Rampai Cerpen Minggu - Agustus 2012

Page 198

Bunga Rampai Cerpen ~ Minggu Ke-VI ~ Agustus 2012

“Semua telah berada di tanganku. Kita harus menggenggam.” Istrinya mengangguk. “Kita harus tidak ketinggalan seperti mereka, bukan?” Istrinya semakin sumringah, tersenyum lebar. “Tenang saja. Semua yang ada sudah aku kuasai.” Hal itulah yang membuatnya semakin gencar berada di kantor. Dia lebih sibuk dan (mungkin juga giat) tanpa pernah orang lain menyadarinya. Tapi orang lain tidak tahu entah giat bekerja yang seperti apa, karena bisa jadi lain hal yang dilakoninya di kantor dinas itu. Tapi pelan dan pasti dia memang berhasil menggapai bintang cita-citanya: menjadi kepala dinas di sebuah kantor di kota itu. Dia saat ini pemagang kendali segala hal. Dan dia tertawa semakin lebar....

TAPI ada sesuatu hal yang lain di tempat dia tinggal. Pemukiman elit itu—entah mengapa—menjadi seperti neraka baginya. Itu tentu sebuah hal yang tidak menyenangkan. Meski dia belum merasa apa-apa dari hal-hal yang buruk melandanya, dia seperti sudah merasa dilanda, bahkan yang lebih menyedihkan, dia sudah seperti menjadi orang gila. “Rumah Pak Gimun, pejabat itu habis diobrak-abrik maling,” kata istrinya. Dia terdiam sejenak. Seperti ada sengatan listrik menjalar di tengkuknya. Dia memandang istrinya dengan ragu. Tapi ber189


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.