TABLOID EDISI 161 DI BAWAH ANCAMAN PEMBURU

Page 1


2

No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020

KOMITMEN

Sejumput Asa untuk Satwa Langka Perburuan satwa langka masih terjadi sampai saat ini. Biasanya setelah diburu satwa langka ini dijual. Penjualannya pun bukan di pasar-pasar konvensional, melainkan sudah merambah di sosial media. Hal ini adalah bentuk pengelabuan dari para penjual dan pembeli. Supaya tidak terkena razia, jika mereka masih menjajakan satwa langka di pasar konvensional. Harga yang ditawarkan untuk satwa langka ini bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Paling sering dijumpai mereka menjajakan satwa langka ini di aplikasi Facebook. Kukang adalah salah satu hewan yang sering dijumpai di aplikasi ini. Pemerintah pun melakukan beberapa upaya untuk mencegah pengurangan spesies yang sudah mulai langka ini. Mulai membuat tempat habituasi, melakukan upaya penangkapan kepada penjual dan pembeli, dan juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang larangan untuk menjual satwa langka. Namun, hal tersebut tidak membuat jera para pelaku. Maka dari itu, pemberian hukuman yang berat akan membuat pelaku jera. Meskipun perdagangan satwa langka pada tahun 2020 sudah menurun. Bukan tidak mungkin perdagangan satwa langka ini akan terjadi kembali pada tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, pemerintah dan pihak yang berwenang harus bekerja sama dalam mengatasi perburuan dan penjualan satwa langka. Semestinya pemerintah membuat peraturan tegas untuk penjual dan pemburu satwa liar. Selain itu, Razia perlu rutin dilaksanakan baik di media sosial dan pasar konvensional. Jika, satwa liar punah berarti manusia telah gagal menjaga ekosistem=

Menghapus Stigma

M

ahasiswa kura-kura (kuliah rapat, kuliah rapat) menjadi julukan yang melekat pada mahasiswa aktif organisasi. Mahasiswa kura-kura harus bisa mengatur waktu antara kuliah dengan kegiatan organisasi. Sehingga, berkembang stigma mahasiswa tersebut, memiliki nilai buruk di Kartu Hasil Studinya. Dalam sebuah organisasi tidak hanya mengadakan rapat atau diskusi kosong. Sebuah organisasi bisa menjadi tempat belajar sebelum terjun langsung di dunia kerja. Sebab, diperlukannya kerja tim yang kompak untuk memutar roda organisasi.

Bahkan, bergabung dengan organisasi kemahasiswaan, bisa menambah soft skill yang tidak didapatkan di dalam mata kuliah. Dari Teknokra kami menghapus stigma tersebut. kami belajar menjadi mahasiswa yang siap menjalankan peran di masyarakat. Kami mengambil peran menjadi kontrol sosial yang memberikan kritik dan saran dari sebuah kebijakan. Hal ini dalam bentuk informasi yang disampaikan untuk civitas academica Unila Bahkan, tidak jarang melalui Teknokra. Kami ikut menorehkan prestasi untuk Universitas Lampung.

Judul: DI BAWAH ANCAMAN PEMBURU Ide dan Desain: Ihwana Haulan

Kembali menyapa kalian melalui media cetak. Kami suguhkan Tabloid khusus edisi 161. Lewat tabloid ini, kami menyajikan informasi tentang perburuan satwa liar yang masih marak terjadi. Perburuan satwa liar ini dengan tujuan mengambil keuntungan sendiri. Satwa liar yang dilindungi ini dijadikan komoditas untuk dijual. Di sinilah sikap kritis mahasiswa diperlukan. Sebab, Lampung memiliki dua taman nasional, yaitu Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Pengembangan wilayah konservasi satu-satunya harapan agar habitat beserta isinya terjamin sepanjang masa. Jangan sampai karena keegoisan manusia mengurus isi perutnya sendiri. Satwa liar yang dilindungi menjadi punah. Tindakan biadab ini, dapat merusak alam di masa mendatang. Karena, rusaknya rantai makanan di dalam ekosistem. Dari pojok UKM untuk mengajak pembaca mempunyai sikap dalam menyikapi permasalahan yang terus-menerus terjadi. Tetap Berpikir Merdeka!=

KYAY JAMO ADIEN

PEMIMPIN UMUM Chairul Rahman Arif PEMIMPIN REDAKSI Mitha Setiani Asih REDAKTUR DALAM JARINGAN Sri Ayu Indah Mawarni REDAKTUR BERITA Andre Prasetyo Nugroho REDAKTUR ARTISTIK Dhea Putri Utami EDITOR Yesi Sarika, Eka Oktaviana FOTOGRAFER Aghnia Nur Anisa, M. Faizzi Ardhitara STAF ARTISTIK Azhar Azkiya, Ihwana Haulan REPORTER Rahel Azzahra PEMIMPIN USAHA Fahimah Andini MANAJER OPERASIONAL Anissa Diah Pertiwi STAF IKLAN DAN PEMASARAN Rahel Azzahra STAF KEUANGAN Azhar Azkiya KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Ria Shinta Maya STAF PUSLITBANG Annisa Diah Pertiwi, M. Faizzi Ardhitara KEPALA KESEKRETARIATAN Nofia Mastuti STAF KESEKRETARIATAN Yesi Sarika, Aghnia Nur Anissa MAGANG Sofia N., Maria C., Galih P. W.,Henny M., Yolla A.P., Shofy A.A., Fajar H.J., Sandra P., Buliano A. B., Rizki A., Ridho D.S., Armanda A. A., Farid R., Pratiwi D. L., Diah P.,Silvia A., Adji A., Ahmad F., Ridho E., Shinta A.

TABLOID TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penebitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung. Alamat : Gerha Kemahasiswaan Lt.1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 3541 Email : teknokratv@gmail.com Website : www. teknokra.com Telp : (0721) 778717

Ilustrasi: Fajar Hendrajaya

PELINDUNG Prof. Dr. Karomani, M.Si. PENASEHAT Prof. Dr. Yulianto, M.Si., Hero Satrian Arif, S.E., M.H. DEWAN PEMBINA Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya, M.S. ANGGOTA DEWAN PEMBINA Prof. Dr. Muhajir Utomo, M.Sc., Dr. Eddy Riva’i SH.,Prof. Dr. Yuswanto, SH., M.Hum., Dr. Maulana Mukhlis, S.Sos., M.IP., Asrian Hendi Caya, SE., ME., Dr. Yoke Moelgini, M.Si., Irsan Dalimunte, SE., M.Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi, M.Si., Syafaruddin, S.Sos. MA., Toni Wijaya, S.Sos., MA.s.


No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020

KAMPUS IKAM

Unila adakan PKKMB Daring

3

Oleh: Yesi Sarika

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Yulianto mengatakan PKKMB akan dilaksanakan selama 4 hari pada 21-22 September di tingkat universitas. Hari pertama akan dihadiri dihadiri 160 mahasiswa perwakilan dari tiap-tiap fakultas. Kemudian, diselingi Dies Natalis Unila ke55 pada tanggal 23 September. Selanjutnya, pada 24-25 September PKKMB ditingkat fakultas. “Sampai sekarang kita belum bisa mengubah PKKMB seperti yg sudah-sudah. Akan ada 2 pola, offline yang diwakili mahasiswa dari tiap prodi yang lainnya dari daring,”katanya. Agus Setiawan (Ilmu Hukum’17) sebagai ketua UKM Pramuka mendukung berlangsungnya kegitan ini. Sebab, melihat situasi yang sekarang belum mendukung pelaksanaan secara langsung karena pandemi Covid-19. Riko Asdiansyah (Administarsi Bisnis’17) selaku Ketua UKM Paduan Suara Mahasiswa mengatakan PKKMB daring ini cara yang tepat untuk kegiatan

penyambutan dan pengenalan mahasiswa baru di masa pandemi. Karena, cara yang aman dan sesuai dengan protokol Covid-19. Ia mengatakan PSM juga tengah mempersiapkan untuk sesi pengenalan LK dan UKM. “Untuk perkenalan ukm sendiri menggunakan video, untuk persiapan kita melakukan perkenalan pengurus dan juga

ada cuplikan perform PSM,” ujarnya. Irvan Aries Sandi (Teknik Pertanian ’17), Ketua Umum Bina Rohani Islam Mahasiswa (Birohmah) menuturkan bahwa kondisi sekarang mengharuskan UKM Birohmah untuk melakukan PKKMB secara daring. Ia juga menambahkan bahwa UKM Birohmah telah menyelesaikan pembuat vid-

eo demonstrasi perkenalan untuk PKKMB daring. “Jika diperkenankan untuk memilih kondisi, saya akan memilih melakukan PKKMB secara offline, karena dengan cara offline Birohmah bisa lebih banyak memberikan pelayanan kepada mahasiswa baru Universitas Lampung,” tuturnya=

Foto: Mitha Setiani Asih

Unila-tek: Pelaksanaan Panduan Umum Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Lampung (Unila) tahun 2020 akan dilaksanakan secara daring. PKKMB ini disiarkan lansung dari kanal Youtube Official Biro Akademik dan Kemahasiswaan (BAK) Unila yang akan menampilkan pemberian materi-materi. Selain itu, juga pengenalan lembaga kemahasiswaan dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Ainul Hudzni, Kepala Subbagian (Kasubag) Registrasi dan Statistik mengungkapkan untuk pelaksanaan PKKMB daring ini mengacu pada Surat Edaran yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 631/E.E2/KM/2020 tanggal 18 Juni 2020 tentang panduan umum PKKMB. “Kita hanya mengundang 160 mahasiswa yang secara offline dengan jadwal sampai jam 12 siang. Karena, memang yang diperbolehkan hanya sekitar 100 orang yang hadir,” ungkap Ainul saat rapat koordinasi Persiapan PKKMB Unila Tahun 2020, (14/08).

Tidak terurus. Rusunawa (rumah susun sewa) lama yang berada di kampus pusat tidak terurus. Lemari dan ranjang lama terkatung-katung. (29/08).

Bantuan UKT/SPP 2020 Tidak Memenuhi Kuota Oleh: Nofia Mastuti Unila-Tek: Bantuan Uang Kuliah Tunggal (UKT/SPP) semester ganjil 2020 sampai dibukanya pendaftaran tahap kedua nyatanya tidak mempengaruhi jumlah mahasiswa yang mengajukan berkas bantuan UKT/SPP 2020. Sampai hari terakhir penutupan, tetap 477 mahasiswa yang terdata mengumpulkan berkas bantuan UKT dari 2039 kuota mahasiswa yang disediakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), (24/08). Bantuan ini diberikan bagi mahasiswa yang tidak memperoleh beasiswa dan maksimum golongan tiga yaitu besaran UKT Rp.2.400.000 . Hal ini sudah ketentuan dari Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) no 25 tahun 2020 tentang bantuan UKT. Menurut Prof. Yulianto, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, mengatakan golongan 3 kebawah lebih terdampak Covid 19 yang harus dibantu. “Golongan 1 sampai 3 dianggap

golongan yang minimal pendapatannya jika tidak dibantu lebih parah lagi. Dibandingkan UKT golongan 4, 5, 6, 7, 8 yang dilihat secara ekonomi ya masih ada lah, makanya program pemerintah pusat itu,” katanya. Sopiana selaku Kepala Bagian Kemahasiswaan menjelaskan sebenarnya sekitar seribuan lebih mahasiswa yang berhak mendapatkan bantuan UKT/SPP 2020. Tetapi, banyak mahasiswa yang tidak mendaftar, sehingga ada perpanjangan pendaftaran. “Kami sudah menyampaikan informasi via website, via pimpinan fakultas dan sudah via BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), artinya sudah terwakilan. Meminta bantuan BEM untuk menyampaikan ke teman-teman dan adik tingkatnya,” katanya. Irfan Fauzi Rachman selaku Presiden BEM menerangkan bahwa sejauh ini publikasi dari BEM terkait bantuan UKT golongan 1 sampai 3 ini adalah membantu menyebarkan informasi terkait

bantuan tersebut. Irfan menambahkan BEM juga berupaya mengawal bantuan tersebut untuk dapat membantu maksimal seluruh mahasiswa yang ada. “Publikasi yang dilakukan oleh rektorat masih terbuka kurang maksimal sehingga banyaknya mahasiswa yang belum menginput NIK pada web kemahasiswaan.” Azhari, Kepala Subbagian Kesejahteraan Mahasiswa dan Alumni Biro Akademik dan Kemahasiswaan, menjelaskan bahwa jika kuota bantuan UKT ini tidak terpenuhi sisa dana bantuan UKT/ SPP 2020 akan dikembalikan ke Kemendikbud. “Kami mengakomodir data yang berkasnya sudah masuk, saya juga belum tahu apakah masuk ke rekening rektor. Apa langsung dibayarkan oleh kementrian atau dikirim lewat rekening mahasiswa masing-masing. Nanti teknisnya seperti apa dari kementrian ngasih pemberitahuan. Setelah ada pemberitahuan dari

pusat saya juga akan membuka pemberitahuan di web,” jelasnya. Adela Priantika (Penyuluhan Pertanian’18), salah satu calon penerima bantuan UKT/SPP 2020, mengetahui informasi bantuan UKT sudah lama dari Whatsapp grup kelasnya . “Kita bantuannya enggak tau seberapa, full atau gimana kita nggak tahu. Saya ngirim via pos sedikit ada ketakutan kalo paket berkasnya ga nyampe dari Kotabumi.” Senada dengan Adela yang mengetahui informasi bantuan UKT dari grup kelas. Intan Sya’diyah (Sosiologi’17) merasa informasi yang disampaikan agak terlambat . “Surat yang diturunkan oleh rektorat harusnya lebih cepat sebulan atau tiga minggu sebelumnya. Pengumpulan data juga cuma dikasih waktu semingguan. Jangan sampai mahasiswa harus aksi dulu baru mereka mengeluarkan pernyataan. Harusnya kan udah paham jangan maha-

siswanya harus turun dulu,” ucapnya. M. Giyo Gustiadi (Pendidikan Tari’17), calon penerima bantuan UKT/SPP 2020 menuturkan mendapat informasi dari teman yang mengabarkan ada informansi bantuan UKT dari pihak rektorat . Menurutnya, informasi yang diperolehnya masih sangat minim. Lain halnya dengan M. Fahmi (Hukum’17). Ia mengatakan bahwa informasi yang disebarkan unila cukup baik. Menurutnya, informasi yang diterima mahasiswa tergantung keinginan mahasiswa mencari informasi tersebut. “Kita sebagai mahasiswa harus sering cek kalo memang bantuan tersebut memang ada. Bantuan UKT ini karena adanya covid sehingga banyak keluarga yang terdampak, jadi semoga kedepannya akan ada bantuan bantuan juga bukan hanya untuk mahasiswa yang UKT nya maksimal 2.400.000,” katanya=


4

No. 161XX Bulanan Edisi September 2020

KAMPUS IKAM

Akibat Pandemi Unila Perpanjang Libur Kuliah Oleh: Annisa Diah Pertiwi

Oleh: Mitha Setiani Asih

Terbengkalai. Rusunawa (rumah susun sewa) yang berada di belakang kampus A terbengkalai. Saat ini rusunawa tersebut dipenuhi kotoran hewan. (29/08).

