Sriwijaya Post Edisi Minggu 4 Juli 2010

Page 25

26

Corner

SRIWIJAYA POST Minggu, 4 Juli 2010

Mark Van Bommel

Sang Oportunis K

EMENANGAN adalah segalanya bagi Mark Van Bommel. Bahkan pemilik nama lengkap Mark Peter Gertruda Andreas van Bommel itu ingin menjadi seorang oportunis jika ditanya pandangannya terhadap karir sebagai seorang pemain sepakbola profesional. “Saya ingin seperti seorang oportunis. Saya ingin mengambil sebanyak mungkin penghargaan yang bisa saya raih. Saya ingin melihat sesuatu yang nyata jika saya melihat ke belakang,” ungkap Bommel seperti dilansir World Cup Blog awal tahun lalu. “Saya butuh sebuah gelar. Di Jerman, pemain dan mantan pemain diperkenalkan dengan informasi di televisi dan ketika (Lothar) Matthaus datang dengan kartunya disebutkan “Weltmeister” (juara dunia) dan “Europa Meister” (juara eropa). Saya pikir Anda akan merasa bangga jika gelar seperti itu muncul di belakang nama Anda,” tegasnya. Kini Bommel tengah merintis jalannya menuju gelar tersebut lewat Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Di bawah besutan ayah mertuanya, Bert van Marwijk, Bommel Cs berhasil melaju ke babak semifinal. Belanda sempat mengenyam babak final di Piala Dunia 1974 dan 1978. Namun mereka menjadi juara dan harus puas di peringkat kedua. Tahun 1974, tim Oranye dikalahkan tuan rumah Jerman. Negara yang pernah menjajah Indonesia selama 3,5 abad itu juga menyerah di tangan tuan rumah saat Piala Dunia digelar di Argentina. Di sepanjang karirnya, kehadiran Bommel di Piala Dunia 2010 merupakan turnamen terbesar kedua bagi ayah tiga anak itu. Bommel mulai memperkuat timnas Belanda saat mereka menjalani kualifikasi Piala Dunia 2002. Sayang, kala itu Belanda gagal lolos babak kualifikasi Piala Dunia yang diselenggarakan di Jepang dan Korea Selatan. Bommel lagi-lagi memperkuat Belanda saat tim yang dilatih Marco Van Basten lolos ke putaran final Piala Dunia 2006 di Jerman. Namun dalam penampilan Belanda yang ke-8 di putaran final itu, pasukan Oranye kembali harus menelan pil pahit. Langkah mereka terhenti di babak 16 besar. Nasib serupa juga dialami Belanda di Euro 2008 yang menghasilkan Spanyol sebagai juara. Tapi, waktu itu, Bommel tidak memperkuat

timnas Belanda. Dia baru masuk timnas lagi setelah Bart van Warjick, yang tidak lain adalah ayah mertuanya, dipercaya menjadi pelatih sejak 2008, tepatnya setelah Euro. Berbicara soal karir, Bommel merintis perjalannya di dunia sepakbola dengan bergabung bersama klub amatir Belanda, RKVV Maasbracht. Dia baru merambah sepakbola profesional ketika menandatangani kontrak dengan Fortuna Sittart pada tahun 1992. Di klub tersebut, Bommel didampingi dua rekannya yang kemudian menyusul ke klub ternama Belanda, PSV Eindhoven, yaitu Wilfred Bouma dan Kevin Hofland. Bommel melenggang ke PSV setelah tujuh tahun bersama Fortuna. Dia mengisi barisan tengah dengan didampingi pemain internasional Swiss, Johann Vogel. Di PSV lah Bommel kemudian menuai sukses. Pemain kelahiran 22 April 1977 itu berhasil meraih tiga gelar Eredivisie dan dua gelar Johan Cruyff Shields. Selain itu, Bommel mendapat gelar Pemain Terbaik Belanda tahun 2001 dan 2005. Seakan tidak puas dengan prestasi di Liga Belanda, Bommel kemudian menjajal kemampuannya di Liga Spanyol dengan bergabung bersama FC Barcelona pada Mei 2005. Kala itu, Barcelona dilatih Frank Rijkaard, pemain

pada tahun 2006 hingga saat ini. Pengalaman di Barcelona membuat Bommel mampu mengawinkan gaya total football Belanda dengan sepakbola indah ala Spanyol. Karena kemampuan itu pula, Bommel menjadi pemain kunci di Bayern Munchen. Apalagi saat bersama Barcelona, Bommel berhasil menjuarai La Liga dan Juara Liga Champions 2005/ 2006. Dia juga menyumbangkan tropi ketiga bagi Barca yang turut memenangkan

