Kampus Ikam
Sudah Final, Ini Plagiat Oleh Rikawati
Unila-Tek: “Sebesar apapun ke putusan rektor saya siap menerima nya. Meskipun dipecat saya pikir saya masih bisa bekerja,” ucap Basrowi pasrah. Suaranya pelan, nyaris tak terdengar namun ia tetap keukeh ingin membersihkan namanya yang dituduh plagiat oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) dan pihak rektorat. Dosen Pendidikan IPS itu merasa dirinya bukan plagiat seperti yang dituduhkan orangorang. Menurutnya semuanya hanyalah salah paham, karena diri nya mengubah identitas diri pada karya ilmiahnya tanpa seizin dewan redaksi. Basrowi mengakui dirinya me nempel sebuah kertas yang berisi identitas dirinya lalu difotocopy dan diselipkannya pada jurnal yang ia kumpulkan pada dewan redaksi. Identitas dirinya diubah karena merasa tak konsisten sebagai penulis. Karena terkadang identitasnya sebagai Dosen FKIP Unila, Dosen
Unila, Dosen Sosiologi Pendidikan, Dosen Jurusan Pendidikan IPS. Dan akhirnya ditetapkan lah identitasnya sebagai Dosen Pendidikan IPS Namun perubahan identitasnya tersebut tanpa seizin Dewan Redaksi Jurnal dan hal itu dianggap sebagai plagiat. Menurut Basrowi jika perubahan identitasnya tersebut di ketahui dewan redaksi maka tidak menimbulkan masalah. “Saya hanya mengubah identitas saja, tanpa mengubah nama penulis dan isi dari jurnal tersebut,” ujarnya. Menurutnya 14 jurnal miliknya bukanlah hasil plagiat. Ia pun menerangkan bahwa enam jurnalnya telah mendapat izin dari dewan redaksi. Sedangkan sisanya delapan jurnal lainnya masih dalam proses pengiriman ke Dewan Redaksi Jurnal dan ia akan menyerahkan klarifikasi ini kepada rektor pada Senin 20 Maret 2012. Awalnya Basrowi ingin menemui Prof Hasriadi Mat Akin untuk mengklarifikasi namun karena
Pembantu Rektor I tersebut sedang di Jakarta ia pun menemui bernama Prof Ali Kabul Mahi, Koordinator Tim Verifikasi Kasus Plagiat. Namun tak sesuai harapan, Ali tak mau menerima verifikasinya. “Bukannya saya tidak mau, tetapi ini bukan kewenangan saya. Kami sudah menyerahkan hasil investigasi kepada rektor jadi silahkan memverifikasinya langsung kepada rektor,” tolak Dosen Pertanian ini dengan halus. Pembantu Rektor I, Prof Hasriadi Mat Akin mengungkapkan bahwa kasus plagiat yang melibatkan Dosen ini sudah dilakukan disidang dan sudah terindikasi tindak plagiat. Namun untuk dosen MIPA tidak terbukti melakukan plagiarisme.”Ini bukan lagi wacana, sudah terbukti plagiat,” tegas Hasriadi. Menurut Hasriadi saat ini sedang menunggu keputusan dari rektor. Yang pasti akan diberikan sanksi. Namun kapan dan apa sanksinya rektor yang menentukan.”Kalau
Foto Desfi Dian Mustika Tebang Pohon. Banyaknya pohon yang ditebang dan dijadikan sebagai lahan parkir dan gedung tidak mencerminkan prestasi Unila yang menduduki peringkat ke 7 sebagai Kampus Hijau Nasional. Untuk menjadi kampus hijau setidaknya Unila harus memiliki 60% ruang terbuka hijau dari luas kampus. Sedangkan kini banyak pohon yang ditebang untuk . Foto dibidik, Senin(12/3).
Jurnal Wajib, Bukan Sunah Oleh Desfi Dian Mustika, Rikawati Unila-Tek: “Kelulusan mulai Septem ber ini harus membuat jurnal. Jurnal ini diharuskan tidak bisa tidak!”tegas Prof Hasriadi Mat Akin, Pembantu Rektor I. Meski pada Majalah Tempo Edisi 5-11 Maret 2012, Menteri Pendidikan Mohammad Nuh menyatakan tidak ada sanksi bagi mahasiswa yang tak menulis jurnal. Kewajiban menulis jurnal hanya untuk meningkatkan tradisi ilmiah di perguruan tinggi. Namun Hasriadi tetap mewajib kan mahasiswa yang akan wisuda setelah bulan Agustus untuk
membuat jurnal. “Kebijakan Dikti ini memang banyak tidak diindahkan oleh Perguruan Tinggi Swasta. Namun Perguruan Tinggi Negeri seperti Unila sudah selayaknya menjalankan peraturan Menteri tersebut,” ujar Dosen Proteksi Tanaman Berawal dari minimnya publikasi karya ilmiah di negeri kita yang hanya menerbitkan 12.871 jurnal pada periode 1996-2010. Kini Indo nesia mendapat cemohan dari dunia akademik internasional karena hanya di peringkat 65 kalah dari negara
tetangga Malaysia dan Singapura yang bisa menghasilkan 53 ribu dan 108 jurnal. Berangkat dari itulah Unila tetap mewajibkan mahasiswanya untuk menaati peraturan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 152/ E/T/2012 yang berisi tentang persyaratan kelulusan bagi program strata, 27 januari lalu. Menurutnya gagasan Dikti ini sangat baik untuk meningkatkan mutu Sarjana Unila. Jurnal ilmiah