PG PAUD UNILA Buka Pusat Layanan Daring

Unila-tek: Unila (Universitas Lampung) memberikan perpanjangan libur perkuliahan pada tahun ajaran 2019/2020 akibat pandemi Covid-19. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, awal perkuliahan dimulai pada pertengahan Agustus, semester ganjil pada tahun ini dijadwalkan akan dimulai pada 28 September 2020. Kepala Bagian Akademik Biro Akademik dan Kemahasiswaan, Ir. Yuli Kaesih menjelaskan bahwa pertimbangan pemunduran jadwal ini bermula dari jadwal penerimaan mahasiswa baru yang bergerak mundur. “Jadwal penerimaan mahasiwa baru untuk jalur SNMPTN itu masih normal. Namun, untuk tes UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) kemarin mundur hingga bulan Juli. Padahal, tahun lalu itu bulan Juli sudah pengumuman,” jelasnya. Intan Kumala Utami (Administrasi Negara ‘18) kurang setuju dengan pengadaan perkuliahan yang mundur jauh dari jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. “Saya kira libur kali ini sudah terlalu lama. Kalau bisa memilih, saya menginginkan perkuliahan diadakan secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya=

HIMAPIS Lakukan Galang Dana Oleh: Sandra Puspita

Oleh: Ihwana Haulan

FKIP-tek: Pusat layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) memberikan layanan secara daring sejak Mei lalu. Een Yayah Haenillah, selaku Koordinator dari Layanan Pusat PG PAUD mengatakan bahwa layanan ini terbuka untuk semua pendidik, baik pendidik disekolah, keluarga maupun masyarakat umum. “Waktu layanan disediakan pada hari Sabtu dan Minggu mulai dari pukul 10.00 sampai 15.00. Jika layanannya bersifat individu bisa konsultasi via Whatsapp atau video call. Sedangkan, untuk layanan yang bersifat umum kami menggunakan zoom meeting,” katanya. Ada berbagai jenis layanan yang diberikan dan didampingi langsung oleh konsultan yang sesuai dengan bidang keahlian-

nya. Kurikulum yang diberikan diantaranya kurikulum pendidikan anak usia dini, psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, pendidikan keluarga, pembelajaran anak usia dini, literasi anak usia dini, alat permainan edukatif anak usia dini, evaluasi anak usia dini, dan managemen pendidikan anak usia dini. Susanthi Pradini, selaku Sekretaris Pusat Layanan Umum PAUD, mengatakan bahwa sejauh ini sudah ada sekitar lebih dari 10 klien yang berkonsultasi di pusat layanan PAUD. “Antusiasme untuk layanan ini cukup baik, dan jika dilihat dari respon masyarakat dan guru ketika peluncuran acara pada 1 Mei lalu. Sudah ada sebanyak enam klien pada minggu pertama peluncuran program, dan lonjakan klien terjadi di awal pandemi.

Karena penyesuaian terhadap metode pembelajaran dalam jaringan (daring),” ungkapnya. Menurut Susanthi, sebagian besar klien yang berkonsultasi di pusat layanan ini merupakan Guru PAUD.”Keluhannya juga beragam, ada yang menayakan tentang penanganan siswa, metode pembelajaran dimasa pandemi, dan administrasi serta manajemen PAUD,” tuturnya. Salah satu klien pusat layanan PAUD, Asmi yang merupakan seorang guru PAUD mengatakan bahwa dirinya merasa sangat terbantu dengan adanya pusat layanan ini. “Alhamdulillah sangat terbantu, saya merasa puas dengan layanan yang diberikan, dan dari informasi yang diberikan disini bisa saya terapkan langsung ke anak didik. Supaya tidak salah dalam mengambil keputusan,”pungkasnya=

Menurut saya Unila kurang mengapresiasi dan memperhatikan mahasiswa yang berprestasi.Selain itu saya rasa ada ketidakadilan dalam memberikan dukungan, karena Unila hanya menyoroti prestasi besar. Yudi Ardian (Pendidikan Indonesia 2018) Pusing banget Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) katanya lolos pendanaan, tapi pas mau bergerak dana belum kunjung cair. Padahal PKM-M kan butuh banget asupan dana. Apakah pihak universitas bakalan bergerak untuk membantu menyelesaikan masalah PKM yang lolos pendanaan ini atau cuma mau ngasih harapan doang?. Nur Afifah (Pendidikan Sejarah 2018) Dari tanggal 7 Agustus sampai sekarang, bantuan UKT untuk golongan 2 dan 3 sampai saat ini belum terealisasikan. Sedangkan dari kemarin, mahasiswa sudah mengisi KRS. Ini bagaimana jadinya? Apa kami kena PHP oleh kampus? Ranis Maulid Hapira (Fakultas Hukum 2019) Sampaikan keluahanmu lewat pesan whatsapp/Sms dengan format Nama_Jurusan_ Angkatan_ko mentarmu. Kirim ke 085771829609 (Mitha) atau 0895620690306 (Andre). Tanggapan akan dimuat dalam tabloid edisi selanjutnya

Alamat : Gerha Kemahasiswaan Lt.1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 3541 Email : teknokratv@gmail.com Website : www.teknokra.com Telp : (0721) 778717

FKIP-tek: Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Himapis) Universitas Lampung (Unila) adakan galang dana untuk banjir dan longsor yang terjadi di Kabupaten Tanggamus tepatnya di Kecamatan Semaka. Galang dana berlangsung mulai tanggal 7-15 Agustus 2020 melalui transfer ke bank. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membenahi infrastruktur yang rusak akibat bencana tersebut. Ketua Umum HIMAPIS, Novita Sari (Pendidikan Ekonomi’18) mengatakan kegiatan galang dana bertujuan untuk menumbuhkan jiwa sosial khususnya pada mahasiswa pendidikan IPS dalam membantu sesama. Yopi Hidayatullah (Pendidikan Geografi’18) selaku Ketua pelaksana mengatakan, donasi yang diberikan nantinya akan berbentuk uang. ”Awalnya kita berikan ke lurahnya (hasil donasi), tapi BEM juga sedang mengadakan open donasi se-FKIP jadi nanti dana yang terkumpul di Himapis ini akan kami serahkan ke BEM untuk diberikan kesana,” ujarnya. Erika Sukma Lestari (Pendidikan Sejarah’18) sebagai Sekertaris Bidang Sosmas mengatakan, Himapis telah berusaha untuk menyebarluaskan informasi tentang penggalangan dana ini terutama melalui media sosial. Namun, donasi yang terkumpul masih berkisar satu jutaan=

Unila Adakan KKN di Daerah Masing-masing Oleh: Pratiwi Dwi Lestari Unila-tek: Universitas Lampung (Unila) melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah masing-masing karena selama masa pandemi. KKN dilaksanakan dari tanggal 1 Juli sampai 10 Agustus 2020. Muhammad Basri, Ketua BP-KKN mengatakan, mahasiswa sangat antusias mengikuti KKN periode 2 ini. “Ya sangat antusias, semua kegiatan mereka lakukan bersama di kelompoknya masing-masing, yang berbeda hanyalah tempatnya. Laporan dan lainnya tidak ada bedanya dengan KKN lainnya karena pembimbingan tetap di lakukan,” katanya. Eka Sandra Amelia Sari (Akuntansi ‘17) peserta KKN 2020, mengatakan beberapa kendala yang terjadi ketika sedang melaksanakan KKN. “Kendala pasti ada, karena Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) tidak mendampingi secara langsung di luar Lampung serta perbedaan budaya dimana kami harus lebih berusaha untuk mendapatkan kepercayaan di awal terlebih lagi karena pandemi jadi warga sangat berhati hati”. Deni Radiansyah (Pend. Fisika ‘17), peserta KKN 2020 menuturkan dengan KKN di daerah masing-masing bisa mengetahui potensi yang ada di tempat tinggal. “Contohnya daerah tempat saya tinggal, belum pernah terjamah oleh mahasiswa KKN dan potensi sumber daya manusianya sebenarnya bagus cuma belum ada yang menggerakan,” pungkasnya=


WANSUS

No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020

5

Foto: Dok.

“GreenMetric Wujudkan Kampus Hijau� oleh : Ahmad Faris Agus Maulana

Dr. Henky Mayaguezz S.Pi., M.T. merupakan salah satu dosen Universitas Lampung yang berdinas di Fakultas Pertanian. Saat ini ia aktif mengajar di jurusan Perikanan dan Kelautan. Hengky juga sudah bergabung dalam program GreenMetric sejak tahun 2019. Sekarang adalah tahun keduanya menjabat sebagai Ketua GreenMetric di Universitas Lampung. Salah satu reporter Teknokra berkesempatan untuk mewawancarai Hengky di Ruang SDGs Lantai 4 Gedung Rektorat Universitas Lampung (Unila), Rabu (26/8). Berikut wawancara tersebut : Apakah Universitas Lampung menerapkan GreenMetric? Iya, benar sekali. Bahwa Universitas lampung (Unila) menerapkan program GreenMetric. Universitas Lampung merupakan salah satu universitas yang ada di Indonesia yang menerapkan GreenMetric sejak tahun 2018. Apa itu GreenMetric? Dimana program GreenMetric ini merupakan suatu program yang menitik beratkan tentang pengelolaan lingkungan, kebersihan, serta penghijauan yang ada di area kampus. Mengapa Universitas Lampung menerapkan GreenMetric ? Menurut saya, ini sudah merupakan kewajiban bagi semua universitas yang ada. Karena, di dalam program ini memiliki tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan kampus yang bersih serta nyaman bagi segala kegiatan yang ada di Universitas Lampung. Di Universitas Lampung tidak hanya di gunakan oleh mahasiswa saja. Melainkan juga, orang-orang dari sekitar area kampus yang biasanya mengunjungi Unila untuk berolahraga maupun berekreasi. Sehingga, beberapa hal tersebut lah menjadi salah satu acuan untuk diterapkannya program-program penghijauan. Maupun, pengelolaan pada lingkungan lingkungan di area Universitas Lampung seperti dengan adanya embung yang tidak hanya sebagai tempat pengelolaan air. Namun, digunakan juga sebagai tempat rekreasi maupun berolahraga. Seperti apa Desain GreenMetric yang akan diterapkan

di Universitas Lampung? Di dalam program Greenmetric ini terdapat 6 kategori diantaranya, penataan dan infrastuktur, pengelolaan energi dan perubahan iklim, pengelolaan limbah, pengelolaan air, transportasi, pendidikan dan penilitian. Bagaimana perkembangan GreenMetric Unila saat ini? Kami sebagai tim Greenmetric memiliki tugas untuk selalu berkoordinasi dalam mengumpulkan data-data yang nantinya akan di input. Kemudian, hasil dari analisisnya akan dibuat rekomendasi kepada pimpinan. Selanjutnya, akan diintervensi untuk ditindak lanjuti mengenai pengelolaan lingkungan kampus. Sejauh ini berjalan lancar sesuai schedule dengan menerapkan program-program yang ada yang berkaitan dengan kategori kategori yang ada di dalam GreenMetric. Sehingga, perkembangannya tetap berjalan dengan sesuai rencana. Pada bulan Oktober merupakan waktu untuk penginputan borang penilaian bagi universitas yang tergabung dalam program GreenMetric. sebab hal itulah Universitas Lampung sedang mengebut dalam mempersiapkan bukti-bukti yang dapat diklaim sebagai hasil bentuk dari pelaksanaan kampus hijau yang berkelanjutan. Apa saja yang sudah diterapkan dalam program GreenMetric Unila? Dari beberapa program program yang ada di Universitas Lampung sudah menerapkan beberapa antara lain, tempat sampah terpadu yang merupakan sebagai bentuk pelaksanaan dari kategori pengelolaan limbah. Kemudian, pengelolaan air yang diterapkan dengan adanya embung-embung yang sudah

