Teknokra News 153

Page 1

MEI

No. 153 Tahun XVIII Bulanan www.teknokra.com teknokraunila Teknokra Unila Teknokra Unila Unila

Inovasi hal.8

Life style hal.10

Komunitas hal. 8

Tiga sekawan mahasiswa Universitas Lampung kembangkan alat penangkap ikan yang diklaim mampu meningkatkan hasil tangkap ikan sebanyak 2-3 kali lipat.

Mengkonsumsi makanan pedas pada malam hari tak hanya memicu diare namun juga bisa jadi penyebab insomnia.

Intuisi yang kuat dapat menghasilkan desain tulisan yang menarik ketika diterapkan di media tulis baik kertas maupun dinding.

Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas

BERLAGA MINIM DANA Oleh: Fahimah Andini, Alfanny Pratama Fauzy

Unila. Sebutlah UKM Tapak Suci yang memborong 5 emas dan 3 perunggu di Kejuaraan Nasional Lampung Championship, 30-31 Maret 2018. Tak tanggung-tanggung, event Internasional juga dimenangkan Kuni Kasyifa (Penjaskesrek ’15) atlet tunggal taekwondo yang mengantongi mendali perak pada kejuaran The 1’st Paku Alam Cup ­ International Taekwondo Championship 2017 di Yogyakarta. Membawa pulang mendali dan mengharumkan nama Unila nampaknya belum cukup menggugah keyakinan ­­­Prof.Karomani ­­untuk ­mem­prioritaskan kejurnas cabang olahraga. Padahal, kejurnas bisa dijadikan langkah keseriusan Unila untuk mengejar prestasi Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) yang merupakan program Dikti pula. Lomba Non Dikti Dianaktirikan Melenggang ke arena kompetisi bukanlah per­ kara mudah bagi atlet Unila. Atlet P ­ ersaudaran Setia Hati Terate­(PSHT) ­, Risa Maymarwati Hasibuan (Manajemen’16) menceritakan pengalamanya saat bertanding dalam ajang The 4th Sebelas Maret Internasional ­ Pencak Silat PSHT Championship di Solo tahun 2018. Dalam ajang ini, Risa dan keempat kawannya harus meroggoh kocek Rp1 juta perorang untuk bisa berangkat. Dengan dana Rp4 juta tersebut, Ia harus pandai-pandai memba­ ginya. “Uangnya cuma cukup untuk transpor dan biaya pendaftaran saja. Sedangkan untuk penginapan, menumpang di rumah salah satu saudara,” ujarnya. Risa juga harus berhemat untuk makan, “Siang makan di rumah saudara, kalau malam pakai duit sendiri,” ingatnya. Sekitar tiga minggu sebelum keberangkatan, Risa sudah mengajukan proposal pengajuan dana ke rektorat. Kala itu,

Ilustrasi : Charul Rahman Arif

Ambisi Top Ten University di tahun 2025 membuat Unila sibuk melakukan penataaan di setiap bidang. Terlihat dari pembangunan di beberapa gedung dan parkiran terpadu. Peningkatan prestasi kemahasiswaan pun turut dikejar, terutama untuk perlombaan berlis Dikti. Ada dua kategori penyelenggara kompetisi, diselenggarakan oleh Kementrian Riset­Teknologi dan­Pendidikan Tinggi ­(Kemeristek Dikti) dan non Dikti ya­ itu yang diselenggarakan oleh pihak swasta. Berdasarkan Sistem Informasi Manajemen Pemeringkatan Kemahasiswaan (Simkatmawa) tahun 2018 dari Risetdikti, proses penilaian meliputi empat aspek. Keempat aspek tersebut yaitu institusi (15%), kegiatan non lomba (5%), prestasi kegiatan kokurikuler (ko) dan ekstrakurikuler mandiri (30%), dan prestasi kegiatan ko dan ekstrakurikuler Belmawa (50%). Perbedaan 20 % penilaian lomba berlis Dikti dengan non Dikti ini menjadi dasar Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof.Karomani lebih fokus mengejar skor yang diadakan Dikti. Ia me­ ngatakan skor berlis Dikti akan mempercepat kenaikan skor Unila yang kini hanya sebesar 0,27. Hal itu membuat beberapa perlombaan non Dikti jadi dikesampingkan. Terbukti dengan pernyataan Kepala Subbagian Minat, Penalaran, dan Informasi Kemahasiswaan , Rohana Sari yang mengatakan, tahun 2018 dana untuk kejuaraan nasional tidak dianggarkan. Hal ini dibenarkan oleh Prof.karomani, di ruang kerjanya Jumat, 13 April 2018. Kecewa. Satu kata yang terlontar dari mahasiswa yang ke­rap bertarung pada kejuaraan nonDikti. Sebagian besar mereka adalah yang menggiati cabang olahraga. Kejuaran nasional (Kejurnas) kurang dianggap sebagai prioritas. Padahal, banyak prestasi olahraga yang dito­ rehkan oleh mahasiswa

Ia mengajukan Rp10 juta namun, hanya di cairkan Rp 750 ribu. Sama halnya dengan Kuni Kasyifa meskipun tidak mengikuti UKM, Kuni tetap membawa nama Unila. “Karena saya lomba bawa nama Unila, seharusnya Unila bisa bantu saya, makanya minta bantuan dana,” ujarnya. Mendekati hari kejuaraan, dana bantuan pun tak kunjung cair. Akhirnya Ia harus memakai dana pribadinya untuk me-

menuhi seluruh biaya akomodasi selama di Yogyakarta. Setelah pulang membawa oleh-oleh medali perak. Dirinya mendapat janji dari Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Supriyadi bahawa biaya akomodasi yang diajukan sebesar Rp2 juta akan dikembalikan. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada kejelasan kapan dananya akan dikembalikan. Barulah di kejuaraan nasional (kejurnas) Kapolres ­Kabupaten­

Semarang 2018 biaya akomodasi selama kejuaraan ditanggung pihak dekanat FKIP. “Bayarannya sebelum berangkat dikasih satu juta, setelah pulang dari lomba baru dikasih satu juta lagi,” ungkapnya. Pada kejuaraan nasional ini Kuni berhasil meraih juara 1 kate­ gori kyorugi 53 kg senior putri dan mendapat penghargaan sebagai atlet terbaik s­ enior putri.

Bersambung ke- hal 7 ...


2

No.153 Tahun XVIII | Edisi Mei 2018

Komitmen

www.teknokra.com

maleslah yay, capek-capek latihan kejurnas aja dananya enggak turun

ayok dien latihan lagi!

Ilustrasi : Charul Rahman Arif

Prestasi Olaharaga Butuh Prioritas Keberhasilan UKM Tapak Suci Unila yang memborong 5 emas dan 3 perunggu di Kejuaraan Nasional Lampung Championship pada 30 Maret lalu, selain menjadi kabar baik juga sebagai lampu kuning untuk Unila. Dibalik kesuksesan perlombaan olahraga nyatanya terdapat ketidakseriusan Unila dalam mengembangkan prestasi di bidang olahraga. “Sebagai mahasiswa kita tidak hanya mengembangkan hardskill namun juga softskill” nampak seperti pernyataan klise Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Karomani dalam setiap kesempatan membuka acara Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Unila. Terbukti dengan tidak dianggarkannya dana kejurnas tahun 2018. Padahal kejurnas banyak menyumbang prestasi dari cabang olahraga untuk Unila. Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan ­(Belmawa) ­ Dikti menyelenggarakan penilaian pemeringkatan bidang kemahasiswaan. Peme­ ringkatan tersebut sebagai wa­hana bagi perguruan tinggi untuk melaporkan prestasi-prestasi mahasiswa dan institusi dalam bidang kemahasiswaan. Penilaian prestasi mahasiswa

dibagi menjadi dua yaitu penilaian Prestasi Kegiatan Kokulikuler (ko) dan Ekstrakurikuler Mandiri serta Penilaian Prestasi Kegiatan Belmawa. Dengan penilaian 30 % untuk Kegiatan Ko dan E ­ kstrakurikuler Mandiri dan 50% Penilaian Prestasi Kegiatan Belmawa. Bagi mahasiswa yang akan megikuti kejuaraan kegiatan Belmawa atau berlis Dikti, tak perlu memusingkan dana. Ditahun 2018 bidang kemahasiswaan sudah menyiapkan anggaran kejuaraan berlis Dikti. Akan tetapi, mahasiswa yang akan mengikuti kejuaraan Ko dan Ekstrakurikuler Mandiri atau non Dikti harus lebih bekerja keras. Disamping fokus mempersiapkan mental bertanding, juga harus disibukkan untuk mencari dana tambahan. Pasalnya, pihak Unila tidak bisa memenuhi seluruh biaya akomodasi kejuaraan nasional (kejurnas). Mahasiswa yang berprestasi di bidang olahraga terkena imbasnya atas kebijakan tersebut. Kejuaraan olahraga lebih banyak diselenggarakan secara mandiri oleh lembaga selain Direktorat Kemahasiswaan. Pertandingan olahraga yang berlis Dikti untuk tingkat nasional adalah Pekan Olaharaga Mahasiswa Nasional (Pomnas). Namun, Pom-

nas hanya diselenggarakan dua tahun sekali dan untuk menjadi perwakilan Pomnas terlebih dahulu melalui proses seleksi antar Perguruan Tinggi untuk menjadi delegasi provinsi. Itu artinya ­atlet terbaik Unila harus bersaing dengan atlet-atlet dari seluruh Perguruan Tinggi di Lampung. Tidak adanya dana kejurnas, merogoh kocek pribadi hal yang harus dilakukan mahasiswa yang tetap ingin meraih prestasi dibidang olahraga. Tak ­hanya soal dana kejurnas, fasilitas penunjang latihan dan apresiasi yang luput dari perhatian­ Universitas kerap dikeluhkan ­ oleh mahasiswa. Pengusulan pagu tambahan merupakan usaha yang dilakukan oleh tim bidang kemahasiswaan agar dana kejurnas dapat dianggarkan. Ditengah seretnya dana kejurnas tahun ini, semangat mahasiswa yang tetap berjuang meraih prestasi patut diberikan apresiasi. Mengikuti kejurnas bisa menjadi ajang mengasah diri mahasiswa agar dapat lolos seleksi dan menjadi perwakilan provinsi di Pomnas. Sudah sepatutnya dana kejurnas juga menjadi fokus utama petinggi Unila. Setiap tahunnya, bidang olahraga tidak pernah absen menyumbangkan pretasi untuk Universitas Lampung =

Ngekhibas Kejurnas gak punya anggaran ? Pakai duit pribadi lagi dong Kartu parkir belum selesai dicetak ? Portal masuk masih nganggur nih Prodi baru sepi peminat ? Pada gak tau kali ya Unila tuan rumah KKN Kebangsaan ? Yakin, udah siap ?

SUARA MAHASISWA Sampaikan keluhanmu lewat Whatsapp Mahasiswa, dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 0896-8324-3446 atau 082182017827 Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai Identitas lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/ Jurusan/Fakultas/Angkatan.

Kami mencocokannya dengan data siakad Unila.

Silahkan kirimkan kritik,saran,dan pertanyaan anda ke alamat e-mail Teknokra

ukpmteknokraunila@yahoo.co.id

PELINDUNG Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., PENASEHAT Prof. Dr. Karomani, M. Si., Drs. Mardi Syahferi, M.M. DEWAN PEMBINA Prof. Dr. Muhajir Utomo, M. Sc., ANGGOTA DEWAN Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya, M. S., Asep Unik SE., M., Dr. Eddy Riva’I SH., M.H., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A, Prof. Dr. Yuswanto , SH., M. Hum, Asrian Hendi Caya, S.E., Dr. Yoke Moelgini, M.Si., Irsan Dalimunte, SE., M.Si., Dr. Dedy Hermawan, S. Sos., M. Si., Maulana Mukhlis, S. Sos., M.P., Dr. H. Sulton Djasmi, M. Si., Syafaruddin, S. Sos., MA., Toni Wijaya, S. Sos., MA., Fajar Nurrohmah S. Ab, Rika Andriani, S.E.,Yola Savitri, S.Pd. PEMIMPIN UMUM Faiza Ukhti Annisa PEMIMPIN REDAKSI Retnoningayu Janji Utami REDAKTUR BERITA Fahimah Andini, Alfany Pratama REDAKTUR ARTISTIK Rahmad Hidayatulloh REDAKTUR DALAM JARINGAN Silviana, Kalista Setiawan KAMERAMEN Tuti Nur Khomariah, Rohimatus Salamah FOTOGRAFER Andi Saputra STAF ARTISTIK Chairul Rahman Arif, Andi Saputra REPORTER Yoanda Widia Dita, Windy Sevia Wulandary REPORTER DALAM JARINGAN Mitha Setiani Asih PEMIMPIN USAHA Arif Sabarudin Manajer Operasional Tuti Nur Khomariah, STAFF IKLAN DAN PEMASARAN M. G. Aji Satriantara (nonaktif), Chairul Rahman Arif STAFF KEUANGAN Windy Sevia Wulandary KEPALA PUSAT DAN PENGEMBANGAN Alfany Pratama STAFF LITBANG Rahmad Hidayatulloh KEPALA KESEKRETARIATAN Kalista Setiawan STAFF KESEKRETARIATAN Fahimah Andini CALON ANGGOTA Anies L, Ratih P.S, Mastiani S, Mutia S, Ria Shinta M, Chandra, Galuh P, Siti Haliza, Halfa N, Nabila S, Rendi I, Gatot S, Adela, Savira, Handrianto, Zhurvia M, Novia M, Pera A, Irgi C, Afriyatin D.SA, Reza F, Idhar F, Shandy D, Dian P, Dini P, Hafifah A, Ahmad R, Dewi S, Reinisa A.P, Indah A.K.

