Sinamar Edisi 86

Page 1

C M Y K

Edisi Juli-Agustus No. 69/X/ 2011


2 Sinamar TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

1-15 Oktober 2012 | No. 86/XI/2012 Edisi Juli-Agustus No. 69/X/2011

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

REDAKSI

TAJUK

Mari Memperkuat Ketahanan Budaya TIDAK ada satu kekuatan pun di muka bumi ini yang bisa

Sinamar TABLOID LUAK LIMO PULUH

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

nilai yang datang dari luar itu tidak sampai merocoki pola hidup

menghambat dampak dari laju kemajuan iptek (ilmu pengetahuan masyarakat kita. Filter yang utama seyogianya datang dari para dan teknologi) di bidang telekomunikasi dan informasi, yang orangtua, yang harus dengan sangat ketat mengawasi anakseakan mampu meretas jarak teritorial dan batas-batas geografis, anaknya. Filter kedua dari para guru di sekolah-sekolah yang yang seakan membuat dunia ini semakin kecil dan menyempit tidak pernah bosan memberikan arahan yang baik, dan filter saja. Apa yang terjadi di belahan dunia sana saat ini, satu misal, ketiga adalah dari lingkungan tempat tinggal masing-masing. dengan leluasa bisa dilihat dan disaksikan di sini pada saat ini Tapi filter yang paling ampuh sebenarnya ada pada diri sendiri, juga. Layar kaca yang bernama televisi atau medium-medium yaitu bagaimana tiap-tiap individu mampu menyaring secara

Penerbit : Bagian Humas dan Protokoler Sekretariat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota PELINDUNG : Bupati Lima Puluh Kota I Wakil Bupati Lima Puluh Kota PENASEHAT: Sekda Kab. Lima Puluh Kota I Asisten Adm. Umum Setda Kab. Lima Puluh Kota PENANGGUNG JAWAB : Kabag. Humas dan Protokoler Setda Kab. Lima Puluh Kota PEMIMPIN REDAKSI : Muhamad. S

lainnya seperti internet, saban waktu menghantarkan dinamika ketat dan selektif sesuatu yang datang dari luar, kemudian

DEWAN REDAKSI : Muhamad. S (Ketua), Adi Warman, Joni Indra, Ronny M.Nur, Mike Zaimy

yang terjadi di suatu kawasan ke kawasan lainnya dengan begitu mengambil sikap untuk menerima yang baik dan menolak

REDAKTUR PELAKSANA: Adi Warman

cepat, dan dengan audio dan visual yang tajam. Masyarakat dengan mentah hal-hal yang dinilai tidak sesuai dengan nilai-

REDAKTUR: Joni Indra, Ronny M.Nur, Mike Zaimy, Eliza

seakan dimanjakan oleh kemajuan iptek di bidang telekomunikasi nilai yang ada, dimaksudkan agar tidak pernah tercerabut

STAF REDAKSI: Herpatarmidi, Yossarika Syofyan

dan informasi. Pada satu sisi, ada keuntungan –kalau bisa dengan akar budaya sendiri. Dari kegiatan yang bertajuk Gelar

REPORTER: Heri Ronaldo, Tesy Febrina, Hendri Gunawan FOTOGRAFER: Herpatarmidi SEKRETARIS : Iis Sugiarti DISTRIBUTOR: Zulfadli KONTRIBUTOR: Wali Nagari, Camat, SKPD, Anggota Balai Wartawan Lima Puluh Kota TATA LETAK/ARTISTIK: Joni Indra, Mike Zaimy

disebut begitu—dari kemajuan iptek di bidang telekomunikasi Adat dan Budaya Nusantara Tingkat Nasional Tahun 2012 yang dan informasi itu. Tapi seyogianya yang harus menjadi dipusatkan di Medan Nan Bapaneh Tarantang, Kecamatan pemikiran dan perhatian kita bersama adalah dampak negatif Harau, 1-3 Oktober lalu, kiranya mampu meningkatkan kecintaan yang ditimbulkannya, terutama terhadap pembinaan karakter anak negeri terhadap adat dan budayanya sendiri, yang pada para generasi muda. Sebab diyakini, tidak semua yang berasal gilirannya akan berimbas terhadap tercipta dan makin kokohnya dari luar sesuai dengan tata nilai dan budaya yang dianut oleh ketahanan budaya di masing-masing individu masyarakat. Iptek masyarakat kita. Bahkan tidak sedikit di antara yang datang boleh saja terus melaju dengan dinamika yang sangat kencang dari luar itu bertentangan dan menabrak nilai-nilai luhur yang yang mengiringi kemajuan peradaban umat manusia, tapi yang dianut oleh masyarakat. Pola pergaulan bebas, budaya hidup kita harapkan setiap anak negeri tetap mencintai dan hedonis, kekerasan, anti-agama, dan berbagai nilai-nilai lain yang menjadikan adat dan budaya sendiri sebagai “pakaian”datang dari luar yang disampaikan ke sini dengan memanfaatkan nya. Dan mereka tidak akan pernah tercerabut dari akar kemajuan di bidang telekomunikasi dan informasi; tidaklah harus budaya nenek moyangnya sendiri hanya karena

ALAMAT REDAKSI : Bagian Humas dan Protokoler Setda Kab. Lima Puluh Kota Kantor Bupati Lima Puluh Kota, Jl. Raya Negara Payakumbuh - Pekanbaru KM 10 Sarilamak 26271 Web : www.limapuluhkotakab.go.id | Email : tabloid.sinamar@gmail.com PERCETAKAN : PT. Padang Graindo Mediatama (Isi diluar tanggungjawab percetakan Redaksi menerima tulisan, opini, foto dan surat pembaca yang diketik satu setengah spasi, panjang tulisan maksimal 2 halaman folio. Untuk tulisan dan opini panjang 5.00 karakter disertai foto penulis dan biodata. Redaksi berhak merubah redaksional naskah yang dikirim, tanpa merubah maksud dan tujuan.

ditelan secara serta-merta, terutama oleh kalangan generasi terpengaruh aneka budaya dan kebiasaan yang datang muda. Di sinilah, agaknya, sangat diperlukan filter agar nilai-

dari luar.(mm)

DARI REDAKSI

ETALASE

Dua Wajah Baru

Panorama Selat Malaka

SILIH berganti sejumlah peristiwa besar terjadi di Kabupaten Limapuluh Kota. Baru saja usai pelantikan sejumlah pejabat di antaranya Yendri Tomas SE MM yang dipercaya menjadi Sekretaris Daerah Kabupaten Limapuluh Kota yang baru—, datang pula peristiwa yang tidak kalah besarnya: Gelar Adat dan Budaya Nusantara Tingkat Nasional. Karena Kabupaten Limapuluh Kota dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggara iven berskala nasional itu, maka tak pelak lagi membuat semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraa kegiatan itu kalang-kabut untuk ikut menyukseskannya. Kru Tabloid Sinamar sebagai bagian Adi Warman (f/her) Roni M.Nur (f/joi) dari Pemkab Limapuluh Kota, juga tidak mau kalah sibuknya, dan mengambil porsi peran sesuai dengan kompetensinya. Tentu saja peran yang bisa disumbangkan oleh semua personil yang terlibat dalam penerbitan Tabloid Sinamar adalah meliput peristiwa besar itu secara komprehensif dengan menurunkan sejumlah personil, ditambah dengan mengabadikan momen-momen yang memang pantas untuk diambil. “Kita telah sejak jauh hari melakukan berbagai hal agar bisa menghasilkan yang terbaik,” ujar Muhamad S.Pd., penanggung jawab tabloid ini. Terlepas dari pelaksanaan iven klosal tingkat nasional itu, kami juga merasa perlu memberitahukan perubahan yang terjadi di Bagian Humas dan Protokoler Setdakab Limapuluh Kota, institusi yang menerbitkan Tabloid Sinamar. Rangkaian sejumlah mutasi yang terjadi di lingkup Pemkab Limapuluh Kota sejak beberapa waktu belakangan, juga berimbas ke Bagian Humas dan Protokoler. Posisi Kasubag Humas yang sudah lama kosong menyusul meninggal dunianya Edi Salman, diisi oleh wajah baru, yaitu Adiwarman. Pergantian juga terjadi pada Bagian Protokoler. Posisi yang sudah terbilang cukup lama juga ditempati oleh Wira F. Dinata ini, kini ditempati oleh Roni M. Nur. Wira yang selama ini cukup banyak membantu penerbitan Sinamar, mutasi sebagai Kasubag di Bagian Administrasi Umum. Karena antara Bagian Humas dan Protokoler dengan Tabloid Sinamar ibarat “dua badan di dalam satu jiwa,” maka pergantian di Bagian Humas juga berarti berakibat pergantian dalam struktur pengelola Tabloid Sinamar. Terhitung sejak Edisi 85, Adiwarman dipercaya menjadi redaktur pelaksana, sedangkan Roni M. Nur dipercaya menjadi redaktur. “Semoga mereka bisa cepat menyesuaikan diri dengan ritme kerja yang baru,” kata Muhamad.(mm)

Panorama Selat Malaka (f/int)

BILA Anda bepergian ke Provinsi Riau, tepatnya di perbatasan Kecamatan Harau dengan Pangkalan Koto Baru akan menemukan satu objek wisata yang tidak kalah menariknya, yaitu Panorama Selat Malaka. Hebatnya lagi, selain disuguhkan dengan pemandangan alam yang indah, sarana dan prasarana di objek wisata yang satu ini makin lengkap saja. Di Panorama Selat Malaka, satu misal, sudah sejak lama berdiri sebuah restoran, yang dikelola PT Natrabu. Juga ada sebuah rumah makan yang tergolong refresentatif, bernama Puti Alam. Tidak jauh dari sana ada pula sebuah restoran, bernama Bandrek House. Nah, capek menikmati pemandangan alam yang menakjubkan, Anda bisa melepaskan selera di rumah makan dan restoran yang ada.(joi)


Sinamar 3 TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

1-15Juli-Agustus Oktober 2012 Edisi No.| No.86/XI/2012 69/X/ 2011

LAPORAN UTAMA Gelar Adat dan Budaya Nusantara

LIMA PULUH KOTA JADI PILOT PROJECT

Penandatangan Naskah Kesepahaman Daerah Pilot Project (f/her)

“Kegiatan ini dilatarbelakangi karena keanekaragaman adat dan istiadat di Indonesia, pola pembangunan yang bersifat “top down” yang kurang efektif dalam pemberdayaan komunitas lokal.” DIREK TUR Jenderal (Dirjen) Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) Kementerian Dalam Negeri RI, Ir.Tarmizi A.Karim,M.Sc, membuka secara resmi kegiatan Gelar Adat dan Budaya Nusantara Tingkat Nasional Tahun 2012 di Medan Nan Bapaneh Tarantang, Kecamatan Harau, Senin (1/10). Kegiatan itu berlangsung sampai Rabu (3/10). Tampak hadir dalam acara pembukaan tersebut Direktur Pelestarian Adat Istiadat dan Sosbudmas, Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa Kemendagri Bpk. Dr Ir Sapto Supono, M.Si bersama Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil Bpk. Ir.Irman,M.Si,; Ketua Tim Penggerak PKK Pusat Vita Gumawan Fauzi; Wakil Gubernur Sumatera Barat H.Muslim Kasim,MM,Akt., Ketua Tim Penggerak PKK Sumbar Ny.Irwan Prayitno, dan undangan lainnya. Kegiatan yang diikuti oleh delapan provinsi di Indonesia itu, menurut Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Nagari (BPMPN) Limapuluh Rahmanida S.Sos., di samping dimaksudkan untuk memperkenalkan adat dan budaya lokal kepada pihak luar, sekaligus juga bertujuan untuk dapat dijadikan sebagai ajang promosi objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota. Merujuk Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat, menyebutkan bahwa adat istiadat dan nilai sosial masyarakat merupakan salah satu modal sosial yang dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu program untuk melaksanakan hal tersebut adalah kegiatan Gelar Adat dan Budaya Nusantara yang digelar di Medan Nan Bapaneh, Nagari Tarantang, Kecamatan Harau. Pada acara pembukaan Gelar Adat dan Budaya Nusantara Tahun 2012 ini, Kabupaten Limapuluh Kota merupakan tuan rumah dari acara launching pilot project Pelestarian Adat Istiadat dan Budaya. Hal ini menindaklanjuti kesepakatan umum dan rekomendasi Rapat Koordinasi (Rakor) Pokja Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat dan Nilai Sosial Masyarakat Tingkat Pusat serta hasil Rakor Pilot Project pada 28 Oktober 2011 di Kabupaten Banyumas. Dalam acara tersebut, Bupati

