Tesis Sarni

Page 1

PENDAMPINGAN KONSELING PASTORAL TERHADAP MAHASISWA STT EFATA SALATIGA YANG MENGALAMI KRISIS PANGGILAN AKIBAT KEMATIAN IBU KANDUNG TESIS Diajuhkan Kepada Sekolah Tinggi Teologi Salatiga Program Studi Pastoral Konseling Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Teologi (M.Th)

Disusun Oleh: Sarni Nim: 18.213.103.2064

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA PROGRAM STUDI PASCA SARJANA PASTORAL KONSELING

SALATIGA

2021

i


PENDAMPINGAN KONSELING PASTORAL TERHADAP MAHASISWA STT EFATA SALATIGA YANG MENGALAMI KRISIS PANGGILAN AKIBAT KEMATIAN IBU KANDUNG TESIS Diajuhkan Kepada Sekolah Tinggi Teologi Salatiga Program Studi Pastoral Konseling Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Teologi (M.Th)

Disusun Oleh: Sarni Nim : 18.213.103.2064 Lembar Pengesahan Pembimbing I

Pembimbing II

Pdt. Dr. Bambang Sriyanto, M.Th. NIDN.2325116801

Pdm. Yefta Yan Mangoli, M. Th NIDN. 2322128801

Mengetahui, Direktur Pascasarjana

Pdt. Dr. Bambang Sriyanto, M. Th NIDN.2325116801 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA PROGRAM STUDI PASCA SARJANA PASTORAL KONSELING SALATIGA

2021

ii


PENDAMPINGAN KONSELING PASTORAL TERHADAP MAHASISWA STT EFATA SALATIGA YANG MENGALAMI KRISIS PANGGILAN AKIBAT KEMATIAN IBU KANDUNG TESIS Diajuhkan Kepada Sekolah Tinggi Teologi Salatiga Program Studi Pastoral Konseling Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Teologi (M.Th)

Disusun Oleh: Sarni Nim : 18.213.103.2064 Telah dipertahankan di depan tim penguji pada tanggal 6 September 2021 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Lembar Pengesahan Penguji I

Pdt.Dr. Noh Asbanu, M.Th NIDN.2320047001

Penguji II

Penguji III

Pdt. Dr. Adi Chandra, M.Th Pdt.Dr. Bambang Sriyanto, M.Th NIDN.2323058301 NIDN.2325116801 Mengetahui, Direktur Pascasarjana

Pdt. Dr. Bambang Sriyanto, M. Th NIDN.2325116801 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA PROGRAM STUDI PASCA SARJANA PASTORAL KONSELING SALATIGA

2021

iii


ABSTRAK Menjalani panggilan untuk menjadi seorang hamba Tuhan tentunya harus melewati berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang sering kali dialami oleh mahasiswa teologi dalam menjalani panggilannya ialah kematian orang tua kandung. Seperti yang dialami oleh mahasiswa STT Efata yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. Akibat dari kematian ibu kandung menyebabkan mahasiswa tersebut mengalami beberapa krisis seperti krisis rohani, sosial, emosi, yang sangat dalam dan ingin meninggalkan panggilannya menjadi seorang hamba Tuhan. Berkaitan dengan hal tersebut maka terdapat tiga rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian tesis ini, yaitu bagaimana krisis panggilan yang dialami oleh mahasiswa STT Efata akibat kematian ibu kandung? bagaimana pendampingan pastoral yang sudah diberikan kepada mahasiswa STT Efata yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung? bagaimana dampak pendampingan pastoral konseling terhadap mahasiswa Efata yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung? Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Pada penelitian ini, dilakukan dengan cara menentukan subyek penelitian, yaitu tiga orang mahasiswa di STT Efata yang mengalami kasus kematian ibu kandung. Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah observasi ke lapangan secara langsung dan melakukan wawancara semi terstruktur untuk mengetahui bagaimana pendampingan konseling pastoral terhadap mahasiswa STT Efata yang mengalami krisis akibat kematian ibu kandung. Oleh sebab itu dilakukan pendampingan untuk memulihkan krisis yang di alami oleh mahasiswa tersebut. Sebagai hasil dari upaya pendampingan konseling yang sudah dilakukan maka ketiga partisipan perlahan-lahan mengalami pemulihan. Dari kesimpulan penelitian ini maka dapat diketahui bahwa krisis panggilan yang di alami mahasiswa STT Efata Salatiga akibat kematian ibu kandung, merupakan peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Jika tidak diberikan pendampingan yang intensif, maka mahasiswa tersebut akan berlarut-larut dalam keadaan krisis yang berkepanjangan, bahkan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang salah dalam panggilannya menjadi hamba Tuhan. Ketiga partisipan memerlukan pendampingan konseling pastoral. Fungsi pendampingan konseling pastoral untuk menolong setiap partisipan melewati masa krisis dan kembali pada kehidupan yang normal. Oleh sebab itu dibutuhkan perhatian yang serius dari pimpinan STT Efata dan khususnya pimpinan asrama, dosen wali untuk melakukan pendampingan konseling pastoral secara intensif dalam menolong mahasiswa mengatasi krisis-krisis yang dialami akibat kematian ibu kandung. Kata Kunci: Pendampingan Konseling Pastoral, Krisis Panggilan, Mahasiswa Teologi.

iii


ABSTRACT

To fulfill the calling of becoming God’s servant certainly must go through many challenges One of the challenges that is often experienced by students of Theology as fulfilling his/her calling is the biological parents’ death. As experienced by STT Efata students going through critical calling due to the biological mother’s death. As the result of the biological mother’s death, some students experienced crisis such as spiritual, social, and emotional crisis. This crisis is so deep that they would leave their calling to do God’s ministry. As related to that subjects, in this thesis there are three questions of the problem, those are how is the crisis of calling experienced by STT Efata students due to the biological mother’s death? How was the assistance given to students who experienced a crisis due to the death of their biological mother, and how were the impacts of the assistance provided to students who experienced a call crisis due to the death of their biological mother. This study was conducted on three participants who experienced a call crisis due to the death of their biological mother. the three participants were students of STT Efata Salatiga, two male students and one female student. These three participants have the same problem, namely the death of the biological mother. In this study, the researcher used qualitative research methods through semi-structured interviews conducted on the three participants to obtain the intended data. From the results of the research conducted, it can be concluded that the critical calling experienced by STT Efata students due to biological mother’s death, is the subjects that needed some special attentions. If there are no intensive assistances, the crisis will last longer, even it can cause wrong decision making in Ministry. The three participants need pastoral and counseling assistance. The function of the assistance is to help every participant to go through critical time and can return to normal life. As for the role of pastoral counseling assistance carried out by guardian lecturers, the dormitory leadership can help the three participants to get through the grief they experience and be able to manage the crisis they are experiencing as the result of biological mother’s death. Key Word: Pastoral counseling assistance, Critical calling, theology students

iii


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: Sarni

Nim

: 18.213.103.2064

Program Studi : Master Teologi Judul Tesis : “PENDAMPINGAN KONSELING PASTORAL TERHADAP MAHASISWA STT EFATA SALATIGA YANG MENGALAMI KRISIS PANGGILAN AKIBAT KEMATIAN IBU KANDUNG.” Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah saya ajuhkan untuk memperoleh gelar Master Teologi di suatu perguruan Tinggi maupun di Sekolah Teologi. Juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis di acuh dalam literatur dan sumbernya disebutkan dalam daftar Pustaka. Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia menerima sangksi apabila dikemudian diketahui tidak benar.

Salatiga, 26 Agustus 2021

Sarni

iv


MOTTO “Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku”

(Mazmur 138: 3) “Ya Tuhan, apakah manusia itu sehingga Engkau memperhatikannya, dan anak manusia, sehingga Engkau memperhitungkannya?” “Mazmur 144: 3”

Doa keyakinanku adalah tak perlu berlari tetapi cukup berjalan dengan kesungguhan.

v


KATA PENGANTAR Segala puji syukur atas kasih dan rahmat Tuhan Yesus Kristus Sang Gembala Agung, yang telah memberikan anugerah keselamatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan tesis hingga saat ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian tesis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu melalui penulisan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamya kepada: 1. Yang terhormat Bapak dan Ibu Pdt. Dr. Surja Kusuma, D. Min, Selaku Pendiri dari Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga. 2. Yang Terhormat Bapak Pdt. Dr. David Hadi Wibisono, M. Th, selaku ketua Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkulihan dan menyelesaikan penelitian di STT Efata Salatiga sampai dengan selesainya Tesis ini. 3. Yang terhormat Bapak Pdt. Dr. Bambang Sriyanto, M.Th., selaku Direktur Pascasarjana, juga selaku dosen metodologi, serta selaku pembimbing 1 yang memberikan pengarahan dalam penulisan, hingga terselesaikannya Tesis ini. 4. Yang terhormat Bapak Pdm. Yefta Yan Mangoli M. Th, selaku pembimbing II yang membantu mengarahkan serta memberikan motivasi kepada penulis hingga terselesaikannya Tesis ini. 5. Yang terhormat seluruh dosen pascasarjana STT Efata Salatiga yang telah mendedikasikan ilmunya untuk kemajuan pelayanan dan penulis pada khususnya.

vi


6. Yang terhormat lembaga STT Efata Salatiga yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian terhadap ketiga mahasiswa yang menjadi subyek dalam penyelesaian Tesis ini. 7. Yang terhormat subyek 1 (S. U), subyek II (E. H), dan Subyek III (J. M), yang telah bersedia menolong dan meluangkan waktu menjadi sumber data dalam penulisan Tesis ini. 8. Yang terkasih Bapak dan Ibu Ardi Boas. S serta adik Jefri, Adik Elis, Adik Yuti dan adik Adelia yang selalu mendoakan dan mendukung penulis, sampai terselesaikannya Tesis ini. 9. Yang terkasih Bapak Obet Nego dan adik Hengky, adik Rusliadi dan adik Hastuti, yang selalu mendoakan dan mendukung penulis, sampai terselesaikannya Tesis ini. 10. Yang terkasih dan tercinta Sutidjo Justus Jerzak Nakmofa S. Th, yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi hingga terselesaikannya Tesis ini. 11. Yang terkasih teman-teman S2 yang memberikan saran dan masukan dalam kelas maupun saat dilapangan. 12. Yang terkasih teman seperjuangan, dalam perkuliahan dan penelitian Tesis, yang senantiasa memberi semangat, motivasi hingga penyelesaian penulisan Tesis ini. 13. Yang terkasih Desriang Zebua, S. Th selaku adik di rumah Rekesan Salatiga yang memberikan motivasi dan dorongan melalui tulisan: Ingat M.Th.

vii


14. Yang terkasih Pengurus dan seluruh pendidik paud Alam Efata Bersinar 1 Salatiga yang memberikan motivasi hingga terselesaikannya Tesis ini. 15. Yang terhormat Bapak-Ibu, saudara-saudari yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa selama penulis menempuh perkuliahan sampai penyelesaian tugas akhir. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tesis ini, karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis maka penulis mengharapkan saran dari semua pembaca, untuk Tesis ini.

Salatiga, 26 Agustus 2021

Sarni

viii


DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii ABSTRAK ........................................................................................................... iii SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv MOTTO .................................................................................................................. v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1 1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 11 1.3. Batasan Masalah .................................................................................................. 12 1.4. Rumusan Masalah ............................................................................................... 13 1.5. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 13 1.6. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 13 1.6.1. Manfaat Secara Teoritis ............................................................................ 13 1.6.2. Manfaat Secara Praktis ............................................................................. 14 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hubungan Antara Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga ..................................... 15 2.2. Tinjauan Teologis Tentang Krisis Panggilan ....................................................... 16

ix


2.2.1. Elia ........................................................................................................... 16 2.2.2. Yunus ....................................................................................................... 18 2.2.3. Panggilan Murid Tuhan Yesus ................................................................ 20 2.3. Panggilan Anggota Keluarga Menjadi Hamba Tuhan ......................................... 21 2.4. Pergumulan Panggilan ......................................................................................... 22 2.4.1. Pengertian Panggilan ............................................................................... 22 2.4.2. Panggilan Umum ………………………………………………………...23 2.4.3. Panggilan Khusus ..................................................................................... 25 2.4.4. Ciri Orang Terpanggil .............................................................................. 25 2.4.5. Tokoh-Tokoh Alkitab Yang Dipanggil ................................................... 26 2.4.5.1. Panggilan Musa .......................................................................... 26 2.4.5.2. Panggilan Yesaya ....................................................................... 28 2.5. Dukacita Akibat Kematian Ibu Kandung ........................................................... 29 2.6. Krisis Panggilan Akibat Kematian Ibu Kandung .............................................. 32 2.6.1. Pengertian Krisis ...................................................................................... 36 2.6.2. Macam-Macam Krisis .............................................................................. 37 2.6.3. Pengertian Krisis Panggilan ...................................................................... 40 2.7. Dampak Krisis panggilan Akibat Kematian Orangtua ...................................... 41

x


2.7.1. Krisis Rohani .............................................................................................. 41 2.7.2. Krisis emosional ......................................................................................... 43 2.7.3. Krisis Sosial ............................................................................................... 44 2.8. Pendampingan Konseling Pastoral Krisis Panggilan Akibat Kematian Ibu Kandung ............................................................................................................... 45 2.8.1. Pengertian Pendampingan Konseling Pastoral ........................................... 45 2.8.2. Fungsi Pendampingan Pastoral .................................................................. 48 2.8.2.1. Fungsi Membimbing (Guiding) ....................................... 49 2.8.2.2. Fungsi Menopang (Sustaining) ....................................... 49 2.8.2.3. Fungsi Penyembuhan (Healing) ...................................... 50 2.8.2.4. Fungsi Memulihkan Hubungan (Recorciling) ................ 51 2.8.2.5. Fungsi Memelihara/Mengasuh (Nurturing) .................... 52 2.8.2.6. Fungsi Mengutuhkan ....................................................... 53 2.9. Langkah-Langkah Konseling Krisis .................................................................. 56 2.9.1. Intervensi Langsung .......................................................................... 56 2.9.2. Mengambil Tindakan ......................................................................... 57 2.9.3. Membangun Harapan Dan Masa Depan Yang Positif. ..................... 58 2.9.4. Pemecahan Masalah Yang Terfokus ................................................. 58 2.9.5. Membangun Harga Diri .................................................................... 59 2.9.6. Menanamkan Rasa Percaya Diri …………………………………... 60 xi


2.10. Integrasi Teologi dan Psikologi dalam pendampingan Pastoral Konseling ........................................................................................ 61 KERANGKA BERPIKIR ................................................................................. 63 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ............................................................................................ 64 3.2. Lokasi Penelitian ............................................................................................. 65 3.3. Waktu Penelitian ............................................................................................. 66 3.4. Sumber Data .................................................................................................... 66 3.4.1. Data Primer ....................................................................................... 66 3.4.2. Data Sekunder ................................................................................... 67 3.5. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 67 3.5.1. Observasi .......................................................................................... 69 3.5.2. Wawancara ....................................................................................... 71 3.5.3. Pedoman Wawancara ........................................................................ 73 3.5.4. Trianggulasi ...................................................................................... 73 3.5.5. Wawancara Semi Terstruktur ........................................................... 74 3.6. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 75 3.7.Teknik Validasi Data ........................................................................................ 75 DAFTAR PERTANYAAN PEDOMAN WAWANCARA ............................. 75

xii


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pra Penelitian Dan Pelaksanaan Penelitian .................................................. 79 4.1.1. Menyusun Rencana Penelitian .............................................................. 80 4.1.2. Memilih Partisipan Penelitian ............................................................... 80 4.1.3. Menjajaki Lapangan .............................................................................. 80 4.2. Prosedur Analisi Data ...................................................................................... 81 4. 3. Hasil Penelitian ............................................................................................... 82 4.3.1. Karakteristik Partisipan 1 ............................................................... 82 4.3.1.1. Gambaran umum partisipan ............................................... 82 4.3.1.2. Laporan Wawancara dan Observasi Partisipan ............... 82 4.3.1.3. Hasil Wawancara ............................................................... 83 Tabel 1 Partisipan 1 ........................................................................ 83 Tabel 2 Partisipan 1 ........................................................................ 84 Tabel 3 Partisipan I ......................................................................... 89 Tabel 4 Partisipan 1 ........................................................................ 92 Tabel 5 Partisipan 1 ........................................................................ 94 Tabel 6 Partisipan 1 ........................................................................ 99 4.3.2. Karakteristik Partisipan II ............................................................ 104 xiii


4.3.2.1. Gambaran umum partisipan ............................................. 104 4.3.2.2. Laporan Wawancara dan Observasi Partisipan ............... 104 4.3.2.3. Hasil Wawancara ............................................................. 105 Tabel 1 Partisipan 2 ...................................................................... 105 Tabel 2 Partisipan 2 ...................................................................... 106 Tabel 3 Partisipan 2 ...................................................................... 111 Tabel 4 Partisipan 2 ...................................................................... 114 Tabel 5 Partisipan 2 ...................................................................... 116 Tabel 6 Partisipan 2 ...................................................................... 121 4.3.3. Karakteristik Partisipan III ........................................................... 127 4.3.3.1. Gambaran umum partisipan ............................................. 127 4.3.3.2. Laporan Wawancara Dan Observasi Partisipan ............... 127 4.3.3.3. Hasil Wawancara ............................................................. 128 Tabel 1 Partisipan 3 ...................................................................... 128 Tabel 2 Partisipan 3 ...................................................................... 129 Tabel 3 Partisipan 3 ...................................................................... 135 Tabel 4 Partisipan 3 ...................................................................... 138 Tabel 5 Partisipan 3 ...................................................................... 141

xiv


Tabel 6 Partisipan 3 ...................................................................... 148 4.4. Interprestasi Hasil Penelitian ......................................................................... 153 Partisipan 1 .......................................................................................................... 153 1). Temuan Data Dan Analisis Data Tentang Perasaan Dukacita Yang Di Alami Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung .............................................. 153 2). Analisis Data Tentang Krisis - Krisis Yang Di Alami Partisipan S.U Akibat Kematian Ibu Kandung .......................................................................... 155 3). Temuan dan analisis wawancara semi terstruktur Pendampingan Konseling Pastoral terhadap Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung ......... 160 4). Temuan dan analisis data Hasil Pendampingan Konseling pastoral Partisipan 1 Akibat Kematian Ibu Kandung ...................................................... 164 Tabel 5 Trianggulasi Partisipan 1 ............................................................. 167 Tabel 6 Trianggulasi Partisipan 1 ............................................................. 171 Partisipan 2 ............................................................................................... 174 1). Temuan Data Dan Analisis Data Tentang Perasaan Partisipan 2 ........ 174 2). Analisis Data Tentang Krisis- Krisis Yang Di Alami Partisipan 2 ..... 176 3). Temuan Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan 2 .................... 182 4). Analisis data Hasil Pendampingan Konseling pastoral Partisipan 2 ... 186 Tabel 5 Partisipan 2 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 2 ... 190

xv


Tabel 6 Partisipan 2 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 2 .... 193 Partisipan 3 .................................................................................................. 196 1). Temuan Data Tentang Perasaan Dukacita Partisipan 3........................ 196 2). Analisis Data Tentang Krisis Yang Di Alami Partisipan 3 Akibat. .... 198 3) Temuan Data Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan 3 ............. 205 4). Temuan Hasil Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan 3 .......... 209 Tabel 5 Partisipan 3 .................................................................................... 214 Tabel 6 Partisipan 3 .................................................................................... 218 4.5. Hasil Analisis ................................................................................................. 221 Partisipan 1 .................................................................................................. 221 Partisipan 2 .................................................................................................. 224 Partisipan 3 .................................................................................................. 226 4.6. Pembahasan Data Penelitian 4.6.1. Perasaan dukacita yang di alami partisipan ..................................... 228 4.6.2. Krisis yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung ........ 231 4.6.2.1. Krisis Rohani ....................................................................... 231 4.6.2.2. Krisis emosi yang di alami partisipan ................................. 234 4.6.2.3. Krisis Sosial yang di alami partisipan ................................ 236 4.6.2.4. Krisis panggilan yang di alami partisipan .......................... 239 4.6.3. Pendampingan terhadap krisis ........................................................ 243

xvi


4.6.4. Krisis rohani ................................................................................... 243 4.6.5. Krisis Emosi ................................................................................... 244 4.6.6. Krisis Sosial .................................................................................... 244 4.6.7. Krisis Panggilan .............................................................................. 244 4.6.8. Hasil Pendampingan yang diberikan kepada ketiga partisipan ....... 245 4.6.8.1. Krisis rohani ....................................................................... 245 4.6.8.2. Krisis Emosi ....................................................................... 247 4.6.8.3. Krisis Sosial ......................................................................... 248 4.6.8.4. Krisis Panggilan .................................................................. 250 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 253 5.1.1. Krisis yang di alami ketiga partisipan ............................................. 253 5.1.2. Pendampingan konseling pastoral yang diberikan kepada ketiga Partisipan .................................................................................................... 255 5.1.3. Hasil pendampingan konseling pastoral terhadap mahasiswa yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung ................................ 257 5.2. Saran ................................................................................................................ 260 5.2.1. Secara Teoritis ................................................................................... 260 5.2.2. Saran Praktis ..................................................................................... 260

xvii


5.2.3. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................................ 261 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 263 LAMPIRAN ................................................................................................ 267 SURAT IJIN PENELITIAN KARTU BIMBINGAN

xviii


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Lembaga pertama yang dibentuk Allah dalam dunia ini yaitu keluarga yang dapat memberikan keturunan untuk melaksanakan kehendak Allah di muka bumi dan manusia juga diberikan oleh Tuhan tugas yang mulia yaitu menjaga dan merawat ciptaanNya. Salah satu tujuan dari keluarga ialah untuk menggenapi rencana Allah bagi manusia yakni beranak cucu dan bertambah banyak, serta berkuasa atas segala sesuatu yang telah Allah ciptakan dibumi (Kejadian 1: 28). Lynn White Jr. mengatakan bahwa “Allah memberikan manusia tugas yang Ilahi yaitu beranak cucu dan bertambah banyak, berkuasa atas segala sesuatu yang telah Allah ciptakan serta menjadi wakil Allah dalam memelihara, merawat keutuhan ciptaaan Allah di bumi.”1 Dengan demikian dapat dipahami bahwa keluarga merupakan sarana pertama yang Allah rancangkan untuk mengembangkan keberadaan manusia dibumi serta memelihara dan merawat seluruh ciptaan Tuhan. Adapun yang dimaksud dengan keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah “keluarga inti atau batih yang terdiri dari, Ayah, Ibu beserta anak di mana memiliki hubungan darah, atau keluarga seisi rumah.”

2

Pengertian ini

memberikan gambaran bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah kumpulan

1

Lynn White Jr. The Historical OfOr Ecological Crisis, pada www.zbiee/iwhite (diakses pada hari kamis 1 Oktober 2020 Pkl.15.26 2 Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Kempat, (Jakarta: Gramedia, 2008).

1


sekelompok orang yang memiliki ikatan hubungan darah yang tinggal dalam satu rumah. Sedangkan Ki Hajar Dewantara, mengemukakan keluarga adalah: “Keluarga berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga. Didalam bahasa Jawa kuno kawula berarti hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara keseluruhan. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu.3 Jadi berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat dipahami dengan jelas bahwa keluarga dapat didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan darah yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang merupakan lingkungan pertama. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat penting bagi perkembangan diri dan hubungan sosial emosional dalam kehidupan setiap individu. Karena melalui keluarga maka seseorang akan merasakan hubungan yang erat dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya, terutama hubungan antara orang tua dan anak. Seperti yang diungkapkan oleh BR. Agung Prihartana, MSF bahwa “Kewajiban dan tanggung jawab mendidik anak ini merupakan suatu kenyataan alamiah, yang tidak bisa dipungkiri dan dihindari oleh setiap pribadi sebagai orang tua. Orang tua adalah pribadi pertama yang mempunyai kesempatan memperkenalkan realitas hidup duniawi kepada anak-anak dan sekaligus sebagai pendidik pertama yang mengajarkan kebenaran. 4 ungkapan ini memberikan pemahaman bahwa kewajiban dan tanggung jawab adalah hal alamiah

3

Abu & Nur. Psikologi Perkembangan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), Hal.176 BR. Agung Prihartana, MSF, Pendidikan Iman Anak Dalam Keluarga kawin Campur Beda Agama, (Yogyakarta: Kanesius, 2008), Hal.21 4

2


yang harus dilakukan oleh orangtua dalam memperkenalkan realita hidup kepada anak sekaligus sebagai pendidik pertama. Oleh karena itu orang tua memiliki kesempatan untuk mengajarkan hal-hal yang positif yang dapat membangun dirinya sendiri dan bagi sekelilingnya serta dapat memiliki karakter yang berkenan kepada Allah. Kehadiran seorang anak dalam keluarga merupakan Anugerah yang Tuhan berikan kepada pasangan suami istri. Kedua orang tua memiliki peran penting dalam mendidik dan membimbing dengan benar selama masa pertumbuhan seorang anak, dan orang tua dapat memberikan pendidikan kharakter sedini mungkin. Selain memberikan nilai-nilai pengajaran yang ditunjukkan melalui cara bersikap, berperilaku, dan bertindak untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Melalui kehadiran anak dalam keluarga, maka setiap orang tua memiliki tugas dan tanggungjawab dari Tuhan untuk mengasuh dan membimbing anaknya menuju pada kedewasaan secara holistik. Kedewasaan yang secara holistik sangat berdampak bagi Pendidikan karakter yang baik, oleh karena itu pola asuh orang tua terhadap anak semasa kecil, menjadi batu pijakan sampai anak tersebut menjadi dewasa. Adapun terbentuknya suatu karakter tidak semudah membalikan telapak tangan, memerlukan proses yang relative lama dan terus menerus. karakter seseorang dibentuk melalui pendidakan karakter. Pendidikan karakter yang utama dan pertama bagi anak adalah lingkungan keluarga. Didalam lingkungan keluarga, seseorang akan mempelajari dasar-dasar perilaku yang penting bagi kehidupannya kemudian. Karakter dipelajari anak melalui model para anggota keluarga yang ada disekitar terutama orang tua. Maksudnya model perilaku orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan dipelajari dan ditiru oleh anak. Orangtua sebagai lingkungan terdekat yang selalu mengitarinya dan sekaligus menjadi figur idola anak yang paling dekat. Bila anak melihat kebiasaan baik dari orang tuanya maka

3


dengan cepat mencontohnya, demikian sebaliknya bila orang tua berperilaku buruk maka akan ditiru perilakunya oleh anak-anak meniru bagaimana orang tua bersikap, bertutur kata, mengekspresikan harapan, tuntutan, dan kritikan satu sama lain, menanggapi dan memecahkan masalah, dan mengungkapkan perasaan dan emosinya.5 Memperhatikan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa perilaku yang baik dari linkungan keluarga akan membawa dampak yang baik bagi perkembangan seseorang, demikian juga sebaliknya. Adapun salah satu upaya yang dilakukan untuk membentuk karakter seseorang yang baik yakni dengan pendampingan orang tua yang lengkap dan utuh memberikan dukungan berbentuk pola asuh yang tepat di dalam mendidik seorang; Dalam temuan penelitian King, Boyd dan pragg pada tahun 2017 yang menemukan bahwa: Remaja yang tinggal dengan dua orang tua biologis memiliki tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan remaja yang tinggal dengan keluarga tiri. Orang tua dan anak adalah ikatan kasih sayang yang tidak dapat dipisahkan dengan mudah, karena sejak kecil kedua orangtua memberikan kasih sayang yang tumbuh dalam keluarga, karenanya anak akan lebih merasa tidak lengkap ketika salah satu dari ayah atau ibu pergi dari kehidupannya. Ketika anak mengalami kehilangan salah satu dari orang tuanya maka anak tersebut akan mengalami beberapa masalah seperti; sedih, kehilangan rasa nyaman, marah, menyalahkan Tuhan, Kesehatan terganggu serta hal-hal yang tidak di duga bisa terjadi. 6 Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa seorang anak karena hubungan biologis, akan dapat merasakan kebahagiaan, kesejahteraan yang tinggi ketika hidup dengan kedua orang tuanya. Karena hubungan dan ikatan sebagai seorang anak dan orang tua tidak mudah dipisahkan karena sejak kecil memiliki keterikatan

5 Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta: PT ELex Media Komputindo, 2014), 6 Ni’ Matuzahroh, Aplikasi Psikologi Di Sekolah: Teori dan praktik dalam memahami masalah-masalah Di Sekolah, (Malang: UMM Pres, 2019), 73

4


kasih sayang yang erat. Hal yang paling sulit adalah saat seseorang kehilangan salah satu orang tuanya, maka seseorang tersebut dapat mengalami; sedih, kehilangan rasa nyaman, menjadi marah, menyalahkan Tuhan, dan kesehatan terganggu. Hal ini dapat membawa seorang anak kepada krisis- krisis tertentu. Webster mendefinisikan kata krisis dalam buku H. Norman Wright sebagai: suatu “masa yang gawat atau krisis sekali” dan suatu titik balik dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Suatu krisis biasanya meliputi hilangnya kemampuan untuk mengatasi selama sementara waktu.7 Jadi dapat dipahami bahwa krisis adalah suatu keadaan yang tidak stabil karena tekanan masalah yang dihadapi. Dampaknya memberikan faktor yang tidak baik seperti; masalah yang terlalu besar atau hebat, masalah yang tidak serius pun dapat berubah menjadi masalah yang hebat serta merupakan masalah yang terjadi pada waktu dalam keadaan rentan ketika orang tersebut tidak siap untuk masalah yang sedang dihadapi. Masalah-masalah yang sedang dihadapi merupakan hal yang membutuhkan perhatian atau proses penyelesaian, sehingga masalah tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Masalah bisa timbul dari dua sumber yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang yaitu masalah dari dalam diri seseorang maupun masalah dari luar diri seseorang. Masalah dari diri seseorang dapat diselesaikan dengan meningkatkan kepercayaan diri seseorang serta senantiasa mau belajar dari lingkungan keluarga, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya dalam meraih kesuksesan yang diinginkan. Sedangkan masalah dari luar terdapat banyak

7

H Norman Wright, Konseling Krisis; Membantu Orang Dalam Krisis Dan Stres, (Gandum Mas. Malang, 2006), 11.

5


sekali yang tidak dapat dihitung satu demi satu karena banyaknya masalah dari luar yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang bahkan bisa membawa seseorang kepada krisis- krisis tertentu. Salah satu masalah yang berat dari luar adalah masalah yang dihadapi seseorang yaitu kehilangan orang tua kandung khususnya ibu kandung. Kematian dan kehilangan merupakan bagian yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Kematian merupakan fakta hidup, setiap manusia di dunia ini pasti akan mengalami kematian. Kematian tidak hanya dialami oleh kaum usia lanjut, tapi juga oleh orang-orang yang masih muda, anak-anak bahkan bayi. Seseorang dapat meninggal karena sakit, usia lanjut, kecelakaan, dan sebagainya. Peristiwa kematian diawali dengan bereavement, yaitu suatu kehilangan karena kematian seseorang yang dirasakan dekat dengan yang sedang berduka dan proses penyesuaian diri kepada kehilangan. Seseorang yang mengalami bereavement wajar apabila ia mengalami grief. grief adalah respon emosional yang dialami pada fase awal berduka. Sebagian besar remaja yang mengalami ketiadaan ibu pada usia 11 tahun sampai dengan 21 tahun (usia remaja) justru mengalami masalah emosi (merasa kesepian, merasa kesedihan, merasa tidak punya masa depan, merasa gagal, bimbang, tidak fokus, mau menyerah, serta merasa kurang diperhatikan). Peristiwa kematian bagi remaja akan lebih buruk lagi jika peristiwa kematian secara tiba-tiba atau mendadak dan tak terpikirkan oleh mereka. Peristiwa kematian mendadak atau tidak diharapkan akan benar-benar mengejutkan bagi orang yang ditinggalkan, karena mereka tidak memiliki kesempatan untuk menyiapkan diri secara psikologis untuk menghadapi kehilangan karena kematian orang yang dekat dengan dirinya. adalah kemarahan, kesepian dan kerinduan.8 Penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa kematian orang yang dikasihi membawa kehilangan yang membutuhkan proses penyesuaian diri secara

8 Suzanna, Jurnal Ilmu Kesehatan, Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi, Volume 3, (Palembang: 2018), Hal.62.

6


emosional yang wajar. Tetapi kehilangan ibu kandung sejak usia 11 tahun sampai 21 tahun justru mengalami masalah emosi yaitu merasa kesepian, merasa kesedihan, merasa tidak punya masa depan, merasa gagal, bimbang, tidak fokus, mau menyerah, serta merasa kurang diperhatikan. Kematian secara tiba-tiba dan mendadak akan berdampak buruk bagi remaja tersebut serta menjadi hal yang mengejutkan bagi remaja yang ditinggalkan karena mereka belum siap secara psikologis untuk menghadapi kehilangan karena kematian orang yang dikasihi adalah kemarahan, kesepian dan kerinduan. Dalam hal ini, menjadi perhatian bahwa seorang remaja yang kehilangan ibu kandungnya tentu mengalami masalah secara emosi yaitu merasa kesepian, merasa kesediahan, merasa tidak punya masa depan, merasa gagal, bimbang, tidak fokus, mau menyerah, serta merasa kurang diperhatikan. Oleh karena itu perlu pendampingan terhadap remaja yang mengalami kehilangan karena kematian ibu kandung. Kata pendampingan pastoral adalah gabungan dua kata yang mempunyai makna pelayanan, yaitu kata pendampingan dan kata pastoral. Pertama istilah pendampingan. Kata ini berasal dari kata kerja “mendampingi”. Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena satu sebab perlu didampingi. Sedangkan istilah pastoral berasal dari kata pastor dalam Bahasa latin dalam bahasa yunani disebut “Poimen”, yang artinya gembala. 9 Dalam Alkitab, pelayanan pastoral sering disebut pengembalaan, mengembalakan dan merawat. Istilah gembala dapat ditujukan kepada individu

9

Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), Hal.9-10

7


yang membantu orang lain, atau ditujukan kepada seseorang yang memelihara orang lain. Gembala juga dapat berarti seseorang yang memperhatikan, kepedulian yang penuh kasih sayang. Dua fungsi dari pekerjaan gembala yang dijelaskan dalam Alkitab ialah, memelihara dan melindungi kawanan domba gembalanya. Pemazmur melihat Allah sebagai gembala agung, menyembuhkan jiwa manusia yang kesulitan, memimpin orang kepada langkah yang benar, melindungi dari yang jahat, dan menyediakan pertumbuhan baik fisik maupun spiritual (Mazmur 23). 10 Pastoral berhubungan erat dengan penggembalaan, karena kata pastoral berasal dari bahasa latin yang berarti “Gembala” yaitu “Pastor”. Seseorang yang bersifat pastor adalah seseorang yang seperti gembala, yang bersedia merawat, memelihara, melindungi, dan menolong orang lain. Dengan demikian dapat diketahui bahwa seorang remaja yang kehilangan karena kematian ibu kandung perlu pendampingan pastoral yang mampu menolong remaja tersebut untuk mengatasi kesedihan, kesepian dan kemarahan yang sedang dihadapi, sehingga remaja tersebut tidak sampai kepada hal yang buruk yang diluar dugaan. Pada umumnya orangtua memiliki harapan yang baik bagi seorang anak agar menjadi pribadi yang sukses dimasa depan. Salah satu cara orangtua mendorong anaknya untuk mencapai masa depan yang baik ialah melalui pendidikan. Setelah melalui Pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA/SMK, orang tua mendorong anak untuk lanjut ke tingkat perguruan tinggi yang akan memberikan bekal ilmu yang lebih baik dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya serta

10

Mesach Krisetya, Teologi Pastoral, (Semarang: Panji Graha, 1998) Hal.2

8


berdampak bagi sekitarnya. Seperti yang dilakukan Sekolah Tinggi Teologi Efata yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa-mahasiswi untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki serta diberikan pembimbingan oleh para dosen Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga. Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga adalah perguruan tinggi swasta yang membentuk hamba Tuhan dari berbagai daerah selama masa studi dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh lembaga Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga. STT Efata berdiri sejak tahun 1993 yang beralamat di Jl. Bangau nomor 25. STT Efata adalah lembaga yang memiliki visi untuk memperlengkapi para calon hamba Tuhan melalui 5P yaitu: Penggembalaan, Pemuridan, Pengutusan, Penginjilan, dan Pembangunnan jemaat. Visi STT Efata Salatiga memperlengkapi mahasiswa dalam melaksanakan amanat agung Tuhan Yesus Kristus. Selama menjalani panggilan untuk menjadi seorang hamba Tuhan, tentunya tidak lepas dari berbagai tantangan baik secara internal maupun eksternal. Salah satu masalah yang dialami oleh mahasiswa dalam melaksanakan panggilannya adalah kematian ibu kandung. Salah satu tantangan yang dapat menyebabkan terjadinya krisis panggilan terhadap beberapa mahasiswa STT Efata Salatiga. Krisis panggilan dapat dipahami dari dua kata yaitu krisis adalah suatu keadaan yang berbahaya atau suatu masa yang gawat sekali dan suatu titik balik dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar dan hilangnya kemampuan untuk mengatasi masalah selama sementara waktu.11 sedangkan kata panggilan

11

Ibid, Op Cit, Hal.741.

9


menurut Ensiklopedia berarti dipanggil untuk melayani Allah dalam suatu fungsi dan bagi suatu tujuan khusus.

12

Dengan demikian krisis panggilan adalah suatu

masa di mana seseorang sedang dalam keadaan bahaya atau keadaan gawat sekali dan kehilangan kemampuan untuk sementara waktu dalam mewujudkan panggilan Allah dalam suatu fungsi dan bagi suatu tujuan khusus. Oleh karena itu sangat penting memberikan pendampingan pastoral kepada seseorang yang mengalami dukacita karena kematian ibu kandung supaya seseorang yang berdukacita karena ibu kandungnya, tidak mengalami krisis panggilan. Nurhidayati mengatakan bahwa: Kematian dari seseorang yang kita kenal terlebih kita cintai, akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan selanjutnya. Apa lagi jika orang tersebut dekat dengan kita, orang yang dikasihi, maka akan ada masa di mana kita meratapi kepergian mereka dan merasakan kesedihan yang mendalam. Sehingga peristiwa kematian mempengaruhi proses perkembangan, hal ini dikarenakan kematian itu menimbulkan duka yang mendalam bagi remaja dan rasa duka itu menyebabkan munculnya, kemarahan dengan Tuhan, penolakan, tidak mampu menerima kenyataan, perasaan minder, putus asa, menangis, resah, perasaan bersalah, merasa kehilangan, rindu, perasaan tidak rela, iri dengan teman-temannya, mengalami di lema apakah yang harus dilakukan apalagi ketika masih memiliki anda. Adapun factor yang menyebabkan rasa duka yang dialami subjek yaitu hubungan individual dengan almarhum. Kematian ini tentunya akan menyisahkan luka yang mendalam bagi remaja. Bahkan tidak jarang remaja mengalami shock dan sangat terpukul. Krisis yang ditimbulkan akibat kehilangan orang tua memiliki dampak serius dalam tahapan perkembangan remaja. 13 Kematian seorang ibu kandung tentu membawa duka yang mendalam dan membawa pengaruh seperti, marah dengan Tuhan, ada penolakan, tidak mampu menerima kenyataan, perasaan minder, putus asa, menangis, resah, perasaan

12

Ibid, Hal.1021 Nurhidayati, Jurnal Psikologi: Volume 10 Nomor 1, Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Jakarta: Universitas Gunadarma, 2014). Hal. 41 13

10


bersalah, merasa kehilangan, rindu, perasaan tidak rela, iri dengan teman-temannya, mengalami dilema apakah yang harus dilakukan. Hal semacam ini memerlukan pendampingan pastoral konseling, sehingga krisis-krisis yang dialami tersebut tidak membawa seseorang pada krisis yang berdampak serius. Berdasarkan latar belakang inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian tentang “PENDAMPINGAN KONSELING PASTORAL TERHADAP MAHASISWA STT EFATA SALATIGA YANG MENGALAMI KRISIS PANGGILAN AKIBAT KEMATIAN IBU KANDUNG.” 1.2. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1.2.1. Diduga ada beberapa krisis yang dihadapi oleh mahasiswa STT EFATA sehingga mereka akan meninggalkan panggilan pelayanan. Apa krisis-krisis mahasiswa STT sehingga mereka mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung? 1.2.2. Diduga ada pilihan-pilihan yang dihadapi oleh mahasiswa STT Efata Salatiga yang mengalami Krisis panggilan akibat kematian ibu kandung sehingga dapat mengalami dilema. Pilihan-pilihan apa yang dihadapi oleh mahasiswa STT Efata Salatiga sehingga mahasiswa mengalami dilema dalam panggilan? 1.2.3. Diduga ada beberapa krisis yang di alami mahasiswa STT EFATA Salatiga yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandungnya. Krisis-apa saja yang timbul dari mahasiswa STT EFATA Salatiga yang mngalami krisis

11


panggilan akibat kematian ibu kandung yang dapat mempengaruhi panggilan mereka? 1.2.4. Diduga ada beberapa akibat yang ditimbul di alami mahasiswa STT EFATA Salatiga yang mengalami Krisis panggilan karena kematian ibu kandung. Akibat-akibat apa saja yang di alami mahasiswa STT Efata Salatiga akibat mahasiswa STT EFATA Salatiga yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung? 1.2.5. Di duga mahasiswa STT EFATA Salatiga yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung, perlu pendampingan pastoral konseling kedukaan secara khusus. Pendampingan konseling pastoral yang seperti apa yang sudah diberikan kepada mahasiswa STT Efata yang mengalami krisis akibat kematian ibu kandung? 1..2.6. Di duga ada dampak positif yang di alami mahasiswa STT Efata Salatiga setelah mendapatkan pendampingan pastoral. Dampak yang seperti apa yang di alami mahasiswa Efata setelah mendapatkan pendampingan pastoral. 1.3. Batasan Masalah Agar obyek tidak terlalu luas, penelitian ini lebih memfokuskan kepada: 1.3.1. Diduga ada beberapa krisis yang dihadapi oleh mahasiswa STT EFATA sehingga mereka akan meninggalkan panggilan pelayanan. Apa krisis-krisis mahasiswa STT Efata Salatiga sehingga mereka mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung? 1.3.2. Diduga mahasiswa STT EFATA Salatiga yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandungnya, perlu pendampingan

12


pastoral konseling. Pendampingan konseling pastoral yang seperti apa yang sudah diberikan kepada mahasiswa STT Efata yang mengalami krisis akibat kematian ibu kandung? 1.3.3. Di duga ada dampak positif yang di alami mahasiswa STT Efata Salatiga setelah mendapatkan pendampingan pastoral. Dampak yang seperti apa yang di alami mahasiswa Efata setelah mendapatkan pendampingan pastoral. 1. 4. Rumusan Masalah 1.4.1. Bagaimana krisis panggilan yang dialami oleh mahasiswa STT Efata akibat kematian ibu kandung? 1.4.2. Bagaimana pendampingan pastoral yang sudah diberikan kepada mahasiswa STT Efata yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung? 1.4.3. Basgaimana dampak pendampingan pastoral konseling terhadap mahasiswa Efata yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung? 1.5. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tesis ini adalah: 1.5.1. Untuk mengetahui Masalah-masalah mahasiswa STT Efata sehingga mereka mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung

13


1.5.2. Untuk mengetahui pendampingan konseling pastoral yang sudah diberikan kepada mahasiswa STT Efata yang mengalami krisis akibat kematian ibu kandung 1.5.3. Untuk mengetahui dampak pendampingan pastoral. terhadap mahasiswa STT Efata yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung 1.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam mengembangkan teori-teori yang dapat digunakan dalam setiap mata kuliah Program Studi Pascasarjana Pastoral Konseling Sekolah Tinggi Teologi Efata yang meliputi; 1.6.1. Manfaat Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan di bidang pendampingan pastoral konseling kepada STT Efata Salatiga khususnya terhadap konseling krisis yang dapat dikembangkan untuk memperlengkapi mahasiswa dalam melaksanakan pelayanan pendampingan pastoral terhadap orang-orang yang mengalami masalah krisis khususnya terdahap krisis panggilan. 1.6.2. Manfaat Secara Praktis Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberi sumbangsih pada Para Dosen, Dosen wali studi, Pimpinan Asrama, untuk memperkaya pemahaman tentang pelayanan pendampingan konseling pastoral terhadap mahasiswa yang mengalami krisis panggilan akibat kematian orang tua.

14


BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hubungan Antara Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga Setiap orang tua pasti ingin memiliki anak yang berahlak baik dan berprestasi. Sebaliknya seorang anak ingin mempunyai orang tua yang dapat memberikan kasih sayang, mengayomi, melindungi serta memenuhi kebutuhannya. Kasih sayang orang tua kepada anak, tidak hanya dapat di ukur dengan hal-hal yang bersifat materi seperti uang, rumah, kendaraan, tanah, dan warisan, tetapi kasih sayang yang utama adalah ikatan batin yang erat antara orang tua dan anak. sehingga anak merasa nyaman berada di tengah-tengah keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh M.M Nilam widyarini bahwa: Hubungan yang hangat, saling mendukung, dan percaya. ketika masih kecil atau memasuki masa remaja, mereka dapat merasakan kehangatan orang tua hanya dengan kehadiran kongkret (fisik, langsung). Pada masa-masa tersebut diperlukan komitmen orang tua untuk meluangkan waktu secara memadai bagi anak. sungguh diperlukan kesepakatan antara ayah dan ibu agar kebutuhan anak akan kehangatan dan tuntunan perilaku dapat terpenuhi. Kehangatan dan tuntunan perilaku merupakan dua hal yang saling menunjang untuk mengantarkan anak berkembang sesuai harapan. Hubungan yang hangat dan penuh rasa percaya dengan orang tua atau penggantinya, membuat anak memiliki rasa aman dan percaya diri.” 14 Pernyataan diatas menjelaskan bahwa hubungan yang hangat, saling mendukung, dan percaya ketika masih kecil atau memasuki masa remaja akan memberikan rasa aman kepada anak. Rasa nyaman yang didapatkan seorang anak biasanya lebih besar hubungannya dengan saat dekat dengan seorang ibu

14

M.M Nilam Widyarini, Relasi Orangtua & Anak, Seri psikologi populer ( Elex Media Komputindo, 2013), 94.

15


dibandingkan dengan seorang ayah. Seperti yang diungkapkan oleh Soenarjati Djajanegara bahwa, “Kalau perempuan menyayangi bayi dan sanggup membesarkan anak, hal itu disebabkan karena secara alami perempuanlah yang sanggup melahirkan, dan bukan laki-laki. Tambahan pula, biasanya seorang ibu lebih sering berada di dekat anaknya, karena dia merawat, mengeluh, dan membesarkan anaknya. Maka, hubungan ibu dan anak lebih erat daripada hubungan bapak dan anak sewaktu anak masih kecil. Sepanjang sejarah, tradisi ini terdapat di kebanyakan masyarakat di dunia.”15 Secara alamiah perempuan yang sanggup membesarkan, menyayangi serta melahirkan seorang anak dan mampu lebih dekat dengan seorang ibu, karena seorang ibu lebih banyak merawat anak-anak sejak dari kecil sampai dewasa. dan hubungan inilah yang mampu memberi rasa nyaman bagi anak sehingga timbul hubungan yang erat antara ibu dan anak. 2.2. Tinjauan Teologis Tentang Krisis Panggilan Unuk memahami tinjuan teologis tentang krisis panggilan maka dapat diperhatikan di bawah ini: 2.2.1. Elia

Elia orang Tisbe, dari Tisbe Gilead adalah seorang yang dipanggil oleh Allah untuk melakukan tugas panggilannya. Elia adalah salah satu nabi besar bangsa Israel yang selama hidupnya selalu dipenuhi dengan peristiwaperistiwa ajaib yang membuat bangsa Israel menyadari bahwa Allah nenek moyang mereka adalah Allah yang dahsyat. Elia membuktikan dengan ia

15

Soenarjati Djajanegara, Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), 32.

16


menentang dan mengalahkan 450 nabi Baal, berdoa agar hujan turun untuk mengakhiri kekeringan, Elia meminta Tuhan menjawab doanya dan api Turun sehingga seluruh rakyat melihat kejadian itu sujud dan mengakui bahwa Tuhan Dialah Allah, dan Elia berlari mendahui Ahab ke Yizreel, Namun di tengah panggilan Elia menjadi seorang nabi yang dipakai Tuhan secara luar biasa mengalami krisis di dalam panggilannya

yaitu Elia

menjadi takut karena Izebel menyuruh seorang suruhan menyampaikan pesan kepada Elia sebagai berikut: "Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu (Ayat:2) mendengar pesan yang di sampaikan oleh suruhan Izebel maka Elia menjadi takut: "19:3 Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya ; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. 19:4 Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." Tafsiran wicliffe mengatakan bahwa:

Bahwa Elia melarikan diri dari kerajaan utara memasuki kerajaan Yosafat yang lebih ramah. Elia bahkan masuk terus sampai ke ujung peradaban, yaitu Bersyeba. Masuk ke padang gurun Negeb yang ada di selatan Yehuda karena takut keberadaannya diketahui oleh para pengintai izebel, dia masuk ke padang gurun. Di sini Elia dalam keadaan benar-benar putus asa, takut, bahkan Elia minta mati di bawah pohon arar. Pohon arar yang rindang di sana Elia duduk berteduh dan

17


menyendiri tanpa Elia mengetahui bahwa Allah sedang mengerjakan rencana pemeliharaanNya.16 Berdasarkan kutipan di atas maka dapat diketahui bahwa Elia yang dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi seorang nabi diberikan kemampuan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai seorang nabi yang dipakai Tuhan. Namun pada kenyataan yang tertulis di pasal 19 bahwa nabi Elia juga dapat mengalami krisis rohani dan emosi akibat perkataan yang mengancam untuk membunuh Elia. Krisis tersebut membuat Elia mengalami ketakutan, keputusasaan, menjauhi keramaian, memilih untuk menyendiri bahkan meminta kepada Tuhan untuk mengambil nyawanya atau mati saja. Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa Elia yang diberikan kemampuan oleh Tuhan untuk melakukan perkara yang dasyat pun dapat dikatakan bahwa Elia pernah mengalami krisis dalam panggilannya kepada Tuhan.

2.2.2. Yunus Yunus bin Amitai mendapat panggilan dari Tuhan yaitu untuk pergi ke Niniwe, ke kota yang besar karena di kota Niniwe itu kejahatannya telah sampai kepada Allah. Yunus sebagai nabi yang diakuidari abad ke-8 SM, dan Yesus sendiri mengacuh kepada Yunus, yaitu: 1. Sebagai nubuat Perjanjian Lama yang terkemuka mengenai keberadaanNya selama tiga hari di dalam kubur dan kebangkitan-Nya sesudah itu.

16

Tafsiran Alkitab Wicliffe Volume 1, (Malang: Gandum Mas, 2004), hal. 896-897.