TEKNOKRA NEWS diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung. Alamat Grha Kemahasiswaan Lt 1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No 1 Bandarlampung 35145 Telp. (0721) 788717 Website www.teknokra.com email: ukpmteknokraunila@yahoo.co.id


No.153 Tahun XVIII | Edisi Mei 2018

Kampus Ikam

3 www.teknokra.com

KARTU PARKIR UNILA BELUM RAMPUNG CETAK Unila-Tek: Kartu parkir Unila yang telah di-launching 17 November 2017 lalu oleh Wa­ kil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Prof.Kamal, hingga kini belum rampung dicetak. Akibatnya, portal masuk kendaraan Unila belum juga beroperasi. Alih-alih ingin menertibkan, kendaraan masya­ rakat umum masih berlalu lalang seperti biasanya. Kepala Biro Umum dan ­Keuangan Unila, Sariman, me­ ngatakan, kartu parkir Unila ditargetkan akan selesai bersamaan dengan rampungnya pembangunan lapangan parkir terpadu. “Pada akhir April atau pertengahan Mei 2018, ya sebelum penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran 2018/2019,” ujar Sariman di ruang kerja­ nya, Rabu (11/4). ¬Kartu parkir hasil kerjasama dengan C ­orporate Social Responsibility (CSR) Bank Bukopin ini akan dibagikan secara gratis ke civitas academica Unila. “Gratis. Itu gunanya kita

punya CSR,” ucapnya. Kartu Parkir Unila akan dibagikan secara bertahap, mengingat besarnya dana yang dibutuhkan dan CSR yang terbatas. Sementara, sebagian kartu parkir yang sudah jadi diperuntukan kepada pejabat dan karyawan rektorat dan sebagian fakultas. Untuk tahap selanjutnya, kartu parkir akan dibagikan kepada seluruh mahasiswa Unila. Terkecuali fakultas-fakultas yang sudah memiliki kartu parkir seperti FKIP dan FMIPA, karena nantinya semua kartu parkir tersebut akan memiliki fungsi yang sama. Adella Putri (Kehutanan’17) mengaku belum merasakan kegunaan portal otomatis Unila. “Belum berguna, soalnya belum ada kartu parkirnya. Kalaupun sudah ada, yang bisa lewat yang punya kartu saja,” ucapnya. Ia juga menambahkan, kartu parkir ini kurang efektif untuk mahasiswa yang menggunakan jasa ojek online=

KELAS INTERNASIONAL TAMBAH KUOTA Oleh: Rohimatus Salamah

Kelas internasional yang telah diselenggarakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) sejak 2013 masih tergolong sepi peminat. Terhitung dari tahun ke tahun, kelas tersebut hanya dihuni sekitar 20 mahasiswa, sementara pada tahun 2017 terjadi peningkatan peminat sehingga kuota pun ditambah menjadi 33 mahasiswa. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama, Mahrinasari, menjelaskan, sistem pendaftaran yang semula dibuka untuk mahasiswa semester 1, pada tahun akademik 2018/2019 akan dibuka untuk calon mahasiswa. “Kemudian lewat jalur SNMPTN, kita akan tawarkan kalau mereka mau. Ikut mendaftar. Diterima disini, kita akan tawarkan lagi mau masuk kelas regular atau kelas khusus internasional,” tambahnya. Salah satu kendala kelas internasional yaitu biaya untuk melakukan transfer kredit, yaitu pertukaran mahasiswa dengan universitas asing selama satu semester. “Karena kalau transfer kredit selama ini mereka minta biaya. Nah, itu selama ini belum berjalan,” ujarnya. Walaupun begitu, Ia mengatakan telah memperluas kerjasama dengan universitas asing, salah satunya Universitas Unila-Tek:

Utara Malaysia yang menyelenggarakan transfer kredit tanpa biaya. Sebelumnya, FEB telah berhasil menjalin kerjasama dengan Universitas Kebangsaan Malaysia, Yokohama University, dan beberapa universitas di luar Asia seperti Brazil, Australia, dan Singapura. Muhammad Naufal Al-Islami (Manajemen ’16),mengaku suasana belajar menjadi lebih intens dibanding kelas regular sehingga lebih mudah memahami materi kuliah. Namun ia menyayangkan peminat kelas internasional yang cenderung rendah, karena kesiapan mental yang kurang dari mahasiswa. “Kenapa sih ngga mau ambil kesempatan ini. Ya, kan,” ungkapnya. Senada dengan Naufal, Novita Supardi (Manajemen ’13) merasa belajar di kelas internasional terasa lebih menyenangkan meski awalnya sempat kaget dengan perubahan literatur dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris. Persyaratan skripsi yang menggunakan Bahasa Inggris juga tak jadi masalah baginya. “Kalo menurut saya sih lebih mudah pake Bahasa Inggris dari pada Bahasa Indonesia. Kalo Bahasa Inggris itu kan penulisan katanya nggak seribet Bahasa Indonesia,” akunya. Ia berharap tak hanya FEB, tapi Almamater Universitas Lampung bisa go internasional =

Oleh :Andi Saputra

Oleh: Nabila Syarifa

Lari. Peserta SBMPTN 2018 Prodi Penjaskesrek Unila melakukan tes praktik lari di Lapangan Sepak bola Unila. Foto dibidik Rabu, (9/5).

TES EPT PUNYA KEBIJAKAN BARU Oleh : Siti Haliza

Unila-Tek: Balai bahasa Unila keluarkan sertifikat English Profeciency Test (EPT) model baru bagi peserta kursus intensif. Layaknya golden ticket, dengan skor EPT minimum 400, kini mahasiswa kursus bisa diluluskan dari skor aslinya 450. Kepala UPT.Bahasa, Sukirlan, mengatakan, mahasiswa yang mengikuti kursus intensif akan mendapatkan sertifikat fullpage yang lebih besar dari biasanya. Sedikitnya tingkat kelulusan mahasiswa sewaktu tes EPT, dinilai karena kemampuan Bahasa Inggris tiap mahasiswa yang berbeda-beda. Menanggapi itu, Sukirlan mengajukan usulan ke Rektor untuk diadakan­ nya kursus intensif. Permintaan tersebut dijawab dengan dikeluarkannya SK Rektor nomor 807/UN26/DL/2018 tentang tes Kemampuan EPT calon wisudawan di Unila pada 6 Maret 2018.

Dalam SK poin (d) disebutkan bahwa, apabila setelah mengikuti tes EPT 3 kali skor masih belum mencapai 450 maka diwajibkan mengikuti kursus secara intensif ( 16 pertemuan x 90 menit dengan kehadiran kursus mencapai 100 % di UPT Bahasa. Pada poin e dijelaskan pula, sertifikat kursus intensif tersebut dapat digunakan sebagai syarat wisuda dengan minimal skor 400, bagi calon wisudawan S1,S2 dan Profesi. Wakil Rektor Bidang Akademik, Bujang Rahman, mengungkapkan, standar skor 450 ditetapkan guna mengikuti standar internasional dan diharapkan dapat bersaing secara internasional dalam berkomunikasi. “Mahasiswa yang tidak mengikuti kursus dinilai mampu dan mahasiswa yang mengikuti kursus ada indikasi tidak mampu karena skill berbahasa inggris yang kurang maka jika setelah kursus juga

tidak mampu, 400 saja sudah cukup,” jelasnya. “Mahasiswa kalau sudah tes tiga kali, maka diwajibkan mengikuti kursus di UPT. Bahasa,” ujar Sukirlan. Ia juga menjelaskan ada perbedaan sertifikat antara mahasiswa yang mengikuti kurus intensif dan yang tidak.Kursus intensif ini dilakukan selama seminggu dengan biaya Rp300 ribu. Biaya per tes dikenakan biaya Rp 25 ribu. Sebagai salah satu syarat wisuda, tes EPT kerap menjadi ganjalan bagi mahasiswa tingkat akhir. Tak jarang mahasiswa harus mengulang tes hingga berkali-kali. Lia Purnama Sari (Manajemen’14) me­ nyambut baik kebijakan test EPT terbaru. “Dengan les ini kita tidak harus membuang waktu untuk mengikuti tes EPT berkali-kali, juga dimudahkan dalam belajar untuk mengikuti tes EPT,” tuturnya =

KOPMA INGIN MANDIRI Oleh: Fahimah Andini

Unila-Tek: Menginjak usia ke-36

tahun, UKM Koperasi Mahasiswa (Kopma) Unila bertekad untuk mandiri. Walau bukan UKM yang konsen terhadap kompetisi perlombaan, Kopma Unila buktikan bisa jadi aset unila. Ketua Umum Kopma Unila, Ikhwan Ferdian ­Widiarto ­(Akuntansi ’15) berharap kopma tak hanya dipandang sebagai toko biasa. Pihak rektorat dinilai­ nya kurang perhatian dengan UKM yang tidak berbasis perlombaan. Menurutnya, meski Kopma bukan UKM yang fokus untuk mencari prestasi, tetapi bisa mengader anggotanya untuk berwirausaha sebagai bentuk upaya penerapan soft skill yang

akan berguna nantinya. Dalam sebulan, laba yang diterima Kopma bisa mencapai sekitar ratusan juta rupiah. Jumlah ini masih kalah saing dengan kopma di UGM, Siliwangi. “Kalau Kopma di UGM, di Siliwangi laba mereka sudah sampai miliaran,” ujarnya. Ia berharap Kopma tidak bergantung pada rektorat. ­­­“Semo­ga kita bisa membuka ekspansi keluar lewat ­usaha mandiri dengan jaringan yang luas dan anggota kopma lebih sejahtera,” ungkapnya, Sabtu (10/3) pada perayaan ulang tahun kopma di Halaman Belakang Rektorat. Selain itu UKM Kopma juga membuka peluang kerjasama bagi mahasiswa yang ingin

memasarkan produknya di UKM Mart. “Iya bisa, ada SOP (Standar Operasional Prosedur)-nya, salah satunya produk yang belum ada di UKM Mart selanjutnya terlebih dahulu produknya di tester dari tim usaha jika layak maka diterima dan pembagian hasil sebesar 15% dari harga penjualan untuk kopma,” jelasnya. Nur Azis SP (Teknik Pertanian ’14) anggota UKM KSR Unila yang turut hadir mengikuti acara ulang tahun Kopma mengaku senang dapat berpartisipasi. “Semoga kopma lebih sukses, mandiri, organisasinya lebih maju persaudaraannya lebih kental sesuai dengan temanya membangun kekeluargaan dan kebersamaan,” katanya =


4

No.153 Tahun XVIII | Edisi Mei 2018

Kampus Ikam

www.teknokra.com

Pundi Amal Untuk Way Urang Unila-Tek: Persatuan mahasiswa (Perma) Agroteknologi berkolaborasi dengan Gondrong Unila mengadakan pundi amal korban banjir di Desa Way Urang, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Kalianda, Lampung Selatan, Minggu (15/4). Bantuan diberikan terhadap keluarga yang mengalami kerugian materiel dan korban jiwa terparah. Banjir yang memporak-porandakan Way Urang 3 April lalu ini disebabkan guyuran hujan deras sejak selasa malam. Sebanyak 4 rumah rusak, 3 korban luka, dan 1 orang meninggal dunia terbawa aliran bah. Sementara 1 korban hanyut belum ditemukan. Anggota Gondrong Unila, Memo Dinda Nugraha (Kehutanan ‘15) menjelaskan, dana amal diberikan kepada keluarga dengan kondisi sangat memprihatinkan. “Salah satu anak­ nya meninggal terseret aliran bah dan anak lainnya mengalami luka parah,” ujarnya. Walau terlambat dua pekan usai bencana terjadi, Perma Agroteknologi dan gondrong Unila tetap mendapat sambutan baik. Tak hanya itu, panitia juga mengumpulkan anakanak di sekitar Desa Way Urang dan memberikan bingkisan makanan berupa roti dan susu. Tita Prenti Rahmadanti (Agroteknologi ‘15) panitia pundi amal berharap, setelah ini akan banyak masyarakat Lampung yang cepat tanggap terhadap korban bencana alam. “Kami berharap dapat meringankan sedikit dampak dari bencana banjir yang melanda masyarakat setempat,” ujarnya =

Kepemimpinan Pemuda 2045

Oleh : Alfanny Pratama F.

Oleh: Rohimatus Salamah

Konser. UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unila gelar konser “Unity In Song”. Acara ini mengangkat lagu-lagu tentang ­­ Kebinekaan di Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI). Foto dibidik Sabtu (28/4).