Belanda yang cukup terkenal di era Marco Van Basten. Bommel menghabiskan satu musim bersama Barcelona sebelum akhirnya berlabuh di Bayern Munchen

Jurgen Klinsmann, mantan pelatih Bayern Munchen

DIA memiliki karakter selalu berpikir positif. Dia memancarkan gairah dan tidak takut untuk menyuarakan kritik saat ia merasa perlu

Boudewijn Zenden, mantan pemain timnas Belanda

DIA bukan seorang kapten. Tapi Anda tidak memerlukan ban kapten untuk menjadi seorang pemimpin

Maarten Stekelenburg, Penjaga Gawang Belanda

Saya ingin seperti seorang oportunis. Saya ingin mengambil sebanyak mungkin penghargaan yang bisa saya raih. Saya ingin melihat sesuatu yang nyata jika saya melihat ke belakang

VAN Bommel adalah pemain vital bagi kami dalam hal bertahan. Mungkin bagian dari pertandingan adalah bukan karena hal yang membuat Belanda terkenal. Saya pikir sebuah tim yang baik dibangun dari pertahanan yang baik

Mark Van Bommel

Senang Tangannya Kotor

biofile Z Nama lengkap: Mark Peter Getruda Andreas van Bommel Z Panggilan: Bommel Z Posisi: Gelandang Z TTL: Maasbracht, Belanda / 22 April 1977 Z Tinggi/Berat: 1.87 m / 85 kg Z Status: Menikah dengan Andra dan memiliki dua putra (Thomas, Ruben), seorang putri (Renee) Z Pendidikan: SMA Z Hobi: Tennis Z Moto: “After the rain the sun!” Z Klub: z Bayern Munchen (2006-sekarang) z FC Barcelona (2005-6) z PSV Eindhoven (1999-2005) z For tuna Sittard (1992-9) Z Penghargaan: z German championship 2008, 2010

z German Cup 2008, 2010 z League Cup 2007 z Champions League 2006 z Champions League finalist 2010 z Spanish championship 2006 z Spanish Supercup 2005, 2006 z Dutch championship 2000, 2001,

2003, 2005 z Dutch Cup 2005 z Dutch Supercup 2001, 2002,

2003 z Netherlands Player of the Year

2001,2005 ATISTIK PIALA DUNIA Z ST STA z Main: 5 z Menit: 450 z Pelanggaran: 9 z Tendangan: 2

BELANDA tampak memiliki lini produksi sepakbola kreatif. Namun Kapten tim oranye, Mark Van Bommel senang bahwa dia merupakan sebuah pengecualian. Tidak seperti Arjen Robben, Wesley Sneijder, atau Robin Van Persie, Bommel berdiri kontra dalam pasukan Bert Van Marwijk. Dia tidak bermain tanpa kompromi. “Ya, saya melakukan pekerjaan kotor. Lalu kenapa? Sebuah tim sepakbola tidak hanya berisi 11 penari,” ungkap mantan pemain Fortuna Sittard itu saat disingung tentang penam-pilannya di lapangan hijau. Bommel juga tidak keberat-an dengan julukan

yang men-darat padanya menyusul pe-nampilan di lapangan. Ayah tiga anak itu kerap disebut The Grim Reaper dan Kutu karena aksinya. Bagi Bommel gelar itu bak lencana kehormatan. “Saya mendorong kemampuan saya hingga ke batasnya. Dan saya mencoba untuk tidak pergi lebih dari itu,” kata Bommel yang sudah meme-nangkan gelar Liga Belanda dan Jerman, serta juara Liga Champion 2006 bersama Bar-celona saat masih di bawah bimbingan Frank Rijkaard. Sebagai pemain bola profesional, Bommel juga dikenal sebagai pemain yang suka mengganggu

bahwa dia memang layak masuk di timnas. Bommel bertemu dengan Andra saat Marwijk menjadi pelatih Fortuna Sittard. Baik Bommel mau pun Marwijk, masih sama-sama baru di dunia sepakbola profesional. Bommel tengah berambisi menempatkan dirinya diantara jajaran pemain ternama Belanda, sedangkan Marwijk ingin menjadi pelatih ternama. Jalinan hubungan dengan Marwijk sempat terputus saat Bommel menandatangani kontrak dengan PSV Eindhoven pada tahun 1999. Namun perpisahan ini bukan berarti akhir kisah cinta Bommel dan Andra. Selang dua tahun, Bommel kembali

bertemu dengan Marwijk. Bedanya, kali ini keduanya tidak bersalaman di lapangan hijau. Marwijk berjalan di altar gereja untuk mendampingi putrinya yang dinikahi Bommel. Sejak menikahi Andra, hubungan Bommel dan Marwijk semakin dekat. Bommel kerap meminta nasihat Marwijk terkait penampilannya. Dan saat Marwijk menangani timnas Belanda, sebagian orang yang tidak melihat ada unsur istimewa dibalik kembalinya Bommel yakin mertua dan menantu itu dapat berkomunikasi dengan baik guna membawa Belanda jadi juara dunia untuk pertama kalinya.(Tribunnews/mun)

