A Neighbor to Others
examples
11
By Domenico Gregory Tukiman (Year 8), SPH Lippo Karawaci Jesus once said, “It is better to give than to receive.” I learnt this valuable lesson in practical form when I was introduced to the various Community & Service programs in SPH.
I
N the very first C&S program that I took part in, we went to visit a poor school and did some activities with the students there. It was located in Binong, small, run down and old. There, we were partnered up with Grade 2 students that would become our “buddies” for the rest of the year. I was partnered up with two interesting boys. One was Haerul, a small boy who prefers to be called Alung, who has Dora-like hair and very bad dental caries, and Handi, an even smaller boy who loves to eat fried chicken. After a few minutes of chit-chat, we then headed to the gym next door where we met up with the girls and played a game of dodge ball. The purpose was to have fun and bond with them. We went back to the school later where we translated English storybooks to Bahasa Indonesia for them while learning how to tell stories to little children. After that first visit, we did follow-ups with more visits to that school. In the subsequent visits, we played duck-duckgoose, parachute, sharks and minnows, a small game of mini soccer and some classroom activities such as coloring, drawing and word search games. I did all these with the same buddies I had on the first visit. Through this valuable experience, I felt very content and glad because I was able to help those children and spread a little joy. I had compassion towards them since they cannot get better education in a better environment due to their family condition. It moved my heart when I noticed some of them even have bigger dreams & goals than kids who are from wealthier families. Clearly, the circumstances and limitations of their families’ economic conditions do not prevent them from having those big dreams & goals. This opened my eyes and helped me to count my blessings, while motivating me to give my best in everything that I do. At the end of last semester, we did a big event which was held in an army base in Tangerang where we celebrated Christmas with street kids. There were a total of 2,000 people (adults and kids included)! It was awesome! We did a talent show for those people in which we sang songs, told them the real good news of Christmas, and played a drama on the story of Christmas. Afterwards, we took some kids and played tug-owar of them. In the last game, SPH students went against all the children that were at the tug-o-war
station. We lost but I believe we kept our dignity, since it was 60 against 12! The peak of the event was when we watched Santa Claus descend from the sky using a helicopter, bringing presents for all the little children! The kids were very delighted and ran towards Santa as soon as he came out of the chopper. Through it all, I learned through the C&S programs that the people not only benefit but we who serve benefit too. For one, they have helped me change, by realizing that the world is not only about me, that there are many others less privileged than me, who I need to reach out to and spread the love God has shown me. In short, I got the chance to practice love in action. A statement by a famous artist comes into my mind that sums up our C&S programs: “Service ... Giving what you don’t have to give. Giving when you don’t need to give. Giving because you want to give.” That is what Jesus had done for us and I believe it is what He wants us to do for others too.
Suatu kali Yesus berkata bahwa lebih baik memberi daripada menerima. Saya belajar hal yang berharga ini dalam bentuk yang praktis ketika saya diperkenalkan kepada berbagai program Community Service di SPH. Pertama kali terlibat dalam C&S Program tersebut ketika mengunjungi sebuah sekolah yang kurang mampu dan beraktivitas bersama para siswa di sana. Sekolah yang kecil dan tua yang berlokasi di Binong. Di sana kami bertemu dengan siswa-siswa kelas dua yang akan menjadi “teman sekerja” untuk sepanjang tahun. Saya berpasangan dengan dua anak laki-laki; yang satu bernama Haerul, bertubuh kecil, berpotongan rambut seperti Dora, gigiya banyak yang rusak, dan yang lebih ingin dipanggil Alung. Yang satunya adalah Handi, bertubuh lebih kecil lagi dan suka makan ayam goreng. Setelah beberapa saat bercakap-cakap, kami kemudian menuju ke lapangan olah raga di sebelah untuk bergabung bersama anak-anak perempuan dan bermain “dodge ball”. Tujuannya adalah lebih kepada ikatan persahabatan dan bergembira bersama. Kemudian kami kembali ke sekolah menerjemahkan buku cerita dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia untuk mereka ketika mempelajari bagaimana bercerita kepada anak-anak yang lebih kecil. Setelah kunjungan pertama tersebut, kami menindaklanjuti dengan kunjungan-kunjungan berikut ke sekolah itu., dimana kami bermain duck-duck-goose, parasut, ikan hiu, dan ikan-ikan kecil, suatu permainan kecil akan sepak bola mini, serta beberapa aktivitas kelas seperti mewarnai, menggambar, dan cari kata. Saya melakukan semua ini bersama kawan yang sama ketika kunjungan pertama. Melalui pengalaman berharga ini, saya merasa sangat puas dan gembira karena mampu untuk membantu anak-anak itu dan membagikan sedikit
kesukacitaan. Saya berbelas kasihan kepada mereka karena mereka tidak mampu mendapatkan pendidikan yang lebih baik di lingkungan yang baik karena kondisi keluarga mereka. Hati saya tergerak ketika memperhatikan mimpi dan cita-cita mereka, yang bahkan lebih besar dari anak-anak yang berasal dari keluarga lebih mampu. Secara jelas, kondisi dan keterbatasan dari ekonomi keluarga tidak merintangi mereka untuk memiliki mimpi dan cita-cita yang besar. Ini membuka mata dan membantu saya untuk menghitung berkat serta memotivasi saya untuk memberikan yang terbaik yang dapat saya berikan. Pada akhir semester, kami mengadakan acara besar yang diselenggarakan di markas tentara di Tangerang, dimana kami merayakan natal bersama anak-anak jalanan. Ada sekitar dua ribu orang (dewasa dan anak-anak). Luar biasa! Kami melakukan “talent show” kepada mereka, dimana dalam menyanyikan beberapa lagu, kami menceritakan kabar baik dari natal, serta bermain drama cerita Natal. Setelah itu, kami bersama beberapa anak bermain tug-o-war. Pada permainan terakhir, para siswa SPH melawan anak-anak tersebut di terminal “tug-o-war”. Kami kalah tetapi dengan martabat, mengingat enam puluh melawan dua belas! Puncak acara ketika kami menyaksikan Santa Claus turun dari langit dengan menggunakan helikopter, membawa hadiah untuk anak-anak kecil. Mereka sangat senang dan berlari menuju Santa pada saat keluar dari helikopter tersebut. Melalui itu semua, saya belajar melalui C&S program bahwa tidak hanya kami saja yang mendapatkan manfaat tetapi mereka pun memperoleh keuntungan. Salah satunya adalah mereka menolong saya untuk berubah, dengan menyadari bahwa dunia ini tidak hanya mengenai saya pribadi saja, tetapi ada banyak orang lain di luar sana yang kurang beruntung, dimana perlu untuk dijangkau dan kasih Tuhan dapat diberitakan. Singkat kata, saya mendapat kesempatan untuk mempraktekkan kasih dalam tindakan nyata. Suatu pernyataan dari artis terkenal timbul dalam pikiran saya untuk menyimpulkan C&S program: “Pelayanan … Memberikan apa yang tidak harus kamu berikan. Memberikan ketika kamu tidak perlu untuk memberi. Memberikan karena kamu ingin untuk memberi.” Ini yang Yesus lakukan bagi kita dan saya percaya inilah yang Dia ingin kita lakukan untuk sesama juga.