Sriwijaya Post Edisi Selasa 12 Januari 2009

Page 9

HALAMAN 9 SRIWIJAYA POST

SELASA, 12 JANUARI 2010

Wajib Resepkan Obat Generik ■ Kualitas Sama Obat Paten ■ Ketentuan Baru Menkes PALEMBANG, SRIPO — Mulai bulan depan menteri kesehatan memberlakukan kepada dokter untuk meresepkan obat generik kepada pasein. Namun sayang kepercayaan masyarakat akan kualitas dan keampuhan obat generik masih kurang. Departemen Kesehatan tengah mengevaluasi Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan No 302 tahun 2008 dan SK Menkes No 696 tahun 2007 tentang harga obat generik. Menteri meminta kepada seluruh dokter untuk tidak menggunakan obat paten semata, tetapi juga mencantuman obat generi ketika memberikan resep kepada paseni. Surat keputusan baru tentang penetapan harga obat generik turun bulan depan. Tujuan dari kebijakan ini untuk melindungi masyarakat. Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Palembang, dr Anton Suwindro mengungkapkan, sampai saat ini kebijakan dari menteri kesehatan itu belum diterima. Namun dirinya menyambut baik bila ada aturan baru yang mengharuskan dokter untuk memberikan resep obat generik. “Memang semestinya begitu. Saya tidak menampik ada dokter yang tidak mencantumkan obat generik, tetapi puskesmas telah melakukan itu,” tutur Anton, Senin (11/1). Kendala yang dihadapi, masyarakat tidak mempercayai resep obat generik yang diberikan, karena harganya murah. Padahal keyakinan dan kepercayaan masyarakat akan obat generik yang diresepkan sangat penting. Agar masyarakat mengenal dan memahami manfaat dari obat tersebut diperlukan promosi yang terus menerus oleh pemerintah dan produsen obat. Selain itu kerjasama antara pemerintah, dokter dan masyarkat sangat dibutuhkan untuk memasyarakat obat generik. Menurut dia, secara tertulis maupun tidak tertulis, dokter harus meresepkan obat generik kepada pasien. Kriteria memberikan obat kepada pasien berdasarkan tiga hal, yakni tepat, aman, dan harga murah. Obat generik telah memenuhi ketentuan, wajar bila obat itu harus diresepkan dokter. “Kegunaannya sama antara obat paten dan generik. Hanya kemasan dan campurannya yang membedakan. Menghilangkan kesan dan anggapan obat generik itu kurang ampuh menyembuhkan, itu yang sulit,” tukas Anton. (sep)

Tiga Laptop Satu Keluarga

■ Demam Ngenet Warga Palembang LAPTOP atau notebook dan internet, dua unsur yang tampaknya sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari gaya hidup masyarakat Palembang. Selain memang sudah menjadi kebutuhan, laptop juga menjadi sarana aktualisasi diri di dalam pergaulan seharihari. Di Palembang, tak jarang dalam satu keluarga ada yang memiliki komputer jinjing itu lebih dari satu. “Di keluarga saya ada dua laptop, malah rencananya mau beli satu lagi,” ungkap Fitria kepada Sripo, Senin (11/01)

Acara Bisa Distop

■ Tidak Ada Unsur Mendidik PALEMBANG, SRIPO — Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sumatera Selatan (Sumsel) akan segera membahas Fatwa pengharaman Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumsel terkait adanya tayangan Take Me Out serta beberapa tayangan lainnya di beberapa stasiun televisi swasta. Selain itu, KPID juga akan segera melayangkan surat ke KPI pusat terkait keberadaan tayangan yang banyak disoroti masyarakat itu. “Dalam Undang-undang KPI No 32 tahun 2002, sudah jelas. Ada larangan untuk menyiarkan sesuatu yang melecehkan kelompok, golongan, maupun masyarakat. Kami akan segera membahasnya dan akan mengi-

rimkan surat ke KPI pusat,” Saudi Berlian MSi Pengawas Isi Siaran KPID Sumsel Senin (11/01). KPI menurutnya punya kuasa untuk menyetop tayangan bila pihak stasiun TV tidak mengindahan. Menurutnya, dalam sebuah siaran, pihak televisi tidak bisa hanya meminta persetujuan kepada sebelah pihak saja seperti kepada pemain dan sebagainya. Ir Jonrizal MT didampingi Drs Junaidi selaku pihak yang memberikan perizinan dalam penyiaran, mengatakan tayangan seperti Termehek-mehek, Take Me Out, atau sejenisnya, sudah terlebih dahulu disikapi pihak KPID Sumsel, jauh sebelum MUI mengharamkan tayangan tersebut. “Kita sudah per-