dibuat sebagai tempat pengelolaan air. Adapun energi bersih,arboritum, serta kegiatan kegiatan kemahasiswaan yang mendukung program GreenMetric di bidang pengelolaan lingkungan dan tak hanya itu di bidang pendidikan juga terdapat beberapa mata kuliah yang terkait dengan berkelanjutan. Berapa peringkat yang ditargetkan Unila dalam Program Greenmetric se-Indonesia? Pimpinan Universitas Lampung sendiri menargetkan masuk dalam peringkat 10 besar dalam program GreenMetric pada tahun ini. Apa saja strategi yang yang dilakukan untuk mencapai target tersebut? Kami menerapkan program-program yang mendukung. Hal tersebut sebagai strategi yang dapat menaikkan point Universitas Lampung untuk mencapai pada peringkat 10 besar dalam penerapan program GreenMetric se-Indonesia. Karena, menurut saya untuk naik peringkat tidak hanya melihat kenaikan poin untuk mencapai peringkat 10 besar. Kita juga harus bersaing dengan mengalahkan belasan universitas lainnya yang berada pada 7 peringkat di atas Universitas Lampung. Universitas tersebut yang juga menginginkan posisi universitasnya masuk dalam 10 besar dalam program GreenMetric seluruh indonesia. Apa saja kendala yang ada untuk menerapkan program GreenMetric? Tentunya ada kendala untuk setiap program seperti keterbatasan waktu dan biaya. Dapat kita contohkan, seperti kendala biaya semisal dalam program

transportasi kampus. Program ini yang dalam penerapannya, terkait kendaraan khusus yang ada di dalam kampus yang digunakan bagi pimpinan untuk mobilitas dengan menggunakan mobil golf misalnya. Ataupun, dengan dibuatnya stasiun-stasiun sepeda di fakultas-fakultas. Serta jalur khusus sepeda,sehingga dalam contoh ini universitas sudah menjalankan salah satu program GreenMetric yaitu tentang pengelolaan energi. Tentunya, semua ini memerlukan biaya operasional di dalamnya. Itulah beberapa kendala yang ada. Bagaimana pengelolaan transportasi, terdapat mahasiswa yang masih sering parkir di bahu jalan? Benar, masih banyak mahasiswa yang parkir tidak sesuai dengan tempat yang telah disediakan yaitu parkiran terpadu dan GSG. Hasilnya banyak kendaraan kendaraan yang berada di bahu jalan. Apa solusi yang dilakukan Unila untuk mengatasi masalah parkir sembarangan? Dan solusi untuk parkiran sebenarnya sudah disediakan tempat khusus bagi kendaran kendaran mahasiswa dan sudah di sediakan pula bus-bus yang memiliki tugas untuk mengantar ke berbagai fakultas-fakultas yang ada. Seharusnya ini sudah bisa menjadi salah satu point untuk pengelolaan lingkungan dimana tertatanya satu lokasi khusus untuk parkiran dan lajur khusus bus. Apa saja solusi yang diberikan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut? Untuk detail masalah biaya sebaiknya di tanyakan ke WR (Wakil Rektor) 2. Tentunya kita sebagai tim di Universitas Lam-

pung untuk mengatasi segala kendala yang ada di dalam program GreenMetric ini dibutuhkan komunikasi dan koordinasi yang kuat di dalam tim. Sehingga, tim menjadi lebih solid dan dapat menjalankan program program yang sesuai dalam penerapan GreenMetric ini. Karena, untuk menerapkan program GreenMetric pada universitas bukanlah perkara ringan karena banyak dibutuhkan tenaga dan pikiran dari semua yang terlibat dalam program GreenMetric ini. Jika, tim yang ada berkinerja secara maksimal akan pula menghasilkan suatu bukti-bukti mengenai bentuk pelaksanaan tentang program GreenMetric ini. Kapan Unila mencapai target 10 besar GreenMetric se-Indonesia? Dengan program program yang ada dan di dukung oleh kinerja tim yang baik dan sesuai dengan tujuan, Universitas Lampung menargetkan program GreenMetric ini rampung pada tahun 2020. Sudah peringkat berapa Universitas Lampung dalam penerapan GreenMetric pada tahun 2020? Sejak tahun 2018 Universitas Lampung bergabung dalam program GreenMetric. Pada tahun itu Universitas Lampung mendapatkan peringkat urut 20 dalam penerapan GreenMetric . Kemudian, pada tahun 2020 Universitas Lampung naik peringkat menjadi urutan 18 dalam penerapan program GreenMetric seluruh universitas di indonesia. Walaupun demikian, kami sebagai tim tetap harus berupaya agar Universitas Lampung dapat menduduki peringkat 10 besar dalam program Greenmetric=


6

No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020

KUKANG LARIS DI PASAR DARING oleh Andre Prasetyo Nugroho

Kasus perdagangan kukang secara daring masih masif terjadi. Pasar daring ini secara terang-terangan menjual hewan primata yang dilindungi. Meskipun, sudah ada peraturan pelarangan perdagangan satwa liar yang dilindungi. Namun, belum ada tindakan tegas bagi pelaku. Sehingga perdagangan daring menjadi jalan mulus menghindari razia

H

ewan primata yang memiliki mata besar dan berjalan lambat. Kepalanya bulat dengan moncong pendek dan tubuh gempal. Itulah ciri hewan yang sudah terancam punah yaitu kukang. Kukang memiliki warna bulu yang bervariasi, namun umumnya berwarna kemerahan. Spesies berbulu merah ini disebut sebagai kukang api. Aktivitas terbesar kukang adalah di pohon. Makanan utama primata ini cecak pohon, kodok, dedaunan, serangga kecil dan cairan pada kuncup bunga. Keberadaan primata ini sudah semakin sedikit dikarenakan penjualan dan perburuan primata ini masih terjadi. Bukan tidak mungkin pasar-pasar gelap penjualan kukang tersebar di nusantara. Penjualan kukang pun sekarang beralih ke pasar daring. Saat mencari dengan kata kunci kukang lampung di Facebook. Ditemukan penjualan kukang secara bebas. Hifron Zawahiri, Kepala Seksi (Kasi) Seksi Konservasi Wilayah (SKW) III Lampung Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, mengaku tidak mengetahui adanya penjulan kukang di pasar daring. Menurutnya, kukang masih dianggap sebagai hewan mistis. Sehingga, masih berkembang di masyarakat anggapan sebagai hewan pembawa sial. “Mereka takut jadinya cepat-cepat mereka serahkan ke BKSDA,” katanya. Irham selaku Fungsional Pengendali Ekosistem SKW III Lampung BKSDA Bengkulu, membenarkan adanya penjualan kukang secara daring. “Facebook dan Instagram menjadi media penjualan kukang. Kukang dihargai kisaran 1 - 2,5 juta. Kukang hanya 3 jenis kukang jawa, sumatera dan kalimantan,” katanya.

Irham juga bercerita bahwa ia pernah mendengar dari pengakuan orang yang memperjualbelikan kukang. Kukang digunakan sebagai media ilmu sihir atau klenik. “Misalnya orang beli kukang, lalu dilepas ke rumah orang yang ingin disantet. Jadi orang beranggapan untuk melihara kukang ini sial. Jadi untuk kebutuhan mistis orang melihara kukang.” Menurut Irham, penjualan kukang dari tahun ke tahun menurun. Hal ini dibandingkan dengan penjualan siamang dan lutung suruli di media sosial. “Dikarenakan masyarakat yang semakin sadar untuk menyerahkan kukang ke BKSDA, setelah itu kita lepaskan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan hutan Batutegi,” katanya. Berdasarkan data BKSDA sepanjang tahun 2020, BKSDA menerima kukang serahan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sebab, kukang kerap kali naik gardu listrik. Sebanyak 60 ekor kukang serahan sudah dilepasliarkan pada Mei lalu. Berdasarkan UU nomor 5 tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Hayati dan Ekosistemnya pasal 40 ayat 2 pidana untuk penjualan hewan langka maksimal 5 tahun penjara kemudian denda 100 juta. Berdasarkan hal tersebut, jurnalis Teknokra berusaha menghubungi Kepolisian Daerah (Kapolda) Lampung, (13/08). Hal tersebut, untuk menilik tindakan hukum yang dilakukan terkait perdagangan satwa langka ini. Tetapi, sampai berita ini diterbitkan pihak Kapolda Lampung belum memberikan jawaban. Pesan Whatsapp yang dikirimkan ke nomor Kepala Subbidang Penerangan Masyarakat (Penmas), Zulman Topani belum

mendapat balasan. Pulau Kukang Bukan Lagi Tempat Habituasi Pulau kukang adalah inisiasi dari Ruchyansyah, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Batutegi. Pulau tersebut adalah sebutan untuk pulau kecil di waduk Batutegi, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. “Pulau ini dipakai untuk habituasi kukang sebelum dilepasliarkan atas izin dari pengelola bendungan,” ujarnya. Pria yang akrab dipanggil Yayan ini mengatakan pulau kukang sudah tidak digunakan kembali sebagai tempat penyesuaian pada habitatnya atau dikenal dengan istilah habiatuasi. Saat ini kukang-kukang tersebut sudah dipindahkan ke kandang habituasi baru. “Pulau itu dalam kelola bendungan Batutegi. Saat ini sudah tidak dipakai sebagai kandang habituasi, kandang habituasi baru sudah kami buat di register 39 sekitar blok inti,” katanya. Meskipun sudah tidak digunakan, Yayan menambahkan pulau kukang dulunya digunakan untuk tempat habituasi kukang sitaan. Kukang yang siap dilepas di blok inti harus sehat dan sudah dapat mencari mangsanya sendiri. ”Ketika kukang sitaan sudah dianggap bisa dilepaskan, maka akan dilepaskan di blok inti,” tambahnya. Ia menuturkan untuk jumlah kukang yang dilepasliarkan belum tahu pasti dikarenakan jumlah kukang liar tidak terdata. “Kukang liar sepertinya nggak terdata deh. Karena untuk kukang yang dilepas bisa saja kemudian berkurang akibat dimangsa predator,” tuturnya. Kukang memang binatang dilindungi dan memeliharanya memerlukan izin khusus. Namun, Yayan juga mengingat-

kan kepada masyarakat bahwa kukang adalah binatang yang dilindungi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 92 Tahun 2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. ”Perdagangan kukang ilegal baik secara offline maupun online harus dihentikan, masyarakat yang berpikir tidak akan menjadi pelaku perdagangan baik ia sebagai penjual maupun pembeli,” jelasnya. Iklan Kukang di Media Sosial Ode Kalashnikov sebagai Wildlife Protection Unit Manager di Internasional Animal Rescue (IAR) Indonesia mengatakan bahwa perdagangan kukang secara langsung maupun di media sosial masih marak dilakukan. IAR Indonesia memantau perdagangan kukang sejak tahun 2012, baik di pasar konvesional (pasar-pasar burung), dan juga di pasar daring, seperti di Facebook. “Karena media sosial Facebook yang paling banyak memperdagangkan satwa liar termasuk kukang. Oleh karena itu, kami lakukan pendataan secara intensif. Kami menjumpai perdagangan kukang dari 353 grup jual beli sepanjang 2012-2019 berjumlah 4.089 individu dari total 5.284 iklan yang kami jumpai,” ungkapnya. Menurut Ode yang menarik dari pendataan tersebut, terlihat angka perdagangan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tertinggi IAR jumpai di tahun 2017, yakni berjumlah 1.243 iklan. “Namun, seiring tingginya giat penegakan hukum dan pemberitaan yang dapat membuat masyarakat menjadi tahu bahwa kukang merupakan satwa dilindungi. Yang tidak boleh diperdagangankan dan juga dipelihara. Menyebabkan angka

perdagangannya menurun drastis hingga 79% di tahun 2019.” Ode menjelaskan keberadaan kukang sudah di ambang kepunahan. Terutama jenis Kukang jawa. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources atau biasa disingkat IUCN memasukkan Kukang jawa salah satu di antara 6 jenis primata terancam punah di Indonesia. Upaya IAR menyelamatkan kukang Upaya yang dilakukan oleh Ode dan IAR Indonesia yakni membantu pemerintah dalam mensosialisasikan pesan edukatif. Maupun, peraturan perlindungan satwa liar, kukang salah satunya. “Hingga kami membuat satu platform Kukangku sebagai media edukasi dan kampanye. Sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian kukang di Indonesia,” katanya. Ia juga menuturkan bahwa penjualan kukang tahun 2020 masih terjadi, namun lebih sedikit dibanding periode Januari sampai Juni 2019. “Perdangannya dari tahun ke tahun meningkat tahun 2012 sampai 2017, lalu menurun di tahun 2018-2019,” tuturnya. Menurut Ode sebagian masyarakat di daerah meyakini kukang untuk media klenik, baik yang berada di Sumatera, Jawa maupun Kalimantan. Penggunaan kukang sebagai media klenik tidak semasif permintaan untuk dijadikan hewan peliharaan. Namun, ia juga mengatakan hal tersebut bukan menjadi faktor menurunnya penjualan kukang sumatra.”Yang paling memengaruhi itu adalah giat penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat, karena menimbulkan efek jera dan juga efek gentar,” katanya.