18


2. Benar-benar memberitakan pertobatan kepada Niniwe yang kemudian bertobat.17 Namum

Yunus pun pernah mengalami

konflik spiritual

dalam

panggilannya, Yunus berseberangan dengan pendapat Tuhan yang memanggilnya dan melarikan diri dari panggilan-Nya (Yunus 1:3). Dalam hal inilah mengalami masa-masa krisis sebagai seorang nabi. Kemudian Yunus melakukan juga perintah Tuhan untuk rahmat Tuhan kepada orang Niniwe setelah diperingatkan Tuhan dengan hukuman tiga hari tiga malam berada di dalam perut ikan, namun Yunus tetap tidak sepaham dengan Tuhan mengenai kesempatan yang diberikan kepada orang Niniwe untuk bertobat. Hal ini membuat Yunus menjadi kesal dan marah kepada Tuhan (Yunus 4:1-4). Namun sekalipun Yunus tetap tidak sepaham dengan Tuhan, tetapi dengan penuh pengertian dan kesabaran, Tuhan tetap memberikan pelajaran untuk khusus untuk menjelaskan kepada Yunus mengenai isi hati-Nya. Dengan proses pengajaran seperti inilah akhirnya Yunus dapat mengerti dan memahami tujuan Tuhan memanggil diri-Nya. Namun dapat diketahui bahwa sekalipun Yunus melaksanakan Tugas yang diberikan kepadanya untuk memberitakn firman kepada bangsa Niniwe tetapi Yunus pernah mengalami krisis sebagai nabi yaitu Yunus menjadi kesal dan marah dengan Tuhan sehingga tidak mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Dalam hal ini Yunus menunjukkan bahwa ketidak spehaman dengan Tuhan maka menjadikan Yunus tidak taat dalam melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan.

17

Tafsiran Alkitab Wicliffe Volume 2, Ayub-Maleakhi, (Malang: Gandum Mas, 2004),

hal. 705.

19


2.2.3. Panggilan Murid Tuhan Yesus Mengikut Tuhan bukan pilihan pribadi, melainkan panggilan dan anugerah Allah. Mengikut Tuhan penuh risiko dan pengorbanan diri. Mengikut Yesus adalah proses terus-menerus berjalan dengan Yesus. Dalam Matius 8: 18-22 berbicara tentang mengikut Tuhan. Di ayat 18 di sana berbicara tentang Tuhan Yesus Kemana pun Yesus pergi, Ia selalu dikelilingi orang banyak. Meski demikian, orang banyak tersebut tidak mampu mencegah Yesus pergi dari satu tempat ke tempat lain, bahkan Yesus menyuruh bertolak ke seberang (18). Pada saat ahli taurat itu berkata ingin mengikut Tuhan Yesus lalu Tuhan Yesus menjawab kepada ahli-ahli Taurat dan salah seorang murid yang ingin mengikuti-Nya maka Tuhan Yesus menjelaskan standar yang ditetapkan oleh Yesus. Ia menantang setiap orang yang ingin mengikutinya untuk hidup sebagaimana Anak Manusia yang bebas dari kemelekatan duniawi, seperti: mengorbankan kenyamanan dunia yang merupakan seseorang untuk menikmatinya. Bahkan mengikut Yesus tidak boleh ditunda karena alasan mulia. Mengikut Yesus berarti juga mengikuti-Nya pergi ke lingkungan baru atau asing. Komitmen untuk mengikut dan bersama Yesus merupakan hasil dari keputusan pribadi untuk menanggalkan kemelekatan duniawi dengan cara mengabdikan diri sepenuhnya kepada Yesus. Di ayat 21 seorang lain, yaitu salah seorang murid Tuhan Yesus berkata kepada-Nya “Tuhan Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku “tetapi Tuhan Yesus dengan tegas memberikan jawaban bahwa ikutlah Aku dan biarlah orang mati

20


menguburkan orang orang mati mereka (Matius 8:22). Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Yesus mencari murid-murid-Nya yang akan diajar-Nya mengenai hal-hal Kerajaan Sorga. Dan panggilan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya semua direspon dengan baik tetapi di ayat 22 ini, jelas diketahui bahwa seorang murid meminta untuk menguburkan ayahnya terlebih dahulu, ini berbeda dengan pemahaman Tuhan Yesus. Dari ayat ini, mengenai panggilan Tuhan kepada murid-murid-Nya dapat dipahami bahwa menjadi seorang yang dipanggil untuk mengikut Tuhan Yesus tidaklah mudah tetapi harus melewati tantangan dan tantangan itu bisa membawa seseorang pada krisis. Ketiga krisis panggilan di atas dapat di simpulkan bahwa secara Alkitabiah krisis panggilan akibat kematian ibu kandung memang belum ada di dalam Alkitab, tetapi krisis panggilan karena adanya tantangan sudah di jelaskan di atas, oleh karena itu melalui ayat-ayat di atas seharusnya seseorang yang mengalami dukacita karena kematian orangtua khususnya ibu kandung bisa melewati masa-masa dukacita itu dengan tidak memperngaruhi panggilannya. 2.3. Panggilan Anggota Keluarga Menjadi Hamba Tuhan Panggilan seringkali menuntut perpisahan pemisahan dari keluarga dalam bentuk tertentu. Keluarga selalu harus membayar harga agar dapat hidup bagi panggilan seperti yang diungkapkan oleh King James;

21


“Lukas 14: 26-27 ‘’ jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, anda-andanya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridku. Ayat 27 barang siapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridku”.18 Penjelasan di atas jelas bahwa dalam panggilan menjadi seorang Hamba Tuhan ada harga yang harus dibayar, termasuk kehilangan orang-orang yang dikasihi. Seperti yang diungkapkan oleh Warren W. Wiersbe bahwa; “Kristus memanggil dan memperlengkapi untuk memenuhi tanggung jawab yang dikehendaki-Nya dari seseorang. Dengan kata lain, bahwa kehendak Tuhan tidak mungkin mengutus seseorang ke tempat di mana seseorang tidak disertai anugerah Tuhan. dan menjadi duta Raja adalah hak istimewa, tetapi ada harga yang harus dibayar”.19 Jadi dengan demikian pernyataan di atas dapat memberikan pemahaman yang jelas bahwa setiap orang yang dipanggil oleh Allah menjadi duta Raja adalah hak istimewa. tetapi ada harga yang harus di bayar karena janji Allah akan menyertai dengan Anugerah Allah yang senantiasa ada bagi yang dipanggil-Nya. 2.4. Pergumulan Panggilan Adapun panggilan akan dijelaskan di bawah ini: 2.4.1. Pengertian Panggilan

18

King James, Langkah-langkah Menuju Urapan, (Lux Verbi. BM, 2008), Bab 18 Tanpa

halaman. 19

Warren W. Wiersbe, Hidup Bersama Firman: Pasal Demi Pasal Seluruh Alkitab, (Yayasan Gloria: Yogyakarta, 2014), 779.

22


Panggilan dapat diartikan sebagai undangan, imbauan maupun ajakan

untuk

melakukan atau

mengerjakan

sesuatu.20

Panggilan

mengandung hubungan antara dua pihak yaitu yang memanggil dan yang dipanggil. Dalam panggilan tersebut bagi yang dipanggil secara bebas untuk bertindak untuk memenuhi panggilan atau menolak panggilan tersebut. Jika panggilan diterima artinya akan terjadi kerjasama antara kedua belah pihak yang terkait antara yang memanggil dan yang dipanggil. Berdasarkan pengertian Alkitab panggilan merupakan imbauan atau ajakan untuk melayani Allah untuk melakukan suatu tugas khusus sesuai dengan rencana Allah. Panggilan di dalam Ibrani ‫( קָ ָרא‬qara) 21 yang berarti dipanggil untuk melayani Allah dalam suatu Fungsi dan bagi suatu tujuan khusus. Sedangkan panggilan dalam Bahasa Yunani κλεσις (Klesis)22 yang berarti panggilan Allah terhadap tiap-tiap orang sebagai suatu kejadian historis yang konkret yaitu mencakup dalam dirinya dan keadaan-keadaan lahiriah di mana panggilan itu diterima. 2.4.2. Panggilan Umum Panggilan Allah secara umum ditujukan kepada bangsa Israel untuk menjadi bangsa pilihan Allah, dan menjadi alat kesaksian bagi bangsabangsa lain. Pemilihan tersebut melalui perjanjian Allah tentang karya

20

Depertemen pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), 1021. 21 Https://www.sarapanpagi.org/member4.html di unduh pada hari senin, tanggal 2 November 2020. Pukul. 12.00 di Paud Efata. 22 Https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=PANGGILAN di unduh pada hari senin, tanggal 2 November 2020. Pukul. 12.15 di Paud Efata.

23


keselamatan yang akan diterima bangsa-bangsa Israel, di mana karya keselamatan tidak hanya ditujukan kepada bangsa pilihan Allah tetapi juga bagi semua bangsa. Dalam karya penebusan Kristus, seluruh umat manusia dipanggil untuk mendapat bagian dalam rencana Allah dengan tujuan agar semua orang di selamatkan. Rencana penyelamatan merupakan panggilan umum kepada seluruh umat manusia seperti yang terdapat di dalam Injil Yohanes 3: 16. Untuk mendapat hidup yang kekal. Bagi yang meresponi panggilan Kristus di jadikan umat Allah dan dipanggil untuk menjadi milik Tuhan dan mendapatkan suatu kehidupan baru dalam Kristus. Olla mengatakan dalam bukunya bahwa: Arti Panggilan secara umum: menunjuk pada kenyataan bahwa melalui baptisan semua orang kristani dipanggil menjalani tugas pengutusan (misi) dan karena itu semua menjadi pewarta (misionaris). Maka menjadi kristiani sama menjadi misionaris. Kesatuan dengan hidup Kristus yang terjadi dalam pembaptisan memungkinkan seorang terbaptis mengambil dalam tugas Kristus dan misinya bagi keselamatan dunia. Maka semua yang terpanggil menjadi kristiani pada saat yang sama juga adalah misionaris.23 Dengan demikian hal ini misi dan misionaris dalam arti umum di atas penulis simpulkan bahwa tertunjuk kepada orang-orang yang sudah menerima Kristus sebagai juruselamatnya maka dalam hal itu tidak ada alasan orang yang sudah terpanggil untuk tidak menjadi saluran berkat bagi semua orang.

23

Olla, Jurnal Dipanggil menjadi Saksi Kasih, (Bengkulu:2013), hal. 41

24


2.4.3. Panggilan Khusus Panggilan Allah bagi orang Kristen tidak semua menerima panggilan khusus. Allah memilih beberapa dari yang terpanggil untuk mengerjakan suatu tugas khusuS.Uanggilan khusus bersifat sangat pribadi yang berarti tidak ada campur tangan dari pihak lain kecuali Allah sendiri memanggil dan memberi tugas khusuS.Uanggilan khusus berisi sebuah tanggung jawab yang secara langsung diberikan oleh Allah untuk melayani dalam suatu fungsi bagi suatu tujuan khusuS.Uanggilan khusus dari Tuhan Yesus untuk para murid yaitu melayani dan mengajar, selanjutnya memberitakan Injil. Orang yang terpanggil diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugas pelayanan. Panggilan khusus dari Allah di mulai dari pemilihan Allah atas anggota-anggota tubuh Kristus untuk memberitakan Injil. Allah memilih untuk pelayanan tertentu. Seorang pelayan Tuhan yang dipanggil diberi beberapa sebutan dalam Alkitab. Seperti rasul-rasul, Gembala, Nabi-nabi, Pemberita Injil, dan Pengajar. Sebutan ini memberikan gambaran tentang pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing yang menunjukkan kekhususan dalam melaksanakan suatu tugas yang diterima dari Allah. 2.4.4. Ciri Orang Terpanggil Seseorang yang terpanggil adalah orang yang sadar bahwa panggilan itu yang pertama panggilan yang berpusat pada Allah, dan sadar bahwa pelayanan adalah milik Allah serta sadar bahwa pelayanan adalah

25


kesatuan tubuh Kristus seperti yang diungkapkan oleh Dr. Andar Ismail bahwa; Kesediaan untuk melayani, sekalipun dalam kedudukan yang paling rendah, menjadi tolak ukur bagi setiap orang yang mengemban panggilan Tuhan karena Tuhan sendiri rela menjadi hamba dan mengorbankan diri-Nya. Titik tolak panggilan dan pengutusan itu hanyalah Tuhan. atas perkenanan-Nya orang dipilih, dipanggil, dan diutus ke tempat yang belum diketahui. Tuhan pulalah yang memberikan peluang dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mengemban panggilan itu dan mencukupkan setiap keperluan bagi yang dipanggilnya.24 Seseorang yang terpanggil dapat mengetahui dengan jelas bahwa semua yang dilakukan dalam pelayanan pusatnya pada Tuhan. Panggilan yang berpusat pada Tuhan semata-mata mengandalkan Tuhan dan mengutamakan Tuhan sebelum melangkah dalam Pelayanan apapun yang dikerjakannya. 2.4.5. Panggilan Musa Dan Yesaya Untuk memahami panggilan Musa dan Yesaya maka akan diurai sebagai berikut: 2.4.5.1. Panggilan Musa Musa adalah orang biasa yang mengembalakan kambing domba mertuanya, milik Yitro imam di Midian. Panggilan yang dialami Musa berupa simbol di mana ia melihat malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari

24

Dr. Andar Ismail, Mulai dari musa dan segala Nabi; Beginning With Moses And All The Prophets, (BPK; Jakarta Gunung Mulia, 2003), 117.

26


semak duri, ketika ia sedang mengembalakan kambing domba milik Yitro mertuanya tersebut (Keluaran 3: 1-12). Api merupakan lambang kehadiran Allah. Pada suatu hari Musa Mengiring kambing domba mertuanya lebih jauh dari biasa. Padang gurun sudah dibelakangnya. Musa sampai ke daerah yang lebih tinggi dan yang asing baginya. Ia berada di kaki gunung Horeb, “gunung Allah” dalam Mazmur 68:16 terdapat “gunung Allah” tidak berarti bahwa Allah adalah “dewa gunung-gunung”. Akan tetapi sesuatu gunung dapat dipilih Allah untuk menyatakan diri kepada manusia. Pada waktu Musa sampai kepada gunung Horeb (Sinai) itu, ia sama sekali tidak tahu, bahwa itu adalah gunung Allah. Lalu malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Akan tetapi Musa tidak melihat malaikat Tuhan itu. Ia hanya melihat sesuatu yang aneh, sesuatu yang mengherankan baginya, karena ia belum pernah melihat hal semacam itu. Ia melihat serumpun semak duri, bernyala-nyala, tetapi tidak terbakar.25 Penjelasan di atas memberikan pengertian bahwa Musa dipanggil oleh Tuhan secara langsung dalam bentuk, Musa melihat malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam bentuk nyala api yang keluar dari dalam semak duri tersebut. Setelah Musa mendapat panggilan langsung dari Tuhan kemudian, Allah mengutus Musa kepada Firaun untuk mengeluarkan orang israel dari Mesir. Tuhan memberikan jaminan kepada Musa bahwa Tuhan menyertai Musa.

25

H. Rosin, Tafsiran Alkitab Kitab Keluaran Pasal 1-15:21, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2000), 43-44.

27


2.4.5.2. Panggilan Yesaya Ketika

Yesaya

mendapatkan

panggilan

dari

Allah,

panggilannya yang di alami memiliki keunikan tersendiri yang berbeda jauh dari yang lainnya. Yesaya mendapatkan pengalaman secara langsung dari Tuhan dengan mendapatkan penglihatan di Bait Suci. Pada saat itu Yesaya melihat Tuhan duduk diatas Tahta yang tinggi dan menjulang dan ujung jubah-Nya memnuhi Bait Suci. Dalam pasal ini si nabi menceritakan bagaimana Tuhan Maha Kudus dan Maha mulia telah memanggil dia untuk menjadi nabi. Panggilan ini membuat si nabi amat terpesona dan memberi kesan yang amat mendalam yang tidak bisa dilupakan. Kemudian ia dapat menceritakan kembali secara hidup seolah-olah hal itu sedang terjadi dan dialaminya. Pengalaman ini memberi pengaruh besar pada berita kenabian yang disampaikannya kepada Yehuda. Pada pemerintahan Raja Uzia, pemerintahan di Yehuda adalah relatif stabil, karena damai dan makmur secara material. Setelah Raja Uzia wafat, situasi sosial politik mengalami perubahan yang cepat, suatu titik dibalik dalam sejarah Yehuda. Panggilan Nabi Yesaya berhubungan erat dengan situasi sejarah itu pada beberapa tahun sebelum pecah perang Syro-Efraimi.26 pernyataan di atas menjelaskan bagaimana kehidupan Yesaya ketika ia mengalami panggilan secara langsung dari Tuhan. Tuhan Maha Kudus dan Maha Mulia yang telah memanggil ia menjadi seorang Nabi. Penglihatan itu dialami oleh Yesaya setelah raja Uzia wafat, dan banyak perubahan-perubahan yang terjadi.

26

Widyapranawa, Kitab Yesaya Pasal 1-39, (Jakatra; PT BPK Gunung Mulia, 2003), 33-

35.

28


Pemanggilan Yesaya menjadi seorang Nabi terjadi ketika orang Israel berada dalam kekacauan, baik dalam bidang politik, dalam bidang sosial maupun dalam bidang spritual. Kejadian - kejadian yang terjadi adalah bangsa Israel berperang dengan bangsa Asyur dan babel, kehidupan mereka semakin jauh dari Tuhan dan menyembah allah lain. Melihat kejahatan-kejahatan yang terjadi di bangsa Yehuda, Allah sangat marah kepada mereka (Yesaya 1:1-8). Allah memanggil seorang nabi yang bisa menjadi juru bicara atau mewakili Allah untuk menegur dan menubuatkan kehancuran bagi bangsa orang Israel atau Yehuda karena mereka sudah jauh dari Tuhan. (Yesaya 1:9-12). 2.5. Dukacita Akibat Kematian Ibu Kandung Dukacita dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) dukacita adalah kesedihan dan kesusahan hati.27 Jadi dapat diketahui bahwa dukacita adalah kepedihan hati karena kehilangan yang menggoncangkan jiwa. Seperti yang diungkapkan oleh Yonatan-Wijayanto; Penyebab dukacita adalah apa yang kita miliki dan tidak terpenuhi keinginan kita. Contohnya adalah kematian seseorang yang kita kasihi, kehilangan pekerjaan, kegagalan bisnis, kebangkrutan akibat kesalahan perhitungan, bahkan kematian binatang peliharaan pun bisa mendatangkan dukacita yang mendalam ada nuansa berkabung dan ngilunya batin yang sangat besar di dalamnya karena ketidakberdayaan menghadapi keadaan yang terjadi, seperti perlakuan tidak adil dan ketidakbenaran.28

27 Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indnesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta; Gramedia, 2008), 346. 28 Http://yonatan-wijayanto.co.id/2012/02/ Berbahagialah-orang-yang-berdukacita.html, diakses pada hari sabtu, 04 Desember 2020 pukul 07.45 W.I.B.

29


Dukacita yang dimaksudkan di atas tidak hanya membuat orang sedih dan menangis tetapi justru karena seseorang tidak mampu untuk menghadapi kenyataan-kenyataan yang sedang di alami. Dan kematian seorang ibu yang sangat dikasihi tidak hanya sekedar bersedih, tetapi dukacita yang ada pada penjelasan di atas adalah dukacita yang terjadi karena ketidakberdayaan seseorang mengahadapi kenyataan hidupnya khususnya yang disebabkan kematian ibu tercinta, yang membuat sesorang merasa tidak lagi memiliki daya untuk menghadapi dan mengubah apa yang sedang dialami. Kematian siapa pun dan kapan pun dapat dialami tanpa mengenal usia. Baik masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja sampai dewasa dan usia lanjut melalui kematian tentunya berbeda-beda. Demikian juga kematian ibu tercinta merupakan suatu peristiwa yang pasti akan terjadi, tidak mengenal usia dan tentunya berbeda waktunya. Kematian merupakan salah satu pemisah antara ibu dan anak. berpisah dengan ibu tercinta melalui penyebab atau peristiwa apapun, tentunya akan mendatangkan masalah bagi setiap individu apalagi berpisah karena kematian. Saat kematian menjadi pemisah, inilah saatnya seseorang mengalami kegoncangan yang hebat, di mana seseorang harus menghadapi realita untuk hidup tanpa seorang ibu yang dikasihinya. Menjalani hidup tanpa seorang ibu bagi banyak orang bukan sesuatu yang mudah dan gampang. Peristiwa ini akan menimbulkan pergumulan yang membutuhkan dukungan dan proses dalam waktu yang lama dan perlu pendampingan dari orang-orang yang ada disekitarnya. Di mana seseorang harus menerima kenyataan yakni berpisah melalui peristiwa kematian dari orang yang

30


dikasihi yang merupakan salah satu kebahagiaan dan mungkin juga menjadi sebuah kebanggaan dalam hidupnya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kematian merupakan terputusnya dari segala yang dimiliki serta pemisah dari segala kebahagiaan di dunia ini. Kematian membuat seseorang berpisah dengan orang-orang yang dikasihinya dan akan kehilangan seorang ibu selamanya. Kematian merupakan putusnya ikatan erat melalui kematian antara dua pribadi yang telah dibangun selama bertahun-tahun tentunya meninggalkan dukacita. Perasaan dukacita merupakan akibat dari perasaan kehilangan sesuatu yang sangat berharga sehingga keadaan ini dapat mempengaruhi dan melibatkan segala aspek kehidupan manusia. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa dukacita merupakan kumpulan perasaan atau emosi karena disebabkan kehilangan. J.L.CH. Abineno menuliskan bahwa; Kedukaan itu dapat ditimbulkan oleh rupa-rupa hal: oleh kematian yang kita cintai (umpanya; orang tua, anak, suami, atau istri kita), oleh kehilangan sesuatu yang sangat berharga (umpamanya; kaki atau tangan yang amputasi, payudara yang dioperasi atau aputasi, kehilangan perhiasan atau barangbarang lain yang mahal dan mempunyai arti khusus bagi pemiliknya), dan lain-lain29 Ungkapan tersebut dapat dimengerti bahwa ketika semuanya terjadi pada diri seseorang maka akan memunculkan berbagai reaksi emosi dan sering disebut sebagai dukacita. Baik bagi orang yang ditinggalkan seseorang yang dicintainya maupun bagi orang yang mengalami kehilangan barang berharga miliknya. Pada umumnya reaksi setiap orang terhadap peristiwa yang dihadapinya tidak sama atau berbeda-beda seperti reaksi; orang terhadap kematian atau kehilangan. Ada yang

29

J. L. CH. Abineno, Pelayanan Pastoral Kepada Orang Berduka, (Jakarta; BPK Gunung Mulia, 2015), Hal. IX.

31


pasif seperti mengambil langkah untuk menyerah, karena kematian atau kehilangan itu mereka lihat sebagai kejadian yang telah dikehendaki oleh Tuhan namun ada juga yang agresif seperti; mengeluh, memberontak, memprotes, karena tidak dapat menerima kematian dan kehilangan itu. disisi lain ada juga orang yang depresi seperti mengalami perasaan tertekan karena tidak mampu menanggung beban penderitaan yang disebabkan oleh kematian orang yang dikasihi. Pemaparan di atas dapat dipahami bahwa seseorang berduka karena kehilangan orang yang ia cintai dalam hidupnya, seperti kehilangan suami, atau istri, atau orang tua, atau anaknya. Kehilangan ini dapat membuat seseorang merasakan suatu kerugian, jadi kedukaan merupakan sikap atau reaksi terhadap kematian dari yang dikasihinya apalagi ditinggalkan sang ibu. Dengan kata lain bahwa seseorang dapat mengalami kedukaan yang mendalam karena kematian sang ibu yang sangat dikasihinya karena harus menerima kenyataan, tidak akan bersamasama lagi dengan sang ibu selama hidup di dunia. 2.6. Krisis Panggilan Akibat Kematian Ibu Kandung Kematian seorang ibu dapat menyebabkan timbulnya krisis bagi yang ditinggalkan. Terlebih jika kematian seorang ibu secara mendadak. Kematian merupakan realita kehidupan, setiap manusia akan mengalami kematian, kematian bisa menimpa siapa saja baik orang yang sudah tua ataupun yang masih muda atau bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Kematian anggota keluarga terutama ayah atau ibu adalah peristiwa yang sangat menyedihkan, karena kita akan kehilangan untuk selama-lamanya. Kehadiran ayah dan ibu demikian pentingnya sebagai

32


penopang yang kuat dalam keluarga, sehingga bilamana kesatuan ini khusus dalam keluarga itu sendiri maupun dalam masyarakat. Gambaran kesatuan antara kedua orangtua akan memberikan perasaan aman dan terlindung bagi anak. Perasaan aman bahwa dirinya tertampung merupakan suatu kebutuhan dasar bagi setiap individu. kebutuhan dasar haruslah dipenuhi agar orang dapat hidup dengan tenang. Namun, kebutuhan dasar hanya dipenuhi dan perasaan aman diperoleh dalam suasana keluarga sejahtera. Pada umumnya keluarga yang lengkap itu terdiri dari ibu, ayah, anak, anda, tetapi kenyataannya tidak semua keluarga lengkap. Kehilangan orang tua tentunya sangat memberikan dampak bagi keluarga, baik dampak ekonomi maupun pada perkembangan psikologis seorang anak yang kehilangan figur seorang ibu atau ayah. Kekuatan kepribadian anak merupakan hasil dari pengasuhan dan penanganan yang baik dari kedua orangtuanya. Ketika salah satu dari kedua orangtuanya tidak hadir, maka terdapat ketimpangan dalam perkembangan psikologisnya. Kepribadian, kesehatan mental dan pertahanan diri dan stress akan terasa sulit ditangani oleh anak yang tidak genap mendapati pengasuhan dari kedua orangtuanya. Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak, hangatnya sebuah keluarga akan membuat kedekatan yang terjalin antara anak dan orang tua, dan kedekatan itu akan membuat anak menjadi merasa aman dan nyaman, ketika seorang remaja dihadapkan pada suatu peristiwa yang tidak diinginkan dalam hidupnya pasti akan merasa berat untuk menerimanya, seperti peristiwa kematian yang dapat memisahkan hubungan antara orang tua dan anak, peristiwa tersebut

33


sulit untuk diterima oleh siapapun karena tidak ada satu orangpun yang akan benarbenar siap ketika harus kehilangan orang yang dicintainya. Peristiwa tersebut akan membuat seseorang yang mengalaminya menjadi syock dan terpukul, juga merasa kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya, saat mengalami kehilangan orang yang dicintai setiap orang akan memberikan reaksi terhadap kehilangan tersebut dengan berbagai reaksi. Seperti reaksi psikologis seperti merasa kesepian, putus asa dan takut, dan hal tersebut merupakan hal yang normal bagi seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian. Kematian salah satu atau ke dua orangtua baik ayah atau pun ibu akan menyisakan luka yang mendalam bagi setiap orang. Seseorang akan mengalami shock dan sangat terpukul melalui rasa sedih, rindu, kehilangan, kesepian, semua tercampur jadi satu berbagai permasalahan akan muncul setelah kematian orangtua terutama pada kondisi psikologis. Untuk orang yang kehilangan seorang ibu akan sangat memberikan dampak pada kehidupan selanjutnya, karena ibu merupakan sosok yang berperan penting dalam kehidupan, selalu memberi support dan nasehat. Hal tersebut umum dirasakan oleh seorang anak yang mengalami kematian orangtua seperti yang diungkapkan oleh Mundakir di bawah ini; Dampak kematian, terhadap kondisi psikologis adalah terhadap emosi dan kognitif. Pada aspek emosi ditimbulkan dengan gejala-gejala seperti shock, rasa takut, sedih, marah, dendam, rasa bersalah, malu, rasa tidak berdaya, kehilangan emosi seperti perasaan cinta, kegembiraan atau perhatian pada kehidupan sehari-hari. Pada aspek kognitif ditimbulkan dengan gejala seperti pikiran kacau, salah persepsi, menurunnya kemampuan seperti mengambil keputusan, daya konsentrasi dan daya ingat berkurang,

34


mengingat hal-hal yang tidak menyenangkan, dan terkadang menyalahkan diri sendiri.30 Penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa dampak kematian terhadap kondisi psikologis ternyata dapat membawa pengaruh kepada emosi yaitu dapat di tandai dengan gejala-gejala seperti Shock, rasa takut, sedih, marah, dendam, rasa bersalah, malu, rasa tidak berdaya, kehilangan emosi seperti perasaan cinta, kegemberiaan atau perhatian pada kehidupan sehari-hari. sedangkan kondisi psikologis pada aspek kognitif lebih diperjelas bahwa dapat membawa pengaruh dengan gejala-gejala seperti pikiran kacau, salah persepsi, menurunnya kemampuan untuk mengambil keputusan, menurunnya daya konsentrasi, daya ingat berkurang, bahkan mengembalikan memori pada masalalu yang tidak menyenangkan, serta menyalahkan diri sendiri. Oleh karena itu dalam masa ini ini seseorang dapat mengalami krisis akibat gejala-gejala seperti pikiran kacau, salah persepsi, menurunnya kemampuan untuk mengambil keputusan, menurunnya daya konsentrasi, daya ingat berkurang, bahkan mengembalikan memori pada masa lalu yang tidak menyenangkan sehingga melalui pendampingan pastoral seseorang yang tengah krisis dapat tertolong. Berpisah dengan sang ibu melalui proses kematian menyebabkan berbagai beban perasaan atau emosi yang sulit dihadapinya. Gary R. Collins menyatakan bahwa “orang-orang yang berduka biasanya mengalami beberapa macam pengalaman emosi seperti gelisah, takut, kesepian, kemarahan, kebingungan, kecil hati, bahkan keputusan pada saat orang yang dikasihinya

30

Mundakir, Dampak Psikososial Bencana Lumpur Lapindo, (Jakarta: Fik Ui, 2009), 16.

35


meninggalkannya untuk selama-lamanya”31 dengan demikian dukacita tidak dapat dipisahkan dari pengalaman emosi seseorang. untuk memahami lebih lanjut tentang krisis akibat kematian sang ibu secara tiba-tiba maka peneliti akan menguraikan tentang pengertian krisis. 2.6.1. Pengertian Krisis Webster mendefinisikan kata krisis dalam buku H. Norman Wright sebagai: suatu “masa yang gawat atau krisis sekali” dan suatu titik balik dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Suatu krisis biasanya meliputi hilangnya kemampuan untuk mengatasi selama sementara waktu, dengan adapun faktor krisis adalah a. Krisis dapat merupakan suatu masalah yang terlalu besar atau hebat b. Krisis dapat juga merupakan masalah yang tidak serius bagi kebanyakan orang, tetapi untuk orang-orang tertentu mempunyai arti khusus sehingga menjadi masalah yang hebat c. Krisis dapat merupakan suatu masalah yang terjadi pada waktu dalam keadaan rentan atau ketika orang tersebut tidak siap untuk hal itu.32 Jadi dapat dipahami bahwa krisis adalah suatu keadaan yang tidak stabil karena tekanan masalah yang dihadapi dapat memberikan faktor yang tidak baik seperti; masalah yang terlalu besar atau hebat, masalah yang tidak serius pun dapat berubah menjadi masalah yang hebat serta merupakan masalah yang terjadi pada waktu dalam keadaan rentan ketika orang tersebut tidak siap untuk masalah yang sedang dihadapi. Totok S Wiryasaputra juga mendefinikan cara berfikir untuk memudahkan

31 Gary R. Collins, Konseling Krisis Yang Efektif, (Malang; Seminari Alkitab Asia Tenggara), 167 32 H Norman Wright, Konseling Krisis; Membantu Orang Dalam Krisis Dan Stres, (Gandum Mas. Malang, 2006), 11.

36


memahami keadaan seorang yang krisis berdasarkan pengalaman konseling yang dilakukan yaitu: Untuk memudahkan cara berfikir, krisis dapat dikaitkan dengan kehilangan dan kedukaan sakit, tidak lulus studi, lamaran kerja ditolak, putus pacar, putus pertunangan, perceraian, duhukum, dipenjara, tanpa harapan, keputus asaan, tanpa pertolongan, kesepian, kesendirian, depresi, usaha bunuh diri, perang, atau konflik batin yang dalam, konflik nilai keluhan psikologi, penyalagunaan obat, ganti kerja, pindah kerja, pindah tempat kerja, ada anggota keluarga baru, konflik keluarga, kehilangan anggota keluarga karena kematian, pergi jauh, pindah tempat tinggal, diculik, ditahan tanpa alasan, difitnah, pasangan selingkuh, menduda, menjanda, menderita sakit, sakit berkepanjangan, dan sebagainya. 33 2.6.2. Macam-Macam Krisis Howard Clinebell dalam buku Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral bahwa ada dua macam krisis yaitu; 2.6.2.1. Krisis-krisis perkembangan yang terjadi disekitar transisitransisi normal yang penuh dengan ketegangan dalam perjalanan hidup seperti Perkawinan, Kelahiran, Lulus sekolah, Pensiun. 34

33

Totok S. Wiryasaputra, Op.Cit., 96 Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002),44. 34

37


2.6.2.2. Krisis-krisis menimbulkan

yang

terjadi

secara

ketegangan-ketegangan

kebetulan, dan

yang

kehilangan-

kehilangan yang tidak diharapkan seperti Kematian, Penyakit, Kecelakaan, Pembedahan, Pindah, Pengangguran, Bencanabencana alam yang dapat muncul pada tahap-tahap yang mana saja dalam kehidupan.35 Kedua penjelasan diatas dapat dipahami bahwa perkembangan yang terjadi disekitar seperti masa transisi normal ternyata membawa ketegangan dalam perjalanan hidup. Lebih lagi ketika krisis yang terjadi secara kebetulan dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan dan muncul pada tahap yang mana saja dalam kehidupan. Krisis-krisis yang terjadi dalam kehidupan manusia bisa datang kapan saja sesuai dengan perkembangan yang terjadi disekitar dan pada saat masa transisi sehingga dapat menimbulkan keteganganketegangan yang tidak diharapkan. Jadi dengan demikian dapat dipahami bahwa sebuah krisis bisa dialami siapa saja dan

kapan

saja

dalam

kehidupan

ini

berdasarkan

perkembangan disekitar yang tidak dapat dipungkiri oleh setiap individu-individu sebagai mahkluk sosial.

35

Ibid, Hal. 44.

38


Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat menuliskan bahwa Krisis adalah: 1. Keadaan yang berbahaya; 2. Keadaan yang genting; kemelut; 3. Keadaan yang suram; 4. Saat yang berbahaya di mana keputusan harus diambil.36 Dan Totok S. Wiryasaputra menuliskan pengertian krisis berdasarkan arti kata bahwa; “Kata krisis berasal dari kata kerja krinei dalam bahasa yunani. Secara harafiah krinei berarti mengambil keputusan, menghadapi titik balik atau persimpangan jalan. Dalam krisis orang mengalami masa-masa sulit. mengutip pernyataan kanel, seorang ahli konseling krisis amerika, ada tiga unsur dalam krisis yakni; 1. Ada peristiwa yang terjadi dengan tiba-tiba dan tidak diharapkan, 2. Persepsi yang menganggap peristiwa peristiwa itu sebagai

sesuatu

yang

menyulitkan,

mengancam,

membahayakan,

menyedihkan, dan 3. Ketidak mampuan seseorang memakai mekanisme pertahanan dirinya dan menyebabkan tidak berfungsi seperti biasanya”.37 Sesuai dengan pengertian diatas, maka krisis dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang kritis dan suatu titik balik dalam suatu perkara yang menimbulkan reaksi dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya yang mengancam dan seseorang akan mengalami keadaan yang tak berdaya serta mengalami gangguan emosi.

36

Tim Redaksi, Op Cit, 741. Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, (Yogyakata Diandra Pustaka Indonesia, 2014), 94 37

39


Dari pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa krisis dapat terjadi apabila ada peristiwa atau goncangan yang terjadi dan peristiwa tersebut dianggap sebagai ancaman, bahaya, bahkan menyusahkan batin bagi setiap orang yang mengalaminya. Sehingga mekanisme pertahanan psikologi seseorang tidak dapat mengatasinya dan tidak dapat menjalankan fungsi-fungsi kehidupan sebagaimana mestinya. Sehingga biasanya ketika keadaan krisis terjadi, maka seseorang akan diliputi keadaan yang panik. Mengingat bahaya yang disebabkan oleh keadaan krisis, maka setiap orang sangat membutuhkan bantuan orang lain yang dapat menolong untuk keluar dari keadaan krisisnya. Menolong orang sedang dalam keadaan krisis diperlukan seseorang yang yang dapat mengatasi krisis yang baik dan efektif, sehingga mampu mengembalikan seorang yang krisis kepada keadaan semula. jikalau tidak mampu mengembalikan kepada keadaan semula kemungkinan seseorang yang berada dalam krisis akan terus berada dalam keadaan krisis yang berkepanjangan bahkan bisa menimbulkan krisis-krisis lainnya. 2.6.2. Pengertian Krisis Panggilan Krisis adalah suatu keadaan yang berbahaya atau suatu masa yang gawat sekali dan suatu titik balik dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar dan hilangnya kemampuan untuk mengatasi masalah selama sementara waktu.38 Sedangkan panggilan menurut Ensiklopedia

38

Ibid, Op Cit, 741.

40


berarti dipanggil untuk melayani Allah dalam suatu fungsi dan bagi suatu tujuan khusus.39 Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diketahui bahwa Krisis panggilan adalah suatu masa di mana seseorang sedang dalam keadaan bahaya atau gawat sekali dan kehilangan kemampuan untuk sementara waktu dalam mewujudkan panggilan Allah dalam suatu fungsi dan bagi suatu tujuan khusus. Krisis dapat menjadikan keadaan yang buruk menjadi lebih buruk. Seperti yang diungkapkan oleh Departemen Agama bahwa krisis panggilan adalah kejadian yang tidak diharapkan oleh siapapun, dapat menimbulkan dampak buruk yang belum pernah terjadi sebelumnya. sehingga dapat mendorong panggilan seseorang kepada suatu panggilan yang kacau serta dapat mempengaruhi panggilan seseorang tersebut dengan keputusan yang salah yaitu seseorang dapat meninggalkan panggilan Allah sebagai tujuan khusus. 40 2.7. Dampak Krisis Panggilan Akibat Kematian Orangtua 2.7.1. Krisis Rohani Kematian orang tua merupakan sebuah dilema bagi setiap anggota keluarga yang ditinggalkan. Perasaan dukacita yang dialami oleh anak dapat menimbulkan sebuah krisis dalam kehidupannya. Salah satu krisis yang dialami adalah timbulnya perasaan menyalahkan Tuhan atas kematian orang

39 40

Ibid, Hal. 1021 Departemen Agama RI, Op Cit, Hal.42

41


tua dan imannya menjadi goncang. Keadaan iman tergoncang dalam Alkitab disebut dengan krisis rohani. Istilah krisis rohani mengandung makna kemerosotan rohani yang artinya orang percaya sedang mengalami keraguan untuk suatu waktu. Markus 14:27; Matius 26:31. Yesus memberitahu para muridNya bahwa andasemua akan tergoncang imannya, saat melihat Yesus ditangkap dan disalibkan, mereka saat itu mengalami krisis rohani. Peristiwa yang mengagetkan mereka bahwa Raja yang mereka damba-dambakan harus mati tersalib, sehingga mereka dikuasai ketakutan dan meragukan kepercayaan-kepercayaan pokok mereka, namun kondisi seperti ini hanya bersifat sementara. Tiga hari kemudian saat Yesus bangkit dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, kondisi iman para murid dipulihkan bahkan lebih kuat dari pada awalnya.41 Para murid yang selalu bersama dengan Yesus dapat mengalami krisis rohani, karena masalah yang dialami. Demikian juga dengan seorang anak yang ditinggal mati orangtuanya, harus menjadi yatim piatu dan harus menanggung beban keluarga sebagai anak pertama, maka ada saat ketakutan dan keputusasaan menguasainya, semuanya itu mengarah kepada krisis rohani.

41

William Barclay. Pemahaman Alkitab Matius Pasal 11-28. (Jakarta: GPK Gunung Mulia, 1999), 657

42


2.7.2. Krisis emosional Krisis emosional adalah gangguan emosi dan tingkah laku, suatu kondisi perasaan seseorang saat merasa kesal atau marah dan diungkapkan dalam bentuk lainnya. Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut di waktu singkat; keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis yaitu kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, perasaan marah. “Masalah ini menjadi kompleks dengan adanya sikap atau perlakuan negatif dari lingkungannya. Sebagai akibatnya timbul perasaan rendah diri, perasaan tidak berdaya, mudah putus asa, dan merasa tidak berguna, sehingga menimbulkan kecenderungan menarik diri dari lingkungan pergaulan atau sebaliknya memperlihatkan perilaku yang agresif, atau memamfaatkan kelainnanya untuk menarik belas kasihan dari lingkungannya. “ 42 Akar konflik pribadi salah satunya bersumber pada ketidakseimbangan emosi. Hal ini diakibatkan tekanan-tekanan pada saat tertentu yang membuat seseorang berbeban berat secara emosional. Atau terlalu Lelah secara fisik, hal ini dapat menghasilkan sikap bermusuhan yang tidak patut, seperti kritikan atau masukan yang menghancurkan, dan tingkah laku yang tidak sehat. Hal ini biasanya terjadi tidak terlalu lama, kemudian memperoleh kembali kestabilan emosional, yaitu Kembali pada bentuk yang realistik. Adapun tanda-tanda seseorang yang mengalami gangguan emosi adalah:

42

Yakub Susabda, Pelayanan Konseling Melalui Telepon, Seri Gangguan Emosi (Yogyakarta: Andi Ofset, 2007), 49,53.

43


Insomnia, keresahan, kehilangan nafsu makan, mengundurkan diri dari hubungan antar pribadi, ledakan kemarahan tiba-tiba hanya karena masalah sepele, kecenderungan yang semakin meningkat untuk selalu menyalahkan lingkungan, hidup dengan perasaan bahwa suatu yang buruk akan terjadi, yang tidak mempunyai alasan rasional dalam kenyataan rasa pesimis dan ekstrim, pengulangan tindakan-tindakan yang stereotif, ide-ide yang tidak berhubungan logis, respon-responyang tidak tepat terlalu eksternal, menjauhi kenyataan dan masuk kedalam dunia impian, mempunyai pikiran khayalan halusinasi, perubahan suasana hati yang cepat, misalnya dari kesenangan menjadi tertekan, menunjukkan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa dikala seharusnya menangis, hilangnya kendali emosional, misalnya menangis terus. 43 Gejala-gejala di atas dapat menggambarkan bahwa bila seseorang yang mengalami krisis emosional dapat ditandai, apabila tanda-tanda itu terus menerus hadir, berkembang dan dapat melumpuhkan fungsi-fungsi normal. Seorang anak yang mengalami kehilangan ibu karena kematian akan merasa kehilangan kasih sayang sehingga selalu ingin mencari perhatian dan belas kasihan dari orang-orang di lingkungan sekitar. Kesedihan yang tidak terkontrol, keputus-asaan dalam menjalani studi, hilangnya semangat untuk berkerja merupakan gejala-gejala krisis emosional. 2.7.3. Krisis Sosial Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial dan ingin menjadi bagian dari lingkungannya, karena itu normal jika seseorang selalu ingin menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dari konteks sosial, seseorang dapat dikatakan mengalami krisis sosial jikalau orang tersebut

43

Davis Creath, Mengatasi Krisis Kehidupan, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 1995), Hal. 101-102.

44


secara tidak sadar bertingkah laku yang tidak sesuai dengan standard norma masyarakat, yang secara integral dia sendiri menjadi bagian didalamnya. Para Ahli memberikan definisi krisis sosial adalah sebuah: Keadaan tidak kondusif yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, di mana banyak kejadian yang membuat kondisi lingkungan menjadi memburuk dan tidak nyaman serta aman. Krisis sosial merupakan sebuah gejala yang terjadi di dalam masyarakat, di mana semua kalangan atau pun elemen di dalamnya mungkin saja terlibat dan berperan dalam kejadian atau berlangsungnya krisis tersebut.44 Dari penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa krisis sosial dapat terlihat dari tingkah perilakunya mengalami perubahan yang tidak wajar serta menarik diri dari lingkungan sekitarnya. 2.8. Pendampingan Konseling Pastoral Krisis Panggilan Akibat Kematian Ibu Kandung. Pada bagian ini akan di bahas tentang pendampingan pastoral kepada mahasiswa yang mengalami krisis panggilan karena kematian ibu kandung 2.8.1. Pengertian Pendampingan Konseling Pastoral Pendampingan Pastoral merupakan bagian dari pelayanan yang sangat dibutuhkan dalam menolong umat Tuhan khususnya yang sedang mengalami berbagai persoalan dalam hidupnya. Pendampingan Pastoral merupakan pendekatan teologis dalam pelayanan gerejawi untuk menolong jemaat mengatasi setiap persoalan yang dihadapi. Adapun pengertian

44

Ibid, Hal.146-147.

45


pendampingan pastoral yang diungkapkan oleh Aart Van Beek sebagai berikut; Pendampingan dan kata pastoral adalah gabungan dua kata yang mempunyai makna pelayanan, yaitu kata pendampingan dan kata pendampingan pastoral. Pertama istilah pendampingan: kata ini berasal dari kata kerja “mendampingi”. Mendampingi merupakan suatu kegiatan untuk menolong orang lain yang karena suatu sebab perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan “mendampingi” disebut sebagai “Pendamping”. Antara yang didampingi dan pendamping terjadi suatu interaksi sejajar dan atau relasi timbal-balik. Pihak yang paling bertanggung jawab (sejauh mungkin sesuai dengan kemampuan) adalah pihak yang didampingi.45 Berdasarkan

uraian

di

atas

maka

dapat

dipahami

bahwa

pendampingan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menolong orang lain sejauh mana

memerlukan pelayanan pendampingan. Dalam

pendampingan pastoral harus ada hubungan yang baik antara pendamping dan yang di dampingi. Kemudian ada kerjasama yang baik sehingga pendampingan dapat berjalan dengan baik dan tujuan dari dilaksanakannya proses pendampingan dapat terlaksana dengan baik. Pengertian di atas, dapat diartikan juga bahwa istilah pendampingan merupakan suatu kegiatan kemitraan, bahu membahu, menemani, membagi atau berbagi dengan tujuan agar saling menumbuhkan dan mengukuhkan. Pendampingan

merupakan

kegiatan

kerjasama

untuk

melakukan

pertolongan dalam kaitan menemani orang yang mengalami persoalan. Seorang yang menolong tentunya orang yang memiliki kemampuan untuk menolong orang yang di dampingi. Aart Van Beek juga menuliskan bahwa;

45

Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, (BPK Gunung Mulia: Jakarta,2007), 9

46


“Pendampingan adalah orang yang mempunyai fasilitas yang lebih baik dari orang yang didampingi, yakni lebih sehat, mempunyai keterampilan dan lain sebagainya. Sehingga dapat melakukan pendampingan yang lebih luas bahwa perhatiannya tidak hanya pada problem atau satu gejala saja tetapi lebih dalam, yakni kepada manusia yang utuh, fisik, mental, sosial, dan rohani”.46 Jadi dapat dimengerti bahwa seorang yang melakukan pendampingan harus memiliki wawasan yang luas tentang manusia seutuhnya. Dengan wawasan dan pengetahuan yang memadai seseorang dapat melakukan pelayanan pendampingan secara holistik serta mampu menolong orang yang mengalami masalah. Dengan demikian istilah pendampingan tidak hanya terbatas pada satu bagian saja namun dapat menjangkau kebutuhan pendampingan secara holistik yang bermuara pada pengutuhan kehidupan seseorang yang telah mengalami penderitaan yang semula hidupnya telah tercabik karena berbagai krisis kehidupan. Sedangkan istilah Pastoral berasal dari kata “Pastor” dalam bahasa latin dan bahasa Yunani disebut “Poimen” yang artinya “gembala: pemelihara jemaat”

47

jadi dapat dipahami dari kata gembala adalah seorang yang

bertanggung

jawab

memelihara

kehidupan

jemaat

Tuhan

yang

digembalakan. Kata pemeliharaan disini bukan sekedar memelihara secara rohani tetapi pemeliharaan yang secara holistik juga yang mencakup

46

Aart Van Beek, Ibid, 10. Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan konkordansi perjanjian Baru (PBIK) Jilid II, (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 656. 47

47


manusia seutuhnya. Aart Van Beek menuliskan beberapa fungsi gembala yaitu; Membimbing misalnya dalam konseling pra nikah, mendamaikan atau memperbaiki hubungan (konflik antara pribadi, masalah rohani), menopang atau menyokong dan menolong mereka yang mengalami krisis kehidupan, menyembuhkan orang yang berduka, yang terluka batinnya, dan mengasuh mendorong kearah pengembangan, pertumbuhan secara holistik.48 Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tugas gembala sangat banyak oleh karena itu sebagai seorang gembala harus memiliki wawasan yang luas serta memadai dalam kaitan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang gembala. Konseling pastoral adalah upaya memanfaatkan bermacam-macam

metode

untuk

menolong

orang

agar

dapat

mengembangkan kemampuannya untuk menanggulangi krisis-krisis yang mereka hadapi. Jadi pengertian pendampingan pastoral merupakan suatu upaya yang dilakukan konselor untuk menolong orang dalam mengatasi berbagai persoalan hidupnya. Hubungan dengan kematian sang ibu tercinta yang mengakibatkan terjadinya krisis-krisis dalam hidup seseorang maka perlu pendampingan pastoral agar dapat memperbaiki tujuan yang sebenarnya seperti tujuan yang diharapkan dari pendampingan pastoral. 2.8.2. Fungsi Pendampingan Pastoral Manfaat pendampingan pastoral merupakan tujuan operasional yang hendak dicapai dalam memberikan pertolongan kepada orang lain. Aart Van

48

Aart Van Beek, Op.Cit. 12.