Alis Marajo dan Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kementerian Dalam Neger i menandatangani Naskah Kesepahaman Keberlanjutan Pilot Project Pelestarian Adat Istiadat dan Budaya dalam Mendukung Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan di Desa. Selain Kabupaten Limapuluh Kota, delapan provinsi penerima Pilot Project Pelestarian Adat Istiadat dan Budaya Nusantara adalah Kabupaten Halmahera Barat (Provinsi Maluku Utara), Kabupaten Pidie Jaya (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam), Kabupaten Empat Lawang (Pr ovinsi Sumatera Selatan), Kabupaten Tanah Laut (Provinsi Kalimantan Selatan), Kabupaten Bandung (Provinsi Jawa Barat), Kabupaten Banyumas (Provinsi Jawa Tengah), Kabupaten Tapanuli Tengah (Provinsi Sumatera Utara), dan Kabupaten Maros (Provinsi Sulawesi Selatan). Sedangkan utusan dari provinsi Papua hadir sebagai peninjau dalam kegiatan ini. Acara bertemakan “Tata Kelola Desa Berbasis Adat dan Budaya Nusantara”yang dihelat oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Nagar i (BPMPN) bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga ini menampilkan berbagai pergelaran budaya Nasional. Pada acara pembukaan, digelar atraksi budaya dari Kabupaten Limapuluh Kota dan Provinsi Papua. Malamnya digelar pertunjukan randai dengan cerita Anggun Nan Tungka dari kelompok Randai Santan Batapi (Nagari Sitanang, Kabupaten Limapuluh Kota), Kacapian dan Jaipongan dari Kabupaten Bandung (Provinsi Jawa Barat), kesenian Rejung dari Kabupaten Empat Lawang (Kabupaten Sumatera Selatan), Kacaping dan Gambus oleh perwakilan Kabupaten Maros (Provinsi Sulawesi Selatan), serta lagu-lagu daerah oleh Lenis Kagoya (Ketua Lembaga Masyarakat Adat Provinsi Papua) dan Tim Penggerak PKK Kabupaten Limapuluh Kota. Uniknya, kepada penonton dan undangan diperdengarkan lagu-lagu daerah yang “berbalasan” antara Ketua Lembaga Masyarakat Adat Papua yang mendendangkan lagu Tanah Papua dan Okika (Tanah yang Subur), se

dangkan Bupati Limapuluh Kota mengenalkan lagu Laruik Sanjo, Sarilamak, dan Kelok 9. Tentu saja penampilan-penampilan tersebut mendapatkan sambutan yang meriah dari penonton. Pada 2 Oktober 2012 diadakan kegiatan Pagelaran Seni dan Budaya Nusantara. Kabupaten Limapuluh Kota menampilkan Tari Cipia (Nagari Maek, Kecamatan Bukik Barisan), Dikia (Nagari Situjuah Banda Dalam, Kecamatan Situjuah Limo Nagari), Debus (Nagari Sitanang, Kecamatan Lareh Sago Halaban), dan Pupuik Padi dari Nagari VII Koto Talago, Kecamatan Guguak. Pertunjukan ini kembali mendapatkan apresiasi yang hangat dari para penonton. Masyarakat juga bisa mengunjungi Pameran Adat dan Budaya sampai dengan 3 Oktober 2012. Utusan sebanyak 13 kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota menampilkan tema yang berbeda pada setiap stand. Kecamatan Bukit Barisan, misalnya, membangun stand dengan tema Manjapuik Marapulai, Kecamatan Guguak dengan tema Batandang Makan, dan tema stand Kecamatan Mungka dengan tema Maantakan Asam. Selanjutnya, tema Baralek Pangulu dan Salawat Dulang ditampilkan oleh Kecamatan Lareh Sago Halaban, sementara utusan Kecamatan Situjuah Limo Nagari menampilkan Maantakan Anak dan Alat Musik Kecapi. Jika masyarakat ingin melihat acara Bakajang, maka bisa mengunjungi stand kecamatan Pangkalan Koto Baru, sedangkan kecamatan tetangganya, Kapur IX, menampilkan alat musik talempong Oguang. Masyarakat juga bisa menyaksikan berbagai pakaian tradisional Minangkabau di stand Kecamatan Payakumbuh yang memper lihatkan pakaian pangulu, pakaian bundo kanduang dan foto-foto permainan anak nagari di stand Kecamatan Luak, “Pakaian Ampek Jinih” pada stand Kecamatan Suliki, dan pakaian anak Taro Suntiang Taram di stand Kecamatan Harau. Sementara peralatan/properti adat seperti carano, katidiang tunggak, dulang, tuduang saji, katidiang nasi, dan sebagainya diperlihatkan oleh Kecamatan Akabiluru. Menurut Kepala BPMPN Limapuluh Kota Rahmanida, S.Sos., melalui kegiatan Gelar Adat dan Budaya Nusantara ini diharapkan tersosialisasinya aktifitas pelestarian adat istiadat dan budaya secara komprehensif dan komunikatif mengenai aktifitas pelestarian adat istiadat, nilai budaya, dan peran para pemangku kepentingan pelestarian adat istiadat dan nilai budaya masyarakat sebagai motor penggerak pemberdayaan masyarakat di Indonesia. “Kegiatan ini dilatarbelakangi karena keanekaragaman adat dan istiadat di Indonesia, pola pembangunan yang bersifat top down yang kurang efektif dalam pemberdayaan komunitas lokal, serta semakin kurangnya pemahaman nilai budaya dana adat istiadat di kalangan muda”, sebut Rahmanida. Pola pembangunan komunitas lokal, lanjut Rahmanida, harus menggunakan pola pembangunan yang bersifat bottom up yang lebih berbasis kepada masyarakat. Ditanya tujuan kegiatan itu, Rahmanida menjelaskan, yaitu tersosialisasinya kegiatan pilot project (pr oyek percontohan) pelestarian adat istiadat dan budaya dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di desa; mendorong dan menggugah kepedulian stakeholders dalam mendorong pelestarian adat istiadat dan budaya di masing-masing daerah; dan terbangunnya kesepahaman antara Ditjen PMD, pemerintah provinsi, dan kabupaten untuk keberlanjutan pilot project pelestarian adat istiadat dan budaya di tahuntahun selanjutnya. Kegiatan itu, sambung Rahmanida, juga dimaksudkan untuk menampilkan karya-karya nyata yang bernilai sosial budaya, berekonomi tinggi, dan berpotensi dikembangkan di masa mendatang guna menunjang struktur tatanan adat istiadat dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat nasional.(yossarika)


Sinamar 4 TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

Edisi Juli-Agustus 69/X/2011 1-15 Oktober 2012 | No. No. 86/XI/2012

LAPORAN UTAMA

Bupati Alis Marajo :

Upaya Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih “Program pelestarian adat ini dimaksudkan untuk mendukung terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih (good governance) dan pembangunan di desa berdasarkan otonomi asli.”

Alis Marajo (f/joi)

BUPATI Limapuluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sori Marajo mengharapkan kegiatan Gelar Adat dan Budaya Nusantara Tingkat Nasional Tahun 2012 dilatarbelakangi semakin berkurangnya pemahaman nilai budaya dan adat istiadat dikalangan generasi muda serta keaneka ragaman adat istiadat di Indonesia. “Kegiatan ini diharapkan dapat mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di desa/nagari. Kegiatan ini juga diharapkan dapat membangun kesepahaman antara Ditjen PMD, pemerintah provinsi dan kabupaten untuk keberlanjutan pilot project pelestarian adat istiadat dan budaya di tahun-tahun selanjutnya,” kata Bupati Alis Marajo saat memberi sambutan dalam acara yang digelar di Medan Nan Bapaneh Tarantang, Kecamatan Harau, Senin (1/10). Tampak hadir dalam acara pembukaan tersebut Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) Kementerian Dalam Negeri RI, Ir.Tarmizi A.Karim,M.Sc , Direktur Pelestarian Adat Istiadat dan Sosbudmas, Dr Ir Sapto Supono, M.Si bersama Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil Bpk. Ir.Irman,M.Si,; Ketua Tim Penggerak PKK Pusat Vita Gumawan Fauzi; Wakil Gubernur Sumatera Barat H.Muslim Kasim,MM,Akt., Ketua Tim Penggerak PKK Sumbar Ny.Irwan Prayitno. Juga terlihat Ketua Tim Penggerak PKK Pusat Vita Gumawan Fauzi; Wakil Gubernur Sumatera Barat H.Muslim Kasim,MM,Akt., Ketua Tim Penggerak PKK Sumbar Ny.Irwan Prayitno, dan undangan lainnya. Menurut Bupati Alis Marajo, sesuai dengan visi Kabupaten Limapuluh Kota untuk mewujudkan Kebersamaan, Kemakmuran dan Kesejahteraan di Limapuluh Kota yang Bernuansa Adat Basandi Syara, ‘Syara’Basandi Kitabullah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; maka Kabupaten Limapuluh Kota sangat mendukung kegiatan ini karena sangat tepat dengan visi daerah ini yang menjadikan adat yang bersendikan ajaran agama sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatan seharihari.“Kesungguhan hati Pemkab Lima Puluh Kota dalam

pelaksanaan kegiatan yang sangat mendukung misi Limapuluh Kota untuk mewujudkan nagari yang berbasis adat dan syara’ ini sangatlah bersinergi dengan tujuan kegiatan ini untuk menampilkan karya-karya nyata yang bernilai sosial budaya, ekonomis tinggi dan berpotensi dikembangkan dimasa mendatang guna menunjang struktur tatanan adat istiadat dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat nasional,” tambahnya. Dikatakan, program pelestarian adat ini dimaksudkan untuk mendukung terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan (governance) dan pembangunan di desa berdasarkan otonomi asli, melalui upaya mendorong kemandirian masyarakat untuk meningkatkan karakter dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai upaya pengembangan budaya nasional. “Strategi pelaksanaannya dilakukan melalui identifikasi nilai budaya, penguatan lembaga adat dan aparat desa, pengembangan model koordinasi, pelestarian adat dan budaya, serta revitalisasi nilai sosial dan budaya yang ditransformasikan dengan kondisi kekinian dan tantangan masa depan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menumbuhkan prakarsa dan inisiatif masyarakat setempat,” katanya. Pada bagian lain Bupati Alis Marajo mengatakan, Kabupaten Limapuluh Kota memiliki luas 3.354,30 km 2.. berpenduduk 392.000 jiwa, membentang dari Tenggara ke Barat Laut, terletak pada batas Timur Provinsi Sumbar dan Provinsi Riau. Dengan pusat penyelenggaraan Pemerintahnya di kota kecil Sarilamak sebagai mana tertuang pada PP No.40 Tahun 2004. Kabupaten ini terbentuk sejak 13 April 1841 di zaman Pemerintahan Hindia Belanda. Nama Kabupaten Limapuluh Kota, menurut Bupati Alis Marajo, berasal dari istilah “Luak 50”. Daerah asal Minangkabau ada 3 Luak atau 3 wilayah teritorial, yang dikenal dengan Luak Tanah Datar, Luak Agam, dan Luak 50 Koto. Istilah Luak artinya adalah “Kurang” . Luak Tanah Datar berarti kurang tanah yang datar. Luak Agam berarti Kurang Lubuk, atau

disebut juga “Kurang Agam”. “Sebutan 50 Kota yang dialihbahasakan menjadi sebutan 50 Kota, sering menjadi guyonan, seakan-akan 50 Kota, memiliki 50 buah kota. Akan tetapi yang benar adalah pada abad ke VII Masehi datanglah 50 orang Datuk dari Pariangan Padang Panjang. 50 orang Datuk ini membuat sistem Kedatuan, semula hanya 3 Kedatuan, kemudian berkembang menjadi 5 Kedatuan,” katanya. Yaitu, sambung Alis Marajo, meliputi 5 lareh, yaitu 1 . Hulu, 2. Luak, 3.Ranah, 4. Sandi dan 5. Lareh. Kedatangan pemuka adat dari Pariangan ini didukung oleh nenek 45, telah mendiami daerah ini sebelumnya, yaitu Hulu Batang Kampar ( Muaro Takus), Hulu Mahek, dan Hulu Sinamar. Sehingga kelak daerah ini memiliki 9 pusat Adat, yaitu meiliputi 1. Sandi, 2. Lareh, 3. Luak, 4. Hulu, 5. Ronah, 6. Mungka, 7. Mahek, 8. Limbanang , 9. Muara Takus. Sistem pemerintahan berdasarkan “Kedatuan” ini berjalan sampai pecahnya Perang Paderi dan munculnya istilah 50 Kota, yang berarti pusat adat atau boleh juga disebut 50 pusat “kedatuan.” Sementara sebutan nagari sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki wilayah teritorial koto, dusun, taratak yang di dalam masyarakatnya terikat secara geneologis dalam hubungan matrilinial yang komunalis yang merupakan pusat adat di Minangkabau. “Sebutan nagari tersebut telah dipakaikan bentuk sebutan pemerintahan nagari, yang maknanya menjadi kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai kewenangan mengatur dan memiliki batas-batas teritorial,” katanya. Demikianlah, 50 Kota dewasa ini memiliki 13 kecamatan dan wilayah pemerintahan terbawah, yang disebut pemerintahan nagari, ada 79 nagari, yang dipimpin oleh wali nagari bersama bamus, yang dipilih secara langsung oleh masyarakat nagari.(yossarika)

Pembukaan Gelar Adat dan Budaya Nusantara Tahun 2012 (f/her)


Sinamar 5 TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

1-15 Juli-Agustus Oktober 2012No. | No. 86/XI/2012 Edisi 69/X/ 2011

LAPORAN UTAMA DATA DAN AGENDA

Gelar Adat dan Budaya Nusantara Tingkat Nasional Tahun 2012 KABUPATEN Limapuluh Kota mendapat kepercayaan untuk menjadi tuan rumah penyelenggara kegiatan Gelar Adat dan Budaya Nusantara Nasional Tahun 2012. Berikut data dan agenda seputar kegiatan tersebut, berikut tujuan yang hendak dicapai, dan sejumlah kesepahaman yang berhasil dibuat selama penyelenggaraan kegiatan. Lokasi : Medan Nan Bapaneh Tarantang, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota Pelaksanaan : 1 sampai dengan 2 Oktober 2012 Tema : Tata Kelola Desa Berbasis Adat dan Budaya Nusantara Tujuan

:

1. Tersosialisasinya kegiatan pilot project Pelestarian Adat Istiadat dan Budaya dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di desa; 2. Mendorong dan menggugah kepedulian stakeholders dalam mendorong pelestarian adat istiadat dan budaya di masing-masing daerah; 3. Terbangunnya kesepahaman antara Ditjen PMD, pemerintah provinsi, dan kabupaten untuk keberlanjutan pilot project pelestarian adat istiadat dan budaya di tahun-tahun selanjutnya, serta 4. Menampilkan karya-karya nyata yang bernilai sosial budaya, berekonomi tinggi, dan berpotensi dikembangkan di masa mendatang guna menunjang struktur tatanan adat istiadat dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat nasional. Delapan Provinsi Penerima Pilot Project Pelestarian Adat Istiadat dan Budaya Nusantara 1. Kabupaten Halmahera Barat (Provinsi Maluku Utara), 2. Kabupaten Pidie Jaya (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam), 3. Kabupaten Empat Lawang (Provinsi Sumatera Selatan), 4. Kabupaten Tanah Laut (Provinsi Kalimantan Selatan), 5. Kabupaten Bandung (Provinsi Jawa Barat), 6. Kabupaten Banyumas (Provinsi Jawa Tengah), 7. Kabupaten Tapanuli Tengah (Provinsi Sumatera Utara), dan 8. Kabupaten Maros Dalam acara launching Gelar Adat dan Budaya Nusantara serta Pencanangan Fasilitasi Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat dan Tata Kelola Desa Berbasis Adat dan Nusantara oleh Ditjen PMD, Bupati Alis Marajo menandatangani Surat Pernyataan Dukungan dan Kesanggupan Fasilitasi Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat dan Tata Kelola Desa Berbasis Adat dan Nusantara, yang berisikan : 1. Pemerintah Daerah Kabupaten Limapuluh Kota segera membentuk dan atau memfungsikan Kelompok Kerja Pelestarian Adat Istiadat dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat di kabupaten serta memfasilitasi terbentuknya Satuan Tugas Pelestarian Adat Istiadat dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat di kecamatan dan desa; 2. Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota memberikan dukungan kebijakan dan kesang

gupan menyediakan anggaran serta melakukan koordinasi, fasilitasi, dan pembinaan terhadap program dan kegiatan tersebut; 3. Untuk keberlanjutan, Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota akan mengembangkan program dan kegiatan tersebut dengan mengalokasikan anggaran dalam APBD tahun anggaran 2013 dan tahun berikutnya; 4. Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota memfasilitasi dan membina masyarakat dan desa dalam pembudayaan sistem nilai gotong royong sehingga tercipta budaya bersih, budaya sehat, dan budaya gotong royong. Acara Kesenian di Hari Pembukaan 1 Oktober 2012: Limapuluh Kota : Randai ( Anggun Nan Tungka) Bandung (Jabar) : Kecapian dan Jaipongan Empat Lawang (Sumsel) : Rejung Maros (Sulsel) : Kecaping dan Gambus Lenis Kagoya (Papua) : Lagu-lagu daerah Acara pada 2 Oktober 2012 Tari Cipia : Nagari Maek, Kecamatan Bukik Barisan, Dikia : Nagari Situjuah Banda Dalam, Kecamatan Situjuah Limo Nagari Debus : Nagari Sitanang, Kecamatan Lareh Sago Halaban Pupuik Padi : Nagari VII Koto Talago, Kecamatan Guguk Pameran Adat dan Budaya Bukit Barisan Guguak Mungka Lareh Sago Halaban Situjuah Limo Nagari Pangkalan Koto Baru Kapur IX Payakumbuh Luak Suliki Harau Akabiluru

: Manjapuik Marapulai : Batandang Makan : Maantakan Asam : Baralek Pangulu dan Salawat Dulang : Maantakan anak dan alat musik kecapi : Bakajang : Alat musik talempong oguang : Pakaian pangulu : Pakaian bundo kanduang dan foto-foto permainan anak nagari : Pakaian Ampek Jinih : Pakaian Anak Taro Suntiang Taram : Peralatan/properti adat seperti carano, katidiang tunggak, dulang, tuduang saji, katidiang nasi, dan sebagainya.

Debus, salah satu kesenian daerah yang ditampilkan pada Gelar Adat dan Budaya Nusantara Tahun 2012 (f/her)


6 Sinamar TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

Juli-Agustus No.86/XI/2012 69/X/2011 1-15Edisi Oktober 2012 | No.

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

PENDIDIKAN

Dialog Bupati Dengan Masyarakat :

Jangan Beri Siswa 100 Soal Kimia Yang Berat pula buat anak menjadi tertekan oleh cara kita,” sambungnya. Narkoba dan pola mendidik anak hanya satu dari sekian persoalan yang mengemuka saat dialog yang penuh dengan nuansa kekeluargaan dan kebersamaan itu digelar. Dalam dialog yang juga dihadiri Wakil Bupati Limapuluh Kota Drs. H. Asyirwan Yunus M.Si. itu begitu banyak yang dibicarakan dan dibahas, seperti keluhan, harapan, dan juga ucapan terima kasih dari masyarakat kepada bupati dan wakil bupati. Dari dialag itu terungkap banyak tokoh masyarakat yang mengeluh tentang banyaknya jalan di Kabupaten Limapuluh Kota yang rusak, masalah raskin (beras untuk masyarakat miskin), soal Askeskin belum mencapai target yang sebenarnya, pemerintah yang dinilai kurang memperhatikan guru mengaji, saran untuk mengadakan kembali pada tingkat SD pelajaran akhlak dan budi pekerti, serta apa penyebab banyaknya penyakit yang melanda masyarakat. Soal banyaknya ruas jalan yang rusak di Kabupaten Limapuluh Kota, Bupati Alis Marajo mengakuinya dan menyatakan memang masih banyak jalan di daerah ini yang belum dibenahi, disebabkan keterbatasan anggaran yang ada di APBD Limapuluh Kota. Persoalan yang sama, menurut Bupati, juga dialami oleh sejumlah infrastruktur dasar lainnya seperti jembatan, listrik, dan air bersih. “Namun kondisi itu tidak akan dibiarkan be-gitu saja. Sebab pemkab tetap mengupayakan adanya anggaran pembangunan dari APBD Provinsi Sumbar,” tambahnya. “Kita akui memang masih banyak in-frastruktrur masih terbengkalai, terutama untuk infrastruktur jalan, hal itu disebabkan oleh minimnya anggaran dari APBD. Namun kita tetap mengupayakan adanya anggaran pembangunan dari APBD Provinsi yang bisa dimanfaatkan untuk Limapuluh Kota,” ungkapnya. Setidaknya, menurut Bupati, sekitar 145 km jalan yang terbengkalai sejak pemerintahan kabupaten yang lalu. Termasuk juga jalan-jalan strategis. Keterbatasan tersebut harus diupayakan untuk menggaet dana-dana dari berbagai sumber lainnya. Jika tidak, akan sulit melakukan percepatan pembangunan. “Kami terpaksa melakukan MoU dana perbantuan dari provinsi untuk bisa melakukan pembangunan Limapuluh Kota ke depan. Keterbatasan Alis Marajo (f/joi)

tersebut, tentunya tidak mungkin akan kita paksakan dengan dana yang kita miliki saat ini,” jelas Bupati. Menjawab pertanyaan bahwa Pemkab dinilai kurang memperhatikan nasib para guru mengaji, Bupati Alis

“Saya menyarankan agar para guru di sekolah jangan memberikan anak soal yang membuat dia stres, seperti memberi anak soal kimia sebanyak 100 soal, yang akan menyebabkan si anak stres dan lari ke narkoba.”

Marajo menjawab dengan kalimat: “Di sinilah salahnya kita. Kita sering beranggapan kalau surau sama dengan

KASUS tawuran pelajar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk kasus

sedangkan organisasi yang bisa membantu adalah kepala daerah dan BPD. “Apabila masyarakat ingin

narkoba yang banyak menghinggapi kalangan remaja –termasuk di

mendapatkan hibah dari kepala daerah ataupun BPD, maka orang tersebut harus mengajukan proposal, yang

Kabupaten Limapuluh Kota, tentunya bukan tanpa akar persoalan. Antara

mana ada lampiran surat dari wali nagari,” terangnya. Bupati Alis Marajo mengaku setuju-setuju saja kalau

lain, masalah tersebut disebabkan karena anak-anak terjebak stres dan

dihidupkan kembali pelajaran budi pekerti di sekolah-sekolah, dimaksudkan agar anak tahu dengan etika dan

mencari pelarian dengan cara yang tidak benar. Bupati Limapuluh Kota

sopan santun. Tapi Alis Marajo punya saran tersendiri tentang itu. Dikatakan, untuk memperbaiki akhlak dan

dr. Alis Marajo Dt. Sori Marajo ketika mengadakan dialog dari hati ke hati

budi pekerti anak bisa dilakukan dengan memperbanyak diterbitkan buku tentang akhlak, dan buku agama.

dengan sejumlah tokoh masyarakat di aula kantor bupati di Sarilamak,

“Kita sebagai orangtua dan pendidik berkewajiban membawa anak-anak kita untuk berbuat baik,” katanya.

beberapa waktu lalu, mengakui bahwa dalam konteks persoalan narkoba,

Masalah pelaksanaan raskin dan askeskin yang dikeluhkan peserta dialog karena belum mencapai target yang

memang sesuatu yang tidak asing lagi didengar, termasuk yang

digariskan, menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh Kota dr. Prima Nofeki Syahril, istilah

menjangkiti kalangan anak muda. “Kita juga sering melihat dan

askeskin sudah tidak ada lagisejak tahun 2007. “Yang ada yaitu Jamkesmas alias jaminan kesehatan masyarakat

menyaksikan sendiri anak-anak kita yang menjadi korban narkoba,”

yang bersifat nasional, dan sampai sekarang belum diubah,” terangnya. Ada program lain yang bernama

ujarnya.

Jamkesda alias jaminan kesehatan daerah. Berbeda dengan Jamkesmas, menurut dr. Prima, Jamkesda bisa

“Begitu banyak remaja yang direnggut oleh narkoba, dan hampir separoh

diubah setiap tahun. Selain itu ada pula yang disebut dengan Jamkesnag alias jaminan kesehatan nagari.

remaja Indonesia terjerat dalam narkoba,” tambahnya. Tidak terkecuali di

“Program Jamkesnag sama dengan Jamkesda, yaitu bisa diubah setiap tahun, cuma dibayar sendiri oleh

Kabupaten Limapuluh Kota, menurut Bupati Alis Marajo, ternyata tidak

masyarakat setempat,” tambah dr. Prima di hadapan para peserta dialog. Kalau pada 2011 dengan cara membayar

sedikit pula remaja di daerah ini terjerat oleh perbuatan yang tidak baik

Rp10.000/bulan, sedangkan sekarang dibayar Rp6.000/bulan. Sedangkan masalah raskin yang juga

mushala, padahal pengertian surau dan mushala sangat jauh berbeda. Surau adalah kepunyaan niniak mamak dan suku, sedangkan mushalaollah adalah tempat mengaji,” terang Alis Marajo. Diterangkan Alis Marajo yang sedang menjalani periode kedua kebupatiannya di Limapuluh Kota itu, surau adalah kewenangan daerah,

itu. “Terus terang, sebagai orangtua, kita prihatin melihat realitas yang dipertanyakan oleh salah seorang peserta dialog, dijelaskan dr. Prima, pada tahun 2011 jumlah masyarakat terhampar di sekeliling kita,” ia menambahkan. Apa solusi? Bupati Alis miskin di Kabupaten Limapuluh Kota yang menerima raskin tercatat sebayak 17.817 jiwa, sedangkan tahun Marajo punya cara tersendiri untuk mengurangi –kalau tidak bisa

sekarang (data per Juli 2012) terjadi kenaikan sebanyak 7.896 orang jiwa. “Data ini kami dapat dari tim nagari

meniadakan jumlah remaja (terutama dari kalangan pelajar) yang terjerat

setempat se-Kabupaten Limapuluh Kota,” kata dr. Prima. Materi lain yang tidak kalah menariknya adalah soal

kasus narkoba. “Saya menyarankan agar para guru di sekolah jangan

aneka macam penyakit yang belakangan banyak diidap oleh masyarakat. Dr. Prima menjelaskan, selain gaya

memberikan anak soal yang membuat dia stres, seperti memberi anak soal

hidup, yang juga termasuk banyak menyumbang untuk terjadinya penyakit adalah pola makan yang salah.

kimia sebanyak 100 soal, yang akan menyebabkan si anak stres dan lari ke

Makanya, untuk mengantisipasi agar tidak semakin banyak masyarakat yang mengidap penyakit-penyakit

narkoba,” sarannya. Jadi, tambah Bupati Alis Marajo, hendaknya para

yang tidak diinginkan, pihaknya telah melakukan lang-langkah yang diperlukan. Antara lain, “Kami dari jajaran

guru memberi soal yang proporsional, yang sesuai dengan kemampuan si

Dinas Kesehatan yang dibantu tim dari kepolisian serta Satpol-PP sudah diberi SK (surat keputusa) oleh

anak untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan. “Tapi itu bukan

Bupati untuk meneliti makanan yang ada dipasar,” sebutnya. Kedati demikian, dr. Prima juga mengaku sangat

dengan arti mengurangi waktu belajar si anak,” sebutnya lagi. Dalam

membutuhkan bantuan dari masyarakat. “Jika ada makanan yang mencurigakan, tolong beri tahu petugas di

konteks seperti inilah, menurut Bupati, peran orang tua sangat diperlukan.

puskesmas. Kami juga berkolaborasi dengan dinas pendidikan, karena yang banyak terkena keracunan makanan

“Kita harus bisa mengetahui aktifitas anak setiap harinya, tapi jangan

adalah anak sekolah,” sambungnya (ses)


TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA 69/X/ Edisi Juli-Agustus No. 2011

Sinamar

APARATUR

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

7 1-15 Oktober 2012 | No. 86/XI/2012

Kalau Kepala SKPD Salah, Staf Berhak Mengingatkan “Tuntutan penegakan hukum dan perkembangan demokrasi serta peraturan perundang-undangan saat sekarang ini mengharuskan aparatur pemerintahan memiliki kemampuan praktisi yang akademisi.”