7

Ia berharap agar masyarakat tidak memelihara kukang lagi.” Serahkan kepada BKSDA setempat, agar direhabilitasi dan dilepasliarkan. Dan jangan pelihara satwa liar lagi, apalagi jenis dilindungi,” harapnya. Dwi N. Adhiasto, Wildlife Trafficking Spesialist, Wildlife Crime Unit (WCU) mengatakan WCU memantau perdagangan kukang masih dilakukan. Namun, dengan pemantauan yang tidak menyeluruh. “Pemantauan perdagangan kukang masih belum dilakukan secara rutin dan komprehensif

jumlah kukang yang berada di alam. “Ini juga (penjualan kukang) kita belum tahu apakah makin sedikitnya perdagangan yang ada menandakan para pelaku sudah sadar kalau memperdagangkan kukang itu beresiko tertangkap, atau memang jumlah kukang yang ditangkap di alam semakin sedikit,” katanya. Menurut Dwi, kukang masih laris di pasar daring karena penjual aman dari potensi razia petugas. Penjual tidak perlu memiliki kios di pasar. Sehingga, modal yang dibutuhkan sedikit,

Ia juga menambahkan jika pemerintah mengetahui penjualan kukang daring. Pelaku harus diproses hukum setelah aparat menemukan bukti kuat adanya perdagangan secara daring. Kukang Media Klenik Masyarakat memang masih percaya dengan mitos kukang digunakan sebagai media klenik. Mitos seperti itu tidak hanya berkembang di Indonesia, melainkan negara-negara lain seperti Malaysia,Vietnam dan Thailand. Hal tersebut disampaikan oleh Wirdateti, Ahli Peneliti Uta-

“ Facebook dan Instagram menjadi media penjual kukang. Kukang dihargai kisaran 1-2,5 juta. Kukang hanya 3 jenis, kukang jawa, sumatera dan kalimantan,”katanya.

Irham selaku Fungsional Pengendali Ekosistem SKW III Lampung BKSDA Bengkulu. (mewakili sebagian besar area), sehingga sulit untuk bilang makin marak atau tidak. Yang jelas, perdagangan kukang sampai saat ini masih berlangsung, namun dengan frekuensi yang semakin sedikit,” katanya. Dwi juga menuturkan belum pasti naik atau turunnya penjualan kukang di media sosial. Sehingga, dibutuhkan riset terkait

namun mencapai pasar global. Ia menuturkan WCU melakukan upaya untuk mengurangi penjualan kukang di media sosial. “Sama seperti satwa dilindungi lainnya, yaitu membantu pemerintah di dalam mengumpulkan informasi kegiata perburuan dan perdagangan kukang guna keperluan penegakan hukum,” tuturnya.

ma (APU) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah meneliti kukang selama 20 tahun. “Banyak yang percaya keseluruhan tubuh kukang dapat digunakan untuk santet, untuk kedudukan jadi pejabat. Kalau pelihara kukang rumah tangga berantakan, dan membawa sial,” ujarnya.

Selain untuk klenik, Kukang . masih dianggap satwa peliharaan. Kukang dipercayai men. jadi bahan dasar pembuatan tonik kesehatan pria. Wirdateti mengatakan LIPI juga melakukan upaya untuk pelestarian kukang sejak tahun 2000. Pelestarian ini dengan melakukan penangkaran kukang. “Saya sendiri dengan tim sudah memulai di awal tahun 2000 untuk menangkarkan dan melakukan segala aspek penelitian. Kemudian bekerjasama dengan luar negeri untuk penyelamatan populasi kukang.” Menurutnya, perdagangan kukang biasa dijual di pasar burung besar di pulau Jawa dan Sumatera. Meskipun, perdagangan hewan langka ini menurun di tahun 2020. “Selama ini kita hanya punya data dari hasil tangkapan atau sitaan. Tetapi sebenarnya masih berjalan dan banyak pelakupelaku perdagangan kukang ilegal. Hanya tidak terdeteksi, kalau kita survei dan melakukan pengamatan di pasar-pasar masih sering menemukan penjualan kukang sembunyi-sembunyi,” ungkapnya. Ia menerangkan harga kukang bervariasi tergantung jenis kukang yang dijual. Biasanya, kukang dibandrol mulai dari 250 ribu rupiah sampai 500 ribu rupiah. Sedangkan, kukang api yang memiliki bulu berwarna kemerahan dijajakan sampai satu setengah juta rupiah. Wirdateti mengetahui lampung menjadi provinsi penadah kukang. Namun, bukan hanya kukang yang diperjualbelikan. Satwa liar yang bernilai komersial, meski dilindungi ataupun tidak dilindungi ikut diperjualbelikan. “Provinsi Lampung dulu di pasar burung (perdagangan satwa liar). terminal juga ada. Kayu

agung,Liwa, arah ke Palembang ada pengumpul. Karena Lampung merupakan penadah atau pengumpul sebelum dikirim (ke pulau Jawa). Mungkin berasal dari mana-mana.” Kemudian, selama 15 tahun lalu, kukang sumatera marak diperjualbelikan di pasar burung. Tetapi, selama 5 tahun terakhir, perdagangan kukang menurun. “Selama 5 tahun terakhir mulai berkurang (perdagangan kukang) mungkin karena pengawasan yang cukup tinggi dari BKSDA dan cukup tingginya kepedulian masyarakat,” jelasnya. Primata Yang Unik Wirdateti kembali menjelaskan bahwa kukang adalah primata yang unik. Kukang tidur melingkar membentuk bola. Selain itu, satwa ini memiliki suara yang kecil, cenderung jarang bersuara. “Tidurnya unik melingkar seperti bola, memiliki claw atau cakar kuku yg panjang pada jari kaki belakang, dan sangat jarang bersuara dengan suara Kecil. Sehingga sulit untuk menemukan kukang di alam jika mengandalkan suara,” jelasnya. Ia juga menuturkan Kukang merupakan satu-satunya primata di dunia yang memiliki racun. Racun tersebut berada di lengan tangan bagian atas. Racun kukang berproduksi tinggi, jika kukang dalam keadaan stres. “Kalau kukang stres terutama ketika ditangkap dari alam. Dia akan menjilati bagian lengan atas dengan lidah. Seketika racun tersebut akan bercampur dengan air ludah. Jika sudah dalam keadaan seperti ini, kukang menggigit akan sangat berbahaya karena racun akan masuk ke jaringan pembuluh darah,” tuturnya=

Ilustrasi : Azhar Azkiya

No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020


8

No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020

REPORTASE khusus

KISAH SEDIH BATUA,

HARIMAU KORBAN JERAT oleh Mitha Setiani Asih

Batua adalah harimau sumatera yang menjadi korban jerat pemburu di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Suoh, Lampung Barat. Perlu adanya kajian komprehensif sebelum Batua kembali dilepasliarkan ke alam liar.

S

Ilustrasi : Dhea Putri Utami

ekitar pukul empat pagi, seekor harimau sumatera tiba di Lembaga Konservasi (LK) Satwa Lembah Hijau pada 4 Juli 2019. Harimau tersebut dititipkan di LK Lembah Hjau, karena menjadi korban jerat. Empat jari pada kaki kanan bagian depan sudah terinfeksi akut. Sehingga, tindakan medis guna menyelamatkannya dengan mengamputasi kaki kanan bagian depan tersebut pada 5 Juli 2019. Harimau sumatera tersebut bernama Kyay Batua. Kyay yang berarti kakak. Sedangkan Batua akronim dari Batu Ampar. Batu Ampar merupakan wilayah ditemukan Batua di Batu Ampar, Suoh, Lampung Barat. Rasyid Ibransyah, Tim Medis LK Lembah Hijau mengatakan Batua bukan pertama kali men-

jadi korban jerat. Menurutnya, berdasarkan pantauan kamera trap milik WWF (The World Wide Fund for Nature) pada bulan mei 2019. Batua terpantau masih terpasang jerat sling di pinggang. Bekas jerat sling dipinggang tersebut, menyebabkan cacat permanen. Sehingga, bagian pinggang Batua mengecil dan tidak berkembang. “Kita belum liat organ dalamnya karena belum pernah di rontgen. Belum tahu dampak sling pada pinggang membuat organ bagian dalam terjadi kelainan bentuk atau fungsi atau tidak,” ujarnya. Selain itu, Rasyid menuturkan Batua memiliki tiga lubang yang diduga akibat peluru. Lubang tersebut berada di pangkal ekor, pangkal leher dan ketiak kaki

kanan bagian depan. “Kita belum bisa pastikan itu peluru, karena kita gak punya metal detector. Jadi, kita gak bisa pastiin kalau itu peluru. Cuman menurut bentuknya, kalau itu luka bentuknya tidak bulat bagus,” tutur Rasyid. Ia mengatakan hasil general check up dan pengambilan semen sperma Batua menyatakan Batua Sehat. Namun, semen sperma batua tidak dihasilkan. Penyebabnya, belum dipastikan karena masih ada tahapan berikutnya. “Kondisi batua seratus persen sudah sehat. Luka amputasinya sudah tertutup. Sudah normal kembali,” katanya. Saat ini, harimau yang berusia 7 tahun tersebut, tinggal di kadang yang berukuran 30 x 30 meter. Kandang tersebut

terbagi menjadi enam diantaranya kandang tidur, kandang jemur, kandang breeding, kandang beranak, kandang jepit, dan kandang pengobatan. Menurut Rasyid, saat pertama kali keluar kandang, Batua berenang. Harimau tersebut juga mencoba mencakar-cakar pohon. “Kalau dia akan dilepasliarkan lagi, jangan sampai ke empat kalinya menjadi korban pemburu,” ucapnya. M. Irwan Nasution, Komisaris Utama LK Lembah Hijau mengatakan akan mendatangkan betina harimau sumatera dari Kebun Binatang Tarug Solo untuk dikawinkan dengan Batua. “Anak-anak Unila (Universitas Lampung) kan perlu (Penelitian tentang harimau), kalau ada yang lebih dekat kan lebih mu-

dah. Jadi manfaatnya untuk penelitian ada, edukasi ada, konservasi ada. Cita-cita kita semua menjaga kelestarian,” kata Irwan saat ditemui di LK Lembah Hijau (13/08). Pelepasliaran Batua Butuh Kajian Pelepasliaran Batua ke habitatnya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) masih butuh kajian. Hal tersebut disampaikan Hifzon Zawahiri, Kasi SKW III Lampung BKSDA Bengkulu saat ditemui diruangannya (12/08). Kajian untuk pelepasliaran Batua mencakup aspek pakan, gangguan masyarakat, kesiapan hutan, sampai uji cek organ tubuhnya. Ia mengatakan tidak ada gangguan kesehatan pada Batua. Tetapi, daya tarung dan kekua-


No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020 tannya menurun. “Dia (Batua) satwa yang selama ini kita beri makan ayam, kelinci atau hewan yang bergerak dia masih susah untuk beradaptasi kelincahannya. Karena kondisi kaki sebelah kanan yang diamputasi,” ujarnya. Menurut Hifzon, jika Batua dilepasliarkan dalam kondisi menurunnya daya tarung. Batua kemungkinan bisa mati. Sebab, harimau merupakan hewan teritorial. “kalo dia (Batua) dilepas tidak ada daya tarungnya, percuma juga. Bisa mati dia. Karena harimau ini teritorial. Gak bisa ada dua harimau jantan di daerah

REPORTASE khusus kali berarti tempat tinggal satwa liar sudah tidak aman. Selain itu, harimau merupakan hewan karnivora yang teritorial. Oleh sebab itu, aspek sosial kemampuan Batua membela diri dari serangan sesama karnivora perlu diperhatikan. Lalu, kemampuan batua dalam mencari mangsa juga menjadi aspek yang perlu dikaji. “Yang terpenting bagaimana perilakunya terhadap manusia setelah beberapa kali disakiti. Jadi sehat secara fisik luar harus juga dilihat sehat secara kejiwaan untuk kemampuan hidup dan bersosial,” ujarnya. Selain itu, menurutnya rencana

melakukan kolaborasi untuk mengatasi konflik tersebut. “Wilayah habitat harimau sumatera terganggu. Terjadi deforestasi oleh perambah-perambah. Memaksa harimau keluar kawasan untuk mencari makan,” ujar Irham. Butuh Perisai Baru untuk Cegah Pemburu Dwi N. Adhiasto, Wildlife Trafficking Spesialist, Wildlife Crime Unit (WCU) mengatakan TNBBS menjadi wilayah yang diburu karena masih terdapat populasi harimau sumatera. Sebab,harimau sumatera menjadi komoditas yang memiliki nilai jual.