48


Beek dalam bukunya memberikan beberapa fungsi pendampingan pastoral yaitu sebagai berikut; 2.8.2.1. Fungsi Membimbing (Guiding) Pada saat konseli mengalami banyak persoalan dalam

hidupnya,

tentunya

mengalami

kebingungan

disinilah konseli membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat. “Fungsi bimbingan membantu konseli yang berada dala, kebingungan untuk menentukan pilihan-pilihan dan pengambilan keputusan yang pasti, jika pilihan dan keputusan demikian dipandang sebagai yang mempengaruhi keadaan jiwanya sekarang dan akan datang (clebsch & Jackle, 1964:49). Fungsi membimbing berarti membantu konseli ketika harus mengambil keputusan diantara pilihan-pilihan yang ada karena pilihan-pilihan tersebut timbul dari relasi pastoral yang mempengaruhi keadaannya di masa sekarang dan akan datang”. 49 Dengan demikian diperlukan pendampingan pastoral konseling yang baik, maka akan terjadi pengambilan keputusan yang tepat oleh konseli, serta konseli dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. 2.8.2.3. Fungsi Menopang (Sustaining) Konseli

yang sedang dalam masalah sangat

membutuhkan topangan dari seorang konselor supaya mampu menghadapi persoalannya. Fingsi menopang di

49

J.D. Engel, Pastoral dan kebutuhan dasar konseling, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), Hal.5-6

49


perlukan oleh konseli, di mana konseli mengalami luka atau sakit yang membutuhkan pertolongan atau penopangan, agar konseli mampu bertahan untuk melewati saat-saat yang sukar. Fungsi menopang membantu konseli yang sakit atau terluka agar dapat bertahan dan mengatasi suatu kejadian yang terjadi pada waktu lampau (Clinebell 2002:53). Fungsi menopang, menolong konseli mengalami luka atau sakit untuk bertahan menghadapi dan melewati masa-masa sulit yang di alami. Fungsi penopang membantu konseli untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya, mandiri dalam keadaan yang baru, serta bertumbuh secara penuh atau utuh. 50 Fungsi dari penopangan ini adalah menopang konseli untuk mampu bertahan dalam setiap masa yang dialami, serta mampu menerima kenyataan hidupnya. Dan hal yang paling menarik dalam fungsi penopangan ini adalah konseli akan mandiri dalam keadaan yang diperbarui, dan akan bertumbuh secara penuh dan utuh dalam menjalani kehidupannya. 2.8.2.3. Fungsi Penyembuhan (Healing) Fungsi penyembuhan ini sangat penting bagi seorang konseli yang tengah mengalami masalah. Karena itu dibutuhkan pelayanan pastoral konseling untuk menyentuh secara halistik.

50

Ibid, Hal.6

50


Fungsi penyembuhan merupakan pelayanan pastoral secara holistic, lahir dan batin, jasmani dan rohani, tubuh dan jiwa (Abineno, 2010:48). Fungsi penyembuhan ini menuntun konseli mengungkapkan perasaan hatinya yang terdalam. Sebab bukan tidak mungkin secara fisik merupakan akibat dari sebuah tekanan secara psikis emosional. Melalui interaksi yang terbuka konseli dibawa pada hubungan dengan Tuhan baik melalui doa, pembacaan Firman Tuhan dan percakapan pastoral. Menurut Clebsch & Jackle 1964:49), penyembuhan merupakan fungsi pastoral yang bertujuan mengatasi beberapa kerusakan, mengembalikan orang itu pada keutuhan dan menuntunnya ke arah yang lebih baik daripada kondisi sebelumnya. 51 Pengertian fungsi ini adalah konseli di bawa kepada hubungannya dengan Tuhan, melalui doa, pembacaan Firman Tuhan, dan percakapan pastoral. dan yang terakhir konseli akan mengatasi kerusakan, serta mengembalikan konseli pada keutuhan dan menuntunnya kearah yang lebih baik dari yang sebelumnya. 2.8.2.4. Fungsi Memulihkan/ Memperbaiki hubungan (Recorciling) Fungsi penyembuhan atau memperbaiki hubungan ini jelas memerlukan proses yang cukup dalam diri konseli. Hubungan bisa terjalin baik kembali berdasarkan kerelaan dan ketulusan hati konseli untuk mampu mengampuni sesamanya. Fungsi memulihkan atau memperbaiki ini berarti membantu konseli memperbaiki Kembali hubungan 51

Ibid, Hal. 7-8

51


yang rusak antara dirinya dan orang lain (Clinebell, 2002:54). Fungsi memulihkan menolong konseli memaafkan kesalahan yang telah dilakukanorang dan memberi mereka pengampunan. Dengan mengampuni, hubungan konseli dan sesame yang telah rusak diperbaiki kembali. Clebsch & Jackle 1964: 49) mengemukakan bahwa fungsi pemulihan merupakan usaha membangun ulang hubunganhubungan yang telah rusak di antara manusia dengan Allah dan sesamanya. 52 Berdasarkan penjelasan ini dapat dipahami bahwa dengan terbangunnya hubungan antara sesama dan Tuhan maka konseli akan merasakan pemulihan yang akan mengakibatkan damai sejahtera yang dirasakannya. 2.8.2.5. Fungsi Memelihara/Mengasuh (Nurturing). Fungsi memeliha ini ada hal yang harus diperhatikan bahwa dalam memahami dfungsi ari memelihara atau mengasuh harus benar. Dalam memelihara atau mengasuh dapat diketahui bahwa hal ini dapat memampuhkan konseli untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Karena itu perlu dorongan ke arah pertumbuhan dan perkembangan

secara

holistik

dalam

menjalani

kehidupannya. Clinbell 2002:54 mengatakan bahwa fungsi memelihara atau mengasuh memampuhkan konseli untuk mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Allah kepadanya. Potensi yang dapat dilihat dalam proses tersebut adalah apa yang dapat ditumbuhkembangkan sebagai kekuatan dalam 52

Ibid, Hal. 8

52


melanjutkan kehidupannya, sehingga mereka didorong kea rah pertumbuhan dan perkembangan secara holistik. Dengan demikian pendampingan konseling pastoral melaksanakan fungsi penggemblaan dengan tujuan utama mengutuhkan kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya, yakni fisik, social, mental dan spritualnya. 53 Dalam

setiap

fungsi

dapat

dipahami

bahwa

semuanya sangat penting mereka perlu didolong ke arah pertumbuhan dan perkembangan secara holistik. Dan hal ini sangat penting di mana supaya mereka harus mampu mengutuhkan kehidupannya. 2.8.2.6. Fungsi Mengutuhkan Fungsi mengutuhkan merupakan tujuan utama dari pendampingan

pastoral

yaitu

pengutuhan

kehidupan

manusia dalam segala aspek kehidupannya, yakni fisik, sosial, emosi dan spiritual. Lawan dari keutuhan adalah kerusakan, keretakan, kehancuran, dan keebobrokan yang menyebabkan penderitaan. Dengan demikian penderitaan menjadi lawan dari pengutuhan, kecuali apabila penderita menjadi factor yang diperlukan dalam peroses pertumbuhan manusia.

53

Ibid, Hal. 8-9

53


Menurut Clinbell sebagaimana dikutip Van Beek dalam bukunya pendampingan pastoral, mengatakan bahwa ketika seseorang mengalami pengutuhan maka pertumbuhan dimulai. Aspek proses penting dalam pengutuhan adalah: 1. Menghidupkan

pikiran

seseorang

dengan

melibatkan sumber daya pikiran, perasaan kreatifitas, memperluas intelektual. 2. Merevitalisasi

tubuh

dengan

belajar

dari

pengalaman dan menggunakan tubuh secara efektif serta penuh kasih sayang, termasuk pengurangan stress dan Kesehatan secara holistik lainnya. 3. Memperbaharui dan memperkaya hubungan dengan orang lain, memperkaya jaringan dengan orang lain dalam hal kepedulian, penyembuhan relasional sangat penting untuk keutuhan 4. Memperdalam hubungan seseorang dengan alam dan

biofer

ekologis,

dalam

peningkatan

persekutuan

dan

kesadaran kepedulian,

menjadikan seseorang lebih utuh secara fisik, mental, dan spiritual ketika mereka di bantu untuk

mengembangkan

interaksi.

54

dan

menghargai


5. Pertumbuhan yang berkaitan dengan Lembagalembaga yang signifikan dalam kehidupan seseorang,

dengan

cara

membebaskan,

memotivasi dan memberdayakan bekerja dengan orang lain. Dengan demikian terjadi transformasi sosial dengan bekerjasama untuk mengubah masyarakat. 54 Dapat diketahui bahwa fungsi mengutuhkan adalah hal yang sangat penting untuk mendampingi seseorang yang tengah dalam krisis, yang dapat membawa perubahan ke segala aspek kehidupan seseorang tersebut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam membimbing, pengambilan keputusan tentang masa depan ataupun mengubah dan memperbaiki tingkah laku tertentu atau kebiasaan tertentu, tetap di tangan orang yang didampingi. Pendampingan juga dapat berfungsi sebagai perantara untuk memperbaiki hubungan yang rusak dan terganggu. pendamping dapat menjadi cermin dalam hubungan tersebut; menganalisa hubungan, menangalisa mana yang mengancam hubungan akhirnya mencari alternatif untuk memperbaiki hubungan tersebut. kemudian sokongan dari pendamping berupa kehadiran juga dapat membantu mengurangi

penderitaan

yang

begitu

memukul.

Penting

juga

fungsi

menyembuhkan terutama bagi mereka yang mengalami dukacita dan luka batin

54

Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001),

Hal.13,15.

55


akibat kehilangan. Oleh karena itu sangat penting menyadari bahwa emosi atau perasaan yang tertekan dan yang tidak terungkapkan melalui kata-kata seperti menangis dan lain-lain memungkinkan akan disalurkan melalui disfungsi tubuh. karena itu perlu menolong penderita untuk berkembang dan diperlukan pengasuhan kearah pertumbuhan melalui proses pendampingan pastoral. Dan yang terakhir adalah pendampingan yang efektif melalui pembinaan. Dengan demikian dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa manfaat pendampingan pastoral sangat penting untuk menolong setiap orang yang sedang dalam masalah dan menolong memberikan pandangan-pandangan yang dapat membantu membuka pikiran klien yang sedang dalam masalah krisis. 2.9. Langkah-Langkah Konseling Krisis Penting untuk memperhatikan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam konseling krisis. H Norman Wright memberikan enam Langkah dasar yang harus diikuti dalam menolong seseorang yang sedang mengalami krisis. 2.10.1. Intervensi Langsung Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menolong seseorang yang mengalami krisis adalah intervensi langsung. Krisis dapat dianggap sebagai suatu yang bahaya di mana keadaan seseorang merasa kacau dan susah. Oleh karena bahaya krisis, banyak orang menganggap bahwa krisis merupakan ancaman terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka, baik ancaman keamanan,

ancaman

terhadap

kemampuan

dalam

mengendalikan

kehidupan. Oleh karena itu tujuan dari intervensi langsung adalah mencegah

56


kehancuran.55 Seorang yang mengalami krisis bisa melakukan tidandakan yang negative seperti bunuh diri, menghancurkan dirinya sendiri, lari dari panggilanNya, jika tidak diberikan pertolongan yang cepat. Intervensi langsung menurut peneliti adalah salah satu cara meringankan keadaan krisis yang dialami. 2.10.2.

Mengambil Tindakan Setelah Langkah pertama dari konseling krisis, maka Langkah

kedua adalah bertindak. Seseorang yang sedang mengalami krisis biasanya memiliki sikap yang ragu-ragu atas keputusan yang harus diputuskan, oleh karena itu konselor perlu menggerakkan agar perilakunya terarah kepada sasaran, yang mempunyai tujuan tertentu. Seseorang yang sedang mengalami krisis perlu mengetahui bahwa sesuatu sedang dilakukan oleh mereka untuk mereka.56 Jadi dapat diketahui bahwa saat seseorang dalam keadaan krisis maka hidupnya diliputi dengan keragu-raguan, kebingungan bahkan tidak berdaya. Maka sangat penting sebagai konselor perlu menggerakakan agar berperilaku yang lebih terarah kepada sasaran yang baik. Mereka perlu mengetahui bahwa sesuatu sedang dilakukan untuk kebaikan dirinya. Oleh sebab itu seharusnya melalui pelayanan konseling, maka konselor harus membantu orang yang sedang mengalami krisis untuk memahami krisis yang sedang terjadi. Sebagai konselor berani mengambil tindakan dengan memberikan petunjuk untuk memudahkan, serta mendengarkan kemudian

55 56

H. Norman Wright, Op Cip., hal.67 Ibid, Hal.70-71

57


memberikan dorongan untuk kembali bersemangat memulihkan perasaan putus asa akibat peristiwa yang terjadi. 2.10.3. Membangun Harapan Dan Masa Depan Yang Positif. Kematian seorang ibu yang menimbulkan krisis emosional bisa membawa seseorang akan lebih banyak putus asa. Oleh sebab itu sangat penting untuk membangun harapan dan masa depan dan yang positif”. Jangan memberi

mereka

harapan

palsu,

tetapi

menyelesaikan masalah-masalah mereka.

57

doronglah

mereka

untuk

Oleh karena itu sangat penting

untuk membangun harapan dan kemungkinan masa depan yang positif serta konselor mendorong untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka dengan menggunakan kemampuan yang mereka miliki. Namun konselor harus mampuh menjadi pendengar yang baik dari informasi yang disampaikan mereka sebab informasi yang disampaikan merupakan hal yang penting untuk mengetahui

sejauh

mana

informasi

tersebut

dapat

mempengaruhi

kehidupannya. 2.10.4. Pemecahan Masalah Yang Terfokus Pemecahan masalah yang terfokus sudah disebut sebagai tulang punggung konseling krisis. Mengenai pemecahan masalah yang terfokus, konselor terlebih dahulu menentukan masalah utama yang diperkirakan telah membawa seseorang pada krisis, kemudian konselor melibatkan konseli tersebut untuk memecahkan dan menggunakan cara untuk menyelesaikan

57

Ibid, Hal.77-78

58


masalah yang dihadapi oleh konseli. H. Norman Wrigth memberikan penjelasan bahwa melibatkan konseli dalam rencana itu akan menghasil dua hal yang baik yaitu: menambah kesempatan konseli untuk melaksanakan rencana penyelesaian tersebut dan menolong konseli agar mampu mengandalakn dirinya sendiri.58 Jadi dapat diketahui bahwa pemecahan masalah yang terfokus, sebenarnya sangat menolong untuk penyelesaian awal masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang yang sedang krisis. 2.10.5.

Membangun Harga Diri Membangun harga diri merupakan hal penting yang harus diperhatikan

ketika seseorang dalam keadaan krisiS.Uelaksanaan konseling krisis emosional akibat

kematian

seorang

ibu,

sebagai

konselor

harus

belajar

mempertimbangkan dan memahami serta menemukan sejauh mana peristiwa yang dialami itu, mempengaruhi seseorang tersebut serta konselor berfikir sudah sejauh mana telah mempengaruhi seseorang tersebut yang sedang mengalami krisis. Di saat krisis itulah saat di mana orang tersebut akan mengalami rasa gelisah, dan merasa harga dirinya rendah.59 Seseorang yang mengalami krisis tentunya akan merasa gelisah serta merasa harga dirinya rendah. Kesempatan ini adalah kesempatan yang baik untuk seorang konselor dapat membangun Kembali harga diri seseorang yang sedang mengalami krisis serta dapat mengurangi kegelisahan yang dirasakan oleh konseli. Oleh karena itu diperlukan seorang penolong yang menjadi konselor untuk memberikan

58 59

Ibid, Hal.83 Ibid, Hal. 89.

59


pembimbingan dengan baik sehingga konseli tersebut tetap memiliki rasa percaya diri serta mampu mengatasi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. 2.10.6.

Menanamkan Rasa Percaya Diri. Menanamkan rasa percaya diri merupakan langkah yang terakhir dalam

konseling krisis. Sangat penting mengetahui bahwa bilamana seseorang yang berada dalam keadaan krisis ialah orang yang sudah kehabisan akal. 60 Dengan kata lain bahwa orang tersebut sedang berada dalam kebuntuhan baik secara iman, akal sehat sehingga sangat memungkin untuk seseorang yang krisis mengambil tindakan-tindakan yang negatife dan bahkan dapat merugikan dirinya sendiri. Seseorang yang mengalami krisis dapat dilihat dari perubahan tingkah lakunya yang mengalami kemunduran seperti akan merasakan ketidak mampuan lagi dalam menjalani kehidupan, merasa telah kehilangan kekuatan dan kemampuan. Hal demikianlah yang dialami oleh seseorang yang sudah kehilangan ibu kandungnya yang menjadi tempat curhat dan memperoleh kasih sayang yang lebih banyak. Oleh sebab itu sebagai konselor harus bisa membimbing serta mengarahkan orang tersebut untuk dapat melepaskan ketidak berdayaan yang dirasakan konseli. Dan yang lebih penting adalah memastikan konseli memiliki rasa percaya diri untuk semakin bertumbuh secara utuh.

60

Ibid, Hal. 91

60


2.11. Integrasi Teologi dan Psikologi dalam pendampingan Konseling Pastoral Integrasi teologi dan psikologi merupakan suatu usaha disiplin ilmu yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia secara utuh. Disiplin ini berkepentingan untuk membangun diri dan saling membutuhkan. Dalam ilmu teologi tentang manusia seutuhnya yaitu roh, jiwa dan tubuh (1 tesalonika 5:23) merupakan hal yang perlu diberikan perhatian dan dirawat sehingga berkenan kepada Allah. Namun berbeda dengan psikologi yang secara khusus mempelajari kejiwaan manusia yang terlibat melalui berbagai tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melihat bahwa manusia adalah makhluk yang terdiri dari roh, jiwa dan tubuh dapat diketahui bahwa bagian ini sangat berkaitan erat maka diperlukan integrasi ilmu teologi dan psikologi untuk menolong seseorang yang sedang mengalami berbagai-bagai krisis dalam kehidupannya. Don Welch menuliskan bahwa: Teologi adalah pemahaman kita tentang siapa Tuhan dan penjelasan metodis dari isi iman Kristen. Dan pemahaman tentang Allah yang diturunkan melalui mengungkapkan Firman Tuhan dan melalui tindakan Allah oleh Roh Kudus. Oleh karena itu pemahaman yang sehat dari pengalaman manusia hanya dapat dipahami oleh mengartikulasikan dengan jelas siapa Tuhan dan siapa kita di dalam Dia. Psyschology, di sisi lain, adalah pendekatan ilmiah untuk memahami manusia. Ini bukan berusaha untuk memahami apa yang membuat orang merasa, berfikir, dan berperilaku dengan cara tertentu. Jawaban questins psikologis

61


ditemukan melalui panca indra atau bukti empiris dan dianalisis menggunakan pemikiran rasional. Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat dipahami bahwa dalam pendekatan pelayanan pastoral konseling bagi seseorang yang mengalami krisis emosional akibat kematian ibu kandung seharusnya menggunakan pendekatan yang lengkap. Baik secara teologis maupun secara psikologis dalam pembimbingan manusia secara utuh. Hal ini dikarenakan manusia merupakan mahkluk yang memiliki roh, jiwa dan fisik seperti yang diungkapkan oleh Rasul Paulus demikian “semoga Allah damai sejahtera menguduskan andaseluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.

62


KERANGKA BERPIKIR Pendampingan Konseling Pastoral Terhadap Mahasiswa STT Efata Salatiga Yang Mengalami Krisis Panggilan Akibat Kematian Ibu Kandung Keluarga

Panggilan Menjadi Hamba

Kematian ibu kandung

Tuhan

Dukacita

Krisis Panggilan 1. Krisis Rohani 2. Krisis Emosional 3. Krisis Sosial 1. 2. 3. 4.

Membimbing Menopang Penyembuhan Memulihkan/ Memperbaiki Hubungan 5. Memelihara /Mengasuh 6. Mengutuhkan

Pendampingan Pastoral Konseling Krisis Panggilan:

Intervensi langsung Mengambil tindakan

1. M

Langkah-Langkah Konseling Krisis

Membangun harapan masa depan yang positif. Memberi dukungan

e m

Membangun harga diri.

u

Menambahkan rasa percaya diri.

l Dampak Pastoral Konseling

i h 1. Pemulihan Rohani 2. Pemulihan Sosial k 3. Pemulihan Emosional

a n / M

63

Pemulihan Krisis Panggilan


BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka.61 Menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.62 Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.63 Adapun tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan fenomena secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pendampingan konseling pastoral terhadap mahasiswa STT Efata yang mengalami krisis akibat kematian ibu kandung.

61

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. I, hlm. 51. 62 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 3 63 Ibid, hlm. 17.

64


Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengahasilkan gambaran dan memahami secara mendalam tentang Krisis panggilan yang dialami oleh mahasiswa STT Efata salatiga. 3.2. Lokasi Penelitian Streubert dan carpenter dalam Wiwin Lismidiati menyatakan bahwa; Setting penelitian adalah lapangan di mana individu menjalani pengalaman hidupnya. Tujuan dilakukan riset lapangan adalah untuk mendapatkan setting natural di mana satu fenomena terjadi, tempat penelitian memerlukan interaksi sosial tertentu untuk memudahkan dalam mendapatkan informasi 64. Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Tinggi Teologi Efata Salatiga, Alamat Jl. Bangau No.25, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Lokasi ini dipilih menjadi lokasi penelitian dengan beberapa pertimbangan: 3.2.1. Di STT Efata salatiga terdapat beberapa mahasiswa yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. 3.2.2. STT Efata merupakan Lembaga Pendidikan teologi yang menerapkan bimbingan terhadap mahasiswa untuk melewati setiap masalah yang dihadapi. 3.2.4. STT Efata dekat dengan tempat tinggal peneliti serta memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian sesuai dengan topik pembahasan. 3.2.5. Pimpinan STT Efata memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian sesuai dengan topik pembahasan.

64

Ibid.

65


3.3. Waktu Penelitian Waktu penelitian memiliki tahap yang pertama telah dilaksanakan pada bulan november 2020 adalah tahap persiapan penelitian, dan yang kedua adalah tahap pelaksanaan penelitian di mana peneliti membuat kesepakatan dengan partisipan mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Selanjutnya ada tahap pembuatan laporan penelitian. Penyusunan laporan penelitian dilakukan setelah wawancara dilakukan. 3.4. Sumber Data Sumber data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. 3.4.1. Data Primer Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli ataupun pertama.65 Dalam penelitian ini yang diperoleh berasal dari partisipan secara langsung yaitu mahasiswa STT Efata yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung dan partisipan tri anggulasi. 1. Partisipan E. H, adalah seorang Mahasiswa Putra yang berusia 25 Tahun yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. 2. Partisipan J. M, adalah seorang mahasiswa Putri yang berusia 24 Tahun yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung.

65

Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian dengan Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Ofset, 2006) 8

66


3. Partisipan S U, adalah seorang mahasiswa putra, yang berusia 21 Tahun yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. Peneliti akan melakukan observasi dan wawncara semi tertruktur dan langsung kepada setiap partisipan dan dosen wali. Selain itu peneliti menggunakan berbagai macam sumber literatur yang berkaitan dengan topik penelitian peneliti. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang berasal dari sumber kedua yang dapat diperoleh melalui buku-buku, dan artikel yang di dapat dari website yang bekaitan dengan penelitiian itu.66 Data yang berasal dari Partisipan dan berbagai literatur untuk itu beberapa sumber buku atau data yang diperoleh akan membantu dan mengkaji masalah secara kritis penelitian tersebut. Untuk memperoleh data ini peneliti mengambil sejumlah buku-buku, website, dan contoh penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 3.5. Teknik Pengumpulan Data Mengingat bahwa penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, maka data yang digunakan dalam penelitian ini juga merupakan data kualitatif. Berlangsungnya proses pengumpulan data, peneliti benar-benar mengharapkan

66

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta: Kencana, 2005), 119

67


mampu berinteraksi dengan obyek yang dijadikan sasaran penelitian. Maksudnya adalah peneliti menggunakan pendekatan alamiah dan harus peka terhadap gejalagejala yang di lihat, di dengar, dirasakan, serta apa yang dipikirkan oleh klien. Karena “keberhasilan peneliti tergantung dari data lapangan, maka ketetapan, ketelitian rincian, kelengkapan dan keluesan pencatatan informasi yang sudah diamati dilapangan sangat penting artinya untuk menentukan penarikan kesimpulan penelitian”.67 Dengan demikian kegiatan pengumpulan data, pada dasarnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan istrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan realibitasnya. Secara sederhana, pengumpulan diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk menjaring atau mengungkap berbagai fenomena, informasi atau kondisi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Berdasarkan penjelasan di atas, maka di dalam penelitian ini pengumpulan data di lakukan dengan cara menetukan subyek penelitian, yaitu tiga orang mahasiswa di STT Efata yang mengalami kasus kematian ibu kandung. Penelitian ini dilakukan secara langsung guna mendapatkan data yang diperlukan supaya data tervalidasi, dalam penelitian ini juga akan memperoleh data dari orang-orang terdekat yang mengetahui lebih jelas kondisi dari partisipan. Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah observasi ke lapangan secara langsung dan melakukan wawancara. Adapun teknik pengumpulan data ini adalah:

67

Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Citapustaka Media, Cetakan ketiga, 2010) hal.133.

68


3.5.1. Observasi Salah satu tehnik pengumpulan data selain wawancara adalah observasi. Norman K. Dinzen dan Yvonna S. Lincoln menyatakan bahwa “selama manusia masih memilki ketertarikan untuk mengkaji dunia sosial dan alam sekitarnya, maka teknik observasi berperan penting sebagai dasar pijakan bagi ilmu pengetahuian manusia.”68 Sebagai seorang peneliti kualitatif, maka diperlukan pemahaman yang jelas tentang keterlibatan peneliti. Norman K. Dinzen dan Yvonna S. Lincoln menyatakan bahwa seorang peneliti naturalistik memerlukan empat tipe pengamat (observer) yaitu; 1. Menjadi partisipan penuh. 2. Partisipan sebagai pengamat. 3 pengamat sebagai partisipan. 4. Menjadi pengamat penuh.”69 Observasi dibutuhkan dalam penelitian ini untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap partisipan, perilaku partisipab selama wawancara, interaksi partisipan dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relavan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Patton dalam Poerwandari menyatakan bahwa: tujuan observasi adalah mendesertasikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perpektif

68 Norman K. Dinzen dan Y vonna S. Lincoln, Hanbook Of Qualitative Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 523 69 Ibid, 526

69


mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.70 dilanjutkan Patton dalam Poerwandari bahwa: “Salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi.” 71 Selanjutnya Patton dalam Sugiono mengungkapkan tentang manfaat dari observasi sebagai berikut; a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik dan menyeluruh. b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif memungkinkan melakukan penemuan atau discovery. c. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati orang lain khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak terungkapkan dalam wawancara. d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh partisipan dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

70 Kristi purwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia (Jakarta: Lembaga Pengembangan sarana pengukuran dan psikoligi (LPSP), Fakultas Psikologi UL, (2007), 136 71 Ibid, 136 - 137

70


e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi partisipan, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih konprehensif. f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.72 Terkait dengan penelitian ini, maka peneliti melaksanakan observasi terhadap pendampingan pastoral konseling terhadap mahasiswa yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung di STT Efata Salatiga. Peneliti mengamati perilaku partisipan selama kegiatan penelitian berlangsung. Peneliti akan mencatat setiap perubahan yang terjadi sejak awal hingga akhir penelitian. 3.5.2. Wawancara Kristi Poerwandari dalam bukunya yang berjudul pendekatan kualitatif untuk penelitian Perilaku Manusia menuliskan bahwa wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bermaksud untuk memperoleh pengetahuan makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yng diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain. 73 Ada tiga pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara.

72

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods), (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011), 313 73 Kristi Poerwandari, Fakultas psikologi Universitas Indonesia

71


Wawancara informal: proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada perkembangannya pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah. Tipe wawancara demikian umumnya dilakukan peneliti yang melakukan observasi partisipatip. Dalam situasi demikian, orang-orang yang diajak berbicara tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai secara sistematis untuk menggali data. Wawancara dengan pedoman umum: dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (cheklist) apakah aspek-aspek relavan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian, peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung. Wawancara dengan pedoman yang sangat umum ini dapat berbentuk wawancara terfokus, yakni wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau aspek-aspek tertentu dari kehidupan atau pengalaman subjek. Tetapi wawancara juga dapat berbentuk wawancara mendalam, di mana peneliti mengajuhkan pertanyaan bagaimana mengenai berbagai segi kehidupan subjek, secara utuh dan mendalam. Wawancara dengan pedoman tersandar yang terbuka: dalam bentuk wawancara ini, pedoman wawancara ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat. Peneliti diharapkan dapat melaksanakan wawancara sesuai sekuensi yang tercantum, serta menanyakannya

72


dengan cara yang sama pada responden-responden yang berbeda. Keluwesan dalam mendalami jawaban terbatas, tergantung pada sifat wawancara dan ketrampilan peneliti. Bentuk ini akan efektif dilakukan bila peneliti melibatkan banyak pewawancara, sehingga peneliti perlu mengadministrasikan upaya-upaya tertentu untuk

meminimalkan

variasi

sekaligus

mengambil

langkah-langkah

menyeragamkan pendekatan terhadap responden. 3.5.3. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 3.5.4. Trianggulasi Triangulasi sumber data adalah pengumpulan data dari beragam sumber yang saling berbeda dengan menggunakan suatu metode yang sama misalnya wawancara.74 Untuk keperluan data atau sebagai pembanding data tersebut, sehingga menjaga keakuratan data, maka peneliti mengacu pada triangulasi data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi yang dilakukan subjek dalam waktu yang tidak bersamaan. Begitu juga sumber data yang diperoleh menggunakan waktu yang tidak bersamaan dengan proses wawancara subjek. Dalam penelitian ini Sumber data adalah mahasiswa yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung.

74

Sahit Rahardjo, Https: // www: Konsistensi Com, (diakses tanggal 1-1-2020).

73


Kemudian signifikant other terdiri dari Dosen Wali dan Pimpian Asrama. Significant other merupakan orang yang dapat menjadi Triangulasi data. Dengan triangulasi data maka dapat diketahui data yang sama dengan sumber yang berbeda sehingga dapat diketahui tingkat kredibitas data yang diperoleh. 3.5.5. Wawancara Semi Terstruktur. Wawancara semi terstruktur merupakan pedoman yang dipakai peneliti untuk mengumpulkan data melalui pertanyaan-pertanyaan yang mendalam dan mengarah pada fokus penelitian, yakni keadaan yang berhubungan dengan kasus kematian ibu kandung yang dialami partisipan. Lexi J Meleong menuliskan bahwa wawacara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu. Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan terwawancara yaitu orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.75 Penjelasan ini dapat dipahami bahwa dalam melakukan tehknik pengumpulan data melalui wawancara, peneliti harus terlebih dahulu menentukan pokok permasalahan yang harus ditanyakan. Dengan demikian proses wawancara dapat terlaksana dengan baik, dan peneliti mendapatkan informasi yang lebih dalam. Hal yang penting yang harus dilakukan adalah peneliti terlebih dahulu menyusun kerangka wawancara semi terstruktur. Maksud dari wawancara terstruktur adalah wawancara yang tidak membatasi pertanyaan hanya pada pertanyaan yang telah disiapkan, namun pertanyaan itu masih dapat dikembangkan lagi

75

Lexy J Meleong, Metode Penelitian, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 186

74


ke pertanyaan lain diluar dari yang telah ditentukan. Seperti yang terlampir di bagian lampiran. 3.8.Tehknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis. Sugiono menuliskan: data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara semi terstruktur, diolah dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipahami oleh orang lain. 76 Analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di dalam lapangan, dan setelah di lapangan selesai. Dengan demikian analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif terus dilakukan mulai dari perencanaan penelitian, penelitian langsung sampai pada penulisan hasil penelitian selesai. 3.9.Teknik Validasi Data Menguji validasi data maka peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data dan membandingkan apa yang sudah dikatakan partisipan dalam wawancara semi terstruktur dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. PEDOMAN WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR Pertanyaan Wawancara Semi Terstruktur Tentang Perasaan yang di alami Kapan ibu anda meninggal Bagaimana perasaan anda ketika ibu kandung anda meninggal? Berapa lama anda sedih karena ibu anda meninggal? Apa saja dampak yang anda alami saat kematian ibu kandung? Bagaimana anda mengatasi kesedihan anda pada saat itu?

76

Ibid

75


Pertanyaan Wawancara semi Terstruktur Tentang Krisis Yang Di Alami Bagaimana hubungan anda dengan Tuhan sebelum kematian ibu kandung? Setelah kematian ibu anda, bagaimana hubungan anda dengan Tuhan? Bagaimana Perasaan anda terhadap Tuhan setelah kematian ibu kandung anda? Berapa lama anda tidak bersekutu dengan Tuhan? Krisis Emosi Apakah anda merasa cemas dan putus asa karena kematian ibu kandung anda telah meninggal? Bagaimana perasaan anda menyandang status piatu? Berapa lama perasaan anda di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung? Krisis Sosial Saat Mana anda benar-benar merasa di tinggalkan semua pihak? Berapa Banyak Pihak yang mendukung anda pada saat berdukacita? Setelah kematian ibu kandung anda, bagaimana hubungan anda dengan teman-teman asrama? Seberapa dekat hubungan anda dengan ibu kandung selama menjalani studi di stefa? Krisis Dukungan yang seperti apa yang diberikan ibu anda selama di stefa? Panggilan Apa makna panggilan bagi diri anda sendiri sebelum anda meninggal? Apa makna panggilan bagi setelah kematian ibu anda Apakah anda marah dengan Tuhan ketika ibu kandung anda meninggal lalu anda ingin meninggalkan panggilan anda? Bagaimana Motivasi anda untuk melayani Tuhan sebelum dan sesudah ibu anda meninggal? Apakah anda pernah berpikir untuk meninggalkan panggilan pelayanan? Jika ya, alasannya apa? Pertanyaan wawancara Pendampingan Konseling Pastoral Krisis Rohani

Apakah anda pernah di konseling oleh dosen wali dan bapak-ibu asrama? Apakah anda pernah di konseling oleh bapak-ibu asrama? Pendampingan seperti apa yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama? Apakah pendampingan yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama sudah efektif? Krisis Panggilan Pendampingan konseling Pastoral bagimana yang menguatkan panggilan anda. Krisis Emosi Pendampingan seperti apa yang anda dapatkan untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? Krisis Sosial Bagaimana pendampingan yang anda dapatkan untuk mengatasi krisis Sosial yang anda alami? Krisis Rohani Bagaimana proses konseling pastoral yang dilakukan oleh dosen wali untuk pemulihan rohani Anda? Pertanyaan Hasil Pendampingan Konseling pastoral Krisis Rohani

Bagaimana Pendampingan pastoral konseling membantu andapada akhirnya dapat memaknai kematian ibu kandung sebagai kehendak Tuhan? Bagaimana Hubungan Andadengan Tuhan Setelah di dampingi?

76


Hasil Pendampingan Krisis Emosi

Hasil Pendampingan Krisis Sosial

Apa yang anda rasakan setelah di lakukan pendampingan pastoral konseling?

Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu anda bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? Bagaimana hubungan andadengan teman-teman asrama, keluarga, teman kamar andasetelah mendapatkan pendampingan? Bagaimana Pendampingan pastoral dapat menolong anda sampai anda merasa tidak di tinggalkan semua pihak? Bagaimana motivasi anda untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan pastoral?

Hasil Pendampingan Krisis Panggilan Pertanyaan untuk Pimpinan Asrama

Kapan mahasiswa tersebut Kehilangan ibu kandung? Berapa lama mahasiswa tersebut sedih karena kematian ibu kandungnya? Apakah mahasiswa tersebut sedih karena kematian ibu kandungnya? Setelah kematian ibu mahasiswa tersebut bagaimana hubungannya dengan Tuhan? Pasca Kematian ibu kandung mahasiswa tersebut apakah mahasiswa tersebut marah kepada Tuhan? Berapa lama mahasiswa tersebut tidak ingin bersekutu dengan Tuhan. Apakah mahasiswa tersebut pernah merasa di tinggalkan oleh semua pihak? Bagaimana hubungan mahasiswa tersebut dengan teman kuliah, dan juga teman kamar? Seberapa dekat hubunganmu mahasiswa tersebut dengan ibunya selama mahasiswa tersebut di stefa? Apakah bapak melihat mahasiswa tersebut marah dengan Tuhan ketika ibu kandungnya meninggal kemudian mahasiswa tersebut mau meninggalkan panggilanNya? Apakah bapak tahu alasannya mahasiswa tersebut mau meninggalkan PanggilanNya? Apakah bapak pernah memberikan mahasiswa tersebut Pendampingan Pastoral Konseling Pendampingan seperti apa yang Bapak Berikan kepada mahasiswa tersebut? Berarti selama ini baru pendampingan sesuai kebutuhan ya pak? Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani mahasiswa tersebut? Pendampingan seperti apa yang bapak berikan ke mahasiswa tersebut untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? Bagaimana pendampingan yang bapak berikan mampu mengatasi krisis Sosial yang mahasiswa tersebut alami? Pendampingan Konseling Pastoral yang bagaimana yang membangkiitkan mahasiswa tersebut kembali untuk tetap berada di stefa? Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani mahasiswa tersebut? Bagaimana Hubungan mahasiswa tersebut dengan Tuhan Setelah di dampingi? Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu mahasiswa tersebut bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? Bagaimana hubungan mahasiswa tersebut dengan teman-teman asrama, keluarga, teman kamar mahasiswa tersebut setelah mendapatkan pendampingan?

77


Bagaimana motivasi mahasiswa tersebut untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan? Pertanyaan untuk Dosen Wali Kapan mahasiswa tersebut Kehilangan ibu kandung? Berapa lama mahasiswa tersebut sedih karena kematian ibu kandungnya? Setelah kematian ibu mahasiswa tersebut bagaimana hubungannya dengan Tuhan? Pasca Kematian ibu kandung mahasiswa tersebut apakah mahasiswa tersebut marah kepada Tuhan? Berapa lama mahasiswa tersebut tidak ingin bersekutu dengan Tuhan. Apakah bapak melihat mahasiswa tersebut marah dengan Tuhan ketika ibu kandungnya meninggal kemudian mahasiswa tersebut mau meninggalkan panggilanNya? Apakah bapak tahu alasannya mahasiswa tersebut mau meninggalkan PanggilanNya? Apakah bapak pernah memberikan mahasiswa tersebut Pendampingan Pastoral Konseling Pendampingan seperti apa yang Bapak Berikan kepada mahasiswa tersebut? Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani mahasiswa tersebut Pendampingan seperti apa yang bapak berikan ke mahasiswa tersebut untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? Bagaimana pendampingan yang bapak berikan mampu mengatasi krisis Sosial yang mahasiswa tersebut alami? Pendampingan Konseling Pastoral yang bagaimana yang membangkitkan mahasiswa tersebut kembali untuk tetap berada di stefa? Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani mahasiswa tersebut? Bagaimana Hubungan mahasiswa tersebut dengan Tuhan Setelah didampingi? Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu mahasiswa tersebut bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? Bagaimana hubungan mahasiswa tersebut dengan teman-teman asrama, keluarga, teman kamar mahasiswa tersebut setelah mendapatkan pendampingan? Bagaimana motivasi mahasiswa tersebut untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan?

78


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN Pada bab ini, peneliti akan menguraikan tentang tahap-tahap pra penelitian, persiapan penelitian, dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu, pada bab ini juga akan diuraikan Analisa data dari masing-masing partisipan, laporan observasi, dan analisis data. Kemudian pada akhir analisa data terdapat pembahasan secara umum dari semua partisipan mengenai kondisi partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. 4.1. Pra Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian Pada awal pra penelitian, fokus peneliti tentang pendampingan konseling pastoral terhadap mahasiswa yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. Melalui persetujuan dosen metodologi penelitian yang memberikan banyak masukan dan pandangan mengenai penelitian ini. Kemudian peneliti melakukan kajian awal studi literatur sesuai dengan fokus penelitian. Tujuan dari kajian ini, diharapkan peneliti memperoleh pemahaman tentang kasus yang diteliti sebelum peneliti turun kelapangan. Kemudian peneliti turun kelapangan sebagai upaya mencari data survey awal dan menentukan dua partisipan yang mengalami kasus kematian ibu kandung yang menurut peneliti sesuai kriteria yang dimaksudkan dengan fokus penelitian. Namun dalam perkembangan selanjutnya, melalui diskusi dengan pembimbing menyarankan untuk memperkuat dan mendukung hasil yang akurat untuk menambahkan satu orang partisipan sehingga penelitian memperoleh hasil yang baik, akhirnya peneliti memutuskan untuk

79


meneliti tiga partisipan kepada mahasiswa yang mengalami kasus kematian ibu kandung. Adapun tahap-tahap kegiatan pra penelitian adalah sebagai berikut: 4.1.1. Menyusun Rencana Penelitian Rencana dalam bagian ini yang dimaksudkan yang meliputi penulisan bab satu, sampai bab tiga yang mencakup latar belakang masalah, landasan

teori,

dan

metodologi

penelitian.

Kemudian

peneliti

mempersiapkan alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara semi terstruktur. 4.1.2. Memilih Partisipan Penelitian Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa awalnya peneliti memilih dua orang partisipan yaitu mahasiswa yang akan menjadi subjek penelitian. Namun dengan perkembangan dalam penelitian, maka peneliti memutuskan untuk memilih tiga orang partisipan sebagai subjek penelitian. Menurut peneliti ketiga partisipan tersebut, mengalami kasus yang sama yaitu kematian ibu kandung. 4.1.3. Menjajaki Lapangan Pada tahap ini mulai dilakukan perbincangan langsung dengan partisipan dan sekaligus mendengar, mengamati permasalahan yang partisipan alami dan rasakan akibat kematian ibu kandung. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, sebagaimana seharusnya bukan apa yang dipikirkan oleh peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi dilapangan, apa yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh sumber data. 80


Dengan melakukan penelitian melalui pendekatan deskriptif maka peneliti harus memaparkan, menjelaskan, menggambarkan data yang telah diperoleh ole peneliti melalui wawancara mendalam yang dilakukan. 4.2. Prosedur Analisi Data Setelah semua data yang diperlukan baik dari hasil observasi, pertanyaan melalui wawancara semi terstruktur terkumpul, maka peneliti melakukan analisis data sesuai dengan yang tersusun pada bab tiga dalam pembahasan metodologi penelitian. Analisis data adalah upaya yang dilakukan peneliti dengan cara mengelompokkan data, mengelola data, mencari dan menemukan makna yang meliputi keadaan sebelum ibu kandung partisipan meninggal, keadaan setelah ibu kandung partisipan meninggal, dan bagaimana konseling pastoral yang mereka alami. Pengelompokkan tersebut dapat menunjukkan keadaan dan perubahan demi perubahan yang di alami partisipan secara khusus keadaan krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. Kemudian peneliti akan menguraikan hasil penelitian dari tiap-tiap partisipan dan selanjutnya peneliti memuat tabel wawancara dari hasil pengumpulan data tersebut dan menandai kata-kata kunci dan berupaya menemukan tema-tema dari data dan menuliskan maknanya. Sehingga pada akhirnya hasil keseluruhan data dari partisipan termasuk hasil observasi digabungkan bersama dengan landasan teori untuk dibuat deskripsi mengenai hasil dari penelitian terhadap mahasiswa yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung.

81


4. 3. Hasil Penelitian 4.3.1. Karakteristik Partisipan 4.3.1.1. Gambaran umum partisipan Indentitas Partisipan 1 Nama Inisial : S.U Jenis Kelamin: Laki-laki Agama

: Kristen

Status

: Mahasiswa

4.3.1.2. Laporan Wawancara dan Observasi Partisipan Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 7 Mei 2021 pukul 13.00 wib – Selesai di Gedung Paud. Wawancara dilakukan dalam suasana santai. Pada awal pertemuan partisipan belum terbuka dengan peneliti. Namun setelah komunikasi terbangun S.U mulai terbuka dan percaya dengan peneliti untuk mencerikan masalahnya sampai peneliti mampu memberikan pertanyaan yang sudah disiapkan, dan akhirnya partisipan S.U pun menjawab sesuai pertanyaan walaupun tidak

runtut.

Namun

peneliti

merekam

pembicaraan

yang

berlangsung. Pada wawancara selanjutnya dilaksanakan dalam suasana santai sebab partisipan sudah semakin akrab dengan peneliti. Dalam

82


pertemuan ini peneliti melengkapi data yang belum terjawab pada pertemuan pertama. 4.3.1.3. Hasil Wawancara Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, diperoleh hasil pernyataan dari partisipan yang mempunyai makna antara lain: Tabel 1 Hasil Wawancara Semi Terstruktur Tentang Perasaan yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung Kode W1P1

Pertanyaan Jawaban Kapan ibu Sabtu, 21 September 2019 anda meninggal

W1P2

Bagaimana perasaan anda ketika ibu kandung anda meninggal?

W1P3

Apakah anda kesedihan karena kematian ibu kandung?

W1P4

Berapa lama anda sedih karena ibu anda meninggal?

Makna Partisipan mengalami peristiwa kematian ibu kandung pada hari sabtu, 21 September 2019 Tentu sangat sedih kak, dan Perasaan Partisipan tidak percaya apalagi akibat merasa sangat meninggal secara tiba-tiba. kematian sedih dan shock ibu mendengar Kandung berita kematian ibu kandung secara tiba-tiba. Wah Sedih sekali kak, karena Perasaan Partisipan kematiannya mendadak akibat sangat sedih sekali. Apalagi saya dekat kematian yang mendalam dengan ibu kandung aku kak. ibu karena kematian Kandung ibu kandung mendadak dan partisipan dekat dengan ibu kandung. Bersedih itu diawal-awal lama Partisipan kematian mama saya, hampir partisipan mengalami stengah tahun, setelah itu mengalami kesedihan akibat tidak terlalu lagi kesedihan kematian ibu kandung hampir stengah tahun.

83

Tema Waktu ibu kandung meninggal


W1P5

Apa saja dampak yang anda alami saat kematian ibu kandung?

Tidak mau makan, tidak mau diganggu orang lain, rasanya sedih terus pada saat itu.

Dampak perasaan akibat kematian ibu kandung

W1P6

Bagaimana anda mengatasi kesedihan anda pada saat itu?

Pertama-tama saya bingung kak, bahkan rasanya tidak mau bergabung dengan teman-teman ya gimana gitu kak pokoknya belum bisa awal-awal itu kak. Kemudian saya mencoba bergabung dengan teman-teman supaya tidak terlalu sedih kak.

Cara partisipan mengatasi kesedihan pada saat kematian ibu kandung

Beberapa dampak kesedihan yang dialami partisipan akibat kematian ibu kandung Partisipan mencoba mengatasi kesedihannya dengan cara membangun komunikasi dengan temanteman yang ada di asrama

Tabel 2 Wawancara semi Terstruktur Tentang Krisis Yang Di Alami Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Krisis

Kode W1P1

Krisis Rohani W1P2

W1P3

Pertanyaan Bagaimana hubungan anda dengan Tuhan sebelum kematian ibu kandung? Setelah kematian ibu anda, bagaimana hubungan anda dengan Tuhan?

Bagaimana Perasaan anda terhadap

Jawaban Ya bisa dikatakan baiklah kak, saya rutin bersekutu pribadi dengan Tuhan seperti berdoa dan membaca Firman Tuhan.

Tema Makna Kehidupan Partisipan rohani memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan.

Ya bisa di bilang kacau balau kak, malas pokoknya. Ketika saya mengikuti ibadah saya tidak bisa konsentrasi berdoa, mendengar Firman Tuhan. saya juga tidak rutin lagi membaca Firman Tuhan dan berdoa secara pribadi. Wah, sangat marah kak, jengkel, karena mengambil orang yang sayang sama saya,

Kehidupan Setelah rohani kematian ibu kandung, hubungan partisipan dengan Tuhan menjadi tidak baik.

84

Perasaan dengan Tuhan

Partisipan memilki perasaan marah


W1P4

Krisis Emosi

W1P5

W1P6

W1P7

W1P8

Tuhan setelah kematian ibu kandung anda? Berapa lama anda tidak bersekutu dengan Tuhan?

dengan Tuhan.

Waktu itu Saya tidak bisa bersekutu sekitar enam bulan. saya masih ikut biston, ya karena aturan. Jujur saya masih kecewa dan mempertanya kan kepada Tuhan kenapa secepat itu Tuhan memanggil mama saya. Apakah Iya pasti cemas kak anda merasa karena tidak ada cemas dan harapan lagi. putus asa karena kematian ibu kandung anda telah meninggal? Kapan anda Saya benar-benar benar-benar merasakan kehilangan merasa ketika mama saya sudah kehilangan? tidak ada lagi bahkan sampai saat sekarang ini.

Jangka waktu partisipan tidak melakukan disiplin rohani

selama enam bulan, partisipan menjalani kegiatan rohani sebagai rutinitas.

Perasaan partisipan

Partisipan mengalami perasaan cemas dan putus asa

Waktu partisipa merasakan kehilangan

Partisipan belum pulih dari perasaan kehilangan sampai saat ini.

Bagaimana perasaan anda menyandan g status piatu?

Kalau di pikir-pikir sih kak, ya tidak nyaman kak, terus sakit juga rasanya, karena ada yang sudah berkurang.

Perasaan Ketika menyanda ng status piatu

Perasaan apa yang menguasai hati anda setelah kematian ibu kandung

Kuatir, cemas, putus asa, tidak berdaya, marah, iri, sedih rasanya, bingung pernah berpikir mengapa Tuhan tidak adil begitu, orang yang saya andalkan di dunia ini kok Tuhan panggil begitu cepat. Padahal masih

Perasaan yang menguasai partisipan setelah kematian ibu kandung

Partisipan merasa tidak nyaman menyandang status sebagai piatu dan sakit rasanya. Partisipan mengalami perasaan kuatir, cemas, putus asa, tidak berdaya, marah, iri, sedih

85


banyak lagi yang mau saya ceritakan kepada mama saya.

W1P9

Krisis Sosial

W1P10

Apa yang membuat anda kuatir, cemas, putus asa, tidak berdaya, marah, iri, bingung. Berapa lama perasaan anda di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung? Saat Mana anda benarbenar merasa di tinggalkan semua pihak?

rasanya, bingung pernah berpikir mengapa Tuhan tidak adil. Kematian ibu kandung membuat partisipan tidak memiliki pengharapan.

Karena orang yang selama ini mendukung saya sudah meninggal. Saya betul-betul merasa kehilangan. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Ya cukup lama sih, beberapa minggu

Perasaan hampa

Partisipan dikuasai perasaan hampa cukup lama akibat kematian ibu kandung.

Pada saat itu, mama saya meninggal hari sabtu malam, paginya minggu dan minggu itu saya memutuskan untuk ikut ibadah pagi, seketika ibadah selesai dan mau memasuki ibadah ke 2 saya disuruh pulang, karena masih bersedih, pada saat itu terus mengeluarkan air mata, saya masih ingat yang menyuruh saya pulang pada saat itu Ibu Adis, dan teman-teman seangkatan dgn saya, pada saat disepanjang perjalan pulang saya sendirian di asrama karena teman-

Perasaan ditinggalk an semua pihak

Partisipan merasa ditinggal semua pihak Ketika partisipan seorang diri

86


W1P11

W1P12

W1P13

W1P14

Berapa Banyak Pihak yang mendukung anda pada saat berdukacita ? Setelah ibu anda meninggal, bagaimana hubungan anda dengan keluarga? Setelah kematian ibu kandung anda, bagaimana hubungan anda dengan temanteman asrama? Selain dukungan dari keluarga, apakah ada dukungan orang lain terhadap panggilan anda?

teman belum pulang, dan begitupula pada saat diasrama suasana sunyi seakan saya sendiri yang mengalami musibah ini, disitu terlintas dipikiran saya bahwa saya ditinggalkan seorang diri Teman-teman, bapak ibu Dukungan asrama ada dosen juga di kepada dalam kampus kak cuma partisipan itu tadi, ya dihibur kan rame-rame tapi bukan konseling sih kak,

Ya walaupun baik sih kak, hanya tetap berbeda sekali dengan sebelumnya waktu masih ada mama saya.

