32
SABTU 24 APRIL 2010
TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN
Tugu Australia dan prasasti yang berada di pusat Kota Balikpapan.
Ribuan Pasukan Jepang dan Australia Tewas BALIKPAPAN merupakan pelabuhan minyak penting di Asia Timur. Namun arti militer strategisnya sudah tidak begitu besar. Pada tanggal 1 Juli 1945, pasukan Australia melancarkan operasi Ampibi dengan menyerang sebelah selatan Balikpapan. Pemboman pendahuluan oleh sekutu selama 20 hari telah menghancurkan pertahanan pantai pihak Jepang. Pasukan darat Australia masuk melalui laut dengan bantuan dari Angkatan Udara serta Angkatan Laut Australia dan Amerika Serikat. Pada waktu senja, pasukan Australia berhasil hingga 2 km ke pedalaman kota. Balikpapan bisa dibebaskan keesokan harinya. Sementara, kedua lapangan terbang di sebelah timur baru dapat dikuasai kembali pada 9 Juli. Di Balikpapan, 33.000 pasukan Australia berasal dari 7th Division. Pasukan yang tewas 229 orang dan terluka 634 orang melawan sekitar 30.000 pasukan Jepang. Sedangkan dari pihak tentara Jepang yang tewas 2.032 dan 63 orang lainnya tertawan. Sementara pertempuran di sebelah utara dan barat kota berlanjut selama lebih dari dua minggu. Secara keseluruhan pertempuran ini baru berakhir 14 Agustus 1945. (sumber: keterangan di tugu/joe)
Wisata Sejarah di Balikpapan
Tugu Australia, Makam, dan Meriam Jepang BALIKPAPAN memang lebih dikenal sebagai kota dengan pantai yang indah. Wajar saja, wisata pantai menjadi andalan bagi kota yang memang terletak di Teluk Balikpapan. Namun, bagi Anda yang suka dengan sejarah, Balikpapan dapat menjadi pilihan untuk mengenang kembali beberapa peristiwa pertempuran di seputar Perang Dunia ke II yang terjadi di Kalimantan. Selain Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) yang terletak di pusat kota, sedikitnya ada tiga situs yang bisa menjadi tempat wisata dengan nilai historis. Masing-
masing adalah Tugu Australia, Makam Jepang, serta Meriam Jepang. Tugu Australia berada tak jauh dari Monpera, Jalan Sudirman. Tugu ini didirikan sebagai peringatan pertempuran antara tentara Australia dan New Zealand melawan Jepang pada tahun 1945. Letaknya yang masih di tengah kota ini membuat Tugu Australia mudah dijangkau. Bagi Anda yang tiba di Balikpapan dari arah Samarinda atau Penajam dapat menggunakan angkot trayek nomor tiga. Sementara, Anda yang tiba menggunakan pesawat udara dapat
menggunakan angkot trayek nomor tujuh, dilanjutkan trayek nomor enam Sedangkan dari pelabuhan, Anda dapat menggunakan trayek tiga atau enam dengan jarak tak sampai satu kilometer. Berdiri gagah dengan tinggi sekitar 2,5 meter, tugu ini dicat putih dengan paduan warna merah marun. Di sisi tugu tersebut terdapat simbol pedang berwarna merah marun dengan dasar cat putih. Tak jauh dari tugu terdapat sebuah prasasti yang menceritakan peristiwa pertempuran tentara Australia saat Perang Dunia II, tahun 1945. Selain itu,
Makam Jepang di Tepi Pantai
TRIBUN KALTIM/HANDRY JONATHAN
Prasasti di Makam Jepang yang dibangun pada tahun 1990.
SEKITAR 26 km ke arah barat dari Kota Balikpapan terdapat sebuah kompleks makam Jepang peninggalan Perang Dunia II lainnya. Bersama dengan Kompleks Meriam, makam ini juga digolongkan sebagai benda cagar budaya yang dilindungi. Untuk mencapai lokasi dari pusat kota, Anda harus menuju terminal Balikpapan Permai terlebih dulu. Dari terminal itu, Anda dapat menggunakan angkot trayek nomor tujuh. Sedangkan bagi yang menggunakan kendaraan pribadi, dapat langsung menuju ke arah Pantai Segara Sari, Manggar. Letaknya hanya sekitar dua kilometer dari ikon wisata Balikpapan tersebut. Dari jalan Mulawarman, di sebelah kanan Anda akan menemukan papan bertuliskan kompleks Makam Jepang tersebut. Dari pinggir jalan, Anda harus melalui jalan sepanjang satu kilometer untuk menuju kompleks tersebut. Sayangnya, kendaraan roda empat harus diparkir cukup jauh dari lokasi. Sedangkan kendaraan roda dua, harus memutar melalui pantai untuk sampai di lokasi. Kompleks makam dikelilingi pagar putih dan kebun milik warga. Tepat di depannya terhampar pasir putih pantai yang cukup eksotis.