3 PRODI BARU SEPI PEMINAT Oleh: Nabila Syarifa

Oleh: Hafifah Azahra

Unila-Tek: Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unila berkolaborasi dengan BEM Unila mengadakan Stadium General di Aula Perpustakaan, Sabtu-Minggu, (12-13/5). Mengusung tema “Peran Pemuda dalam Menyongsong Generasi Emas Indonesia 2045” acara ini bertujuan untuk mengoptimalisasi peran mahasiswa di tahun 2045. Ketua Pelaksana, Riki Sofyan (Ilmu Komputer ’17) mengungkapkan hal tersebut bisa dicapai dengan dibentuknya suatu karakter bangsa. “Yaitu karakter kepemimpinan yang dibutuhkan oleh pemuda zaman sekarang,” jelasnya. Agus Harimurti Yudhoyono selaku Ketua Yudhoyono Institute dalam sambutannnya mengatakan, pemuda harus menjadi agent of change ke arah yang lebih baik. “Oleh karena itu lakukan pendidikan leadership dari sekarang,” ujarnya. Salah satu peserta, Mariatun Kiftiyah (Pendidikan Ekonomi ’16) ­memberikan tanggapan positif terhadap jalannya acara. “Yang saya dapatkan yaitu tentang bonus demografi di 2045, terus banyak lagi ilmu yang didapatkan dari Pak AHY,” jelasnya=

Ikamsumsel Perkuat Ukhuwah Oleh: Ria Shinta Maya

Unila-Tek: Mahasiswa perantauan Sumatera Selatan menginisiasi terbentuknya Ikatan Mahasiswa Sumatera Selatan (Ikamsumsel) Sabtu, (7/4) di Gedung E Fakultas Hukum. Organisasi ini dibentuk guna memperkuat ukhuwah mahasiswa perantauan Sumatera Selatan di Unila. Halvi Nuran Givari (Ilmu Hukum’16) dilantik menjadi Ketua Umum dan I Chandy Franata Rito sebagai Wakil Ketua Umum Ikamsumsel. Mulanya di tahun 2012 bernama Himpunan Mahasiswa Sumatera Selatan (Himasula), namun usai Mubes pertama berubah nama menjadi Ikamsumsel. Ikamsumsel terdiri dari 5 divisi, yaitu Divisi Kaderisasi dan Sumber Daya Mahasiswa, Humas, Dana dan Usaha, Kominfo, Minat Bakat dan Kerohanian. Tercatat ada 329 mahasiswa Unila yang tergabung sebagai anggota Ikamsumsel. Halvi menerangkan syarat bergabung Ikamsumsel adalah mahasiswa Unila yang berasal dari Sumatera Selatan. Organisasi yang terbilang baru ini, menurut Halvi masih membutuhkan banyak pembinaan. Ia pun masih mencari dosen yang berasal pula dari Sumsel untuk menjadi dosen pembina. Meskipun begitu, Ia juga bercita-cita agar anggota Ikamsumsel tak hanya dari Unila saja, melainkan seluruh mahasiswa di Lampung. Halvi berharap seluruh anggota dapat berkomunikasi dengan baik. “Kita harus sadar bahwa kita disini tidak sendirian, kita punya keluarga di tanah rantau,” pungkasnya=

Unila-Tek: Menghadapi Tahun Akademik (TA) 2018/2019, Unila membuka tiga Program Studi (Prodi) baru, yakni Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak (FP), Pendidikan Musik (FKIP), dan Pendidikan Vokasional Teknologi Informasi (FKIP). Ketiga Prodi baru ini sudah tersedia di jalur masuk SNMPTN, SBMPTN, dan UM. Muhamad Komarudin selaku Ketua Humas SNMPTN panitia lokal (Panlok) Lampung mengatakan ketiga prodi baru tersebut masih sepi peminat. Jumlah peminat prodi baru diantaranya, Pendidikan Vokasional Teknologi Informasi sebanyak 226 orang; 103 ­SNMPTN dan 123 SBMPTN, Prodi Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak 334 orang; 80 SNMPTN dan 254 SBMPTN, dan Prodi Pendidikan Musik sebanyak 86 orang;

29 SNMPTN dan 57 SBMPTN. Total kuota untuk Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak sebanyak 50 kursi dengan jalur SNMPTN (15), SBMPTN (23), dan UM (12). Pendidikan Musik dan Pendidikan Vokasional Teknologi Informasi sebanyak 30 kursi dengan jalur SNMPTN (9), SBMPTN (14), dan UM (7). Penambahan ketiga prodi baru ini didasari dengan me­ ningkatknya kebutuhan dan pengembagan variasi bidang ilmu. Dekan Fakultas Pertanian, Irwan Sukri Banuwa mengatakan adanya prodi baru ini guna menuju swasembada daging. “Mudah-mudahan hasil penelitian tentang nutrisi dan pakan ternak bisa meningkatkan Average Daily Growth (ADG). “Guru-guru SMK sudah ba­ nyak yang mau pensiun, dan

diperlukan penggantinya,” ujar Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila, Muhammad Fuad. Prodi pendidikan musik juga dibuka karena tingginya animo masya­ rakat lampung di bidang musik. Kegiatan perkuliahan prodi ­ baru ini akan berlangsung di kampus utama kecuali prodi Pendidikan Musik, di Kampus A Unila yang terletak di Jalan ­Pa­nglima Polim Terkait masih sepinya peminat pada ketiga prodi baru ini, telah diupayakan Irwan Sukri Banuwa untuk menyosialisasikannya secara daring. Muhammad Komar menjelaskan ketiga prodi tersebut baru pertama kalinya ikut SNMPTN dan SBMPTN. “Apalagi kalau Prodi Pendidikan Musik harus ujian keterampilan di ­SBMPTN-nya,” jelas Komar=

FKIP CABUT SURAT EDARAN WISUDA Oleh: Silviana

Unila-Tek: Surat Edaran mengenai syarat pendaftaran wisuda di FKIP menuai kontoversi. Dalam persyaratan tersebut pada poin nomor 2 disebutkan bahwa, wisudawan/i diwajibkan untuk mencetak foto ke studio foto yang telah ditentukan yaitu studio foto fuji depan Masjid Al Wasi’i. Selang sehari peraturan ditempel, akhirnya surat edaran itu ditarik pihak dekanat FKIP. “Sekarang mahasiswa bebas untuk berfoto dimana saja, tidak diharuskan foto di studio FUJI lagi,” tegas Kepala Subbagian (Kasubag) Akademik dan Kerjasama FKIP, Sumaryoto. Tepat pada Senin (13/03) pengumuman yang telah ditandatangani Sumaryoto pada 12 Maret tersebut dicabut.

“Sebenernya nggak ada maksud apa-apa, saya hanya ingin diserempakkan saja. Selama ini mahasiswa kurang bagus dalam menyerahkan foto untuk wisuda,” ujar Sumaryoto. Ia menyayangkan mahasiswa yang mengumpulkan foto de­ ngan kualitas rendah. Sebagai dokumen seumur hidup, dirinya ingin ada foto hitam putih yang sesuai standar. Pihak Studio Fuji menyangkal adanya kerjasama khusus dengan pihak dekanat FKIP. Tidak ada kesepakatan untuk mahasiswa Unila cetak foto disini. “Dia cuma nanya, kalau buat ijazah itu yang kaya mana mesinnya, dia bilang gitu kan. Bagusnya kertasnya itu kayak mana. Kalau misalnya nanti ada anak-anak kesini tolong jelasin

aja begini-begini. Oh yaudah katanya gitu,” jelas Winda Tarida Bultom yang menirukan perkatan dari Sumaryoto. Salah satu mahasiswa FKIP Fabriel Mayang Sari (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia’14) mengaku sudah melihat pengumuman yang mewajibakn foto di studio fuji. Namun ia tidak mengetahui apakah pe­ ngumuman tersebut masih berlaku atau tidak. Menurut­nya tidak masalah selama tidak ada punishment. “Oh iya ada selebarannya, yang mewajibkan dan mulai 12 maret berlakunya, tapi kurang tau kalau sekarang masih berlaku atau tidak. Saya kan nggak foto di fuji, terus pas ngumpul cuma diberikanhimbauan saja, kalau fotonya harus kualitas bagus agar tahan lama,”ujarnya =


No.153 Tahun XVIII | Edisi Mei 2018

Kampus Ikam

5 www.teknokra.com

Forkom UKM-U Butuh Reshuffle

Oleh :Andi Saputra

Oleh: Tuti Nur Khomariyah

Peserta. Rektor Unila, Hasriadi Mat Akin menyambangi Rizqi Al Faizin salah satu peserta SBMPTN penyandang disabilitas di Gedung Perpajakan FEB. Foto dibidik Selasa (8/5).

KKN KEBANGSAAN DI LAMPUNG Oleh : Chairul Rahman Arif

Unila-Tek: Universitas Lampung terpilih menjadi tuan rumah KKN Kebangsaan 2018 pada periode Juli-Agustus mendatang. Sebanyak 920 peserta dari seluruh PTN maupun PTS dan satu dari perguruan tinngi asal Malaysia akan mengabdi di tanah Lampung. “Nanti­ nya ada 800 mahasiswa non Unila yang akan mengabdi di sini dan sekitar 120 mahasiswa Unila,” ujar Ketua Badan Pelaksana KKN, Sri Waluyo. Peserta KKN Kebangsaan nantinya akan ditempatkan di tiga Kabupaten yaitu Tanggamus, Lampung Timur, dan Tulang Bawang Barat. Mengangkat tema Merajut Kebhinekaan dalam Kesamaan dan Kebersamaan dalam Bahasa Lampung bisa disebut dengan Piil Pesenggiri. Sri Waluyo berharap

peserta dapat tertanam pe­ ngetahuan tentang nilai-nilai keberagaman dan kekayaan yang ada di Lampung serta dapat memperkenalkan Unila secara luas. “Kalau sebelumnya hanya sebatas mende­ ngar-dengar saja, peserta KKN dapat kesini dan melihat sendiri keadaan Unila” katanya. KKN Kebangsaan yang me­ rupakan program Kemenristek Dikti melalui Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan ini sudah memasuki pelaksanaan kegiatan tahun ke-6. Terpili hanya Unila sebagai tuan rumah KKN Kebangsaan sudah melalui proses seleksi. Diawali saat hari terakhir KKN Kebangsaan 2017 di Gorontalo dilakukan kontes kecantikan antar delegasi perguruan tinggi dan yang menang berhak menjadi tuan rumah se-

lanjutnya. Selanjutnya syarat utama dari Kemenristekdikti untuk menjadi tuan rumah KKN Kebangsaan antara lain KKN adalah mata kuliah wajib dan memiliki kerjasama dengan pemeritah daerah yang akan menjadi lokasi KKN Kebangsaan. Demi terjalannya KKN Kebangsaan dengan baik, ­ BP-KKN telah membuat ap­ likasi KKN Kebangsaan yaitu­­ ­­e-kkn.unila.ac.id. Aplikasi ini diperuntukan untuk sistem pendaf­ taran calon peserta, pengacakan kelompok, penempatan mahasiswa di lokasi, sistem pelaporan saat mengabdi, dan sistem evaluasi setelah melakukan KKN Kebangsaan. Sri mengaku timnya tengah melakukan pengembangan aplikasi tersebut agar dapat digunakan di platform android =

AJAK MASYARAKAT PEDULI AIR SUNGAI Oleh : Zhurvhia Malika

Unila-Tek: Peringati hari pendidikan nasional, UKM FH Mahusa menggelar seminar daerah mengenai permasalahan lingkungan di Aula Gedung E lantai 4 Fakultas Hukum (3/5). Mengangkat tema “Where Water Flows There Is Life” fokus pembahasan seminar kali ini yaitu mengenai permasalahan air. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mendata, indonesia memiliki daerah aliran sungai (DAS) yang mencapai 2.506. Akan tetapi, menurut data Direktorat Pengendalian Pencemaran Air Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukan bahwa status mutu air yang tercemar berat di lima region di Indonesia ber-

Unila-Tek: Forum Komunikasi (Forkom) UKM-Unila tidak ­aktif untuk dua kali periode kepengurusan sejak 2016 sampai 2018. Yogi Prayanda (Fisika’12) selaku Ketua Forkom UKM-U didesak untuk segera mengadakan pergantian kepengurusan. Forkom seyogyanya menjadi wadah untuk membicarakan kepentingan bersama seluruh UKM-U. Namun, dalam dua tahun terakhir forkom kehilangan fungsinya. “Tidak ada ­kejelasan program kerja dari forkom UKM, juga jarang kumpul. Padahal masih banyak hal-hal yang harus dibenahi di Grha ini seperti kebersihan dan kamar mandi,” keluh Ketua UKMBS, Warih Winardi. Hal senada juga dirasakan Ketua UKM KSR, Gregorius Verli Giga Winarno, “Forkom untuk dua periode ini jarang kumpul-kumpul,” ujar Verli. Ia juga menyayangkan ketidaktahuan adanya UKM baru yang sempat menunda saat prosesi pelantikan UKM-U di Gedung Serba Guna (GSG) Unila, Senin (5/3). Menanggapi hal tersebut, Yogi mengaku telah menyerahkan pergantian kepengurusan kepada seluruh ketua UKM-U yang baru. “Saya tidak tahu kapan akan diselenggarakan kepengurusan, iya gimana mau pergantian kepengurusan kalau cuma saya sendirian,” jelas Yogi. Saat ditanya soal kesiapan calon kandidat Ketua Forkom yang baru, Verly menjawab, “Ya, KSR siap,”ucapnya. Selain itu,Ia juga berharap Forkom dapat berjalan sesuai tujuan awalnya dibentuk.”Saya berharap forkom dapat menyatukan seluruh UKM-U dan dapat saling berdiskusi, intinya ya itu saja,” ujarnya =