“Punahnya satu jenis satwa dari muka bumi adalah suatu kegagalan manusia dalam mengelola dan hidup berdampingan dengan alam. Fungsi ekologis satwa hilang dan rusak karena manusia, ketika menjadi punah dapat dikatakan sebagai kezaliman manusia terhadap alam,” tuturnya. Prof. Dr. Gono Semiadi, Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Peneliti Senior Bidang Mamaliae itu. Berantem mereka, apalagi ada betinanya mereka akan menunjukan sisi kekuasaannya,” jelas Hifzon. Hifzon menuturkan guna mencegah terjadinya korban pemburuan kembali terjadi. BKSDA melakukan sosialisasi pencegahan perdagangan tubuh-tubuh satwa liar ke masyarakat sekitar kawasan. Kepala Balai Besar TNBBS, Ismanto mengatakan telah memasang ratusan kamera trap yang disebar di TNBBS guna mencegah terjadi perburuan liar. TNBBS juga melakukan patroli mandiri. Selain itu, TNBBS juga melakukan operasi jerat yang dipasang oleh masyarakat tidak bertanggung jawab. Hal tersebut disampaikan Ismanto dalam Coffee Morning Live Talkshow Global Tiger Day 2020 yang mengangkat tema “17 Agustus, Harimau, dan Kemitraan Konservasi” pada Selasa, (18/08). “Kita harap satwa dan manusia saling berbagi ruang. Kalau siang manusia yang beraktivitas, malam biar satwa yang beraktivitas agar tidak saling mengganggu,” kata Ismanto. Prof. Dr. Gono Semiadi, Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Peneliti Senior Bidang Mamalia menuturkan seekor satwa liar yang cacat karena prilaku manusia sebanyak tiga

pengawinan Batua juga belum bisa dilakukan. Sebab, belum diketahui dampak kecacatannya berpengaruh tidak pada potensi reproduksi. “Secara teori cenderung lebih meningkat untuk dilakukan kawin terkontrol. Daripada, kemungkinan di alam yang potensi meningkatkan populasinya semakin rendah k a r e n a kondisinya. Tidak ada y a n g t a h u p asti bila dilepas apakah akan banyak mengawinkan,” ujarnya. Konflik Manusia dan Harimau Saat dimintai keterangan melalui sambungan telpon terkait perburuan harimau sumatera di TNBBS. Ismanto, Kepala Balai Besar TNNBBS tidak bersedia diwawancarai (14/08). Irham, Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan SKW III Lampung BKSDA Bengkulu mengatakan masih terjadi konflik harimau sumatera dengan manusia di kecamatan Pematang Sawah, Tanggamus pada bulan April dan Mei lalu. Harimau sumatera keluar kawasan untuk mencari mangsa. Kemudian, harimau tersebut memakan hewan ternak milik warga. Selanjutnya, BKSDA bersama TNBBS, Lembaga konservasi bersifat khusus dan pusat rehabilitasi satwa harimau

Bagian tubuh yang dijual belikan diantaranya kulit, taring, kumis, lutut, dan kepala. Kulit harimau biasanya dijadikan karpet yang dipasang di dinding. Banyak orang yang masih mempercayai kumis harimau diletakan di dalam dompet bisa menambah wibawa seseorang. Kemudian, kepala harimau kerap dijadikan reog. Ia mengatakan masih banyak jerat yang beredar di masyarakat. Jerat yang kerap dipakai pemburu diantaranya, besi, kabel kopling, dan nilon. Masalahnya, jerat tersebut dapat dibeli dengan harga murah dan tidak ada peraturan yang mengatur penggunaan jerat. “Tali nilon itu semua (Satwa) bisa kena jerat. Tapi, tergantung teknik dan jalur yang dilalui. Kalo pemburu targetnya harimau, pasti akan mencari jalur yang ada bekas jejak harimaunya,” kata Dwi. Menurutnya, Selama ini TNBBS hanya bertumpu pada patroli untuk mengatasi perburuan satwa liar. Sedangkan, patroli hanya sebagai pencegahan terjadinya perburuan. Seharusnya, TNBBS meningkatkan proteksi. Salah satunya, membuat peraturan yang mengatur perburuan satwa liar. Penggunaan jerat, itu gampang saja. Yang patroli hanya

beberapa orang, sedangkan . TNBBS luasnya segitu. Orang . yang memasang jerat dimana saja tanpa ketahuan. Masalah jerat harus diatasi misalkan regulasinya, distribusinya bagaimana? Kemudian, jerat dapat dari mana? Yang seperti itu mesti dilacak,” tuturnya. Dwi juga menyarankan TNBBS membuat pos pengecekan keluar masuk kendaraan di wilayah TNBBS. Adanya pos pengecekan dapat mengintimidasi warga agar waspada, jika ingin melakukan tindakan ilegal. Pengecekan kendaraan tersebut harus selalu ada. Meskipun, selama pengecekan tidak membuahkan hasil. Tujuannya, untuk menunjukan kepada masyarakat bahwa daerah tersebut diawasi. “Misalnya dia (warga) keluar dari mana, jam berapa, catet. Jadi, ketahuan didalam TNBBS ngapain. Meskipun didalam TNBBS ada desa-desa. Yang penting diawasi dan diminta pengecekan. Pos jaga, pencegatan jalan raya rutin, razia, hal itu harus sering dilakuin secara rutin. Tujuannya dari pencegahan bukan untuk menemukan kejahatan tapi untuk membuat orang merasa takut,” jelasnya. Adanya fenomena harimau memakan hewan ternak warga. Menurut Dwi, Warga yang tinggal di wilayah TNBBS harus berhati-hati jika mengetahui keberadaan anak harimau dan bekas jejak harimau. Sebab, induk harimau kerap menyerang jika keberadaan anaknya terancam. “Harimau sumatera sebenarnya sama dengan kita. K alau ada makanan dekat kenapa cari yang jauh-jauh. Harimau sumatera menghemat energi,” katanya. Ia mengharapkan adanya program nasional desain kandang ternak yang aman dari jangkauan harimau. Lalu, desain tersebut harus disosialisasikan ke peternak daerah kawasan hutan lindung. Hal ini bertujuan, m e n g u r a n g i konflik manusia dengan harimau. Kemudian, ia juga menuturkan terjadinya fenomena konflik manusia dan harimau yang ada di suatu wilayah tertentu dapat mengundang pemburu. Sehingga, petugas harus rajin memantau lokasi terjadinya konflik. Perangkat desa juga bisa ikut memantau dan memberikan laporan jika ada orang yang mencurigakan. Selain itu, Laporan dari warga harus cepat ditindak oleh petugas. Karena, tindakan yang cepat dapat menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat. “Laporan dari warga harus segera ditindak. Kalau tidak ada respon dari lembaga terkait, harimaunya bisa dibunuh sendiri tanpa sepengetahuan,” ucap

9

Dwi. Harimau Menjaga Rantai Ekosistem Prof. Dr. Gono Semiadi, Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Peneliti Senior Bidang Mamalia mengatakan kelompok karnivora adalah top management dalam rantai ekosistem. Kelompok karnivora melalui daya jelajahnya yang luas dapat mengontrol kondisi populasi mangsanya. Lalu, suatu rantai ekosistem yang tidak diganggu aktivitas manusia membuat kondisi keseimbangan rantai kebawahnya tetap stabil. “Kalau terlalu banyak satwa pemakan rumput atau dedaunan seperti rusa, babi. Maka, akan banyak wilayah hutan yang proses suksesi terganggu karena tumbuhan mudahnya habis dimakan oleh satwa pemakan rumput dan dedaunan. Demikian terus, kalau tumbuhan terganggu maka berdampak pada keseimbangan kelompok serangga atau burung. Dengan begitu, berkurangnya pepohonan dan rantai energi,” jelasnya saat dihubungi via Whatsapp (18/08). Menurut Prof. Gono, peran karnivora ini telah banyak yang diambil alih oleh manusia. Salah satunya, dengan perburuan satwa liar. Selain itu, habitat satwa yang dikurangi melalui pembukaan lahan. Akibatnya, peran masing-masing suatu ekosistem dapat dikatakan hilang. “Punahnya satu jenis satwa dari muka bumi adalah suatu kegagalan manusia dalam mengelola dan hidup berdampingan dengan alam. Fungsi ekologis satwa hilang dan rusak karena manusia, ketika menjadi punah dapat dikatakan sebagai kezaliman manusia terhadap alam,” tuturnya. Ia menuturkan agar harimau sumatera tidak punah seperti harimau bali dan jawa, yaitu dengan menjaga kondisi keaslian yang ideal. Namun, Hal tersebut sangat susah, sebab kondisi habitatnya di semua bagian sudah terganggu.Oleh karena itu, pengembangan wilayah konservasi satu-satunya harapan agar habitat beserta isinya terjamin sepanjang masa. Selanjutnya, mengubah perilaku manusia manusia yang memanfaatkan alam untuk dirinya sendiri. Tetapi, untuk kehidupan manusia di masa mendatang. “Sayangnya idealisme seperti ini sangat susah dijalankan. Ketika, kebutuhan perut masih belum bisa memberikan alternatif lain selain dari apa yang terjadi. Dalam bentuk berbagai kerusakan seperti pembalakan, penangkapan ilegal satwa liar,” tuturnya=


10

No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020

resensi

Orang miskin DILARANG SAKIT Oleh: Annisa Diah Pertiwi

Judul Film : Dilarang Sakit

gambar: Greenpeace Indonesia

Sutradara : Muhamad Sridipo gambar: Greenpeace Indonesia

Sakit itu pilihan dan sehat itu kewajiban,” ujar Ahmad Yurianto selaku Jubir Pemerintah Penanganan Covid-19. Kalimat yang dapat dilemparkan hanya dengan satu hembusan napas dan juga kalimat yang terdengar ringan. Tetapi sangat disayangkan jika benar-benar diucapkan untuk ditujukan kepada seluruh rakyat. Berjuang melawan pandemi memang bukanlah hal yang mudah, tak hanya pemerintah yang kerimpungan. Namun, masyarakat pun tidak boleh sakit agar pemerintah tidak mengeluarkan banyak biaya. Pemerintah seolah menyatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah hal yang terpenting. Di samping hal tersebut sudahkah pemerintah mengupayakan kebijakan yang maksimal untuk kesehatan rakyatnya? Faktanya di tengah pandemi seperti ini, alih-alih memberikan tunjangan kesehatan bagi warganya. Pemerintah Indonesia malah justru menaikkan iuran sistem jaminan kesehatan. Kebijakan tersebut dikeluarkan dengan alasan untuk menutup defisit BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan yang mencapai 15,5 Triliun rupiah. Puan Maharani selaku Ketua DPR RI menyatakan, “Kenaikan iuran BPJS agar masyarakat jaga kesehatan”. Padahal menurut

Produser Eksekutif : Afif Saputra, Asep Komarudin, Didit Haryo, Hindun Mulaika, Jefri Kusuma Produser : Andhy Panca, Ari Trismana, Dhandy Laksono Durasi : 58.25 menit

Presiden Joko Widodo, defisit yang dialami oleh BPJS Kesehatan terjadi akibat kesalahan sistem tata kelolanya. Hal ini membuktikan bahwa lagi-lagi masyarakat sebagai pihak yang harus menerima bala ini. Fakta lainnya selama pandemi berlangsung, rumah sakit secara terang-terangan menjual layanan kesehatan yang semestinya disediakan oleh pemerintah, seperti rapid test. Dalam hal ini layanan kesehatan dijadikan sebagai komoditas dan rakyat menjadi konsumen. Jika sistem layanan kesehatan seperti ini tetap dijadikan sebagai pasar untuk meraup keuntungan. Maka, akan banyak masyarakat yang tidak mendapat layanan kesehatan dengan layak.

Senada dengan pernyataan tesebut, anggapan bahwa mendapatkan pelayanan kesehatan di Indonesia merupakan ‘barang mewah’ terutama untuk masyarakat golongan menengah ke bawah benar adanya. Simpulan yang tepat untuk menjabarkan masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia saat ini dalam hal penerimaan layanan kesehatan adalah mereka yang meninggal bukan mereka yang lemah secara fisik (daya tahan tubuh), namun mereka yang lemah secara sosial, politik, dan ekonomi. Maka dari itu, masyarakat diharap untuk mendengarkan himbauan pemerintah, yaitu rakyat di negeri ini diwajibkan untuk sehat, jangan sakit.

Bait Rindu

Polemik mengenai karut marut sistem layanan kesehatan yang di kelola oleh pemerintah selaku salah satu dalangnya tersebut diangkat sebagai film dokumentasi yang ditata dengan setting yang apik. Dalam kanal Youtube Watchdoc Documentary, video dengan judul “Dilarang Sakit” yang di unggah pada 27 Juni 2020 ini menjelaskan dengan gamblang bagaimana peran pemerintah dan oknum-oknum di balik suramnya layanan kesehatan di Indonesia. Dengan mengusung isu mengenai kebijakan pemerintah terhadap rakyat yang memang kini tengah santer dibicarakan, film dokumentasi dengan durasi 58 menit 26 detik ini dapat dijadikan se-

bagai tontonan yang mengedukasi. Penjelasan berupa narasinya pun dijabarkan dengan jelas sehingga penonton dapat memahami permasalahan yang dibahas dengan baik. Selain itu, film ini dinilai dapat menjadi ‘corong’ yang menyuarakan bagaimana jeritan rakyat terkait dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Indonesia selama ini. Dilengkapi dengan tanggapan dari para rakyat yang mendambakan layanan kesehatan yang layak menambah kesan mendalam yang seolah mewakilkan perasaan seluruh masyarakat yang kini tengah berjuang untuk tidak sakit=

APRESIASI

oleh : Ledy Apriliani Silaban (Ilmu Administrasi Bisnis 2016).

Kini baitku masih sama Masih tentang kamu dan rindu Kala segala keanehan yang kita lakukan saat bersama Segala keunikan yang kita miliki Dan segala harap yang mendamba temu Ternyata baitku masih sama Ku tulis lagi bait demi bait tentang rindu Untuk menjeda hati dari segala risau yang menyerang Yang datang bersamaan dengan kenangan Yang sesekali mengusik ketenangan di dalam diri

ngekhibas 1. Kukira #UnilaPHP bercanda, ternyata beneran. 2. PKKMB jadinya daring nih? Semoga lancar ya! 3. Satwa liar punah? warisan untuk anak cucunya apa nih?