Alis Marajo (f/joi)

DALAM rentang 632 hari kepemimpinan pada periode kedua kebupatiannya di Kabupaten Limapuluh Kota, dr. Alis Marajo Dt. Sori Marajo kembali mengingatkan dan menegaskan kepada unsur middle manejer dan lower manejer di masing-masing SKPD (satuan kerja perangkat daerah) untuk meningkatkan kemampuan akademisnya. “Tuntutan penegakan hukum dan perkembangan demokrasi serta peraturan perundang-undangan saat sekarang ini mengharuskan aparatur pemerintahan memiliki kemampuan praktisi yang akademisi,” kata Bupati Alis Marajo dalam kesempatan tatap muka dengan sejumlah pejabat di lingkup Pemkab Limapuluh Kota. Pernyataan serupa juga sudah disampaikan Bupati Alis Marajo dalam beberapa kesempatan sebelumnya. Makanya, menurut Bupati Alis Marajo yang juga Ketua DPD II Partai Golongan Karya (Golkar) Kabupaten Limapuluh Kota itu, para unsur middle manejer dan lower manejer di masing-masing SKPD diharapkan bukan sekadar hanya memahami pekerjaan rutinitas dan lapangan semata, tapi juga harus memahami dan membaca peraturan-peraturan yang berlaku dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan pemerintahan. Staf atau pun pejabat di tingkat lower manejer (Eselon IV) dan middle manejer (Eselon III), menurut Alis Marajo, merupakan ujung tombak dalam memberikan informasi yang benar tentang peraturan-peraturan yang berlaku, baik itu peraturan yang baru ataupun yang lama tapi masih berlaku. “Karena dalam pelaksanaan kegiatan dan

program sekecil apapun harus ada dasar hukum yang jelas, harus ada kebijakan yang jelas. Kalau ada dana dekonsentrasi atau tugas pembantuan, harus dipelajari terlebih dahulu dengan jelas dan harus dibuatkan kebijakan kepala daerah untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut. Jika sampai di tingkat nagari harus dibuat kebijakan wali nagari tentang pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan tersebut,” katanya. Sekali lagi, Bupati Alis Marajo mengingatkan, “Jangan ada lagi kegiatan tanpa kebijakan dan aturan yang jelas dan tertulis. Jangan ada lagi temuan- temuan BPK atau penegak hukum lainnya yang terus berulang setiap tahunnya,” ia menambahkan. Dikatakan, membaca, memahami dan menghafal peraturan mutlak harus dilakukan staf dan pejabat eselon IV, karena para Kepala SKPD hampir tidak mempunyai waktu untuk memahami dengan rinci aturan pelaksanaan program dan kegiatan di masing- masing SKPD tersebut. “Sehingga dalam pelaksanaaan program dan kegiatan ada regulasi yang jelas, ada kebijakan yang jelas,” sambungnya. Kemudian pemahaman dalam penyusunan perencanaan program dan kegiatan haruslah betul-betul dipahami unsur lower manejer di SKPD. “Tahap demi tahap perencanaan kegiatan mesti dipahami hubungan antara satu dan lainnya. Mulai dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja (Renja),KUA dan PPAS, RKA, DPA dan sebagainya. Kemudian juga dalam perencanaan ini harus memperhatikan visi dan misi daerah dan RPJM (rencana pembangunan jangka menengah),” katanya. “Jangan sampai perencanaan kegiatan yang dibuat bertentangan dengan kedua hal tersebut. Karena dalam RPJM telah diatur kawasan-kawasan strategis yang akan dikembangkan, diatur juga bagaimana pengembangan IKK Sarilamak dan berbagai perencanaan lainnya. Penyusunan Renstra, renja, RKA, DPA, di masing-masing SKPD harus sinkron dengan Visi Misi dan RPJM yang telah ditetapkan tersebut,” beber Alis Marajo. Untuk itulah, tambah Bupati Alis Marajo mengingatkan, harus dibaca dan dipahami dengan betul tentang hal tersebut diatas oleh staf dan pejabat di bawah kepala dinas atau badan. “Karena sebagian besar perencanaan tersebut disusun oleh staf dan unsur lower manejer,” imbuh Bupati Alis Marajo lagi. Ia juga mengingatkan, apabila kepala SKPD salah, staf atau pejabat di bawahnya dapat dan harus mengingatkan, sehingga tidak terjadi lagi kesalahan perencanaan. “Tidak boleh lagi kegiatan yang ada dalam DPA, tapi tidak ada dalam RKA ataupun sebaliknya. Kita harus mengurangi sekecil apapun kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan,” tandasnya. Regulasi dan kebijakan, menurut Bupati Alis Marajo,

Pejabat di Lingkup Pemkab Limapuluh Kota (f/her)

mutlak harus dibuat sehingga diharapkan dapat mengurangi temuan-temuan dari BPK atau penegak hukum lainnya. Bupati juga meminta agar dibuat kelompok-kelompok diskusi di masingmasing SKPD. “Sekali lagi membaca dan membaca merupakan kegiatan rutin yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan akademis,” tambahnya. Sangat Dibutuhkan Pada kesempatan lain Bupati Alis Marajo menyoal keberadaan PNS dengan latar belakang akademis di lingkup Pemkab Limapuluh Kota. Menurut Bupati Alis Marajo, keberadaan PNS dengan latar belakang sarjana sangat dibutuhkan oleh daerah ini, yang dimaksudkan untuk membantu kinerja pimpinan. “PNS dengan latar belakang sarjana sangat dibutuhkan daerah untuk membantu kinerja pimpinan. Untuk itu, para PNS harus mengerti tugas dan memahami aturan-aturan perundang-undangan yang berlaku agar mampu secara optimal membantu pimpinan,” kata Bupati Alis Marajo saat menghadiri Malam Keakraban peserta Diklat Prajabatan Golongan III angkatan II Tahun 2012 di Wisma Pemkab Limapuluh Kota di Kecamatan Harau, beberapa waktu lalu. Bupati menilai suka duka yang dialami oleh PNS dalam pengabdiannya diawali oleh keinginan menjadi seorang PNSi. “Jangan ragu untuk mengabdi di daerah terpencil. Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota berkomitmen untuk membuka akses jalan ke daerah terpencil, salah satunya dengan bekerja sama dengan daerah tetangga,” sebut Bupati dalam acara yang juga dihadiri oleh sejumlah pimpinan SKPD, Kepala BKD, dan Camat Harau ini. Di hadapan 33 (tiga puluh tiga) orang CPNS yang mengikuti Diklat Prajabatan itu, Bupati mengajak semua elemen pemerintah daerah untuk terus membangun sinergitas mewujudkan Cerdas 50 Kota. “Ayo, kumandangkan Cerdas 50 Kota! Orang yang cerdas akan melakukan segala hal dengan sukses”, ajak Alis Marajo. Dalam acara Malam Keakraban tersebut, Bupati dan undangan menyaksikan pertunjukan tari Piring yang dibawakan oleh peserta diklat. Secara tegas Bupati menyebut seni sebagai bagian dari sains, dan mengajak peserta diklat untuk memupuk bakat seni. Indra Nazwar, Kepala BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Limapuluh Kota, mengajak peserta Diklat untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diterima selama Diklat di unit kerja masing-masing. Senada dengan Bupati, Indra Nazwar juga meminta CPNS yang ditempatkan di daerah terpencil untuk terus mengabdi di tempat tugas sehubungan dengan surat pernyataan yang telah dibuat pada saat dinyatakan lulus sebagai CPNS Daerah Kabupaten Limapuluh Kota. “Jangan meminta nota pindah ke lokasi yang dekat, karena menjadi PNS adalah bentuk pengabdian kepada negara,” tegas Indra. Hal ini disampaikan kepala BKD sehubungan dengan persepsi selama ini bahwa setiap peserta Diklat Prajabatan pasti lulus. Padahal sebelum dinyatakan memenuhi syarat untuk diangkat menjadi PNS, seorang CPNS harus menjalani evaluasi untuk mendapatkan sertifikat lulus Diklat Prajabatan dan jika telah mendapatkan sertifikat tersebut, selanjutnya CPNS harus lulus tes kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit yang ditunjuk oleh Pemkab Limapuluh Kota. Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III ini merupakan amanat PP Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2002 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan dan Kepemimpinan di Jajaran Departemen Dalam Negeri dan Daerah, serta Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Sasaran Diklat ini adalah untuk mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan pengangkatan untuk menjadi PNS Golongan III. Untuk mengikuti Diklat Prajabatan ini, peserta diharuskan berstatus sebagai CPNS, berbadan sehat yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Dokter, memiliki umur yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta memperoleh surat penegasan dari instansinya. “Insya Allah, bagi peserta yang lulus Diklat Prajabatan Golongan III ini akan diangkat menjadi PNS pada bulan Oktober 2012,” pungkas Indra Nazwar. (wira/ yossarika)


8 Sinamar TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

C M Y K

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

Edisi Juli-Agustus No. 69/X/2011 1-15 Oktober 2012 | No. 86/XI/2012

GALERY

Gelar Adat dan Budaya Nusantara 2012 KABUPATEN Limapuluh Kota dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggara Gelar Adat dan Budaya Nusantara Tingkat Nasional Tahun 2012 yang dipusatkan di Medan Nan Bapaneh Tarantang, Kecamatan Harau, Senin (1/10). Kegiatan yang dibuka Dirjen PMD Kementerian Dalam Negeri Ir.Tarmizi A.Karim M.Sc itu berlangsung sampai Rabu (3/10). Selain seremoni pembukaan yang berlangsung sukses dan sangat meriah, Gelar Adat dan Budaya Nusantara Tingkat Nasional Tahun 2012 tersebut juga diramaikan penampilan aneka kesenian tradisional, baik dari akar budaya Minangkabau maupun dari akar budaya sejumlah daerah lainnya di Indonesia. Juga diselenggarakan pameran dengan menampilkan aneka adat istiadat dan budaya sejumlah kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota.(mamad)

Prosesi Penyambutan Tamu (f/her)

Pembukaan Gelar Adat dan Budaya Nusantara (f/her)

Sambutan Bupati Dalam Pembukaan Gelar Adat dan Budaya Nusantara (f/her)

Penyerahan e-KTP secara simbolis oleh Ir.Irman, M.Si (f/her)

Penyerahan Piagam Penghargaan TP-PKK oleh Ny.Vita Gamawan Fauzi(f/her)

Penandatanganan Naskah Kesepahaman Keberlanjutan Pilot Project Pelestarian Adat Istiadat dan Budaya (f/her)


Sinamar 9 TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

C M Y K

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

Edisi1-15 Juli-Agustus No. 69/X/ Oktober 2012 | No. 86/XI/2012 2011

GALERY

Sambutan Dirjen PMD Kemendagri Ir.Tarmizi A.Karim (f/her)

Pemkulan Canang oleh Ir.Tarmizi A.karim, Muslim Kasim dan Alis Marajo (f/her)

Penampilan Kesenian Tradisional (f/her)

Pembukaan Pameran Adat dan Budaya (f/her)


Sinamar TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

10

Edisi Juli-Agustus 69/X/2011 1-15 Oktober 2012 | No. No. 86/XI/2012

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

KABA RANTAU

Dua Srikandi Pangkalan Di Panggung Politik Riau “Di tengah posisinya yang sering termaljinalkan, perempuan mesti dihadapkan dengan tugas yang melekat dengan kodratnya seperti melahirkan yang terkadang taruhannya nyawa, membesarkan dan mendidik anak-anak, dan lainnya.” Iwa Sirwani mengaku tahu banyak terhadap nasib yang menimpa kaumnya. “Kadang kita tidak sampai hati melihatnya”, demikian Iwa membahasakan. Misalnya masih banyak perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual, KDRTKDRT, trafiking, dlsb. Sebagai seorang perempuan, menurut Iwa, ia bisa merasakan langsung betapa berat beban yang disandang oleh kaumnya, justru di tengah keterbatasan yang menyungkup mereka. Bertolak dari keprihatinan seperti itulah, sudah sejak lama Iwa menerjunkan diri untuk terlibat di dalam sejumlah organisasi perempuan, dimaksudkan untuk ikut secara langsung memberikan peran sesuai kapasitas yang dimilikinya, antara lain sering terjun dalam kegiatan pos yandu, dengan ikut secara langsung menimbang bayi atau berdialog dengan ibu-ibu. Atau, memberikan penyuluhan/sosialisasi undang-undang yang berkenaan tentang hak-hak perempuan dan perlindungan anak, memfasilitasi pembentukan PAUD, berbagai kegiatan sejenis lainnya dengan kegiatan-kegiatan kongrit seperti Hj.Iwa Sirwani Bibra, S.Sos (f/int)

Dra.Hj.Rosvanilda Zulher (f/int)

memberikan keterampilan melalui pelatihan-pelatihan untuk pemberdayaan

DARI sebanyak 55 anggota DPRD Provinsi Riau pada periode yang sedang

perempuan dalam segala aspek kehidupan, berkeluarga, bermasyarakat, dan

berjalan (2009-2014) yang berasal dari berbagai partai politik, setidaknya tercatat

bernegara.

dua figur yang berasal dari Kanagarian Pangkalan, Kecamatan Pangkalan Koto

Langkah kongrit yang bisa dilakukan untuk mengangkat harkat dan martabat kaum

Baru, Kabupaten Limapuluh Kota. Keduanya sama-sama bernaung di bawah

perempuan, menurut Iwa, adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan sumber

bendera Partai Golongan Karya (Golkar).

daya manusia (SDM) perempuan, peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

Kedua sosok dimaksud, yaitu Hj. Iwa Sirwani Bibra S.Sos. dan Dra. Hj.

wawasan melalui pendidikan formal maupun informal. “Kaum perempuan juga

Rosvanilda Zulher, konon berasal dari kenagarian yang sama, yaitu Pangkalan,

harus mendapatkan porsi yang memadai untuk duduk di lembaga-lembaga

tapi lahir dan besar di tanah rantau. Rosanilda sendiri, satu misal, disebut-sebut

pengambil keputusan dalam merumuskan kebijakan publik,” tandasnya.

sebagai saudara kandung Rifa Yendi, calon Bupati Limapuluh Kota 2011-2016

Sementara Os –panggilan Rosvanilda—berjuang mendapatkan kursi di lembaga

yang kalah dalam ajang Pemilukada Limapuluh Kota beberapa waktu lalu.

legislatif dimaksudkan untuk memberi sumbangsih bagi kepentingan orang banyak.

Kendati bernaung di bawah partai yang sama, Golkar, mereka masuk ke gedung

“Saya ingin mengabdikan diri secara tulus dan ikhlas untuk kepentingan

DPRD Riau di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru itu untuk menjadi wakil rakyat,

masyarakat,” katanya. Sebab, dalam pandangan Os, sebuah pengabdian yang

berasal dari daerah pemilihan (dapil) yang berbeda. Iwa, misalnya, terpilih menjadi

tulus diyakini akan memberi umpan balik tertentu. Kalau datangnya bukan dari

anggota DPRD Riau periode 2009-2014 dari Dapil Kota Pekanbaru, sementara

manusia, “Niscaya Tuhan akan memberikan imbalan yang memadai sesuai

Rosvanilda maju dari Dapil Kabupaten Kampar. Pada saat Pemilu Legislatif 2009,

pengabdian yang telah diberikan,” ucapnya.

suami Rosvanilda, yaitu Drs. H. Zulher MS, tercatat sebagai Sekretaris Daerah

Kalau kemudian pilihan Buk Os jatuh ke bidang politik, menurut perempuan yang

Kabupaten (Sekdakab) Kampar. Maju bersama Drs. H. Burhanuddin Husin dalam

sudah matang dalam berorganisasi ini, lebih dilatarbelakangi oleh satu pertimbangan

Pemilukada Kampar 2011, di mana Zulher membidik kursi wakil bupati, pasangan

bahwa politik merupakan satu bidang yang memungkinkan setiap orang masuk

ini dinyatakan kalah. Sejak beberapa waktu belakangan Zulher menduduki posisi

ke dalam sistem pemerintahan, baik di lembaga eksekutif, atau setidaknya terbuka

sebagai Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau.

peluang untuk duduk di lembaga legislatif sebagai wakil rakyat.

