TRIBUNKALTIM - 19 OKTOBER 2010

Page 29

32

reen G

Life

SELASA 19 OKTOBER 2010

Tiga Bendera Hijau untuk PT Berau Coal ■ Target 2011 Proper Emas untuk Lingkungan SEBUAH perusahaan tambang selalu dipantau keandalan mengelola lingkungan hidup. Pelestarian alam masuk di dalam Amdal di semua perusahaan pertambangan, termasuk proses penutupan tambang. Dalam pempersiapkan penutupan tambang terpadu, Berau Coal sudah mempunyai program menjadikan lahan pasca-tambang agar berdaya guna sesuai peruntukan, berdasarkan aspek lingkungan, keselamatan, dan keberlanjutan sosial ekonomi masyarakat seputar tambang. Program tersebut meliputi reklamasi dan revegetasi, pengembangan area perkebunan, dan lahan - lahan bekas tambang di kawasan non-budidaya kehutanan, pengembangan komoditi bernilai ekonomis. Hasil penutupan itu kelak dikembalikan kepada negara dan dikelola oleh stake holder masyarakat sekitar, sehingga bermanfaat ekonomis.

Kegiatan penutupan tambang yang lain adalah melibatkan masyarakat dalam penutupan tambang melalui pemanfaatan lahan bekas tambang melalui pengembangan peternakan sapi dan keramba ikan pada kolam bekas tambang, bertujuan menjadi kegiatan tumpuan ekonomi setelah paska tambang. Perusahaan tambang batubara PT Berau Coal (BC) di Kabuoaten Berau mempunyai komitmen untuk melestarikan lingkungan hidup. Sudah beberapa kali meraih penghargaan dari pemerintah. Tahun ini BC kembali memperoleh penghargaan Program Peringkat Kerja (Proper) Provinsi Kaltim berpredikat hijau periode 2009/2010. Anugerah itu disampaikan pada saat memperingati Hari Lingkungan Hidup (LH) Dunia, yang diumumkan oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak di aula Kantor

Gubernur Kaltim, Rabu 18 Agustus 2010. Penghargaan dan pemberian bendera sebagai bentuk penilaian prestasi kerja pengelolaan lingkungan hidup diberikan rutin setiap tahun oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kaltim. Peringkat atau bendera berwarna emas diserahkan kepada perusahaan yang memiliki tata kelola lingkungan terbaik, disusul bendera hijau, biru, merah, dan hitam. Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak mengatakan, Program Kaltim Hijau merupakan dimulainya sebuah proses pelaksanaan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan (Green Development), dengan basis serta kelola pemerintahan yang berwawasan lingkungan (Green Governance). “Saya meminta perusahaan yang mendapatkan peringkat baik agar mempertahankannya

Targetkan Kecelakaan Fatal Nihil ● Dijamin Lewat ISO 14001 dan OHSAS 18001 DUNIA pertambangan memiliki risiko kerja tinggi. Kondisi alam, alat - alat berat berukuran besar serta kegiatan peledakan, merupakan menjadi penyebab tingginya risiko ini. Namun di dalam dunia pertambangan resiko bisa diminimalkan dengan standard operasional kerja dan system, sehingga kondisi yang menjamin keselamatan pekerja mampu diwujudkan. Perusahaan tambang PT Berau Coal mempunyai standar untuk menjaga keselamatan kerja di lingkungan kerjanya, sehingga bisa menekan semua kecelakaan kerja hingga mencapai titik nol. K3L System Superintendent, Agung Suryanto menuturkan, untuk menjaga keselamatan kerja, Berau Coal memiliki program upaya mencegah kecelakaan, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan program ini sejak 2008 telah mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan OHSAS 18001 dari Bureau Veritas Indonesia, sebagai bukti bahwa Sistem Manajemen K3 dan Lingkungan (SMK3L) telah memenuhi persyaratan standar international. Setiap satu semester, Bureau Veritas Indonesia melakukan surveillance ke PT Berau Coal untuk memastikan kesesuaian implementasi SMK3L terhadap standar OHSAS 18001 dan ISO 14001 tersebut. Pada akhir tahun ini, PT Berau Coal kembali akan

