Kho ping hoo

Page 276

memejamkan mata sebentar mengusir kepeningannya, lalu mengangkat muka memandang kakek yang berdiri didepannya sambil tersenyum itu. "Kau.... kau siapakah....?" "Anak baik, apakah benar namamu Han Swat Hong?" Swat Hong terbelalak lalu mengangguk. "Apakah kau datang dari Pulau Es?" Kembali Swat Hong terkejut dan terheran, akan tetapi untuk kedua kalinya dia mengangguk. "Kau.... kau siapakah....?" "Hemmm.... kalau begitu Ibumu adalah Liu Bwee dan ayahmu Han Ti Ong?" Swat Hong tak dapat menahan keheranan hatinya. "Bagaimana engkau bisa tahu?" kakek itu tersenyum, memperlihatkan mulut yang sudah tak bergigi lagi. "Mengapa tidak tahu kalau Han Ti Ong itu adalah cucuku?" "Ouhhh...!" Swat Hong terbelalak sebentar, kemudian cepat menjatuhkan diri berlutut. Kiranya dia berhadapan dengan Kongcouwnya (kakek buyut) yang pernah dia dengar telah meninggalkan Pulau Es sebagai seorang pertapa! Kini mengertilah dia bahwa kakek buyutnya ini telah menolongnya. "ha-ha-ha, kebetulan saja aku mendengar pemuda itu memanggil-manggilmu sehingga aku tertarik akan She Han yang diteriakkannya. Melihat engkau berada dalam bahaya, aku segera membawamu keluar dari guha ke tempat ini." "Saya menghaturkan terima kasih atas pertolongan Kong-couw... akan tetapi, di mana Suheng?" "Hemm, pemuda yang lihai itu, dia Suhengmu?" "Benar, Kong-couw, dia adalah murid Ayah." "Ahh, dia terlalu berbahaya keadaannya. Kau beristirahatlah di sini, pulihkan tenagamu, aku akan kembali ke sana dan melihat keadaannya." Swat Hong mengangguk dan kakek itu berkelebat pergi dari situ. Swat Hong merasa kagum sekali. Kakek buyutnya itu sudah tua sekali, tentu lebih dari seratus tahun usianya namun gerakannya masih demikian ringan dan cepat. Hatinya merasa lega melihat kakeknya itu pergi untuk menolong Sin Liong, maka dia lalu duduk bersila dan mengatur pernapasannya untuk memulihkan tenaganya. Samar-samar teringatlah dia akan peristiwa di dalam guha dan mukanya terasa panas sekali. Teringatlah dia betapa dia telah menjadi seperti gila di dalam guha itu, ketika suhengnya mengobatinya dan mengusir hawa beracun dari tubuhnya. Kalau dia membayangkan peristiwa itu..... betapa dia tanpa malu-malu memeluk suhengnya, menciumnya.... ah, dia bisa mati karena malu! Namun semua itu hanya teringat seperti dalam mimpi saja, bayang-bayang suram dan dia sendiri masih tidak percaya apakah peristiwa itu benar-benar terjadi, ataukah hanya dalam mimpi belaka? Kalau sungguh terjadi betapa malunya! Dan agaknya tidak mungkin dia berani melakukan hal itu, sungguhpun di sudut hatinya memang terdapat suatu kerinduan yang hebat terhadap suhengnya. Akan tetapi siapa tahu, di dalam guha yang aneh itu. Aihh, kalau benar-benar telah terjadi hal itu , betapa dia dapat bertemu muka dengan suhengnya? Karena pikiran dan hatinya tak pernah berhenti bekerja dan melamun, waktu berlalu dengan amat cepatnya sampai tidak terasa oleh Swat Hong bahwa kakek buyutnya telah pergi setengah hari lamanya! Baru dia sadar kembali dan teringat akan kakek ini setelah kakek itu datang kembali ke situ tahu-tahu sudah duduk di dekatnya, menghapus keringat dari dahi yang berkeriput itu. "Aihh...!" Kakek itu menarik napas panjang sambil memandang Swat Hong yang sudah membuka mata dan memandang kakek itu dengan penuh pertanyaan. "Bagaimana, Kong-couw? Mana Suheng?" Kembali kakek iru menarik napas panjang dan menggeleng-geleng kepalanya. "Mereka sungguh jahat, Suhengmu biar lihai tidak dapat melawan kelicikan dan kecurangan mereka. Suhengmu tertangkap dan.... terbunuh...." Sepasang mata itu terbelalak, mukanya pucat sekali. "Terbunuh? Suheng.... terbunuh....?" "Ya, dilempar ke dalam sumur ular...." "Aahhhh....!" Swat Hong menjadi lemas dan tentu akan roboh kalau tidak di sambar oleh kakek itu. Dara itu pingsan dengan


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.