Ruang Semu Pagi tenang terusik deburan ombak Aku, kamu dan dia yang menjadi kata Aku, kamu dan dia yang menjadi tak tertata Angin hitam tanpa niat tersenyum pada penikmat senja Pergelutan nada dan irama yang kian tak termakna Memahami percakapan tanpa sebuah niatan asa Pemahaman hampa pada sesuatu tak terduga Hal yang tak mampu kuterima meski tentang cinta Semua sulit ku kini terpendam data Terhapus riuhnya jerit tangis dan nestap Terhempas jauh mengudara hingga nyaris menemui surya Kini kau jauh di pelupuk mata Menemani pelita baru yang membuatmu terlena Kau tak pernah menatapku yang terluka Ku tahan setiap nanah yang mengalir atas canda tawa kau dan dia Aku tak sanggup menyimpan sembilu serupa cinta oleh : Ni Putu Lingga Puspita Devi (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2018).

Ilustrasi : Dhea Putri Utami

Kugoreskan semua rasa di atas kertas Dengan tinta di ujung pena yang menari nari dengan jemari Mengukir bait demi bait cerita kala senja


No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020

in0vasi

11

Drone Pemeta Wilayah Rawan Bencana Alam

Oleh: Chairul Rahman Arif

I

(Unmanned Aerial Vehicle). Drone ini dirancang dan diproduksi di Laboratorium Teknik Digital, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Kemudian, pengujiannya dilakukan di Kecamatan Sukarame, Bandarlampung. Drone Stingray UAV ini dilengkapi dengan 12,1 mega pixel dan action cam dengan kualitas HD 1080 px. Drone ini mampu memetakan area perkebunan dan inspeksi pada area bencana dengan hasil pemetaan berupa pemetaan 2 dimensi dan 3 dimensi. Selain itu, Drone Stringray UAV juga dilengkapi karet bunge dan jaring landing yang dirancang untuk dapat lepas landas dan mendarat pada area sempit. Drone tersebut dibuat dengan menggunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 75%. Menurut Dede, kendaraan udara nirawak jenis fixed wing ini dirancang untuk dapat

digunakan dalam berbagai medan dengan kondisi alam Indonesia yang sulit diprediksi. “Dengan kemampuan terbang selama 45 menit dan dengan daya jelajah hingga 35 km, Stingray UAV mampu memetakan wilayah seluas 250300 Hektare,” ujarnya. Drone ini berhasil meraih posisi ke lima nilai teratas pada Kompetisi Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2018 yang diikuti 38 perguruan tinggi se-Indonesia dengan 84 tim yang dihelat di Universitas Teknokrat Indonesia, Bandar Lampung. “Stingray dalam hal ini mewakili Unila berhasil menyelesaikan misi pemetaan area perkebunan seluas 1,5 x 1,5 km,” jelasnya. Prestasi lainnya, Drone Stingray juga berhasil menjuarai ajang Anugerah Inovasi Daerah Provinsi Lampung yang diadakan Balitbangda

Foto: Dok.

ndonesia merupakan negara agraris dengan luas Lahan Baku Sawah (LBS) sebesar 7,5 juta hektare menurut data BPS 2019. Selain itu, negara Indonesia juga terkenal dengan negara rawan bencana alam. Hal ini karena Indonesia diapit oleh tiga lempeng tektonik dunia. Berdasarkan hal itulah yang melatarbelakangi Dede Supriatna (Teknik Elektro’15), Anggi Saputra (Teknik Elektro’15), dan Reza A. Rahadi (Teknik Elektro ’15) menciptakan drone yang dapat diaplikasikan untuk kebutuhan pertanian dan kebencanaan ini. “Drone harus memenuhi aspek seperti fungsional dan kemudahan untuk dibawa ke mana-mana, sehingga tim URO Unila membuat drone ini,” jelasnya. Drone dengan bentuk menyerupai ikan pari ini diberi nama Drone Stingray UAV

Provinsi Lampung. Dede dan teman-temannya mendapatkan juara pertama pada kategori peneliti. Dalam proses riset, Dede dan timnya mengaku kerap menemui kendala. “Sering gagal, crash dan lainnya, tapi ya kita terus lakuin riset dan pengujiannya,” ujarnya. Jadwal kuliah yang mengharuskan datang ke kampus dari pagi hingga sore juga kerap menjadi kendala Dede dan teman-temannya dalam mengatur waktu. “Karena kuliah dari jam 8 sampe jam empat

pagi biasanya, akhirnya riset kita lakukan riset dari pukul empat itu sampai pagi biasanya,” tambah Dede. Menurut Dede, Stingray UAV siap diproduksi secara massal. Ia juga berharap Unila dapat mendukung dengan menjadikan drone ini sebagai kebutuhan drone internal kampus. “Kami berharap inovasi ini bisa dilirik dan didanai oleh kampus supaya bisa memenuhi kebutuhan peralatan drone internal Unila maupun market nasional,” tutup Dede=

masyarakat. Sebelumnya, individu banyak berinteraksi sosial secara langsung. Sedangkan, saat ini interaksi sosial lebih banyak menggunakan gawai sebagai media berinteraksi. Ketergantungan ini, yang mendorong individu menjadi nomophobia. “Namun, tidak sepenuhnya era digital ini berdampak negatif. Jika saja individu mampu memanfaatkan perkembangan teknologi ini dengan bijak,” katanya. Secara psikologis, orang yang mengalami nomophobia akan merasa cemas, stres, bingung, takut, memiliki perasaan waswas, merasa sendiri atau kesepian. Karena, berjam-jam menghabiskan waktu dengan gawai tanpa berinteraksi langsung dengan orang lain.

Kemudian, orang tersebut menjadi lebih mudah marah dan panik, serta sulit fokus dan berkonsentrasi ketika belajar. Sedangkan dampak sosialnya, penarikan diri dari lingkungan sosial. Sehingga, terjadi perilaku intoleransi, dan kesulitan mengontrol perilaku. Mujiyati memberikan saran agar terhindar dari nomophobia. Setiap orang dapat mengatur dan membatasi penggunaan dengan menentukan area bebas gawai. “Selain itu, mahasiswa juga dapat mengganti waktu penggunaan smartphone dengan aktivitas yang lebih sehat dan bermanfaat bagi diri. Misalnya berolahraga, membaca buku atau menyalurkan hobi yang dimiliki,” pungkasnya=

LIFE STYLE Nomophobia, Hidup Hampa Tanpa Gawai

G

awai merupakan barang yang selalu menempel dengan manusia dari bangun tidur sampai tidur lagi. Hal ini disampaikan oleh Ambar Arum Kaloka (Ilmu Tanah’18). Menurutnya, berselancar di internet dapat menghilangkan rasa lelah setelah mengerjakan tugas kuliah. Selain itu, Ambar merasa gelisah, apabila gawai miliknya tidak memiliki sinyal internet. “Kadang merasa gelisah, mungkin karena terbiasa dikit-dikit internetan untuk buka media sosial. Bisa abis 15 GB untuk internetan,” ujarnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Khansa Ranbia Audreyzovna Olova (Ilmu Komunikasi ‘19). Ia mengatakan bisa menghabiskan 14 jam bersama gawai semenjak kuliah daring diterapkan. Ia sering kali merasa ada yang kurang dalam dirinya jika tidak berselancar di media sosial dalam sehari. Pengalaman ini, ia rasakan saat berkunjung ke rumah neneknya di Tulang Bawang. “Tapi, memang kerasa banget kurangnya kalau gak main media sosial karena sudah kebiasaan kan setiap hari media

sosialan mulu gitu,” katanya. Kurnia Oktarin (Ilmu Komunikasi’19) menuturkan dirinya tidak bisa jika dalam sehari tidak mengakses internet. Ia merasa jenuh, jika tidak memainkan gawai. Menurutnya, hanya dengan satu genggaman gawai. Ia dapat mengakses berita,games, drama korea, film sampai media sosial. “Biasanya cuma nyari berita hari ini, apalagi kalo ada drama di Twitter, seru,” ujarnya. Kecanggihan teknologi gawai dimanfaatkan juga oleh Celvien Anshara (Sosiologi’17). Celvien merasakan ada yang kurang jika tidak membawa gawai. Sebab, akan menyulitkan dirinya untuk berkomunikasi. “Alhamdulillah, dari adanya kecanggihan handphone ini, saya bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan kuliah saya sendiri,” katanya. Melihat perilaku masyarakat yang sangat bergantung pada gawai untuk melakukan aktivitas di era digital. Prilaku tersebut dapat memicu nomophobia. Dosen program studi Bimbingan dan Konseling, Mujiyati, menjelaskan

nomophobia merupakan sindrom ketakutan yang berlebihan ketika seseorang tidak bisa mengakses gawai. “Hal ini disebabkan karena tingkat penggunaan smartphone yang terlalu lama di luar batas kewajaran, yang berdampak pada kebiasaan memegang smartphone sehingga pengguna menjadi ketergantungan terhadap smartphone tersebut,” katanya. Selain itu, Mujiyati juga menjelaskan terdapat ciri-ciri orang yang dikatakan sebagai nomophobia diantaranya memiliki rasa cemas, gugup, dan takut ketika gawai tidak berada di dekatnya. Pengguna gawai merasa tidak nyaman ketika ada gangguan jaringan dan baterai lemah atau habis. Lalu, Pengguna gawai selalu mengecek notifikasi untuk melihat pesan atau panggilan masuk. Kemudian, mereka tidak pernah menonaktifkan gawai. Bahkan, mereka lebih nyaman berkomunikasi dengan orang lain menggunakan gawai daripada berkomunikasi secara tatap muka. Perkembangan teknologi pada era digital menciptakan perubahan perilaku sosial pada

Ilustrasi : Dhea Putri Utami

Oleh: Fahimah Andini


Artikel Tema UNILA DAN KAMPUS MERDEKA

M

enteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menjelaskan konsep Merdeka Belajar yang diusungnya, “Merdeka belajar adalah kemerdekaan berpikir”. Terutama esensi kemerdekaan berpikir ini harus ada di guru (dosen) dulu. Tanpa terjadi di guru (dosen), tidak mungkin bisa terjadi pada murid (mahasiswa),” kata Nadiem dalam Diskusi Standard Nasional Pendidikan, di Hotel Century Park, Jakarta Pusat pada Jumat, 13 Desember 2019. Pembelajaran dalam Kampus Merdeka memberikan tantangan dan kesempatan untuk pengembangan kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan seperti persyaratan kemampuan, permasalahan riil, interaksi sosial, kolaborasi, manajemen diri, tuntutan kinerja, target dan pencapaiannya. Sudah Siapkah Unila ? Setiap perubahan kebijakan baru sudah dapat dipastikan akan membawa konsekuen-

M.Thoha B.Sampurna Jaya Dewan Pembina UKPM Teknokra si-konsekuensi baik mengenai infrastruktur pendukung maupun mindset para pelaksananya. Dari sisi kurikulum, Perguruan Tinggi perlu menyesuaikan dan beradaptasi dengan melakukan harmonisasi kurikulum berjalan dengan Merdeka Belajar. Kurikulum yang selama ini didesain untuk perkuliahan di program studi dan belum sepenuhnya mengakomodasi berbagai kegiatan mahasiswa luar kampus sebagai kegiatan pembelajaran kurikuler perlu segera menyesuaikan. Ada baiknya, dengan Merdeka Belajar program studi yang selama ini tidak melaksanakan kegiatan kurikuler di luar kampus dengan alasan ada mata kuliah magang/praktik industri, dan lain-lain. Program studi itu, bisa memasukkan mata kuliah tersebut ke dalam kurikulum tanpa menghilangkan kegiatan magang dari kurikulum. Perlu diingat, Merdeka Belajar mengamanatkan kepada pihak kampus agar menyediakan kegiatan luar kampus sekitar 40 SKS. Perlu diperhatikan, learning outcome kurikulum tetap berorientasi kepada pencapaian kompetensi berpikir

tinggi (high order thinking skills) menghadapi era transformasi digital. Konsekuensi logis dari perubahan dan adaptasi ini, sangat mungkin akan terjadi pengurangan mata kuliah atau perubahan bentuk pembelajaran dari perkuliahan di kampus menjadi kegiatan luar kampus yang dapat direkognisi. Dalam hal ini, kampus perlu memetakan bidang-bidang apa saja yang yang fleksibel dilaksanakan sesuai kondisi institusi dan situasi masing-masing. Hal lain yang perlu dipersiapkan pihak kampus adalah membuat kerjasama dengan berbagai lembaga dan instansi terkait baik pemerintah, non pemerintah dan perusahaan dalam maupun luar negeri. Hal ini adanya suatu sistem dan mekanisme untuk mensinergikan Akademisi, Bisnis, dan Goverment (ABG). Selain itu, tugas tim penyusun kurikulum harus memperhitungkan jumlah SKSrekognisi untuk setiap kegiatan bersama-sama pihak mitra. Mindset Civitas Akademika Perlu diubah. Pada umumnya, setiap ada perubahan kebijakan selalu ada