disertifikasi ulang sebagai persyaratan perpanjangan masa berlaku sertifikat OHSAS 18001 & ISO 14001. Meskipun masih ada beberapa kali terjadi insiden yang berakibat cedera pada manusia, namun PT Berau Coal masih mampu mempertahankan target performance zero fatality hingga saat ini. Untuk meningkatkan awareness seluruh karyawan, PT Berau Coal melaksanakan kegiatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (HK3N) setiap tahun. Pelaksanaan kegiatan tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga memberikan pengetahuan serta kesadaran akan pentingnya K3 kepada seluruh karyawan dan kontraktor. Luasnya cakupan daerah operasi di PT Berau Coal memang menuntut ada pengawasan K3 secara penuh dan menyeluruh. Perusahaan telah menunjuk Kepala Teknik Tambang (KTT) sebagai penanggungjawab tertinggi K3 di seluruh daerah operasi, namun dalam pelaksanaan di lapangan diperlukan pendelegasian tugas, tanggung jawab, dan wewenang terhadap hal tersebut. PT Berau Coal telah menetapkan pendelegasian tugas itu kepada Area Owner Responsibility. “Apabila ada suatu permasalahan teknis keselamatan di suatu area, langsung kami kaji dan evaluasi untuk mencari solusi dengan tepat,” kata Agung Suryanto. (*/ps)

Konsep Mineclosure Terpadu

Hutan Sengon di Lahan Reklamasi SETELAH lima tahun melakukan penanaman, hasilnya? Hutan sengon sudah tampak tumbuh subur menghijau dilahan reklamasi PT Berau Coal. Penanaman dimulai tahun 2006, saat ini telah menjadi wilayah rindang dan hijau, kemudian hutan sengon tersebut ditanami sisipan tanaman produktif seperti kakao dan buah - buahan dan sejenisnya. Reklamasi lahan eks tambang Berau Coal mengusung filosofi contemporaneus reclamation, di mana kegiatan reklamasi lahan eks tambang dilakukan seiring sejalan kemajuan penambangan. Kegiatan reklamasi meliputi back fill, re-contouring, resoiling, revegetation, maintenance, dan monitoring. Semua itu dilakukan dari awal sampai akhir operasi penambangan mengacu pada rencana reklamasi periodik 5 tahunan dan rencana kerja tahunan teknis dan lingkungan, yang telah disampaikan pada awal tahun kepada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM). Sampai saat ini, contemporaneus reclamation telah dilakukan sepanjang usia penambangan, mencakup pengelolaan pengupasan dan penimbunan tanah (top soil dan sub soil), penggalian dan penimbunan batuan sisa (overburden), penyiapan lahan siap tanam (land preparation), penyediaan bibit berkualitas, revegetasi (metode convensional dan hydroseeding), pemeliharaan, dan pengkayaan jenis (enrichm). Berdasarkan data hingga akhir 2010, luas area pembukaan lahan meliputi site Lati, Binungan, dan Sambarata telah mencapai 5.513,78 hektare, sedangkan total luas area revegetasi mencapai 2.035,44 hektare. Dengan demikian, kemajuan revegetasi telah

IST

BEKAS lahan tambang yang dihutankan dengan tanaman sengon, kakao dan buah-buahan.

mencapai 37 persen dari luas pembukaan lahan mengingat sebagian besar area terbuka masih aktif dimanfaatkan kegiatan penambangan. Pengelolaan lingkungan dioperasional tambang wajib dilakukan, reklamasi salah satunya, dan manager Environment PT Berau Coal, Agus Darmawan menyatakan, program pengelolaan lingkungan yang lain dan diterapkan BC meliputi enam aspek, seperti reklamasi dan revegetasi lahan eks tambang, kualitas air tambang, air permukaan (sungai), kualitas udara embient dan emisi, pengelolaan limbah B3 dan non B3, dan pengelolaan aspek sosial ekonomi masyarakat lingkar tambang. (*/ps)