Hubungan partisipan dengan keluarga

Ya itu, kadang saya memilih menyendiri artinya saya lebih menarik diri dari lingkungan teman-teman kak

Hubungan partisipan dengan temanteman

Yang pasti keluarga lainnya masih tetap mendukung sih kak tapi gimana ya sekedar mendukung beda dengan mama.

Dukungan dari keluarga

87

Partisipan mendapat dukungan dari beberapa pihak.

Partisipan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga namun tetap sudah berbeda Partisipan sering menyendiri dan menarik diri dari lingkungan teman-teman.

Partisipan selain didukung oleh keluarga juga didukung oleh keluarga besarnya hanya sudah berbeda.


W1P15 Krisis Panggil an

W1P16

W1P17

Seberapa dekat hubungan anda dengan ibu kandung selama menjalani studi di stefa?

Tentunya sangat dekat biasanya tiap malam kami telponan, bercerita mengenai kehidupan di stefa dan lain sebagainya. karena saya paling dekat dengan mama saya, selama dikampung pun kalo dihitung anak mama saya yang paling dekat hanya saya. Dukungan Semangat, motivasi, doa, yang seperti dan materi. apa yang diberikan ibu anda selama di stefa?

Hubungan Partisipan dengan ibu memiliki kandung hubungan yang sangat dekat dengan ibu kandungnya.

Apa makna panggilan bagi diri anda sendiri sebelum anda meninggal?

Makna panggilan

Sebelum mama saya dipanggil oleh Tuhan mungkin saya merasa bahwa panggilan ini sungguh mulia.

Apa makna panggilan bagi setelah kematian ibu anda

W1P18

Dukungan yang di terima partisipan

setelah saya kehilangan mama saya, saya merasa bahwa ini sepertinya bukan panggilan Tuhan untuk saya, dengan Tuhan menguji saya melalui mama saya yang Tuhan panggil, apakah saya menerima, apakah saya lari dari panggilan di stefa ini dengan kematian mama saya. Apakah Waktu itu saya marah Suasana anda marah sekali kepada Tuhan, hati

88

Partisipan mendapat dukungan dari ibu kandung berupa perhatian, dan mencukupi segala kebutuhan partisipan. Sebelum kematian ibu kandung partisipan merasa bahwa panggilan ini sungguh mulia. Partisipan mengalami perubahan pandangan terhadap panggilan akibat kematian ibu kandung.

Partisipan marah sekali


dengan Tuhan ketika ibu kandung anda meninggal lalu anda ingin meninggalk an panggilan anda?

kenapa Tuhan memanggil mama saya begitu cepat, saya masih butuh kasih sayang, butuh doa dari seorang ibu seperti orang lain yang masih mendapatkan itu. Memang saya ingin pulang saja tidak lanjut kuliah lagi.

kepada Tuhan

W1P19

Bagaimana Jujur saja ya kak, Komitmen Motivasi komitmen saya waktu itu melayani anda untuk berubah, dulunya Tuhan melayani semangat tapi setelah ibu Tuhan saya meninggalkan saya, sebelum dan saya ingin tidak lanjut sesudah ibu lagi. anda meninggal? W1P20 Apakah Iya, Saya ingin Keteguhan anda pernah meninggalkan panggilan panggilan berpikir saya. Alasan saya supaya untuk terus sama-sama dengan meninggalk saurada saya dan papa an saya. panggilan pelayanan? Jika ya, alasannya apa? Tabel 3 wawancara Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Pendampingan Konseling Kode Pertanyaan Pastoral Krisis W1P1 Apakah anda pernah di konseling oleh dosen wali dan bapak-ibu asrama?

89

Jawaban Dosen wali waktu itu sih ada tetapi belum konseling kak, tetapi saya istilahnya, karena saya didoakan, dinasehati, ya begitu sih kak.

dengan Tuhan dan ingin meninggalka n panggilannya .

Partisipan kehilangan semangat dan motivasi melayani Tuhan.

Partisipan pernah berfikir untuk meninggalka n panggilan.

Tema

Makna

Pendamp ingan dosen wali

Partisipan sudah pernah di konseling namun konselinya belum mendalam.


W1P2 Apakah anda pernah di konseling oleh bapakibu asrama?

W1P3 Pendamping an seperti apa yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama?

Krisis Panggilan

Belum kak. Tapi didoakan

Kalo di bilang pendampingan dari dosen wali belum ya kak. Bapak dan asrama juga belum tetapi penguatan yang saya terima dari bapak asrama saat itu adalah, bahwasanya hidup ini hanya sementara, cepat atau lambat, tua atau muda, kaya atau miskin pasti mengalami yang namanya kematian, W1P4 Apakah Saya kira belum ya pendamping kak Namanya juga an yang anda kak kehilangan pasti terima dari tidak gampang dan dosen wali butuh waktu yang dan bapak lama. ibu asrama sudah efektif? W1P5 Pendamping Bapak asrama an konseling memberi Pastoral pengarahan, bagimana pencerahan bagi saya yang bagaimana saya menguatkan diingatkan bahwa panggilan masalah boleh ada, anda. pergumulan boleh ada tetapi saya harus melihat bahwa ada masa depan yang cerah yang harus saya kejar.

90

Pemberia n pendamp ingan

Partisipan merasa belum mendapat pendampinga n konseling secara efektif dari bapak dan ibu asrama. Pendamp Partisipan ingan mendapatkan yang pendampinga diberikan n dari dosen . wali dan bapak-ibu asrama Namun belum mendalam.

Efektifita s pendamp ingan Pastoral Konselin g

Pendamp ingan yang menguat kan

Partisipan menyatakan bahwa pendampinga n yang diberikan dosen wali belum efektif. Partisipan mendapat pendampinga n yang membuka wawasan untuk masa depan.


Krisis Emosi

Krisis Sosial

Krisis Rohani

W1P6 Pendamping an seperti apa yang anda dapatkan untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? W1P7 Bagaimana pendamping an yang anda dapatkan untuk mengatasi krisis Sosial yang anda alami?

W1P8 Bagaimana proses konseling pastoral yang dilakukan oleh dosen wali untuk pemulihan rohani Anda?

91

Awalnya hampa sekali, setelah saya di doakan sedikit lega kak.

Pendamp ingan mengatas i perasaan dukacita

Partisipan diberikan pendampinga n kerohanian.

Waktu itu beberapa waktu kemudian, saya ingat kembali waktu saya di doakan dan di dalam doa bapak asrama bilang ajar kami melihat sekeliling kami bahwa ada yang mengalami hal yang sama tapi Tuhan tolong. Itu sih kak. Akhirnya saya belajar untuk bergabung dengan teman-teman, Waktu itu memang ada dosen wali kak, tapi aku belum pernah di lakukan konseling tapi ketika mama saya dipanggil oleh Tuhan, tetapi saya di doakan oleh bapak asrama, pak yefta, dosen lain, dan teman-teman semuanya, dan di situ saya merasa bahwa Tuhan masih menghasihi saya memberikan saya orang-orang yang terus mengajar saya dekat dengan Tuhan

Pendamp ingan krisis sosial

Partisipan diarahkan untuk melihat rencana dan pertolongan Tuhan yang ajaib.

Proses pendamp ingan konselin g pastoral

Partisipan mendapat pendampinga n melalui doa.


dalam keadaan apa pun Tabel 4 Hasil Pendampingan Konseling pastoral Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Hasil Pendampingan Kode Pertanyaan Konseling Pastoral Krisis Rohani W1P1 Bagaimana Pendamping an pastoral konseling membantu andapada akhirnya dapat memaknai kematian ibu kandung sebagai kehendak Tuhan? W1P2 Bagaimana Hubungan Andadengan Tuhan Setelah di dampingi? Hasil Pendampingan Krisis Emosi

Jawaban Tema

Makna

Waktu saya dinasehati oleh bapak-ibu asrama, waket 3 kemahasiswaan, teman-teman, bawasanya kematian itu adalah sudah menjadi kehendak Tuhan yang tidak bisa kita hindari, bahwa kematian itu adalah hal yang pasti, cepat atau lambat. Karena Tuhan yang mengaturnya.

Cara memakn ai kematian Kematia n ibu kandung

Partisipan diarahkan untuk melihat kematian sebagai kehendak Tuhan.

Ya saya mulai perlahanlahan bisa menerima kenyataan kak dan saya belajar berkomitmen sendiri berdoa dan puasa kak.

Hubunga n dengan Tuhan setelah di dampingi

W1P3 Apa yang anda rasakan setelah di lakukan pendamping an pastoral konseling?

Yang pasti rasa Lega kak, membuat saya untuk berfikir bangkit lagi, bahwa masih ada orang yang mengasihi saya, perduli kepada saya selain keluarga inti saya

Perasaan setelah Pendamp ingan Pastoral Konselin g

W1P4 Bagaimana Pendamping an Pastoral konseling dapat membantu

Awalnya hampa sekali, setelah saya di doakan sedikit lega kak.

Pendamp ingan perasaan hampa

Partisipan mengalam i pemulihan hubungan dengan Tuhan. Partisipan perlahanlahan mengalam i pemulihan krisis emosional. Pendampi ngan melalui doa membuat partisipan

92


Hasil Pendampingan Krisis Sosial

Hasil Pendampingan Krisis Panggilan

anda bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? W1P5 Bagaimana hubungan andadengan teman-teman asrama, keluarga, teman kamar andasetelah mendapatkan pendamping an? W1P6 Bagaimana Pendamping an pastoral dapat menolong anda sampai anda merasa tidak di tinggalkan semua pihak?

mengalam i kelegaan.

Sejak saya menerima kenyataan ibu saya meninggal kak, saya sudah mulai bergabung dengan teman-teman tapi tetap saja saya masih minder. Kalau keluarga biasa saja kak.

Hasil pendamp ingan krisis sosial

Partisipan perlahanlahan mengalam i pemulihan krisis sosial.

Iya kak, saya pun merasa semuanya sangat diluar dugaan saya, saya pernah berpikir, apa iya kalo saya ditinggalkan ibu saya waktu itu, posisi saya bukan distefa, karena banyak orang yang bersimpati kepada saya, teman-teman kampus, dan bahkan temanteman mengucapkan bela sungkawa melalui sosial media. W1P7 Bagaimana Kalau motivasi saya motivasi sudah kembali kepada anda untuk semula kak, saya ingin melayani menjadi pelayan Tuhan Tuhan, sekalipun setelah mungkin masih tetap mendapatkan berat buat saya pendamping kennyataan ini, tapi an pastoral? saya akan mencoba terus berusaha dengan berjalannya waktu kak.

Pendamp ingan paraasaa n tidak ditinggal kan semua pihak

Partisipan tidak mendapatk an pendampi ngan secara efektif.

Hasil pendamp ingan krisis panggila n

Partisipan mengalam i pemulihan krisis panggilan.

93


Identitas Pimpinan Asrama Nama Inisial : C.Y Umur

: 42

Jenis Kelamin: Laki-laki Agama

: Kristen

Tabel 5 Partisipan 1 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 1 Kode W1P1

W1P2

W1P3

W1P4

W1P5

W1P6

Pertanyaan Kapan S.U Kehilangan ibu kandung? Berapa lama S.U sedih karena kematian ibu kandungnya? Apakah S. U sedih karena kematian ibu kandungnya?

Jawaban Kalau tidak salah tahun 2018 atau 2019 ya udah lupa bapak. Ya beberapa minggu

Tema Peristiwa kematian

Makna sekitar tahun 2018 atau 2019.

lama sedih

beberapa minggu mengalami kesedihan.

Kalau S.U ini lebih kuat Perasaan sih, mungkin karena lakilaki ya, gejala tunggu ya paling banyak diam, suka menyendiri, konsentarinya berkurang. Itu lebih banyak Perilaku menyendiri dan tertutup S.U yang berubah

Berdasarkan Pengamatan bapak Perilaku apa saja yang berubah saat S.U kehilangan ibu? Apakah ada Ya mungkin masalahnya dampak yang itu tadi, agak malas ya, timbul? konsentrasi belajarnya menurun. Setelah kematian Nah itu saya tidak terlalu ibu S.U paham ya, tapi beberapa bagaimana saat teman kamarnya hubungannya bilang dia beberapa kali dengan Tuhan? tidak ikut doa-doa malam yang ada.

94

Dampak yang di alami S. U Kerohania n S. U

S.U banyak diam, suka menyendiri dan konsentrasinya berkurang

Bp. C.Y menyatakan perilaku yang berubah lebih banyak menyendiri dan tertutup. Bp.C. Y menyatakan S.U malas dan konsentrasi belajarnya menurun. Bp.C. Y menyatakan S.U beberapa kali tidak mengikuti doa malam.


W1P7

Pasca Kematian ibu kandung S.U apakah S.U marah kepada Tuhan? W1P8 Berapa lama S.U tidak ingin bersekutu dengan Tuhan. W1P9 Apakah Reaksi S.U saat melihat teman-temannya berkomunikasi dengan ibu kandungnya? W1P10 Berapa lama S.U di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung? W1P11 Pihak-pihak mana saja yang mendukung S.U pada saat berdukacita?

W1P12 Apakah S.U pernah merasa di tinggalkan oleh semua pihak? W1P13 Bagaimana hubungan S.U dengan keluarga? W1P14 Bagaimana hubungan S.U dengan teman kuliah, dan juga teman kamar?

Ya pasti marah, karena waktu bapak datang mendoakan dia, dia bilang ke bapak Tuhan itu tidak adil ya pak. dia sih tidak lama beberapa saat saja

Suasan hati

Bp.C. Y menyatakan S.U marah dengan Tuhan.

Tidak bersekutu dengan Tuhan Keadaan Emosi partisipan

Bp. C.Y menyatakan S.U beberapa saat tidak bisa bersekutu dengan Tuhan Bp. C.Y tidak paham

Wah tidak tahu

Perasaan S. U

Bp. C.Y tidak tahu

Biasanya kalau ada yang berduka teman-teman datang menghibur dia, bapak dan ibu asrama juga kalau ada dosen lain yang tahu pasti datang ke tempatnya untuk mendoakan dia. Tidak tahu

Pihak yang mendukun g S. U

Bp. C.Y menyatakan bahwa S.U yang mendukung adalah teman-teman, bapakibu asrama dan ada dosen.

Krisis sosial yang di alami partisipan Hubunga n S.U dengan keluarga Hubunga n S.U dengan teman kuliah dan teman kamar

Bp. C.Y menyatakan tidak tahu

Wah saya tidak terlalu paham ya soal itu,

Sejauh yang diceritakan ke bapak ya baik.

Ya baik juga tapi katanya teman kamarnya, teman kuliahnya setelah kehilangan ibu kandungnya dianya menjaga jarak.

95

Bp C.Y menyatakan bahwa hubungan S.U dengan keluarga baik Bp. C. Y menyatakan bahwa hubungan S. U dengan teman kuliah dan teman kamar baik. Namun setelah kematian ibu kandung S.U mulai menjaga jarak


W1P15 Seberapa dekat hubunganmu S.U dengan ibunya selama S.U di stefa? W1P16 Apakah bapak melihat S.U marah dengan Tuhan ketika ibu kandungnya meninggal kemudian S.U mau meninggalkan panggilanNya? W1P17 Apakah bapak tahu alasannya S.U mau meninggalkan PanggilanNya?

dekat sekali karena waktu bapak masih dikalimantan bapak lihat selalu pergi sama-sama mamanya ke ladang. Ya marah, dia yang bilang Tuhan itu tidak adil, orang yang mendukung saya untuk kuliah di stefa malah dipanggil cepat, tapi soal mau meninggalkan panggilanNya saya hanya pernah mendengar sekali bahwa ia mau pulang sih.

Hubunga n S.U dengan ibu kandung Panggilan partisipan

Bp. C.Y menyatakan bahwa S.U dekat dengan ibu kandung selama S.U di Stefa

Ya katanya sih temantemannya kalau ia mau menemani bapaknya kasian bapaknya.

Alasan S.U meninggal kan panggilan Nya

W1P18 Apakah bapak pernah memberikan S.U Pendampingan Pastoral Konseling W1P19 Pendampingan seperti apa yang Bapak Berikan kepada S.U?

Ya kita dampingi. Kita doakan dan hiburkan.

Pendampi ngan yang diberikan bapak/ibu asrama

Bp. C.Y menyatakan bahwa alasan S.U meninggalkan panggilaNya adalah dirinya ingin menemani bapaknya di kampung. Bp. C.Y menyatakan bahwa S.U di dampingi dengan di doakan dan dihiburkan.

Jadi gini, kalau pendampingan khusus kita gk ya, gk seperti itu cuman, kita tau kalau mereka sedang berduka kita perlu memberikan dukungan moril untuk mereka, di doakan mereka hibur mereka, Hari-hari dia berkabung dari sejak dia tahu ibunya meninggal sampai di makamkan. jadi kita berikan dukungan moril urntuk dia, nah kalau misalnya dalam perkembangan selanjutnya dan dia masih sedih atau

Bentuk pendampi ngan pastoral

96

Bp. C.Y menyatakan bahwa S. U marah dengan Tuhan dan partisipan berkata Tuhan itu tidak adil sehingga ingin pulang meninggalkan panggilannya.

Bp. C.Y menyatakan bahwa S.U diberikan bukan pendampingan khusus tetapi S.U diberikan pendampingan seperti dukungan moril, dihibur dan di doakan. Karena pendampingan seperti konseling di stefa jarang dilakukan.


W1P20 Berarti selama ini baru pendampingan sesuai kebutuhan ya pak? W1P21 Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani S.U? W1P22 Pendampingan seperti apa yang bapak berikan ke S.U untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? W1P23 Bagaimana pendampingan

dia masih susah, dan selagi mereka juga, maksudnya gini…. Mereka juga terbuka untuk datang bicara dengan kita, atau kita dapat informasi bahwa yang ini belum move on begitu ya sudah kita akan berikan dukungan tapi kalau pendampingnya harus seperti konseling seperti itu. Disini selama ini jarang ya, jarang dalam arti bahwa duduk panggil ngobrol sendiri jarang kecuali, dia merasa itu terlalu berat dan dia perlu untuk konseling secara pribadi nah, kita akan layani untuk ajak ngobrol. Tapi kalau tidak datang ya berarti kan dia baik baik saja. Ya…. pendampingan kita Pendampi kuatkan dan motivasi. ngan

Ya itu kita doakan supaya dia kuat melewati masa dukacitannya. Dan imannya kuat.

Pendamin gan pada saat krisis Rohani

Biasanya kalau dia cewek kita suruh teman-temannya menghibur dia, kalau lakilaki saya datang sendiri untuk mendoakan dia.

Pendampi ngan krisis Emosi S. U

kita beritahu bahwa teman- Pendampi teman banyak yang ngan

97

Bp. C.Y menyatakan bahwa S.U diberikan pendampingan sesuai kebutuhan; yaitu dikuatkan dan dimotivasi. Bp. C.Y menyatakan bahwa S.U di doakan supaya kuat melewati dukacita dan imannya kuat. Bp. C.Y menyatakan bahwa Bp. C.Y datang kepada S.U kemudian mendoakan S.U.

Partisipan diarahkan untuk kuat melewati


yang bapak berikan mampu mengatasi krisis Sosial yang S.U alami? W1P24 Pendampingan Konseling Pastoral yang bagaimana yang membangkiitkan S.U kembali untuk tetap berada di stefa? W1P25 Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani S.U? W1P26 Bagaimana Hubungan S.U dengan Tuhan Setelah di dampingi?

mengalami, kalau mereka kuat anda pasti bisa.

Krisis sosial yang di alami S. U

dukacita yang dialami

Ya kita berusa ingatkan motivasi awalnya, sudah berjuang apakah putus di tengah jalan?

Pendampi ngan Krisis Panggilan yang di alami S. U

Partisipan di ingatkan tentang motivasi awalnya. Supaya tetap pada panggilan-Nya.

Saya berfikir melalui memberikan contoh ayat firman Tuhan kemudian didoakan supaya kuat

Hasil pendampi ngan

S.U diberikan ayatayat Firman Tuhan dan di doakan itu menguatkan saya.

Sejauh ini sudah baik.

S.U memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan.

W1P27 Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu S.U bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? W1P28 Bagaimana hubungan S.U dengan temanteman asrama, keluarga, teman kamar S.U setelah mendapatkan pendampingan?

Saya yakin dengan kita doakan, kita hibur S.U dikuatkan dan temantemannya memotivasi dia dan pasti dirinya juga berjuang untuk sukses ya.

Hubungan S.U dengan Tuhan setelah di dampingi Hasil pendampi ngan perasaan hampa S. U

Hubungan S. U dengan teman. Keluarga serta teman kamar setelah diberikan pendampi ngan

S.U memiliki hubungan dengan keluarga sudah baik, dengan teman sudah baik, teman kamar pun sudah baik.

Sudah baik. Dengan keluarga juga setahu saya baik.

98

S.U didoakan dan di hibur, teman-teman juga memberikan motivasi


W1P29 Bagaimana motivasi S.U untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan?

Saya lihat sih banyak kemajuan Ketika diberikan pelayanan dia lakukan. Saya yakin keadaan panggilannya sudah pulih.

Motivasi S.U melayani Tuhan setelah di dampingi

S.U banyak mengalami kemajuan dalam pelayanan. Dan panggilan S.U sudah pulih artinya sudah kembali seperti motivasi semula.

Identitas Dosen Wali Nama Inisial : P Umur

: 52 Tahun

Jenis Kelamin: Laki-laki Agama

: Kristen

Tabel 6 Partisipan 1 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 1 Kode W1P1

Pertanyaan Jawaban Kapan S.U Kurang paham Kehilangan ibu persisnya kapan kandung?

W1P2

Berapa lama S.U sedih karena kematian ibu kandungnya?

W1P3

Dampak apa saja yang timbul dari S. U?

W1P4

Berdasarkan Pengamatan bapak Perilaku

Tentunya setiap orang yang mengalami kehilangan pasti sedih, apalagi ibu kandung itu lebih dengan dengan seorang anak. Berapa lamanya sih kurang tahu persis karena saya tidak di asrama ya Kalau di kelas ya itu pandangannya kosong, konsentrasinya menurun. Kuat sih, mungkin karena laki-laki ya, gejala tunggu ya paling banyak diam, suka menyendiri, konsentarinya berkurang. Moodnya berubah, kurang tanggap maksud penyampaian dan seperti

99

Tema Peristiwa kematian ibu kandung Jangka waktu kesedihan S. U

Makna Bp. P tidak tahu kapan ibu kandung S.U meninggal

dampak yang timbul

S.U mengalami gejala konsentrasi menurun, pandangan kosong

Perilaku yang berubah

Partisipan mengalami mood berubah dan kurang

Bp. P tidak tahu berapa lama S.U sedih.


apa saja yang berubah saat S.U kehilangan ibu?

informasi yang saya dengar S.U Itu lebih banyak menyendiri

W1P5

Apakah S.U mengalami masalah?

Ya tentu salah satunya masalah belajar di kelas konsentrasinya berkurang, Pandangannya kosong.

Masalah yang di alami S. U

W1P6

Setelah kematian ibu S.U bagaimana hubungannya dengan Tuhan? Pasca Kematian ibu kandung S.U apakah S.U marah kepada Tuhan?

Setelah kematian ibu kandungnya saya dengar S.U kecewa dengan Tuhan sampai tidak ingin lanjut kuliah lagi. Pasti marah karena hubungan dengan ibu kandung dengan anak sangat dekat. Ya pasti marah, karena waktu bapak datang mendoakan dia, dia bilang ke bapak Tuhan itu tidak adil ya pak. Saya kurang paham mbak.

Krisis Rohani yang dialami partisipan Perasaan S.U terhadap Tuhan.

W1P7

W1P8

W1P9

Berapa lama S.U tidak ingin bersekutu dengan Tuhan.

Apakah Reaksi S.U saat melihat teman-temannya berkomunikasi dengan ibu kandungnya? W1P10 Berapa lama S.U di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung? W1P11 Pihak-pihak mana saja yang mendukung S.U pada saat berdukacita?

tanggap dan lebih banyak menyendiri.

S.U mengalami masalah belajar di kelas, konsentrasinya berkurang, pandangannya kosong S.U kecewa dengan Tuhan dan tidak ingin melanjutkan kuliah lagi. S.U marah dengan Tuhan karena ikatan seorang anak dan ibu itu sangat dekat.

Jangka waktu S.U tidak bisa bersekutu dengan Tuhan Krisis Emosi S. U

Bp. P tidak paham

Wah saya tidak tahu

Jangka waktu S.U sedih

Bp. P mengatakan tidak tahu

Setahu saya temantemannya, bapak dan ibu asrama serta keluarga si mbak.

Pihak yang mendukun g S. U

Bp. P mengatakan bahwa yang mendukung S.U saat berdukacita adalah teman-teman, bapak

Wah saya tidak terlalu tahu ya soal itu.

100

Bp. P menyatakan tidak tahu.


dan ibu asrama serta keluarga. Bp. P mengatakan tidak tahu

W1P12 Apakah S.U pernah merasa di tinggalkan oleh semua pihak? W1P13 Bagaimana hubungan S.U dengan keluarga?

Wah kalau itu saya tidak tau ya.

Krisis Sosial S. U

Latar belakang keluarganya tidak tahu

W1P14 Bagaimana hubungan S.U dengan teman kuliah, dan juga teman kamar?

Sebelum kehilangan ibu kandung baik. Tapi kata teman kamarnya, setelah kehilangan ibu kandungnya dianya seperti menjaga jarak.

Hubungan S.U dengan keluarga Hubungan S.U dengan teman kuiah

W1P15 Seberapa dekat hubunganmu S.U dengan ibunya selama S.U di stefa? W1P16 Apakah bapak melihat S.U marah dengan Tuhan ketika ibu kandungnya meninggal kemudian S.U mau meninggalkan panggilanNya? W1P17 Apakah bapak tahu alasannya S.U mau meninggalkan PanggilanNya?

Setahu saya dekat ya.

Krisis Panggilan yang di alami S. U

Iya di kelas dianya berkata Tuhan itu tidak adil, dia kecewa dan waktu itu berkata ingin pulang saja.

Suasana hati S.U terhadap Tuhan

S.U marah dan di kelas pernah mengatakan Tuhan itu tidak adil lalu ingin pulang saja.

Waktu itu ketika saya tanya hanya mengatakan ya saya kecewa aja pak dengan Tuhan.

S.U kecewa terhadap Tuhan.

W1P18 Apakah bapak pernah

Kalau saya belum pernah.

Alasan S.U meninggal kan panggilan Nya Pendampi ngan

101

Bp. P mengatakan hubungan S.U dengan keluarga tidak tahu Ssebelum S.U kehilangan ibu kandung hubungan S.U dengan teman kamar, teman kuliah baik. Tetapi setelah kehilangan ibu kandung teman kamarnya mengatakan bahwa S.U seperti menjaga jarak dengan temantemannya. Bp. P mengatakan dekat dengan ibu kandung.

Bp. P mengatakan bahwa belum pernah


memberikan S.U Pendampingan Pastoral Konseling W1P19 Pendampingan seperti apa yang Bapak Berikan kepada S.U?

W1P20 Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani S.U? W1P21 Pendampingan seperti apa yang bapak berikan ke S.U untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? W1P22 Bagaimana pendampingan yang bapak berikan mampu mengatasi krisis Sosial yang S.U alami? W1P23 Pendampingan Konseling Pastoral yang bagaimana yang membangkitkan S.U kembali untuk tetap berada di stefa? W1P24 Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani S.U?

memberikan pendampingan ke S. U Bukan pendampingan ya tapi waktu itu saya hanya WA mengucapkan turut berdukacita kemudian pas pertemuan di doakan

Pendampi ngan

Ya kalau pendampingan pastoral yang khusus belum saya lakukan.

Pendamin gan krisis Rohani

Waktu itu saya hanya chat menyampaikan turut berdukacita di WA pada waktu itu sajakemudian pertemuan di kelas didoakan

Pendampi ngan Krisis Emosi pada S. U

Saya belum melakukan pendampingan khusus selain didoakan dan lewat chat waktu itu

Pendampi ngan krisis Sosial S. U

saya pikir dengan kekuatan doa ya, karena teman-temanya pun selalu mendoakan S.U di asrama Ketika sehingga S.U kuat

belum pendampingan pastoral konseling ya mbak selain didoakan dan chat waktu itu tetapi saya yakin S.U pun berjuang

102

Bp. P mengatakan bahwa bahwa dirinya tidak memberikan pendampingan hanya lewat chat di WA dan didoakan di kelas Bp. P mengatakan belum melakukan pendampingan.

Bp. P mengatakan waktu itu menyampaikan turut berdukacita lewat chat WA dan di doakan di kelas

Bp. P mengatakan bahwa belum melakukan pendampingan khusus melaikan didoakan dan lewat chat. Pendampi Bp. P mengatakan ngan bahwa S.U bisa Krisis bertahan karena Panggilan kekuatan doa dari yang di teman-teman yang alami S. U selalu mendoakan S.U pada saat doadoa di asrama. Hasil Bp. P menyatakan pendampin bahwa proses gan konseling pastoral yang dilakukan untuk pemulihan rohani S.U belum


W1P25 Bagaimana Hubungan S.U dengan Tuhan Setelah didampingi?

Sejauh ini baik saya lihat, sekalipun saya belum memberikan pendampingan.

W1P26 Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu S.U bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita?

Wah belum…

W1P27 Bagaimana hubungan S.U dengan temanteman asrama, keluarga, teman kamar S.U setelah mendapatkan pendampingan?

Yang saya lihat baik. Tetapi bukan karena di dampingi saya, mungkin pihak lain yang memberikan pendampingan.

103

dilakukan pendampingan konseling pastoral selain pada saat itu didoakan dan di chat lewat WA dan BP. P pun menyatakan dengan yakin bahwa S.U berjuang untuk pemulihan rohaninya. Hubungan Bp. P menyatakan S.U bahwa hubungan S.U dengan dengan Tuhan Tuhan berdasarkan pengamatan Bp. P sejauh ini baik Namun Bp. P juga mengatakan sekalipun belum memberikan pendampingan kepada S.U Proses Bp. P menyatakan pendampin bahwa belum gan melakukan. pasrotal yang diberikan kepada S.U untuk pemulihan perasaan hampa Hubungan Bp. P menyatakan S.U bahwa hubungan S.U dengan dengan teman, temankeluarga dan teman teman, kamar tetapi bukan keluarga karena dan teman pendampingan kamar dirinya dan Bp. P setelah menyatakan mendapatk kemungkinan ada an dari pihak lain yang memberikan


W1P28 Bagaimana motivasi S.U untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan?

Wah waktu itu sih marah kepada Tuhan dan bilang ingin pulang karena kecewa dengan Tuhan. Tentunya motivasinya berubah. Dan sekarang saya lihat sudah baikbaik saja.

pendampin pendampingan gan sehingga S.U dapat memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang terdekatnya. Motivasi Bp. P menyatakan S.U untuk bahwa pernah marah melayani dan ingin Tuhan meninggalkan panggilannya karena kecewa dengan Tuhan. Tentu motivasinya berubah. Dan sekarang saya lihat sudah baik-baik saja.

4.3.2. Karakteristik Partisipan 4.3.2.1. Gambaran umum partisipan Identitas Partisipan II Nama Inisial : E.H Umur

: 24

Jenis Kelamin: Laki-laki Agama

: Kristen

Status

: Mahasiswa

4.3.2.2. Laporan Wawancara dan Observasi Partisipan Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 5 Mei 2021 pukul 12.00 Wib – Selesai. di Gedung paud wawancara dilakukan dalam suasana santai. Awalnya E.H tidak terlalu terbuka dan malu tetapi lama kelamaan E.H mulai terbuka an percaya dengan peneliti untuk mencerikan masalahnya sampai peneliti mampu memberikan pertanyaan yang sudah disiapkan, dan

104


akhirnya partisipan E.H pun menjawab sesuai pertanyaan walaupun tidak runtut. Namun peneliti merekam pembicaraan yang berlangsung. Wawancara berikutnya dilaksanakan dalam keadaan santai juga karena partisipan sudah semakin akrab dengan peneliti. Dalam pertemuan ini peneliti melengkapi data yang belum terjawab pada pertemuan pertama. 4.3.2.3. Hasil Wawancara Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, diperoleh hasil pernyataan dari partisipan yang mempunyai makna antara lain: Tabel 1 Hasil Wawancara Semi Terstruktur Tentang Perasaan yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung Kode W1P1

Pertanyaan Jawaban Kapan ibu anda 23 Januari 2018 meninggal

Tema Waktu ibunya meninggal

W1P2

Bagaimana perasaan anda ketika ibu kandung anda meninggal?

Perasaan akibat kematian ibu kandung

W1P3

W1P4

Secara manusia Tentu sangat sedih kak, dan tidak percaya apalagi bahkan saya sempat menyalahkan Tuhan Apakah anda Iya pasti sedih mengalami bangat kak. kesedihan karena kematian ibu kandung? Berapa lama Selama kurang lebih anda sedih satu setengah tahun karena ibu dan bahkan anda kesedihan saya meninggal? sampai sekarang ini jikalau mengingat peristiwa itu 105

Perasaan akibat kematian ibu Kandung

Makna Partisipan mengalami peristiwa kematian ibu kandung pada tanggal 23 Januari 2018 Partisipan merasa sangat sedih danshock mendengar berita kematian ibu kandung secara tiba-tiba.

Partisipan mengalami kesedihan yang mendalam karena kematian ibu kandung.

lama partisipan Partisipan satu mengalami stengah tahun kesedihan mengalami kesedihan akibat kematian ibu kandung.


W1P5

W1P6

Apa saja dampak yang anda alami saat kematian ibu kandung?

Saya merasa frustasi dan juga khawatir tentang masa depan, pendiam dan bahkan merasa minder kepada teman-teman saya yang memiliki orang tua lengkap. Bagaimana Pertama-tama saya anda bingung kak, bahkan mengatasi rasanya tidak mau kesedihan anda bergabung dengan pada saat itu? teman-teman. Ya gimana gitu kak pokoknya belum bisa awal-awal itu kak sulit bangat Pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan

Dampak perasaan akibat kematian ibu kandung

Beberapa dampak kesedihan yang dialami partisipan akibat kematian ibu kandung

Cara partisipan mengatasi kesedihan pada saat kematian ibu kandung

Partisipan mencoba mengatasi kesedihannya dengan cara pasrah dan menyerahkan kepada Tuhan.

Tabel 2 Hasil Wawancara Terstruktur Tentang Krisis Yang Di Alami Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Krisis

Krisis Rohani

Kode W1P1

W1P2

Pertanyaan Sebelum kematian ibu anda, bagaimana hubungan anda dengan Tuhan? Setelah kematian ibumu, bagaimana hubungan anda dengan Tuhan?

Jawaban Hubungan saya dengan Tuhan baik

Tema Makna Kehidupan Partisipan memiliki rohani hubungan yang baik dengan Tuhan.

Hubungan saya dengan Tuhan tidak baik kak, jujur saja bisa dibilang sangat jauh saya dari Tuhan.

Kehidupan Setelah kematian ibu rohani kandung, hubungan partisipan dengan Tuhan menjadi tidak baik.

106


W1P3

W1P4

Krisis Emosi

W1P5

W1P6

W1P7

Bagaimana Perasaan anda terhadap Tuhan setelah kematian ibu kandung anda?

Kalau di tanya perasaan saya kepada Tuhan waktu itu sangat marah, tidak menerima kenyataan itu. Berapa lama Sulit rasanya, anda tidak bagaimana mau bisa disiplin bersekutu sedangkan saya dengan sangat marah Tuhan? dengan Tuhan. Pasti malas bangat kak mau berdoa dan baca Firman Tuhan kurang lebih tujuh setengah bulan saya beribadah tapi rasanya bertolakkan dengan kemarahan saya. Apakah anda Iya benar kak. merasa cemas saya cemas dan dan putus asa putus asa karena bangat karena kematian ibu tidak ada lagi kandung anda yang saya telah harapkan meninggal? orang seperti mama. Kapan anda Setelah ibu saya benar-benar meninggal disitu merasa saya merasa kehilangan? kehilangan sampai sekarang rasa kehilangan itu masih terus ada. Bagaimana Gimana ya kak, perasaan anda lebih kepada

107

Perasaan dengan Tuhan

Partisipan memilki perasaan marah dengan Tuhan dan partisipan tidak menerima kenyataan.

Jangka waktu partisipan tidak melakukan disiplin rohani

selama tujuh stengah bulan, partisipan malas melakukan disiplin rohani.

Perasaan partisipan

Partisipan mengalami perasaan cemas dan putus asa

Waktu partisipa merasakan kehilangan

Partisipan belum pulih dari perasaan kehilangan sampai saat ini.

Perasaan Ketika

Partisipan merasa tidak nyaman


menyandang status piatu?

Krisis Sosial

W1P8

Perasaan apa yang menguasai anda setelah kematian ibu kandung

W1P9

Apa yang membuat anda sedih dan marah pada Tuhan, bingung, prostes pada Tuhan, kuatir cemas, frustasi rasanya?

W1P10

Berapa lama perasaan anda di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung? Saat mana anda benarbenar merasa di tinggalkan semua pihak?

W1P11

perasaan iri dengan temanteman dan tidak nyamanlah kak apa-apa tidak bisa curhat lagi. Merasa sedih dan marah pada Tuhan, bingung, prostes pada Tuhan, kuatir cemas, frustasi rasanya.

menyanda ng status piatu

menyandang status sebagai piatu dan ada perasaan iri terhadap temanteman.

Perasaan yang menguasai partisipan setelah kematian ibu kandung

Partisipan mengalami perasaan sedih dan marah pada Tuhan, bingung, prostes pada Tuhan, kuatir cemas, frustasi rasanya.

Karena mama saya di ambil begitu cepat, pada saat saya berjuang di sini. Padahal orang yang mendukung saya itu adalah mama yang memebrikan kasih sayang. Benar-benar saya tidak tahu lagi harus bagaimana. Wah, saya pikir lama kak. Kurang lebih dua tahun.

Perasaan Kematian ibu kehilangan kandung membuat harapan partisipan tidak memiliki pengharapan.

Perasaan hampa

Partisipan dikuasai perasaan hampa kurang lebih dua tahun akibat kematian ibu kandung.

Ya pada saat tidak ada teman-teman yang di asrama karena ada

Perasaan ditinggalk an semua pihak

Partisipan merasa ditinggal semua pihak ketika partisipan seorang diri

108


W1P12

W1P13

W1P14

ibadah di gereja. Dan temanteman lagi kuliah. Berapa pihak yang Banyak Pihak mendukung di yang saat saya mendukung berdukacita baik anda pada pihak dari dosen saat teman asrama berdukacita? dan juga dari pikat argomas dan pikat kesambi dan juga orang tua sekolah minggu yang saya layani pada waktu itu, tetapi sekali lagi bukan pelayanan pendampingan konseling pastoral ya kak tetapi di doakan dan motivasi oleh orang yang ada di dalam kampus stefa Setelah ibu Baik. Tidak anda ada masalah meninggal, hanya tetap bagaimana saja berbeda hubungan dengan kalau anda dengan mama saya keluarga? masi ada kak. Setelah Nah, itu kak kematian ibu kalau rame-rame anda, gitu kan kadang bagaimana saya memilih hubungan menyendiri, anda dengan saya lebih teman-teman banyak di asrama? pendiam gk suka bergurau. Tidak seperti

109

Dukungan kepada partisipan

Partisipan mendapat dukungan dari beberapa pihak.

Hubungan partisipan dengan keluarga

Partisipan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga.

Hubungan partisipan dengan temanteman

Partisipan sering menyendiri dan menarik diri dari lingkungan temanteman.


W1P15

W1P16 Krisis Panggilan

pada saat awalawal kak. Selain Ya ada sih kak dukungan tapi gimana ya dari keluarga, tidak akan apakah ada sama dengan dukungan dukungan orang lain mama. terhadap panggilan anda? Seberapa sangat dekat dekat kami teleponan, hubungan bercerita anda dengan mengenai ibu kandung perkuliahan selama saya, masalah menjalani saya curhat studi di stefa?

Dukungan dari keluarga

Partisipan didukung oleh keluarga.

Hubungan Partisipan memiliki dengan ibu hubungan yang kandung sangat dekat dengan ibu kandungnya.

W1P17

Dukungan yang seperti apa yang diberikan ibumu selama di setafa?

Mama itu tempat curhat saya. Memberi semangat dan memenuhi segala keperluan saya dengan memberi uang.

Dukungan yang di terima partisipan

Partisipan mendapat dukungan dari ibu kandung berupa perhatian, kasih sayang, dan mencukupi segala kebutuhan partisipan.

W1P18

Apa makna panggilan bagi diri anda sendiri sebelum anda meninggal? Apa makna panggilan bagi setelah kematian ibu anda

Menurut saya makna panggilan adalah tugas mulia bangat.

Makna panggilan

tetapi setelah mama saya di panggil. Panggilan itu berubah ingin terus pulang tidak perlu lanjut lagi

Makna panggilan berubah

Sebelum kematian ibu kandung partisipan merasa bahwa panggilan ini tugas yang sangat mulia. Partisipan mengalami perubahan pandangan terhadap panggilan akibat kematian ibu kandung.

W1P19

110


W1P20

Apakah anda marah dengan Tuhan ketika ibu kandungmu meninggal lalu andamau meninggalka n panggilanmu ?

W1P21

Bagaimana Motivasi anda untuk melayani Tuhan sebelum dan sesudah ibu anda meninggal? Apakah anda pernah berpikir untuk meninggalka n panggilan pelayanan? Jika ya, alasannya apa?

W1P22

karena kematian mama saya. Ya, saya marah bahkan berfikir untuk meninggalkan panggilan saya karna saya berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil mengambil seseorang yang saya sayangi di saat saya sudah memenuhi panggilanNya Setelah Tuhan panggil mama saya, saya merasa motivasi saya sudah tidak ada lagi, ingin lari saja.

Ya, benar hampir saya sudah meninggalkan pelayanan karena saya merasa Tuhan itu tidak adil karna mengambil mama saya begitu cepat sekali.

Suasana hati kepada Tuhan

Partisipan marah sekali dengan Tuhan dan ingin meninggalkan panggilannya.

Komitmen melayani Tuhan

Partisipan kehilangan motivasi melayani Tuhan.

Keteguhan Partisipan pernah panggilan berfikir untuk meninggalkan panggilan.

Tabel 3 wawancara Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Pendampingan

Kode

Pertanyaan

111

Jawaban

Tema

Makna


Konseling Pastoral Krisis

Krisis Panggilan

W1P1

Apakah anda pernah di konseling oleh dosen wali dan bapak-ibu asrama?

W1P2

Apakah anda pernah di konseling oleh bapak-ibu asrama?

W1P3

Pendampingan seperti apa yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama?

W1P4

Apakah pendampingan yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama sudah efektif?

W1P4

Pendampingan Konseling Pastoral yang

112

Saya sih, di doakan Saat ibu saya meninggal kak tetapi kalau konseling khusus ya belum ya kak.

Pendampi Partisipan ngan sudah dosen wali pernah di konseling Namun konselinya belum mendalam. Belum sih Pemberian Partisipan pendampi merasa ngan belum mendapat pendampin gan konseling secara efektif dari bapak dan ibu asrama. Memberikan Pendampi Partisipan motivasi dan ngan yang mendapatka mendoakan diberikan. n saya. pendampin gan dari dosen wali dan bapakibu asrama Namun belum mendalam. Belum sih kak. Efektifitas Partisipan Kalau menurut pendampi menyatakan saya belum ngan bahwa efektif kak. Pastoral pendampin Konseling gan yang diberikan dosen wali dan bapakibu asrama belum efektif. Ya tentang Pendampi Partisipan motivasi dari ngan yang mendapat keluarga, dari pendampin


bagaimana yang membangkiitka n anda kembali untuk tetap berada di stefa?

Krisis Emosi

W1P5

Krisis Sosial

W1P6

Krisis rohani

W1P7

Pendampingan seperti apa yang anda dapatkan untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? Bagaimana pendampingan yang anda dapatkan untuk mengatasi krisis Sosial yang anda alami?

Bagaimana proses konseling pastoral yang dilakukan oleh

113

dosen-dosen saat mendoakan saya bahwa panggilan dalam melayani Tuhan itu pekerjaan yang sangat mulia dan saya juga sadar saya harus mengejar cita-cita saya. Memang setelah saya di doakan saya merasa lega kak tetapi buat saya itu belum cukup. Saya di doakan dan dimotivasi sekali waktu itu.

menguatka gan yang n membuka wawasan untuk masa depan.

Kalau ditanya pendampingan memang belum di lakukan yang secara khusus ya kak, tetapi saya yakin dengan kekutan dari Tuhan dan dukungan dari teman-teman selalu mengajak ngobrol makanya saya bisa perlahanlahan bisa bergabung dengan temanteman kembali seperti biasa. Memang bukan pendampingan pastoral konseling khusus ya kak tapi itu

Pendampi Partisipan ngan krisis diarahkan sosial untuk melihat rencana dan pertolongan Tuhan yang ajaib.

Pendampi ngan mengatasi perasaan dukacita

Proses pendampi ngan konseling pastoral

Partisipan diberikan pendampin gan kerohanian.

Partisipan mendapat pendampin gan melalui motivasi


dosen wali untuk pemulihan rohani Anda?

memberikan motivasi kepada saya, karena waktu itu melalui ayat alkitab saya bisa perlahan bisa berdoa kak.

dan melalui ayat-ayat Firman Tuhan.

Tabel 4 Hasil Pendampingan Konseling pastoral Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Hasil Pendampingan Kode Konseling Pastoral Krisis rohani W1P1

W1P2

Hasil Pendampingan Krisis Emosi

W1P3

Pertanyaan

Bagaimana Pendamping an pastoral konseling membantu anda pada akhirnya dapat memaknai kematian ibu kandung sebagai kehendak Tuhan? Bagaimana Hubungan Anda dengan Tuhan Setelah di dampingi? Apa yang anda rasakan setelah di lakukan pendamping an pastoral konseling?

114

Jawaban

Tema

Makna

Iya waktu itu dosen wali saya dan bapak asrama meyakinkan saya bahwa setiap orang mengalami yang namanya kematian melalui nats alkitab.

Cara memaknai kematian Kematian ibu kandung

Partisipan diarahkan untuk melihat kematian sebagai kehendak Tuhan.

Ya saya mulai perlahan-lahan bisa menerima kenyataan kak dan saya belajar berdoa dan puasa Di doakan maksudnya ya kak? Iya memang saat selesai di doakan waktu itu cukup lega rasanya

Hubungan dengan Tuhan setelah di dampingi

Partisipan mengalami pemulihan hubungan dengan Tuhan.

Perasaan setelah pendampin gan pastoral konseling

Partisipan perlahan-lahan mengalami pemulihan krisis emosional.


W1P4

Hasil Pendampingan Krisis Sosial

W1P5

W1P6

Hasil Pendampingan

W1P7

tetapi hanya sekali Bagaimana Iya mereka Pendamping memotivasi, an Pastoral saya memberi konseling penghiburan dapat dan membantu menyemangati anda bisa saya sebelum di pulih dari doakan perasaanmu sehingga saya yang hampa bisa tidak rasa karena hampa lagi kak. dukacita? Bagaimana Sejak saya hubungan menerima anda kenyataan ibu dengan saya meninggal temankak, saya sudah teman mulai asrama, bergabung keluarga, dengan temanteman teman kamar anda walaupun saya setelah masih saja mendapatka tetap minder n tetapi tetap pendamping saya berusaha an? kak. Kalau hubungan saya dengan keluarga ya biasa kak. Bagaimana Teman-teman Pendamping mendampingi an Pastoral saya, dan saya dapat di ajak menolong melakukan anda sampai kegiatan rohani anda merasa sehingga saya tidak di tidak pernah tinggalkan merasa sendiri semua pihak? Bagaimana Kalau motivasi motivasi saya sudah

115

Pendampin gan perasaan hampa

Pendampingan melalui doa membuat partisipan mengalami kelegaan.

Hasil pendampin gan krisis sosial

Partisipan perlahan-lahan mengalami pemulihan krisis sosial.

Pendampin gan paraasaan tidak ditinggalka n semua pihak

Partisipan mendapatkan pendampingan melalui diajak melakukan kegiatan rohani.

Hasil pendampin

Partisipan mengalami


Krisis Panggilan

anda untuk melayani Tuhan setelah mendapatka n pendamping an pastoral?

kembali kepada semula kak, saya ingin menjadi pelayan Tuhan, sekalipun mungkin masih tetap berat buat saya kenyataan ini, tapi saya akan mencoba terus berusaha dengan berjalannya waktu kak.

gan krisis panggilan

pemulihan krisis panggilan.

Identitas Pimpinan Asrama Nama Inisial : C.Y Umur

: 42

Jenis Kelamin: Laki-laki Agama

: Kristen

Tabel 5 Partisipan 2 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 2 Kode W1P1

Pertanyaan Jawaban Kapan E.H Kalau tidak salah Kehilangan ibu tahun 2018 atau 2019 kandung ya udah lupa bapak.

Tema Peristiwa kematian ibu kandung E.H

W1P2

Berapa lama E.H sedih karena kematian ibu kandungnya? dampak apa saja yang di timbul saat E.H kehilangan ibu kandung?

Ya gk lama

lama sedih E.H

Ya karena mungkin laki-laki ya mereka bisa lebih sabar tetapi saya amati beberapa kali pendiam sekali, menarik diri dari teman-teman Lebih ke pendiam dan sulit di atur waktu itu

dampak yang di timbul pada E.H

Bp. Y menyatakan bahwa E.H lebih banyak ke pendiam dan menarik diri dari teman-teman

Perilaku E.H yang berubah

Bp. C.Y menyatakan bahwa

W1P3

W1P4

Berdasarkan Pengamatan bapak Perilaku apa saja

116

Makna Peristiwa kematian ibu kandung E.H antara tahun 2018 atau 2019 E.H tidak lama mengalami kesedihan


W1P5

yang berubah saat E.H kehilangan ibu? Apakah E.H mengalami masalah?

E.H pendiam dan sulit di atur. Ya pasti beberapa waktu sulit di atur kemudian lebih keras.

Masalah yang di alami E.H

Ya memang ya, awalnya pasti sulit untuk ibadah, tapi kita maklumi karena baru berdukacita. Seperti beberapa kali tidak ikut ibadah. Ya marah, dia bilang ke bapak Tuhan itu tidak adil pak.

Kerohanian E.H

Setahu saya tidak terlalu lama ya….

E.H Tidak ingin bersekutu dengan Tuhan

Apakah Reaksi E.H saat melihat teman-temannya berkomunikasi dengan ibu kandungnya? W1P10 Berapa lama E.H di kuasai perasaan hampa setelah kematian ibu kandung?

Wah bapak tidak tahu.

