Indesign indonesia #7/2013

Page 38

36

evolveindesign

Monograph of AIRMAS ASRI

THE PATING TLECEK RUANG ARSITEKTUR

SEJARAH ARSITEKTUR Sebuah Pengantar

Oleh Imelda Akmal Achitectural Writer Studio Penerbit PT Imaji Media Pustaka 206 halaman hardcover dengan bungkus cover, IDR 550.000 (62) 21 235 800 80 gramedia.com Diresensi oleh Nissa Maretta

Ditulis oleh Yoshi Fajar Kresno Murti Penerbit Daging Tumbuh Studio 152 halaman, softcover IDR 120.000 (62) 21 719 9671 dialogue-artspace.com Diresensi oleh Nissa Maretta

Ditulis oleh Setiandi Sopandi Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama 243 halaman softcover, IDR 78.000 (62) 21 235 800 80 gramedia.com Diresensi oleh Nissa Maretta

Setelah sebelumnya mengulas karya arsitek Baskoro Tedjo, kali ini Studio IAAW menggarap monograph untuk sebuah firma arsitektur ternama di Indonesia, PT Airmas Asri. Tidaklah heran mengapa Airmas yang dipilih, firma yang berdiri sejak akhir tahun 1980-an ini telah berkontribusi banyak pada pembangunan di Indonesia. Menurut Prof. Dr. Danisworo selama dua dekade terakhir, PT Airmas Asri telah memberikan proyek-proyek yang sangat signifikan kepada perkembangan baik dari dunia arsitektur juga pembangunan kota. Firma arsitektur ini diprakarsai oleh Jusuf Setiadi,Hidajat Tri Tjahjono, dan kemudian bertemu dengan N. Rahardjo Muljono. Didirikan sejak tahun 1988, PT Airmas Asri telah dikenal lewat ber­ bagai macam proyek, di antaranya Cilandak Townsquare, Ananta Legian, Bali Nusa Dua Convention Center, dan bermacam-macam gedung pencakar langit. Tak heran jika akhirnya sering disebut-sebut sebagai salah satu konsultan yang turut berperan dalam menciptakan rupa skyline Kota Jakarta, juga mengimplementasikan berbagai kemungkinan baru yang dapat memperbaiki kualitas desain arsitektur. Melalui monograf ini, pembaca dapat melihat juga memahami berbagai masterpiece dari Airmas Asri mulai dari proyek terdahulu sampai yang terbaru, tak ketinggalan pula sejumlah proyek internasional. Selain foto serta gambar tiga dimensi, terdapat pula narasi yang mendeskripsikan konsep serta latar belakang masing-masing proyek. Penjelasan tentu akan makin jelas karena dapat diproyeksikan langsung melalui gambar denah, potongan dan tampak yang juga disertakan dalam buku ini. Eksklusif dan profesional adalah kesan yang di­ tampilkan oleh buku yang disajikan dengan format full bahasa Inggris dan full colour ini. Dimulai dari cerita sejarah, lalu proyek-proyek terbangun PT Airmas Asri, kemudian proyek yang sedang diselesaikan, tak lupa proyek internasionalnya. Buku ini juga menghadirkan foto seluruh tim PT Airmas Asri yang berjumlah sekitar 90­—100 orang. Sebagai sebuah pembelajaran serta pengenalan, buku ini dapat membantu siapa pun yang memang ingin mengenal lebih dalam proyek-proyek yang dikerjakan oleh Airmas Asri.