dan bagi yang belum agar meningkatkan kinerjanya lagi,” ujar Gubernur. Khusus sektor pertambangan batubara diikuti oleh 34 perusahan pertambangan batubara. Baik pemegang perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) maupun kuasa pertambangan (KP). Selain itu ada pula perusahaan dalam pengelolaan lingkungan pada sektor industri dan jasa, HPH, HPHTI, serta perkebunan. Ketiga site pertambangan PT Berau yang terdiri dari Site Lati, Binungan, serta Sambarata seluruhnya mendapatkan proper hijau. “Keberhasilan memperoleh peringkat Proper Provinsi Hijau ini tentu saja atas dukungan dan kerja sama semua pihak. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas dukungannya selama ini,” kata Kepala Teknik Tambang PT Berau Coal Gatot Budi

IST

DULU adalah tanah bekas galian tambang batubara PT BerauCoal, kini sudah dilakukan revetagasi sehingga menjadi hutam kembali.

Kuncahyo. Gatot mengharapkan, semoga penghargaan yang didapat itu semakin memacu

seluruh karyawan PT Berau Coal lebih baik dalam berkarya dan mempererat kerja sama tim. “Kami akan berusaha

mempertahankannya, bahkan meningkatkan sehingga bisa memperoleh proper emas ditahun depan,” tuturnya. (*/ps)

Anugerah Emas Pengelolaan K-3 KEMENTRIAN Energi dan sumber daya mineral Republik Indonesia (ESDM) kembali memberikan penghargaan kepada Berau Coal (BC) kategori emas / gold untuk pengelolaan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) tingkat Nasional. Dimana, sebanyak empat perusahaan pertambangan mineral, batubara dan panas bumi yang mendapat kategori tersebut. Di samping itu, BC Juga mendapat penghargaan kategori utama untuk pengelolaan lingkungan. Penyerahan penghargaan dilakukan di Jakarta Kamis 30 September 2010. Menteri Energi, dan Sumber Daya mineral, Darwin Zahedy Saleh menyatakan pemberian penghargaan ini bentuk pengakuan terhadap keberhasilan program perusahaan pertambangan dalam melakukan pengelolaan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. BC merupakan salah satu perusahaan yang dinilai

IST

LATIHAN dan penerapan keselamatan kerja di PT Berau Coal.

berhasil ditingkat nasional dan menjadi satu . satunya perusahaan tambang yang mewakili Kalimantan Timur yang mendapat penghargaan tersebut. Menurut Kepala Teknik Tambang BC, Gatot Budi

Kuncahyo, pencapaian prestasi tersebut menambah semangat untuk selalu menjaga keselamatan kerja dan mewujudkan nihil kecelakaan fatal di area operasional kerja tam bang BC. BC, merupakan

perusahaan lima besar tam bang batubara nasional, beroperasional di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dengan tiga operasional tambang: Lati, Binungan dan Sambarata. Tahun 2010 BC menargetkan produksi 17.5 juta metrik ton/tahun. Dalam pengelolaan lingkungan hidup, Keselamatan dan Kesehatan kerja, BC memiliki Begems, Berau Coal Green Mining Systems, merupakan bentuk upaya pencegahan kecelakaan, pencemaran, dan penyakit akibat kerja, dimana telah mendapat Sertifikasi ISO 14001 bidang pengelolaan lingkungan dan OHSAS 18001 untuk bidang K3. Selama tahun 2010, BC beberapa penghargaan antaralain Proper Hijau dari badan Lingkungan Hidup Kaltim untuk semua site operasional tambang, dan Tambang Award dalam kategori The Best Mining Company in Royalti Compliance dan The Best Mining Company in CSR & Community Development Programs. (*/ps)