Keadaan Emosi partisipan

Ya beberapa saat.

Perasaan E.H

W1P11 Pihak-pihak mana saja yang mendukung E.H pada saat berdukacita?

Ya sama dengan S.U Pihak yang dan E.H Biasanya mendukung kalau ada yang E.H berduka teman-teman datang menghibur dia, bapak dan ibu asrama juga kalau

W1P6

Setelah kematian ibu E.H bagaimana hubungannya dengan Tuhan?

W1P7

Pasca Kematian ibu kandung E.H apakah E.H marah kepada Tuhan?

W1P8

Berapa lama E.H tidak ingin bersekutu dengan Tuhan.

W1P9

117

Suasan hati E.H

Bp. C.Y menyatakan bahwa E.H sulit di atur dan orangnya lebih keras. Bp. C.Y menyatakan bahwa E.H sulit untuk ibadah terlihat dari beberapa kali tidak ikut ibadah. Bp. C.Y menyatakan bahwa E.H marah dengan Tuhan dan menyatakan bahwa Tuhan itu tidak baik. E.H tidak ingin bersekutu dengan Tuhan hanya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Bp. C.Y menyatakan tidak tahu

Bp. C.Y menyatakan bahwa E.H dikuasai perasaan hampa hanya beberapa waktu saja. Bp. C.Y menyatakan bahwa terdapat beberapa pihak yang mendukung E.H saat mengalami krisis panggilan.


W1P12 Apakah E.H pernah merasa di tinggalkan oleh semua pihak?

ada dosen lain yang tahu pasti datang ke tempatnya untuk mendoakan dia. Gk dengar sih

Krisis sosial yang di alami partisipan

W1P13 Bagaimana hubungan E.H dengan keluarga?

Saya melihat baik

Hubungan E.H dengan keluarga

W1P14 Bagaimana hubungan E.H dengan teman kuliah, dan juga teman kamar?

Baik tapi katanya teman kamarnya sejak peristiwa itu E.H ini lebih banyak menyendiri.

Hubungan E.H dengan teman kuliah dan teman kamar

W1P15 Seberapa dekat hubungan E.H dengan ibunya selama E.H di stefa?

Dekat saya melihat dia sering telepon ibunya dan dia sendiri juga bilang kalau dia dekat dengan ibunya

Hubungan E.H dengan ibu kandung

W1P16 Apakah bapak melihat E.H marah dengan Tuhan ketika ibu kandungnya meninggal kemudian E.H mau meninggalkan panggilanNya? W1P17 Apakah bapak tahu alasannya E.H mau meninggalkan PanggilanNya?

Iya dia marah, waktu itu sempat di ucapkan kalau dia kecewa dengan Tuhan. Dan berkata lebih baik pulang saja.

suasana hati partisipan kepada Tuhan

Ya katanya kalau ia mau bersama-sama andanya dan menemani bapaknya kasian bapaknya.

Alasan E.H meninggalkan panggilanNya

118

Bp. C.Y menyatakan tidak mendengar E.H berkata ditinggalkan semua pihak. Bp. C.Y menyatakan bahwa hubungan E.H dengan keluarga baik. Hubungan E.H sangat baik dengan teman kuliah, teman kamar. Namun teman kamar E.H menyatakan bahwa E.H lebih banyak menyendiri. Hubungan E.H dengan ibu kandungnya memang dekat selama E.H di Stefa ibunya sering menelfon E.H Bp. C.Y menyatakan bahwa memang benar E.H marah kepada Tuhan dan E.H kecewa dengan Tuhan kemudian berkata lebih baik jika pulang saja. Bp. C.Y menyatakan bahwa E.H ingin meninggalkan panggilanNya dengan


W1P18 Apakah bapak pernah memberikan E.H Pendampingan Pastoral Konseling

Ya. kita doakan Kita hiburkan.

W1P19 Pendampingan seperti apa yang Bapak Berikan kepada E.H?

Jadi begini, untuk hal ini diperlakukan sama semua kepada mahasiswa. kalau pendampingan khusus kita gk ya disini selama ini jarang ya, jarang dalam arti bahwa duduk panggil ngobrol sendiri jarang kecuali, dia merasa itu terlalu berat dan dia perlu untuk konseling secara pribadi nah, kita akan layani untuk ajak ngobrol. Tapi kalau tidak datang ya berarti kan dia baik baik saja. Karena itu kita doakan dan hibur. Ya…. Pendampingan Bp. C.Y Pendampingan yang menyatakan bahwa kita berikan kita pendampingan kuatkan kita doakan yang diberikan dan motivasi. kepada E.H adalah menguatkan, didoakan dan memotivasi E.H Ya itu kita doakan Pendampingan Bp. C.Y dan hibur. pada saat menyatakan bahwa krisis Rohani dengan didoakan dan hibur maka krisis rohani yang di alami E.H pulih. Sembuh tidaknya kita Pendampingan Bp. C.Y tidak tahu ya, tetapi krisis Emosi menyatakan bahwa kita doakan waktu E.H sembuh tidaknya perasaan dukacita

W1P20 Berarti selama ini baru pendampingan sesuai kebutuhan ya pak?

W1P21 Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani E.H? W1P22 Pendampingan seperti apa yang bapak berikan ke E.H untuk

119

Pendampingan yang diberikan bapak/ibu asrama

Bp. C.Y menyatakan bahwa E.H diberikan pendampingan dengan mendoakan E.H dan dihibur. Bentuk Bp. C.Y pendampingan menyatakan bahwa pastoral E.H diberikan bukan pendampingan secara khusus tetapi pendampingan seperti didoakan dan di hibur.


mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung?

berdukacita biar bisa sabar.

W1P23 Bagaimana pendampingan pastoral yang bapak berikan mampu mengatasi krisis Sosial yang E.H alami?

Biasanya temantemannya saya beritahu untuk terus memperhatikan. Diajak berkomunikasi

W1P24 Pendampingan Konseling Pastoral yang bagaimana yang membangkiitkan E.H kembali untuk tetap berada di stefa? W1P25 Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani E.H?

Tetap di motivasi

W1P26 Bagaimana hubungan E.H dengan Tuhan Setelah di dampingi?

Baik. Awalnya yang marah dengan Tuhan setelah didoakan jadi tenang.

W1P27 Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu E.H bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita?

Selain di doakan tentunya dia juga mendapat dukungan dari teman-teman dan dia juga pasti berjuang.

Pertama ya di doakan tentunya dia perlahan-lahan di kuatkan imannya.

120

yang dialami E.H Bp. C.Y juga tidak tahu tetapi tetap yang pastiu bahwa Ketika E.H berdukacita didoakan oleh Bp. C.Y supaya dapat sabar. Pendampingan Bp. C.Y Krisis Sosial menyatakan bahwa yang di alami Bp. C.Y memimta E.H teman-teman E.H untuk terus memperhatikan serta di ajak berkomunikasih. Pendampingan Bp. C.Y Krisis menyatakan bahwa Panggilan E.H tetap di yang di alami motivasi E.H

Hasil Bp. C.Y pendampingan menyatakan bahwa E.H pertama didoakan dengan begitu perlahanlahan imannya dikuatkan. Hasil Bp. C.Y pendampingan menyatakan bahwa hubungan E.H setelah E.H di dengan Tuhan dampingi hubungan setelah di E.H dengan Tuhan dampingi baik. Hasil Bp. C.Y pendampingan menyatakan bahwa perasaan E.H didoakan dan hampa E.H mendapat dukungan dari teman-teman dan E.H juga berjuang.


W1P28 Bagaimana hubungan E.H dengan temanteman asrama, keluarga, teman kamar E.H setelah mendapatkan pendampingan? W1P29 Bagaimana motivasi E.H untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan?

Kembali baik seperti semula.

Saya lihat sih banyak kemajuan ketika diberikan pelayanan dia lakukan. Saya yakin keadaan panggilannya sudah pulih.

Hubungan E.H dengan teman. keluarga serta teman kamar setelah diberikan pendampingan Motivasi E.H melayani Tuhan setelah di dampingi

Bp. C.Y menyatakan bahwa setelah E.H di dampingi hubungan E.H kembali baik seperti semula.

Bp. C.Y menyatakan bahwa telah E.H di dampingi maka ada kemajuan dalam pelayanan yang dipercayakan kepada E.H. Bp. C.Y juga menyatakan dengan yakin bahwa panggilan E.H sudah pulih.

Identitas Dosen Wali Nama Inisial : L Umur

: 57 Tahun

Jenis Kelamin: Perempuan Agama

: Kristen

Tabel 6 Partisipan 2 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 2 Kode W1P1

Pertanyaan Jawaban Kapan E.H Lupa ya sar Kehilangan ibu kandung?

W1P2

Berapa lama E.H sedih karena kematian ibu kandungnya?

Ya sedih itu pasti. Ya setiap orang yang mengalami kehilangan pasti sedih, apalagi ibu kandung ya, Berapa lamanya sih kurang tahu persis

121

Tema Peristiwa kematian ibu kandung E.H Jangka waktu kesedihan E.H

Makna Ibu L menyatakan bahwa peristiwa kematian ibu kandung E.H ibu L tidak ingat. Ibu L menyatakan bahwa E.H pasti sedih dan Ibu L menyatakan bahwa berapa lama E.H sedih juga kurang tahu


W1P3

W1P4

W1P5

W1P6

W1P7

W1P8

W1P9

karena saya tidak di asrama ya Dampak apa saja Nah itu tadi karena yang di timbul saat ibu tidak tinggal di E.H kehilangan kampus makanya ibu kandung? saya tidak bisa melihat langsung, paling dikelas biasanya seperti tiba-tiba diam orangnya. Berdasarkan Lebih banyak Pengamatan Ibu diam Perilaku apa saja yang berubah saat E.H kehilangan ibu kandung? Apakah E.H Ya itu kalau di mengalami kelas kehilangan masalah? konsentrasi ya,

Setelah kematian ibu E.H bagaimana hubungannya dengan Tuhan?

Dampak yang timbul saat E.H kehilangan ibu kandung

Ibu L menyatakan bahwa dampak yang di alami E.H tiba-tiba saja diam ketika di kelas.

Perilaku yang berubah

Ibu L menyatakan E.H mengalami lebih banyak diam.

Masalah yang di alami E.H

Ibu L menyatakan bahwa E.H mengalami masalah Ketika di kelas, E.H kehilangan konsentrasi Ibu L menyatakan bahwa E.H ada rasa kecewa dengan Tuhan.

Tentunya awalnya baik tetapi setelah kematian ibu kandung pasti ada rasa kecewa dengan Tuhan. Peristiwa kematian Awalnya tentu ibu kandung E.H bertolakan dengan apakah E.H marah perasaannya Pasti kepada Tuhan? marah karena hubungan dengan ibu kandung dengan anak sangat dekat. Berapa lama E.H Iya. Terlihat dari tidak ingin beberapa kali tidak bersekutu dengan mengikuti Tuhan. persekutuan yang sesuai aturan asrama.

Krisis Rohani yang di alami partisipan

Apakah reaksi E.H Wah kalau itu ibu saat melihat tidak tahu karena teman-temannya

Krisis Emosi E.H

122

Perasaan E.H terhadap Tuhan.

Ibu L menyatakan bahwa E.H marah dengan Tuhan

Jangka waktu E.H tidak bisa bersekutu dengan Tuhan

Ibu L menyatakan bahwa E.H tidak bisa bersekutu dengan Tuhan dapat diketahui dari E.H yang beberapa kali tidak mengikuti doa rutin di asrama. Ibu L menyatakan tidak tahu karena ibu n tidak tinggal di asrama.


W1P10

berkomunikasi dengan ibu kandungnya? Berapa lama E.H dikuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung?

W1P11

Pihak-pihak mana saja yang mendukung E.H pada saat berdukacita?

W1P12

Apakah E.H pernah merasa di tinggalkan oleh semua pihak?

W1P13

Bagaimana hubungan E.H dengan keluarga? Bagaimana hubungan E.H dengan teman kuliah, dan juga teman kamar? Seberapa dekat hubunganmu E.H dengan ibunya selama E.H di stefa?

W1P14

W1P15

ibu tidak tinggal di asrama. Tidak lama sih ya mungkin beberapa hari, eh gk deh karena beberapa kali pertemuan kelas masih kelihatan sedih Yang pasti bapakibu asrama sar, teman kamarnya, teman-teman juga diasrama dan bapak-ibu dosen memberikan dukungan walaupun tidak khusus tapi yang pasti ada yang memberikan motivasi dan didoakan sehingga mampu melewati masa dukacitanya. Ibu belum mendengar E.H merasa ditinggalkan semua pihak. Setahu ibu baik sar. baik

Ya setahu ibu ya sar…kalau seorang anak dan ibu itu pasti hubungannya erat sekali.

123

Jangka waktu E.H sedih

Ibu L menyatakan bahwa E.H di kuasai kehampaan beberapa kali pertemuan di kelas masih sedih.

Pihak yang mendukung E.H

Ibu L menyatakan bahwa E.H di dukung oleh pihak bapak dan ibu asrama, teman kamar, teman-teman asrama dan bapak ibu dosen memberikan dukungan walaupun bukan dukungan khusus.

Krisis Sosial E.H

Ibu L menyatakan belum mendengar E.H merasa ditinggalkan semua pihak.

Hubungan E.H dengan keluarga Hubungan E.H dengan teman kuliah

Ibu L menyatakan bahwa hubungan E.H dengan keluarga baik. Ibu L menyatakan bahwa hubungan E.H dan teman kamar baik.

Krisis Panggilan yang di alami E.H

Ibu L menyatakan bahwa sebagaimana hubungan seorang ibu dan anak pasti memiliki hubungan yang erat sekali.


W1P16

W1P17

W1P18

W1P19

Apakah ibu melihat E.H marah dengan Tuhan ketika ibu kandungnya meninggal kemudian E.H mau meninggalkan panggilan-Nya?

Waktu itu ibu mau mendoakan E.H berkata koq Tuhan tidak adil ya bu, untuk apa saya kuliah karena orang yang mendukung saya kuliah sudah diambilnya. Kalau menurut ibu itu reaksi emosinya yang sedang tidak terkontrol sar, jadi bisa jadi waktu itu E.H sedang marah terhadap Tuhan dan berkata untuk apa saya kuliah, lebih baik saya pulang saja. Apakah ibu tahu Ya itu sewaktu alasannya E.H mau selesai didoakan meninggalkan sempat bilang mau Panggilan-Nya? berhenti kuliah saja karena yang mendukung dirinya sudah di ambil Tuhan. Apakah ibu pernah Belum sar…Kalau memberikan E.H sekedar di doakan pendampingan waktu kehilangan pastoral konseling ibu kandung memang ibu ke kamar mahasiswa itu bersama satu mahasiswa putri untuk memberikan penghiburan tapi bukan pendampingan konseling khusus sar Pendampingan Waktu itu ibu ya seperti apa yang doakan sekali. ibu berikan kepada E.H?

124

Suasana hati E.H terhadap Tuhan

Ibu L menyatakan bahwa E.H marah dengan Tuhan dan ingin meninggalkan panggilanNya

Alasan E.H meninggalk an panggilanNya

Ibu L menyatakan bahwa E.H memiliki alasan yaitu ingin berhenti kuliah karena kematian ibu kandungnya.

Pendamping an yang diberikan kepada E.H

Ibu L menyatakan bahwa belum memberikan pendampingan kepada E.H tetapi ibu L datang ke kamar E.H untuk mendoakan dan dan menghibur namun pendampingan yang diberikan belum mendalam.

Pendamping Ibu L menyatakan an mendoakan E.H


W1P20

Apakah selama ini baru pendampingan sesuai kebutuhan ya bu?

Iya benar sar, belum ada pendampingan secara khusus.

W1P21

Bagaimana proses konseling pastoral yang ibu lakukan untuk pemulihan rohani E.H?

Ya itu kita doakan supaya dikuatkan imannya

W1P22

Pendampingan seperti apa yang ibu berikan ke E.H untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung?

W1P23

W1P24

W1P25

Ibu datang menghibur waktu kehilangan ibu kandung memberikan motivasi, mendoakan panggilannya. Bagaimana Waktu itu seingat pendampingan ibu, temanyang ibu berikan temannya yang mampu mengatasi harus aktif krisis Sosial yang mengajak E.H alami? berbicara, pikir ibu dengan diajak bicara temanteman dia akan belajar untuk bergabung dengan temantemannya… Pendampingan Saya yakin karena konseling pastoral Tuhan yang bagaimana menguatkan ya yang sar… dan membangkiitkan pendampingan E.H kembali untuk dari teman-teman tetap berada di bapak ibu stefa? asrama. Bagaimana proses konseling pastoral yang ibu lakukan

Belum sar, ibu pribadi belum melakukan pendampingan

125

Pendamping Ibu L menyatakan an bahwa pendampingan yang diberikan kepada E.H pendampingan sesuai kebutuhan yaitu didoakan. Pendamping Ibu L menyatakan an Krisis bahwa proses Rohani pendampingan yang diberikan ibu L adalah mendoakan E.H supaya imannya E.H kuat. Pendamping Ibu L menyatakan an Krisis bahwa E.H di hibur, di Emosi pada motivasi, dan E.H Sosial mendoakan panggilan E.H E.H

Pendamping Ibu L menyatakan an krisis bahwa teman-teman Sosial E.H E.H harus aktif mengajak E.H berbicara supaya E.H belajar bergabung dengan teman-temannya.

Pendamping an Krisis Panggilan yang di alami E.H

Ibu L menyatakan dengan yakin bahwa dengan kekuatan Tuhan yang memampuhkan E.H melewati masa dukacitanya serta dukungan dari temanteman dan bapak ibu asrama. Hasil Ibu L menyatakan pendamping bahwa belum an meberikan hubungan pendampingan


untuk pemulihan rohani E.H?

pasrotal konseling. Tetapi hanya didoakan dan dihibur. Ibu melihat baik walaupun bukan karena pendampingan konseling pastoral. Tetapi karena didoakan dan didukung temantemannya itu sar.

W1P26

Bagaimana hubungan E.H dengan Tuhan Setelah di dampingi?

W1P27

Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu E.H bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita?

Wah kalau dibilang pendampingan konseling pastoral khusus ya sar, belum hanya kita mendampingi pada saat berdukacita saja. Dengan mendoakan dan dimotivasi.

W1P28

Bagaimana hubungan E.H dengan temanteman asrama, keluarga, teman kamar E.H setelah mendapatkan pendampingan?

Ibu melihat baik yang tadinya sempat menyendiri dan menjaga jarak sekarang sudah kembali seperti semula.

W1P29

Bagaimana motivasi E.H untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan?

Kalau ibu perhatikan pelayanan juga tidak masalah, berarti sudah baik.

126

E.H krisis rohani

konseling pastoral kepada E.H tetapi pendampingan didoakan dan dihibur. Proses Ibu L menyatakan pendamping bahwa memang E.H an pasrotal belum diberikan yang pendampingan diberikan konseling pastoral kepada E.H tetapi juga karena untuk didoakan dan mendapat pemulihan dukungan dari temanperasaan teman. hampa Proses Ibu L menyatakan pendamping bahwa E.H belum an pasrotal diberikan yang pendampingan diberikan konseling khusus tetapi kepada E.H E.H sudah diberikan untuk pendampingan pemulihan didoakan dan perasaan dimotivasi. hampa Hubungan E.H dengan temanteman, keluarga dan teman kamar setelah mendapatka n pendamping an krisis sosial. Motivasi E.H untuk melayani Tuhan

Ibu L menyatakan bahwa E.H memiliki hubungan yang baik dengan teman-teman kuliah, dengan keluarga, dan dengan teman kamar seperti semula.

Ibu L menyatakan bahwa E.H dalam pelayanan baik. Itu menandakan motivasi E.H sudah baik


4.3.3. Karakteristik Partisipan 4.3.3.1. Gambaran umum partisipan Identitas Partisipan III Nama Inisial : J.M Umur

: 25

Jenis Kelamin: Perempuan Agama

: Kristen

Status

: Mahasiswi

4.3.3.2. Laporan Wawancara dan Observasi Partisipan Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 9 Mei 2021 pukul 09.00 Wib – Selesai. Wawancara dilakukan dalam suasana santai. Awalnya J.M tidak terlalu terbuka dan malu tetapi lama kelamaan J.M mulai terbuka dan percaya dengan peneliti untuk mencerikan masalahnya sampai peneliti mampu memberikan pertanyaan yang sudah disiapkan, dan akhirnya partisipan J.M pun menjawab sesuai pertanyaan walaupun tidak runtut. Namun peneliti merekam pembicaraan yang berlangsung. Wawancara berikutnya dilaksanakan dalam keadaan santai juga karena partisipan sudah semakin akrab dengan peneliti. Dalam pertemuan ini peneliti melengkapi data yang belum terjawab pada pertemuan pertama.

127


4.3.3.3. Hasil Wawancara Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, diperoleh hasil pernyataan dari partisipan yang mempunyai makna antara lain: Tabel 1 Hasil Wawancara Semi Terstruktur Tentang Perasaan yang di alami akibat kematian ibu kandung Kode W1P1

Pertanyaan Jawaban Kapan ibu Kamis, 08 Juni 2017 anda meninggal

Tema Waktu ibu kandung meninggal

W1P2

Bagaimana perasaan anda ketika ibu kandung anda meninggal?

Perasaan akibat kematian ibu Kandung

W1P3

W1P4

W1P5

Sangat terpukul, hancur dan sangat shock banget, merasa tidak percaya, ada kesedihan yang sangat mendalam banget. Karena sosok orang yang begitu sayang sama saya dipanggil Tuhan. Apakah anda iya Sangat sedih mengalami banget kak. kesedihan karena kematian ibu kandung? Berapa lama Sampai sekarang anda sedih kesedihan itu masih karena ibu ada. Saya sering anda nangis sendiri. Kasih meninggal? sayang seorang mama itu selalu dirindukan dan itu tidak bisa diberikan oleh orang lain kak. Apa saja Ya bisa di bilang dampak yang Depresi, anda alami kekosangan, gitu kak, saya ingin

128

Makna Partisipan mengalami peristiwa kematian ibu kandung pada hari Kamis, 08 Juni 2017. Partisipan merasa sangat sedih dan shock mendengar berita kematian ibu kandung secara tiba-tiba.

Perasaan akibat kematian ibu Kandung

Partisipan mengalami kesedihan yang mendalam karena kematian ibu kandung.

lama partisipan mengalami kesedihan

Partisipan mengalami kesedihan sampai sekarang akibat kematian ibu kandung.

Dampak perasaan akibat kematian

Beberapa dampak kesedihan yang dialami partisipan akibat kematian ibu kandung Depresi - Kekosongan


W1P6

saat kematian bunuh diri dan ingin ibu kandung? ikut mama, ada kerinduan, Kesepian, merasa tidak berdaya karena tidak sanggup menerima kenyataan, cepat kecewa, putus asa, rasa iri, mudah menangis, susah tidur, kuatir, menyendiri, susah makan, Kosentrasi saya menurun. Cuek, cari kesibukan sendiri, lebih banyak diam Mengalami halusinasi, didatangin mama dan mengusap kepala saya seperti yang biasa dulu dia lakukan kepada saya. Ternyata itu bukan nyata. Bagaimana Biasanya saya anda dengar lagu, kerjain mengatasi sesuatu yang kesedihan membuat saya bisa anda pada saat nyaman, tapi tidak itu? ingin di ganggu orang lain. Tapi ya tetap saja nanti Kembali ingat lagi….

ibu kandung

Cara partisipan mengatasi kesedihan pada saat kematian ibu kandung

-

Ingin bunuh diri Rindu Kesepian Tidak berdaya Cepat kecewa Putus asa Iri Mudah menangis Susah tidur Kuatir Menyendiri Susah makan Konsentrasi menurun Halusinasi Cuek Cari kesibukan sendiri Lebih banyak diam

Partisipan mencoba mengatasi kesedihannya dengan cara mendengarkan lagu, mengerjakan tugas, dan tidak ingin di ganggu oleh orang lain.

Tabel 2 Hasil Wawancara Terstruktur Tentang Krisis Yang Di Alami Akibat Kematian Ibu Kandung Krisis

Kode W1P1

Pertanyaan Bagaimana hubungan anda dengan Tuhan sebelum kematian ibu kandung?

Jawaban Tema Ya menurut saya Hubungan sih baik. Ya itu dengan menurut saya kak. Tuhan

129

Makna Partisipan menyatakan bahwa hubungan dengan Tuhan baik.


W1P2

Setelah kacau balau kematian ibu anda, bagaimana hubungan anda dengan Tuhan?

W1P3

Bagaimana Perasaan anda terhadap Tuhan setelah kematian ibu kandung anda? Berapa lama anda tidak bisa bersekutu dengan Tuhan?

marah bangat.

Apakah anda merasa cemas dan putus asa karena kematian ibu kandung anda telah meninggal? Kapan anda benar-benar merasa kehilangan?

Iya saya sadar itu kak. Saya sudah putus asa dan merasa cemas terus.

Krisis Rohani

W1P4

Krisis Emosi

W1P5

W1P6

gk bisa bersekutu itu saya sekitar setahun lah kak

Sejak mama dipanggil Tuhan bahkan sampai sekarang kalau ada masalah saya tidak bisa bercerita dengan orang lain, dan kadang kalau ada kebutuhan biasanya bilang ke mama langsung direspon paling tidak mama saya selalu menguatkan dulu dan menasehati saya. Sama kalau mendengar orang lain telefonan

130

Kehidupan Setelah kematian rohani ibu kandung, hubungan partisipan dengan Tuhan menjadi tidak baik. Perasaan Partisipan memilki dengan perasaan marah Tuhan dengan Tuhan.

Jangka waktu partisipan tidak melakukan disiplin rohani Perasaan partisipan

selama satu tahun, partisipan tidak mampu bersekutu dengan Tuhan.

Waktu partisipa merasakan kehilangan

Partisipan belum pulih dari perasaan kehilangan sampai saat ini.

Partisipan mengalami perasaan cemas dan putus asa


W1P7

W1P8

W1P9

W1P10

W1P10

dengan orang tua mereka, itu rasanya diingatkan lagi. Bagaimana Sakit rasanya, iri Perasaan perasaan anda dengan temanKetika menyandang teman juga menyanda status piatu? ng status piatu Perasaan apa Sangat kacau Perasaan yang menguasai banget… yang hati anda setelah semuanya menguasai kematian ibu campur aduk partisipan kandung tidak karuan setelah kak kematian ibu kandung

Perasaan apa yang muncul melihat temanteman anda berkomunikasi dengan ibu kandungnya setelah kematian ibu anda?

Rasa iri, kuatir, cemas dan putus asa itu pasti bingung harus ngapain. Karena saya tidak bisa komunikasi sama mama saya dan ada rasa kangen yang sangat berat sama mama saya ingin berbagi cerita dengan mama saya tapi saya tidak bisa melakukannya Apa yang Jujur waktu itu membuat anda tidak tahu lagi iri, kuatir, saya harus cemas, putus asa berbuat apa. dan bingung? Orang yang memberikan saya dukungan sudah tiada. Berapa lama Sampai sekarang perasaan anda di perasaan itu ada, 131

Perasaan yang menguasai partisipan setelah kematian ibu kandung

Partisipan merasa sakit dan iri terhadap teman.

Partisipan menyatakan bahwa dirinya di kuasai perasaan: - Sangat kacau - Perasaan Campur aduk yang tidak karuan Partisipan mengalami perasaan iri, kuatir, cemas, putus asa dan bingung.

Perasaan yang menguasai partisipan

Kematian ibu kandung membuat partisipan tidak memiliki pengharapan.

Jangka waktu

Partisipan menyatakan bahwa


Krisis Sosial

kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung?

saya masih sulit untuk melupakan semua itu dan saya sangat sulit melupakan mama saya dalam hidupku.

partisipan di kuasai perasaan hampa

W1P11

Berapa lama perasaan anda di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung?

Perasaan hampa

W1P12

Saat mana anda benar-benar merasa di tinggalkan semua pihak?

W1P14

Berapa Banyak Pihak yang mendukung anda pada saat berdukacita? Setelah ibu anda meninggal, bagaimana hubungan anda dengan keluarga? Setelah Setelah kematian ibu kandung anda, bagaimana hubungan anda dengan teman-

Ya itu satu tahun. Tapi saya masih kadangkadang merasakan sampai sekarang. Saat aku merasakan kesepian dan kekosongan disitulah aku pikirannya kemana-mana dan merasa semua orang meninggalkan saya dan tidak ada yang perduli dengan saya. Ya ada temanteman asrama, bapak ibu asrama dan dosen. Baik.

saya lebih memilih menyendiri. Saya tidak suka bergabung dengan teman-

W1P14

W1P15

132

dirinya di kuasai perasaan sampai sekarang, bahkan partisipan menyatakan bahwa dirinya masih sulit untuk melupakan sosok ibu di dalam hidupnya. Partisipan dikuasai perasaan hampa satu tahun bahkan sampai sekarang akibat kematian ibu kandung.

Perasaan ditinggalk an semua pihak

Partisipan merasa ditinggal semua pihak ketika partisipan kesepian dan seorang diri.

Dukungan kepada partisipan

Partisipan mendapat dukungan dari beberapa pihak.

Hubungan partisipan dengan keluarga

Partisipan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga

Hubungan partisipan dengan temanteman

Partisipan memilih menyendiri dan menarik diri dari lingkungan temanteman.


teman di asrama?

W1P16

W1P17 Krisis Panggilan

W1P19

teman, bagi saya itu adalah pilihan tepat. Saya tidak suka ramai-ramai. Selain dukungan Iya ada keluarga dari keluarga, lainnya tetapi ya apakah ada bedalah kak. dukungan orang lain terhadap panggilan anda? Seberapa dekat Sangat dekat hubungan anda banget kasih dengan ibu sayang mama kandung selama tidak dibatasi oleh menjalani studi jarak karena di stefa? mama saya itu satu-satunya orang yang paling mengerti saya dan yang paling mengenal saya dan mama yang selalu menyemangati saya ketika saya mengeluh dengan keadaan masuk kuliah di stefa. Sehingga, tanpa saya katakan apa yang menjadi keperluanku mama sudah tahu. Mama saya selalu menunjukkan kasih sayangnya kepada saya melalui caranya sendiri walaupun itu hanya lewat telefon. Dukungan yang Dengan kasih, seperti apa yang cinta, semangat, diberikan ibumu motivasi, selama di setafa? nasihat,

133

Dukungan dari keluarga

Partisipan selain didukung oleh keluarga juga didukung oleh keluarga besarnya.

Hubungan Partisipan memiliki dengan ibu hubungan yang kandung sangat dekat dengan ibu kandungnya.

Dukungan yang di terima partisipan

Partisipan mendapat dukungan dari ibu kandung berupa


W1P20

Apa makna panggilan bagi dirimu sendiri sebelum ibu anda meninggal?

Apa makna panggilan bagi setelah kematian ibu anda

W1P21

Apakah anda marah dengan Tuhan ketika ibu kandung anda meninggal lalu anda ingin meninggalkan panggilan anda?

perhatian pokonya dukungan materi itu pasti mama saya sangat besar dengan disertai kasih sayang mama yang sangat besar. Sebelum saya memaknai panggilan itu suatu anugerah Tuhan bagi saya dan lewat anugerah itu saya dipakai Tuhan untuk menjadi alatNya. Setelah mama saya meninggal saya ingin mundur untuk apa saya menjadi hamba Tuhan sedangkan orang yang mendukung saya sudah tiada, jadi saya berfikir bahwa panggilan saya sudah tak berarti. Ya… Saya sangat marah banget Kepada Tuhan dan sangat kecewa banget kepada Tuhan waktu itu bahkan saya merasa bahwa Tuhan itu tidak adil. Koq mama saya cepat sekali di ambil

134

kasih, cinta, semangat, motivasi, nasihat, perhatian dan dukungan materi.

Makna panggilan

Sebelum kematian ibu kandung partisipan merasa bahwa panggilannya suatu anugerah Tuhan untuk menjadi alatNya.

Makna panggilan berubah

Partisipan mengalami perubahan pandangan terhadap panggilan akibat kematian ibu kandung.

Suasana hati kepada Tuhan

Partisipan marah sekali dengan Tuhan dan ingin meninggalkan panggilannya.


W1P22

Bagaimana Motivasi anda untuk melayani Tuhan sebelum dan sesudah ibu andameninggal?

W1P23

Apakah anda pernah berpikir untuk meninggalkan panggilan pelayanan? Jika ya, alasannya apa?

Jujur saja ya kak, komitmen saya waktu itu sangat berubah kak, dan motivasi pelayanan saya sudah tidak ada lagi. Ya pernah, karena rasa marah, kecewa, dan merasa Tuhan tidak adil dan membuat saya untuk ingin meninggalkan panggilan. Saya merasa untuk apa saya meneruskan panggilan Tuhan sedangkan Tuhan saja tidak menjawab doaku dan bahkan Tuhan mengambil orang yang paling saya sayangi dan cintai. Orang yang selalu doakan kepada Tuhan agar Tuhan memberikan umur yang Panjang tetapi malah sebaliknya yang terjadi.

Komitmen melayani Tuhan

Partisipan kehilangan motivasi melayani Tuhan.

Keteguhan Partisipan pernah panggilan berfikir untuk meninggalkan panggilan.

Tabel 3 hasil wawancara Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan 3 Akibat Kematian Ibu Kandung Pendampingan Konseling Pastoral Krisis

Kode W1P1

Pertanyaan Apakah anda pernah di

135

Jawaban

Tema

Tidak Pernah kalau kasih kata semangat pernah,

Pendampi ngan dosen wali

Makna Partisipan sudah pernah di konseling


konseling oleh dosen wali?

W1P2

Apakah anda pernah di konseling oleh bapak-ibu asrama?

W1P3

Pendampingan seperti apa yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama?

W1P3

Apakah pendampingan yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama sudah efektif?

Krisis Panggilan

W1P4

Krisis Emosi

W1P5

dan di doakan pernah tapi kalau konseling khusus belum. Iya tapi hanya di doakan dan di semangati.

Tidak ada hanya bentuk semangat, penghiburan dan doa.

Kalau waktu itu belum ada konseling khusus. Baru sekarang kakak konseling saya dan menurut saya mungkin alangkah lebih baik kalau seperti ini ada konseling khusus. Pendampingan Saya terus berusaha konseling kak dan berjuang Pastoral dan saya juga kuat bagaimana bisa bertahan yang karena doa, menguatkan motivasi kak dan panggilan dukungan temananda. teman. Tetapi itu bukan konseling pastoral khusus ya kak. Pendampingan Kalau di bilang seperti apa pendampingan ya yang anda belum kak, tetapi dapatkan untuk yang pasti bahwa

136

Pemberian pendampi ngan

Pendampi ngan yang diberikan.

Efektifitas pendampi ngan Pastoral Konseling

Namun konselingnya belum mendalam. Partisipan merasa belum mendapat pendampingan konseling secara efektif dari bapak dan ibu asrama. Partisipan mendapatkan pendampingan dari dosen wali dan bapak-ibu asrama namun belum mendalam. Partisipan menyatakan bahwa pendampingan yang diberikan dosen wali dan bapak-ibu asrama belum efektif.

Pendampi ngan yang menguatka n

Partisipan mendapat pendampingan yang membuka wawasan untuk masa depan.

Pendampi ngan mengatasi

Partisipan diberikan pendampingan kerohanian.


mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung?

Krisis Sosial

W1P6

Krisis Rohani

W1P7

saya di hibur, dimotivasi temanteman dan didoakan. Waktu itu ya didoakan kemudian saya berjuang kak. Saya tidak tahu juga seperti apa prosesnya tetapi saya berusaha supaya saya bisa melewati kesedihan yang waktu itu saya alami. Tentunya tidak segampang itu kak bisa cepat pulih, tapi mau bagaimana harus berjuang sendiri untuk bangkit. Bagaimana Ya jujur saja kak, pendampingan kalau mengatasi yang anda krisis itu awalnya dapatkan untuk sangat sulit kak, mengatasi tetapi saya terus krisis Sosial belajar kemudian yang anda saya di doakan alami? dan di berikan pencerahan. saya merasa untuk terus berjuang bangkit. Itu sih kak. Jadi saya berusaha untuk berteman dan mulai bergabung dengan temanteman. Bagaimana Kalau pastoral proses konseling dari konseling dosen wali belum pastoral yang ya kak, tetapi saya dilakukan oleh saya yakin dengan dosen wali doa-doa dan untuk motivasi. Kalau

137

perasaan dukacita

Pendampi Partisipan ngan krisis diarahkan sosial untuk melihat rencana dan pertolongan Tuhan yang ajaib.

Proses pendampi ngan konseling pastoral

Partisipan mendapat pendampingan melalui doa dan motivasi.


pemulihan rohani Anda?

tidak berjuang ya mungkin saya sudah tidak di sini lagi. Itu memang sulit kak tetapi mau bagaimana lagi ya…

Tabel 4 Hasil Pendampingan Konseling pastoral Partisipan 3 Akibat Kematian Ibu Kandung Hasil Pendampingan Konseling Pastoral Krisis rohani

Kode

Pertanyaan

Jawaban

W1P1

Bagaimana Pendampingan pastoral konseling membantu anda pada akhirnya dapat memaknai kematian ibu kandung sebagai kehendak Tuhan?

W1P2

Bagaimana Hubungan Anda dengan

138

Pertama sekali saya memang tidak menerima kenyataan itu kak, trus saya juga marah dengan Tuhan karena mengambil orang yang saya kasihi, tetapi berjalannya waktu saya merasa bahwa pada saat saya di doakan aku bisa sedikit demi sedikit menerima kenyataan, bahwa mama aku sudah benarbenar sudah meninggal jadi saya harus belajar menerima kanyataan itu, perlahan-lahan. Awalnya sudah tidak baik kak, tetapi perlahanlahan saya

Tema

Makna

Cara memaknai kematian Kematian ibu kandung

Partisipan diarahkan untuk melihat kematian sebagai kehendak Tuhan.

Hubungan dengan Tuhan

Partisipan mengalami pemulihan


Tuhan Setelah di dampingi?

Hasil Pendampingan Krisis Emosi

W1P4

W1P5

Hasil Pendampingan Krisis Sosial

W1P6

mengerti bahwa Tuhan itu sudah mengatur yang terbaik. Saya mulai dapat berdoa, mulai berdoa secara pribadi. Apa yang anda ya tentunya kalau rasakan setelah di dampingi pada di lakukan waktu itu pasti pendampingan cepat pulih kak, pastoral tapi waktu itu konseling? saya merasakan setelah didoakan saya merasa lega walaupun Cuma sekali ya bisa membuat saya lega kak. Mungkin lebih lega lagi kalau pendampingan konseling kak. Bagaimana Kalau Pendampingan pendampingan Pastoral konseling bukan konseling ya kak karena dapat hanya di doakan membantu dan dihibur. anda bisa pulih dari perasaanmu yang hampa karena dukacita? Bagaimana hubungan saya hubungan anda dengan temandengan teman- teman seperti teman asrama, dulu lagi kak. keluarga, Hubungan teman kamar dengan keluarga anda setelah juga baik tetapi mendapatkan ya, saya masih pendampingan tetap berusaha ?

139

setelah di dampingi

hubungan dengan Tuhan.

Perasaan setelah pendampi ngan pastoral konseling

Partisipan perlahan-lahan mengalami pemulihan krisis emosional.

Pendampi ngan perasaan hampa

Pendampingan melalui didoakan dan dihibur membuat partisipan mengalami kelegaan.

Hasil pendampi ngan krisis sosial

Partisipan perlahan-lahan mengalami pemulihan krisis sosial.


W1P7

Bagaimana Pendampingan Pastoral dapat menolong anda sampai anda merasa tidak di tinggalkan semua pihak?

Hasil W1P8 Pendampingan Krisis Panggilan

Bagaimana motivasi anda untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan pastoral?

Identitas Pimpinan Asrama Nama Inisial : C.Y Umur

: 42

Jenis Kelamin: Laki-laki Agama

: Kristen

140

dan membawa dalam doa kak. Belum ada. Dari awal saya mengalami kedukaan sampai sekarang belum ada pendampingan pastoral konseling khusus yang saya terima. Selain kakak yang mengkonseling saya hari hari ini. Kalau di tanya tentang motivasi saya, memang pernah hilang panggilan saya melayani Tuhan kak beberapa bulan, tapi setelah didoakan dan diberikan dukungan teman-teman membuat saya berfikir kembali dan ingin berhasil seperti teman-teman, akhirnya saya terus berusaha kak.

Pendampi ngan paraasaan tidak ditinggalk an semua pihak

Partisipan belum mendapatkan pendampingan secara efektif.

Hasil pendampi ngan krisis panggilan

Partisipan mengalami pemulihan krisis panggilan.


Tabel 5 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 3 Kode W1P1

W1P2

W1P3

Pertanyaan Kapan J.M Kehilangan ibu kandung? Berapa lama J.M sedih karena kematian ibu kandungnya?

Dampak apa saja yang di timbul saat J.M kehilangan ibu kandung?

Jawaban Tahun 2017 kalau tidak salah ya

Tema Peristiwa kematian ibu kandung J.M lama sedih J.M

Owh kalau yang ini lama, iya lama kek stengah tahun sampai dia praktek koq dia masih sedih. Ini yang lama sedihnya, sedih sih…pada akhirnya saya tahu kalau dia sedih itu ada campur aduknya Wah ini sedihnya lama. itu sedihnya lama. Kalau ini yang Dampak yang tidak sabar, di timbul pada Sampai bleng tuh, J.M jadi tampaknya waktu Ketika kita kerja bakti kemudian dia sendiri pakai skepy lalu ditunjukkan jenazah ibunya lalu nangis dan histeris teriak-teriak sekerasnya. Tapi malam hari sebelumnya nangis lalu lari keluar lari bersembunyi saya pikir itu Tindakan aneh. sampai pada kaget orang di satu asrama. Lari bersembunyi, jadi itulah yang anehnya disitu.

141

Makna Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M kehilangan ibu kandung tahun 2017 Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M mengalami kesedihan lama sampai stengah tahun.

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M tidak sabar, sampai bleng, teriakteriak sekerasnya, lari dan bersembunyi, memiliki Tindakan aneh.


Kalau memang dia sedang berduka, nangis mau teriak sih ndak apa-apa tapi kalau ada sesuatu yang menurut saya aneh sehingga ada masalah, nah anehnya di situ, anehnya di situ, jadi, saya sendiri kemudian mengambil sikap yang ahh menimbulkan protes dari banyak orang. Ahh karena apa …. Waktu dia sedang nangis histeris saya datang ketempatnya di aula atas, langsung saya matikan laptopnya kemudian suruh, masuk kekamar. Jadi itu sih menimbulkan prostes keras dari pimpinan juga, dari mahasiswa juga karena mereka bilang saya tidak berempati, orang kedukaan koq saya seperti tidak peduli. Ya gtu Cuman saya sendiri waktu itu mungkin karena punya alasan sendiri menganggap itu

142


W1P4

W1P5

W1P6

W1P7

sebagai sesuatu yang aneh. gtu. Berdasarkan Setelah kematian Pengamatan bapak ibunya beberapa Perilaku apa saja waktu bleng, yang berubah saat kadang kalau kita J.M kehilangan ngomong itu kan ibu? seperti yang kita bicarakan itu itu dia gk menanggap. Membuat kita bingung ini orang ini kenapa? Tapi kalau ini berdasarkan pengamatan saya, itu karena ada campur aduk. Menangis sampai berhari-hari dan teriak-teriak Apakah J.M Ya, mengalami konsentrasinya masalah? menurun, bleng, tidak nyambung kalau diajak bicara, kemudian kalau kita ngomong orangnya melawan jadi lebih sering melamun. Setelah kematian Pasti terganggu ibu J.M beberapa saat bagaimana tidak mengikuti hubungannya bidston, sampai dengan Tuhan? pada saat ikut pun masih seperti orang mengelamun Peristiwa Ya marah, karena kematian ibu waktu bapak kandung J.M bilang kita mau berdoa seperti

143

Perilaku J.M yang berubah

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M beberapa waktu bleng, tidak menangkap pembicaraan Bp. C.Y J.M menangis berhari-hari dan teriakteriak

Masalah yang di alami J.M

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M mengalami masalah seperti - konsentrasinya menurun - bleng - tidak nyambung Ketika diajak berbicara - melawan - suka melamun

Kerohanian J.M

Bp. C.Y menyatakan bahwa hubungan J.M dengan Tuhan pasti terganggu karena tidak mengikuti bidston beberapa saat.

Suasan hati J.M

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M marah kepada Tuhan


W1P8

W1P9

apakah J.M marah kepada Tuhan?

tidak menerima koq.

Berapa lama J.M tidak ingin bersekutu dengan Tuhan. Apakah Reaksi J.M saat melihat teman-temannya berkomunikasi dengan ibu kandungnya?

Wah lama

W1P10 Berapa lama J.M di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung? W1P11 Pihak-pihak mana saja yang mendukung J. M pada saat berdukacita?

W1P12 Apakah J.M pernah merasa di tinggalkan oleh semua pihak?

W1P13 Bagaimana hubungan J.M dengan keluarga?

Tentunya iri dengan temantemannya, buktinya Ketika teman-temannya menelfon ibunya J.M ini langsung reaksinya aneh. Wah ini yang bapak tidak bisa gambarkan karena lama sekali, berbulan-bulan koq bleng terus teman-teman datang menghibur dia, bapak dan ibu asrama juga kalau ada dosen lain yang tahu pasti datang ke tempatnya untuk mendoakan dia. Owh pasti. Karena kalau dianya sedih berbulan-bulan siapa yang akan terus mendampingi setiap saat tentunya tidak kan? kemudian dia berkata kepada teman-temannya tidak ada yang peduli dengan dia. Sejauh yang bapak tahu baik.

144

J.M Tidak ingin bersekutu dengan Tuhan Keadaan Emosi partisipan

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M tidak ingin bersekutu dengan Tuhan lama. Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M iri dengan teman-teman pada saat teman-teman berkomunikasih dengan ibu kandunya.

Perasaan J.M

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M mengalami kehampaan karena kematian ibu kandung berbulan-bulan.

Pihak yang mendukung J.M

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M di dukung oleh teman-teman, bapak ibu asrama, dan juga dosen lain yang tahu.

Krisis sosial yang di alami partisipan

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M merasa ditinggalkan semua pihak dengan tidak memperdulikan J.M

Hubungan J.M dengan keluarga

Bp. C.Y menyatakan bahwa hubungan J.M dengan keluarga baik.


W1P14 Bagaimana hubungan J.M dengan teman kuliah, dan juga teman kamar? W1P15 Seberapa dekat hubunganmu J.M dengan ibunya selama J.M di stefa?

W1P16 Apakah bapak melihat J.M marah dengan Tuhan ketika ibu kandungnya meninggal kemudian J.M mau meninggalkan panggilanNya?

W1P17 Apakah bapak tahu alasannya J.M mau meninggalkan PanggilanNya?

Baik, teman teman kuliahnya juga baik, tetapi setelah kehilangan ibu kandungnya dianya jadi eror Kalau seberapa dekat pasti sangat dekat dengan ibunya karena ibunya kan kerja di Sumatra. Ibunya itu kan sebagai penunjang buat dia, Iya…Saya melihat reaksinya itu tadi, Ketika berduka saya datang sama teman-teman ke kamarnya kemudian berontak tidak menerima dan berkata Tuhan mengecewakan dia, mengambil orang yang sayang sama saya dan untuk apa saya kuliah lagi, kalau seperti ini jadinya. Lalu untuk apa saya kuliah, untuk siapa kan orang yang mendukung dan memotivasi saya sudah meninggalkan saya. Jadi lebih baik saya pulang pak. Ya katanya sih teman-temannya kalau ia mau menemani

145

Hubungan J.M dengan teman kuliah dan teman kamar

Bp.Y menyatakan bahwa J.M memiliki hubungan yang baik dengan teman kuliahnya baik dan juga teman kamarnya.

Hubungan J.M dengan ibu kandung

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M sangat dekat dengan ibu kandungnya.

Panggilan

J.M marah dengan Tuhan dengan cara memberontak sampai tidak ingin lanjut kuliah lagi, ingin meninggalkan panggilanNya.

Alasan J.M meninggalkan panggilanNya

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M mau pulang karena kematian ibu kandung yang selalu


W1P18 Apakah bapak pernah memberikan J.M Pendampingan Pastoral Konseling

W1P19 Pendampingan seperti apa yang bapak berikan kepada J.M?

W1P20 Berarti selama ini baru pendampingan sesuai kebutuhan ya pak? W1P21 Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak

bapaknya kasian bapaknya. Pendampingan untuk mereka? Owh kita di asrama itu hanya menguatkan saja. Menguatkan mereka pada saat mereka sedang berduka kita kuatkan dan mendoakan mereka. Jadi gini, kalau pendampingan khusus kita gk ya, gk seperti itu cuman, kita tau kalau mereka sedang berduka kita perlu memberikan dukungan berdoa untuk mereka, berikan kekuatan doakan mereka hibur mereka, kalau merasa itu terlalu berat dan dia perlu untuk konseling secara pribadi nah, kita akan layani untuk ajak ngobrol. Tapi kalau tidak datang ya berarti kan dia baik baik saja. Ya…. kita kuatkan dan motivasi.

Pendampingan yang diberikan bapak/ibu asrama

memotivasi serta membiayai dirinya. Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M diberikan pendampingan untuk menguatkan dan didoakan.

Bentuk pendampingan pastoral

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M diberikan dukungan didoakan dan dihibur tetapi bukan pendampingan khusus.

Pendampingan

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M diberikan pendampingan sesuai kebutuhan.

Ya itu kita doakan Pendamingan Bp. C.Y menyatakan supaya dia kuat pada saat krisis bahwa J.M didoakan Rohani

146


lakukan untuk pemulihan rohani J.M? W1P22 Pendampingan seperti apa yang bapak berikan ke J.M untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? W1P23 Bagaimana pendampingan yang bapak berikan mampu mengatasi krisis Sosial yang J.M alami?

melewati masa dukacitannya.

supaya kuat melewati masa dukacitanya.

Karena dia cewek kita suruh temantemannya menghibur dia.

Pendampingan krisis Emosi J.M

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M di damping dengan menyruh temanteman mendampingi J.M

Semua yang berdukacita kita beritahu bahwa teman-teman banyak yang mengalami, kalau mereka kuat andapasti bisa. W1P24 Pendampingan Ya sama dengan Konseling teman-teman Pastoral yang yang lain kita bagaimana yang berusa ingatkan membangkiitkan motivasi awalnya, J.M kembali untuk sudah berjuang tetap berada di apakah andamau stefa? putus di tengah jalan? W1P25 Bagaimana proses Saya berfikir konseling pastoral melalui yang bapak memberikan lakukan untuk contoh ayat dari pemulihan rohani firman Tuhan ya, J.M? W1P26 Bagaimana Sejauh ini sudah Hubungan J.M baik. dengan Tuhan Setelah di dampingi?