Apa yang menjadi garis perjuangan Iwa di lembaga legislatif? “Saya akan

Dijelaskan, dengan berada di dalam sistem, maka terbuka kesempatan untuk

memperjuangkan nasib kaum perempuan,” katanya. Menurut Iwa, dalam banyak

memperjuangkan apa-apa yang memang harus diperjuangkan. “Kita akan ikut

kasus, selalu saja perempuan yang menjadi korban atau malah sengaja dikorbankan.

dalam proses pengambilan keputusan,” begitu ia berdalih. Berbeda kalau berada

Tiap kali dikeluarkan kebijakan yang menyangkut kepentingan orang banyak, pada

di luar sistem, kalau pun ada agenda-agenda yang mendesak untuk diperjuangkan,

saat bersamaan perempuan sering berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

“Yang sering terjadi, apa yang kita suarakan sering ditelan angin.”

“Kita masih prihatin dengan nasib kaum perempuan, tidak terkecuali di Provinsi

Pada bagian lain Buk Os menjelaskan, dalam kapasitasnya sebagai makhluk sosial,

Riau”, ujar Iwa. Semisal pemerintah menaikan harga BBM, maka dengan sendirinya

ia ingin keberadaannya mendapat tempat tersendiri di tengah masyarakat. Cara

terjadi pergerakan harga barang-barang di pasaran. Praktis apa-apa yang hendak

untuk itu hanya satu: berbuat yang terbaik untuk masyarakat. “Saya yakin, kalau

dibeli menjadi mahal. Sementara di sisi lain, sang suami cenderung bersikap kaku

kita sempat memberikan pengabdian yang terbaik untuk masyarakat, niscaya kita

dengan tidak menambah jatah uang belanja. Iwa hendak mengatakan: “Perjuangan

akan merasakan kemenangan moral tersendiri,” ujar Buk Os.

untuk mengangkat harkat dan martabat kaum wanita masih memerlukan proses

Sebuah kemenangan yang tak bisa diukur dengan nilai-nilai yang bersifat bendawi.

yang panjang.” Padahal, di tengah posisinya yang sering termaljinalkan, perempuan

“Apalagi ajaran Islam yang kita anut juga mengajarkan tentang hubungan manusia

mesti pula dihadapkan dengan tugas yang melekat dengan kodratnya seperti

dengan Tuhan, dan hubungan antersesama manusia,” jelasnya. Hubungan

melahirkan yang terkadang taruhannya nyawa, membesarkan dan mendidik anak-

antarsesama manusia akan menjadi bernilai bila di antara sesama secara ikhlas

anak, dan lainnya. Sebagai individu yang banyak bergiat di organisasi perempuan,

memberikan sesuatu yang dimilikinya bagi kemaslahatan umum.(evi endri)


Sinamar 11 TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

Edisi 1Juli-Agustus 69/X/ 15 OktoberNo. 2012 | No. 86/XI/2012 2011

KEPENDUDUKAN Sukses Perekaman Data Kependudukan :

Bupati Terima Penghargaan Dari Kementerian Dalam Negeri

Penyerahan Penghargaan Atas Suksesnya Program e-ktp (f/her)

“Tim dari Disdukcapil bekerjasama dengan camat dan wali nagari telah turun ke lapangan untuk melakukan sosialisasi pentingnya mendatangi kantor Camat untuk melakukan perekaman data.” KARENA dinilai sukses melakukan perekaman data penduduk untuk program e-KTP alias KTP elektronik sesuai dengan target nasional sebelum 31 Oktober 2012, Kementerian Dalam Negeri memberikan penghargaan kepada Bupati Limapuluh Kota dr.Alis Marajo Dt.Sori Marajo, dan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Azfrizal Azis, SH atas keberhasilan tersebut. Penghargaan yang sama juga diberikan kepada Ketua DPRD Kabupaten Limapuluh Kota Darman Sahladi, SE,MM atas dukungan yang diberikan kepada pemerintah daerah dalam menyukseskan program e-KTP. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Cipil Kemendagri Ir. Irman M.Si dalam pembukaan Gelar

Adat dan Budaya Nusantara di Medan Nan Bapaneh Nagari Tarantang Kecamatan Harau, Senin (1/10). Pada kesempatan yang sama, Secara simbolis Kemendagri juga menyerahkan KTP Elektronik kepada Bupati Limapuluh Kota. Penyerahan KTP Elektronik ini sekaligus akan dilanjutkan dengan penyerahan KTP kepada Wajib KTP di 13 (tiga belas) kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota. “Perekaman data penduduk di Kabupaten Lima Puluh Kota telah dimulai sejak tanggal 10 April 2012 dan dilaksanakan secara serentak di 13 (tiga belas) kecamatan,” sebut Bupati di depan sejumlah undangan dari Kemendagri, anggota DPR RI, Wakil Gubernur Sumatera Barat, SKPD Provinsi dan Kabupaten Lima Puluh Kota, Bupati/ Walikota 19 (sembilan belas) daerah di Sumatera Barat, utusan dari delapan daerah penerima Pilot Project Pelestarian Adat dan Budaya, dan unsur masyarakat. Berdasarkan target dari pemerintah pusat, saat ini Kabupaten Limapuluh Kota telah berhasil melakukan perekaman data sebelum tanggal 31 Oktober 2012, yaitu batas waktu yang ditetapkan oleh pemerintah. Namun, diakui oleh Bupati Alis Marajo, pemerintah daerah melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil akan terus mengoptimalkan perekaman data di masing-masing kecamatan. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Limapuluh Kota Afrizal Aziz SH mengatakan bahwa kendala yang ditemui selama kegiatan perekaman data adalah keterlambatan informasi bagi masyarakat agar mendatangi kantor Camat untuk melakukan perekaman data karena letak geografis masing-masing daerah, masyarakat tidak pro aktif dan tidak menyadari pentingnya e-KTP, serta mobilisasi penduduk suatu kecamatan yang cukup tinggi. “Tim dari Disdukcapil bekerjasama dengan camat dan wali nagari telah turun ke lapangan untuk melakukan sosialisasi pentingnya mendatangi kantor Camat untuk melakukan perekaman data,” ungkap Afrizal Aziz, SH. Dalam sosialisasi itu, tim mengajak wali nagari mendata masyarakat yang belum terdata. Masyarakat yang belum terdata harus mengisi formulir F1.01, selanjutnya Disdukcapil akan melakukan entry data. Disdukcapil kemudian akan mendistribusikan data tersebut ke kecamatan, dan selanjutnya masyarakat telah dapat melakukan perekaman data untuk KTP Elektronik.“Hingga 31 Oktober 2012, masyarakat yang belum melakukan perekaman data tidak akan dipungut biaya untuk mendapatkan e-KTP. Namun jika telah melewati batas waktu, kemungkinan besar akan ada kebijakan dari pemerintah pusat,” ungkap Afrizal. Untuk itu, bagi masyarakat yang belum melakukan perekaman data untuk segera mendatangi kantor camat dengan membawa surat panggilan e-KTP atau pun Kartu Keluarga (KK) yang dikeluarkan oleh Disdukcapil. (yossarika)

dan Bukik Barisan. Sedangkan tiga kecamatan lainnya yang juga berada dikawasan blok M alias mudiak yakni Guguk, Mungka dan Payakumbuh hanya dilewati sambil melihat kondisi jalan, jembatan dan irigasi sepanjang perjalan safari tersebut. Perjalanan safari e-KTP yang bertepatan dengan 560 hari kepemimpinan Alis Marajo- Asyirwan Yunus sebagai Bupati dan Wakil Bupati periode 2010-2015, disamping bertujuan untuk menyaksikan langsung parstisipasi masyarakat dalam menyukseskan program nasional tersebut, juga dimaksudkan untuk melihat kondisi jalan dan jembatan di sepanjang

Peninjauan Pelaksanaan Perekaman Data e-KTP (f/her)

Tidak Setengah-Setengah PEMKAB Limapuluh Kota tidak mau setengah-setengah dalam pencapaian target e-KTP alias KTP (kartu tanda penduduk) elektronik. Berbagai cara dan upaya dilakukan agar bagaimana program tersebut tercapai sesuai dengan target yang digariskan. “Kita yakin, insya Allah akan tercapai,” kata Bupati Limapuluh Kota dr. Alis Marajo Dt. Sori Marajo, beberapa waktu lalu. Tidak sekadar menerima laporan dari bawahannya, Bupati Alis Marajo pun turun langsung ke lapangan untuk memantau pelaksanaan program tersebut. Pada Senin (28/5), Bupati yang dididampingi Kabid Jalan dan Jembatan Dinas PU Afrizal dan Kabag Humas dan Protokoler Setkab Limapuluh Kota Muhamad S, S.Pd beserta staf melakukan safari e- KTP pada 4 kecamatan sebagai tujuan utama.Kecamatan yang menjadi tujuan utama dalam rangka memonitoring pelaksanaan rekam data e-KTP tersebut, masing-masing adalah Kecamatan Akabiluru, Suliki, Gunung Omeh

ruas jalan yang dilewati. Pada empat kecamatan itu Bupati menyaksikan kesabaran dan kesadaran masyarakat dalam menunggu antrian pelaksanaan rekam data penduduk. Secara langsung juga mengetahui perkembangan atau kemajuan pelaksananaan perekaman data dapat berjalan lancar di masing-masing kecamatan. Dikatakan Bupati, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perekaman data 5-7 menit per orang sehingga dalam seharinya diperkirakan mampu merekam sekitar 300 data wajib KTP sehingga pelaksanaan e-KTP diharapkan selesai dalam waktu 3 sampai 5 bulan. Dalam monitoring tersebut Bupati juga meminta camat agar melayani masyarakat dengan ramah, sopan dan profesional serta selalu mensosialisasikan kepada masyarakat tentang e-KTP. Tidak hanya Bupati, Wakil Bupati Drs. Asyirwan Yunus M.Si. juga tidak kalah “nyinyir”-nya mengingatkan pentingnya semua kalangan di daerah ini untuk mensukseskan program e-KTP. “Program nasional e-KTP akan menjadi salah satu standar kinerja camat. Akan ada punishment dan reward terhadap Camat dan jajarannya dalam pelaksanaan e-KTP,” kataWabup. Namun Wabup juga menyadari pelaksanaan e-KTP bukanlah hal yang mudah. Karena itu, Wabup meminta para camat terus berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Limapuluh Kota, serta rapat koordinasi pelaksanaan e-KTP akan rutin dilakukan setiap 2 minggu sekali. Dalam arahannya, Wabup membahas empat hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung penerapan e-KTP. “Pertama, masalah peralatan pendukung e-KTP. Camat harus memberikan arahan kepada operator. Jika alat rusak, akan membutuhkan waktu untuk perbaikan. Ini tentu akan menghambat pelayanan perekaman data masyarakat,” ungkap Wabup. Kedua, camat harus memastikan pengamanan terhadap alat perekaman data. Alat harus ditempatkan di dalam ruangan yang dipasang teralis besi dan dijaga oleh dua orang petugas keamanan. “Program e-KTP akan menemui kendala-kendala. Di antaranya sarat dengan unsur politis,” ujar Wabup.(mamad)


