Jogja City Guide 1

Page 94

94

Jogja City Guide

ExtremeCulinary

Jagal Kobra B dari Bantul

AGI sebagian orang, ular adalah binatang mengerikan yang mesti dimusnahkan jika ketahuan berkeliaran di sekitar rumah. Bagi sebagian lain, binatang melata ini species yang patut disayang dan dilestarikan. Bagi sebagian orang lagi, terutama ular kobra, cocok dan lezat untuk disantap. Bagaimana dengan para jagalnya? Menangani ular kobra sama sekali berbeda dengan ular non berbisa seperti piton. Ini jenis ular paling mematikan di dunia. Menariknya, Muhammad Nur Santoso (31) adalah salah seorang yang mengakrabi ular ganas ini hampir setiap hari. Jagal ular kobra adalah profesi yang dijalaninya hingga saat ini. Nur panggilan akrabnya mewarisi kemampuan sang ayah sejak masih duduk di bangku SD. “Awalnya cuma berani membelai dan mengelus ular yang tak berbisa saja, lama lama berani pegang dan main main dengan ular kobra,” kata Nur di rumahnya. Kini ia sudah begitu lihai memegang ular ganas tersebut, bahkan ia mempraktikkan cara cepat menundukkan dan menyembelih ular itu. Setelah dipegang kepalanya, kapak tajam menebas leher si ular. “Pegang kepalanya dulu dengan erat, lalu geser ke bagian leher dan potong,” terangnya. Ayahnya, Pak Seger, mewariskan keterampilan itu sejak 1985. “Dulu bapak pertama buat hiasan dari luwak (musang) dan ular yang diawetkan, lalu ada orang minta dicarikan ular, mulai saat itu bapak pindah profesi mencari ular sendiri untuk dijual,” ungkapnya. Ketika ayahnya surut, Nur lah yang meneruskan pekerjaan itu. “Semua bagian ular kobra bisa dimanfaatkan, kecuali kepalanya saja yang kita kubur,” ungkapnya. Selain diolah sendiri, Nur menyetorkan daging kobra ke restoran di Yogyakarta. Khusus empedu, terkadang langsung dibeli pelanggannya untuk dijadikan obat. “Kulitnya diambil pengepul di wilayah Boyolali. Khusus empedu, harganya Rp 30 ribu,” ujarnya. Tapi tak seperti tahun 90an, kini tak mudah mendapatkan ular kobra. “Dulu sehari bisa menyembelih seribu ekor kobra,” akunya. Satu ekor ular kobra yang diperoleh dari pengepul dihargai Rp 15 ribu. Menurut Nur, saat musim penghujan adalah paling banyak didapat ular kobra. Bila musim kemarau tiba, ular ii sulit ditemukan karena lebih banyak bersembunyi di sarangnya untuk bertelur. Dibantu, kakak, ibu dan empat orang tenaga lepas, Nur menyembelih ular kobra tersebut satu demi satu. Bukan tanpa risiko, ia mengaku sedikitnya sudah 11 kali dipatuk kobra. Ibunya bahkan pernah dilarikan ke rumah sakit karena racun ganas telanjur menyebar ke tubuhnya. “Memang risikonya besar, tapi kita tetap hati hati. Saya pernah sebelas kali tergigit kobra, ibu saya juga pernah tapi bisa diantisipasi asal tahu caranya,” ujar pria satu anak ini. Nur pun memberikan tips bagaimana bila bertemu ular kobra. “Saat bertemu kobra, jangan panik, kalau jarak dekat lebih baik jangan bergerak sedikitpun, karena akan memicu reaksi kobra yang punya sensor gerak ini,” paparnya. Hal pertama jika dipatuk kobra, darah yang terinfeksi bisa harus dikeluarkan sederas dan secepat mungkin agar racun keluar. “Jangan diikat pada bekas gigitan, karena akan menghambat aliran darah justru. Buat lukanya agak lebar, supaya darah cepat mengucur,” terangnya. Setelah itu baru kemudian dibasuh dengan air hangat yang dicampur garam dapur. Sementara itu ketika terkena semburan bisa kobra di wajah dan mata, jangan sekali kali kemudian diusap. “Kalau diusap justru bisa menyebabkan kebutaan,” tandas Nur di Kobra Jaya, tempat usaha sekaligus rumahnya di Jalan Imogiri Barat Km 8,5, Sudimoro, Timbulharjo Sewon Bantul.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.