Untuk masuk ke dalam kompleks Anda harus melewati sebuah Torii (gerbang khas Jepang) berwarna merah. Sedangkan jalan selebar hampir satu meter terbuat dari paving. Tampak juga beberapa gazebo untuk beristirahat berhiaskan beberapa pohon, seperti alpukat, bougenville, serta pepohonan cemara. Pada awalnya kompleks ini hanya terdiri dari pemakaman biasa dengan patok kayu dan besi. Kemudian pada tahun 1990 digantikan dengan monumen peringatan dari batu setinggi dua meter bertuliskan huruf kanji. Sementara di sisi kiri dan kanan terdapat semacam prasasti yang bertuliskan “Makam warga Jepang. Kami senantiasa berdoa untuk perdamaian dan kesejahteraan segenap rakyat Indonesia.” Menurut warga sekitar, wisatawan Jepang secara rutin mengunjungi tempat ini pada saatsaat tertentu untuk melakukan ritual keagamaan menghormati para leluhurnya. Namun sayang, Anda sebaiknya membawa bekal makanan sendiri karena warung makan dan minum letaknya cukup jauh dari makam tersebut. Yang membuat menarik, Anda bisa menikmati pantai indah yang sepi di depan lokasi. (joe)
Meriam Jepang di Asrama Bukit KISAH pendudukan Jepang selama sekitar tiga tahun di Indonesia tergambar jelas dari dua situs sejarah yang ada di Balikpapan. Sekitar 8 km arah barat dari pusat kota, terdapat sebuah dataran tinggi yang dikenal sebagai Asrama Bukit. Di masa lalu, bukit ini dikenal dengan nama NICA Heuvel (Bukit NICA). Dinamakan demikian karena menjadi tempat tinggal para tentara sekaligus sebagai rumah sakit. Di sekitar Asrama Bukit inilah terdapat dua unit meriam raksasa peninggalan tentara Jepang di Perang Dunia (PD) II atau lebih dikenal dengan “Meriam Jepang.” Saat ini, kompleks meriam seluas 2.500
meter persegi ini sudah dikelilingi perumahan warga. Berbagai sumber menyebutkan, letaknya yang berada di atas bukit dan menghadap langsung ke arah Teluk Balikpapan menggambarkan perannya yang strategis sebagai pertahanan terhadap serangan dari laut. Letak ini juga yang memberikan pemandangan indah dari atas bukit ke Teluk Balikpapan. Meriam yang menjadi saksi bisu peperangan tersebut masih berdiri tegak setinggi lebih dari dua meter di RT 32, Kelurahan Baru Tengah, dan Balikpapan Barat. Menurut Hastuti, warga sekitar, hingga kini, kompleks meriam tersebut masih didatangi pengunjung. “Yang
datang lebih banyak orang luar negeri. Kebanyakan orang Australia atau Amerika. Bahkan, Februari lalu, ada puluhan yang datang melihat,” tuturnya. Dia menambahkan, konon, masih terdapat sebuah bunker yang terletak di bawah kompleks meriam ini. Namun, hingga kini belum ada yang bisa menemukannya. Untuk mencapai lokasi Meriam Jepang ini Anda dapat menggunakan angkot trayek lima dan enam. Sedangkan bagi Anda yang menggunakan kendaraan pribadi, Anda bisa masuk melalui Jalan Letjen Suprapto. Tidak sulit menemukannya, karena warga sekitar akan memberikan informasi kepada Anda. (joe)
FOTO-FOTO: TRIBUN KALTIM/HANDRY JONATHAN
Meriam peninggalan Jepang di Balikpapan (kiri); Meriam Jepang di Kelurahan Baru Tengah Balikpapan Barat (kanan).
masih ada daftar jumlah pasukan Australia dan Jepang yang terlibat, tertawan, dan meninggal dalam peperangan. Bahkan, ada juga daftar pasukan Australia dan Jepang yang menjadi korban perang di Tarakan dan Labuan. Kedua tugu dan prasasti tersebut dikelilingi taman asri yang berfungsi juga sebagai pulau lalu lintas. Jika Anda berminat mengunjungi tugu ini, datanglah di akhir pekan. Di hari Sabtu dan Minggu, warga Balikpapan memang memadati areal di seputaran tugu. Berbagai kegiatan dilakukan warga, mulai dari olahraga, bersantai, hingga menikmati makanan dan
minuman. Maklum saja, Pemkot Balikpapan hanya mengizinkan Pedagang Kaki Lima (PKL) berjualan di kawasan tersebut pada Sabtu dan Minggu. Sedangkan bagi yang ingin mengambil gambar tugu tersebut, Anda harus berhatihati, karena tugu tersebut terletak tepat di tengah jalan. Hingga kini, Tugu Australia ini masih rutin dikunjungi warga asing. Tanggal 25 April setiap tahun, warga Australia dan New Zealand menggelar upacara memperingati pertempuran di Balikpapan dalam perayaan yang biasa disebut Australian and New Zealand Army Corps (Anzac) Day. (joe)
FOTO-FOTO: TRIBUN KALTIM/HANDRY JONATHAN
Gerbang masuk Makam Jepang di kawasan Kelurahan Lamaru (atas). Gazebo dalam kompleks Makam Jepang.