FGL Sebarkan Virus Genre Oleh: Novia Mastuti

Unila-Tek: Forum Generasi Berencana Lampung (FGL) ­pererat silahturahmi lewat acara Education and Camp di Pantai Klara, Jumat-Sabtu (30-31/ 3). Tak sekadar mengisi waktu luang, FGL sebarkan virus-virus Genre, yakni informasi seputar remaja. Sebanyak 125 orang dari berbagai Genre di Lampung turut hadir dalam acara ini. Diawali dengan sarasehan dilanjutkan sharing alumni duta dan pengurus PIK-M serta perwakilan dari Forum Genre Lampung. Acara ini dimeriahkan pentas seni, api unggun, lomba yel-yel, hingga outbond turut diadakan sebagai sarana mengupas substansi Genre. Usai kegiatan ini diharapkan kepekaan sosial meningkat dan kemampuan berinteraksi dalam menyosialisasikan remaja agar terbeba dari seks bebas, narkoba,dan HIV/AIDS. Ketua Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa (PIK M) Raya Unila, Melan Mahfudzoh (Bimbingan Konseling ‘15), menyampaikan kriteria anggota Genre. ”Di forum genre ini kita mencari orang yang kontributif, tidak memandang mau banyak atau sedikit orang tapi yang pasti kita mencari orang yang benar-benar loyalitas,” paparnya. Ketua FGL, Tiara Sani berharap, peserta dapat berpartisipasi penuh dalam menyebarkan virus genre keteman lainnya,. “Semoga nantinya remaja dapat berpola pikir sehat dan berguna bagi diri sendiri, lingkungan, dan remaja di Indonesia” ujarnya=

Tumpeng ke-20 Birohmah Oleh: Halfa Nur Faiza

jumlah lebih dari 50%. Irfan Tri Musri, pemateri dari Walhi Lampung menyampaikan, tercemarnya sungai perlu segera dipulihkan sehingga da­ pat dimanfaatkan oleh masya­ rakat. “Dalam proses pemulihan DAS ini tentunya perlu partisipasi atau litigasi dari masya­rakat, dan partisipasi publik yang mampu mendorong pemerintah memprioritaskan dilakukannya pemulihan sungai yang tercemar” jelasnya. Akademisi Fakultas Hukum, Muhammad Akib melihat litigasi di sisi lain, yaitu partisipasi publik dalam proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) seperti partisipasi dalam penerbitan, monitoring

dan evaluasi Izin lingkungan serta izin pembuangan limbah cair (IPLC) sebagai salah satu bentuk pencegahan pencemaran su­ ngai . Ketua Pelaksana, Suci Rahmawati (Ilmu Hukum ’15) ­ berharap seminar ini dapat menjadi wadah bagi praktisi hukum dan masyarakat yang berkepenti­ ngan dengan pengelolaan DAS untuk merencanakan aksi-aksi yang diperlukan dalam rangka pemulihan sungai tercemar. “Semoga acara ini menjadi batu loncatan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelesta­ rian sungai karena sungai me­ rupakan urat nadi dari bumi ini,” katanya =

Unila-Tek: Bina Rohani Mahasiswa (Birohmah) Unila ­bekerja sama dengan Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) menggelar Gebyar Milad Birohmah ke-20 di pelataran Gedung Serba Guna (GSG) dan Lapangan Sepakbola Unila, Selasa (1/5). Pertambahan usia ini dirayakan secara simbolis dengan pemotongan tumpeng. Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) yang ada di Unila turut meramaikan Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK ) Unila-Cup. Perlombaan seperti futsal, balap karung, dan tarik tambang diperuntukkan bagi laki-laki. Sedangkan perlombaan bakiak, menghias tumpeng, dan makan kerupuk diperuntukkan bagi perempuan. Peserta antusias terhadap jalannya acara. Salah satunya Anisa Qulb (Sumberdaya Akuatik ‘16) yang mengaku acara ini dapat meningkatkan kemampuan kerja tim. “Di acara ini juga bisa lebih banyak mengenal sesama teman lembaga dakwah dari fakultas lain,” ujarnya. Pina Kartina (Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan ’15) selaku Wakil Ketua Umum Birohmah berharap LDK bisa le­ bih bersinergi dengan LDF=


6

No.153 Tahun XVIII | Edisi Mei 2018

Lintas Fakultas

www.teknokra.com

MINIMNYA RUANG SASTRA DI MEDIA FKIP-Tek: Media koran merupakan salah satu tempat masyarakat untuk menyuarakan keluhan melalui menulis sastra. Namun, kini rubrik sastra sudah jarang ada di media lokal dan nasional. Alasannya, saat ini media tak lagi sekadar idealisme, tetapi juga mengutamakan bisnis. Kritikan ini disampaiakan, ­Abdul Karim (Manajer Pemasaran Radar Lampung) saat acara Bincang Sastra oleh Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia (Imabsi) di Aula Gedung K Fakultas Keguruan dan Illmu Pendidikan Unia, Selasa (24/4). “Kita lihat media saat ini mana saja yang masih ada rubrik sastra itu, hal ini karena sifatnya tidak menjual, dan rendahnya pembaca, sehingga rubrik sastra kurang menjadi ladang bisnis bagi media kelompok tertentu,” ungkapnya. Semakin rendahnya pembaca karya sastra juga dikarenakan tulisan yang dihasilkan kurang sesuai dengan kaidah kepenulisan. Sebagai Sastrawan, Ari Pahala Hutabarat mengatakan puisi, cerpen, dan novel sebenarnya memiliki prosedur masing-masing.“Anologinya seperti ini bikin bakso ­­saja memiliki

tahapan-tahapan agar enak. Lah, ini puisi masa lebih rendah dari bakso maka perlu kaidah dan tahapan untuk membuat puisi,” katanya. Ari pun menyanyangkan saat ini sebuah curahan hati yang ditulis dianggap itu sudah sebagai sebuah puisi. Sastrawan asal Lampung ini pun menyarankan saat membuat karya sastra se­ suaikanlah dengan bacaan keseharian. “Puisi yang ditulis saat ini adalah hanya curahan hati yang banyak dianggap puisi, maka saat menulis sastra jika bacaan­ nya Sapardi Djoko Darmono yang cenderung romantis maka ikuti karaktristiknya, jangan menulis yang arah politik,” tambahnya. Bincang sastra yang bertemakan “Optimalisasi Politik, S ­ astra, Jurnalistik yang Seirama” diikuti ratusan mahasiswa Pend.Bahasa dan Sastra Indonesia. Ketua Imabsi, Rocky Irfan (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia’15)­berharap setelah diskusi mahasiswa dapat termotivasi untuk menghasilkan karya yang baik. “Kegiatan ini guna menambah wawasan mahasiswa dalam menulis sastra, sehingga ­karya-karyanya dapat lebih banyak dan baik lagi,” harapnya=

Oleh : Alfanny Pratama F.

Oleh Alfanny Pratama Fauzy

Pembangunan. Pekerja bangunan sedang mengaduk semen untuk membuat pagar di area Dekanat Fakultas Pertanian Unila. Foto dibidik Minggu, (13/5).

Ceria Bersama Siswa SLB

FEB PERSIAPKAN NILAI EPT Oleh: Rohimatus Salamah

FEB-Tek: Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) menyelenggarakan English Development Program (EDP) guna mempersiapkan mahasiswa mencapai nilai English Profeciency Test (EPT) minimal sebagai syarat ujian skripsi. Program yang diperuntukkan bagi semua jurusan di Fakultas tersebut serentak dilaksanakan mulai tahun akademik 2017/2018. Selama mengikuti training, mahasiswa dibimbing oleh tim Economic English Class (EEC) pada semester pertama dan fasilitator yang terdiri dari tim dosen Bahasa Inggris FEB dan tenaga kependidikan yang pandai berbahasa inggris pada semester berikut­ nya. Dengan durasi 2 jam x 16 pertemuan per semester diharapkan perolehan nilai EPT mahasiswa meningkat secara kontinyu.

Peningkatan nilai EPT sebanyak 30 poin merupakan target minimal yang diharapkan. “Asumsinya kalau dia 400 berarti kan semester berikutnya 430. Semester berikutnya lagi kan dia 460. Artinya pas tiga semester harapan kita 450 sudah tercapai,” harap Mahrinasari, Wakil Dekan BIdang Akademik dan Kerjasama. Untuk mewujudkan target ini, mahasiswa wajib menyerahkan nilai EPT setiap semeter sebagai syarat Ujian Akhir Semester (UAS). Adapun sarana dan prasarana pendukung juga telah dipersiapkan, seperti area khusus berbahasa inggris dan pengadaan daftar kosakata Bahasa Inggris di student corner FEB agar penguasaan kosakata meningkat setiap harinya. Tak hanya itu, karyawan dan

dosen juga dibekali kemam­puan berbahasa inggris, terutama dosen yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri difasilitasi training IELTS dan TOEFL oleh tim EEC. Mahrinasari menegaskan, mahasiswa tidak dipungut biaya tambahan dari kegiatan ini. “Selama itu menjadi rencana strategis dan menjadi target kinerja, ya kita alokasikan anggaran yang memang tepat,” ujarnya. Namun dalam pelaksanaannya, program ini masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. “Kayak di area yang diwajibkan berbahasa inggris, sebenernya banyak juga yang masih ngomong pakai Bahasa Indonesia. Kita sih jojong aja. Kalau ketahuan baru ditegur,” ujar Ocha Adilla (D3 Akuntansi ’14) =

BERANI BERBISNIS TERNAK Oleh: Rohimatus Salamah

FP-Tek: Kunci utama bisnis perternakan adalah keberanian. Selanjutnya sesuaikan dengan kemampuan, modal, dan kapasitas kandang. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Pengurus Perhimpunan insan Peternakan (Pinsar) Petelur Nasional (PPN), Roni Agustin dalam acara Trobos Goes To Campus, di Aula Fakultas Pertanian, Sabtu (24/3). “Jadi mulai dari mana? Mulai saja sesuai kemampuan kita. Kita mampu seratus buat seratus,” ujar Roni. Acara yang dimotori majalah peternakan “Trobos” ini bertujuan untuk membuka wawasan mahasiswa baru terhadap bisnis peternakan. Hadir pula Pemimpin Redaksi Majalah Trobos, Yopi Safari yang menjelaskan tentang

ancaman resistensi anti mikroba, mengurai stagnasi sapi perah dan menatap bisnis broiler. Yopi mengungkapkan lemah­ nya bisnis lokal seperti peternakan disebabkan karena maraknya bisnis impor di tanah air. “Daging kerbau bisa diimpor dalam kondisi tertentu itu sangat memukul peternakan ayam dan juga para feedloter. Hal itu karena harganya jadi tidak bersaing,” ujarnya. Saat ketersediaan ayam meningkat, peternak maupun pedagang seringkali tak kuasa menghadapi merosotnya harga. Oleh karena itu, Yopi mengharapkan keberadaan rumah potong ayam (RPA) mampu menjembatani masalah yang selalu berulang ini. Tak hanya soal harga, pakan

ternak buatan pabrik yang menjadi candu pun perlu diperhatikan. Roni Agustin menghimbau, agar penggunaannya dilakukan dengan bijak. Hal ini karena banyak­nya bahan kimia yang dicampurkan ke dalam pakan akan bermuara ke dalam tubuh manusia. Selain ilmu dasar peternakan, pengelolaan bisnis seperti adanya pembukuan juga dinilai penting oleh Manajer Pemasaran PT. New Hope, Hans E.Purba. Hal ini karena pajak penghasilan (PPH) ditentukan dari pembukuan tersebut. “Bagaimanapun, pembukuan berguna untuk melaporkan pajak dan penghitungan PPH berdasarkan keuntungan. Karena dunia peternakan belum tentu 1% itu untung kita,” jelasnya=

Oleh: Ria Shinta Salsabila

FISIP-Tek: Himpunan Jurusan Sosiologi (HMJ) Sosiologi Unila berbagi kecerian dengan 60 Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Bakti Kemiling, Bandar lampung. Acara yang bertajuk “Sabtu Ceria” ini bertujuan untuk meningkatkan empati anggota HMJ Sosiologi ke masyarakat, Sabtu (7/4). Kegiatan tahunan ini diisi dengan berbagai lomba, berbagi makanan, alat tulis, dan belajar bahasa tubuh. Ketua HMJ Sosiologi, Rahmat Sandi Septiadi mengatakan, acara ini sebagai praktik sosialisasi secara langsung ke masyarakat khususnya siswa SLB. “Sebagai anak sosial kita tidak dapat lepas dari masyarakat dimana kajiannya adalah masyarakat, laboratorium nya masyarakat oleh sebab itu kita harus peka dengan lingkungan dan juga dapat berbagi dengan sesama,” ujarnya. Kunjungan HMJ Sosiologi ini menuai respon positif Imas Cici Z. H. (Pengurus SLB Dharma Bakti), menurutnya acara ini dapat memotivasi semangat siswa SLB. ” Kunjungan seperti ini sangat baik, agar siswa-siswa SLB semakin semangat untuk belajar dan mereka dapat merasa bahwa masih banyak yang perduli dengan mereka,” ungkapnya=