Pendampingan Krisis Sosial yang di alami J.M

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M harus kuat seperti teman-teman juga mengalami hal yang sama tetapi mereka bisa melewati tentunya J.M pun bisa

Pendampingan Krisis Panggilan yang di alami J.M

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M diingatkan kembali dengan motivasi awalnya supaya perjuangannya tidak siasia atau putus di tengah jalan.

Hasil pendampingan

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M diberikan ayat-ayat firman Tuhan

Hasil pendampingan hubungan J.M dengan Tuhan setelah di dampingi Hasil pendampingan perasaan hampa J.M

Bp. C.Y menyatakan bahwa hubungan J.M Tuhan sudah baik

W1P27 Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu J.M bisa pulih dari perasaan yang

kita doakan, kita hibur J.M dikuatkan dan teman-temannya memotivasi dia terus dan pasti

147

Bp. C.Y menyatakan bhwa J.M pulih karena di doakan, dihibur dan dikuatkan serta dimotivasi teman-teman.


hampa karena dukacita? W1P28 Bagaimana hubungan J.M dengan temanteman asrama, keluarga, teman kamar J.M setelah mendapatkan pendampingan? W1P29 Bagaimana motivasi J.M untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan pastoral?

dirinya juga mau berusaha baik.

Melihat tugas pelayanan yang diberikan kepadanya seperti pikat dan sekolah minggu baik, tidak ada kendala saya melihat bahwa ada kemajuan dalam pelayanan.

Hubungan J.M dengan teman, keluarga serta teman kamar setelah diberikan pendampingan

Bp. C.Y menyatakan bahwa hubungan J.M dengan teman-teman asrama, keluarga, teman kamar stelah di damping sudah baik.

Motivasi J.M melayani Tuhan setelah di dampingi

Bp. C.Y menyatakan bahwa J.M memiliki motivasi melayani Tuhan sudah baik setelah mendapatkan pendampingan.

Identitas Dosen Wali Nama Inisial : V.S Umur

: 35 Tahun

Jenis Kelamin: Perempuan Agama

: Kristen

Tabel 6 Partisipan 3 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 3 Kode W1P1

Pertanyaan Kapan J.M Kehilangan ibu kandung?

Jawaban Kalau tidak salah pertengah tahun 2017 ya

W1P2

Berapa lama J.M Ya sedih itu pasti nah sedih karena ini lama sedihnya. Bisa kematian ibu hitungan bulan kandungnya?

W1P3

Dampak apa saja yang di timbul saat

Nah kalau J.M ini konsetrasinya sangat menurun, suka

148

Tema Makna Peristiwa Ibu. V. S kematian ibu menyatakan bahwa kandung J.M J.M kehilangan ibu kandung pada tahun 2017. Jangka waktu Ibu. V.S kesedihan J.M menyatakan bahwa J.M mengalami kesedihan cukup lama hitungan bulan Dampak yang Ibu. V.S timbul saat menyatakan bahwa J.M J.M mengalami


J.M kehilangan ibu kandung?

melamun, seperti kehilangan ibu orang bleng, trus suka kandung menyendiri dan tidak ingin di ganggu temannya

W1P4

Berdasarkan Pengamatan Ibu Perilaku apa saja yang berubah saat J.M kehilangan ibu?

Itu bleng, Perilaku yang konsentrasinya berubah menurun, suka melamun kan berbeda langsung karena orangnya cerewet

W1P5

Apakah J.M mengalami masalah?

Iya itu masalah besar ketika dia bleng.

Masalah yang di alami J.M

W1P6

Setelah kematian ibu J.M bagaimana hubungannya dengan Tuhan?

Tidak teratur doanya berarti kan bermasalah.

Krisis Rohani yang di alami partisipan

W1P7

Peristiwa Kematian ibu kandung J.M apakah J.M marah kepada Tuhan?

Perasaan J.M terhadap Tuhan.

W1P8

Berapa lama J.M tidak ingin bersekutu dengan Tuhan.

iya marah itu ditunjukkan pada saat bapak asrama dan teman-teman ingin mendoakan dia, tetapi dia berontak dan kanya ngomong tidak menerima kenyataan itu. Ibu tahunya dari temanteman bahwa J.M tidak ingin bersekutu dengan Tuhan beberapa kali tidak ikut bidston.

W1P9

Apakah reaksi J.M Saya mendengar dari Krisis Emosi saat melihat teman- teman-temannya bahwa J.M

149

Jangka waktu J.M tidak bisa bersekutu dengan Tuhan

perubahan konsentrasi sangat menurun, suka melamun, bleng, suka menyendiri dan tidak ingin di ganggu oleh teman. Ibu. V.S menyatakan bahwa J.M memiliki perilaku yang berubah seperti konsentrasinya menurun, berbeda dengan J.M sebelumnya yang cerewet. Ibu. V.S menyatakan bahwa J.M mengalami masalah besar Ketika J.M bleng Ibu. V.S menyatakan bahwa hubungan J. M dengan Tuhan tidak teratur artinya bermasalah. Ibu. V.S menyatakan bahwa J.M marah terhadap Tuhan

Ibu. V.S menyatakan bahwa J.M tidak ingin bersekutu dengan Tuhan beberapa kali tidak ikut ikut bidston Ibu. V.S menyatakan bahwa


temannya berkomunikasi dengan ibu kandungnya?

Ketika teman-temannya ngobrol dengan ibunya dianya langsung pergi, tidak suka

W1P10

Berapa lama J.M di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung?

Wah lama sekali seperti tadi saya ungkapkan bahwa itu bulanan karena kelihatan dari perilakunya.

Jangka waktu J.M sedih

W1P11

Pihak-pihak mana saja yang mendukung J.M pada saat berdukacita?

bapak-ibu asrama, teman kamarnya, teman-teman juga diasrama dan bapakibu dosen pasti mendoakan J.M

Pihak yang mendukung J.M

W1P12

Apakah J.M pernah wah itu tidak suka merasa di bergaul lagi. tinggalkan oleh semua pihak? Bagaimana Baik sar. hubungan J.M dengan keluarga?

W1P13

W1P14

Bagaimana hubungan J.M dengan teman kuliah, dan juga teman kamar?

Ya berubah

W1P15

Seberapa dekat hubunganmu J.M dengan ibunya selama J.M di stefa?

Layaknya seorang anak dan ibu itu pasti hubungannya erat. Dia sendiri juga sering cerita pada temantemnnya kalau dia

150

Krisis Sosial J.M

J.M Ketika melihat teman-teman berkomunikasih dengan ibu kandungnya, J.M langsung pergi meninggalkan temannya itu. Ibu. V.S menyatakan bahwa J.M mengalami kehampaan sangat lama maksunya dapat dihitung dengan hitungan bulan Ibu. V.S menyatakan bahwa pada saat J.M kehilangan ibu kandung di dukung oleh bapak ibu asrama, temanteman dan bapak ibu dosen. Ibu. V.S menyatakan tidak tahu

Hubungan J.M Ibu. V.S dengan menyatakan bahwa keluarga hubungan J.M dengan keluarga baik. Hubungan J.M Ibu. V.S dengan teman menyatakan bahwa kuliah hubungan J.M dengan teman-teman kulia dan teman kamar baik. Krisis Ibu. V.S Panggilan menyatakan bahwa yang di alami J.M dengan ibu J.M kandung sangat dekat.


W1P16

W1P17

W1P18

W1P19

W1P20

W1P21

sangat dekat dengan ibunya. Apakah ibu melihat Ya, waktu itu di asrama Suasana hati J.M marah dengan memang dia berkata J.M terhadap Tuhan ketika ibu sama bapak asrama Tuhan kandungnya ingin pulang saja. meninggal kemudian J.M mau meninggalkan panggilanNya? Apakah ibu tahu Ya itu sih, katanya Alasan J.M alasannya J.M mau satu-satunya orang meninggalkan meninggalkan yang mendukung J.M panggilanNya PanggilanNya? untuk menjadi Hamba Tuhan adalah hanya ibunya

Ibu. V.S menyatakan bahwa J.M marah kepada Tuhan dan J.M ingin pulang. Dalam arti meninggalkan panggilanNya di Stefa Ibu. V.S menyatakan bahwa J.M memiliki alasan yaitu satu-satunya orang yang mendukung J.M untuk menjadi hamba Tuhan hanya ibu kandungnya. Apakah ibu pernah Wahh Belum. Tetapi Pendampingan Ibu. V.S memberikan J.M kita waktu dia yang menyatakan bahwa Pendampingan berdukacita kita datang diberikan J.M belum diberikan Pastoral Konseling bersama bapak kepada J.M pendampingan mendoakan waktu J.M pastoral tetapi menerima kabar sudah pernah di doakan kehilangan ibu kandung pada saat bedukacita itu pun kita doakan saat itu saja. pada saat berdukacita saja. Pendampingan Waktu itu ibu doakan Pendampingan Ibu. V.S seperti apa yang dan memberikan menyatakan bahwa ibu Berikan kepada motivasi J.M di doakan dan J.M? diberikan motivasi Apakah selama ini Iya betul belum ada Pendampingan Ibu. V.S baru pendampingan pendampingan secara menyatakan bahwa sesuai kebutuhan khusus. J.M diberikan ya bu? pendampingan sesuai kebutuhan saja. Bagaimana proses kita doakan supaya Pendamingan Ibu. V.S konseling pastoral dia kuat imannya krisis Rohani menyatakan yang ibu lakukan mendoakan J.M untuk pemulihan supaya imanya kuat. rohani J.M?

151


W1P22

Pendampingan seperti apa yang ibu berikan ke J.M untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung?

Menghibur waktu kehilangan ibu kandung memberikan motivasi, berdoa juga untuk partisipan supaya bisa sabar

W1P23

Bagaimana pendampingan yang ibu berikan mampu mengatasi krisis Sosial yang J.M alami?

W1P24

Pendampingan konseling pastoral yang bagaimana yang membangkiitkan J.M kembali untuk tetap berada di stefa? Bagaimana proses konseling pastoral yang ibu lakukan untuk pemulihan rohani J. M?

teman-temannya yang di minta bapak asrama harus aktif mengajak berbicara, pikir dengan diajak bicara teman-teman dia akan belajar untuk bergabung dengan teman-temannya… Saya yakin Tuhan menguatkan lewat doa doa yang kita berikan dari temanteman juga.

W1P25

W1P26

Bagaimana Hubungan J.M dengan Tuhan Setelah di dampingi?

W1P27

Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling

Melakukan pendampingan pasrotal konseling itu sekali lagi belum kita lakukan yang pasti bahwa kita waktu J.M berdukacita kita juga mendoakan walaupun tidak sering tetapi ibu datang mendoakan dia. Setelah didoakan sedikit lega kelihatannya.

Wah kalau dibilang pendampingan konseling pastoral

152

Pendampingan Ibu. V.S Krisis Emosi menyatakan pada J.M menghibur J.M pada saat J.M kehilangan ibu kandung, memberikan motivasi serta berdoa untuk panggilanNya. Pendampingan Ibu. V.S krisis Sosial menyatakan bahwa J.M J.M diberikan teman-teman untuk terus aktif mengajak berbicara.

Pendampingan Krisis Panggilan yang di alami J.M

Ibu. V.S menyatakan bahwa J.M kuat karena Tuhan menguatkan J.M lewat doa-doa yang diberikan.

Hasil Ibu. V.S pendampingan menyatakan dengan Krisis rohani yakin bahwa yang dilakukan bukan pendampingan konseling pastoral tetapi di doakan dua kali.

Pendampingan Ibu. V.S menyatakan bahwa hubungan J.M dengan Tuhan kelihatannya sedikit lega. Hasil Ibu. V.S Pendampingan menyatakan bahwa Emosi


dapat membantu J.M bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? W1P28

W1P29

Bagaimana hubungan J.M dengan temanteman asrama, keluarga, teman kamar J.M setelah mendapatkan pendampingan? Bagaimana motivasi J.M untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan?

khusus ya sar, belum hanya kita mendampingi pada saat berdukacita saja. Dengan mendoakan dan dimotivasi. Ibu melihat baik

Kalau ibu perhatikan pelayanannya juga tidak masalah.

J.M didoakan dan di motivasi

Pendampingan Ibu. V.S sosial menyatakan bahwa hubungan J.M dengan teman-teman asrama, dengan keluarga, dengan teman kamar setelah di damping baik. panggilan J.M Ibu. V.S untuk menyatakan bahwa melayani J.M dalam Tuhan pelayanan tidak ada masalah.

4.4. Interpretasi Hasil Penelitian Pada bagian ini peneliti akan mendeskripsikan keadaan setiap partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. Peneliti telah melakukan penelitian kepada tiga orang partisipan yang berinisial S.U, E.H dan J.M. Semua partisipan tersebut menjadi sumber data dan informasi dari penelitian yang dilakukan. Dalam bagian ini peneliti akan menguraikan deskripsi dari (analisis) data hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3 (tiga) partisipan. Partisipan 1 1). Temuan Data Dan Analisis Data Tentang Perasaan Dukacita Yang Di Alami Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung.

153


Perasaan dukacita yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung pada tahun 2019 tentunya membawa kesedihan yang mendalam bagi partisipan. Kehilangan ibu kandung secara tiba-tiba membuat partisipan merasa shock bahkan partisipan tidak mampu menerima kenyataan bahwa ibu yang di kasihi dan mengasihi partisipan sudah di panggil Tuhan. Kesedihan karena dukacita yang di alami partisipan selama stengah tahun. Hal ini berdampak buruk bagi partisipan seperti tidak ingin makan, selalu merasa sedih, bahkan membuat partisipan tidak ingin di ganggu oleh orang lain. Partisipan mengakui bahwa partispan sangat dekat dengan ibu kandung sehingga kematian ibu kandung membawa masalah bagi partisipan. Hal ini dapat dibuktikan dari pengakuan partisipan sebagai berikut. “ (W1P1 ) Sabtu, 21 September 2019 ” (W1P2 ) “ Tentu sangat sedih kak, dan tidak percaya apalagi meninggal secara tiba-tiba.” (W1P3) “ Wah Sedih sekali kak, karena kematiannya mendadak sekali. Apalagi saya dekat dengan ibu kandung aku kak.” (W1P4) “Bersedih itu diawal-awal kematian mama saya, hampir stengah tahun, setelah itu tidak terlalu lagi (W1P5) “Tidak mau makan, tidak mau diganggu orang lain, rasanya sedih terus pada saat itu ” ( W1P6 ) “ Pertama-tama saya bingung kak, bahkan rasanya tidak mau bergabung dengan teman-teman ya gimana gitu kak ..pokoknya belum bisa awal-awal itu kak. Kemudian saya mencoba bergabung dengan temanteman supaya tidak terlalu sedih kak.” Ungkapan di atas mengenai perasaan dukacita yang di alami oleh partisipan akibat kematian ibu kandung. Partisipan mengalami kesedihan akibat kematian ibu kandung sampai stengah tahun. Kesedihan ini di dasari dengan hubungan partisipan yang sangat erat dengan ibu sehingga pada saat ibu kandung partisipan di panggil oleh Tuhan, partisipan mengalami shock, dan perasaan tidak mampu menerima kenyataan. Hal ini membuat partisipan mengalami perasaan yang tidak percaya,

154


kesedihan yang cukup lama, partisipan tidak ingin makan dan tidak ingin di ganggu oleh orang lain karena kematian ibu kandung. Dengan demikian dapat dipahami bahwa hubungan partisipan yang erat dengan ibu kandung membuat partisipan sangat shock berat, pasca kematian ibu kandung yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian dan dukungan secara materi. Hal inilah yang membuat partisipan mengalami kesedihan mendalam selama stengah tahun yang menimbulkan partisipan mengalami kesedihan berkepanjangan, tidak ingin makan, dan tidak ingin diganggu oleh orang lain. Oleh sebab itu proses kesembuhan perasaan dukacita membutuhkan waktu yang cukup lama untuk partisipan pulih dari perasaan dukacita yang di alami. 2). Analisis Data Tentang Krisis Yang Di Alami Partisipan S.U Akibat Kematian Ibu Kandung. Partisipan menyatakan bahwa sebelum kematian ibu kandung, hubungan partisipan dengan Tuhan tidak ada masalah namun pada saat partisipan mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung membuat hubungan partisipan dengan Tuhan menjadi tidak baik. Sebagai akibat kemarahan partisipan terhadap Tuhan selama enam bulan membuat hubungan partisipan dengan Tuhan mengalami kemunduran rohani seperti malas berdoa, malas membaca Firman Tuhan bahkan partisipan kehilangan konsentrasi pada saat persekutuan. Akibat dari Kematian ibu kandung yang di alami partisipan S.U berdampak terhadap hubungan rohani partisipan dengan Tuhan hal ini di lihat berdasarkan pengakuan partisipan dalam wawancara. “(W1P1) Ya bisa dikatakan baiklah kak, saya rutin bersekutu pribadi dengan Tuhan seperti berdoa dan membaca Firman Tuhan.” “(W1P2) Ya bisa di 155


bilang kacau balau kak, malas pokoknya. Ketika saya mengikuti ibadah saya tidak bisa konsentrasi berdoa, mendengar Firman Tuhan. saya juga tidak rutin lagi membaca Firman Tuhan dan berdoa secara pribadi.” “(W1P3) Wah, sangat marah kak, jengkel, karena mengambil orang yang sayang sama saya,” (W1P4) Waktu itu Saya tidak bisa bersekutu sekitar enam bulan. saya masih ikut biston, ya karena aturan. Jujur saya masih kecewa dan mempertanya kan kepada Tuhan kenapa secepat itu Tuhan memanggil mama saya.” Pengakuan di atas menunjukkan bahwa partisipan mengalami krisis rohani akibat kematian ibu kandung. Krisis rohani yang terjadi dapat di tandai dengan partisipan malas untuk bersekutu, marah terhadap Tuhan, ada perasaan jengkel, kecewa kepada Tuhan bahkan partisipan mengalami hal ini selama enam bulan. Hal ini dapat terlihat dari sikap partisipan yang mengikuti persekutuan tetapi hanya sekedar formalitas saja karena aturan di kampus. jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dukacita akibat kematian ibu kandung dapat mengakibatkan krisis rohani. Dukacita akibat kematian ibu kandung membuat partisipan mengalami emosi yang negatif yang tidak dapat di kendalikan dengan waktu cepat tetapi partisipan membutuhkan waktu yang cukup lama. Partisipan mengakui bahwa kehilangan ibu kandung membawa partisipan kepada kecemasan tentang masa depan partisipan yang tidak memiliki pengharapan. Selain itu partisipan juga menjadi orang yang putus asa dan tidak berdaya saat kehilangan sosok ibu yang selalu memberikan perhatian selama berada di Stefa. Partisipan kehilangan ibu kandung adalah suatu hal yang membuat partisipan tidak nyaman Ketika menyandang status piatu karena ada yang berkurang yaitu kasih sayang yang sebelumnya di terima partisipan dari ibu kandung. Partisipan menyatakan bahwa kematian ibu kandung menimbulkan perasaan, kuatir, cemas, iri, marah, bingung

156


serta merasa bahwa Tuhan itu tidak adil bagi partisipan. Hal ini dapat di lihat dari pengakuan partisipan sebagai berikut. “(W1P5) Iya pasti cemas kak karena tidak ada harapan lagi.” “(W1P6 ) Saya benar-benar merasakan kehilangan ketika mama saya sudah tidak ada lagi bahkan sampai saat sekarang ini.” “(W1P7) Kalau di pikir-pikir sih kak, ya tidak nyaman kak, terus sakit juga rasanya, karena ada yang sudah berkurang.” “(W1P8) Kuatir, cemas, putus asa, tidak berdaya, marah, iri, sedih rasanya, bingung pernah berpikir mengapa Tuhan tidak adil begitu, orang yang saya andalkan di dunia ini kok Tuhan panggil begitu cepat. Padahal masih banyak lagi yang mau saya ceritakan kepada mama saya.” “(W1P9) Karena orang yang selama ini mendukung saya sudah meninggal. Saya betul-betul merasa kehilangan. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi.” “(W1P10) Ya cukup lama sih, beberapa minggu” Dari hasil wawancara di atas, partisipan mengakui bahwa sejak dukacita akibat kematian ibu kandung, partisipan mengalami perubahan emosi seperti perasaan cemas, perasaan putus asa, perasaan tidak berdaya perasaan bingung, perasaan kuatir, perasaan marah, bahkan partisipan sampai pada menyalahkan Tuhan karena kematian ibu kandungnya. Perasaan dukacita karena kematian ibu kandung berdampak buruk bagi partisipan dapat di lihat pada saat partisipan melihat teman-teman partisipan sedang berkomunikasi dengan ibu kandung, partisipan menjadi iri kepada teman-temannya sebab partisipan masih menginginkan waktuwaktu bahagia yang ibu kandung pernah berikan selama masih hidup. Hal ini menunjukkan bahwa partisipan mengalami krisis emosi yang tidak terkontrol. Kematian ibu kandung membuat partisipan menjadi orang yang menarik diri dari lingkungan. Partisipan lebih banyak menyendiri dari pada bergabung dengan teman-teman atau orang lain. Hal ini di sebabkan karena partisipan merasa bahwa dukungan dari ibu kandung tidak akan pernah sama besarnya dengan dukungan

157


yang di dapat dari orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini dapat di ketahui melalui hasil wawancara sebagai berikut. “ (W1P11) Pada saat itu, mama saya meninggal hari sabtu malam, paginya minggu dan minggu itu saya memutuskan untuk ikut ibadah pagi, seketika ibadah selesai dan mau memasuki ibadah ke 2 saya disuruh pulang, karena masih bersedih, pada saat itu terus mengeluarkan air mata, saya masih ingat yang menyuruh saya pulang pada saat itu Ibu Adis, dan teman-teman seangkatan dgn saya, pada saat disepanjang perjalan pulang saya sendirian di asrama karena teman-teman belum pulang, dan begitupula pada saat diasrama suasana sunyi seakan saya sendiri yang mengalami musibah ini, disitu terlintas dipikiran saya bahwa saya ditinggalkan seorang diri.”“ (W1P12) Teman-teman, bapak ibu asrama ada dosen juga di dalam kampus kak cuma itu tadi, ya dihibur kan rame-rame tapi bukan konseling sih kak” “(W1P13) Ya walaupun baik sih kak, hanya tetap berbeda sekali dengan sebelumnya waktu masih ada mama saya.” “(W1P14) Ya itu, kadang saya memilih menyendiri artinya saya lebih menarik diri dari lingkungan temanteman kak” “(W1P15) Yang pasti keluarga lainnya masih tetap mendukung sih kak tapi gimana ya sekedar mendukung beda dengan mama.” Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa partisipan mengakui bahwa peristiwa kematian ibu kandung ada banyak pihak yang memberikan perhatian dan dukungan seperti mendoakan dan menghibur partisipan. Walaupun partisipan menyatakan bahwa hubungan dengan teman baik, hubungan keluarga juga baik, Namun di sisi lain partisipan menyadari bahwa partisipan sendiri menarik diri dari lingkungan. Partisipan lebih memilih menyendiri karena partisipan merasa bahwa selama di Stefa yang mendukung dirinya dengan motivasi, materi, kasih sayang adalah ibu kandungnya pasti berbeda dengan dukungan orang lain. Kesadaran dan pengakuan partisipan menunjukkan bahwa partisipan mengalami perubahan yaitu perubahan krisis sosial membutuhkan pemulihan. Dukacita akibat kematian ibu kandung membawa pengaruh besar bagi panggilan partisipan. Panggilan partisipan sebelum kematian ibu kandung,

158


partisipan mempunyai makna panggilan tersendiri sebagai panggilan mulia. Hal ini disebabkan karena dukungan, kasih sayang dari seorang ibu, motivasi dan pemberian materi dari ibu kandung yang memiliki hubungan yang erat dengan partisipan. Hubungan partisipan dengan ibu kandung sangat dekat dibandingkan dengan keluarga partisipan lainnya. Namun setelah kematian ibu kandung partisipan, semua menjadi berubah termasuk motivasi panggilan partisipan tidak memiliki makna lagi. Hal ini terlihat dari hasil wawancara semi terstruktur sebagai berikut. “(W1P16) Tentunya sangat dekat biasanya tiap malam kami telponan, bercerita mengenai kehidupan di stefa dan lain sebagainya. karena saya paling dekat dengan mama saya, selama dikampung pun kalo dihitung anak mama saya yang paling dekat hanya saya.” “(W1P17) Semangat, motivasi, doa, dan materi.” “(W1P18) Sebelum mama saya dipanggil oleh Tuhan mungkin saya merasa bahwa panggilan ini sungguh mulia.” “(W1P19) Setelah saya kehilangan mama saya, saya merasa bahwa ini sepertinya bukan panggilan Tuhan untuk saya, dengan Tuhan menguji saya melalui mama saya yang Tuhan panggil, apakah saya menerima, apakah saya lari dari panggilan di stefa ini dengan kematian mama saya.” “(W1P20) Waktu itu saya marah sekali kepada Tuhan, kenapa Tuhan memanggil mama saya begitu cepat, saya masih butuh kasih sayang, butuh doa dari seorang ibu seperti orang lain yang masih mendapatkan itu. Memang saya ingin pulang saja tidak lanjut kuliah lagi.” “(W1P21) Jujur saja ya kak, komitmen saya waktu itu berubah, dulunya semangat tapi setelah ibu saya meninggalkan saya, saya ingin tidak lanjut lagi.” “(W1P22) Iya, Saya ingin meninggalkan panggilan saya. Alasan saya supaya terus sama-sama dengan saurada saya dan papa saya.” Berdasarkan hasil wawancara di atas, partisipan mengakui bahwa hubungan partisipan dengan ibu kandung sangat dekat, sehingga semua kasih sayang yang diberikan kepada partisipan termasuk berbagi cerita, melalui telepon pada waktu malam hari membuat partisipan merasa diperhatikan. Partisipan mendapat dukungan seperti kasih sayang, motivasi, dukungan materi bahkan seorang ibu bagi partisipan adalah tempat curhat setiap masalah yang di hadapi partisipan setiap hari.

159


Namun pada saat kematian ibu kandung, partisipan mengalami perubahan dalam hal komitmen dan motivasi panggilan yaitu ingin berhenti kuliah dan tidak ingin melanjutkan kuliah lebih baik baik pulang dan tidak menyelesaikan kuliah. Hal ini diakibatkan kemarahan dan kekecewaan terhadap Tuhan karena Tuhan telah memanggil ibu kandung ke pangkuan Bapa di Sorga. Dengan demikian dapat di ketahui bahwa dukacita akibat kematian ibu kandung yang memiliki hubungan erat dengan partisipan berdampak buruk terhadap panggilan yang mulia partisipan menjadi krisis panggilan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dukacita akibat kematian ibu kandung membuat perasaan partisipan tidak baik, sehingga membuat hubungan partisipan dengan Tuhan mengalami kemunduran rohani dan kemunduran emosional yang menimbulkan perasaan, kuatir, cemas, iri, marah, bingung dan merasa bahwa merasa bahwa Tuhan itu tidak adil bagi partisipan. Kematian ibu kandung membuat partisipan menjadi orang yang menarik diri dari lingkungan atau yang di sebut krisis sosial. Dengan demikian dari krisis rohani, krisis emosi dan krisis sosial yang di alami partisipan membawa krisis panggilan pada partisipan akibat kematian ibu kandung. 3). Temuan Dan Analisis Wawancara Semi Terstruktur Pendampingan Konseling Pastoral Terhadap Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Partisipan mengakui bahwa setelah peristiwa kematian ibu kandung partisipan, dosen wali belum melakukan pendampingan konseling pastoral terhadap partisipan. Namun pimpinan asrama sudah memberikan pendampingan seperti mendoakan dan menasehati partisipan tentunya bertujuan untuk melakukan

160


pendampingan konseling pastoral bagi partisipan yang mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung. Namun partisipan menyatakan bahwa didoakan dan menasehati itu bukan pendampingan konseling tetapi lebih kepada penguatan partisipan. hal ini diungkapkan partisipan sesuai hasil wawancara. “(W1P1) Dosen wali waktu itu sih ada tetapi belum konseling kak, tetapi saya istilahnya, karena saya didoakan, dinasehati, ya begitu.” “(W1P2) Belum kak. Tapi didoakan” “(W1P3) Kalo di bilang pendampingan dari dosen wali belum ya kak. Bapak dan asrama juga belum tetapi penguatan yang saya terima dari bapak asrama saat itu adalah, bahwasanya hidup ini hanya sementara, cepat atau lambat, tua atau muda, kaya atau miskin pasti mengalami yang namanya kematian,” “(W1P4) Saya kira belum ya kak Namanya juga kak kehilangan pasti tidak gampang dan butuh waktu yang lama.” Berdasarkan pengakuan partisipan di atas, maka pendampingan pastoral konseling terhadap partisipan yang mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung sebenarnya sudah dilakukan oleh dosen wali. Namun partisipan menyatakan bahwa pendampingan yang di berikan oleh bapak asrama mendoakan dan di nasehati lebih kepada penguatan partisipan. Kehilangan ibu kandung membutuhkan waktu yang lama untuk pulih dari dukacita yang di alami. Oleh karena itu pendampingan yang di terima partisipan dikatakan belum efektif. Dukacita akibat kematian ibu kandung berdampak bagi panggilan partisipan,

maka

pendampingan

konseling

parstoral

bertujuan

untuk

membangkitkan semangat partisipan kembali untuk tetap berada di Stefa. Partisipan menyatakan pendampingan yang diberikan bapak asrama memberikan pengarahan dan pencerahan bagi partisipan untuk tetap pada panggilannya di Stefa. Hal ini dapat di lihat dari pengakuan partisipan “ ( W1P5)

Bapak asrama memberi

pengarahan, pencerahan bagi saya bagaimana saya diingatkan bahwa masalah boleh 161


ada, pergumulan boleh ada tetapi saya harus melihat bahwa ada masa depan yang cerah yang harus saya kejar. ”

Dengan demikian dapat diketahui bahwa

pendampingan yang diberikan bapak asrama seperti pengarahan dan pencerahan memang belum mendalam namun mampu membuat partisipan bangkit dan tetap berada dalam panggilan-Nya. Dukacita akibat kematian ibu kandung membawa pengaruh terhadap emosi partisipan. Perasaan emosi partisipan diberikan pendampingan yaitu di doakan bapak asrama sehingga partisipan merasakan sedikit lega setelah didoakan bapak asrama. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P6) Awalnya hampa sekali, setelah saya di doakan sedikit lega kak.” Partisipan menyatakan bahwa setelah partisipan didoakan partisipan merasakan sedikit lega artinya bahwa patisipan menyatakan bahwa belum puas atas pendampingan yang diberikan oleh bapak asrama namun partisipan merasakan lega. Dengan demikian berdasarkan pengakuan partisipan bahwa pendampingan terhadap krisis emosi yang di alami partisipan seperti didoakan belum cukup bagi partisipan dan membutuhkan konseling yang mendalam. Dukacita akibat kematian ibu kandung juga berdampak terhadap aspek sosial partisipan. Pendampingan terhadap aspek sosial partisipan dilakukan doa terhadapa partsipan pada saat berdukacita. Ungkapan doa yang menyatakan bahwa hidup kami harus melihat orang-orang yang ada di sekeliling kami sehingga partisipan mampu mengingat kembali ungkapan doa pada saat didoakan bapak asrama. Partisipan menyatakan untuk pulih dari krisis sosial yang di alami,

162


partisipan mengingat doa itu bahwa dalam ada yang mengalami masalah yang sama seperti kehilangan ibu kandung Tuhan pasti menolong dan partisipan juga mulai belajar bergabung dengan teman-teman. Hal ini berdasarkan pengakuan partisipan sebagai berikut. “(W1P7) Waktu itu beberapa waktu kemudian, saya ingat kembali waktu saya di doakan dan di dalam doa bapak asrama bilang ajar kami melihat sekeliling kami bahwa ada yang mengalami hal yang sama tapi Tuhan tolong. Itu sih kak. Akhirnya saya belajar untuk bergabung dengan teman-teman,” ungkapan wawancara ini menggambarkan bahwa partisipan diarahkan dan diajarkan untuk melihat rencana dan pertolongan Tuhan yang ajaib sehingga melalui adanya pendampingan yang diberikan bapak asrama seperti didoakan mampu menyentuh partisipan untuk tetap percaya bahwa dalam setiap kehidupan masalah selalu ada tetapi Tuhan pasti menolong partisipan seperti Tuhan menolong orang lain. Dukacita akibat kematian ibu kandung bukan hanya berdampak terhadap aspek sosial, aspek emosi, dan panggilan partisipan, tetapi dukacita akibat kematian ibu

kandung

berdampak

terhadap

aspek

rohani

partisipan.

partisipan

mengungkapkan bahwa pendampingan yang diberikan kepada partisipan untuk pemulihan aspek rohani yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung, bapak asrama mendoakan, teman-teman mendoakan, di doakan dosen kemahasiswaan, sehingga partisipan mengakui bahwa Tuhan mengasihi partisipan melalui orang-orang yang di sekeliling partisipan mengajarkan untuk senantiasa dekat kepada Tuhan. “(W1P8) Waktu itu memang ada dosen wali kak, tapi aku belum pernah di lakukan konseling tapi ketika mama saya dipanggil oleh Tuhan, tetapi saya di doakan oleh bapak asrama, pak Yefta, dosen lain, dan teman-teman

163


semuanya, dan di situ saya merasa bahwa Tuhan masih mengasihi saya memberikan saya orang-orang yang terus mengajar saya dekat dengan Tuhan dalam keadaan apa pun.” Berdasarkan pengakuan di atas maka dapat di simpulkan bahwa dosen wali, Bapak dan ibu asrama serta teman-teman sudah melakukan konseling pastoral terhadap partisipan melalui mendoakan partisipan, namun pendampingan konseling ini, belum mendalam. Doa yang diberikan kepada partisipan mampu mengajarkan partisipan bahwa Tuhan ada tetap mengasihi dirinya. Dengan demikian partisipan mampu pulih dari krisis rohani yang di alami pada saat berdukacita akibat kematian ibu kandung. 4). Temuan Dan Analisis Data Hasil Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan 1 Akibat Kematian Ibu Kandung Dukacita akibat kematian ibu kandung partisipan menyatakan bahwa dirinya di berikan pendampingan oleh bapak asrama, waket 3 kemahasiswaan, dan juga teman-teman. Pendampingan ini bertujuan untuk menguatkan partisipan melewati dukacita yang di alami khususnya krisis rohani yang di alami partisipan. Partisipan menyatakan bahwa melalui pendampingan bapak ibu asrama, waket tiga serta teman-teman partisipan perlahan-lahan dapat menerima kenyataan bahwa kematian adalah suatu peristiwa yang tidak dapat di hindari oleh siapa pun. Setelah pendampingan tersebut partisipan mulai belajar berkomitmen sendiri, berdoa dan berpuasa. Seperti peryataan partisipan sebagai berikut. “(W1P1) Waktu saya dinasehati oleh bapak-ibu asrama, waket 3 kemahasiswaan, teman-teman, bahwasanya kematian itu adalah sudah menjadi kehendak Tuhan yang tidak bisa kita hindari bahwa kematian itu adalah hal yang pasti, cepat atau lambat. Karena Tuhan yang mengaturnya.” “(W1P3) Ya saya mulai perlahan-lahan bisa menerima 164


kenyataan kak dan saya belajar berkomitmen sendiri berdoa dan puasa kak.” pernyataan ini menjelaskan bahwa partisipan di berikan pendampingan dengan tujuan partisipan diarahkan untuk mengerti bahwa kematian adalah sudah menjadi kehendak Tuhan yang tidak dapat hindari bahwa kematian itu adalah hal yang pasti, cepat atau lambat. Dengan demikian hasil pendampingan yang di dapatkan partisipan mampu membuat partisipan memaknai kematian ibu kandungnya dan perlahan-lahan menyadari bahwa segala sesuatu Tuhan yang mengatur sampai pada akhirnya partisipan mampu kembali bersekutu dengan Tuhan seperti halnya partisipan mulai belajar berkomitmen sendiri untuk berdoa dan berpuasa. Artinya bahwa pendampingan yang diberikan kepada partisipan mampu memulihkan krisis rohani yang dialami oleh partisipan. Hasil pendampingan terhadap emosi partisipan pada saat berdukacita, partisipan menyatakan bahwa setelah di dampingi seperti didoakan dan di nasehati partisipan merasa lega. Partisipan berfikir untuk bangkit lagi karena partisipan merasa bahwa masih ada yang mengasihi partisipan, masih ada yang perduli dengan partisipan. Hal ini sesuai dengan pengakuan partisipan “(W1P3) Yang pasti rasa Lega kak, membuat saya untuk berfikir bangkit lagi, bahwa masih ada orang yang mengasihi saya, perduli kepada saya selain keluarga inti saya kandung.” “(W1P4) Awalnya hampa sekali, setelah saya di doakan sedikit lega kak.” Pengakuan partisipan di atas mengambarkan bahwa partisipan perlahan-lahan pulih dari krisis emosi seperti pernyataan partisipan bahwa dirinya merasa lega dan dapat berfikir untuk kembali bangkit dari dukacita yang di alami setelah di berikan pendampingan

165


melalui seperti didoakan dan kehampaan yang di alami partisipan dapat kembali pulih menjadi kelegaan. Hasil pendampingan krisis sosial yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung, partisipan mulai bergabung dengan teman-teman sejak partisipan sudah menerima kenyataan bahwa ibu partisipan sudah benar-benar meninggal. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P5) Sejak saya menerima kenyataan ibu saya meninggal kak, saya sudah mulai bergabung dengan teman-teman tapi tetap saja saya masih minder. Kalau keluarga biasa saja kak.” “(W1P7) Iya kak, saya pun merasa semuanya sangat diluar dugaan saya, saya pernah berpikir, apa iya kalo saya ditinggalkan ibu saya waktu itu, posisi saya bukan di stefa, karena banyak orang yang bersimpati kepada saya, teman-teman kampus, dan bahkan teman-teman mengucapkan bela sungkawa melalui sosial media.” Berdasarkan pernyataan partisipan di atas, dapat di simpulkan bahwa hasil pendampingan terhadap partisipan yang mengalami krisis sosial kembali normal namun pendampingan yang diberikan belum efektif. Setelah diberikan pendampingan pastoral membuat hubungan partisipan dengan teman-teman kembali baik, hubungan partisipan dengan keluarga juga baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan bahwa semua di luar dugaan partisipan bahwa dengan dirinya berada di stefa partisipan bersyukur banyak yang memberikan dukungan walaupun pada kenyataannya pendampingan yang diberikan belum efektif. Hasil pendampingan krisis panggilan yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung, partisipan menyatakan bahwa motivasi partisipan sudah kembali ke semula. Dengan kata lain bahwa peristiwa kematian ibu kandung

166


membuat partisipan kehilangan motivasi pelayanan, bahkan ingin meninggalkan panggilann-Nya atau yang di sebut krisis panggilan. Namun setelah diberikan pendampingan, partisipan menyatakan bahwa motivasi pelayanan partisipan sudah kembali seperti semula. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P8) Kalau motivasi saya sudah kembali kepada semula kak, saya ingin menjadi pelayan Tuhan, sekalipun mungkin masih tetap berat buat saya kenyataan ini, tapi saya akan mencoba terus berusaha dengan berjalannya waktu kak.” Pernyataan partisipan di atas menjelaskan bahwa setelah partisipan di dampingi, motivasi partisipan kembali seperti semula. Berarti bahwa sebelum kematian ibu kandung patisipan, motivasi akan pelayanan dan panggilan partisipan baik, Namun setelah kematian ibu kandung, partisipan mengalami krisis panggilan yang semula baik menjadi kehilangan panggilan. Tetapi setelah diberikan pendampingan partisipan menyatakan bahwa partisipan ingin menjadi pelayan Tuhan, motivasi pelayanan sudah kembali seperti semula walaupun berat bagi partisipan, tetapi partisipan ingin mencoba dan terus berusaha dengan berjalannya waktu. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa krisis panggilan yang di alami. Tabel 5 Partisipan 1 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 1 Subjek trianggulasi 1 merupakan pimpinan asrama yang tinggal di asrama yang mendampingi partisipan di asrama. Untuk kerahasiaan dalam penulisan ini, peneliti menggunakan inisial (C.Y). Nama Inisial : C.Y Umur

: 42

167


Jenis Kelamin: Laki-laki Hari/ Tanggal: Jumat, 14 Mei 2021 Waktu

: 09.55 – 11.03

Agama

: Kristen

Berdasarkan pemaparan yang disampaikan subjek 1 yang menjadi pimpinan asrama STT Efata di jalan bangau no.25 Klaseman mangunsari kecamatan sidomukti, provinsi Jawa tengah didapatkan pemahaman sebagai berikut: bahwa S.U dalam peristiwa dukacita akibat kematian ibu kandung memiliki persoalan dalam: 1. Tentang perasaan dukacita partisipan akibat kematian ibu kandung: -

Partisipan mengalami kesedihan beberapa minggu sehingga timbul gejala yaitu partisipan lebih banyak diam, suka menyendiri, konsentrasinya berkurang.

-

Timbul perilaku seperti lebih banyak diam dan tertutup sehingga timbul masalah yaitu: partisipan berubah menjadi agak malas, konsentrasi belajarnya menurun.

2. Tentang krisis- krisis yang di alami partisipan S.U akibat kematian ibu kandung. -

Partisipan mengalami krisis rohani: Partisipan marah dengan Tuhan, beberapa kali tidak ikut doa malam. Beberapa saat tidak bisa bersekutu dengan Tuhan.

168


-

Partisipan mengalami krisis emosi: Dikuasai kehampaan beberapa minggu akibat kematian ibu kandung, iri dengan teman-temannya pada saat teman-teman menelfon ibu kandung.

-

Krisis sosial yang di alami partisipan: Partisipan pernah merasa ditinggalkan semua pihak pada saat asrama kosong, setelah kematian ibu kandung partisipan justru menjaga jarak dengan teman-temannya.

-

Krisis sosial yang di alami partisipan: Partisipan marah dengan Tuhan dan partisipan berkata Tuhan itu tidak adil sehingga ingin pulang meninggalkan panggilan-Nya dengan alasan S.U ingin menemani bapaknya di kampung.

3. Pendampingan konseling pastoral yang diberikan kepada S.U: -

Partisipan dihibur, di doakan

-

Partisipan diberikan pendampingan seperti dukungan moril, dihibur dan di doakan. Bukan pendampingan khusus. Karena pendampingan seperti konseling di Stefa jarang.

-

Partisipan diberikan pendampingan sesuai kebutuhan: 1. Pendampingan konseling pastoral terhadap rohani partisipan: Didoakan supaya kuat melewati dukacita dan imannya kuat. 2. Pendampingan konseling pastoral terhadap Emosi partisipan: Bp.C. Y datang ke kamarnya kemudian mendoakan S.U kemudian menasehatinya

169


3. Pendampingan konseling pastoral terhadap Sosial partisipan: S.U di beritahu bahwa teman-teman juga mengalami hal seperti kehilangan ibu kandung. Jikalau mereka mampu melewati masa dukacitanya tentu andajuga dapat melalui dengan kuat. 4. Pendampingan

konseling

pastoral

terhadap

Panggilan

partisipan: BP. C.Y di ingatkan tentang motivasi awalnya. Jangan sampai putus di tengah jalan. 4. Hasil pendampingan konseling pastoral terhadap pemulihan Krisis yang di alami partisipan: -

Pemulihan rohani partisipan: BP. C.Y memberikan ayat-ayat Firman Tuhan dan di doakan itu menguatkan partisipan mampu menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan.

-

Pemulihan krisis Emosi partisipan: S.U didoakan dan di hibur, teman-teman juga memberika motivasi serta partisipan juga berjuang untuk sukses.

-

Pemulihan krisis Sosial partisipan: S.U memiliki hubungan dengan keluarga sudah baik, dengan teman sudah baik, teman kamar pun sudah baik.

-

Pemulihan kriris panggilan partisipan: S.U banyak mengalami kemajuan dalam pelayanan. Dan Bp. Y pun menyatakan bahwa panggilan S.U sudah pulih artinya sudah kembali seperti motivasi semula.

170


oleh karena itu partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung memerlukan pendampingan secara terus menerus agar dapat pulih dari dukacita yang di alami. Subjek 2 trianggulasi 2 merupakan dosen wali partisipan 1 sejak peristiwa kematian ibu kandung. Untuk kerahasiaan dalam penulisan ini. Peneliti menggunakan Inisial (P). Nama Inisial : P Umur

: 52 Tahun

Jenis Kelamin: Laki-laki Waktu / Tanggal: Sabtu, 15 Mei 2021 Pukul

: 10.12 – 11.00

Agama

: Kristen

Tabel 6 Partisipan 1 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 1 Didapatkan pemahaman sebagai berikut: bahwa S.U dalam peristiwa dukacita akibat kematian ibu kandung memiliki persoalan dalam: 1. Tentang perasaan dukacita partisipan akibat kematian ibu kandung: -

Partisipan mengalami kesedihan dampak konsentrasi menurun, pandangan kosong.

-

Timbul perilaku seperti mood S.U berubah atau kurang tanggap dan lebih banyak menyendiri.

-

S.U mengalami masalah belajar di kelas, konsentrasinya berkurang, pandangannya kosong.

171


2. Tentang krisis- krisis yang di alami partisipan S.U akibat kematian ibu kandung. -

Partisipan mengalami krisis rohani: S.U kecewa dengan Tuhan dan tidak ingin melanjutkan kuliah lagi, S.U marah dengan Tuhan karena ikatan seorang anak dan ibu itu sangat dekat.

-

Partisipan mengalami krisis emosi: mendengar dari teman-teman seangkatan di kelas bahwa S.U pernah iri melihat teman-teman berkomunikasih dengan ibu kandung.

-

Krisis sosial yang di alami partisipan: Sebelum S.U kehilangan ibu kandung, hubungan S.U dengan teman kamar, teman kuliah baik. Tetapi setelah kehilangan ibu kandung teman kamarnya mengatakan bahwa S.U menjaga jarak dengan teman-temannya.

-

Krisis panggilan yang di alami partisipan: S.U dikelas pernah mengatakan Tuhan itu tidak adil lalu ingin pulang saja, S.U menyatakan kecewa terhadap Tuhan,

3. Pendampingan konseling pastoral yang diberikan kepada S.U: Bapak P belum memberikan pendampingan konseling pastoral. -

hanya lewat chat di WA dan didoakan lewat telefon

-

Partisipan belum diberikan pendampingan khusus melainkan didoakan telefon waktu itu dan lewat chat menyampaikan turut berdukacita.

-

Partisipan diberikan pendampingan konseling pastoral:

172


a. S.U bisa bertahan karena kekuatan doa dari teman-teman yang selalu mendoakan S.U pada saat doa-doa di asrama. b. Pendampingan

terhadap

konseling

pastoral

rohani

partisipan: didoakan c. Pendampingan konseling pastoral terhadap emosi partisipan: menyampaikan turut berdukacita lewat chat WA dan di doakan di kelas. d. Pendampingan terhadap sosial partisipan: Belum melakukan pendampingan khusus melaikan didoakan dan lewat chat. e. Pendampingan terhadap panggilan partisipan: S.U bisa bertahan karena kekuatan doa dari teman-teman yang selalu mendoakan S.U pada saat doa-doa di asrama. 4. Hasil pendampingan konseling pastoral untuk pemulihan krisis yang di alami partisipan: -

Pemulihan rohani partisipan: Proses konseling pastoral yang dilakukan

untuk

pemulihan

rohani

S.U

belum

dilakukan

pendampingan konseling pastoral selain pada saat itu didoakan dan di chat lewat WA dan BP. P pun menyatakan dengan yakin bahwa S.U berjuang untuk pemulihan rohaninya, Hubungan S.U dengan Tuhan berdasarkan pengamatan Bp. P sejauh ini baik. sekalipun belum memberikan pendampingan kepada S.U, hubungan S.U dengan Tuhan berdasarkan pengamatan Bp. P sejauh ini baik Namun

173


Bp. P juga mengatakan sekalipun belum memberikan pendampingan kepada S.U -

Pemulihan

krisis

emosi

partisipan:

Belum

melakukan

pendampingan khusus melaikan didoakan dan lewat chat. -

Pemulihan krisis sosial partisipan: Hubungan S.U dengan teman, keluarga dan teman kamar tetapi bukan karena pendampingan dirinya dan Bp. P menyatakan kemungkinan ada dari pihak lain yang memberikan pendampingan sehingga S.U dapat memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang terdekatnya.

-

Pemulihan kriris panggilan partisipan: Pernah marah dan ingin meninggalkan panggilannya karena kecewa dengan Tuhan. Tentu motivasinya berubah. Dan Bp. P melihat sudah baik-baik saja. Oleh karena itu partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung memerlukan pendampingan secara terus menerus khusunya pendampingan konseling pastoral yang khusus agar dapat pulih dari dukacita yang di alami.

Partisipan 2 1). Temuan Data Dan Analisis Data Tentang Perasaan Dukacita Partisipan 2 Akibat Kematian Ibu Kandung. Partisipan mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung pada pada tanggal 23 Januari 2018. Dukacita akibat kematian ibu kandung secara tiba-tiba membuat partisipan merasa sangat sedih dan membuat partisipan tidak percaya

174


akan kematian ibu kandungnya. Partisipan mengalami kesedihan dukacita akibat kematian ibu kandung selama satu stengah tahun. Kesedihan yang dirasakan partisipan membuat partisipan merasa frustasi dan juga khawatir tentang masa depan partisipan. akibat dari kesedihan yang di alami partisipan, timbul masalah besar yang tentunya tidak diinginkan oleh partisipan terjadi. Masalah yang di alami partisipan adalah partisipan menjadi seorang pendiam dan bahkan merasa minder kepada teman-teman yang masih memiliki orang tua lengkap. Bahkan partisipan menganggap masalah besar partisipan kehilangan kasih sayang seorang ibu. Hal ini terlihat dari pengakuan partisipan sebagai berikut. “(W1P1) 23 Januari 2018” “(W1P2) Secara manusia Tentu sangat sedih kak, dan tidak percaya apalagi bahkan saya sempat menyalahkan Tuhan” “(W1P3) Iya pasti sedih bangat kak.” “(W1P4) Selama kurang lebih satu setengah tahun dan bahkan kesedihan saya sampai sekarang ini jikalau mengingat peristiwa itu” “(W1P5) Saya merasa frustasi dan juga khawatir tentang masa depan, pendiam dan bahkan merasa minder kepada teman-teman saya yang memiliki orang tua lengkap.” “(W1P6) Pertama-tama saya bingung kak, bahkan rasanya tidak mau bergabung dengan teman-teman. Ya gimana gitu kak pokoknya belum bisa awal-awal itu kak sulit bangat pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan.” Pernyataan di atas menjelaskan bahwa partisipan merasakan kesedihan yang mendalam sampai partisipan tidak percaya akan kenyataan bahwa ibunya meninggal. Partisipan juga menyatakan bahwa dirinya sempat menyalahkan Tuhan. Jadi selama satu stengah tahun partisipan sampai sekarang masih merasakan kesedihan pada saat partisipan mengingat perisitiwa kematian ibu kandung. Partisipan merasakan perasaan yang tidak menentu seperti, merasa frustasi, dan kuatir akan masa depan. Partisipan menjadi orang yang pendiam, bahkan partisipan minder kepada teman-teman yang masih memiliki orang tua lengkap.