Sinamar TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

12

Edisi Juli-Agustus 69/X/2011 1-15 oktober 2012 | No. No. 86/XI/2012

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

ADAT dr. Alis Marajo Dt. Sori Marajo Ketua LKAAM Kab. Lima Puluh Kota

Susunan Pasukuan di Luak Limo Puluah Koto (Bag 2) ISTILAH lain yang pengertiannya berbeda dengan konotasi Bahasa Indonesia Klasik banyak dijumpai, misalnya San-di (Tamil) adalah hubungan suatu hal dengan hal lainnya Prof Husain Naenar ahli bahasa Tamil dan Prof Khadri Anwar (Alm), jdi kisaknya kalimat “Adat Sandi Basandi” terjemahannya adalah bagaimana hubungan norma yang lainnya. “Adat” menurut Bapak Rasyid Manggis dalam bukunya mengatakan berasal dari A dan Dato artinya sesuatu yang tidak bersifat kebendaan, akan tetapi secara Empirik mengamati dialog adat yang dilakukan oleh para Ninik Mamak dalam acara ritus adat sebagai berikut: “Adat nan Ampek parakaro, nan partamo adolah baso jo basi, nan kaduo adolah sambah manyambah, nan katigo adolah siriah jo pinang dan kaampek adolah alue jo patuik”. Baso jo basi adalah menjalin hubungan psikologis dengan setiap orang, sehingga hubungan kontak psikologis dapat dilakukan dengan setiap orang. “Sambah manyambah” artinya bagaimana selalu adap menghormati pikiran orang lain walaupun dalamnya pikiran orang lain itu mungkin saja berbeda dengan pikiran kita, namun hubungan perasaan antara kita dengan orang lain tidak rusak atau mengalami hubungan kurang harmonis, selanjutnya siriah jo pinang, merupakan wujud dari tata cara penyampaian maksud tidak secara gambling dan ini adalah batas budaya yang membedakan orang Minangkabau dengan orang lain, yang keempat adalah hubungan patut artinya hubungan itu dilakukan secara rasional, artinya sesuai dengan konteksnya kita komunikasi dengan orang lain. Sehingga kesimpulannya adalah bahwa “Adat” itu adalah bagaimana menjalin komunikasi rasional dan efektif dan orang lain, atau selalu menjaga keseimbangan dan perasaan. Dengan demikian semakin terasa perlunya “Adat” bagai alat untuk sosialisasi diri bagi yang memahami adat Minangkabau. Sekaligus dapat kita pahami adagium adat yang mengatakan “adat sepanjang jalan, bapucuak sapanjang batuang”, diartikan bahwa menjalin komunikasi dengan orang lain perlu dibuat jembatan hati. Bahagian lain dapat pula kita pahami adagium adat yang berbunyi “adat dipakai baru, kain dipakai using”, artinya apabila hubungan dengan orang lain kita lakukan maka suasana pergaulan akan harmonis dan modern, jadi adat bukanlah suatu trdisi, akan tetapi merupakan identitas budaya yang menjadi cirri dalam pergaulan sehari-hari. 1. ADAT SANDI BASANDI Kalimat ini sudah sangat tua, banyak yang mengartikan bahwa hubungan tradisi ke Minangkabau satu sama lain saling mendasari, mungkin ini adalah pemahaman verbalisme dari kita yang mendengar istilah. Akan tetapi manakala kita tanyakan kepada ninik mamak di Minangkabau yang berda di nagari, maka dijawabnya berbeda dengan pengertian kita. Beliau ninik mamak itu menjelaskan, dengan misalan, dengan menyebutkan hubungan suatu ninik mama kantar dua nagari, misalnya Nagari-nagari Kecamatan Situjuah Limo Nagari: “Sako di Banda Dalam, Pusako di Situjuah Gadang, Puncak Bulek di Banda Dalam, Peti Bunian di Situjuah Gadang,” arti mengenai gelar sako adat yang tertinggi di –arasan ada di Banda Dalam, akan tetapi mengenai –ta (hutan, tanah, sawah dan sebagainya), maka kedudukan tertingginya adalah di Situjuah Gadang, maka kedua nagari ini saling berhubungan. Demikian juga misalnya urutan suku dalam satu kkelompok tidak boleh salah dalam penyesuaiannya: misalnya Koto jo Piliang, Tanjuang jo Payobada, Simabua jo Sipisang, Sikiumbang jo Pacancang, Bodi jo Caniago, Jambak jo Pitopang, Salo jo Kutianyie dan banyak lagi yang lain: kedua pasang suku ada yang kebesarannya adalah gelar sako, ada yang kebesaran adatnya adalah harta atau yang disebutnya sebagai “pusako”. Oleh karenanya arti “sandi” disini adalah hubungan yang bersifat menetap sehingga terlihat sekali bagaimana berfariasinya nagari-nagari itu dalam fungsi adatanya, tidak ada suatu nagari yang lebih tinggi statusnya daripada nagari lain, begitu juga suatu gelar sako “Datuk”, juga tidak ada Datuk disuatu Nagari lebih tinggi kedudukannya disbanding dengan datuk di nagari lain. Artinya yang selama ini kaum intelektual mengatakan sandi itu sama dengan sendi, ternyata bagi kaum penghulu di Minangkabau “Sandi itu tidak sama dengan sendi”.

nan Baraka, Dubalang na Mungkin dan Patut, Mualim yang tahu”, diadakan kesimpulanada empat nilai dasar adat Minangkabau itu yaitu: Budi (effektif domani), akal (kecerdasan social), mungkin dan patut, dan ilmu (pengetahuan). Jadi manusia yang beradap itu adalah manusia yang berbudi, berakal, mengenali mungkin dan patut (Rasional dan empirik), serta berilmu pengetahuan. Hal ini sudah dianut oleh masyarakat minagkabau sejak kedatangannya di pulau perca ini, yang Goethe penulis sejarah Asia Tenggara, pada abad ketiga Masehi bernama pulau Sebadiou. Bermacam-macam agama yang sudah mempengaruhi masyarakat Minangkabau ini sejak 500 tahun sebelum masehi, sebutlah agama majusi, hindu, budha. Semuanya itu menyebabkan masyarakat Minangkabau secara terpaksa menerimanya. Berbeda dengan islam yang telah lahir pada abad ke 6, abad ke 7 telah berkembang kedaratan Asia (sanghai), dan malah kekuasaan Bani Umayah telah berkembang sampai ke Muaro Sabak. Dan melalui sungai Kampar telah memasuki pedalaman Minangkabau Timur pada waktu itu telah sampai kke Kuntu sekaligus mendirikan kerajaan islam Syi’ah “kuntu Darusalam”. Islam mengajar Islam mengajar syarak nan ampek yaitu hakekat, tharikat, ma’rifat dan syari’at. Diperkenankan pula sahabat Rasulullah nan ampek Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Menurut cerita-cerita kuno kuntu ditaklukkan oleh raja-raja india yang beragama budha, akan tetapi aliran islam syi’ah mengungsi ke Taram Kabupaten Lima Puluh Kota. Kono kabarnya di Taramlah diperkenankan hubungan adat nan ampek dengan syarak nan ampek, yaitu bagaimana budi basandi hakekat, bagaiamana akal basandi tharikat, dan bagaimanpula mungkin dan patut basandi ma’rifat dan terakhir bagaimanapula ilmu basandi syari’at (ayat-ayat Alqur’an). Dari kenyataan ini maka kaum adat menerimanya dengan bahasa adat “kok syarak mangato mako adak mamakai”, dan akhirnya disingkat “syarak mangato adat mamakai, dan adat basandi jo syarak”. Selanjutnya bagaimana unsur-unsur syarak tadi dijelaskan dalam kitabullah inilah yang dimaksud oleh para ulama syarak basandi kitabullah. Mulai pada abad ke 7 itu pulalah semua mantera-mantera dukun diberi ujung berkat bagindo Rasulullah. Sebagai contoh kita pernah diajari oleh orang tua kita dikampung satu ilmu batin untk masuk kerimba supaya binatang buas seperti harimau menjauh dari kita bunyinya sebagai berikut: tara jati rajata, yafarati, yasaisati waiza wa jahak, barak baginda Rasulullah (do’a manyoga harimau). Banyak lagi hal-hal seperti itu yang diwariskan oleh orang tua-tua kita kepada anak cucunya. Begitulah caranya islam dianut oleh masyarakat kita pada saat islam mulai dianut oleh msyarakat Minangkabau. Maka kita berkesimpulan, bahwa Islamlah agama yang dapat memperkokoh adat Minangkabau itu. Berarti bukan agama yang lain, setelah dilihat dari perkembangan agama-agama yang pernah dianut oleh masyarakat Minangkabau tempo dulu atau zaman lampau. Jadi dengan demikian makna dari adat bersandi syarak adalah Islamlah agama yang memperkokoh adat Minangkabau dengan arti lain, adatnya bersumber dari cirri alam dan agama Islam. Islam masuk ke Minangkabau memang secara persuasive, oleh karena Islam itu memang diberi baju oleh Budaya penganutnya. (bersambung pada edisi mendatang)

2. ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH Sehubungan dengan penjelasan kita di atas tadi, akan dapatlah dipahami bahwa “adat basandi syarak”, adalah bagaimana hubungan nilai adat dengan nilai syarak yang diajarkan oleh agama islam. Menurut adagium adat Minangkabau, “penghulu nan babudi, Manti

Membangun Karakter Masyarakat Dengan Berlandaskan ABS SBK (f/int)


Sinamar TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

Edisi1-15 Juli-Agustus Oktober No. 201269/X/ | No. 86/XI/2012 2011

13

NAGARI Kenagarian Sialang

Berharap Harga Jual gambir Membaik Lagi

Nagari Sialang (f/int)

Ladang Gambir (f/joy)

“Tanpa ada perbaikan harga gambir, maka dipastikan tidak ada perbaikan kondisi perekonomian masyarakat di sini. Gambir telah menjadi segala-galanya bagi masyarakat.” WARTAWAN senior Fachrul Rasyid HF melukiskan dalam sebuah tulisannya di Harian Haluan Padang tentang kondisi Kenagarian Sialang di Kecamatan Kapur IX dengan kalimat: “Berkunjung ke Nagari Sialang dan Gelugur Kecamatan Kapur IX sungguh menggugah perasaan kemanusian dan nyali kepemerintahan,” tulisnya. Ditambahkan Fachrul, berkendaraan dari Pangkalan Kotobaru ke Muara Paiti, ibukecamatan Kabupur IX (34 km), terus ke Kotobangun dan Durian Tinggi (9 km) terbilang nyaman. Maklum, meski agak sempit jalan provinsi ini masih mulus. Namun dari Durian Tinggi ke Sialang (3 km) kondisinya mulai parah. Di sepanjang jalan roda kendaraan hanya menginjak sisa aspal dan genangan air di lobang yang mirip danau-danau kecil. Namun perjalanan berikutnya dari Sialang ke Gelugur melintasi daerah berbukit-bukit sejauh 24 km perlu ekstra hati-hati. Bukan hanya tanjakan dan turunannya tajam yang membuat gamang tapi kondisi jalannya pun amat parah. Sialang, sama dengan sebagian besar nagari-nagari di Kecamatan Kapur IX, sejauh ini masih tetap saja terkungkung dalam keserbaterbatasan, terutama akses jalan yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat. Keterbatasan infrastruktur jalan bukan hanya membuat masyarakat sulit mengembangkan kegiatan perekonomiannya, juga sulit berinteraksi secara sosial dengan masyarakat di kenagarian-kenagarian terdekat. Padahal Sialang tercatat nagari terbesar penduduknya dan paling potensial di Kecamatan Kapur IX. Nagari ini terkenal dengan produksi perkebunan gambirnya. Walaupun nagari ini berada di paling ujung ranah Minangkabau dengan tekstur pegunungan, tapi telah mencetak banyak putra-putri terbaik bangsa. Banyak putra daerah ini yang menduduki posisi penting baik di pemerintahan maupun swasta. Bahkan banyak juga yang merantau hingga ke Amerika dan Jerman. Kenagarian Bupati Alis Marajo menninjau pasar gambir (f/her) Sialang berada pada timur Sumbar atau pas di perbatasan Provinsi Sumatera Barat dan Riau , tepatnya 200-an km dari Padang . Selain memiliki potensi ekonomi berlimpah, di kenagarian itu juga terdapat sejumlah objek wisata alam yang cukup terkenal seperti ‘Pantai’ Lotna, Batang (sungai) Kapur, Ngarai Sialang, dan daerah perkebunan gambir yang indah seperti di Puncak. Objek wisata budaya berupa acara jalang-menjalang ninik mamak setiap tahun, acara anak nagari, membuka lubuk larangan, dan lainnya. Tapi, seperti dijelaskan di atas, yang menjadi tumpuan perekonomian masyarakat di sana adalah gambir, yang pernah mendapat julukan sebagai “emas cokelat” itu. Harga gambir yang sejak dua tahun terakhir bergerak di bawah angka Rp20.000/kg di tingkat pedagang pengumpul, membuat sebagian besar perekonomian masyarakat Sialang dalam kondisi keterpukulan yang amat berat. Maklum, dengan harga jual yang sebanyak itu, setiap keluarga yang menggantungkan nafkahnya dari perkebunan gambir, hanya mendapatkan penghasilan antara Rp300.000 sampai Rp400.000/pekan. Bisa apa dengan uang sebanyak itu untuk menghidupi keluarga, apalagi bila dihadapkan dengan harga barang-barang kebutuhan pokok di pasaran yang terus bergerak naik? Belum lagi keluarga yang sedang menyekolahkan anaknya, baik di tingkat menengah maupun tinggi. “Tanpa ada perbaikan harga gambir, maka dipastikan tidak ada perbaikan kondisi perekonomian masyarakat di sini,” ujar seorang tokoh masyarakat di sana. “Gambir merupakan satu-satunya harapan bagi kami untuk memperbaiki keadaan,” tambahnya lagi. Dijelaskan si tokoh masyarakat, sejumlah anggota masyarakat memang sudah pernah mencoba membudidayakan sejumlah komoditas perkebunan lainnya seperti kakao dan tanaman karet, “Tapi langkah itu tidak akan pernah melepaskan ketergantungan masyarakat di sini terhadap tanaman gambir,” ia menambahkan. Masyarakat Kenagarian Sialang, sama dengan masyarakat nagari-nagari lain di kecamatan bagian timur Kabupaten Limapuluh Kota itu, memang sebagian besar menggantungkan harapannya terhadap tanaman gambir. Untuk dan demi adanya ladang gambir sebagai motor penggerak ekonomi keluarga, masyarakat rela bekerja keras dan banting tulang. Gambir memang seolah-olah telah menjadi segalanya. Mereka menghabiskan waktu berada di hutan berhari-hari, berminggu-minggu, untuk membuka ladang gambir, yang tidak jarang di antaranya dengan melibatkan isteri dan anak-anak yang sudah bisa bekerja. Dengan modal kekuatan tenaga yang ada, mereka merambah hutan-hutan perawan untuk dijadikan ladang gambir. Setelah ladang gambir yang diimpikan ada, tugas selanjutnya yang tidak kalah beratnya adalah perawatan sampai tanaman gambir menghasilkan. Agar bisa menikmati nilai tambah dari ladang gambir yang dimiliki, setelah ladang gambir menghasilkan, tidak jarang pemilik ladang gambir menerapkan prinsip indak kamaangok kalua badan. Artinya, mulai dari proses penyiangan ladang gambir, proses produksi, sampai mengangkut hasil ke pusat-pusat pemasaran terdekat, sepenuhnya dilakukan oleh anggota keluarga si pemilik ladang. Mereka –yang tidak jarang terdiri dari suami, isteri dan anak— bermalam di ladang untuk melakukan proses produksi gambir, dan hanya pulang sekali dalam sepekan ke kampung. Jangan ditanya bagaimana beratnya serentetan pekerjaan pada proses produksi tanaman gambir, yang hampir kesemuanya menguras tenaga dan energi. Bekerja terhitung mulai dari pagi hari, dan terkadang baru berakhir pada tengah malam. Tapi, semua kepenatan dari serentetan pekerjaan pada proses produksi tanaman gambir menjadi lumer dan seakan hilang begitu saja manakala dihadapkan dengan tingkat harga yang memadai. “Taraso hilang panek-panek badan,” kata Jasril, 41, seorang petani gambir di sana. Langkah mereka juga seakan menjadi ringan bila harus kembali ke ladang untuk melakukan proses produksi lagi karena sudah terbayang hasil yang akan diterima. Seorang masyarakat di sana melukiskan dengan kalimat: “Kalau harga gambir membaik, banyak yang bisa menggantungkan hidup dari sana.” Dari tanaman gambirlah, satu misal, biaya pembangunan rumah-rumah permanen dengan arsitektur modern milik penduduk diambilkan. Belum lagi aneka biaya untuk pembelian aneka perabotan mewah yang teronggok elegan di dalamnya, termasuk juga barang-barang elektronik keluara terbaru. Komoditas gambir juga membuat sejumlah rumah memiliki sepeda motor sebanyak jumlah anggota keluarga di rumah itu. Komoditas gambir juga membuat sejumlah keluarga yang sejauh ini hanya mampu menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan menengah, tapi sekarang sudah tidak mengeluh lagi membiayai anaknya untuk menuntut ilmu di jenjang pendidikan tinggi. Bukan hanya satu, bahkan untuk beberapa anak sekaligus. Bersamaan dengan itu, juga harus menyekolahkan beberapa anak di jenjang pendidikan dasar. Tapi semua itu sekarang seakan sudah menjadi bagian dari masa lalu. Menyusul merosotnya harga gambir sejak sekitar dua tahun belakangan, praktis banyak yang berubah di Sialang dan nagari-nagari penghasil gambir lainnya. Tidak ada lain yang diharapkan masyarakat di sana kecuali harga gambir membaik lagi, agar mereka bisa merenda hari-hari ke depan dengan berbekal optimisme yang tinggi.(evi endri)