nah menyikapi dan melayangkan surat ke KPI pusat terkait tayangan tersebut sebelum MUI mengharamkannya,” terangnya. Tak hanya MUI yang gerah, beberapa warga yang dimintai komentar tentang beberapa tayangan TV juga tak setuju dengan acara tersebut. Yunita (36) warga Sako Kenten kepada Sripo mengatakan, adanya tayangan seperti Take Me Out, Masihkah Kau Mencintaiku serta beberapa tayangan lainnya memang banyak diminati dan disaksikan masyarakat. Menurutnya, tayangan tersebut cukup kontroversi. “Saya tidak melihat adanya unsur pendidikan di dalam tayangan tersebut. Yang saya lihat, malah sebaliknya. “Saya setuju jika tayangan tersebut dihentikan,” katanya. (mg3)

Capek tapi Asyik AHASISWI bercita-cita ingin jadi artis? Siapa takuut...Mungkin itulah yang menjadi latar belakangVeny Novita S, gadis asal Palembang hingga merintis mendalami dunia akting dan mendapat peran penting dalam sebuah sinetron. Meski baru pertama kali syuting sinetron Veny Novita S, pemeran Sandra dalam sinetron bertajuk Bulan Bintang di Balik Awan (B3A), Produksi B-Pro Entertainment Film Production mengaku agak grogi sedikit.Tapi setelah diarahkan sang sutradara Edwardo, Veny panggilan akrabnya mengaku tidak merasa canggung. “Ternyata syuting itu capek, tapi mengasyikkan juga,” imbuh Veni Veni saat launching sinetron lokal itu. Gadis berkulit putih yang mahasiswi sehari-hari STMIK MDP Palembang ini ikut main sinetron selain mencari pengalaman juga mengembangkan bakat dan menyalurkan hobinya berhadapan dengan kamera. Sebelum ikut berakting di sinetron gadis kelahiran Palembang 28 November 1991, mengaku sering ikut lomba lomba modeling. Dari lomba tersebut pemilik tinggi dan berat badan 163 Cm dan 50 kg ini meraih sejumlah prestasi Juara Umum W&B Entertaiment 2009 dan model berbakat, juara umum busana muslim, The Best Costum Yamaha Valentine Day dan prestasi lainnya. Perannya sebagai Sandra dalam Sinetron B3A karya Bunda Rosni Wulan, adalah seorang pengusaha kaya penanam modal. Dengan peran itu Veny mengaku bercitacita menjadi orang terkenal. “Meski nanti nggak kaya kan terkenal,” ujarnya sambil tertawa. Anak ketiga empat bersaudara pasangan Hery Zaky dan Nur Komariah Ery warga Jalan Mancan Kumbang Raya No 52, Keluarga Demang Lebar Daun Palembang di tahun baru 2010 ini berharap lebih baik dan sinetron B3A berjalan sukses. (zainal piliang)

M

saat sedang jalan-jalan di Palembang Square (PS). Tampaknya diera teknologi sekarang ini, pemahaman tentang teknologi sangat perlu dimiliki oleh masyarakat. karena hampir seluru lini kehidupan di kota besar mengunakan teknologi. ”Malu kalo gaptek apa lagi sekarang lagi musim Facebook, kita harus punya donk,” ungkap Fitria warga kawasan Sekojo Kel 2 Ilir Palembang sembari mengendong anaknya. Saat ditemui Sripo, Fitria sedang mencari-cari printer di se-

buah gerai yang terletak di lantai dasar PS sembari melihat-lihat brosur laptop. “Lihat-lihat aja mas, kepengen beli yang netbook,” ungkap istri suplayer Pertamina ini. Tak jauh berbeda dengan Fitria. Desfi seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Negeri di kota Palembang mengungkapkan, di keluarganya ada tiga notebook. “Yang pertama saya yang punya, terus bapak dan ibu ikut beli,” jelas Desfi seraya mengatakan menyukai laptop berukuran 10 inc. Tidak hanya itu, orangtuanya juga membeli tiga modem sekaligus untuk menghubungkan laptop dengan

internet. Desfi mengatakan, selain untuk belajar, laptop juga sebagai sarana aktualisasi diri di kampusnya dan di lingkungannya. “Dengan adanya komputer jinjing, kita bisa bawa kemana kita suka, jadi bisa buat sekalian mejeng,” tambahnya. Fungsi notebook bagi keluarganya lebih dominan untuk menikmati layanan jejaring sosial. “Ibu yang gila facebook. Kalo bapak buat kerja, tapi kadang-kadang buat online juga,” ungkapnya lantang. Uniknya sewaktu orang tuanya membeli laptop, Bersambung ke hal 15