175


Bagi partisipan kehilangan ibu kandung adalah masalah yang sangat besar di mana kasih sayang seorang ibu yang didapatkan partisipan sebelumnya sudah tidak ada lagi, bahkan bukan hanya kasih sayang tetapi juga materi yang diberikan oleh seorang ibu partisipan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dukacita akibat kematian ibu kandung partisipan mengalami perasaan yang tidak kstabil sampai kepada partisipan mengalami frustasi. Kesedihan dukacita akibat kematian ibu kandung ini, mengakibatkan masalah terhadap partisipan sampai kepada krisis. 2). Analisis Data Tentang Krisis Yang Di Alami Partisipan 2 Akibat Kematian Ibu Kandung. Pada bagian ini peneliti akan menganalisis tentang krisis rohani yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung. Berdasarkan jawaban partisipan melalui wawancara, menyatakan bahwa hubungan partisipan dengan Tuhan tidak baik sehingga partisipan merasa sangat jauh dari Tuhan. Peristiwa kematian ibu kandung membuat partisipan sangat marah terhadap Tuhan karena partisipan tidak mampu menerima kenyataan bahwa ibu kandung benar-benar sudah meninggal. Akibat dari kemarahan partisipan membuat partisipan tidak lagi rutin melakukan disiplin rohani seperti malas berdoa, malas membaca Firman Tuhan dan bagi partisipan itu adalah hal yang sangat sulit dilakukan ketika suasana hati sedang marah. Partisipan menyatakan bahwa partisipan tidak dapat bersekutu dengan Tuhan selama kurang lebih tujuh stengah bulan adalah waktu paling sulit untuk bersekutu dengan Tuhan karena bertolakkan dengan kemarahan yang dirasakan partisipan akibat kematian ibu kandung. Hal ini sesuai pernyataan partisipan dalam hasil wawancara sebagai berikut.

176


“(W1P1) Hubungan saya dengan Tuhan baik” “(W1P2) Hubungan saya dengan Tuhan tidak baik kak, jujur saja bisa dibilang sangat jauh saya dari Tuhan.” “(W1P3) Kalau di tanya perasaan saya kepada Tuhan waktu itu sangat marah, tidak menerima kenyataan itu.” “(W1P4) Sulit rasanya, bagaimana mau disiplin sedangkan saya sangat marah dengan Tuhan. Pasti malas bangat kak mau berdoa dan baca Firman Tuhan kurang lebih tujuh setengah bulan saya beribadah tapi rasanya bertolakkan dengan kemarahan saya.” Berdasarkan jawaban dan pengakuan partisipan di atas memberikan gambaran mengenai kerohanian partisipan yang mengalami perubahan akibat kematian ibu kandung. Hubungan partisipan dengan Tuhan tidak sehat karena kemarahan partisipan yang tidak dapat menerima kenyataan bahwa ibu kandung sudah benar-benar meninggal. Partisipan menyatakan sangat sulit untuk bersekutu dengan Tuhan selama tujuh stengah tahun. Partisipan sangat malas untuk berdoa, malas untuk membaca Firman Tuhan karena bertolakan dengan kemarahan yang dirasakan partisipan. Melalui pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipan benar-benar mengalami kemunduran rohani yang sangat dalam dan sampai kepada krisis rohani yang tidak dapat bersekutu dengan Tuhan akibat kematian ibu kandung. Partisipan malas melakukan disiplin rohani seperti yang diungkapkan bahwa partisipan malas berdoa dan malas membaca Firman Tuhan penyebabnya adalah partisipan marah kepada Tuhan dan belum mampu menerima kenyataan bahwa ibu kandung benarbenar sudah tiada. Pada bagian aspek emosi dapat terganggu akibat dukacita yang sangat dalam di alami seseorang dapat membawa seseorang kepada krisis emosi dalam menghadapi kenyataan yang terjadi. Berdasarkan pengakuan partisipan melalui wawancara, mengatakan bahwa partisipan merasakan kehilangan sejak kematian 177


ibu kandung sampai sekarang masih merasakan kesedihan. Partisipan kehilangan ibu kandung otomatis partisipan menjadi seorang yang menyandang piatu merupakan suatu yang tidak nyaman bagi partisipan bahkan partisipan menjadi iri kepada teman-teman karena partisipan tidak dapat seperti teman-teman lagi dapat curhat kepada ibu tercinta. Partisipan mengalami kesedihan yang sangat dalam, partisipan juga marah kepada Tuhan, sehingga membawa partisipan kepada kebingungan, prostes kepada Tuhan, partisipan menjadi kuatir, cemas, perasaan iri, perasaan minder dengan teman-teman bahkan sampai kepada partisipan mengalami frustasi. Partisipan diberikan pendampingan seperti didoakan dan di motivasi oleh pihak dosen, teman asrama, pikat Argomas, pikat Kesambi, dan orangtua murid sekolah minggu namun partisipan menyatakan bahwa itu bukanlah pendampingan konseling pastoral. Hal ini sesuai pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P5) Iya benar kak. saya cemas dan putus asa bangat karena tidak ada lagi yang saya harapkan orang seperti mama.” “(W1P6) Setelah ibu saya meninggal disitu saya merasa kehilangan sampai sekarang rasa kehilangan itu masih terus ada.” “(W1P7) Gimana ya kak, lebih kepada perasaan iri dengan teman-teman dan tidak nyamanlah kak apa-apa tidak bisa curhat lagi.” “(W1P8) Merasa sedih dan marah pada Tuhan, bingung, prostes pada Tuhan, kuatir cemas, frustasi rasanya.” “(W1P9) Karena mama saya di ambil begitu cepat, pada saat saya berjuang di sini. Padahal orang yang mendukung saya itu adalah mama yang memebrikan kasih sayang. Benar-benar saya tidak tahu lagi harus bagaimana.” “(W1P10) Wah, saya pikir lama kak. Kurang lebih dua tahun.” Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa partisipan partisipan menyadari bahwa dirinya mengalami kecemasan, putus asa dan tidak memiliki harapan lagi. Pada hasil percakapan wawancara di atas partisipan menyatakan bahwa rasa sedih kehilangan seorang ibu kandung masih terus dirasakan sejak ibu kandung meninggal sampai sekarang. Akibat dari kesedihan yang terlalu dalam

178


yang dirasakan oleh partisipan adalah partisipan marah dengan Tuhan, partisipan mengalami kebingungan, partisipan protes dengan Tuhan, partisipan merasa cemas, partisipan merasa kuatir, iri dengan teman-teman yang masih memiliki ibu kandung, partisipan juga merasa minder karena dirinya sudah menyandang status piatu. Partisipan mengalami perasaan hampa akibat kematian ibu kandung selama kurang lebih dua tahun. Namun partisipan di dukung oleh pihak seperti dosen, teman asrama, pikat Argomas, pikat Kesambi, dan orangtua murid sekolah minggu tetapi partisipan menyatakan bahwa dukungan dari pihak tersebut bukanlah pendampingan konseling pastoral melainkan didoakan dan di motivasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa partisipan mengalami krisis emosional pada saat kematian ibu kandung. Dapat terlihat jelas dari setiap ungkapan partisipan dalam wawancara yaitu partisipan marah dengan Tuhan, partisipan mengalami kebingungan, partisipan protes dengan Tuhan, partisipan merasa cemas, partisipan merasa kuatir, iri dengan teman-teman yang masih memiliki ibu kandung, partisipan juga merasa minder karena dirinya sudah menyandangstatus piatu. Oleh sebab itu partisipan dapat dinyatakan bahwa partisipan mengalami krisis emosi yang belum pulih. Setelah kematian ibu kandung, partisipan mengalami masalah dalam hal hubungan partisipan dengan teman-teman kamar dan teman kuliah. Partisipan merasa bahwa setiap dukungan dari seseorang tentu berbeda dengan dukungan dari seorang ibu kandung. Partisipan berbeda dengan sebelumnya, pada saat banyak teman untuk ramai-ramai partisipan juga ikut merasakan senang. Namun setelah kematian ibu kandung partisipan lebih memilih untuk menyendiri, partisipan lebih

179


banyak diam dan tidak suka bergurau dengan teman-teman. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan dalam wawancara sebagai berikut. “(W1P11) Ya pada saat tidak ada teman-teman yang di asrama karena ada ibadah di gereja. Dan teman-teman lagi kuliah.” “(W1P12) pihak yang mendukung di saat saya berdukacita baik pihak dari dosen teman asrama dan juga dari pikat Argomas dan pikat Kesambi dan juga orang tua sekolah minggu yang saya layani pada waktu itu, tetapi sekali lagi bukan pelayanan pendampingan konseling pastoral ya kak tetapi di doakan dan motivasi oleh orang yang ada di dalam kampus stefa.” “(W1P13) Baik. Tidak ada masalah hanya tetap saja berbeda dengan kalau mama saya masih ada kak.” “(W1P15) Nah, itu kak kalau rame-rame gitu kan kadang saya memilih menyendiri, saya lebih banyak pendiam gk suka bergurau. Tidak seperti pada saat awal-awal kak.” “(W1P16) Ya ada sih kak tapi gimana ya tidak akan sama dengan dukungan mama.” Berdasarkan pernyataan ini partisipan mengakui bahwa partisipan mengalami masalah tentang hubungan dengan teman-teman setelah kematian ibu kandung. Partisipan mulai menarik diri dari lingkungan teman-teman, partisipan juga lebih banyak menyendiri. Partisipan tidak lagi suka pada saat teman-teman partisipan bergurau. Partisipan sudah berbeda pada saat sebelum ibu kandung meninggal, awalnya hubungan partisipan dengan teman-teman baik, namun setelah kematian ibu kandung partisipan lebih banyak tertutup. Oleh sebab itu partisipan merasa kesepian dan tidak lagi diperhatikan oleh teman-teman disekitarnya. Partisipan merasakan bahwa dukungan dari kakak kandungnya tidak akan pernah sama dengan dukungan yang di terima dari ibu kandung. Sebab bagi partisipan ibu kandung adalah pendorong yang mampu memotivasi patisipan selama ibu kandung belum meninggal. Akibat dari kematian ibu kandung membuat partisipan mengalami krisis sosial dan menarik diri dari lingkungan teman-teman.

180


Kematian ibu kandung bukan hanya berpengaruh terhadap aspek rohani, aspek emosi, dan aspek sosial partisipan, tetapi juga berpengaruh terhadap panggilan partisipan. Partisipan memiliki hubungan yang erat dengan ibu kandung sehingga selama partisipan ada di Stefa, partisipan selalu menceritakan apa pun yang di alami partisipan dalam perkuliahan. Partisipan tidak hanya menceritakan apa yang menjadi permasalah perkuliahan yang di hadapi partisipan tetapi ibu kandung bagi partisipan adalah teman curhat pada saat ada masalah yang di hadapi partisipan. Selain menjadi teman curhat, seorang ibu bagi partisipan sebagai pemberi semangat atau pendorong bagi partisipan dan yang paling terakhir adalah partisipan selalu di penuhi keperluan sehari-hari seperti diberikan uang. Sebelum kematian ibu kandung partisipan memiliki makna panggilan sebagai tugas mulia, tetapi setelah kematian ibu kandung, Panggilan partisipan berubah partisipan ingin terus pulang tidak ingin lanjut lagi. Partisipan marah kepada Tuhan dan partisipan berfikir ingin meninggalkan panggilan di Stefa dengan alasan partisipan merasa bahwa Tuhan itu tidak adil karena mengambil orang yang sangat dikasihi partisipan. Partisipan juga mengalami perubahan yaitu motivasi pelayanan, partisipan sudah tidak ada lagi bahkan partisipan ingin lari dari panggilan-Nya karena partisipan merasa bahwa Tuhan tidak adil sudah mengambil ibu kandung partisipan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dalam hasil wawancara sebagai berikut. “(W1P17) Sangat dekat kami teleponan, bercerita mengenai perkuliahan saya, masalah saya curhat.” “(W1P18) Mama itu tempat curhat saya. Memberi semangat dan memenuhi segala keperluan saya dengan memberi uang.” “(W1P19) Menurut saya makna panggilan adalah tugas mulia bangat.” “(W1P20) Ya, saya marah bahkan berfikir untuk meninggalkan

181


panggilan saya karna saya berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil mengambil seseorang yang saya sayangi di saat saya sudah memenuhi panggilan-Nya.” “(W1P21) Setelah Tuhan panggil mama saya, saya merasa motivasi saya sudah tidak ada lagi, ingin lari saja.” “(W1P22) Ya, benar hampir saya sudah meninggalkan pelayanan karena saya merasa Tuhan itu tidak adil karna mengambil mama saya begitu cepat sekali.” Pengakuan di atas menggambarkan bahwa hubungan partisipan dengan ibu kandung sangat erat. Bagi partisipan ibu kandung adalah tempat curhat yang selalu setia mendengarkan setiap masalah yang di hadapi partisipan dalam perkulihan. Partisipan menyatakan bahwa sebelum kematian ibu kandung partisipan menganggap panggilan sebagai tugas mulia, namun setelah kematian ibu kandung partisipan mengalami perubahan makna panggilan, perubahan motivasi pelayanan berubah menjadi panggilan partisipan hilang, bahkan partisipan sudah berfikir untuk meninggalkan panggilan-Nya karena partisipan merasa bahwa Tuhan tidak adil. Dengan demikian dapat di mengerti bahwa dukacita akibat kematian ibu kandung bagi partisipan membuat panggilan partisipan telah berubah. Artinya bahwa dengan kematian ibu kandung yang sangat erat dengan partisipan membawa dampak yang sangat besar bagi partisipan baik terhadap aspek rohani partisipan, aspek emosi partisipan maupun aspek sosial partisipan yang membuat partisipan sampai kepada partisipan mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. 3). Temuan Dan Analisis Wawancara Semi Terstruktur Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan 2 Akibat Kematian Ibu Kandung Pendampingan yang diberikan kepada partisipan terhadap krisis rohani yang patisipan alami akibat kematian ibu kandung. Partisipan mengakui bahwa setelah peristiwa kematian ibu kandung partisipan, dosen wali memberikan pendampingan

182


seperti didoakan dan diberikan motivasi, namun partisipan menyatakan bahwa itu bukan pendampingan konseling pastoral khusus terhadap partisipan. Partisipan menyatakan bahwa pendampingan konseling yang diberikan dosen wali belum efektif. Hal ini diungkapkan partisipan sesuai hasil wawancara sebagai berikut. “(W1P1) Saya sih, di doakan Saat ibu saya meninggal kak tetapi kalau konseling khusus ya belum ya kak.” “(W1P2) Belum sih.” “(W1P3) Memberikan motivasi dan mendoakan saya.” “(W1P4) Belum sih kak. Kalau menurut saya belum efektif kak.” Ungkapan ini menggambarkan bahwa pada saat partisipan mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung, partisipan diberikan pendampingan seperti didoakan dan diberikan motivasi hanya pada saat berdukacita tetapi partisipan menyatakan bahwa itu bukan pendampingan secara khusuS.Uartisipan juga menyatakan bahwa pendampingan yang diberikan kepada partisipan belum efektif. Dengan demikian dapat di pahami bahwa pendampingan terhadap partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung, sudah dilakukan pendampingan seperti didoakan dan di motivasi namun belum dilakukan pendampingan secara mendalam. Dengan kata lain partisipan mengakui bahwa pendampingan yang diberikan belum efektif. Pendampingan yang diberikan kepada partisipan terhadap aspek emosi yang dirasakan partisipan pada saat kehilangan ibu kandung, partisipan didoakan dan bagi partisipan itu belum efektif. Oleh sebab itu partisipan merasa belum puas dengan pendampingan yang diberikan oleh dosen wali jika hanya sekali saja dilakukan. Hal ini sesuai penyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P5) Memang setelah saya di doakan saya merasa lega kak tetapi buat saya itu belum cukup. Saya

183


di doakan dan dimotivasi sekali waktu itu.” Partisipan menyatakan bahwa setelah diberikan pendampingan seperti didoakan partisipan merasa lega. Namun partisipan dalam pendampingan semacam ini, partisipan merasa bahwa jika pendampingan hanya didoakan itu belum cukup apalagi jika hanya dilakukan pendampingan sekali saja. Dengan demikian bedasarkan pengakuan partisipan dapat di pahami bahwa pendampingan konseling pastoral terhadap krisis emosi partisipan sudah dilakukan namun belum mendalam, walaupun partisipan didoakan dan dimotivasi oleh dosen wali, partisipan merasa bahwa itu belum cukup bagi partisipan. Pendampingan terhadap krisis sosial yang dialami partisipan, Partisipan menyatakan bahwa pendampingan yang diberikan pada saat berdukacita seperti didoakan mampu membuat partisipan merasa lega. Namun partisipan menyatakan bahwa sekalipun belum dilakukan pendampingan secara khusus, partisipan yakin bahwa semua karena berkat kekuatan dari Tuhan dan dukungan dari teman-teman yang selalu mengajak untuk berkomunikasi sehingga partisipan perlahan-lahan dapat bergabung dengan teman-teman di kampus, di asrama seperti sebelum ibu kandung partisipan meninggal. Hal ini sesuai pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P6) Kalau ditanya pendampingan memang belum di lakukan yang secara khusus ya kak, tetapi saya yakin dengan kekutan dari Tuhan dan dukungan dari teman-teman selalu mengajak ngobrol makanya saya bisa perlahan-lahan bisa bergabung dengan teman-teman kembali seperti biasa.” Pernyataan partisipan di atas melalui wawancara dapat di pahami bahwa partisipan merasa bahwa dengan kekuatan dari Tuhan dan dukungan dari teman-teman yang selalu mengajak untuk

184


selalu berkomunikasi sehingga partisipan mampu kembali untuk bergabung dengan teman-temannya. Dengan demikian dapat di pahami bahwa pendampingan terhadap krisis sosial yang di alami partisipan seperti kekuatan dari Tuhan dan dukungan temanteman partisipan membuat partisipan mampu untuk kembali bergabung dengan teman-teman kembali seperti semula. Hal ini perlu diperhatikan bahwa sekalipun demikian partisipan masih merasa itu belum cukup bagi partisipan. Pendampingan terhadap krisis panggilan yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung. Partisipan diberikan pendampingan seperti didoakan dan di motivasi oleh keluarga, dan dosen-dosen STT Efata. Partisipan merasakan bahwa pada saat didoakan partisipan tersentuh dengan doa yang menguatkan partisipan bahwa panggilan dalam melayani Tuhan adalah sebuah panggilan yang sangat mulia. Partisipan juga menyadari bahwa hal yang harus dilakukan adalah mengejar cita-cita partisipan untuk menjadi berhasil menjadi seorang hamba Tuhan supaya partisipan memahami dan mengerti bahwa panggilan adalah sebuah tugas mulia. Hal ini sesuai peryataan partisipan dalam wawancara yang sudah dilaksanakan sebagai berikut. “(W1P4) Ya tentang motivasi dari keluarga, dari dosen-dosen saat mendoakan saya bahwa panggilan dalam melayani Tuhan itu pekerjaan yang sangat mulia dan saya juga sadar saya harus mengejar cita-cita saya.” Pernyataan partisipan di atas menggambarkan bahwa partisipan partisipan bangkit dan tetap berada di Stefa karena partisipan mendapatkan motivasi dari keluarga dan juga dosen-dosen melalui dukungan doa yang diberikan kepada partisipan, partisipan kembali diingatkan tentang panggilan sebagai tugas mulia. Partisipan juga

185


menyadari bahwa partisipan harus menjadi orang yang berhasil dalam mengejar cita-citanya menjadi seorang hamba Tuhan. Dengan demikian dapat di pahami bahwa pendampingan yang mampu membangkitkan partisipan untuk tetap berada di Stefa adalah pendampingan seperti didoakan, dimotivasi oleh keluarga dan dosen-dosen serta komitmen partisipan untuk meraih cita-citanya untuk menjadi seorang hamba Tuhan. 4). Temuan dan analisis data Hasil Pendampingan Konseling pastoral Partisipan 2 Akibat Kematian Ibu Kandung Hasil Pendampingan krisis rohani yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung, partisipan menyatakan bahwa partisipan mampu perlahan-lahan dapat berdoa kembali kepada Tuhan. Pendampingan yang diberikan kepada partisipan pada saat itu adalah partisipan di motivasi dan didoakan dan diberikan ayat Firman Tuhan yang menguatkan sehingga membuat partisipan merasa disadarkan. Partisipan diyakinkan oleh bapak ibu asrama dan dosen bahwa setiap orang pasti akan mengalami kematian, sehingga partisipan mampu menerima kenyataan bahwa ibu kandung partisipan benar-benar sudah tiada. Partisipan mulai belajar berkomitmen sendiri berdoa dan berpuasa. Hal ini sesuai pernyataan partisipan dalam wawancara sebagai berikut. “(W1P1) Iya waktu itu dosen wali saya dan bapak asrama meyakinkan saya bahwa setiap orang mengalami yang namanya kematian melalui nats alkitab.” “(W1P2) Ya saya mulai perlahan-lahan bisa menerima kenyataan kak dan saya belajar berkomitmen sendiri berdoa dan puasa kak.”

186


Pernyataan partisipan di atas menggambarkan bahwa hasil dari pendampingan yang diberikan dosen wali dan bapak asrama seperti memberikan motivasi, mendoakan partisipan dan memberikan ayat Firman Tuhan, memang mampu

menyadarkan

partisipan,

namun

partisipan

menyatakan

bahwa

pendampingan yang diberikan dosen wali dan bapak asrama bukanlah pendampingan secara khusus. Dengan demikian dapat di pahami bahwa partisipan pulih dari krisis rohani yang di alami akibat kematian ibu kandung karena partisipan tersentuh dengan ayatayat Firman Tuhan yang menguatkan partisipan dan partisipan mampu belajar berkomitmen untuk berdoa dan berpuasa. Tetapi partisipan menyatakan bahwa pendampingan itu bukanlah pendampingan konseling pastoral secara khusus yang diberikan kepada partisipan. Hasil Pendampingan krisis emosi yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung, partisipan menyatakan bahwa partisipan didoakan dan merasakan cukup lega tetapi itu hanya di lakukan sekali saja. Pendampingan yang diberikan kepada partisipan seperti di motivasi, di hibur, dan memberikan doa mampu membuat partisipan untuk tidak merasa hampa. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan pada pertanyaan aspek emosi sebagai berikut. “(W1P4) Di doakan maksudnya ya kak? Iya memang saat selesai di doakan waktu itu cukup lega rasanya tetapi hanya sekali.” “(W1P5) Iya mereka memotivasi, saya memberi penghiburan dan menyemangati saya sebelum di doakan sehingga saya bisa tidak rasa hampa lagi kak.” Pernyataan ini menjelaskan bahwa partisipan mendapatkan

187


doa yang membuat partisipan merasa lega tetapi hanya sekali saja. Partisipan di motivasi, di hibur sehingga partisipan merasa tidak hampa lagi. Hal ini dapat di pahami bahwa hasil pendampingan yang diberikan kepada partisipan seperti didoakan, di hibur, di motivasi memang membuat partisipan merasa lega dan tidak merasa hampa lagi, namun partisipan menyatakan bahwa pendampingan itu hanya sekali saja diberikan kepada partisipan. Hasil pendampingan krisis sosial yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung, partisipan menyatakan bahwa partisipan sejak partisipan sudah menerima kenyataan bahwa ibu kandung partisipan sudah benar-benar tiada maka hubungan partisipan dengan teman-teman menjadi baik. Partisipan mulai bergabung dengan teman-teman seperti teman kuliah dan teman kamar walaupun partisipan masih merasa minder tetapi partisipan terus mencoba untuk berusaha belajar bergabung dengan teman-temannya seperti dulu. Partisipan menyatakan bahwa partisipan di damping oleh teman-teman untuk melakukan kegiatan rohani sehingga partisipan merasa tidak ditinggalkan semua orang. Hal ini berdasarkan pernyataan partisipan dalam wawancara sebagai berikut. “(W1P6) Sejak saya menerima kenyataan ibu saya meninggal kak, saya sudah mulai bergabung dengan teman-teman walaupun saya masih saja tetap minder tetapi tetap saya berusaha kak. Kalau hubungan saya dengan keluarga ya biasa kak.” “(W1P7) Teman-teman mendampingi saya, dan saya di ajak melakukan kegiatan rohani sehingga saya tidak pernah merasa sendiri.” Partisipan menyatakan bahwa partisipan terus berusaha untuk bergabung bersama teman-teman, karena partisipan menyadari bahwa partisipan sudah jauh atau menjaga jarak dengan teman-teman sehingga partisipan

188


berusaha kembali setelah menerima kenyataan bahwa ibu tercinta benar-benar sudah tiada. Dengan demikian dapat di pahami bahwa hasil pendampingan yang di diberikan kepada partisipan mampu membuat partisipan sadar dan mulai berusaha untuk belajar bergabung dengan teman-teman kembali dan partisipan merasa tidak ditinggalkan semua orang karena teman-teman terus mendampingi melakukan kegiatan rohani. Hasil pendampingan krisis panggilan yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung, partisipan menyatakan bahwa setelah diberikan pendampingan seperti di motivasi, di hibur dan didoakan pada saat berdukacita, motivasi pelayanan partisipan sudah kembali seperti semula. Partisipan ingin menjadi pelayan Tuhan sekalipun berat untuk menerima kenyataan namun partisipan akan terus mencoba berusaha dengan berjalannya waktu. Hal ini sesuai pernyataan partisipan pada saat wawancara sebagai berikut. “(W1P8) Kalau motivasi saya sudah kembali kepada semula kak, saya ingin menjadi pelayan Tuhan, sekalipun mungkin masih tetap berat buat saya kenyataan ini, tapi saya akan mencoba terus berusaha dengan berjalannya waktu kak.”

Pernyataan ini

menggambarkan bahwa motivasi partisipan sudah sama seperti motivasi partisipan sebelum kematian ibu kandung. Partisipan menyatakan berat menerima kenyataan kematian ibu kandung, namun partisipan terus mencoba berusaha untuk terus pada panggillan-Nya.

189


Melalui pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa pada saat kematian ibu kandung partisipan mengalami kehilangan motivasi panggilan akibibat dukacita kematian ibu kandung, namun setelah partisipan mendapatkan pendampingan konseling pastoral partisipan dapat menerima kenyataan bahwa ibu kandung benarbenar sudah meninggal dan kemudian partisipan merasa berat menerima kenyataan ini, namun partisipan terus mencoba untuk mempertahankan motivasi panggilanNya seperti semula. Artinya bahwa setelah partisipan diberikan pendampingan partisipan kembali memiliki motivasi pelayanan yang sebelumnya hilang karena dukacita yang di alami. Tabel 5 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 2 Subjek trianggulasi 1 merupakan pimpinan asrama yang tinggal di asrama yang mendampingi partisipan di asrama. Untuk kerahasiaan dalam penulisan ini, partisipan menggunakan inisial (C.Y). Nama Inisial : C.Y Umur

: 42

Jenis Kelamin: Laki-laki Hari / tanggal: Jumat, 15 Mei 2021 Waktu

: 11.00-12.13

Agama

: Kristen

Berdasarkan pemaparan yang disampaikan subjek 1 yang menjadi pimpinan asrama STT Efata di jalan bangau no.25 Klaseman mangunsari kecamatan sidomukti, provinsi Jawa tengah didapatkan pemahaman sebagai berikut: bahwa

190


E.H dalam peristiwa dukacita akibat kematian ibu kandung memiliki persoalan dalam: 1. Tentang perasaan dukacita partisipan akibat kematian ibu kandung: -

Partisipan mengalami kesedihan tidak lama

-

Timbul dampak yaitu partisipan menjadi pendiam dan menarik diri dari teman-teman

-

Timbul perilaku seperti lebih sulit di atur waktu itu.

-

Timbul masalah yaitu: beberapa waktu sulit di atur kemudian lebih keras.

2. Tentang krisis- Krisis yang di alami partisipan E.H akibat kematian ibu kandung. -

Partisipan mengalami krisis rohani: partisipan sulit untuk ibadah, beberapa kali tidak ikut ibadah, beberapa kali tidak ikut ibadah, partisipan marah kepada Tuhan dan berkata Tuhan itu tidak adil. Partisipan tidak mampu bersekutu dengan Tuhan tidak terlalu lama.

-

Partisipan mengalami krisis emosi: Dikuasai kehampaan beberapa saat akibat kematian ibu kandung,

-

Krisis sosial yang di alami partisipan: Partisipan lebih banyak menyendiri.

-

Krisis panggilan yang di alami partisipan: Partisipan marah dengan Tuhan dan partisipan kecewa dengan Tuhan dan partisipan ingin meninggalkan panggilanNya dengan alasan E.H ingin bersamasama andanya dan bapaknya.

191


3. Pendampingan yang diberikan kepada E.H: -

Partisipan dikuattkan, dihibur, di doakan

-

Partisipan

diberikan

bukan

pendampingan

khusus.

Karena

pendampingan seperti konseling di Stefa jarang. -

Partisipan diberikan pendampingan sesuai kebutuhan: a. Pendampingan terhadap Rohani partisipan: Didoakan dan di hibur b. Pendampingan terhadap Emosi partisipan: Bp. C.Y mendoakan partisipan supaya partisipan sabar. c. Pendampingan terhadap Sosial partisipan: Bp. C.Y memberitahu teman-teman supaya partisipan terus di ajak berkomunikasi d. Pendampingan terhadap Panggilan partisipan: E.H tetap di motivasi

4. Hasil pendampingan untuk pemulihan Krisis yang di alami partisipan: -

Pemulihan rohani partisipan: BP. C.Y mendoakan partisipan tentunya E.H perlahan-lahan di kuatkan imannya. Hubungan dengan Tuhan menjadi baik. Awalnya yang marah dengan Tuhan setelah didoakan jadi tenang.

-

Pemulihan krisis Emosi partisipan: E.H di doakan, partisipan mendapat dukungan dari teman-teman dan partisipan juga berjuang atau berusaha.

-

Pemulihan krisis Sosial partisipan: E.H memiliki hubungan dengan teman-teman kembali baik seperti semula. 192


-

Pemulihan kriris Panggilan partisipan: partisipan ada kemajuan dalam pelayanan ketika diberikan pelayanan partisipan melakukan. Bp. C.Y juga yakin bahwa panggilan partisipan sudah pulih. Oleh sebab itu partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat

kematian ibu kandung memerlukan pendampingan secara terus menerus agar dapat pulih dari dukacita yang di alami. Subjek 2 trianggulasi 2 merupakan dosen wali partisipan 2 sejak peristiwa kematian ibu kandung. Untuk kerahasiaan dalam penulisan ini, penulis menggunakan inisial (L) Identitas Dosen Wali Nama Inisial : L Umur : 57 Tahun Waktu / Tanggal: Minggu, 30 Mei 2021 Pukul : 15.00 – 15.48 Jenis Kelamin: Perempuan Agama

: Kristen

Tabel 6 Partisipan 2 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 2 Terdapat pemahaman sebagai berikut: bahwa E.H dalam peristiwa dukacita akibat kematian ibu kandung memiliki persoalan dalam: 1. Tentang perasaan dukacita partisipan akibat kematian ibu kandung: -

Partisipan mengalami kesedihan gejala mengalami gejala seperti tiba-tiba diam orangnya.

-

Timbul perilaku seperti mood E.H Lebih banyak diam.

-

E.H mengalami masalah kehilangan konsentrasi

193


2. Tentang krisis- Krisis yang di alami partisipan E.H akibat kematian ibu kandung. -

Partisipan mengalami krisis rohani: E.H ada rasa kecewa dengan Tuhan, E.H marah dengan Tuhan, partisipan beberapa kali tidak mengikuti persekutuan.

-

Partisipan mengalami krisis emosi: E.H marah terhadap Tuhan, E.H sedih beberapa kali pertemuan kuliah masih kelihatan sedih. E.H di dukung oleh bapak-ibu asrama, teman kamar, teman-teman di asrama dan bapak-ibu dosen memberikan dukungan walaupun tidak secara khusus

-

Krisis sosial yang di alami partisipan: Ibu L tidak tahu hubungan partisipan dengan teman-teman. Tetapi hubungan E.H dan ibu itu pasti erat sekali.

-

Krisis Panggilan yang di alami partisipan: E.H mau berhenti kuliah saja karena yang mendukung dirinya sudah di ambil Tuhan.

3. Pendampingan konseling pastoral yang diberikan kepada E.H: Ibu L belum memberikan pendampingan konseling pastoral. -

Ibu N mendoakan partisipan satu kali

-

Partisipan belum diberikan pendampingan konseling pastoral khusus melainkan didoakan

-

Partisipan diberikan pendampingan konseling pastoral: a. Pendampingan konseling pastoral terhadap Rohani partisipan: doakan supaya dikuatkan imannya

194


b. Pendampingan konseling pastoral terhadap Emosi partisipan:

E.H

di

hibur

memberikan

motivasi,

mendoakan panggilannya. c. Pendampingan konseling pastoral terhadap Sosial partisipan: teman-teman E.H harus aktif mengajak berbicara, dengan demikian E.H akan belajar untuk bergabung dengan teman-temannya. d. Pendampingan konseling pastoral terhadap Panggilan partisipan: Tuhan menguatkan E.H dan pendampingan dari teman-teman dan bapak ibu asrama. 4. Hasil pendampingan konseling pastoral untuk pemulihan Krisis yang di alami partisipan: -

Pemulihan rohani partisipan: Ibu L menyatakan bahwa memang belum di lakukan pendampingan konseling pastoral khusus terhadap E.H Namun kita sudah mendoakan dan didukung teman-teman di asrama.

-

Pemulihan krisis Emosi partisipan: Ibu L menyatakan bahwa kalau dibilang pendampingan konseling pastoral khusus belum hanya kita mendampingi pada saat berdukacita saja dengan mendoakan dan di motivasi.

-

Pemulihan krisis sosial partisipan: Ibu. L menyatakan bahwa hubungan E.H dengan teman-teman sudah baik berbeda pada saat sebelum

diberikan pendampinga. Sebelumnya

195

E.H sempat


menyendiri dan menjaga jarak sekarang sudah kembali seperti semula. -

Pemulihan kriris Panggilan partisipan: partisipan E.H dalam melakukan pelayanan sudah baik. Pasti motivasi pelayanan E.H pasti sudah baik. Oleh karena itu partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung memerlukan pendampingan secara terus menerus khusunya pendampingan konseling pastoral yang khusus agar dapat pulih dari dukacita yang di alami.

Partisipan 3 1). Temuan Data Dan Analisis Data Tentang Perasaan Dukacita Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung. Perasaan dukacita yang di alami partisipan 3 akibat kematian ibu kandung pada hari Kamis, 08 Juni 2017 tentunya membawa kesedihan yang mendalam bagi partisipan. Kehilangan ibu kandung secara tiba-tiba membuat partisipan merasa sangat terpukul danshock karena sosok orang yang begitu menyanyangi partisipan dipanggil Tuhan. Bahkan partisipan tidak menerima kenyataan jikalau ibu yang di kasihi dan mengasihi partisipan sudah di panggil Tuhan. Kesedihan karena dukacita yang di alami partisipan cukup lama bahkan partisipan menyatakan kesedihan itu sampai sekarang. Partisipan sering menangis sendiri karena bagi partisipan kasih sayang seorang mama itu selalu dirindukan dan itu tidak bisa diberikan oleh orang lain. Sehingga membuat partisipan mengalami masalah perilaku seperti depresi,

196


kekosongan, ingin bunuh diri, rindu, kesepian, tidak berdaya, cepat kecewa, putus asa, iri, mudah menangis, sulit tidur, kuatir, menyendiri, sulit makan, konsentrasi menurun, halusinasi, cuek, cari kesibukan sendiri, lebih banyak diam. Partisipan mengakui bahwa partispan sangat dekat dengan ibu kandung sehingga kematian ibu kandung partisipan membawa masalah bagi partisipan. Hal ini dapat dibuktikan dari pengakuan partisipan sebagai berikut. “(W1P1) Kamis, 08 Juni 2017” “(W1P2) Sangat terpukul, hancur dan sangat shock banget, merasa tidak percaya, ada kesedihan yang sangat mendalam banget. Karena sosok orang yang begitu sayang sama saya dipanggil Tuhan.” “(W1P3) iya sangat sedih banget kak.” “(W1P4) sampai sekarang kesedihan itu masih ada. Saya sering nangis sendiri. Kasih sayang seorang mama itu selalu dirindukan dan itu tidak bisa diberikan oleh orang lain kak.” “(W1P5) Ya bisa di bilang depresi, kekosangan, gitu kak, saya ingin bunuh diri dan ingin ikut mama, ada kerinduan, Kesepian, merasa tidak berdaya karena tidak sanggup menerima kenyataan, cepat kecewa, putus asa, rasa iri, mudah menangis, susah tidur, kuatir, menyendiri, susah makan, kosentrasi saya menurun, cuek, cari kesibukan sendiri, lebih banyak diam mengalami halusinasi, didatangin mama dan mengusap kepala saya seperti yang biasa dulu dia lakukan kepada saya ternyata itu bukan nyata.” “(W1P6) Biasanya saya dengar lagu, kerjain sesuatu yang membuat saya bisa nyaman, tapi tidak ingin di ganggu orang lain. Tapi ya tetap saja nanti Kembali ingat lagi.” Dukacita yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung, partisipan sangat terpukul danshock serta tidak percaya akan kematian ibu kandung. Kematian ibu kandung partisipan membuat partisipan mengalami kesedihan yang mendalam apalagi partisipan memiliki hubungan yang erat dengan ibu kandung. Kesedihan yang dirasakan partisipan masih sampai sekarang di tandai dengan partisipan masih kadang-kadang menangis karena kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah sama dengan kasih sayang orang lain. Dukacita akibat kematian ibu kandung ternyata membawa masalah yang sangat besar bagi partisipan sampai partisipan mengalami

197


depresi, kekosongan, partisipan ingin bunuh diri, ada kerinduan, partisipan kesepian, partisipan merasa tidak berdaya, partisipan tidak sanggup menerima kenyataan, cepat kecewa, putus asa, rasa iri, mudah menangis, susah tidur, kuatir, menyendiri, susah makan, kosentrasi partisipan menurun. Partisipan suka cuek, partisipan cari kesibukan sendiri, lebih banyak diam, samapi partisipan mengalami halusinasi, didatangin ibu kandung dan mengusap kepala partisipan seperti yang biasa dilakukan ibu kandung partisipan sebelum partisipan masuk di STT Efata. Melalui ungkapan partisipan di atas dapat di pahami bahwa seseorang karena kematian ibu kandung membawa pengaruh buruk terhadap partisipan sampai mengalami halusinasi. Akibat dukacita akibat kematian ibu kandung yang di alami partisipan membuat partisipan mengalami kesedihan yang mendalam yang memerlukan pendampingan konseling pastoral. 2). Analisis Data Tentang Krisis- Krisis Yang Di Alami Partisipan 3 Akibat Kematian Ibu Kandung. Partisipan menyatakan bahwa dukacita akibat kematian ibu kandung membuat perasaan partisipan kacau balau. Perasaan kacau balau yang dirasakan partisipan membuat hubungan partisipan dengan Tuhan mengalami krisis rohani. Krisis rohani yang di alami partisipan ditandai dengan Partisipan J.M marah jengkel terhadap Tuhan karena mengambil orang yang sangat menyanyangi partisipan, sehingga membuat partisipan tidak rutin melakukan disiplin rohani dan partisipan tidak mampu bersekutu dengan Tuhan selama satu tahun. Dukacita yang di alami partisipan berdampak terhadap hubungan rohani partisipan dengan Tuhan. Hal ini

198


di lihat berdasarkan pengakuan partisipan dalam wawancara sebagai berikut. “(W1P1) Ya menurut saya sih baik. Ya itu menurut saya kak.” “(W1P2) kacau balau.” “(W1P3) marah bangat.” “(W1P4) gk bisa bersekutu itu saya sekitar setahun lah kak.” Berdasarkan pengakuan di atas, partisipan mengalami perasaan yang sangat kacau, dan marah terhadap Tuhan karena ibu kandung meninggal. Akibat kesedihan yang mendalam yang dirasakan partisipan tersebut, partisipan tidak rutin melakukan disiplin rohani selama satu tahun lamanya. Dengan demikian dapat di mengerti bahwa partisipan yang mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung mengalami krisis rohani. Krisis yang di alami partisipan sangat serius sehingga membutuhkan waktu untuk pemulihan rohani partisipan. Dalam hal ini partisipan tentu membutuhkan pendampingan konseling pastoral yang mendalam. Dukacita akibat kematian ibu kandung membuat partisipan mengalami perasaan kehilangan akibat kesedihan yang mendalam sampai sekarang. Kesedihan akibat dukacita yang di alami partisipan berdampak buruk bagi aspek emosi partisipan membuat perasaan partisipan menjadi tidak stabil. Hal ini di awali dengan hubungan partisipan dan ibu kandung yang sangat erat. Partisipan selalu curhat dengan ibu kandung setiap ada masalah yang di alami partisipan di dalam masa perkuliahan di Stefa. Oleh sebab itu pada saat kehilangan ibu kandung. Partisipan sangat terpukul dan merasa tidak menerima kenyataan akan kematian ibu kandung sebab ibu kandung bagi partisipan adalah tulang punggung yang selalu memenuhi kebutuhan partisipan baik melalui materi maupun kasih sayang semua diberikan oleh ibu kandung. Pada saat kematian ibu kandung, partisipan secara

199


otomatis menyandang seorang piatu dan hal ini membuat partisipan memiliki perasaan iri dengan teman-teman yang masih memiliki orangtua yang lengkap sebagaimana partisipan tidak dapat berkomunikasih lagi dengan seorang ibu kandung. Perasaan hampa yang di alami partisipan tidak hanya berlangsung lama tetapi sampai sekarang partisipan menyatakan bahwa partisipan masih merasakan rasa hampa. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dalam hasil wawancara yang sudah di lakukan. “(W1P5) Iya saya sadar itu kak. Saya sudah putus asa dan merasa cemas terus.” “(W1P6) Sejak mama dipanggil Tuhan bahkan sampai sekarang kalau ada masalah saya tidak bisa bercerita dengan orang lain, dan kadang kalau ada kebutuhan biasanya bilang ke mama langsung direspon paling tidak mama saya selalu menguatkan dulu dan menasehati saya. Sama kalau mendengar orang lain telefonan dengan orang tua mereka, itu rasanya diingatkan lagi.” “(W1P7) Sakit rasanya, iri dengan teman-teman juga.” “(W1P8) Sangat kacau banget… semuanya campur aduk tidak karuan kak.” “(W1P9) Rasa iri, kuatir, cemas dan putus asa itu pasti bingung harus ngapain. Karena saya tidak bisa komunikasi sama mama saya dan ada rasa kangen yang sangat berat sama mama saya ingin berbagi cerita dengan mama saya tapi saya tidak bisa melakukannya.” “(W1P10) Jujur waktu itu tidak tahu lagi saya harus berbuat apa. Orang yang memberikan saya dukungan sudah tiada.” “(W1P11) Sampai sekarang perasaan itu ada, saya masih sulit untuk melupakan semua itu dan saya sangat sulit melupakan mama saya dalam hidupku.” “(W1P12) Ya itu satu tahun. Tapi saya masih kadang-kadang merasakan sampai sekarang.” Pernyataan partisipan di atas menjelaskan bahwa pada saat partisipan mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung, partisipan mengalami perubahan aspek rohani, aspek sosial dan aspek emosi. Perasaan partisipan pada saat kematian ibu kandung mengalami perubahan yaitu perasaan yang tidak baik. Partisipan menyatakan bahwa ada perasaan iri saat menyandang status piatu karena partisipan tidak dapat berkomunikasi dengan ibu kandung setelah kematian ibu kandung seperti dulu dapat berbagi cerita tentang kehidupan partisipan di Stefa. Partisipan

200


selalu merindukan ibu kandung dan tidak mampu melupakan ibu kandung, sehingga partisipan diliputi perasaan hampa sampai sekarang. Dengan demikian dapat di pahami bahwa partispan yang mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung membuat partisipan krisis emosi yang berkepanjangan dengan perasaan yang tidak karuan dan terus diliputi perasaan hampa dan hal ini sangat tidak mudah dipuluhkan. Oleh sebab itu partisipan memerlukan pendampingan konseling pastoral yang mampu memulihkan krisis emosi yang di alami partisipan. Perisitiwa kematian ibu kandung yang di alami partisipan membuat partisipan mengalami krisis sosial seperti partisipan merasa kesepian, merasa ditinggalkan semua pihak, merasa tidak ada yang perduli terhadap dirinya. Partisipan lebih memilih untuk menyendiri dari pada bergabung dengan temanteman dan partisipan tidak percaya dengan orang lain selain ibu kandungnya. Partisipan sangat dekat dengan ibu kandung sehingga partisipan tahu membedakan kasih sayang dan perhatian yang di peroleh dari ibu kandung dan dari orang lain. Ibu kandung partisipan sangat berperan penting mendukung panggilan partisipan menjadi seorang hamba Tuhan dan terus mendorong partisipan kuliah hamba Tuhan.hal ini sesuai pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P12) Saat aku merasakan kesepian dan kekosongan disitulah aku pikirannya kemana-mana dan merasa semua orang meninggalkan saya dan tidak ada yang perduli dengan saya.” “(W1P13) Ya ada teman-teman asrama, bapak ibu asrama dan dosen.” “(W1P14) Baik.” “(W1P15) saya lebih memilih menyendiri. Saya tidak suka bergabung dengan teman-teman, bagi saya itu adalah pilihan tepat. Saya tidak suka ramai-ramai.” “(W1P16) Iya ada keluarga lainnya tetapi ya bedalah kak.”

201


Peryataan di atas, partisipan menyatakan bahwa pada saat partisipan kehilangan ibu kandung, partisipan merasa kesepian, merasa bahwa semua orang meninggalkan partisipandan tidak perduli. Akibat dari kematian ibu kandung partrisipan lebih memilih menyendiri, tidak suka bergabung dengan teman-teman, bagi pilihan menyendiri adalah pilihan terbaik sebab partisipan tidak menyukai keramaian. Partisipan juga menyatakan bahwa partisipan tidak dapat mempercaya orang lain selain ibu kandung partisipan untuk menceritakan apa yang dirasakan partisipan. Dengan demikian dapat di pahami bahwa pada saat partisipan kehilangan ibu kandung, partisipan mengalami masalah khususnya krisis sosial seperti partisipan lebih memilih menyendiri, tidak ingin bergabung dengan teman-teman dan tidak suka dengan keramaian. Dengan kata lain bahwa partisipan menarik diri dari lingkungan teman-teman dan merasa tidak ada yang perduli dengan dirinya. Hal ini membuktikan bahwa partisipan mengalami krisis sosial yang membutuhkan pemulihan pendampingan konselin pastoral. Peristiwa kematian ibu kandung yang di alami partisipan tidak hanya berpengaruh terhadap aspek rohani, aspek emosi dan aspek sosial tetapi juga berpengaruh terhadap panggilan partisipan. Partisipan memiliki hubungan yang erat dengan ibu kandung, sehingga partisipan saat setelah kematian ibu kandung, partisipan kehilangan kasih sayang dari seorang ibu, kehilangan cinta, kehilangan pemberi semangat atau motivasi, kehilangan orang yang selalu memberikan nasehat, kehilangan perhatian dan partisipan kehilangan dukungan materi dari ibu kandung. Sehingga pada saat partisipan di sekolah Tinggi Teologi Efata itu salah

202


satu dukungan dari ibu kandung, sehingga makna panggilannya bagi partisipan adalah suatu anugerah Tuhan bagi partisipan di pakai Tuhan untuk menjadi alatNya. Namun setelah kematian ibu kandung, partisipan mengalami perubahan makna panggilan karena bagi partisipan tidak ada lagi gunanya kuliah dan mewujudkan panggilan-Nya karena satu-satunya orang yang mendukung partisipan sudah tidak ada lagi. Akhirnya partisipan ingin mundur dan tidak ingin lanjut kuliah lagi di Stefa. Jadi makna panggilan partisipan tidak ada lagi. Kematian ibu kandung membuat partisipan sangat marah terhadap Tuhan dan kecewa terhadap Tuhan dan merasa Tuhan itu tidak adil sudah mengambil ibu kandung partisipan. Kekecewaan mendorong partisipan meninggalkan panggilan-Nya dan motivasi pelayanan partisipan sudah tidak ada lagi dan komitmen awal partisipan sudah berubah. Partisipan marah dan sangat kecewa dengan Tuhan, karena itu partisipan ingin meninggalkan panggilanNya dengan alasan bahwa Tuhan tidak menjawab doa partisipan mengambil ibu kandung partisipan terlalu cepat. Hal ini sesuai pernyataan partisipan dalam wawancara sebagai berikut. “(W1P17) Sangat dekat banget kasih sayang mama tidak dibatasi oleh jarak karena mama saya itu satu-satunya orang yang paling mengerti saya dan yang paling mengenal saya dan mama yang selalu menyemangati saya ketika saya mengeluh dengan keadaan masuk kuliah di stefa. Sehingga, tanpa saya katakan apa yang menjadi keperluanku mama sudah tahu. Mama saya selalu menunjukkan kasih sayangnya kepada saya melalui caranya sendiri walaupun itu hanya lewat telefon.” “(W1P18) Dengan kasih, cinta, semangat, motivasi, nasihat, perhatian pokonya dukungan materi itu pasti mama saya sangat besar dengan disertai kasih sayang mama yang sangat besar.” “(W1P19) Sebelum saya memaknai panggilan itu suatu anugerah Tuhan bagi saya dan lewat anugerah itu saya dipakai Tuhan untuk menjadi alatNya.” “(W1P20) Setelah mama saya meninggal saya ingin mundur

203


untuk apa saya menjadi hamba Tuhan sedangkan orang yang mendukung saya sudah tiada, jadi saya berfikir bahwa panggilan saya sudah tak berarti.” “(W1P21) Ya saya sangat marah banget Kepada Tuhan dan sangat kecewa banget kepada Tuhan waktu itu bahkan saya merasa bahwa Tuhan itu tidak adil. Koq mama saya cepat sekali di ambil.” “(W1P22) Jujur saja ya kak, komitmen saya waktu itu sangat berubah kak, dan motivasi pelayanan saya sudah tidak ada lagi.” “(W1P23) Ya pernah, karena rasa marah, kecewa, dan merasa Tuhan tidak adil dan membuat saya untuk ingin meninggalkan panggilan. Saya merasa untuk apa saya meneruskan panggilan Tuhan sedangkan Tuhan saja tidak menjawab doaku dan bahkan Tuhan mengambil orang yang paling saya sayangi dan cintai. Orang yang selalu doakan kepada Tuhan agar Tuhan memberikan umur yang Panjang tetapi malah sebaliknya yang terjadi.” Partisipan memiliki hubungan yang erat dengan ibu kandung, sehingga pada saat kematian ibu kandung partisipan merasa sangat terpukul dan partisipan sangat marah dan kecewa terhadap Tuhan. Partisipan menyatakan bahwa motivasi pelayanan partisipan sudah tidak ada lagi dan komitmen partisipan sudah berubah. Hal ini di tandai dengan partisipan tidak ingin melanjutkan kuliah lagi, akibat kematian ibu kandung yang sangat di menyanyangi partisipan. Partisipan merasa tidak ada gunanya untuk melanjutkan kuliah karena satu-satunya orang yang mendukung adalah ibu kandung. Dengan demikian dapat di pahami bahwa dukacita akibat kematian ibu kandung membuat partisipan mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. Hal ini dapat di lihat dari pernyataan partisipan bahwa partisipan marah dan kecewa dengan Tuhan dan ingin meninggalkan panggilan dengan alasan bahwa Tuhan tidak menjawab doa partisipan. Oleh sebab itu krisis yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung membutuhkan pendampingan konseling pastoral.