Ikan Mas Bisa Bertahan Hidup ● Mengolah Limbah Air Jadi Air Baku SELAIN pengolahan limbah cair secara aktif, Berau Coal juga melakukan uji coba dengan mengembangkan sistem penetral limbah cair secara mikrobiologi. Biasanya, pada saat dilakukan ketika penggalian batubara, muncul genangan air, baik itu air tanah, maupun air hujan yang tertampung di lokasi bekas tambang. Pada umumnya, air bekas tambang itu bersifat asam. Untuk menetralkan kembali tingkat keasaman air itu, biasanya cukup diberi kapur. Namun, selain penetralan secara aktif itu, Berau Coal juga mencoba melakukan cara penetralan secara alami, memanfaatkan mikrobiologi. “Setiap area terbuka, baik tambang maupun bukan, memiliki potensi menyebabkan air asam, dan pada operasional tambang, air asam wajib dikelola sebelum dilepas ke alam,” sebut Supervisor Environment Air Asam Tambang dan Bahan Berbahaya Beracun Febriwiadi Djali. Air bekas tambang itu harus dikembalikan sesuai baku mutu lingkungan atau dinetralisir. “Pertama dikembalikan fisiknya, yakni kekeruhan air disingkirkan dengan cara pengendapan.

IST

IKAN mas merupakan indikator bahwa air limbah berhasil dimurnikan sehingga berstandar air baku.

Proses ini dilakukan dengan sedimentasi sederhana. Setelah itu, air diberi kapur agar tidak lagi asam. Proses pengapuran ini disebut proses pengolahan aktif. Pada pengolahan air asam tambang BC, Air dipompa dengan pompa air terapung berkapasitas hingga 230 liter/ detik ke kolam pengendapan. Kemudian pada ujung kolam tersebut, terdapat instalasi yang terpasang wadah kapur seperti piramida terbalik, untuk membuka wadah ini secara perlahan, di bawahnya terdapat silinder seperti kincir air, yang terus berputar memanfaatkan aliran air. Setiap kali silinder berputar, besi silinder akan membuka katup dan kapur pun keluar bersama aliran air bekas tambang. Begitu seterusnya. Sedikitnya 80 ton kapur per bulan yang diperlukan untuk

proses penjernihan ini. “Produksi kapur lokal belum mampu memenuhi kebutuhan, karena itu, kapur ini lebih banyak didatangkan dari Malang,” sebut Djali. Ia pun berharap, ke depan kebutuhan kapur ini bisa dipasok dari produksi lokal yang tentunya mampu menjadi kegiatan ekonomi warga lokal. Selain penjernihan dan penetralan secara aktif, kini perusahaan batu bara terbesar di Berau ini sedang mencoba mengembangkan penetralan air asam secara pasif atau alami. Untuk itu, saat ini sedang dibuat instalasi sederhana sebagai bahan uji coba. “Proses pasif itu menggunakan mikroorganisme yang mereduksi logam dengan cara dimakan. Intinya,

mengandalkan proses biologi alam. Biayanya jauh lebih murah, dan ini masih terus dikembangkan. Dengan cara ini, maka alam sendiri yang mengolah air menjadi netral. Ini penting secara jangka panjang, masa air tambang harus dikasih kapur terusmenerus,” beber Djali. Karena itu, jika proses ini ke depan berhasil, akan menjadi acuan nasional. Proses pengelolaan air asam pasif dimulai dari beberapa kolam yang sengaja dibuat, di dalamnya sudah diisi mikroorganisme baik kompos tanaman, serta abu bekas pembakaran batu bara. Hasilnya, jika awalnya air bekas tambang memiliki derajat keasaman (pH) 3, setelah diproses atau diolah secara alami, derajat keasamannya kembali normal dengan pH 7. Pengelolaan air asam pasif menggunakan tanaman tifa yang sengaja ditanam di dalam kolam dan sepanjang saluran air. “Kami juga mencoba membuat keramba di kolam yang sudah diolah. Sekarang sedang kami isi dengan ikan mas yang dikenal sulit pemeliharaannya. Kalau ini berhasil, berarti air ini sudah memenuhi baku mutu lingkungan,” sambungnya. (*/ps)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
TRIBUNKALTIM - 19 OKTOBER 2010 by tohir tribun - Issuu