Pin LS-MATA: Wadahi Kreativitas Generasi Muda Oleh: Nofia Mastuti

FP-Tek: Peringati usia ke-18 tahun, UKMF LS-MATA (Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian) adakan Pekan Inovasi (Pin) LS-MATA di pelataran aula fakultas pertanian, Sabtu, (28/4). Menginjak tahun ke-4 PIN LS-MATA kembali wadahi kreativitas generasi muda yang kreatif, Inovatif, dan Inventif. Lewat tema “Show Up Creativity, Proves Innovation Toward Inventive Generation”, PIN LS-MATA libatkan 70 peserta dalam berbagai perlombaan. Terdapat 5 jenis lomba diantaranya festival olahan pangan (FOP), karya ilmiah recycle (KIR), story telling, scrable, dan LCT 4 pilar. Ketua Pelaksana PIN LS-MATA, Rulio Regga Patra (Agroteknologi’16) menegaskan, acara ini mampu mengekspresikan kreativitas menuju generasi inventif. Generasi yang pandai menciptakan dan merancang sesuatu yang belum pernah ada guna menunjang masa depan. “Pekan Inovasi harus terus berlanjut dan menjunjung tinggi arti pentingnya berkarya. Berkayalah kalian dan teruslah berkarya selagi masih muda,”­ujarnya. Hal ini disambut baik oleh siswa kelas X SMA Fransiskus, Valentinus Richi sebagai salah satu peserta lomba KIR. Ia membuat karya penggunaan barang bekas untuk listrik dari kaleng bekas dan tembaga. “Melalui acara perlombaan ini kami dapat mengembangkan inovasi-inovasi yang berguna untuk mengembangkan kreativitas,” ucapnya. Tak hanya generasi muda, kelompok wanita tani juga turut memeriahkan festival olahan pangan. Tuti herlina ( KWT Dahlia Lampug Selatan) mengembangkan olahan singkong dan jagung. “Dapat manfaat dari sini dan bisa menambah penghasilan melalui olahan pangan yang dibuat,” ujarnya =


LAPORAN UTAMA No.153 Tahun XVIII | Edisi Mei 2018

Nasib beruntung dialami Indri Ramadhani (Penjaskesrek’16), Ia berhasil membawa pulang perunggu cabang olahraga Karate U-21 pada ajang Pomnas di Makassar. Perlombaan yang diikuti Indri kala itu diselenggarakan oleh Dikti. “Saya hanya mempersiapkan fisik siap tanding saja, persoalan dana sudah didukung penuh Unila, sesudah bertanding pasti langsung ditelepon pihak kemahasiswaan untuk ditanyakan hasilnya,” terangnya. Kekurangan Fasilitas, Rogoh Kocek Pribadi Ketua Umum UKM Tapak Suci, Hendri Wahyu Nugroho (Hukum’15) mengatakan, untuk bertanding dalam gelaran Kejurnas Lampung ­ Championship, Ia dan teman-teman harus mengumpulkan sisa-sisa uang kegiatan guna membeli beberapa perlengkapan latihan. Sebanyak Rp3,5 juta harus dikeluarkan untuk membeli samsak seharga Rp500 ribu, pelindung tubuh (Rp300 ribu) golok dan celurit (Rp250 ribu). “Dari uang kas dan inventaris ­ senjata-­senjata ­tahun lalu yang kita jaga. Kemarin kami sempat kehilangan samasak , nah alumni kami peka dengan adik-adiknya, jadi langsung dikirimin alumni,” ujarnya. Sedangkan, alat-alat yang masih kurang seperti koteka untuk pengaman kelamin, matras, pelindung tulang kaki dan tangan, serta toya. “Belum ada peralatan dari rektorat, sedikit uang sisa kegiatan gitu, lalu kita tabung untuk beli senjata. Bahkan kita menggunakan alat-alat latiahan milik pribadi,” akunya. Hal senada dialami Mat Desman (Pend. Bahasa Indonesia ’15). UKM Taekwondo sendiri hanya mempunyai dua helm, deker tangan dan kaki ­masing-masing satu pasang, dua pelindung badan. Dia memberi tahu, semuanya sudah tidak layak pakai karena bahan yang harusnya lentur sudah mengeras dan rusak. Dengan kondisi seperti itu, alat-alat latihan itu sudah tidak bisa melindungi dari cedera melainkan berpotensi mencederai anggota UKM Taekwondo. Bukan hanya kurang fasilitas, UKM PSHT pun belum kebagian sekret. “Cuma di UKM sendiri matras belum ada dan alat-alat pribadi pesilat itu belum, hanya ada handbag dan body itu pun punya pribadi bukan dari Unila dananya jadinya masih kurang banget,” keluh ­Risa Maymarwati ­Hasibuan­(D3 Manajemen ’16) anggota PSHT yang berhasil juara dua di ajang Internasional PSHT Championship 2018 ini. Selain fasilitas, pelatih yang mumpuni pun wujud keseriusan dalam meraih kejuaraan olahraga. Walau belum terfasilitasi dari Unila, UKM PSHT rela merogoh koceknya sebanyak Rp500 ribu sebulan untuk menyewa pelatih. Jika UKM PSHT me­ ngambil pelatih dari luar, lain halnya dengan UKM Tapak Suci dan UKM Taekwondo yang meminta bantuan alumni sebagai pelatih. “Ada juga senior- senior UKM Taekwondo,” ujar Mat Dasman, Ketua Umum UKM Taekwondo. Tetap Berlatih Meski Fasilitas Minim Akibat kurangnya fasilitas mendukung di Unila, atlet PSHT Risa berjuang keras untuk ber-

latih di tempat lain, seperti Universitas Teknokrat Indonesia (UTI), Universitas Bandar Lampung (UBL), dan Sukarame . “Cuma kalo saya ngandelin hanya latian di Unila saya nggak bakal maju dengan fasilitas kurang, jadi latihan di manamana,”­ujarnya. Ade Rusli (30) yang telah melatih PSHT Unila sejak tahun 2017 mengungkapkan perlengkapan latihan adalah penunjang utama. Saat akan menghadapi kompetisi, persiapan yang di­butuhkan yaitu latihan pembinaan fisik, teknik dan strategi bertanding. Minimnya fasilitas latihan, Ade Rusli sebagai pelatih harus memutar otak agar tidak mengganggu persiapan kejuaraan. Tidak tersedianya matras silat, membuat Ade mengajak anggota PSHT untuk berlatih di lapangan rumput belakang rektorat, guna me­ ngurangi rasa sakit. Sedangkan untuk meningkatkan daya tahan fisik yaitu latihan beban terkadang memakai ban mobil bekas. Meskipun fasilitas yang kurang memadai juga mengganggu kosentrasi dan teknik strategi. Hal yang tidak kalah penting adalah membina sikap mental bertanding dan me­ ngasah kemampuan yang sudah dimiliki atlet-atlet PSHT. Dite­ ngah kondisi fasilitas yang minim UKM PSHT dibawah tangan dinginnya berhasil meraih satu medali perak dan tiga medali perunggu diajang The 4th Sebelas Maret Internasional Pencak Silat PSHT Championship.

www.teknokra.com kan diri di Pomnas yang merupakan kompetisi olahraga yang berlis Dikti. Mahasiswa yang akan berpartisipasi di Pomnas harus terlebih dahulu diseleksi dan bersaing dengan perguruan tinggi lain untuk menjadi perwakilan provinsi. “Poin mandiri lumayan , swasta pun mengejar ini. Unila juga sulit kejar Pomnas karena yang swasta juga mengejar itu, kalau kita gak bisa kejar yang Pimnas kejar yang mandiri kan poinnya jadi banyak bisa tinggi juga,” ujarnya. Ia berharap agar disediakan anggaran untuk kejuaran nasional dan Surat Keputusan (SK) Rektor mengenai pemberian dana insentif dapat segera dilaksanakan. Dana Kejurnas 2018 Tidak Dianggarkan Kepala Subbagian Minat, Penalaran, dan Informasi Kemahasiswaan , Rohana Sari. mengatakan, tahun ini dana kejurnas tidak dianggarkan. Rohana Sari yang baru menjabat pada Mei 2017 menggantikan Hartati mengaku tidak mengetahui rencana anggaran sebelum­ nya. Padahal tahun 2017 dana kejurnas dikucurkan sekitar Rp127 juta, jumlah ini pun dinilai masih kurang. Bidang

dana anggaran untuk kejurnas itu ada di tahun 2019,” katanya. Perlombaan Dikti Utama, ­Kejurnas Tambahan Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan TIK, ­­Prof. Mahatma Kufepaksi, yang ­ bertanggung jawab merencanakan setiap anggaran keua­ngan Unila mengaku tidak menge­ tahui alasan dana kejurnas yang tidak dianggarkan. “Saya gak tau apakah diajukan atau tidak, koordinatornya WR 3 (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni). Kegiatan tahun 2018 itu dianggaran 2017. Pertanyaanya tahun 2017 kegiatan kejurnas itu dianggarkan tidak? kalau tidak ya tidak masuk di bidang perencanaan,” katanya. Menurutnya Kejurnas itu penting. Namun, belum tentu setiap tahun kejurnas ada dan belum diketahui jumlah delegasi yang akan mengikuti kompetisi tersebut. “Jadi prioritasnya kurang dengan kegiatan yang pasti ada setiap tahunnya, misalnya Pimnas ya itu selalu ada,” jelasnya. Ia mengatakan sudah membagi dana anggaran sesuai pertimbangan. “Universitas ini tidak hanya mengurusi mahasiswa saja, tapi pendidikan macam-macam juga. Dosen mau ikut pelatihan, pengabdian, penelitian, riset. Saya inikan pusing, saya kan yang bagi-bagi dananya. Pak ini kurang, ini kurang, semuanya ngomong kurang gak ada yang ngomong berlebih,” ungkapnya. Saat dimintai ke­

Ilustrasi : Chairul Rahman Arif

Pembina Ikut “Nombok “ Madi Hartono, dewan pembina dari 7 UKM olahraga di Unila. Ketujuh UKM itu Merpati Putih, Pencak Silat, Taekwondo, Tapak Suci, Futsal, dan Sepak bola. Menjadi dewan pembina UKM yang tidak memiliki anggaran dana kejurnas, ikut membuatnya rela menggunakan dana pribadi. Dosen peternakan ini tak mempermasalahkan dana pri­badinya terpakai guna membantu UKM binaannya berprestasi. “Yang penting bisa berangkat kesana dan pulang kesini lagi,” katanya. Namun, dirinya me­ngatakan jika menuntut mahasiswa berprestasi, universitas harus bertanggung jawab de­ ngan membantu mahasiswa­nya. “Dana perjalanan mestinya ada tapi saya nggak tau kenapa nggak ada, harusnya latihan pakai dana UKM, perjalanannya pakai yang kejurnas,” ujranya. Madi Hartono mengungkapkan bahwa prestasi-prestasi kejuaraan nasional juga mendapatkan poin dalam pemeringkatan kemahasiswaan Dikti. Menurutnya, jika mahasiswa Unila masih sulit untuk berprestasi di perlombaan Dikti, poin-poin prestasi di kejuaraan nasional mandiri bisa membantu. Kejuaraan nasional juga dapat membantu mahasiswa Unila dalam mempersiapa-

7

kemahasiswaan mempunyai satuan pagu yaitu batas tertinggi anggaran. “Kemahasiswaan punya satuan pagu tapi ternyata yang berangkat lomba ada lebih dari yang sudah direncanakan tetapi menjanjikan prestasi, jadi kita bantu. Dampaknya mengurangi pagu tim yang lain dan kita tidak bisa memastikan apa saja kejuaraan tahun ini,” katanya. Sulitnya bantuan dana ­kemahasiswaan, diutarakan Ana karena hanya ada satu akun kemahasiswaan yaitu surat pertanggung jawaban (SPJ) belanja habis barang. Akun belanja habis barang hanya bisa untuk mencatat pengeluaran pembelian kebutuhan barang. Sedangkan SPJ perjalanan meliputi biaya tiket transportasi, penginapan dan konsumsi. Oleh sebab itu mengapa bidang kemahasiswaan hanya bisa membantu Rp1 juta sampai Rp3 juta karena masih bisa di SPJ-kan. “Kalau kita bantu anak-anak Rp15 juta, mau belanja apa ­mereka untuk membuat SPJnya,” ujarnya. Ana mengaku sudah me­ nganggarakan dana kejurnas untuk tahun depan. Ia menjelaskan sudah mengajukan akun perjalanan dan akun registrasi. Sehingga bisa membantu mahasiswa yang akan mengikuti kejurnas. “Kalau dikabulkan

terangan mengenai tidak dianggarkan dana kejurnas, Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum, ­Prof. Muhammad Kamal menjelasan perencanaan ­anggaran kejurnas yang menetapkan Wakil R ­ ektor III dan Wakil Rektor IV. Sedangkan dirinya hanya menindaklanjuti apakah perencanaan yang telah dianggaran itu sudah cair apa belum. “Kalau itu tidak direncanakan, dana itu tidak akan cair,” ujar Prof. Kamal. Rektor Unila, Hasriadi Mat Akin mengatakan pemerolehan medali kejuaraan Dikti dan non Dikti menjadi indikator mena­ iknya peringkat sebuah universitas. Dana kejuaraan nasional dianggarkan oleh Wakil Rektor III. “Saat ini Unila posisi ke-18 kalo prestasi mahasiswa naik ya ningkatin peringkat Unila, untuk dana kejurnas ya WR III kalo dia lupa ya, lupa juga. Saya pernah menyarankan memang ada reward atau penghargaan untuk mahasiswa yang berprestasi di olahraga tapi selebihnya itu urusan WR III yang membina, sebenarnya Unila mendukung tetapi karena dana kemahasiswaan terbatas yang lomba massal terbatas juga,” ujarnya. Tidak adanya anggaran dana kejuaraan nasional ditahun ini, Prof. Karomani mengatakan