wasit. Tidak hanya itu, dia pernah berseteru dengan pelatih Belanda, Marco Van Basten yang melatih tim-nas pada periode 2004-2008. Ketidaksukaan Bommel atas taktik yang diterapkan Van Basten membuatnya melontarkan kritik pedas. Apalagi taktik itu membuat Belanda tersingkir di babak 16 besar Piala Dunia 2006. Belanda harus mengakui keunggulan Portugal dan pulang lebih dulu. Karenanya, Bommel memutuskan untuk tidak memperkuat Belanda selama Van Basten masih menjabat sebagai pelatih. “Saya memang tidak suka dengan Van Basten,” ujarnya. “Saya tidak setuju

dengan taktiknya, seperti juga para pemain lainnya. Tapi mereka memilih untuk tidak menen-tang kekuasaannya (Van Basten),” tegas Bommel. Van Bommel kembali masuk timnas saat Van Basten meninggalkan timnas pada tahun 2008. Bert Van Marwijk, ayah mertuanya, memanggil-nya kembali ke timnas. Ada satu hal yang Bommel dan Marwijk sepakati. Mereka ingin mengangkat trofi Piala Dunia untuk pertama kalinya bagi Belanda. “Ber-main baik adalah sesuatu yang baik pula. Tapi meme-nangkan tropi akan terasa lebih baik (mun) lagi,” ujarnya.(mun)

Siap Hadapi Siapa Pun

Berkat Bujukan sang Istri KEHADIRAN kembali Mark van Bommel di timnas Belanda sempat menuai kritik. Apalagi kalau bukan karena hubungan Bommel dengan Bert van Marwijk. Keduanya diketahui sebagai anak dan mertua. Sebab, Bommel menikahi salah satu putri Marwijk, Andra, dan kini sudah dikarunia 3 anak. Berita miring pun tertuju pada Andra. Perempuan yang dinikahi Bommel pada tahun 2001 itu disebut-sebut membujuk ayahnya untuk memanggil Bommel ke timnas. Sejauh ini, tidak pernah ada tanggapan terhadap rumor yang beredar tersebut. Bommel hanya memberikan pembuktian di lapangan

Supercopa di tahun yang sama. Di Bayern Munchen, Bommel terus memperpanjang prestasinya sebagai pemain profesional. Mengawali musim pertamanya, Bommel terpilih sebagai pemain Bayern Munchen Terbaik periode 2006/2007. Kemudian setelah penjaga gawang Jerman, Oliver Kahn pensiun di tahun 2008, Bommel dipercaya mengemban ban kapten. Dia adalah orang pertama dari luar Jerman yang menjadi kapten Bayern Munchen.(Tribunnews/mun)

TRIBUNNEWS/DOK

DUKUNGAN ISTRI - Istri Van Bommel, Andra (kiri) punya andil atas kembalinya ia ke timnas setelah sang mertua menjadi pelatih Belanda.

BELANDA berhasil melaju ke babak Semifinal Piala Dunia 2010 Afrika Selatan setelah menaklukkan Brasil 2-1, Jumat (2/7) malam. Keberhasilannya tidak hanya membuat pasukan Oranye riang gembira. Kemenangan tersebut memberikan suntikan semangat yang luar biasa sehingga mereka pun siap menghadapi tim mana pun untuk mewujudkan am-bisi utamanya, yaitu meng-angkat tropi Piala Dunia untuk pertama kalinya. “Tidak masalah tim mana yang bakal kami hadapi di semifinal. Kami sangat termotivasi dan siap menghadapi tim mana pun,” ungkap Mark Van Bommel, gelandang Belanda, dilansir Goal, Jumat (2/7). Bommel mengatakan

awalnya Belanda harus berjuang keras menghadapi Brasil yang juga tampil tak kalah bersemangat. Namun dengan berhasil bangkit dan membalikkan keadaan, Bommel yakin mereka pantas menang dan melaju ke semifinal. “Kami benar-benar berjuang keras sebelum waktu istirahat. Tapi usaha kami selalu terlambat. Hal itu mengakibatkan Brasil berhasil menguasai pertandingan,” tuturnya. “Namun kami selalu tahu bahwa kami bisa membalikkan keadaan, dan kami membuktikannya,” kata Bommel. “Kami tidak pernah berhenti berjuang dan akhir menuai hasil di babak kedua,” lanjut ayah tiga anak ini. (Tribunnews/mun)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.