PMPATD Pakis Tumbuhkan Jiwa Sosial

Ilustrasi : Azhar Azkiya

12

No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020

resistensi. Terobosan Mendikbud dengan strategi “Merdeka Belajar” perlu diimbangi dengan gerak cepat para pimpinan Perguruan Tinggi dengan memulai gerakan perubahan mindset seluruh civitas academica dan stakeholder serta perubahan kultur kampus yang merdeka untuk melakukan eksperimen out of the box dalam pengelolaan pembelajaran dan melaksanakan tri dharma lainnya. Mahasiswa juga perlu diberi pemahaman secara utuh sehingga dapat memanfaatkan “kemerdekaan” ini dalam menata masa depan yang lebih baik sesuai talentanya. Oleh sebab itu, kebijakan “Merdeka Belajar” harus dimak-

nai tidak hanya sebagai kesempatan bagi mahasiswa memiliki bidang sesuai kebutuhannya, melainkan juga merupakan kesempatan yang baik bagi para pengelola Perguruan Tinggi untuk berkreasi melakukan berbagai terobosan dan mengundang partisipasi dan pemberdayaan semua pihak melalui kerjasama simbiosis, atau para dosen untuk berinovasi dalam pengelolaan pembelajaran. Sehingga diharapkan akan muncul kampus-kampus bermutu dengan para lulusan yang berpikir analitis, berbicara konsisten dan siap kerja serta siap membuka lapangan kerja.Sudahkah kampus Unila siap? Semoga=

Zona Aktivis

Oleh Chairul Rahman Arif

L

“Kita pastiin dulu posisi korban sama penolong itu aman dan nyaman. Jadi korban itu mesti diposisikan berbaring lurus, pakaian kalo bisa dilonggarin, jangan banyak orang yang di sekitarnya. Baiknya kaki agak dinaikin, jadi diganjal gitu bawah lututnya biar darah ngalir ke kepala,” jelasnya. Langkah selanjutnya cek tingkat kesadaran atau cek respon pakai metode AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive) dilihat tubuh peserta yang sakit ini bisa respon sampai sejauh mana. “Setelah itu kita pantau aja kalo semua masih dalam keadaan stabil, mungkin berapa menit nanti siuman. Atau kalo udah ada kegawatan, langsung kita larikan ke RS kesehatan terdekat,” tambahnya. Ia mengungkapkan saat menjadi TBM terkadang Pakis mengalami kendala pada logistik obat. Kendala lain juga terkadang kurang koordinasi dari panitia penyelenggara yang bekerjasama. Ia juga bercerita anggota Pa-

Foto: Dok.

ima belas peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) mengantre di depan petugas medis. Di tangan para peserta tersemat alat tulis, papan ujian, dan map. Tiap peserta diberi jarak setengah meter oleh petugas. Sebelum diizinkan masuk ke ruangan, suhu mereka dicek menggunakan termometer gun. Petugas itu menggunakan seragam merah. Di lengan kirinya terpasang bordir logo organisasi. Mereka adalah relawan tim bantuan medis (TBM) yang tergabung dalam PMPATD Pakis, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Muhammad Jundi (Kedokteran ‘17), Ketua Umum PMPATD Pakis mengatakan kehadiran TBM dalam suatu acara memiliki peranan yang krusial. Jika pasien tidak mendapatkan pertolongan pertama dengan tepat akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab, terdapat langkah-langkah medis yang harus dilalui pada pertolongan pertama.

kis acap kali tidak dihargai saat berada di lapangan. “Kita kan bantuan medis. Jadi yang kita tawarkan tenaga. Pernah juga kita lokasinya jauh, transportasi nggak ditanggung, makan juga nggak ditanggung. Kita juga kan mahasiswa sama aja,” ungkapnya. Senada dengan Jundi, Detty Novianty (Kedokteran ’17), Anggota Pakis pernah mendapatkan kesulitan

ketika turun lapang menjadi TBM saat PKKMB. Ia mengungkapkan ketika menjadi TBM mendapatkan kesulitan karena terkadang ada peserta yang pura-pura sakit. “Kita tahu nih kalau dia pura-pura sakit dan kita pasti sama dokter juga, tapi yang pura-pura sakit tadi tetep kekeh tidak mau balik lagi, malah di pos aja main game,” jelasnya. Muhammad Jundi menutur-

kan selain menjadi TBM, pakis juga melakukan kegiatan sosial lain. Kegiatan tersebut berupa membangun pos kesehatan di daerah bencana dan menjadi relawan tim bantuan medis. Selain itu, Pakis bersama lembaga kemahasiswaan tingkat Fakultas Kedokteran Unila (BEM F, DPM, FSI, dan Lunar) melakukan penggalangan dana untuk pengadaan APD bagi nakes di RS Lampung pada April lalu=


No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020

TUTORIAL

Cara Membuat Ecobrick

13

Ecobrick adalah botol plastik yang diisi padat dengan sampah plastik. Ecobrick ini dapat dijadikan alternatif untuk bata konvensional.

Ilustrasi: Ihwana Haulan

PERJALANAN

Wisata Alam diTaman Kupu-kupu Oleh Chairul Rahman Arif

T

kapi dengan penangkaran untuk menjaga populasi lebih stabil. Selain belajar konservasi, terdapat banyak tempat foto ciamik berbentuk kupu-kupu. Tempat foto yang instagramable, ini bisa menambah referensi galeri media sosial. Herawati Soekardi Djausal, pengelola TKGP mengatakan terdapat 189 jenis kupu-kupu berada di sini. “Bagaimana taman kupu-kupu ini ikut menggugah kesadaran masyarakat untuk cinta terhadap lingkungan,” ujarnya. Pengelolaan TKGP dilakukan dengan menyediakan makanan bagi larva dan juga kupu-kupu dewasa. Larva dan kupu-kupu menurut Herawati, memiliki makanannya masing-masing, tidak saling berkompetisi. “Ini istimewanya. Kupu-kupu tidak bersaing dengan ulatnya. Ulat makan daun, kupu-kupu makan nektar bunga dan juga buah-buahan,” jelasnya. Awalnya, di lahan dengan ketinggian 400 mdpl itu hanya terdapat tujuh spesies kupu-kupu saja. “Jadi kita survei di Gunung Betung, sama anak-anak Unila.

Kita naik gunung dari lima sisi. Kita perhatikan daun-daun yang bolong. Kalau ada ulatnya kita bawa juga.” Herawati juga secara berkala survei bibit inang bagi larva kupu-kupu. “Misalnya di TNBBS, TNWK, rawa-rawa di Tulang Bawang, akhirnya kita lihat pinggir-pinggirnya. Kalau ketemu daun yang ada ulatnya kita bawa ke Gita Persada,” kata Herawati. Keanekaragaman kupu-kupu di TKGP berbanding lurus dengan keanekaragaman tumbuh inangnya. Tiap larva kupu-kupu memerlukan tumbuhan inang yang berbeda. Selain itu, panjang probosis (alat penghisap nektar) pada tiap spesies kupu-kupu memiliki panjang yang beragam. Tanaman yang menjadi makanan kupu-kupu pun ditanam beragam pula. “Maka tanaman bunga sebagai makanannya juga tidak kita buat sama. Kita tanam soka, kita tanam kembang kertas yang kira-kira ada nektarnya.” Selain menyediakan kupu-kupu di alam bebas. Tempat wisata ini juga menyediakan museum

Foto: Dok.

aman Kupu-Kupu Gita Persada tidak hanya menyajikan ekowisata yang dapat mengedukasi, taman kupu-kupu ini turut andil dalam memperkaya keanekaragaman hayati di Provinsi Lampung. Selain itu, keberadaan kupu-kupu di suatu daerah merupakan indikator kesehatan lingkungan. Banyak destinasi yang dapat dikunjungi di Provinsi Lampung. Salah satunya Taman Kupu-kupu Gita Persada. Berada di kaki Gunung Betung, Kemiling, Bandarlampung, tempat ini menawarkan wisata alam yang berbeda. Beragam jenis kupu-kupu dapat kita temukan di sini. Dari kampus Unila, hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke TKGP. Aksesnya pun tergolong cukup mudah. Untuk masuk ke tempat ini, pengunjung dimintakan sumbangan konservasi sebesar 10 ribu rupiah. Lahan seluas lima hektare itu begitu semarak. Kupu-kupu tampak bebas terbang dan hinggap di tanaman yang disediakan. Tempat ini juga dileng-

berlantai empat. Tiap lantai museum tersebut berisikan awetan dan lukisan kupu-kupu. Peggie Djuniantie, Peneliti Kupu-kupu di Laboratorium Entomologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengungkapkan keberadaan kupu-kupu memiliki nilai penting bagi lingkungan. Menurutnya, keberadaan kupu-kupu yang beragam dapat memberikan indikasi bahwa area itu masih alami. Sebaliknya, diversitas

spesies kupu-kupu yang rendah menandakan bahwa area itu sudah rendah kualitas lingkungannya. Salah satu pengunjung, Agta (21) mengaku baru pertama kali ke TKGP. Ia mengungkapkan saat berkunjung ke TKGP memiliki sensasi tersendiri. “Pengen cari tempat refresing. Buat kita yang pengen suasana beda, enak udaranya seger, jadi tenang bawannya,” ujar mahasiswa Unila ini=


14

Ekspresi

No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020

PEREMPUAN PERAWAT GAJAH Oleh: Fahimah Andini

S

an ini pertama kali terjadi. Masalahnya, belum diketahui asal virus ini. Sebab, Gajah tersebut tidak memiliki gejala dan bekas luka pada tubuhnya. Mengetahui bahwa gajah yang mati terkena rabies, semua petugas yang merawat dan mengatopsi mendapatkan serum anti rabies. “Alhamdulillah sudah clear tidak terjadi apa-apa,” kata Esti. Kasus terbaru yang sedang ditangani dokter Esti adalah penyakit cacingan yang sedang diderita Dita. Sudah sebelas hari Dita mengalami gangguan pencernaan. “Dita sakit gangguan pencernaan sejak hari Sabtu sakit diinfus sampai hari ini masih dimonitor,” kata Esti saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (19/8/2020). Ketika merawat Dita, Esti mengatakan sangat dibutuhkan kesabaran dan harus telaten. Sudah beberapa hari ini, Dita mulai mau makan, sebelumnya sangat susah diberi makan. “Kita sampai berhari-hari mencari makanan yang cocok untuk Dita. Makannya milih kacang panjang mau, timun kadang mau kadang gak, bengkoang tidak mau, kemarin mulai mau m a k a n setengah hari selanjutnya gak makan lagi,” jelas Esti. Esti menjelas-

Foto: Dok.

eorang perempuan paruh baya mengendarai kendaraan roda dua. Ia mengenakan pakaian dinas berwarna putih, menghampiri gajah-gajah yang berada di Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Dia mengecek kondisi kesehatan gajah tersebut. Aktivitas tersebut rutin dilakukan Dokter Hewan, Diah Esti Anggraini. Dokter yang akrab dipanggil Esti ini, sudah mengabdikan diri sebagai dokter gajah sejak 1997. Dokter lulusan Universitas Airlangga ini menceritakan, bagaimana awalnya dia pertama kali ditempatkan di Way Kambas. Kasus pertama yang harus dia hadapi adalah membantu gajah melahirkan. “Awal sekali datang ke sini belum ada teknologi, pertama kali merawat gajah melahirkan uterusnya ikut keluar sudah pendarahan. Rahimnya dalam keadaan sobek. Kita berusaha memasukan kembali dengan dibantu beberapa orang tetapi tidak bisa. Akhirnya mati, awal kejadian saya datang ke sini,” ujar Ibu dua anak ini. Sudah 23 tahun, Esti mendedikasikan hidupnya untuk bekerja menjadi dokter gajah di TNWK. Sudah banyak kasus gajah yang dia tangani. Salah satunya, Esti juga ikut andil dalam merawat gajah Erin, gajah viral yang ditemukan dalam keadaan belalai buntung. Dia menduga belalainya terluka akibat sling pemburu. Anak gajah ini juga kehilangan induknya sehingga dibawa ke PLG untuk dirawat di Rumah Sakit Gajah. Usia Erin sekarang sudah tujuh tahun. Ada kejadian nahas yang pernah menimpa Erin. Saat sedang digembalakan, Erin tersengat lebah yang menyebabkan bekas lukanya menjadi borok. Namun, saat ini Esti menjelaskan kondisi Erin sudah membaik. Dia sudah mampu untuk makan sendiri meskipun tetap ada sedikit bantuan dari mahout. Tidak hanya menangani kasus Erin, dokter Esti juga pernah merawat gajah yang terinfeksi rabies pada tahun 2017. Saat ditemukan, Esti mendapati gajah tersebut sudah roboh dan mati sambil mengeluarkan air liur. Hal ini belum pernah terjadi, sehingga tim medis PLG membedah otaknya untuk diteliti di laboraturium. Hasilnya menyatakan penyakit yang menimpanya adalah rabies. Rabies tidak pernah menimpa gajah di Indonesia. Kejadi-

kan ada masa atau periode yang unik pada gajah dan tidak terjadi pada hewan lain. Periode ini disebut Musth. Musth muncul ketika gajah jantan memproduksi testosterone yang banyak. Musth tergantung pada usia dan bisa berhubungan dengan tingkat sosial, dimana gajah jantan yang dominan terlihat mempunyai musth dengan tingkat yang lebih tinggi dibanding gajah lain. Kejadiannya bisa sebulan sampai tiga bulan. Saat gajah sedang mengalami periode musth, gajah akan sangat agresif sehingga bisa membahayakan mahout dan gajah lainnya. Menurut teori musth hanya terjadi pada gajah yang dominan. Namun, teori itu terpatahkan di TNWK ini bahwa gajah yang mengalami musth bukan yang dominan saja. “Saya bekerja di sini sangat terbuka jika ada kasus baru yang terjadi pada gajah. Setiap ada kasus baru yang hanya melaporkan pertama itu di Way Kambas, pokoknya penyakit-penyakit yang gak ada di tempat l a i n ada di Way