tidak diberi sanksi kita yang salah,” ujarnya Saat di hubungi melalui telepon kamis malam (15/3) Rektor Unila, Prof Sugeng P Harianto menuturkan berdasarkan hasil verifikasi yang ia terima Dosen FKIP tersebut betulbetul plagiat dan pembohongan publik. Namun untuk sanksi Sugeng belum bisa memastikan dan masih banyak pertimbangan. Karena me nurutnya permasalahan ini terkait hukum dan harga diri seseorang. Sehingga harus bijaksana dan penuh hati-hati. Menurut Sugeng hasil verifikasi dari tim PR I sudah final, dari hasil
No. 120 Tahun XII Trimingguan Edisi 01-21 Maret 2012
5
verifikasi ada yang diakuinya dan adapula yang menurutnya tidak sengaja. Dari hasil verifikasi yang di terima rektor akan di serahkan kepada kepegawaian untuk menentukan hukuman dan kemudian rektor yang memutuskan. Dalam pemberian sanksi menurut Sugeng yang terberat adalah dengan memberhentikanya, namun belum tentu sanksi yang diberikan nanti yang terberat karena masih banyak yang di pertimbangkan.”Ini menyangkut hak-hak orang,jangan sampai memberatkan seseorang terlebih lagi dia dosen,” tutur Sugeng.=
Saya Masih Ketua MPM ? Oleh Rikawati Unila-Tek: Penetapan ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) yang baru menimbulkan ketidak puasan dari beberapa anggota MPM yang diwakili oleh Ketua I dan II yaitu Wiwid Ferdiawan (Pend Sejarah ‘08) dan Nico Noviansyah (Hukum ‘09). Kisruh ini bermula saat sidang MPM tanggal 22 Januari 2012 yang mengagendakan evaluasi kinerja DPM U, DMP F dan MPM. Ridwan M Abduh yang menjabat ketua MPM pada saat itu menuturkan sebelum sidang tersebut berlangsung ia sudah menghubungi semua anggota dari hari-hari sebelumnya, namun yang hadir hanya ia beserta beberapa anggota yang lain. Sedangkan pimpinan dari ketiga lembaga tersebut tidak hadir termasuk Wakil Ketua I dan II MPM. Akhirnya sidang tersebut di skor selama 3x15 menit sembari menghubungi anggota MPM yang belum hadir. Sampai waktu yang ditentukan pun pimpinan MPM tersebut tidak kunjung hadir dan sidangpun di lanjut kan. Lebih lanjut Ridwan menuturkan karena pada saat itu hanya dirinya yang hadir sehingga para aggota sidang yang lain mengganggap kepengurusan selama setengah periode ini tidak kompeten dan menginginkan ketua MPM
untuk mengundurkan diri. Namun karena ia sendiri yang hadir saat itu, ia pun bersedia mengundurkan diri. “Kan teman-teman yang meng inginkan saya sebagai Ketua MPM, kalau teman-teman yang lain tidak berkehendakkan percuma juga,” ujar Ridwan. Kemudian saat itu juga di laku kan pemilihan pimpinan sidang se mentara karena terdapat kekosong an pemimpin setelah Ridwan meng undurkan diri. Dan meninjau TAP MPM KBM Unila No.XXV/MPM/UL/ VII/2011 tentang Tatib Sidang MPM periode 2011-2012 pasal 4 tentang hak dan kewajiban presidium sidang maka dilakukan penambahan point yang bunyinya jika seluruh presidium sidang berhalangan hadir dan atau tidak dapat memimpin sidang pada waktu yang telah di tentukan oleh presidium sidang majelis. Maka kedudukannya diganti oleh pimpinan sidang sementara berdasarkan kesepakatan peserta sidang. Saat itu terpilih Handi Alifta sebagai pemimpin sidang sementara. Pasca Ridwan mengundurkan diri peserta sidang menginginkan pemilihan ketua MPM dengan alasan terjadi vacum of power.
ini akan diterbitkan secara online sehingga dapat mengurangi plagiat skripsi. Jika melihat kesiapan mahasiswa mungkin mereka belum siap apalagi kebanyakan mereka belum secara gamblang memahami jurnal. Namun jurnal tidak akan menjadi penghambat kelulusan. Mahasiswa pun tidak perlu khawatir dalam pembuatan karya ilmiah ini, sebab nantinya akan ada dosen pembimbing yang mendampingi hingga akhir. Dan pembimbing pasti akan dicantumkan namanya sebagai orang yang bertanggung jawab atas isi karya ilmiah tersebut. Karya ilmiah yang akan dibuat ini hanya inti sari dari skripsi yang hanya beberapa lembar untuk dituangkan dijurnal.
Karya ilmiah yang terbit didalam jurnal memang memiliki kriteria tertentu. Namun di Unila sendiri belum ditentukan bagaimana kriteria karya ilmiah yang nantinya akan lolos seleksi masuk kedalam jurnal ilmiah. Nanti akan segera dibentuk tim yang menentukan mutu jurnal dan kriterianya. Untuk S2 selayaknya masuk dalam jurnal yang terakreditasi nasional dan S3 internasional, itu tidak sama halnya dengan S1 yang hanya ditargetkan masuk dalam jurnal ilmiah lokal Unila saja. Jerry Bastian (Akutansi ‘08), ia siap jika diwajibkan untuk membuat jurnal.” Asalkan peraturan Dikti memang benar terealisasi,”ujarnya.=
Bersambung ke halaman 9...