CAKRAM
CAKRAM AKHIR PEKAN, 30-31 JULI 2016
CAKRAM
AKHIR PEKAN, 23-24 JULI 2016
Cakram
PEDOMAN MAKASSAR | SABTU, 30 JULI 2016 AKHIR PEKAN, 30-31 JULI 2016
11 11 11 11
FOTO-FOTO: DOK. PSM ITB
Paduan Suara Mahasiwa ITB (PSM-ITB) saat tampil dalam acara 5th Florence International Choir Festival di Italia.
Paduan Suara Mahasiswa Berjaya di Eropa Kelompok Paduan Suara Mahasiswa Institut Teknologi Bandung dan Universitas Parahyangan menang di tiga kompetisi internasional di Eropa. Tempo Newsroom
K
abar membanggakan itu datang dari Hungaria. Kelompok Paduan Suara Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (PSM Unpar), Bandung, berhasil menjadi juara ketiga dari 18 peserta untuk kategori Chamber Choir dan juara kedua kategori Mixed Choir di Festival Paduan Suara Internasional Béla Bártok ke-27 di Debrecen, Hungaria. Dalam festival yang berlangsung pada 710 Juli lalu itu, konduktor Ivan Yohan juga dianugerahi Special Award atas kepiawaiannya memimpin PSM Unpar. Festival Béla Bártok merupakan salah satu kompetisi paduan suara tertua di dunia. “Kompetisi Béla Bártok adalah kompetisi paduan suara tersulit di Eropa. Kami harus melewati audisi rekaman dulu, semifinal, baru kemudian diundang datang ke Debrecen untuk tampil di final,” kata Ivan Yohan, konduktor dan pemimpin
PSM Unpar. Setelah dari Hungaria, PSM Unpar, yang beranggotakan 40 orang, kemudian terbang ke Spanyol. Di Negeri Matador itu, mereka mengikuti kompetisi dalam Festival Paduan Suara Internasional Habaneras & Polyphony ke-62 di Torrevieja, 18-24 Juli lalu. Di Torrevieja, mereka mendapat gelar kedua terbaik untuk kategori Polyphony dan juara ketiga kategori Habaneras, yaitu jenis lagu folk popular di Spanyol yang biasa dinyanyikan para pelaut ketika hendak bepergian. Mereka juga menyabet penghargaan Premio Francisco Vallejos untuk interpretasi habanera terbaik saat membawakan lagu berjudul Tú. Menurut Ivan Yohan, di Spanyol mereka wajib menyanyikan lagu-lagu Habaneras (musik folk Spanyol) dan Polyphony yang ditentukan oleh para juri kompetisi. Mereka membawakan A Mi Anoransa, El Ausente, dan Tú untuk kategori Habaneras. Sedangkan untuk kategori Polyphony,
Sejumlah penghargaan yang diraih Paduan Suara Mahasiwa ITB dalam acara 5th Florence International Choir Festival Italia.
mereka memilih membawakan karya-karya hasil gubahan konduktor Indonesia, yaitu Gloria Patri karya Budi Susanto Yohanes dan lagu daerah Yamko Rambe Yamko yang digubah oleh Ivan Yohan bekerja sama dengan Avip Priatna. Untuk mengikuti kompetisi di Hungaria dan Spanyol itu, PSM Unpar harus membawakan 35 lagu gubahan. “Kendala kami yang utama adalah padat-
nya jadwal dan banyaknya lagu yang harus kami siapkan sehingga stamina kami benar-benar diuji. Bahkan ada beberapa dari kami yang jatuh sakit, satu di antaranya harus masuk rumah sakit di Budapest, Hungaria,” ujar Ivan. Selain memperkenalkan lagu-lagu gubahan konduktor Indonesia, tutur Ivan, mereka mengenakan kostum karya desainer dalam negeri. “Kami menggunakan dua kostum, baju bodo
(pakaian tradisional Bugis) karya Deden Siswanto dan kostum desain campuran tradisional kontemporer karya Harry Ibrahim,” kata Ivan, yang juga konduktor SWARA Vocal Ensemble, kelompok paduan suara profesional yang berbasis di Brussels, Belgia. Tak hanya PSM Unpar yang berjaya di Eropa. Dalam waktu hampir bersamaan, Paduan Suara Mahasiswa ITB juga berhasil meraih juara pertama kategori Kelompok Paduan Suara Pelajar terbaik di Festival Paduan Suara Internasional ke5 di Florence, Italia. Para penonton di festival yang berlangsung pada 20-22 Juli lalu itu disuguhi sejumlah performa komposisi suara dari 42 mahasiswa ITB, dari komposisi O Primavera (Claudio Monteverdi), Ave Maria (gubahan Ivan Yohan), hingga Hentakan Jiwa gubahan Ken Steven. Sedangkan pada kategori folk, mereka menampilkan Ciao Bella Ciao (Ben Parry), Janger (gubahan Avip Priatna dan Agustinus Bambang Jusana), serta Yamko Rambe Yamko (gubahan Agustinus Bambang Jusana). Selain terpilih sebagai pemenang di kategori pelajar (Youth), PSM ITB mendapat penghargaan tambahan Best Italian
Composer Performance, Best Contemporary Arrangement, dan Best Costume. Keikutsertaan mereka dalam kompetisi di Florence itu merupakan bagian dari program ITB Cultural Tour, sebuah pergelaran kebudayaan Indonesia melalui seni tarik suara yang dilaksanakan setiap dua tahun. Tujuannya, memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional. “Melalui cultural tour ini, kami berharap dapat menorehkan prestasi di bidang seni budaya dan mengharumkan nama Indonesia di dunia paduan suara internasional,” kata Adi Nugroho, pemimpin kelompok PSM ITB. Sebetulnya, di balik prestasi gemilang kedua paduan suara mahasiswa itu, mereka dibayang-bayangi kekhawatiran menjelang ikut kompetisi. Yang membuat mereka waswas adalah masalah dana. Ivan Yohan dan Adi Nugroho sama-sama mengaku terpaksa menggalang dana sendiri untuk membiayai seluruh kegiatan, dari persiapan hingga bisa tampil di berbagai festival internasional. “Pihak universitas menanggung sepertiga dari total biaya yang kami butuhkan, selebihnya anggota kami harus bekerja keras menggalang dana,” ujar Ivan. Adi Nugroho mengaku sudah mengetuk pintu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta sejumlah pemerintah kota. Sayang, tidak ada satu pun yang berhasil membuka pintu. “Kami kemudian mendapat sedikit dana dari Pemerintah Kota Papua. Selebihnya kami menggalang dana dari universitas, crowd funding, konserkonser prakompetisi, dan sisanya terpaksa dari tabungan masing-masing anggota,” kata Adi. Selama ini, tutur Adi, 42 anggota paduan suara PSM ITB berlatih setiap hari sepanjang hampir satu tahun hanya karena kecintaan mereka terhadap kelompok paduan suara tersebut. “Kami latihan sukarela, tanpa konsumsi. Bahkan kostum untuk tampil pun kami mendesain dan membiayai sendiri,” ucap Adi. Para anggota PSM ITB juga mengurus segala persiapan sendiri, dari tiket hingga penginapan di luar negeri. “Sayangnya, paduan suara di Indonesia belum dianggap sebagai seni yang bisa dianggap serius. Padahal kami juga bisa membawa nama Indonesia ke dunia internasional, tidak hanya Rio Haryanto,” kata Adi seraya tertawa. ●