Sinamar TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

14

Edisi Juli-Agustus No. 69/X/2011 1-15 Oktober 2012 | No. 86/XI/2012

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

OLAHRAGA Porprov XII Sumatera Barat

Jadwal Tak Berubah, Tetap 12-12-12 Porprov XI melorot ke posisi XI. Di bagian lain, dala Rakor (rapat koordinasi) KONI Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) ditargetkan kontingen daerah itu merebut 21 medali pada Porprov XII Sumbar. “Kita optimistis targetkan medali sebanyak ini, karena melihat potensi atlit yang kita miliki pada masing-masing cabang olahraga (cabor) yang ada,” ungkap Ketua KONI Pessel, Novril Anas,

Zulhikmi (f/joy)

Indra catri (f/wr)

Suir Syam (f/dodi)

“Kabupaten Limapuluh Kota tetap bertekad berani. Kami siap dengan segala persiapan jadi tuan rumah. Semuanya kini kami pacu untuk tetap berjalan.” HINGGA saat ini, menyusul sejak disuratinya kabupaten dan kota di Sumbar, baru dua daerah yang mengirimkan kembali data nama atlet dan ofisialnya ke panitia Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XVIII di Kabupaten Limapuluh Kota. Hal ini membuat Panpel harus mengirim ulang surat ke daerah-daerah yang belum merespon. “Limapuluh Kota tetap bertekad berani. Kami siap dengan segala persiapan jadi tuan rumah. Semuanya kini kami pacu untuk tetap berjalan,” ujar Sekretaris Panitia Zulhikmi Dt Rajo Suaro. Data rekap atlet dan ofisial serta kontingen akan sangat berguna bagi kesiapan tuan rumah, terhubung ke semua bidang penyelenggaraan. Mulai dari kesiapan tempat, akomodasi, transportasi serta hal terkait lainnya. Tentunya, data ini harus segera diterima. Komitmen tuan rumah patut diacungkan jempol. Tekad tanggal 12 bulan 12 tahun 2012 tetap dimaktubkan. Kesibukan Limapuluh Kota dalam konteks pembangunan daerahnya, kini ditambah dengan kesiapan Porprov XII, menjadikan aktifitas berstatus luar biasa. Namun, selaku insan olahraga, Datuak Rajo Suaro bersama timnya mengaku siap sedia. “Seberapapun tenaga dan kemampuan kita, kita pacu. Kita, Limapuluh Kota harus siap sebab sudah komitmen dari kepala daerah kita, Bupati Alis Marajo Datuak Sori Marajo sejak empat tahun lalu. Pelaksanaan Porprov kita akan geber dengan semaksimal mungkin,” janji Zulhikmi yang Kadinas Budparpora Limapuluh Kota ini. Disamping siap secara penyelenggaraan, masyarakat terus diedukasi dan diberikan pengetahuan tentang arti pentingnya multi iven ini. Mulai dari keuntungan prestise daerah sampai dampak positif ekonomi kerakyatan yang akan diterima nantinya. Steering Comitte Porprov XVIII Sumbar di Limapuluh Kota ini, Syaiful SH MHum mengatakan bahwa tuan rumah patut diacungkan jempol. Keterbatasan dijadikan tuan rumah sebagai titik maju. Inilah yang menggembirakan bagi Sumatera Barat. Di sela kegembiraan Sumbar telah mencapai target meraih 12 medali emas di ajang PON XIII di Provinsi Riau, kini Sumbar akan melangsungkan alek olahraga besar pula. Ribuan orang akan datang ke Limapuluh Kota, ratusan juta uang akan dibelanjakan di kabupaten yang telah berusia 171 tahun ini. Meningkat 300 Persen Sejauh mana kesiapan daerah-daerah peserta? Kesiapan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Padang Pariaman mempersiapkan atlit Porprov XII Sumbar tak perlu diragukan. Sejak dilantik Juli lalu, mereka langsung bekerja keras. Sasaran jangka pendek adalah sukses mendulang prestasi pada ajang bergengsi dua tahunan tingkat provinsi di Limapuluh Kota. Pada ajang tingkat provinsi itu, kontingen Padang Pariaman menargetkan perolehan 69 medali emas, meningkat lebih 300 persen dibanding Porprov XI Sumbar 2010. Saat itu Padang Pariaman menempati rangking VII dengan capaian 23 medali emas. Namun, Ketua Umum KONI Padang Pariaman H Faisal Arifin Rangkayo Majobasa SIP menyatakan tidak mau gegabah menerima hasil rapat evaluasi itu. “Ini baru laporan secara umum,” katanya. Dijelaskan Faisal, sesuai kesepakatan pada ajang Porprov XII Sumbar itu KONI Padang Pariaman hanya akan mengirimkan atlit pada masing-masing cabor (cabang olahraga) yang dinilai prospektif mendulang prestasi. “Ini pilihan sulit sebenarnya, tetapi harus kita tempuh untuk memperbaiki prestasi dan peringkat Padang Pariaman pada ajang Porprov XII,” sambung Faisal. Sementara, Bupati Agam H. Indra Catri bertekad daerahnya mampu memperbaiki peringkat pada Porprov XII Sumbar. Indra mengaku, potensi untuk itu sangat memadai. Agam memiliki atlit dan pelatih handal. Sarana/ prasarana juga sudah lumayan. Tinggal lagi melakukan pembinaan dan latihan serius. “Kami berharap segenap pembina, pelatih, bersama pengurus cabang olahraga bekerja keras melakukan persiapan menghadang Porprov XII Sumbar 2012,” ujarnya. Dikatakan, kini Agam mulai mempersiapkan diri sebaik mungkin agar bisa tampil lebih baik dalam Porprov XII. Ia mengaku gembira dengan semangat pembina dan atlit Agam untuk bangkit, pasca kemunduran peringkat pada Porprov XI. Pada Porprov X Sumbar, Agam bertengger pada peringkat VII, namun pada

Menurutnya, dari beberapa cabor Porprov nanti akan ditargetkan, misal untuk cabor gulat ditargetkan 8 medali emas, aero sport 3 medali emas, takraw 3 medali emas, dayung 1 medali emas, catur 1 medali emas, balap sepeda 1 medali emas, pencak silat 2 medali emas, tarung drajat 1 medali emas serta judo 1 medali emas. “Target ini bisa saja lebih dari kita harapkan, tentunya tergantung pada masing-masing pengur us cabang olahraga mempersiapkan atlitnya untuk menghantarkan Pessel berprestasi pada Porprov nanti, kita terus memberikan semangat dan apresiasi kepada masing-masing pengurus cabang untuk terus meningkatkan kemampuan atletnya,” terangnya. Ditambahkanya, berdasarkan laporan yang diterima dari masing-masing pengur us cabor, iayakin akan mampu mer aih prestasi guna mengharumkan nama baik Pessel di tingkat provinsi. Selain itu pengurus cabor sudah melakukan berbagai kegiatan terhadap atlitnya masing-masing. “Sekarang masing-masing pengurus cabor telah melakukan berbagai bentuk kegiatan menghadapi Porprov XII di Kabupaten Limapuluh Kota. Terkait atlit kita akan utamakan putra daerah,” harapnya. Kontingen Kota Padang Panjang selaku runnerup Porprov XI Sumbar yang lalu, sudah barang tentu tidak tinggal diam. Buktinya, 26 cabang olahraga (cabor) mulai fokus untuk meraih prestasi. Setidaknya hal itulah yang menjadi motivasi bersama antara KONI dengan Walikota Padang Panjang, dr. Suir Syam M.Kes, Rabu (11/7/12), bertempat di ruang rapat VIP Balaikota setempat, semua pengurus KONI dan cabor dihadirkan untuk bersilaturrahmi. “KONI dan Cabang Olahraga yang berjumlah 26, telah melakukan berbagai persiapan menuju Porprov XII. Dan dari panitia tuan rumah, kita sudah dapatkan informasi, bulan Juli ini setiap daerah sudah wajib mendaftarkan diri untuk keikutsertaannya. Sedangkan di bulan Oktober nanti, masing-masing daerah melalui cabor, sudah mendaftarkan namanama atlet yang akan ikut,” demikian Zulkarnain, Ketua Umum KONI Padang Panjang. Terkait pendanaan mengikuti even besar itu, pria yang juga Dosen Universitas Andalas dan aktif di organisasi Muhammadiyah tersebut juga menjelaskan, masing-masing cabor sudah mengajukan anggaran, dan pengajuan itu telah melalui proses verifikasi KONI. “Dari semua anggaran cabang yang telah diajukan sebelumnya, setelah kita verifikasi, kita lanjutkan kepada pemerintah daerah melalui Dinas PPKAD,” jelasnya. Sementara itu, Suir Syam dalam arahannya menyatakan bahwa dengan keberadaan KONI sebagai induk olahraga yang telah berjalan secara mandiri, tentunya diharapkan akan lebih maju dari sisi prestasi dan pengelolaannya. “Persoalan dana mengikuti Porprov XII, kita sudah anggarkan dana hibah sebesar Rp 4 miliar. Dana itu sudah saya tandatangani, tinggal proses pencairannya melalui KONI dan Dinas PPKAD,” terang Suir Syam. Dari Payakumbuh diperoleh kabar, Ketua Umum KONI setempat, Yunir Yalri, mengakui mengakui kalau IMI juga salah satu andalan Payakumbuh merebut medali. Target Payakumbuh dalam Porprov nanti, merebut posisi lima besar, dengan sasaran 15 emas. “Cabang lainnya yang diandalkan Payakumbuh meliputi atletik, senam, renang, bola basket, bola voli, sepakbola, karate, tinju, tenis lapangan, menembak, kempo dan silat,” sebutnya. Kontingen tuan rumah Limapuluh Kota, kata Yunir, akan menjadi batu sanjungan Payakumbuh, untuk menggpai posisi lima besar itu. Tapi, dengan adanya tantangan itu, kian membuat KONI Payakumbuh makin terpacu untuk membenahi seluruh cabang olahraga menghadapi Porprov. “Bersama dinas terkait, Disparpora Payakumbuh, seluruh atlet dirangsang dengan sejumlah reward, jika mampu merebut medali,” katanya. (dody syahputra/***)


Sinamar TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

Edisi No.| No. 69/X/ 1-15 Juli-Agustus Oktober 2012 86/XI/2012 2011

SEKILAS INFO Bupati Sambut Tamu Dari Gianyar SARILAMAK – Rombongan pelaku adat Kabupaten Gianyar, Bali, yang dinamakan Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Kabupaten Gianyar, berkunjung ke Kabupaten Limapuluh Kota, Kamis (4/10), yang disambut Bupati Alis Marajo Dt. Sori Marajo beserta pemangku adat lainnya dan para kepala-kepala SKPD. Ini merupakan kunjungan balasan dari MMDP Gianyar atas kunjungan yang pernah dilakukan LKAAM Limapuluh Kota pada 2008 lalu. “Kunjungan itu juga dimaksudkan mencari perbandingan tentang keberadaan nilai-nilai kehidupan adat dan budaya suku di luar daerah Bali agar dapat dijadikan masukan yang cukup berharga dalam menata kehidupan adat dan budaya daerah Bali,” ujar Wakil Bupati Gianyar Dewa Made Sutanaya SH. Sebanyak 54 orang peserta tampak memenuhi aula Kantor Bupati, tempat diadakannya ramah tamah sekaligus tanya jawab budaya antara MMDP Gianyar dengan LKAAM Limapuluh Kota berikut pemerintah daerahnya. Sebelum acara ini berlangsung, pada 25 September yang lalu beberapa perwakilan dari MMDP Gianyar sudah melakukan penjajakan ke Limapuluh Kota demi suksesnya kelangsungan acara ini. Tamu yang hadir terkesima dengan penampilan tari Pasambahan yang disuguhkan oleh siswa-siswi Kabupaten Limapuluh Kota, berikut dengan alat musik tradisional yang dimainkannya dengan lincah. Ucapan terima kasih juga tidak lupa disampaikan oleh Alis Marajo atas kesediaan rombongan untuk berkunjung ke Limapluh Kota, tutur Bupati yang juga sekaligus menjabat sebagai Ketua LKAAM Kabupaten Limapuluh Kota itu. (mike)

Tukar Cindera Mata (f/her)

Keluhkan Kondisi Tanaman Kakao PANGKALAN – Sejumlah petani kakao di beberapa nagari dalam Kecamatan Pangkalan Koto Baru mengeluhkan kondisi tanaman kakao mereka. Selain pertumbuhan batangnya dinilai lambat, tanaman kakao yang dibudidayakan oleh sejumlah petani setempat tergolong lambat berbuah, dan kalau pun berbuah dipenuhi oleh semut dengan warna buah kehitam-hitaman. Menyusul kebijakan Pemkab Limapuluh Kota membudidayakan tanaman kakao di daerah itu, maka sejumlah petani di Pangkalan Koto Baru dengan kekuatan modal sendiri mencoba pula bertanam kakao. Lahan-lahan yang selama ini kosong secara perlahan ditanami dengan kakao. Banyak juga di antara petani yang menanam pekarangan rumahnya dengan tanaman kakao, begitu juga di areal-areal lainnya. Tapi, seperti dijelaskan oleh sejumlah petani, tanaman kakao yang mereka budidayakan tergolong mengalami pertumbuhan yang lambat, bahkan tidak jarang di antaranya kerdil. Begitu pun saat berbuahnya tanaman itu, juga tidak seperti yang diharapkan petani. Belum lagi kasus buah kakao yang tergolong kecil, selain masalah buah yang berwarna kehitam-hitaman dan dipenuhi oleh semut.(joy)