bidang kemahasiswaan telah merevisi anggaran dan mengusulkan dana tambahan pagu untuk membantu mahasiswa yang akan mengikuti kejurnas. “Kalau saya usulkan dana tambahan dan diterima bantu, kalau tidak ya bingung,” ungkapnya. Atlet Berprestasi ­ Butuh Apresiasi Kuni Kasifa berharap Unila tidak hanya memperhatikan prestasi dibidang akademik tetapi juga non akademik khususnya di bidang olahraga.“Bisa ikut lomba itu nggak cuma setahun dua tahun apalagi beladiri rentan cedera, kalau gak dikasih bonus ya dikasih beasiswa kalau nggak sebaliknya,” ujarnya. Hal senada juga disampaikan oleh Hendri Wahyu Nugroho. Menurutnya, apresiasi tidak harus dengan bonus besar, yang terpenting adalah bentuk perhatian Unila agar pencairan dana kejuaraan dipermudah. “Saya baru sekali diapresiasi, menang juara satu dapat map dalamnya sertifikat dan dikasih amplop isinya Rp250 ribu. ­Uangnya dipakai beli sepatu untuk latihan,” ungkapnya. Madi Hartono, dewan pembina dari ukm-ukm olahraga, semangat mahasiswa untuk tetap berprestasi di kejurnas dikarenakan sebagai jenjang untuk menuju kejuaraan yang lebih bergengsi. “Karena kan selain di Unila nanti dipakai diluar, misalnya dari Lampung Selatan bisa dipakai disana jadi sinergi, jadi bukan melulu untuk unila, kalau melulu untuk unila gak mungkin mau mereka,” katanya. Dana Insentif Menunggu Pagu Mahasiswa Unila yang berprestasi di bidang minat, bakat dan penalaran tingkat Nasional dan Internasional akan mendapatkan dana insentif sebagai bentuk penghargaan dari pihak Unila. Hal ini me­ngacu pada Keputusan Rektor Universitas Lampung Nomor 04/ UN26/ KM.08/ 2017 Tentang penetapan pemberian penghargaan bagi mahasiswa dan pendamping berprestasi Internasional dan Nasional. Dana insentif ini dibagi menjadi dua kategori: internasional dan nasional. Untuk perlombaan internasional berlis Dikti akan diberikan insentif: Juara I individu sebesar (Rp20 juta), Juara I tim (Rp30 juta), Juara 2 individu (Rp12 juta), juara 2 tim ( Rp16 juta), juara 3 individu (Rp8 juta), juara 3 tim (Rp12 juta). Pemberian insentif pada lomba Internasional non Dikti yaitu setengah dari masing-masing tingkatan lomba berlis Dikti. Sedangkan untuk perlombaan Nasional berlis Dikti akan diberikan insentif: Juara I individu sebesar (Rp10 juta), Juara I tim (Rp15 juta), Juara 2 individu (Rp6juta), juara 2 tim ( Rp8juta), juara 3 individu (Rp4 juta), juara 3 tim (Rp6 juta). Pemberian insentif pada lomba nasional non-Dikti yaitu setengah dari masing-masing tingkatan lomba berlis Dikti. Mengenai dana insentif yang akan diberikan kepada mahasiswa berprestasi baik di kejuaraan Dikti dan non Dikti, ­Prof. Karomani menga­takan, masih menunggu tambah pagu anggaran yang diusulkan bidang kemahasiswaan. “Sedang tambah pagu anggaran, mudah-mudahan kita bisa memberikan bagi mahasiswa berprestasi,” katanya=


Inovasi

8

No.153 Tahun XVIII | Edisi Mei 2018

T

iga sekawan mahasiswa Universitas Lampung kembangkan alat penangkap ikan yang diberi nama Sophisicated Fish Catcher Machine (SFCM). Alat tangkap ikan dengan memanfaatkan cahaya lampu ini, diklaim mampu meningkatkan hasil tangkap ikan sebanyak 2-3 kali lipat. Teknologi ini merupakan pengembangan dari alat tangkap yang biasa digunakan nelayan di teluk Lampung. Sebelumnya para nelayan di Pulau Pasaran memasang lampu diatas bagan atau alat bantu tangkapan ikan. Sifat Fototasik ikan dimanfaatkan para nelayan untuk mengundang ikan ke sumber cahaya. Alat sederhana ini hanya dapat memantulkan cahaya sampai ke permukaan saja. Hal ini mengakibatkan hasil tangkap ikan menjadi rendah. Berangkat dari kondisi ini, tim yang terdiri dari Ari Wibowo (Perikanan dan ilmu Kelautan’13) , M.Yasin (Teknik Elektro ’13) dan M Agung Hardianto (Teknik Pertanian ‘13) mengembangkan teknologi SFCM. Awalnya SFCM dirancang selayaknya robot yang bergerak dengan remote control, karena kurang efektif penelitian berhenti sampai prototipe saja. Butuh empat tahun bagi Ari dan kedua rekanya menyempurnakan teknologi ini. SFCM kemudian dirancang dengan 8 lampu yang masing-masing dibenamkan di bawah permukaan air

PANCING LAMPU PENANGKAP IKAN

naikkan. Dari delapan lampu yang dipakai, terdapat perbedaan warna lampu pada alat ini. Emp a t lampu berwarna jingga dan empat lampu lainnya berwarna putih. Lampu berwarna jingga untuk menarik perhatian udang dan teri sedangkan lampu berwarna putih bergu­­na untuk mena­­­r­ik perhatian cumi-cumi. Hasil uji coba pada nelayan di pulau pasaran menunjukkan SFCM mampu meningkatkan 2-3 kali lipat hasil tangkap ikan. Menurut Ari, awalnya kekurangan dana menjadi kendala

utama dalam proses pembuatan alat ini. Hal ini karena komponen-komponen yang digunakan cukup mahal. Dengan bantuan Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Wan Abbas Zakaria di tahun 2014, inovasi ini didanai sebanyak Rp2,5 juta. Kemudian Ari dan rekannya mendapatkan pinjaman sebesar Rp2 juta. Dana hibah sebesar Rp5 Juta pun diperoleh dari CCED. Tak hanya itu, mereka juga berhasil mengantongi dana hibah dari Kemenristekdikti pada April 2016. Dana hibah itu me­ rupakan program inkubasi bisnis teknologi yang digunakan untuk produksi alat. Lewat berbagai cara, akhirnya Ari dan kawan-kawan berinisiatif membentuk CV SFFCM-Tech Saat ini SFCM dijual secara umum bagi pegiat bisnis di bidang perikanan dengan ban­ drol 15 juta per alat. Ari me­ ngakui alat yang Ia dan rekannya ciptakan ini cukup mahal. “Kekurangannya memang mahal diawal, tapi setelah empat bulan pemakaian bisa lebih hemat pakai alat ini karena gak p erlu bensin dan biaya maintenance alat lagi” ujar Ari. Keunggulan alat ini yang lainnya menurut ari yaitu ramah lingkungan, dapat meningkatkan hasil tangkapan, dan tidak boros tambahnya. Alat ini telah di daftarkan untuk diberi hak paten ke Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unila sejak November 2017 lalu =

tekstura kita kenal dua poin penting yaitu diamond dan down stroke,” ucapnya sambil mencelupkan pena parallel ke dalam tinta berwarna me­ rah hati. Seperti itulah sekilas aktivitas komunitas Lampung ­ Menulis, usai pen meet upagenda rutin anggota di bulan April. Berangkat dari ketertarikan yang sama di bidang menulis indah, sebanyak 60 anggota telah tergabung dalam komunitas ini. Salah satu angota, Soulthan Salahudin menjelaskan, seni menulis indah terdiri dari kaligrafi, hand crafting, maupun typografi. “Komunitas ini bertujuan untuk mewadahi kreativitas para penulis indah di Lampung. Juga me­ ngenalkan dan mengajak masyarakat untuk mengapresiasi seni menulis indah,” tuturnya. Soulthan Salahudin yang juga mahasiswa Teknik Geofisika’ 12 Unila ini menuturkan, kaligrafi merupakan seni lukis huruf dengan pena sebagai hiasan. Ada kaligrafi modern dan ­kaligrafi arab. Sedangkan tipografi me­rupakan seni meletakkan tulisan sedemikian rupa agar memiliki nilai estetika. Menurut Soulthan, keunggulan tulisan tangan daripada komputer terletak pada kustomisasi. Keaslian desain tulisan dapat dijamin. Intuisi yang kuat dapat menghasilkan desain tu-

lisan yang menarik ketika diterapkan di media tulis baik kertas maupun dinding. Menjadi bagian dari Lampung Menulis , kita harus melewati satu tantangan, yaitu membuat tulisan indah dengan nama para anggota terlebih dahulu. Selanjutnya angota akan berkumpul pada agenda yang disebut Pen Meet Up. Agenda bulanan bagi angota untuk mengasah kete­rampilan menulis indah. Tak sekedar passion, karya seni ini pun cukup menjanjikan menjadi sebuah pekerjaan. “Memang seni ini belum dikenal masyarakat secara luas. Ketika konsumen mengetahui tarifnya, mereka cenderung terkejut,” kata Soulthan yang juga artist creator di offline shop Lady Fame. Menginjak usia ke-2 t­ahun, Lampung Menulis telah menorehkan banyak prestasi. Diantaranya gelaran pameran karya, brand ambassador produk, maupun artist creator sebuah produk . Kedepannya komunitas Lampung Menulis akan menggelar pameran tunggal. Tak harus jago menulis indah, Komunitas ini terbuka bagi siapapun yang ingin belajar bersama. Mulai dari basis menarik garis, hinga akhirnya siap dipamerkan, seperti pameran guratan kedua di Akar’t Galeri saat ini =

Oleh: Chairul Rahman Arif

Ilustrasi : Charul Rahman Arif

dan dihidupkan dengan arus listrik yang berasal dari energi matahari. Setelah terjun kelapangan ternyata juga kurang efektif. Setelah melakukan uji coba, akhirnya empat lampu dibenamkan di bawah permukaan air dan empat lainnya di letakan di atas permukaan air di nilai yang paling efektif. Komponen yang dibutuhkan untuk membuat alat ini seperti 8 lampu masing-masing 50 watt, panel surya yang berguna untuk menyerap energi dari matahari, aki dengan kapasitas 300 Wp berguna untuk menyimpan daya yang telah diserap, frame

atau badan, dan case waterprof yang membuat lampu menjadi anti air. Cara mengoprasikan alat ini pun tergolong mudah. Siang hari panel surya menyerap energi panas dari matahari yang disimpan di accu sebagai energi listrik. Pada malam harinya lampu hemat energi ini pun siap digunakan. Setelah 4 lampu di atas bagan dan 4 lampu di bawah dinyalakan, nelayan tinggal menunggu ikan datang. Setelah ikan berkumpul, jaring yang berada di bawah bagan pelan-­ pelan dinaikan sembari lampu bagian bawah juga di-

Komunitas

Guratan Seni Kekinian Oleh : Yoanda Widia Dita

Rabu sore, sekitar pukul 16.00 WIB Akar’t Galeri yang terletak di Jl. Pagar Alam, Gg. Lambang No.5, Kedaton menampilkan suasana berbeda. Rumah bergaya jawa itu tengah membuka pameran seni menulis Indah. Dinding bercat putih itu dipoles pajangan berbagai karya seni tulis, mulai dari water brush

www.teknokra.com

hingga black lettering. Beberapa orang datang untuk melihat-lihat. Di ruang tengah, beberapa lainnya duduk ber- hadapan pada sebuah bangku kayu yang memanjang. Pena Kaligrafi dan kertas garis pembantu sudah dipegang masing-masing peserta. “Jadi dalam basis black lettering ada

dua jenis tulisan, tekstura dan fraktura, kita mulai dari yang tekstura,” ucap Jafar Furqon,

pemateri workshop di Guratan Kedua. Workshop artistik ini diinisiasi Komunitas Lampung Menulis. Agenda tahunan ini mengupas dasar black lettering, digital lettering dan 3D lettering . “Dalam


No.153 Tahun XVIII | Edisi Mei 2018

Artikel Tema

9 www.teknokra.com

Kampus, Kampanye dan Pendidikan Politik Oleh: Rudy, S.H., LL.M.,LLD. (Dosen Hukum Tata Negara Unila)

