Rampai Cerpen Minggu - Agustus 2012

Page 151

Bunga Rampai Cerpen ~ Minggu Ke-VI ~ Agustus 2012

bukannya kuda. Banyak ayam bukannya beruga. Banyak gadis bukannya engkau, Adinda. Duhai Adinda tambatan hati, ini ihwal harga diri. Mari keluarkan sirih dan pinang. Dirajang halus dalam mangkuk. Satukanlah air mata kita sebagai penghancur kapurnya. Reguk pula airmataku sebagaimana kureguk air matamu. Kelak akan tersemat hikayat di hulu dendam, bahwa semua ini bermula dari lelaki penyulut hasut itu, Kerie Niru.

KERIE NIRU Adat tangan bermain api, kalau tak panas terbakar tangan. Andai saja tak kudesiskan ihwal kecantikan Dayang Rindu di Tanjung Iran, mungkin takkan banyak nyawa mati di ujung pedang. Bagaimana menangkap landak, asapi lubangnya dengan api. Bagaimana mula berkehendak, dari mata turun ke hati. Para wanita yang dibawa ke hadapan Pangeran Riya, tak satu pun melebihi kecantikan Dayang Rindu. Parasnya tiada tanding. Elok laksana bidadari tak bercela. Kulitnya gading. Rambutnya panjang terurai menyapu jagat, mengilat bak sutra pemikat. Alisnya runcing tajam serupa taji beruga. Dadanya bagai cermin bersih. Senyumnya bagai kilat kemarau. Tumitnya bagai telur sepotong. Wajahnya bulan purnama. Jika tersenyum, pipinya ranum bak bunga sekuntum. Terlongonglah siapa pun yang menatapnya. 142


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.