Isi Libur Kuliah dengan Modif Motor ■ Rp 50 Juta Jadilah Motor Batman LIBUR kuliah dimanfaatkan mahasiswa dengan berbagai kegiatan. Salah satunya, seperti yang dilakukan par pecinta motor. Liburan diisi dengan memodifikasi motor kesayangan agar terlihat lebih garang. Mengubah warna, bentuk bahkan mengganti knalpot, menjadi hal yang biasa dalam memodifikasi motor. Ada juga yang sengaja mengganti cakram lebar atau terkadang merombak habis aksesori.Seni

mengganti itulah yang membuat hobi ini terasa mengasyikkan. Seperti Rahmat (23) saat ditemui Sripo di rumahnya, Minggu (10/1) kawasan

Pusri, dia mengatakan di samping hobi, ia juga dapat mengetahui seluk beluk permesinan dengan memodif motor. Bila ditotal-total, aku Rahmat, diri-

nya telah menghabiskan uang Rp 50 juta untuk Motor supra X yang dimodifikasi keseluruhan, menjadi motor Batman, sebutan untuk motornya. “Kepuasan tersendiri jika melihat motor tunggangan kita terasa lebih menonjol dari yang lain,” kata anak pemilik Bakso Bontet tersebut yang lagi menikmati libur kuliahnya. Dia memang sengaja memodif motor sebagai kegiatan mengisi liburan. “Dari pada menghabiskan uang untuk hal yang tidak begitu penting dengan huru-hura, enakan modif motor. Kepuasan lebih didapat, dan menjauhkan kita dari hal-hal yang tidak diinginkan orangtua,” katanya Bersambung ke hal 15

Satu Orang Hanya Boleh Satu Buku

■ Walhi Distribusikan Buku George PALEMBANG, SRIPO — Di tengah kelangkaan buku Membongkar Gurita Cikeas: Dibalik Skandal Bank Century, Walhi Sumsel diamdiam telah mendatangkan langsung buku yang kontroversial dari Yogyakarta. Buku itu kini dapat diperoleh masyarakat di Kantor Walhi Sumsel Jalan Sumatera I No 5 RT 3 RW 4, Puncak Sekuning, Palembang. Tetapi bukan berarti gratis. Buku tersebut dijual dengan harga Rp 60 ribu per eksemplar. Harga tersebut adalah harga yang pantas untuk buku yang awalnya seharga Rp 44 ribu per eksemplar. Bahkan di tengah suasana yang kontroversial lalu, harga dapat melonjak jadi Rp 440 ribu. Manajer Pengembangan Sumberdaya Organisasi (PSDO) Walhi Sumsel Hadi Jatmiko mengaku sudah menerima buku tersebut dua hari yang lalu. Bahkan sudah ada pembelinya meski dari kalangan aktivis jaringan Walhi Sumsel. Tetapi bila minat masyarakat lebih besar dari jumlah buku yang tersedia, Walhi

Sumsel mencoba menambah buku. Ia tidak mau membeberkan sumber buku, hanya dikatakannya buku diterima dari jaringan Walhi di Yogyakarta. “Kalau bicara jaringan, Walhi Yogyakar-

ta saja punya 43 jaringan, di Sumsel ada 21 jaringan. Jadi bisa bersumber dari yang mana saja,” kata Hadi, Senin (11/1). Buku yang ditulis George Aditjondro dipajang di lemari etalase dari kaca bersa-

ma koleksi buku-buku lain di Kantor Walhi Sumsel. Memang tidak banyak jumlah yang dipajang, hanya beberapa eksemplar dari 100 eksemplar yang diterima. Buku tersebut dikatakan sebagai buku asli, Bersambung ke hal 15


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.