T

idak terasa, puluhan tahun telah berlalu sejak gerakan demokrasi dan konstitusionalisme yang masif di Indonesia. Gelombang demokratisasi ini kemudian telah mengubah wajah Indonesia, disukai atau tidak. Pada titik tersebut pula, periode konsolidasi demokrasi dimulai dan masih terjadi. Dalam perjalanan demokrasi, tidak pelak lagi pemilu dan pilkada merupakan salah satu pilar untuk menguatkan konsolidasi demokrasi. Pada titik akhir, pemilu akan menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin yang akan membawa bangsa ke muara kesejahteraan. Dalam proses pemilu dan pilkada ini, kita mengenal kampanye yang merupakan suatu proses penyampaian visi misi oleh para calon wakil rakyat, calon kepala daerah, serta calon presiden. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah kampanye di kampus dibolehkan? Bagaimana peran kampus dalam pendidikan politik dan konsolidasi demokrasi? LARANGAN KAMPANYE DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN Pemilu dan Pilkada mempunyai instrumen hukum pengaturan pemilu dan pilkada dalam bentuk UU Nomor 1 Tahun 2015 dan UU Nomor 7 Tahun 2017. Kedua instrumen hukum ini melarang dilakukannya kampanye di lembaga pendidikan. Secara khusus Pasal 69 huruf i UU Nomor 1 Tahun 2015 menegaskan Larangan menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan untuk kampanye; Sementara itu, Pasal 280 (1) UU 7 tahun 2017 mengatur bahwa pelaksana, peser-

ta, dan tim kampanye pemilu dilarang menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan. Di tingkatan yang lebih teknis, Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2015 tentang Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/ atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota secara khusus memetakan delapan tempat yang dilarang yaitu: Tempat ibadah; Halaman rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan; Gedung atau fasilitas milik pemerintah; Lembaga pendidikan; Jalan-jalan protokol atau jalan-jalan utama; Jalan bebas hambatan atau tol; Sarana dan prasarana publik; dan Pepohonan. Secara khusus lembaga pendidikan tersebut meliputi gedung sekolah/madrasah, perguruan tinggi, atau pesantren, dan lainlain. Oleh karena itu secara normatif, dapat disimpulkan bahwa kampanye di lingkungan kampus dilarang oleh hukum. Kita biasanya membayangkan kampanye sebagai sesuatu pe­ ngumpulan massa di suatu tempat yang luas dan meriah. Padahal, Kampanye adalah kegiatan untuk meyakinkan Pemilih de­ ngan menawarkan visi, misi, program dan/atau citra diri peserta pemilu atau pilkada. Oleh karena itu setiap kegiatan yang berisi penawaran visi misi program

yang dilakukan di jadwal kampanye dapat dikatakan sebagai kampanye misalnya dialog dan tatap muka. Bahkan UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017 memasukkan media sosial sebagai salah satu bentuk pelaksanaan kampanye. Dengan demikian kegiatan kegiatan di dalam lingkungan kampus yang berkaitan dengan penyampaian visi, misi, dan program dilarang secara hukum. PENDIDIKAN POLITIK DAN MASA DEPAN DEMOKRASI Larangkan kegiatan kampanye di lingkungan pendidikan khususnya kampus bisa ditelusuri jauh sebelum reformasi, yaitu pada kebijakan normalisasi kampus pasca peristiwa Malari. Kebijakan NKK/BKK berlaku resmi setelah Daoed, Menteri Pendidikan era Soeharto, mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Nomor 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus.

Ini menyebabkan kampus menjadi kawasan steril dari aktivitas politik Imbas dari normalisasi kampus yang sudah dilakukan sejak dahulu berakibat pada kontinuitas pelara­ ngan kegiatan politik praktis di lingkungan pendidikan khususnya kampus sampai sekarang Namun demikian apakah memang kampus harus steril dari kegiatan politik? Demokrasi menurut Diamond harus dipandang sebagai fenomena yang berkelanjutan (­ Diamond: 1999). Perubahan ­ demokrasi bergerak menuju arah yang berbeda, bisa menjadi semakin demokratis dan bisa juga semakin tidak demokratik. Oleh karena itulah demokrasi harus selalu diperkuat baik dengan penguatan pilar pilar demokrasi. Seymor Martin Lipset (1959) menganggap tingkat pendidikan adalah pilar demokrasi yang paling penting karena pendidikan akan membentuk middle class yang akan mendorong manusia untuk berpikir rasional sehingga tidak mudah dibujuk oleh ekstremitas yang dikembangkan oleh para demagog. Dengan kata lain, me­ reka yang memiliki latar belakang pendidikan memadai cenderung menentukan pilihannya secara rasional dalam memilih partai politik maupun pemimpin politik (Lipset 1959: 56-57). Dalam konteks inilah sebenar­ nya kampus harusnya menjadi tempat bagi pendidikan politik untuk menguatkan demokrasi. Kegiatan pemilu dan pilkada dalam hal ini harus menjadi momen bagi pendidikan politik bagi mahasiswa guna penguatan konso­

Rahvayana

lidasi demokrasi kita, terlebih UU sendiri juga menegaskan bahwa Kampanye merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan secara bertanggung jawab, demokratis dan bisa juga semakin tidak demokratis. Oleh karena itulah demokrasi harus selalu diperkuat baik dengan penguatan pilar pilar demokrasi. Seymor Martin Lipset (1959) menganggap tingkat pendidikan adalah pilar demokrasi yang paling penting karena pendidikan akan membentuk middle class yang akan mendorong manusia untuk berpikir rasional sehingga tidak mudah dibujuk oleh ekstremitas yang dikembangkan oleh para demagog. Dengan kata lain, mereka yang memiliki latar belakang pendidikan memadai cenderung menentukan pilihan­ nya secara rasional dalam memilih partai politik maupun pemimpin politik (Lipset 1959: 56-57). Dalam konteks inilah sebenar­ nya kampus harusnya menjadi tempat bagi pendidikan politik untuk menguatkan demokrasi. Kegiatan pemilu dan p ­ ilkada dalam hal ini harus menjadi momen bagi pendidikan politik bagi mahasiswa guna penguatan konsolidasi demokrasi kita. Terlebih UU sendiri juga menegaskan bahwa kampanye merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan secara bertanggung jawab untuk menguatkan demokrasi. Kegiatan pemilu dan pilkada dalam hal ini harus menjadi momen bagi pendidikan politik bagi mahasiswa guna penguatan konsolidasi demokrasi kita, bagi mahasiswa guna penguatan dan dilaksanakan secara bertanggung jawab =

Resensi

Epos Tak Musti Taat Pakem Oleh Rohimatus Salamah

Judul Penulis Penerbit Jumlah halaman

: Rahvayana Aku Lala Padamu : Sujiwo Tejo : PT. Bentang Pustaka : viii + 244 halaman

“Bila gelembung-gelembung Rahwana itu tak ada padamu, kau akan menolak pergi ke toko buku. Sekadar meminjam buku ini ke teman pun, kau tak akan berdaya bila gelembung-gelembung Rahwana tak menjangkitimu. Kau pun tak akan nge-twit dan sebagainya tentang buku ini. Bila gelembung-gelembung Rahwana tak menjangkitimu, adakah alasan bagimu menggunakan seluruh media sosial dan getok tular buat menjalarkan cinta via buku ini?” Itulah cuplikan kalimat pembuka yang mengantarkan pembaca menyelami petualangan Rahwana dalam mengagumi pujaannya, Shinta. Bukan Sujiwo Tejo namanya kalau tak me­ nyajikan kisah-kisah pewayangan yang keluar dari pakem-pakemnya. Begitupun kisah cinta Rahwana-Shinta versi buku ini, dimana pembaca menemukan sesuatu yang lain, yang belum pernah didengarnya dari pembicaraan manapun. Rahwana, rajanya para raksasa dari negeri Alengka. Peran antagonis yang biasanya melekat pada tokoh utama dalam buku ini nampak tak dimunculkan, kecuali sifat lainnya yaitu penyayang sekaligus seorang pecinta ulung yang setianya minta ampun. Pembaca akan dibuat mabuk rasa melalui ­­surat-surat Rahwana kepada Shinta. Sebab bukan hanya sensasi

romantis, namun jenaka bahkan fantasi yang berkelana dan kadang tak masuk akal menghiasi jalannya cerita, hingga tak sadar tetiba sudah menjumpai surat yang entah keberapa. Pengisahan tentang Shinta sendiri lebih bervariasi. Berbagai karakter Shinta muncul berkali-kali dalam petualangan Rahwana, mulai dari presenter tv, nenek penghuni panti jompo, hingga Shinta perias mayat. Tak puas hanya memfantasikan Shinta, tokoh utama pun difantasikan sedemikian rupa hingga membuat pembaca mengalami sensasi rasa “kok bisa ya?” Meski dibungkus dalam kemasan fantasi dan lebih terkesan jenaka, namun muatan nilai-nilai keilahian yang terangkum dalam ajian Sastrajendra Hayuningrat sebagai ciri khas penulis tak dilupakannya. Secara tak terduga, pembaca dapat menemukan pesan moral, cerita sejarah, hingga muatan keilahian di tengah-tengah arus fantasi. Bagi sebagian orang, tentu karya ini menjadi pilihan di te­ ngah waktu luang dan padatnya aktivitas. Tetapi bagi sebagian lainnya yang tak terbiasa membaca karya fantasi akan dibuat bingung sendiri oleh alur cerita. Atau bagi sebagian orang yang terlalu terpaku pada pakem cerita Ramayana mungkin akan menolak meneruskan membaca buku yang ngawur ini =


10

No.153 Tahun XVIII | Edisi Mei 2018

Life Style

Makanan Pedas Memicu

Insomnia Oleh : Windy Sevia

M a ka na n ped as kera p d itud u h h a ri ternyata bisa mem icu i nso m nia. H a l i ni d i uta ra ka n A h l i Faa l d a ri Po l i kl i ni k U ni la, d r. Kh a i run N isa Ba raw i.

M

enikmati makanan pedas nampaknya tengah menjadi tren di pergaulan kaula muda. Gerai makanan pedas dapat ditemui dengan mudahnya di sepanjang jalan protokol di Bandar lampung. Menu yang disuguhkan pun beragam, ada mie, seblak, bakso, sosis, sate dan segalanya yang disulap serba pedas. Tak tanggung, pilihan pedas dari level I-20 biasanya ditawarkan. Lidah menjadi panas, keringat berkucuran dan tisu berkahir diwajah yang basah. Reaksi umum orang yang kepedasan. Uniknya inilah yang dicari penggila makanan pedas. “Nggak pedas, nggak mantap,” ungkapan yang sering dilontarkan penggila makanan pedas. Sep-

erti yang dirasakan Indah Dwi Muharani (Hubungan Internasional ’17), menurutnya ada Ilustrasi : Charul Rahman Arif sensasi berbeda saat menyantap makanan pedas. asal dari buah cabai (Capsicum “Makanan yang tidak pedas sp). Ada beberapa zat yang baik sangatlah tidak enak, seperti dalam cabai untuk tubuh manutidak memiliki rasa,” ujar Indah. sia seperti, capsaicin, vitamin B3, Bagi penikmat makanan pevitamin A dan vitamin C. Vitamin das, menyantap makanan tanB3 pada cabai dapat menurun­ pa cabai bagaikan makan tanpa kan kadar kolesterol karena ia rasa. Padahal pedas bukanlah membakar energi yang bersumrasa. Pedas hanyalah efek iritasi ber dari lemak. Vitamin A pada dari sensasi panas dan terbakar cabai memang tidak setinggi yang disebabkan oleh senyawa vitamin A pada wortel. Namun, yang terkandung dalam cabai, cabai mampu memberikan capsaicin. Senyawa inilah yang manfaat yang hampir sama dapat meningkatkan selera de­ngan wortel. Selanjutnya­vimakan dan dapat meningkattamin C yang terdapat dalam kan metabolisme pada tubuh. cabai dapat menjadi a ntioksiSensasi pedas umumnya ber-

www.teknokra.com

dan bagi tubuh. Capsaicin pada cabai juga dapat mengencerkan lendir dan mengurangi resiko kanker. “Namun perlu diperhatikan, disamping manfaat tersebut, pedas juga ada sisi negatifnya bila di konsumsi secara berlebihan,” lanjut dokter yang kerap disapa dr. Nisa ini. Menurutnya, kandungan zat capsaisin pada cabai dapat mengiritasi pelindung lambung sehingga dapat meyebabkan berbagai gangguan pada perut atau bahkan dengan mudah terserang diare. Sehingga sangat tidak dianjurkan makan makanan pedas pada malam hari karena dikhawatirkan dapat memicu insomnia. “Zat capsaicin mampu menstimulasi hormon adrenaline sehingga meningkatkan ke-

waspadaan, hingga membuat tubuh jadi susah tidur,” terang dr.Nisa. Gangguan tidur atau yang akrab dengan sebutan insomnia, mampu membuat penderitanya sulit untuk memulai tidur, atau mempertahankan tidur yang normal. Kebiasaan buruk makan sebelum tidur, terlebih makanan pedas dapat membuat kondisi badan menjadi tidak nyaman. Zat capsicum di dalam cabai bisa memicu rasa panas dan terbakar di lambung. Insomnia berdampak pada kualitas tidur yang buruk. Tak bisa dipandang

remeh, Insomnia dalam kondisi akut bisa membuat penderitanya menjadi kelelahan, lesu, kurang konsentrasi dan mudah marah. “Sebenarnya bukan insomnia, tapi jam tidur saya jadi mundur. Ini terjadi apabila saya mengonsumsi makanan pedas secara berlebihan, jadi kalau malam sering ngga enak badan makanya agak susah tidur” Indah Dwi Muharani Saat mengonsumsi makanan pedas, dr.Nisa menyarankan untuk mendampinginya dengan makanan yang tidak pedas agar dapat menjadi penetralisisr bagi lambung. Perbanyak minum air putih juga bisa menghilangkan rasa terbakar di lidah. Sebenarnya tingkat kepedasan setiap individu berbeda-beda. Semakin sering mengonsumsi makanan pedas, maka lidah akan terbiasa dengan sensasi panas dan terbakar yang dihasilkan pedas karena reseptor pada lidah menjadi tumpul. Beralih ke tingkat yang lebih serius, terlalu banyak mengonsumsi makanan pedas mengakibatkan lapisan lambung menipis. Hal ini membuat lambung rentan terjadi infeksi sehingga terjadi maag dan meningkatnya asam lambung. Meskipun mengetahui dampak negatif dan sempat masuk rumah sakit akibat makanan pedas, tak membuat Tri Oktaviani (Teknologi Hasil Pertanian ’17) berhenti mengonsumsi makanan pedas. “Ya saya tahu dampaknya bahaya sekali tapi mau gimana lagi kalau udah hobi jadinya susah move on sama makanan pedas,” ujar gadis yang kini mengurangi tingkat kepedasan makanannya=

Apresiasi INTERAKTIF

LALU LALANG D i ja la n d ua ja l ur p i ng g i ra n kota O ra ng-o ra ng la l u la la ng seh a bis h uja n D i d epa n ru ko, h a la ma n ruma h Ki ni sud a h koso ng kem ba l i H a nya tersisa jeja k sepatu mereka ya ng ba ru saja berted u h La l u la la ng Seperti itu la h biasa nya d i so re h a ri seh a bis h uja n O ra ng-o ra ng kem ba l i bergeg as pu la ng Mem bawa ma i na n untu k a na knya ya ng sed a ng menung g u d i ruma h

PERMAINAN Seseo ra ng mem bung ku k jatu h (la l u) masu k (d a la m) Perma i na n.