Melihat judul yang terbagi dalam tiga bahasa dalam satu judul, buku ini seolah ingin mengungkapkan ragam makna. Kepada sebagian pembaca mungkin pemilihan judul tersebut membingungkan, terkesan humoris, atau justru memancing banyak tanya. Ungkapan bahasa Jawa, “pating tlecek” ini kerap digunakan untuk menggambarkan imaji ketidakteraturan akan sebuah kondisi atau situasi. Mungkin kurang lebih maknanya tidak jauh dari kata ‘berserakan’, tidak dapat diprediksi posisinya. Lalu apa yang dimaksud dengan ketidakteraturan ruang arsitektur? Dalam kaitannya dengan arsitektur, Yoshi Fajar Kresno Murti menganggap istilah tersebut sebagai gambaran akan karyakarya Eko Nugroho dalam menjawab konsep ruang serta aktivitas pada realita urban kita yang juga “tanpa aturan”, kompleks, dan tidak jelas polanya. Hal ini dinilainya menjadi sebuah “ketegangan” antarrancangan yang terencana dengan pola praktik sehari-hari yang arbitrer. Ada keterkaitan emosional dari sang pemilik, Eko Nugroho, dan sang perancang hunian, Eko Prawoto, saat berbicara tentang pengertian hunian. Duo Eko ini berbagi pengalaman, ilmu, dan juga pemahaman akan “hidup”, proses kreativitas, inspirasi, serta ruang tinggal yang erat konteksnya dengan kampungkampung di bantaran kali Code Yogyakarta. Itulah yang menjadi bahan eksplorasi serta realita urban bagi mereka. Kemudian lewat buku ini, penulis mencoba mengkritisi adanya fenomena transisi yang kerap luput begitu saja, tidak terlalu dimaknai. Saat ini yang sering dijalani adalah lompatan transisi, instan-isasi. Tahu beres saja. Tidak bisa dipungkiri kemudian, proses ‘transisi’ ini kembali mengacu kepada ritual yang lekat pada kebudayaan. Pada akhir buku, dijelaskan tentang usaha Eko Nugroho yang terus-menerus berupaya menjadi bagian dari konteks setempat; ruang, nilai, dan kebiasaan dari orang-orang setempat. Buku ini menceritakan konsepsi spasial ruang tinggal serta “perintilannya” dalam perspektif penghuni, sebuah artikulasi akan arsitektur yang kadang dianggap sebelah mata atau “kurang berbobot” namun ternyata dapat memberikan pencerahan baru bagi yang membaca.

Mengenal sejarah arsitektur, kalimat tersebut tidak dirasa tepat, mengapa? Sebagian orang menganggap histori tidak lebih dari sekadar cerita lampau, asal muasal, dan latar belakang. Padahal sesungguhnya arsitektur bukan hanya sekadar persoalan fungsi, ruang dan rancang. Sejarah desain arsitektur pun punya makna jauh lebih dalam dari momentum, ketenaran sebuah nama dan peristiwa. Buku ini mencoba memaksimalkan sebuah upaya dalam menjembatani kesenjangan topik, antara hal-hal yang dirasa teoritis dan praktikal, seperti halnya sejarah dengan teknik perancangan arsitektur. Penulis menyampaikan bahwa selama ini materi tersebut dalam kurikulum pendidikan arsitektur pada suatu perguruan tinggi dirasa kurang mendukung secara aktif, keduanya diberikan paralel. Dalam buku ini, penulis mencoba menghilang­ kan sebuah paradigma akan “bosannya” belajar sejarah lewat sebuah paparan yang diharapkan dapat lebih praktis. Baik dari segi penyajian serta konten yang akan disampaikan agar koherensi serta relevansinya dapat lebih mengendap dan tergoreskan dalam setiap rancangan para arsitek atau cikal bakal arsitek. Sebanyak empat bab dipaparkan berdasarkan elemen-elemen arsitektur yang kemudian dikaitkan dengan sejarah arsitektur, seperti pada bab pertama dengan judul Gundukan dan Tumpukan. Isinya kemudian mengacu kepada arsitektur seperti pada bangunan piramida, kuil, bahkan candi yang bisa kita terjemahkan sendiri bahwa gundukan dan tumpukan merupakan sebuah bentuk, struktur, dan konstruksi paling purba dari arsitektur. Beragam penjelasan berikut ilustrasi anatomi ruang, pembentukan awal piramida, dan ilustrasi arsitektur lainnya, dapat memperkaya kajian ilmu yang disampaikan agar terendapkan dengan tepat. Pada dua bab selanjutnya, penulis menjelaskan sejarah arsitektur melalui elemen struktur dasar, seperti Tiang dan Balok serta Busur dan Kubah. Baru di bab terakhir, Geometri dan Teori yang mengungkapkan hal-hal semacam langgam, keteknikan, serta teori dibahas tuntas. Buku Sejarah Arsitektur ini dapat dibilang menjadi sebuah terobosan baru untuk kembali memahami sejarah bukan menghafalnya.

indesignlive.ASIA


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.