Edisi 3206 Tahun IX

Page 8

8

MINGGU 8 FEBRUARI 2009

Outbond Seni

Kaulinan Barudak OUTBOND seni kaulinan barudak (permainan anakanak) boleh jadi istilah baru kita dengar. Istilah tersebut dipopulerkan sekitar dua tahun lalu, oleh pendiri sekaligus pengelola Kampung Seni dan Wisata (KSW) Manglayang, Kawi SSen MSn (47) dan istrinya Ria Dewi Fajaria SSen MSn.

JENIS permaian dalam outbond seni kaulinan barudak di KSW Manglayang memang berbeda dengan aktivitas outbond di tempat lain yang rata-rata mengadopsi aneka permainan dari luar negeri. Atau sekurangnya menggunakan istilah bahasa Inggris. Di antara keteduhan ratusan pohon yang menaungi area seluas 1,8 hektare ini, wisatawan domestik dan mancanegara berbaur dengan anak-anak setempat untuk bermain aneka kaulinan barudak. Ada gatrik, sorodot gaplok, egrang, engkle-engklean, ucing-ucingan, eundeuk-eundeukan, dan permainan anak tradisional Sunda lain yang sudah jarang dimainkan. Kaulinan barudak tak semata menuntut keterampilan jasmani individu. Tapi mengajarkan pula kekompakkan tim, menumbuhkan rasa percaya diri, dan bisa menjadi media efektif untuk menanamkan nilai positif kepada anak-anak. Melalui outbond kaulinan barudak, kita sekaligus melestarikan

seni tradisional Sunda warisan para leluhur. Beberapa jenis permainan dilakukan buat melatih motorik halus. Misalnya bermain kakawihan, musik dog-dog, sundung, lodang, dan alat musik tradisional yang dikreasikan dari alat kerja bertani dan berkebun. Pengunjung juga diajarkan melukis menggunakan media daun dan tanah. Setiap hari kecuali Jumat, KSW Manglayang selalu didatangi warga Kampung Cibolerang dan sekitarnya buat melakukan berbagai aktivitas seni. Rata-rata me-

reka datang sore hari sepulang dari sawah atau kebun. “Anak-anak datang ke sini sepulang sekolah. Di antaranya ada yang berlatih seni pertunjukkan untuk diperlihatkan kepada para tamu. Sebagian seni pertunjukkan biasanya ditampilkan selepas salat Isa hingga menjelang tengah malam,� jelas Kawi, akhir pekan lalu. KSW Manglayang yang diresmikan mantan gubernur Jawa Barat Danny Setiawan pada 29 Agustus 2007, benar-benar ingin menampilkan detail suasana kampung Sunda kepada pengunjung. Termasuk keberadaan 20 unit saung yang bisa dimanfaatkan pengunjung beristirahat. Di saung tersebut kita bisa mencicipi makanan dan minuman tradisional Sunda. Suasana itu makin meng-

asyikkan sambil kita menikmati suara kericik air dari pancuran yang jatuh ke beberapa kolam. Tiap akhir pekan para pedagang jajanan khas kampung pasti datang ke tempat ini buat menjamu para wisatawan. Di antaranya lotek, lontong sayur, lontong kari, baso, mi rebus, apem, surabi, es cingcau, goyobod, bajigur, bandrek, carabikang, surabi alit, dan lainnya. “Pada peringatan Wuku Taun atau syukuran pascapanen tanggal 29 Agustus tiap tahun, jumlah pedagang bisa sampai 60-an orang. Termasuk ketika ada pagelaran wayang golek, pencak silat, ketuk tilu, tutunggulan, serta benjang,� terang Kawi yang juga dosen STSI Bandung ini sambil tersenyum. Aneka seni pertunjukkan seperti disebut di atas biasanya memang ditampilkan malam hari pada akhir pekan. Ada enam lokasi yang bisa dikondisikan menjadi arena pertunjukan. Malah untuk menampilkan seni benjang, pengelola KSW Manglayang sengaja menaburi arena dengan jerami tanaman padi. Sebab di zaman dulu seni gulat tradisional ini memang biasa ditampilkan di tengah sawah setelah panen padi. (ricky reynald yulman)

KAMPUNG SENI & WISATA MANGLAYANG Kampung Cibolerang No. 52 RT 01/09 Desa Cinunuk, Cileunyi Kabupaten Bandung, Jawa Barat Telepon (022) 7810423 085659329808 - 085221463891 FOTO-FOTO: TRIBUN JABAR/ZELPHI


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.