Ti na d a n A la nd h id up ta n pa rag u d i m usi m kema rau Ti na d a n A la nd ja la n ta n pa bi m ba ng pad a m usi m peng h uja n Wa lau Ti ni ag a k d ema m Ti na d a n A la nd berla ri ta n pa to p i d i p i ng g i r pa nta i Ti na d a n A la nd mela m ba i ta n pa sepatu d i punca k g unung Pad a h a l Ti ni mau ny ungsep Ti ni d a n A la nd h id up ta n pa rag u d i m usi m kema rau Ti ni d a n A la nd ja la n ta n pa bi m ba ng pad a m usi m peng h uja n Ti ni d a n A la nd berla ri ta n pa to p i d i p i ng g i r pa nta i Ti ni d a n A la nd mela m ba i ta n pa sepatu d i punca k g unung A la nd h id up sud a h rag u d i m usi m kema rau A la nd ja la n sud a h bi m ba ng pad a m usi m peng h uja n A la nd berla ri mema ka i to p i d i p i ng g i r pa nta i A la nd mela m ba i mema ka i sepatu d i punca k g unung (menca ri Ti na d a n Ti ni ta k ta h u ke ma na) Ka rya-ka rya Fa rid Azh i i, Kosa kata P. Ba h asa d a n Sastra I nd o nesia ‘16

Ilustrasi : Rohimatus Salamah


SOSOK

11

No.153 Tahun XVIII | Edisi Mei 2018

www.teknokra.com

Dicky Dwi Alfandy :

PenyelamatanLingkungan Berbasis Digital Oleh: Mitha Setiani Asih

D

icky Dwi Alfandy, pemuda yang vokal dalam me­ ngampanyekan isu lingku­ ngan. Lewat desain poster dan aksi turun langsung ke lapangan, Dicky mulai mengedukasi masyarakat akan kebiasaan yang bisa menghambat pelestarian lingku­ ngan. Bersama kawan–kawannya, ia memelopori terbentuknnya organisasi tingkat nasional Green Active Youth pada Mei 2017. Organisasi nonprofit besutannya ini, bergerak dalam kegiatan berbasis digital seperti Eco Wibinar (seminar lingkungan berbasis daring) dan Eco News (berita tentang lingkungan). Green A ­ ctive Youth telah tersebar di Lampung, Aceh, Riau, dan Jogjakarta. Organisasi ini bertujuan untuk menginspirasi masyarakat agar mendukung kelestarian lingku­ ngan hidup. Sejalan dengan jurusan Biologi yang diambilnya, Dicky-sapaan akrabnya- mengerti bahwa menjaga lingkungan yang berkelanjutan sangatlah penting. Semasa kanak-kanak Dicky yang tinggal di bantaran sungai di Tanjungkarang, akrab dengan pemandangan sungai kotor dan sampah yang padat. Memasuki kelas 4 SD ia pun pindah ke desa yang lebih asri dan nyaman. Tak ingin merasakan kenyamanan sendiri, ia bertekad mewujudkan suasana lingkungan yang sehat pula bagi masyarakat umum. Dicky mengoptimalkan media instagram untuk mengampanyekan pelestarian lingkungan hidup. Poster-poster sederhana seperti informasi seputar kepunahan hewan, pengelolaan

sampah sampai cara mendaur ulang sampah tak pernah absen di berandanya. Tak hanya itu, Dicky bersama teman-temannya juga aktif menulis isu lingkungan yang dimuat di news.greenactiveyouth.com secara rutin. Menurut Dicky permasalahan sampah tak pernah ada habis­nya. Banyak sekali postingan Dicky mengenai kondisi sampah plastik di dunia. Mengurangi kondisi semacam itu, Ia menggagas adanya program 1000 tumbler. Dalam perayaan hari sampah dunia tersebut, idenya dituangkan, “ Jika setiap anak membawa 1000 tumbler setiap hari, itu akan mengurangi jumlah sampah botol plastik di dunia,” ujarnya. Hal tersebut juga coba dipraktikannya dengan membawa tumbler kemanapun berpergian. Tak hanya secara virtual, Dicky juga acap kali turun ke lapangan untuk membantu masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup. Belakangan ia bersama 17 kawannya melakukan transplantasi terumbu karang di Pulau T ­egal. Salah satu kawasan menarik untuk menikmati keindahan terumbu karang. S ­ ayangnya, terumbu karang di pulau ini tidak tersebar secara merata. Transplantasi ini dinilai sebagai antisipasi kerusakan terumbu karang. Sebanyak 100 bibit terumbu karang jenis Acrophora dikaitkan dengan media tanam. Media yang Ia gunakan berupa kaitan besi yang disusun sejajar di daratan. Dengan terampil dan sedikit hati-hati Dicky mengeratkan bibit karang dengan media tanam. Di bawah matahari yang memekik, dengan mengenakan seragam selam, Dicky memasukan media transplantasi ke dasar laut. Wajahnya tak menggambarkan ketakutan saat menyelam di kedalaman 15 meter, berenang adalah hobinya. Tak heran karena lelaki kelahiran 22 tahun lalu ini juga sempat aktif pada sebuah organisasi selam di Unila, Anemon. Organisasi yang baru berjalan sepuluh bulan ini merupakan implementasi nyata Dicky terhadap beasiswa yang diterimanya. Berawal dari kepedulian menuliskan isu lingkungan, Ia berhasil mendapatkan Beasiswa ­Cargill Global Scholars Programme. Melalui ­Beasiswa Cargill Global Scholars juga ia menjadi delegasi Cargill Global Leadership and Sustainability Conference di Amsterdam, Belanda 2017. Cargill Global Scholars me­

rupakan beasiswa yang konsen terhadap pertanian, pangan dan bisnis. Beasiswa ini tersebar di 6 negara yaitu China, India, R ­ usia, Indonesia, Brazil dan Amerika Serikat. Masih berhubungan dengan lingkungan, Dicky dan timnya mempresentasikan tentang pertanian berkelanjutan dengan judul Fostering Environmental Sustainability in Indonesia’s Palm Oil Industry. Dicky yang kala itu mengenakan busana adat Lampung, laris menjadi incaran foto temanteman delegasi dari negara lain. Presentasi soal lingkungan di negeri orang bukan kali pertama bagi Dicky. Program Riau International Youth Summit di Riau pada tahun 2016 menjadi awal perjuangannya. Ia menjadi delegasi indonesia dari 23 negara yang mengikuti program tersebut. Ia semakin termotivasi oleh teman – temannya yang berhasil ikut pertukaran pelajar. Akhirnya di tahun 2017 Dicky terpilih sebagai delegasi I­ndonesia di program Young Southeast Asian Leader Initiative (YSEALI). Program yang diselenggarakan oleh U.S Department of State di Palawan, Philipinnes ini diikuti 30 mahasiswa se-Asia Tenggara. Dalam kesempatan ini Dicky menulis esai dengan tema “Konstribusi Pemuda Untuk Lingkungan dan Laut”. Tulisan-tulisanya seputar lingkungan mewujudkan mimpi Dicky kecil untuk keluar negeri. Menurutnya, esai yang penuh emosional adalah esai yang menarik dibaca penyelenggara beasiswa. Motivasi untuk mengunjungi negara lain me­­­­­macu dirinya untuk berusaha lebih keras. Modal berbahasa inggris juga diperoleh secara otodidak lewat tayangan di youtube. Filipina menjadi langkah pertama Dicky menjelajahi negeri orang. Hidup di Filipina, membuat anak kedua dari lima bersaudara ini lebih selektif memilih makanan. Menurutnya makanan disana kurang ramah terhadap warga muslim. Alhasil Selama 9 hari pertama, Ia hanya berani memakan sayur dan buah saja. Menurutnya, manila adalah negara terpanas yang pernah ia kunjungi. Temperatur udara di atas 35 derajat celcius membuatnya lebih berkeringat dari biasanya. Sebelumnya, Ia sudah 30 kali gagal dalam pengajuan beasiswa seperti ini. Bagi Dicky tidak ada kata gagal dalam hidup, yang ada hanya menang dan belajar. “Saat kita gagal bukan berarti tidak ada kesempatan lagi, tetapi kita dituntut untuk belajar lebih lagi sampai menang,” pungkas lelaki yang baru saja pulang dari Thailand, usai agenda ASEAN Youth Stepping Towords Environmental Sustainibility Camp 2018 =

Merawat Bineka

Faiza Ukhti Annisa Pemimpin Umum Bhinneka Tunggal Ika Berbeda-beda, tapi satu juga. Siapa orang Indonesia yang tak kenal semboyan N ­ egara Kesatuan Republik Indonesia itu? Satu kalimat yang termahsyur hingga pelosok negeri bumi pertiwi. Bhinneka Tunggal Ika bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu ­kesatuan. Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Kakawin ini mengajarkan toleransi antar umat beragama dan keragaman budaya, bahasa, ras, serta suku bangsa. Mpu tantular sejak dulu menyadari keberagaman kita dapat menimbulkan perpecahan dan gesekan-gesekan kecil bisa menimbulkan perkara besar. Terutama di Negara kita. Negeri yang luar biasa kaya, yang setidaknya punya 16.056 pulau (data Dirjen Pengelolaan Ruang Laut 20152017) dengan jumlah penduduk sebanyak 257.912.349 jiwa (disampaikan Mendagri, 30/6/2016). Diantaranya terdiri dari 300 etnis, 1.340 suku bangsa dan menggunakan setidaknya 1.211 bahasa (BPS 2010). Bhinneka Tunggal Ika tak semerta-merta dicatut menjadi falsafah persatuan kita. Tentunya para pemimpin bangsa sudah memikirkan bagaimana kemajemukan ini menjadi karunia, bukan sebuah petaka. Keberagaman adalah salah satu karunia Tuhan untuk Indonesia. Merawat bineka juga menjadi salah satu cara kita mewujudkan mimpi dan ­cita-cita pendiri bangsa untuk menjadikan Indonesia kuat meski berbeda. Meski Bhinneka Tunggal Ika sudah kita gaungkan, tapi konflik-konflik berbau perpecahan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) masih tak terelakkan. Beberapa kerusuhan akibat konflik SARA masih terjadi hingga sekarang. Kalau dulu konflik SARA berakhir menggunakan kekerasan, kini perang kata-kata yang digunakan. Dalam berbagai media sosial isu-isu SARA terus diterbangkan. Kemajemukkan kita jelas menjadi pemantik perpecahan dan itu jelas dimanfaatkan beberapa golongan. Cepatnya penyebaran informasi yang tak dibarengi dengan verifikasi turut menjadi pemicu. Jangan meremehkan kiriman-kiriman si facebook, twitter dan instagram yang bernada provokatif dan diskrimintaif. Sebab itu adalah racun yang nyata. Ujaran kebencian dan sentimen SARA hanya awal. efeknya bisa lebih parah, memicu amarah, prasangka, kebencian dan dendam. Buntutnya bisa saja membuat hoaks marak, hate speech, persekusi, teror, cyber bullying, main hakim sendiri, terorisme bahkan radikalisme. Tentu saja, bukan itu bineka yang mestinya ada. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa untuk ikut merawat bineka. Pertama, jadilah warganet cerdas dan bijak menggunakan media sosial. Hindari konten-konten yang bisa menyulut isu SARA. Buat konten positif baik bentuk tulisan, foto, dan video yang menyebarkan isu-isu keberagaman. Kedua,hargai perbedaan yang ada di sekitar kita. Beberapa sikap yang perlu diterapkan yakni toleransi, menghargai, dan menempatkan diri sesuai dengan situasi dan kondisi. Perlakukan manusia lain di sekitar kamu sebagai manusia, bukan bagaimana kamu melihat apa suku, ­agama, ras dan golongannya. Ketiga, rasakan Indonesia. Jelajahi tempat-tempat yang belum pernah kamu kunjungi di Indonesia. Bertemulah dengan lebih banyak orang dan lebih banyak pengetahuan karena itu bisa membuat kamu bijaksana. Jangan pernah lupa kalau Indonesia dibentuk karena keberagaman, karena semua orang bersatu untuk mewujudkan. Indonesia bukan hanya milik kita, tapi juga milik saudara-saudara kita yang tersebar hingga pelosok ­nusantara. Jayalah Indonesia. Jayalah Bhinneka Tunggal Ika = Tetap berpikir merdeka!


USAHA

BUKU TAHUNAN

EDITING VIDEO

More Info: Tuti (085312307785) Arif (085769640320)

JASA LAYOUT

a

SKETSA WAJAH & LINE ART

MUG

SOUVENIR


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.