Kambas,” katanya. Seiring waktu Taman Nasional Way Kambas mulai berkembang tidak hanya dari sarana prasarana. Seperti adanya Rumah Sakit Gajah Prof. Dr. Ir. Rubini Atmawidjaja dan juga pengobatan yang memiliki perkembangan yang signifikan. Berkembangnya teknologi juga cukup membantu aktivitas dokter Esti karena dapat mudah berdiskusi dan menghubungi mitra kerja jika ada suatu kasus. Selain itu dengan adanya internet membantu pekerjaannya untuk banyak membaca teori-teori mengenai pengobatan penyakit gajah. Saat ini terdapat 64 ekor gajah di PLG Taman Nasional Way Kambas. Semua kesehatan gajah tersebut menjadi tanggung jawab Esti. Dokter hewan satu-satunya di PLG Way Kambas ini, dibantu para mahout (pawang gajah) untuk mengontrol kesehatan gajah. Mahout diberikan tanggung jawab untuk merawat gajah. Setiap mahout mempunyai borang harian yang berisi catatan perkembangan aktivitas sehari-hari gajah dan kronologi kesehatan gajah perhari yang dicatat oleh mahout itu sendiri. Seperti mencatat bentuk feses, urine yang dikeluarkan banyak atau sedikit, matanya sayu, belekan, perubahan nafsu makan dan ada luka diarea tubuh gajah. Selanjutnya dari hasil catatan mahout ini, akan ditindak lanjuti pemeriksaan oleh Esti. “Jika pemeriksaan tidak cukup kita ambil sampel darahnya dan dilakukan pemeriksaan di laboraturium untuk mengetahui diagnosanya,” ujar Esti. Kecintaannya terhadap gajah merupakan alasan Esti tetap bertahan bekerja di PLG Way Kambas. Padahal, t e m a n teman ang-

katannya sesama dokter hewan memilih untuk pindah pekerjaan. “Bahkan sekarang ada yang jadi pejabat. Saya ditawarkan untuk pindah tempat, saya jawab, gak, gak saya di sini aja gak mau pindah,” kata Esti. Meskipun sebagai dokter gajah sangat menguras tenaga dan pikirannya. Akan tetapi, ada pengalaman yang tidak bisa dilupakan dan membuat Esti merasa terharu dan bahagia. Dia bersama tim patroli TNWK berhasil mengembalikan anak gajah ke kelompoknya. “Alhamdulillah kita mempunyai tim yang handal bisa menemukan kawanannya dan anak gajah tersebut langsung diterima,” urai Esti. Dia menjelaskan tidak semua gajah mau menerima gajah lain kalau bukan kawanannya. “Rasanya bangga dan senang sekali bisa mengembalikan anak gajah ke kelompoknya seperti mengantarkan anak manusia kepada ibunya,” kata Esti, matanya terasa berkaca-kaca mengingat kejadian tersebut. Bekerja sebagai dokter gajah di PLG Way Kambas selama 23 tahun, Esti sudah menemui berbagai masalah yang harus dihadapi. Namun, hal itu juga yang bisa membuat Esti bahagia karena mampu menyelesaikan permaslahan disini. Menurutnya, masalah itu bukan hanya penyakit saja banyak hal yang harus dihadapi apalagi status Rumah Sakit Gajah ini sendiri. Dia juga berharap akan ada penambahan dokter di Rumah Sakit Gajah Way Kambas yang bisa membantunya merawat gajah. Permintaan untuk penambahan dokter gajah sendiri sudah ada pengajuan dari Balai Taman Naisonal Way Kambas dan sedang menunggu perizinannya. Bukan tanpa alasan Esti meminta adanya penambahan dokter hewan. Dia merasa sudah mulai menua dan harus mempersiapkan penerusnya untuk menjadi dokter gajah di PLG Way Kambas. “Di umur segini fisik saya tidak sekuat yang dulu sudah mulai punya banyak keluhan. Fisik itu penting untuk menjadi seorang dokter hewan untuk satwa liar. Menguras banyak tenaga karena harus berhadapan dengan satwa liar terutama satwa yang kuat seperti gajah, harimau, dan badak.,” kata Esti=


15

No. 161 XX Bulanan Edisi September 2020

Ekspresi ELLY LESTARI RUSTIATI BERDAYA DEMI DESA

T

eringat jelas dalam ingatan Elly Lestari Rustiati kenangan 8 tahun silam. Saat pertama kali merintis desa binaan di desa Braja Harjosari dan desa Labuhan Ratu VII. Berawal dari penelitiannya mengenai konservasi hewan-hewan besar yang berada di Sumatera. Dosen Biologi ini, melihat peluang desa-desa disekitar kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Ia menceritakan, setiap desa memiliki keunikan dan keunggulannya masing-masing. Contohnya, Desa Braja Harjosari dan Desa Labuhan Ratu VII yang ia dampingi secara intensif sampai saat ini. Kedua desa tersebut merupakan desa yang terletak di Kabupaten Lampung Timur yang berstatus sebagai desa penyangga Taman Nasional Way Kambas. Berdasarkan kondisi tersebut, masyarakat mau tidak mau harus hidup berdampingan dengan mamalia darat terbesar, gajah sumatera. Gajah tersebut sewaktu-waktu dapat masuk ke permukiman merusak sawah, kebun dan ladang yang merupakan sumber mata pencaharian mereka. Tahun 2012, Elly dan tim mulai berdiskusi dengan Forum Rembuk Desa Penyangga (FRDP) yang saat itu beranggotakan 24 kepala. Dari diskusi tersebut, masyrakat desa setempat meminta dukungan pendampingan untuk membangun perekonomian kreatif. “Melalui rembuk tersebut, yang masyarakat inginkan yaitu walaupun dengan kondisi kebun yang rusak mereka masih bisa melakukan kegiatan ekonomi. Sehingga, masih mendapatkan pemasukan dan permintaan yang diajukan yaitu wisata,” ujarnya. Menurutnya, masyarakat tidak harus bersusah payah untuk membangun desa wisata. Masyarakat hanya perlu memanfaatkan keindahan bentang alam

Fahima Andini

Oleh: Annisa Diah Pertiwi

dan kearifan lokal yang dimiliki. Wisata alam yang ditawarkan di Desa Braja Harjosari yaitu Wisata Desa Way Kambas. Wisata tersebut berbasis bentang alam. Salah satunya, bentang savana yang berbatasan langsung dengan kawasan konservasi. Wisatawan dapat menikmati keindahan matahari terbenam dan matahari terbit. Selain itu, wisata kehidupan sehari-hari juga ditawarkan. Seperti membuat tiwul, menanam padi, memetik buah, susur sungai dan kes-

enian tari bali. “Setelah melakukan pendampingan selama tiga tahun. Ternyata pekerjaan sehari-hari yang mereka lakukan itu bisa dijadikan sebagai paket wisata,” ungkapnya. Berbeda dengan Desa Brojo Harjosari, Desa Labuhan Ratu VII lebih berfokus pada wisata edukasi. Di desa tersebut, wisatawan dapat memilih paket-paket wisata yang sudah tersedia. Seperti menyadap getah karet, membuat makanan seperti tahu, susu kedelai kripik pare sampai paket wisata belajar tari daerah Lampung pun tersedia. Berkat kerja keras Elly membantu mengembangkan desa sekitar kawasan TNWK. Masyarakat kini memahami konflik dengan gajah dengan persepsi yang lebih positif.

“Prinsipnya, jangan mudah mengeluh. Jadikan masalah menjadi tantangan, tantangan menjadi peluang. Peluang menjadi ketahanan, sehingga masyarakat memiliki ketahanan mandiri yang dimulai dari keluarga kemudian untuk desa,” ujarnya. saat ini kurang lebih sudah ada 7 desa yang ia damping. Dosen yang hobi jalan-jalan ini, juga membantu koordinasi 40 desa wisata di Lampung Barat. “Kalau yang secara intensif saya temani bersama teman-teman di Universitas Lampung ada empat desa yaitu Desa Wisata Braja Harjosari, Desa Labuhan Ratu VII di bawah program 2 tahun Konsorsium UNILAALeRT- Tropical Forest Conservartion Action (TFCA) Sumatera -20192021, Pengrajin batik tulis Andanan Negeri Sakti bersama Bapak Erdi Suroso dan Ibu Sri Ratna Sulistianti, termasuk pengrajin tapis Desa Negeri Katon, dan Negeri Ulangan Jaya, Pesawaran,” sebutnya. Dosen yang berstatus tetap di Universitas Lampung ini, mengungkapkan kalau dia harus siap sedia selama 24 jam tujuh hari dalam seminggu. Hal tersebut ia lakukan untuk tetap dapat menemani temen-teman dari desa yang didampinginya. “Setiap desa itu ada grup Whatsapp-nya, jadi walau tidak bisa menemani langsung di lapangan, kita juga harus tetap sedia setiap harinya dengan cara disapa dan juga aktif berinteraksi dengan mereka,” katanya. Selain itu, kini ia tengah aktif membantu mengajar Bahasa Inggris praktis di Balai Veteriner Lampung. Ia mengaku dengan melakukan banyak kegiatan tersebut, ia merasa senang. “Dari mereka (masyarakat desa) saya mendapat banyak pengalaman dan bisa belajar banyak hal. Karena, melihat orang lain maju menjadi kebahagiaan tersendiri buat saya,” pungkasnya=

Pemimpin Usaha

BACALAH!

“Where books are burnerd, in the end people will be burned” – Heinrich Heine, 1821. Ungkapan seorang wartawan dan penyair Jerman era abad ke-19. Karyanya yang bersifat mengkritik keadaan sosial dan politik saat itu. Ia dianggap bagian kelompok radikal Jerman Muda. Memiliki pandangan politik yang berbeda itulah yang menyebabkan karyanya dilarang oleh pemerintah Jerman. Pelarangan terhadap karya literatur untuk bebas dibaca masyarakat Jerman kembali terulang pada pemerintahan Adolf Hitler di masa perang dunia ke-2. Pada tanggal 10 Mei 1933, Nazi memaksa warga untuk melakukan upacara pembakaran buku. Tujuan dari upacara tersebut adalah untuk menghapus pengaruh budaya asing masuk ke Jerman. Salah satu literatur yang mereka blacklist adalah buku dari Ernest Hemingway, novelis dan wartawan Amerika Serikat. Jika, diawal kita melihat jauh ke belakang sejarah pembungkaman di Jerman, lalu bagaimana dengan di Indonesia? Apakah hal ini masih terjadi? Di Indonesia sendiri tidak perlu kita harus menengok sejarah jauh kebelakang untuk melihat pembungkaman. Pada 21 Agustus 2020 yang lalu situs berita daring tempo.co diretas oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Peretasan tersebut merupakan aksi upaya pembungkaman terhadap kebebasan berpendapat. Dikutip dari tempo.co, Direktur SAFEnet, Damar Juniarto mencatat selama Agustus 2020 terjadi 6 peretasan terhadap kelompok berisiko seperti jurnalis, akademikus, dan aktivis. Empat serangan itu terdiri dari satu serangan website deface, empat akses ilegal, dan satu pengambilan akun. Dari peristiwa di atas, salah satu bentuk pembungkaman yang dilakukan para penguasa adalah dengan membatasi akses bahan bacaan di masyarakat. Penguasa hanya memberi izin masyarakatnya membaca hanya dari sumber pemerintah saja. Padahal untuk mengembangkan pengetahuan adalah dengan membaca dari berbagai sumber agar terus timbul rasa skeptis. Membaca adalah pondasi utama pengetahuan, tidak ada orang berilmu yang tidak menyukai membaca. Berkembangnya media digital yang membuat banyaknya informasi hoaks harus bisa memposisikan aktivitas membaca dibagian teratas. Jika tidak, maka kita akan mudah terprovokasi dan tidak memiliki pendirian. Membaca secara menyeluruh dari berbagai sumber, bersikap skeptis, mencari informasi yang benar dan terpercaya adalah salah satu cara untuk membentengi diri. Kebiasaan membaca sendiri ini bisa mempengaruhi prilaku sosial di masyarakat. Memahami peristiwa yang telah terjadi selama ini dari makna membaca. Membuat saya berpikir kenapa wahyu pertama yang diterima Muhammad SAW adalah diperintahkan untuk membaca bukan ibadah religi lainnya. Dilansir dari tirto.id dalam “Sejarah Nabi Muhammad (2): Wahyu Pertama yang Menggetarkan”, disebutkan pada suatu malam bulan Ramadan tahun 610 Masehi bertempat di Gua Hira, beliau didatangi malaikat dan berkata, “Bacalah!”. Beliau kemudian menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Lalu, malaikat tersebut menariknya dan memeluk erat-erat hingga membuatnya merasa kepayahan. Kejadian ini terulang sebanyak tiga kali dan setelah melepaskan badannya, kemudian sang malaikat yang diketahui sebagai Jibril tersebut mengucapkan surah al-Alaq ayat 1 hingga 5 sebagai surat pertama yang Allah turunkan dalam Al-Qur’an. Bahwa segala sesuatu yang akan kita lakukan hendaklah harus didasari atas ilmu yang dimiliki. Dan datangnya ilmu adalah saat kita memulai membaca. Tetap Berpikir Merdeka!=



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.