Petani Kakao (f/joy)

Sudah Mendarat Di Jeddah SARILAMAK – Sebanyak 275 JCH (jemaah calon haji) asal Kabupaten Limapuluh Kota pada Senin (24/9) lalu diinformasikan sudah mendarat di Jeddah setelah terbang dari Embarkasi Bandara Internasional Minangkabau, Padang. JCH Limapuluh Kota berada di kloter (kelompok terbang) awal asal Sumbar dengan Amirulhajj Wakil Bupati Drs. H. Asyirwan Yunus M.Si. Sebagaimana diketahui, untuk musim haji tahun 2012 ini jumlah JCH asal Limapuluh Kota mengalami penurunan dibandingkan dengan musim haji tahun sebelumnya. Kalau pada musim haji tahun 2011 JCH asal Limapuluh Kota tercatat sebanyak 300 orang, pada musim haji tahun ini hanya 275. Bupati Alis Marajo Dt. Sori Marajo minta pihak terkait menambah kuota JCH untuk tahun-tahun berikutnya. Dari 275 JCH asal Kabupaten Limapuluh Kota yang berangkat ke Tanah Suci pada musim haji tahun ini, rinciannya terdiri laki-laki sebanyak 121 orang dan perempuan 154 orang. JCH teruda tercatat atas nama Khairatul Wiza Binti Alwizar, berusia 19 tahun, yang berasal dari Kecamatan Guguak; sementara JCH tertua tercatat atas nama Baina Binti Rasyidin, berusia 81 tahun, dari Kecamatan Situjuah Limo Nagari.*** Pelepasan CJH Lima Puluh Kota (f/her)

Roda Mutasi Akan Bergerak Lagi? SARILAMAK - Kepala Bagian Humas dan Protokoler Setdakab Limapuluh Kota Muhamad S.Pd. mengatakan akan terjadi lagi mutasi dan rotasi atau roling jabatan di lingkup Pemkab Limapuluh Kota, kali ini untuk para pejabat Eselon III dan II. “Iya, kemungkinan akan terjadi lagi mutasi , rotasi atau promosi,” kata Muhamad. Menurut Muhamad, mutasi dan roling jabatan kali ini disebabkan se-jum-lah pejabat dan PNS (pegawai negeri sipil) di lingku-ngan pem-kab akan pensiun ta-hun ini sehingga ada jabatan-jabatan yang perlu diisi oleh pejabat baru. “Jabatan yang diting-gal-kan oleh pejabat yang pensiun tentu akan diisi oleh pejabat baru,” ungkap Muhamad. Selain itu, sejumlah pejabat sedang da-lam masa evaluasi kinerja selama me-n-jalankan jabatan. Kalau mereka berprestasi dalam menjalankan jabatannya selama ini, kemungkin dia juga akan mendapat promosi kejabatan esselon yang lebih tinggi. “Kepala Daerah melalui Baperjakat ( Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) selalu melakukan evaluasi terhadap jabatan PNS-nya, sehingga jabatan yang diamanahkan sesuai dengan kemampuan, pengalaman kerja dan skill yang dimiliki,”jelas Muhamad. Tapi, Kepala BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Pemkab Lima-pu-luh Kota Indra Nazwar mengaku belum berani memberikan ja-wa-ban atas se-jumlah pertanyaan yang me-nga-rah be-rapa pejabat yang akan pen-siun dan siapa bakal calon peng-gan-tinya. “Ka--lau itu per---ta-nyaannya saya belum bisa men-ja--wab-nya,” ungkap Indra me--ngelak, dan mengaku tidak mau mendahului Ba-perjakat.(afridel)

Pelantikan Pejabat (f/her)

15


Sinamar TABLOID LUAK LIMO PULUH KOTA

16

MEDIA ASPIRASI ANAK NAGARI

Edisi Juli-Agustus 69/X/2011 1-15 Oktober 2012 | No. No. 86/XI/2012

PROFIL

Dr.PRIMA NOVEKY SYAHRIR

(Kepala Dinas Kesehatan)

“Kalau seseorang sudah melakukan pekerjaan secara maksimal sesuai dengan bidang dan kompetensinya, uang akan mengikut dengan sendirinya. Allah SWT sendiri yang memberi jaminan tentang itu.” PADA dasarnya ia tidak memiliki ambisi yang terlalu Nofeki Syahrir, yang kini menjabat sebagai amanah (menjadi Kadiskes), ya, mesti saya menurut dr. Eki –begitu ia biasa dipanggil,ia puskesmas, terutama puskesmas yang banyak ditemui persoalan kesehatan, dan dari Ampang Gadang, VII Koto Talago, selain tingkat kesadaran masyarakat akan medis yang terkadang sudah melebihi dari kemampuan finansial yang memadai tertinggal, ia menambahkan, karena tidak jarang ada anggota masyarakat pun ada upaya, “Terkadang dengan mampu menjawab persoalan yang ada,” dibutuhkan kehadiran tenaga kesehatan. peran lain yang tidak kalah pentingnya lagi seharusnya menjalani kehidupan sesuai tahun ditempatkan sebagai dokter PTT negeri sipil) dan ditempatkan di sebelum dr. Eki diterima Eki, selama menjadi mengatasi yang PTT

berlebihan. “Jadi kepala puskesmas saja rasanya bagi saya sudah cukup,” kata dr. Prima Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Limapuluh Kota. “Tapi karena diberi jalankan dengan sepenuh hati dan rasa tanggung jawab,” katanya. Bukan apa-apa, baru merasa menjadi seorang tenaga kesehatan sejati bila ditempatkan di puskesmasberlokasi di kawasan yang tergolong tertinggal. “Karena di tempat-tempat seperti itu di tempat seperti itu pula tenaga kesehatan sangat diperlukan,” ujar pria yang berasal Kecamatan Guguk, itu. Berbeda dengan di kawasan perkotaan, menurut dr. Eki, pemeliharaan kesehatan rata-rata sudah membaik, ditambah lagi jumlah tenaga angka yang dibutuhkan; di sana sebagian besar anggota masyarakat sudah memiliki untuk membayar pelayanan-pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di kawasan berbagai keterbatasan terutama keterbatasan pengetahuan dan kemampuan finansial yang seakan membiarkan begitu saja sesuatu penyakit menggerogoti dirinya. Kalau jalan minta bantuan ke tempat-tempat yang tidak tepat, yang tentu saja tidak akan beber dr. Eki. Dalam konteks persoalan seperti inilah, tambah dr. Eki, sangat Selain berperan menangani penyakit yang diderita sejumlah anggota masyarakat, adalah memberi penyuluhan dan edukasi terhadap masyarakat tentang bagaimana dengan tuntutan pola hidup yang sehat. Itu pulalah yang dijalani selama sekitar tiga (pegawai tidak tetap) di Bengkulu, jauh sebelum dr. Eki diterima sebagai PNS (pegawai daerah asalnya. Dikatakan dr. Eki, selama menjadi dokter PTT di Bengkulu, jauh sebagai PNS (pegawai negeri sipil) dan ditempatkan di daerah asalnya. Dikatakan dr. dokter PTT di Bengkulu, ia merasakan betul pengalaman bergelut untuk ikut membantu persoalan-persoalan kesehatan masyarakat, terutama masyarakat kurang mampu bermukim di kawasan tertinggal. Bukankah orientasi kerja seperti itu jauh dari kemewahan finansial? Dokter Eki tidak menjawab pertanyaan itu secara gamblang. Ia hanya menceritakan, selama sekitar tiga tahun menjadi dokter di Bengkulu, hanya mampu menyisakan uang di tabungan sebanyak Rp300.000. “Banyak yang menilai saya sok idealis,” katanya. “Tapi saya tentu tahu apa yang terbaik yang akan saya lakukan, yang sesuai dengan tuntutan hati nurani saya.” Dokter Eki tidak menafikan perlunya uang untuk mempertahankan kelangsungan hidup, untuk agar tetap survive dalam kondisi apa pun juga. “Tapi saya pikir tidak baik menjadikan uang sebagai tujuan,” ia menambahkan. Dalam pandangan dr. Eki, kalau seseorang sudah melakukan pekerjaan secara maksimal sesuai dengan bidang dan kompetensinya, uang akan mengikut dengan sendirinya. “Allah SWT sendiri yang memberi jaminan tentang itu,” katanya.

Merakit Motor Merujuk ke belakang, dr. Eki sebenarnya tidak bercita-cita menjadi dokter. “Cita-cita saya ketika remaja dulu malah hendak menjadi sarjana teknik,” ia mengenang. Ketika masih duduk di bangku SMA 2 Padang Jurusan IPA, Eki kala itu malah membayangkan akan bisa merakit motor yang onderdilnya bisa dibeli di toko-toko. “Dorongan yang paling besar untuk menjadi dokter justru datang dari Ibu,” tambahnya. Syukur, Eki bisa masuk ke Fakultas Kedokteran (F-Dok) Universitas Andalas (Unand) Padang melalui jalur PMDK (penelusuran minat dan kemampuan). Mulai masuk ke F-Dok Unand Padang pada 1985, Eki menyelesaikan kuliah di fakultas yang tergolong favorit di Unand itu pada Juni 1992. “Orangtua, terutama Ibu, tentu saja bangga karena keinginannya agar saya menjadi dokter kesampaian,” sambung Eki. Tapi Eki tak ingin larut dengan kebanggaan karena sudah menyandang gelar dokter di depan namanya. “Saya pikir, kebanggaan seperti itu hanya semu belaka,” kata Eki yang kini sudah dikaruniai dua anak, buah perkawinan dengan perempuan yang juga bergelar dokter juga. Eki merasa, setelah sekian lama dibiayai untuk bersekolah di lembaga pendidikan formal, saatnya untuk membuktikan bahwa ia mampu mandiri, dan tidak selamanya tergantung dari orangtua. Jalan yang ditempuh Eki untuk membuktikan bahwa ia juga mampu mandiri tergolong nekad: ia merantau ke Jakarta dengan hanya bermodalkan uang Rp60.000 di kantong. Tidak ada sanak famili yang bisa ia temui di ibukota negara itu sebagai tempat sandaran pertama. Tekad Eki kala itu, apapun yang kelak terjadi di ibukota negara, dirinya harus mampu bertahan dengan dukungan uang sebanyak itu. Dari modal dasar uang di kantong Rp60.000, sesampai di Jakarta hanya tersisa Rp10.000 lagi karena Rp50.000 di antaranya sudah habis untuk ongkos kendaraan dan biaya selama di perjalanan. Bisa apa dengan uang yang hanya tersisa Rp10.000? “Sekali lagi, saya ingin melatih kemandirian dengan cara itu,” tambahnya. Eki berpikir, bila dihadapkan dengan kondisi yang amat sulit, biasanya otak dipaksa bekerja keras untuk bagaimana agar bisa keluar dari keadaan yang ada. Dugaan Eki benar. Di saat kondisi yang amat sulit sesampai di Jakarta, di mana uang tersisa di kantong hanya Rp10.000 saja, terbersit di pikirannya untuk menemui sejumlah alumni Unand yang membuka klinik 24 jam di sana. Alhamdulillah, Eki dinyatakan diterima bekerja di sana. Melayani rata-rata 10 pasien tiap hari, Eki mengaku saat itu menerima penghasilan sekitar Rp35.000/hari. Di saat mengabdi di klinik 24 jam di Jakarta itulah, SK (surat keputusan) untuk Eki menjadi dokter PTT di Bengkulu, keluar. Eki pun memulai tugas baru di Bengkulu, yang ia jalani selama sekitar tiga tahun terhitung sejak tahun 1992. Usai mengabdi sebagai dokter PTT di Bengkulu, Eki mengadu peruntungan dengan cara melamar di tiga perusahaan pengeboran minyak yang kesemuanya milik perusahaan asingdi Jakarta. Eki dinyatakan diterima di salah satu perusahaan. Tapi itu juga tidak lama dilakoninya. Terhitung sejak 1996, dr. Eki memilih menjadi CPNS (calon pegawai negeri sipil), dan ditempatkan di Suliki. Memang, terhitung sejak menjadi CPNS dan kemudian diangkat sebagai PNS, wilayah tugas dr. Eki tidak pernah beranjak dari kampung halamannya, Kabupaten Limapuluh Kota. Usai mengabdi di Suliki, misalnya, dalam rentang waktu 2001-2005 dr. Eki dipercaya menjadi Kepala Puskesmas Dangung-Dangung, dan dari tahun 2005 sampai 2008 menjadi Direktur RSUD (rumah sakit umum daerah) Suliki di Suliki, yang belakangan berganti nama menjadi RSUD Prof. DR. Darwis St. Bosa. Dinilai telah berpengalaman mengepalai sejumlah puskesmas, bahkan menjadi direktur RSUD, pada 2008 dr. Eki kemudian ditarik ke kabupaten, dan dipercaya menjadi Kepala Bidang (Kabid) Yankes (Pelayanan Kesehatan) di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh Kota, yang berkantor di Tanjung Pati, Harau. Setahun jadi Kabid Yankes, pada 2009 dr. Eki dimutasi mengepalai Kabid Pengendalian Kesehatan di dinas yang sama. Pada 2010, ketika Kabupaten Limapuluh Kota dipimpin pasangan Bupati Amri Darwis dan Wakil Bupati Irfendi Arbi, dr. Eki dikembalikan ke puskesmas dengan menjabat sebagai Kepala Puskesmas Situjuh. Saat duet kepemimpinan daerah ini berganti ke pasangan Bupati dr. Alis Marajo Dt. Sori Marajo dan Wakil Bupati Drs. H. Asyirwan Yunus, pada April 2011 dr. Eki dipercaya menjadi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Limapuluh Kota.(evi endri)

Merasa Enjoy

Dipercaya Bertugas Di Puskesmas

C M Y K


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.