 1 seni lukis kaligrafi pospeda tingkat Sleman (2013), Juara 2 seni lukis kaligrafi pospeda tingkat DIY (2014) dan masih banyak lagi. Baru-baru ini ia memenangkan perlombaan di sekolahnya, yaitu Juara 1 Lomba Mading Peringatan HUT RI (2015), dan Juara 1 Kaligrafi Aksara Jawa HUT ke-259 Kota Yogyakarta (2015). Alisa memiliki kiat tersendiri untuk meraup prestasi. Sebelum mengikuti
Serunya Liburan di Yogya LIBURAN akhir tahun pastinya saat yang paling ditunggu-tunggu semua pelajar. Biasanya dihabiskan dengan berlibur keluar kota bersama keluarga atau teman. Terus gimana dong yang masih bertahan di rumah? Eitss tenang, liburan kemarin menyisakan cerita menarik dari acara yang digelar oleh teman-teman kita loh. Salah satunya adalah Art And Culture Day atau AACD yang diselenggarakan SMAN 9 Yogyakarta 2627 Desember lalu di Taman Budaya Yogyakarta. Ada pameran lukisan, donor darah dan berbagai lomba. Tapi acara yang paling ditunggu adalah penampilan Teater Sutra SMA 9 Yogyakarta, yang mementaskan drama Semar Gugat. Hampir semua kursi penuh oleh penonton. Tepuk tangan meriah menghiasi concert hall malam itu. Ada satu lagi nih event yang enggak kalah seru. De-
layota Art ke-10 atau yang disingkat Delart adalah pameran seni tahunan yang diselenggarakan SMAN 8 Yogyakarta 26-29 Desember lalu di Jogja National Museum. Delart lalu mengusung tema Technozoikum. Apa sih technozoikum itu? “Ini adalah eksistensi teknologi dalam peradaban” ujar seorang panitia, Lulut. Jadi banyak karya dan lukisan yang dipamerkan menunjukkan kecanggihan teknologi. Semua karya asli siswa dan sebagian seniman di Yogyakarta. Selain menampilkan karya seni, Delart juga mengadakan lomba dan pentas seni yang pastinya sangat menarik. Wahh ternyata seru juga ya menghabiskan liburan di Yogyakarta. (*) oleh : Leonie Putri / SMAN 5 Yogyakarta Dwiki Kurniawan / SMAN 2 Banguntapan
perlombaan, setidaknya ia membuat minimal dua karya. Selanjutnya mencari kelemahan dan kelebihan kedua karya tersebut. Kemudian membuat satu karya lagi untuk kesimpulan akhir. “Jika keberhasilan adalah matahari dan hujan adalah kegagalan, maka kita memerlukan keduanya untuk melihat indahnya pelangi.” (*) oleh : Maryam N Fahmi / MAN 1 Yogyakarta
Di Mana Aku Akan Berlabuh Ketika semua telah kulakukan tak ada mata memandang Saat semua pernah kudapatkan tak ada orang mau percaya Ke mana aku berteduh kala hujan jika tak ada tangan menyodorkan payung Di mana tempatku untuk istirahat kalau semua bangunan terpagar rapat Sebatang kara tak bersaudara merantau di kampung orang Tak berharta tak bertahta jangankan rumah uang pun tak ada Lontang lantung menjajaki kehidupan sabar menanti walau lama sekali Mencari arah kemana akan berjalan seperti cahaya saat malam hari Jenjang semakin tinggi harusnya ilmu juga tinggi Mencari arah yang tak pasti dan diri harus menanti Ketika telah didapat ke mana arah hati tak senang seakan ingin melawan Akhirnya hanya diam penuh tanya ke mana diri akan pergi oleh : Dedek Darma Putra / SMAN 2 Banguntapan