204


3) Temuan Dan Analisis Data Partisipan 3 Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan 3 Akibat Kematian Ibu Kandung Partisipan yang mengalami krisis akibat kematian ibu kandung diberikan pendampingan seperti didoakan dan diberikan semangat. Partisipan pada saat mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung belum diberikan pendampingan konseling partoral yang mendalam. Partisipan beberapa kali menegaskan bahwa pendampingan yang diberikan adalah pendampingan memberikan semangat, dihibur dan didoakan. Pemberian pendampingan ini sesuai pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P1) Tidak Pernah kalau kasih kata semangat pernah, dan di doakan pernah tapi kalau konseling khusus belum.” “(W1P2) Iya tapi hanya di doakan dan di semangati.” “(W1P3) Tidak ada hanya bentuk semangat, penghiburan dan doa.” “(W1P4) Kalau waktu itu belum ada konseling khusus. Baru sekarang kakak konseling saya dan menurut saya mungkin alangkah lebih baik kalau seperti ini ada konseling khusuS.Uernyataan di atas menyatakan bahwa partisipan diberikan pendampingan seperti diberikan semangat, di hibur dan didoakan. Partisipan menyatakan bahwa pada waktu partisipan mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung, partisipan belum diberikan pendampingan secara khusuS.Uartisipan menyatakan baru pertama kali diberikan konseling oleh peneliti. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pendampingan terhadap partisipan pada saat mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung sudah dilakukan pendampingan konseling pastoral namun belum mendalam. Pendampingan terhadap dukacita yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung merupakan suatu upaya untuk memulihkan krisis rohani yang di alami partisipan. Partisipan memperoleh pendampingan seperti didoakan, dukungan 205


supaya tetap semangat dari teman-teman partisipan, dan partisipan berjuang untuk terus bangkit sehingga partisipan mampu melewati krisis rohani yang di alami. Hal ini sesuai uangkapan partisipan sesuai hasil wawancara sebagai berikut. “(W1P5) Kalau pastoral konseling dari dosen wali belum ya kak, tetapi saya saya yakin dengan doa-doa dan motivasi. Kalau tidak berjuang ya mungkin saya.” Ungkapan ini menyatakan bahwa partisipan belum diberikan pendampingan konseling pastoral oleh dosen wali, Namun partisipan yakin bahwa partisipan mampu pulih dari krisis rohani karena pendampingan seperti doa-doa dan semangat untuk bangkit dan terus berusaha berjuang sehingga mampu bertahan di Stefa. Dengan demikian dapat di pahami bahwa pendampingan yang diberikan terhadap partisipan yang mengalami krisis rohani akibat kematian ibu kandung sudah diberikan pendampingan konseling pastoralnamun belum mendalam. Namun partisipan mampu bertahan tetap berada di Stefa karena doa dan semangat untuk bangkit serta terus berusaha berjuang. Pada saat partisipan berdukacita akibat kematian ibu kandung, partisipan belum diberikan pendampingan konseling pastoral secara khusus namun partisipan diberikan pendampingan terhadap krisis emosi partisipan seperti dihibur temanteman, didoakan serta partisipan berjuang merupakan cara partisipan untuk tetap berada di Stefa dan mampu melewati masa kedukaan yang di rasakan pada saat itu. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P5) Kalau di bilang pendampingan ya belum kak, tetapi yang pasti bahwa saya di hibur, dimotivasi teman-teman dan didoakan. Waktu itu ya didoakan kemudian saya berjuang kak. Saya tidak tahu juga seperti apa prosesnya tetapi saya berusaha

206


supaya saya bisa melewati kesedihan yang waktu itu saya alami. Tentunya tidak segampang itu kak bisa cepat pulih, tapi mau bagaimana harus berjuang sendiri untuk bangkit.” Partisipan menyatakan bahwa untuk pulih dari krisis emosi yang di alami pada saat berdukacita, memang bukan hal yang mudah. Namun partisipan terus berusaha, berjuang untuk bangkit kembali. Partisipan di hibur oleh temanteman yang ada di asrama dan didoakan, hal ini mampu membuat partisipan bertahan di Stefa. Dengan

demikian

dapat

diketahui

bahwa

partisipan

diberikan

pendampingan seperti di hibur dan didoakan serta semangat dan usaha berjuang partisipan sehingga partisipan tetap berada di Stefa. Oleh sebab itu partisipan menyatakan bahwa pendampingan yang diberikan bukan pendampingan konseling pastoral. Dari pernyataan partisipan ini dapat diketahui bahwa partisipan yang mengalami kematian ibu kandung mengalami krisis emosi yang sangat dalam dan partisipan membutuhkan pendampingan konseling pastoral untuk pulih dari krisis emosi yang di alami akibat kematian ibu kandung. Dukacita yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung membuat partisipan mengalami krisis sosial yang tidak diinginkan. Partisipan mengalami krisis sosial yang membuat partisipan menarik diri dari lingkungan teman-teman adalah tindakan yang keliru. Namun partisipan mengalami kesulitan pada saat kematian ibu kandung, sulit bagi partisipan untuk berteman dan bergabung dengan teman-temang sehingga partisipan mengalami krisis sosial yang tidak diharapkan. Pada pendampingan krisis sosial yang di alami partisipan seperti partisipan didoakan dan berusaha berjuang untuk mulai bergabung dengan teman-teman maka

207


partisipan mampu kembali untuk tidak mengalami krisis sosial yang dirasakan akibat dukacita kematian ibu kandung. Hal ini sesuai pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P6) Ya jujur saja kak, kalau mengatasi krisis itu awalnya sangat sulit kak, tetapi saya terus belajar kemudian saya di doakan dan di berikan pencerahan. saya merasa untuk terus berjuang bangkit. Itu sih kak. Jadi saya berusaha untuk berteman dan mulai bergabung dengan teman-teman.” Ungkapan ini menyatakan bahwa pada awal dukacita yang di alami akibat kematian ibu kandung partisipan membuat partisipan mengalami krisis sosial seperti partisipan tidak ingin begabung dengan teman-teman dan tidak ingin berteman. Sehingga partisipan didoakan untuk terus berjuang dan bangkit khususnya belajar untuk begabung dengan teman-teman partisipan. Melalui pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipan karena kematian ibu kandung mengalami krisis sosial yang sangat sulit di atasi, tetapi partisipan berhasil melewati keadaan krisis sosial itu dengan usaha partisipan berjuang untuk memulai bergabung dengan teman-teman dan berusaha mulai berteman dengan teman-teman serta teman-teman partisipan mendoakan partisipan. Dukacita akibat kematian ibu kandung yang di alami partisipan tidak hanya berdampak terhadap setiap aspek partisipan tetapi juga berdampak terhadap panggilan partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. Partisipan terus berusaha berjuang serta doa dan dukungan teman-teman yang memampuhkan partisipan untuk tetap berada di Stefa pada panggilannya. Hal ini sesuai dengan pengakuan partisipan pada hasil wawancara sebagai berikut. “(W1P4) Saya terus berusaha kak dan berjuang dan saya juga kuat bisa bertahan

208


karena doa, motivasi kak dan dukungan teman-teman. Tetapi itu bukan konseling pastoral khusus ya kak.” Ungkapan partisipan di atas menggambarkan bahwa partisipan mampu bertahan di stefa karena doa, usaha berjuang dan dukungan teman-teman. Namun partisipan menyatakan bahwa itu bukan pendampingan konseling pastoral khusuS.Uengakuan partisipan ini mengambarkan bahwa pada saat partisipan mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung yang membuat partisipan mengalami krisis panggilan, partisipan memerlukan pendampingan konseling pastoral. Dengan demikian dapat diketahui bahwa partisipan yang mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung dan mengalami krisis panggilan sudah diberikan pendampingan konseling pastoral tetapi belum mendalam, namun partisipan mampu bertahan pada panggilannya akibat kematian ibu kandung karena partisipan dikuatkan dengan doa, semangat partisipan dan dukungan teman-teman partisipan. 4). Temuan Hasil Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan 3 Akibat Kematian Ibu Kandung Hasil pendampingan terhadap krisis rohani yang di berikan kepada partisipan membawa partisipan kepada pemulihan yang mampu membuat partisipan terus kuat. Pemulihan krisis rohani partisipan akibat kematian ibu kandung, partisipan didoakan dan diberikan semangat oleh dosen. Namun partisipan juga memberikan penjelasan bahwa pendampingan yang diberikan itu bukanlah pendampingan konseling pastoral yang khusuS.Uartisipan dapat merasakan lega karena didoakan dan dimotivasi namun saya sekali karena hanya

209


dilakukan sekali saja. Tetapi partisipan didoakan dan dimotivasi dengan tujuan supaya partisipan mampu menerima kenyataan bahwa ibu kandung partisipan benar-benar sudah tiada. Proses pendampingan yang diberikan partisipan untuk pemulihan krisis rohani adalah partisipan mulai merenungkan setiap kata-kata dari dosen walaupun hanya sekali saja. Namun membuat partisipan lebih kuat dan terus berusaha dan berjuang untuk pulih dari krisis rohani yang di alami. Setelah partisipan didoakan partisipan merasa mampu menerima kenyataan secara perlahan-lahan bahwa ibu kandungnya benar-benar sudah tiada. Kemudian hubungan partisipan dengan sebelumnya tidak baik sudah berubah menjadi hubungan yang baik kemali dapat di tandai dengan partisipan mulai perlahan-lahan mampu berdoa dan berdoa secara pribadi. Hal ini sesuai pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P1) Pertama sekali saya memang tidak menerima kenyataan itu kak, trus saya juga marah dengan Tuhan karena mengambil orang yang saya kasihi, tetapi berjalannya waktu saya merasa bahwa pada saat saya di doakan aku bisa sedikit demi sedikit menerima kenyataan, bahwa mama aku sudah benar-benar sudah meninggal jadi saya harus belajar menerima kanyataan itu, perlahan-lahan.” “(W1P2) Awalnya sudah tidak baik kak, tetapi perlahan-lahan saya mengerti bahwa Tuhan itu sudah mengatur yang terbaik. Saya mulai dapat berdoa, mulai berdoa secara pribadi.” Pernyataan ini jelas bahwa partisipan menyatakan pada saat partisipan berdukacita dosen wali sudah ada namun partisipan sudah diberikan pendampingan konseling pastoral tetapi belum mendalam. Partisipan pada saat didoakan dan dimotivasi, partisipan mulai merenungkan setiap perkataan dosen, mulai perlahanlahan mampu menerima kenyataan bahwa ibu kandungnya benar-benar sudah tiada, dan partisipan perlahan-lahan mengerti bahwa Tuhan sudah mengatur yang terbaik sehingga partisipan mampu merasa lebih kuat dan terus berusaha dan berjuang.

210


Dengan demikian dapat di ketahui bahwa partisipan pulih dari krisis rohani yang di alami akibat kematian ibu kandung karena partipan didoakan dan dimotivasi serta merenungkan kata-kata dosen, partisipan juga perlahan-lahan menerima kenyataan itu, sehingga partisipan merasa lebih kuat dan partisipan juga terus berusaha dan berjuang untuk pulih. Namun partisipan menyatakan bahwa pendampingan yang diberikan bukanlah pendampingan konseling khusus. Hasil pendampingan terhadap krisis emosi yang di berikan kepada partisipan membawa partisipan kepada pemulihan yang mampu membuat partisipan terus kuat. Pemulihan krisis emosi partisipan akibat kematian ibu kandung, partisipan didoakan sehingga partisipan merasa lega. Namun partisipan membutuhkan didoakan tidak hanya sekali tetapi perlu ditambah lagi. Partisipan juga dihibur dan partisipan berusaha untuk bangkit sendiri dan selalu berdoa. Hal ini sesuai pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P4) ya tentunya kalau di dampingi pada waktu itu pasti cepat pulih kak, tapi waktu itu saya merasakan setelah didoakan saya merasa lega walaupun Cuma sekali ya bisa membuat saya lega kak. Mungkin lebih lega lagi kalau pendampingan konseling kak.” “(W1P5) Kalau pendampingan konseling bukan ya kak karena hanya di doakan dan dihibur.” Partisipan pada saat mengalami dukacita akibat kematian ibu kandung, partisipan didoakan namun hanya sekali. Oleh karena itu partisipan merasa kurang jika hanya dilakukan hanya sekali. Dengan didoakan partisipan merasakan lega dan partisipan juga terus berusaha berjuang sendiri untuk bangkit dan selalu berdoa. Dengan demikian dapat di pahami bahwa hasil pendampingan terhadap krisis emosi partisipan akibat kematian ibu kandung dapat pulih dengan didoakan

211


dan hibur, namun partisipan merasa kurang jika hanya dilakukan sekali. Oleh sebab itu partisipan berusaha sendiri untuk bangkit sendiri karena partisipan mengakui bahwa pendampingan yang diberikan bukanlah pendampingan konseling pastoral sebab hanya didoakan dan di hibur saja. Hasil pendampingan terhadap krisis sosial yang di berikan kepada partisipan membawa partisipan kepada pemulihan yang mampu membuat partisipan berubah. Pemulihan krisis sosial partisipan akibat kematian ibu kandung, partisipan mengalami perubahan hubungan terhadap teman-teman perkuliahan, teman kamar dan keluarga. Setelah diberikan pendampingan seperti didoakan dan di motivasi partisipan mampu kembali memiliki hubungan yang baik terhadap partisipan dan teman-teman juga terhadap keluarga. Namun partisipan masih terus berusaha untuk membawa dalam doa supaya partisipan dimampuhkan. Partisipan belum diberikan pendampingan

secara

khusus

pendampingan

konseling

pastoral

selain

pedampingan konseling yang diberikan peneliti pada saat melakukan wawancara. Hal ini sesuai pernyataan partisipan sebagai berikut “(W1P6) Hubungan saya dengan teman-teman seperti dulu lagi kak. Hubungan dengan keluarga juga baik tetapi ya, saya masih tetap berusaha dan membawa dalam doa kak.” “(W1P7) Belum ada. Dari awal saya mengalami kedukaan sampai sekarang belum ada pendampingan pastoral konseling khusus yang saya terima. Selain kakak yang mengkonseling saya hari hari ini.” Pada pernyataan partisipan memang partisipan belum mendapatkan konseling pastoral khusus tetapi partisipan sudah didoakan dan hibur oleh dosen yang menjadi pimpinan asrama sehingga partisipan memiliki hubungan dengan teman-teman dan juga keluarga menjadi baik. Artisnya bahwa

212


pada awal partisipan mengalami dukacita, hubungan partisipan dengan temanteman dan juga keluarga mengalami masalah. Tetapi partisipan jdidampingi sehingga partisipan mampu melewati krisis sosial yang sedang dialami. Dengan demikian dapat di pahami bahwa partisipan yang mengalami krisis sosial akibat kematian ibu kandung, belum diberikan pendampingan konseling secara khusus tetapi partisipan diberikan pendampingan seperti didoakan dan dihibur mampu membawa partisipan untuk pulih dari krisis sosial yang di alami. Partisipan juga menyatakan bahwa partisipan baru pertama kali dilakukan pendampingan pada saat partisipan diwawancarai oleh peneliti. Partisipan juga mampu pulih dari krisis sosial yang di alami karena partisipan terus berusaha dan berdoa agar dirinya dimampuhkan melewati masa krisis itu. Hasil pendampingan terhadap krisis panggilan yang di berikan kepada partisipan membawa partisipan kepada pemulihan yang mampu membuat partisipan tetap pada panggilan-Nya. Pemulihan krisis panggilan partisipan akibat kematian ibu kandung, partisipan didoakan dan diberikan dukungan oleh temanteman, partisipan mampu untuk berfikir untuk kembali pada panggilan yaitu ingin berhasil seperti teman-teman sesuai pernyataan partisipan sebagai berikut. “(W1P8) Kalau di tanya tentang motivasi saya, memang pernah hilang panggilan saya dan tidak ingin melayani Tuhan kak beberapa bulan, namun setelah didoakan dan diberikan dukungan teman-teman membuat saya berfikir kembali dan ingin berhasil seperti teman-teman, akhirnya saya terus berusaha kak.” Ungkapan ini menjelaskan bahwa partisipan mengalami krisis panggilan seperti kehilangan motivasi panggilan dan tidak ingin melayani Tuhan selama beberapa bulan hal inilah yang disebut

213


krisis panggilan, namun setelah diberikan pendampingan konseling pastoral seperti didoakan dan diberikan dukungan oleh teman-teman, partisipan mulai berfikir untuk terus berusaha tetap pada panggilan-Nya menjadi seorang hamba Tuhan. Dengan demikian dapat di pahami bahwa partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung memerlukan pedampingan untuk pemulihan motivasi awal yang di miliki partisipan, sehingga partisipan tidak meninggalkan motivasi panggilan-Nya melainkan tetap berada dalam panggilanNya menjadi seorang hamba Tuhan yang setia pada motivasi pelayanan yang sebelumnya. Tabel 5 Partisipan 3 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 3 Nama Inisial : C.Y Umur

: 42

Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal/Bulan: 14 Mei 2021 Waktu

: 08.05 – 09.34

Agama

: Kristen

Berdasarkan pemaparan yang disampaikan subjek 1 yang menjadi pimpinan asrama STT Efata di jalan bangau no.25 Klaseman mangunsari kecamatan sidomukti, provinsi Jawa tengah didapatkan pemahaman sebagai berikut: bahwa J.M dalam peristiwa dukacita akibat kematian ibu kandung memiliki persoalan dalam:

214


1. Tentang perasaan dukacita partisipan akibat kematian ibu kandung: -

Partisipan mengalami dukacita pada tahun 2017

-

Partisipan mengalami kesedihan selama stengah tahun

-

Timbul gejala tidak sabar, bleng, menangis dengan histeris, teriak sekerasnya

beberapa

waktu,

berlari

keluar

asrama

ingin

bersembunyi. -

Timbul perilaku seperti partisipan J.M mengalami bleng beberapa waktu, pada saat di ajak berkomunikasi tidak menangkap pembicaraan, J.M juga menangis berhari-hari dan suka berteriak.

-

Timbul masalah seperti: konsentrasi J.M menurun, suka bleng, tidak nyambung pada saat diajak berbicara, melawan, dan suka melamun

2. Tentang krisis- Krisis yang di alami partisipan J.M akibat kematian ibu kandung. -

Partisipan mengalami krisis rohani: J.M marah dengan Tuhan dengan waktu yang cukup lama sehingga partisipan tidak ingin bersekutu dengan Tuhan.

-

Partisipan mengalami krisis emosi: partisipan J.M mengalami perasaan hampa berbulan-bulan sehingga partisipan merasa iri melihat teman-teman berkomunikasi dengan orangtua kandung. Partisipan juga didukung oleh teman-teman, bapak dan ibu asrama dan juga dosen lain jika ada yang mengetahui ada yang mengalami dukacita.

215


-

Krisis sosial yang di alami partisipan: partisipan merasa ditinggalkan semua pihak dan merasa tidak ada yang perduli dengan J.M sehingga BP. C.Y mengatakan J.M eror setelah ditinggalkan ibu kandung yang sangat dekat dengan partisipan.

-

Krisis panggilan yang di alami partisipan: J.M marah terhadap Tuhan dan memberontak terhadap Tuhan, serta tidak menerima kenyataan ibu kandung meninggal. J.M menyatakan untuk apa saya kuliah, lebih baik saya pulang saya. Oleh karena itu partisipan J.M ingin meninggalkan panggilan dengan alasan ingin pulang menemani ayah.

3. Pendampingan konseling pastoral yang diberikan kepada J.M: Bapak C.Y belum memberikan pendampingan konseling pastoral. -

Partisipan belum diberikan pendampingan khusus.

-

Partisipan diberikan pendampingan: didoakan dan dikuatkan dan di motivasi

a. Pendampingan konseling pastoral terhadap Rohani partisipan: di doakan b. Pendampingan konseling pastoral terhadap Emosi partisipan: minta tolong teman-teman putri untuk mengibur. c. Pendampingan konseling pastoral terhadap Sosial partisipan: partisipan didorong untuk melihat teman-teman jikalau teman-teman J.M mampu melewati masa dukacita J.M

216


d. Pendampingan konseling pastoral terhadap Panggilan partisipan: J.M diingatkan kembali tentang motivasi awalnya, pakah J.M ingin berhenti ditengah-tengah perjuangan. 4. Hasil pendampingan konseling pastoral untuk pemulihan krisis yang di alami partisipan: -

Pemulihan rohani partisipan: proses konseling pastoral yang dilakukan untuk pemulihan rohani J.M dengan memberikan contohcontoh ayat Firman Tuhan sehingga hubungan partisipan dengan Tuhan sudah baik

-

Pemulihan krisis Emosi partisipan: partisipan didoakan, di hibur, dikuatkan, serta di motivasi teman-teman dan partisipan terus berusaha untuk berjuang.

-

Pemulihan krisis Sosial partisipan: hubungan J.M dengan teman, keluarga dan teman kamar sudah baik.

-

Pemulihan kriris

panggilan partisipan:

motivasi

pelayanan

partisipan sudah baik seperti semula, mampu bertanggung jawab atas pelayanan yang dipercayakan terhadap J.M. Oleh karena itu partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung memerlukan pendampingan secara terus menerus khusunya pendampingan konseling pastoral yang khusus agar dapat pulih dari dukacita yang di alami.

217


Subjek 2 trianggulasi 2 merupakan dosen wali partisipan 2 sejak peristiwa kematian ibu kandung. Untuk kerahasiaan dalam penulisan ini, penulis menggunakan inisial (V.S) Tabel 6 Partisipan 3 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 3 Identitas Dosen Wali Nama Inisial : V.S Umur

: 35 Tahun

Waktu / Tanggal: Minggu, 16 Mei 2021 Pukul

: 17.02 – 17. 55

Media:

Zoom

Jenis Kelamin: Perempuan Agama

: Kristen

Didapatkan pemahaman sebagai berikut: bahwa J.M dalam peristiwa dukacita akibat kematian ibu kandung memiliki persoalan dalam: 1. Tentang perasaan dukacita partisipan akibat kematian ibu kandung: a. Partisipan mengalami dukacita pada tahun 2017 b. Partisipan mengalami kesedihan berbulan-bulan. c. Timbul gejala: konsentrasi partisipan sangat menurun, suka melamun, bleng, suka menyendiri dan tidak ingin di ganggu temannya.

218


d. Timbul perilaku seperti bleng, konsentrasinya menurun, suka melamun tiba-tiba jadi pendiam. e. Timbul masalah yaitu: masalah besar ketika partisipan bleng. 2. Tentang krisis- Krisis yang di alami partisipan J.M akibat kematian ibu kandung. a. Partisipan mengalami krisis rohani: jam doa partisipan tidak teratur partisipan marah kepada Tuhan, partisipan tidak ingin bersekutu dengan Tuhan beberapa kali tidak ikut bidston. b. Partisipan mengalami krisis emosi: partisipan tidak suka melihat teman-teman berkomunikasih dengan orangtu kandung, partisipan mengalami kesedihan cukup lama terlihat dari perilaku partisipan. c. Krisis sosial yang di alami partisipan: partisipan tidak suka bergaul dengan teman-teman dan partisipan mengalami perubahan berbeda dengan sebelumnya. d. Krisis panggilan yang di alami partisipan: partisipan marah terhadap Tuhan dan ingin meninggalkan panggilanNya, dengan alasan ibu partisipan satu-satunya orang yang mendukung J.M untuk menjadi Hamba Tuhan 3. Pendampingan konseling pastoral yang diberikan kepada J.M: a. Partisipan di motivasi, dan didoakan b. Partisipan belum diberikan pendampingan konseling pastoral khusus.

219


c. Partisipan diberikan pendampingan konseling pastoral seperti: didoakan pada saat berdukacita saja. d. Pendampingan konseling pastoral terhadap rohani partisipan: Didoakan agar iman partisipan kuat. e. Pendampingan konseling pastoral terhadap Emosi partisipan: Ibu. V.S mendoakan partisipan memotivasi supaya partisipan sabar. f. Pendampingan konseling pastoral terhadap Sosial partisipan: partisipan terus diajak berkomunikasi oleh teman-teman supaya partisipan mau bergabung dengan teman-teman. g. Pendampingan konseling pastoral terhadap panggilan partisipan: J.M dikuatkan oleh Tuhan dan Ibu V.S juga mendoakan beserta teman-teman. 4. Hasil pendampingan untuk pemulihan Krisis yang di alami partisipan: a. Pemulihan rohani partisipan: Ibu menegaskan bahwa partisipan J.M belum diberikan pendampingan secara khusus namun partisipan didoakan dan partisipan merasa lega. b. Pemulihan krisis emosi partisipan: J.M di doakan, dan di motivasi c. Pemulihan krisis Sosial partisipan: J.M memiliki hubungan dengan teman-teman sudah baik. d. Pemulihan kriris Panggilan partisipan: partisipan pada saat diberikan pelayanan sudah baik.

220


Oleh sebab itu partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung memerlukan pendampingan secara terus-menerus agar dapat pulih dari dukacita yang di alami. 4.5. Hasil Analisis Adapun hasil analisis melalaui interprestasi dari ketiga partisipan dari ketiga partisipan dan hasil analisis trianggulasi, maka peneliti akan memaparkan berdasarkan perasaan dukacita yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung, masalah atau krisis yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung, Langkah pendampingan konseling pastoral terhadap partisipan akibat kematian ibu kandung, hasil atau dampak pendampingan konseling pastoral terhadap partisipan yang mengalami krisis akibat kematian ibu kandung, dan hasil trianggulasi pertama dan kedua. Adapun pemaparan analisis dalam bentuk tabel sebagai berikut: Partisipan 1 Nama: S.U Usia

: 21 Tahun

Status : Mahasiswa Agama: Kristen Tempat: Aula Paud Ditinggal ibu kandung: Pada Hari Sabtu, 21 September Tahun 2019 Perasaan Dukacita Di

Krisis Akibat Kematian Langkah Yang Ibu Kandung

Pendampingan

Alami

Konseling Pastoral

Partisipan

221

Hasil Pendampingan Konseling Pastoral


Akibat Kematian

Ibu

Kandung Hubungan partisipan yang erat dengan ibu kandung membuat partisipan sangatshock berat, pasca kematian ibu kandung yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian dan dukungan secara materi. Hal inilah yang membuat partisipan mengalami kesedihan mendalam selama stengah tahun yang menimbulakan partisipan mengalami kesedihan berkepanjangan, tidak ingin makan, dan tidak ingin diganggu oleh orang lain.

1. Krisis Rohani Hubungan pribadi dengan Tuhan, perasaan kacau balau. malas bersekutu dengan Tuhan. sangat marah, jengkel dengan Tuhan. Partisipan tidak rutin, berdoa, tidak rutin membaca firman Tuhan beberapa waktu, partisipan diliputi perasaan yang tidak karuan, perasaan kecewa, terhadap Tuhan perasaan sedih, perasaan marah. bersekutu dengan Tuhan karena takut dengan aturan yang di asrama, tetapi sebenarnya partisipan masih mempertanyakan mengapa Tuhan mengambil ibu kandung partisipan. Krisis Emosi partispan terganggu, benar-benar merasakan kehilangan ketika mama saya sudah tidak ada lagi, pada saat partisipan berdoa partisipan belajar tidak menyebut nama ibu kandung. Saat sedih menelfon ibu kandung, telefon ibu kandung pada saat ada masalah, merasa kehilangan saat partisipan melihat teman-teman telefonan orangtua 222

Partisipan belum diberikan pendampingan konseling pastoral secara khusus. 1. Krisis Rohani Didoakan bp asrama, bpk Yefta, dosen lain dan teman-teman supaya partisipan keluar dari keadaan dukacita yang mendalam akibat kematian ibu kandung. dan mampu menerima kenyataan yang sedang di hadapi. 2. Krisis emosi Partisipan didoakan dan dinasehati, dan diberikan semangat agar partisipan mengunggapkan perasaan yang menjadi beban hidupnya supaya dapat mengalami kelegaan dan mampu membawa partisipan mengalami pertumbuhan masa depan kearah yang positif. 3. Krisis sosial Didoakan, dimotivasi, di dukung temanteman mendampingi agar partisipan mengalami perubahan menuju pertumbuhan

Partisipan menyatakan bahwa pendampingan yang diberikan belum efektif. 1. Krisis Rohani Partisipan mampu memaknai kematian ibu kandung dengan mendengarkan nasehat dari bapak-Ibu asrama dan waket 3 kemahasiswaan bahwa kematian itu sudah menjadi kehendak Tuhan yang tidak bisa dihindari oleh setiap orang. Setelah didoakan partisipan perlahan-lahan mulai menerima kenyataan. 2. Krisis emosi Setelah partisipan didoakan, partisipan merasakan sedikit lega. Sehingga partisipan berfikir untuk bangkit sebab masih ada orang yang mengasihi, dan perduli selain keluarga inti. 3. Krisis sosial Setelah partisipan didoakan dan di nasehati, partisipan mulai bergabung dengan teman-teman tapi tetap saja masih minder, Namun


kandung. tidak nyaman menyandang status piatu, rasanya sakit, Kuatir, cemas, putus asa, tidak berdaya, marah, bingung pernah berpikir kok Tuhan tidak adil, Iri, dikuasai kehampaan beberapa minggu, 2. Krisis Sosial Partisipan merasa ditinggalkan semua pihak, memilih menyendiri, menarik diri dari lingkungan teman-teman. 3. Krisis panggilan Sebelum kematian ibu kandung partisipan merasa bahwa panggilan ini sungguh mulia, namun sesudah kematian ibu kandung partisipan merasa panggilannya bukan panggilan Tuhan Partisipan mengalami kebingungan apakah menerima panggilan ini atau lari dari panggilan. marah sekali kepada Tuhan, partisipan ingin pulang saja tidak lanjut kuliah lagi, komitmen untuk melayani Tuhan setelah ibu kandungnya meninggal sudah berubah dan tidak ingin lanjut lagi. Partisipan pernah mau meninggalkan panggilan akibat kematian ibu kandung.

223

yang positif dan mampu mengatasi krisis yang di alami dan menciptakan komunikasi yang sehat 4. Krisis panggilan Bp. Asrama memberikan pencerahan atau pengarahan dan mengatakan masalah boleh ada, pergumulan boleh ada namun tetap fokus kepada masa depan yang ceria yang harus diraih. Serta di motivasi panggilanNya dengan tujuan partisipan dibawa kepada masalah utama kemudian partisipan diharapkan mampuh memecahkan masalah dengan cara mempertimbangkan dan memahami masalah yang mempengaruhi rasa percaya diri partisipan dan kembali mengubah konsep percaya diri lagi.

partisipan merasakan support dari temanteman kampus sehingga partisipan kembali mampu mulai bergabung dengan teman-teman. 4. Krisis panggilan Setelah diberikan pendampingan motivasi partisipan sudah kembali seperti semula, partisipan ingin menjadi pelayan Tuhan, sekalipun masih tetap berat buat partisipan untuk menerima kenyataan ini, Namun partisipan akan mencoba terus berusaha dengan berjalannya waktu.


Identitas Partisipan 2 Nama Inisial : E.H Umur

: 24

Jenis Kelamin: Laki-laki Agama

: Kristen

Status

: Mahasiswa

Tempat

: Gereja Pusat

Ditinggal ibu kandung: Tanggal 23 Januari tahun 2018 Perasaan Dukacita Krisis Yang

Di

Alami Kematian

Partisipan

Akibat Kandung

Kematian

Akibat Langkah Ibu Pendampingan

Hasil Pendampingan Konseling Pastoral

Konseling Pastoral

Ibu

Kandung Hubungan partisipan yang erat dengan ibu kandung membuat partisipan tidak percaya akan kematian ibu kandung, dukacita akibat kematian ibu kandung partisipan mengalami perasaan yang tidak karuan sampai kepada partisipan frustasi. Kesedihan dukacita akibat kematian ibu kandung ini, mengakibatkan kesedihan yang mendalam selama satu setengah tahun,

1. Krisis Rohani Hubungan partisipan dengan Tuhan tidak baik, sangat jauh dari Tuhan. Menyalahkan Tuhan, protes pada Tuhan, sangat marah pada Tuhan, Tidak menerima kenyataan itu, Tidak rutin disiplin rohani, malas berdoa, malas membaca firman Tuhan selama tujuh stengah bulan,

224

Partisipan belum diberikan pendampingan konseling pastoral secara khusus. 1. Krisis Rohani Partisipan didoakan, dan diberikan motivasi agar partisipan mampu menerima kenyataan dan mampu membangun harapan masa depan yang positif 2. Krisis emosi Partisipan didoakan dan dimotivasi sekali dengan tujuan partisipan mampu mengambil Tindakan

Partisipan menyatakan bahwa pendampingan yang diberikan belum efektif. 1. Krisis Rohani Partisipan diberikan motivasi kemudian melalui ayat alkitab partisipan perlahan dapat berdoa, kemudian partisipan meyakinkan oleh dosen wali, bapak asrama bahwa setiap orang mengalami yang namanya kematian melalui nats alkitab, mulai perlahan-lahan dapat menerima kenyataan


dikuasai perasaan 2. Krisis Emosi tidak tidak karuan. Merasa sangat sedih, merasa kehilangan sampai sekarang, timbul perasaan iri dengan menyandang status piatu, kuatir cemas, frustasi rasanya, bingung, perasaan tidak karuan, pendiam. merasa iri dan kadang menangis, dikuasai perasaan hampa selama dua tahun, 3. Krisis Sosial Memilih menyendiri, tidak suka keramaian, tidak suka bergurau, lebih banyak pendiam, minder. 4. Krisis panggilan sebelum ibu kandung partisipan meninggal makna panggilannya tugas mulia dan setelah ibu kandung partisipan meninggal, maka makna panggilannya berubah ingin meninggalkan panggilannya, marah dengan Tuhan dan berfikir ingin meninggalkan panggilan, Setelah Tuhan panggil mama saya, saya merasa motivasi saya sudah tidak ada lagi, ingin lari saja, karena saya merasa Tuhan itu tidak adil karna mengambil mama 225

yang positif dan mampu bertahan setelah melewati pendampingan partisipan berubah bertumbuh berfungsi maksimal. 3. Krisis sosial Didoakan dan dukungan temanteman kemdian temanteman selalu mengajak partisipan berbicara agar partisipan menciptakan komunikasi yang sehat serta membangun rasa percaya diri. 4. Krisis Panggilan Partisipan di motivasi oleh keluarga, dimotivasi oleh dosendosen, kemudian mendoakan panggilan S.E, dan SE menyadari bahwa harus meraih cita-cita dengan tujuan partisipan dibawa kepada masalah utama kemudian partisipan diharapkan mampuh memecahkan masalah dengan cara mempertimbangkan dan memahami masalah yang mempengaruhi rasa percaya diri partisipan dan kembali mengubah konsep percaya diri lagi.

dan belajar berdoa dan puasa. 2. Krisis emosi Partisipan menyatakan cukup lega setelah di doakan sehingga partisipan merasa tidak hampa lagi 3. Krisis sosial saya sudah mulai bergabung dengan teman-teman walaupun saya masih saja tetap minder tetapi tetap saya berusaha, Temanteman mendampingi saya, dan saya di ajak melakukan kegiatan rohani sehingga saya tidak pernah merasa sendiri 4. Krisis panggilan motivasi saya sudah kembali kepada semula kak, saya ingin menjadi pelayan Tuhan, sekalipun mungkin masih tetap berat buat saya kennyataan ini, tapi saya akan mencoba terus berusaha dengan berjalannya waktu


saya begitu cepat sekali.

Partisipan 3 Nama: J.M Usia

: 25 Tahun

Status : Mahasiswa Agama: Kristen Tempat: Aula Paud dan sekali pakai Zoom Ditinggal ibu kandung: Pada Hari Kamis, 08 Juni 2017 Perasaan Krisis Akibat Kematian Ibu Langkah Dukacita Yang Kandung Pendampingan Di Alami Konseling Partisipan Pastoral Akibat Kematian Ibu Kandung

Hasil Pendampingan Konseling Pastoral

Hubungan partisipan yang erat dengan ibu kandung membuat partisipan sangatshock berat, terpukul, hancur, tidak percaya dan merasa tidak berdaya dan tidak sanggup menerima kenyataan atas kematian ibu kandung.

Partisipan menyatakan bahwa pendampingan yang diberikan belum efektif. 1. Krisis Rohani Partisipan didoakan dan diberikan semangat walaupun hanya sekali tetapi partisipan mulai merenungkan katakata dosen dan pada saat didoakan partisipan merasakan lebih dikuatkan untuk

1. Krisis Rohani Hubungan partisipan dengan Tuhan kacau balau, tidak rutin melakukan disiplin rohani selama satu tahun, sangat jauh dari Tuhan, marah dan jengkel terhadap Tuhan, mengalami kekosongan 2. Krisis Emosi Depresi Kekosongan Ingin bunuh diri Rindu Kesepian Tidak berdaya

226

Partisipan belum diberikan pendampingan konseling pastoral secara khusus. Namun partisipan diberikan pendampingan seperti: 1. Krisis Rohani Didoakan, di hibur dan diberikan semangat untuk bangkit serta menerima kenyataan tentang apa yang sedang


Partisipan mengalami kesedihan yang sangat mendalam, dan kesedihan itu masih ada sampai sekarang partisipan masih sering menangis sendiri. kematian ibu kandung membuat partisipan tentu menjadi masalah bagi partisipan yang di mana sebelumnya ibu kandung selalu memberikan kasih sayang, perhatian dan dukungan secara materi. Akhirnya partisipan dikuasai kehampaan selama satu tahun partisipan merasakan kesedihan yang berkepanjangan.

Tidak menerima kenyataan Sangat kacau Perasaan campur aduk yang tidak karuan Cepat kecewa Putus asa Iri Mudah menangis Susah tidur Kuatir Susah makan Konsentrasi menurun Halusinasi Cuek Konsentrasi menurun Cepat sekali marah 3. Krisis Sosial Lebih suka menyendiri di kamar, tidak suka bergabung dengan teman-teman suka cari kesibukan sendiri, cuek, dan Lebih banyak diam, saat merasakan kesepian, kekosongan di situ partisipan merasa ditinggalkan semua pihak, tidak suka dengan ramai-ramai. 4. Krisis panggilan Partisipan sangat marah, kecewa kepada Tuhan, dan berkata Tuhan itu tidak adil, sebelum kamatian ibu kandung makna panggilan partisipan adalah suatu anugerah Tuhan untuk menjadi alatNya. Namun Setelah kematian ibu kandung, partisipan ingin mundur, menjadi hamba Tuhan, berfikir bahwa panggilannya sudah tidak berarti, motivasi sudah sangat berubah, motivasi untuk pelayanan sudah tidak ada lagi. Tuhan tidak 227

terjadi yang menimpa partisipan semua itu adalah kehendak Tuhan. 2. Krisis emosi di hibur temanteman dan didoakan, berjuang, berusaha supaya dapat melewati kesedihan, kehampaan yang di alami, serta partisipan mampu mengeskpresikan perasaan yang di alami menjadi masalah yang terfokus dan diharapkan partisipan mampu memecahkan masalah yang di alami serta membangun harapan masa depan yang positif. 3. Krisis sosial Partisipan didoakan dan partisipan terus didampingi temanteman untuk membantu partisipan menciptakan komunikasi yang sehat dan membangun harga diri yang membantu bertahan dalam situasi yang baru.

terus berusaha dan berjuang dan perlahan-lahan mengerti bahwa Tuhan itu sudah mengatur yang terbaik. Kemudian partisipan mulai kembali dapat berdoa secara pribadi. 2. Krisis emosi partisipan didoakan dan di hibur sehingga partisipan merasakan lega walapun hanya sekali di lakukan. Partisipan juga berusaha untuk bangkit sendiri dan selalu berdoa. 3. Krisis sosial Setelah di dampingi seperti di doakan hubungan partisipan dengan teman menjadi baik, hubungan dengan keluarga juga baik dan juga dengan teman kamar menjadi baik. Sebab partisipan juga terus berusaha berjuang 4. Krisis panggilan Setelah didoakan dan diberikan dukungan oleh teman-teman membuat partisipan


menjawab doa partisipan sehingga partisipan tidak rutin melakukan disiplin rohani seperti malas berdoa, malas membaca Firman Tuhan dan tidak mampu bersekutu dengan Tuhan selama satu tahun, Namun partisipan tetap mengikuti bidston hanya karena aturan asrama bukan kesungguhan hati.

4. Krisis panggilan Partisipan didoakan, di motivasi tentang panggilannya sehingga partisipan memilki rasa percaya diri untuk tetap berada di Stefa melanjutkan kuliah.

berfikir kembali dan ingin berhasil seperti temanteman, akhirnya partisipan terus berusaha untuk bertahan pada panggilan. Motivasi panggilan partisipan kembali seperti semula.

4.6. Pembahasan Data Penelitian Dari data penelitian yang diperoleh, maka dilakukan pembahasan data sebagai berikut: 4.6.1. Perasaan dukacita yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung Berdasarkan temuan dan hasil analisis data tentang perasaan yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung, dapat disimpulkan bahwa ketiga partisipan tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dengan ibu kandung. Ketiga partisipan mengakui bahwa ibu kandung mereka memberikan kasih sayang, perhatian dan dukungan yang tidak dapat diberikan oleh orang lain dan diterlihat pada saat kematian ibu kandung, ketiga partisipan mengalamishock dan tidak percaya akan kenyataan tersebut. Hubungan yang erat dengan ibu kandung membawa duka yang mendalam. Penelitian yang dipublikasikan di The Journal of Neuroscience bahwa:

228


Hubungan ibu dan anak adalah ikatan yang paling istimewa di dunia. ikatan ibu dan anak terjalin sejak anak masih ada dalam kandungan. Tidak ada yang membantah bahwa ikatan ibu dan anak sangatlah kuat dan istimewa. Ikatan ibu dan anak adalah hubungan yang paling kuat antara orangtua dan anaknya, melebihi hubungan seorang ayah dan anak. Hubungan ibu dan anak lebih kuat dari pada ikatan ayah dan anak. hal ini disebabkan dengan emosi bawaan ibu diturunkan dari ibu ke anak. Pada saat bayi lahir, tubuh ibu memproduksi hormon dopamin atau perasaan baik yang menciptakan bahagia. Dopamin berperan besar dalam menguatkan ikatan ibu dan anak dalam pengendalian emosi yang mempengaruhi aktivitas manusia mulai dari kemampuan mengingat hingga menggerakkan tubuh. Hormon kebahagiaan ini memotivasi ibu agar bisa melakukan hal lebih banyak untuk anak, dan hal ini membuat seorang ibu merasa bahagia. Ikatan antara ibu dan anak semakin diperkuat saat ibu memberikan ASI pada bayi. Hormon oksitoksin yang diproduksi ibu saat menyusui, juga berperan menguatkan hubungan ibu dan anak. Tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang penting untuk membangun jalinan dan ikatan yang tak terputus hingga akhir hayat yang memberikan rasa aman, rasa percaya diri, rasa puas didengarkan, memberikan nilai-nilai positif, rasa tenang dan rasa diterima dan dihargai.77 Ungkapan di atas memberikan pemahaman bahwa hubungan seorang ibu dan anak sangat erat bahkan dikatakan ikatan seorang ibu dan anak adalah ikatan yang istimewa yang memiliki bawaan hubungan emosi sejak anak dalam kandungan sampai anak lahir ke dunia seorang ibu melakukan hal yang lebih baik untuk anak dan ikatan antara ibu dan anak juga diperkuat adanya pemberian ASI pada anak. Hal ini semakin memperkuat jalinan ikatan seorang ibu dan anak yang tidak akan pernah putus sampai akhir hayat serta memberikan rasa aman kepada anak, rasa percaya diri, rasa puas didengarkan, pemberian nilai positif, rasa tenang serta rasa diterima dan di hargai. Dengan demikian dapat disimpulkan

77

The Journal of Neuroscience, The Asian parent Vol.36 Issue 4, https://id.theasianparent.com/27Januari2016/category/hidrasi-keluarga?_gl=1*kufv83*_ga di unduh pada hari senin, 19 Juli 2021 pukul, 23.18 di Rekesan.

229


bahwa ikatan ibu dan anak sangat istimewa sejak anak dalam kandungan sampai lahir ke dunia merupakan hubungan yang erat yang memiliki bawaan emosi yang sama yang memperkuat hubungan terlebih seorang ibu mampu memberikan rasa aman, rasa percaya diri, rasa puas didengarkan, rasa tenang, diberikan nilai-nilai positif serta mampu memberikan rasa diterima dan dihargai. Hal ini merupakan keistimewaan bagi hubungan seorang ibu dan anak yang tidak dapat gantikan oleh siapa pun. Hubungan ibu dan anak mampu membentuk kepribadian anak menjadi lebih baik dan mampu memberikan perasaan bahagia terhadap anak. Namun setelah kematian ibu kandung hubungan seorang ibu dan anak terputus secara fisik, namun secara emosional tidak dapat diputuskan. Hal ini mempengaruhi kehidupan anak yang ditinggal ibunya karena kematian, seperti pengakuan ketiga partisipan bahwa pemberian kasih sayang sosok ibu tidak pernah didapatkan dari siapa pun dan hubungan yang istimewa karena bawaan emosional menjadi pengikat antara ibu dan anak. Sehingga pada saat ibu dan anak harus berpisah karena kematian, maka anak yang ditinggalkan akan mengalami masalah atau krisis dalam dirinya. Kehidupan partisipan karena kematian ibu, membuat ketiga partisipan mengalami perasaan hampa yang berkepanjangan yang membuat komitmen pelayanan ketiga partisipan menjadi berubah. Melalui kematian ibu kandung mengakibatkan ketiga partisipan mengalami masalah dalam panggilannya di STT Efata Salatiga.

230


4.6.2. Krisis yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung Berdasarkan temuan dan analisis data dari hasil wawancara terhadap partisipan S.U, E.H dan J.M mengungkapkan bahwa kematian ibu kandung mereka membawa masalah besar. Peristiwa kematian ibu kandung membuat ketiga partisipan merasashock, terpukul dan tidak percaya akan peristiwa tersebut dan sebagai akibat kematian ibu kandung tersebut, partisipan mengalami masalah atau krisis rohani, krisis emosi, krisis sosial dan krisis panggilan. 4.6.2.1. Krisis Rohani Peristiwa kematian ibu kandung ketiga partisipan mengalami perubahan dalam kehidupan rohani. Menurut pengakuan partisipan S.U melalui wawancara tentang masalah atau krisis rohani sejak di tinggal ibu kandung, partisipan S.U tidak rutin melakukan disiplin rohani seperti partisipan S.U malas berdoa, marah terhadap Tuhan, kecewa terhadap Tuhan dan mempertanyakan mengapa Tuhan mengambil ibunya dengan cepat atas peristiwa yang menimpah dirinya dengan jangka waktu yang cukup lama. Namun berjalannya waktu. melalui dukungan dari bapak asrama, dosen serta temanteman di kampus maka S.U perlahan-lahan mampu menerima kenyataan dan aspek rohaninya dipulihkan. Partisipan S.U kembali bersekutu dengan Tuhan, melalui doa pribadi dan puasa dan mengikuti ibadah bisdton di kampus setiap pagi dan malam dengan

231


sungguh-sungguh. Kehadiran dan dukungan bapak asrama, dosen dan teman-teman di tengah-tengah kehidupan partisipan yang sedang mengalami krisis akibat kematian ibu kandung, menolong partisipan untuk dapat menerima dengan lapang dada kematian ibu kandung. Dalam hal ini partisipan dibantu supaya dapat menerima kenyataan yang dialaminya dengan harapan partisipan S.U bertumbuh kearah kedupan rohani yang lebih baik. Hal ini sama dengan ungkapan Totok S. Wiryasaputra yang mengatakan bahwa salah satu tujuan dari konseling krisis ialah “membantu konseli untuk dapat menerima apa yang terjadi atas dirinya”. 78 Sedangkan partisipan E.H mengakui bahwa pada awal-awal kematian ibu kandung, partisipan memiliki hubungan yang tidak baik dengan Tuhan, partisipan menyatakan bahwa dirinya sangat jauh dari Tuhan. Partisipan menyalahkan Tuhan atas kematian ibu kandungnya, dan kemuadian partisipan protes terhadap Tuhan mengapa Tuhan mengambil ibu yang dikasihi begitu cepat, serta partisipan sangat marah terhadapd Tuhan, dan partisipan tidak menerima kenyataan bahwa sebenarnya ibu kandung partisipan benar-benar sudah tiada. Pada saat kematian ibu kandung partisipan juga tidak rutin melakukan disiplin rohani. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kematian ibu kandung partisipan E.H sangat

78

Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia, 2014), Hal. 98

232


berpengaruh kepada aspek rohani partisipan. partisipan mengalami krisis rohani yang di tandai dengan perilaku partisipan malas berdoa, malas membaca Firman Tuhan selama tujuh stengah bulan. Tidak berbeda jauh dengan aspek rohani partisipan J.M yang pada awal kematian ibu kandung partisipan mengakui bahwa hubungan partisipan dengan Tuhan kacau balau, di mana partisipan tidak rutin melakukan disiplin rohani selama satu tahun. Selama masa partisipan berdukacita akibat kematian ibu kandung, partisipan mengalami kekosongan. Partisipan merasa sangat jauh dari Tuhan, di saat yang bersamaan partisipan merasa tidak berdaya atas kenyataan bahwa ibu kandungnya sudah tiada. Partisipan sangat marah terhadap Tuhan bahkan partisipan mengakui jengkel terhadap Tuhan yang mengambil ibu kandung partisipan. Akibat kemarahan partisipan terhadap Tuhan, membuat partisipan menyebut bahwa hubungan pribadinya dengan Tuhan sangat kacau balau artinya bahwa hubungan pribadi partisipan dengan Tuhan tidak teratur seperti apa yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa partisipan E.H mengalami krisis rohani pada saat kematian ibu kandung. Dengan demikian dapat di pahami bahwa ketiga partisipan S.U, E.H, dan J.M mengalami masalah yang sama yaitu krisis rohani akibat kematian ibu kandung. Hal ini dapat di lihat dari masingmasing partisipan yang menyalahkan Tuhan bahkan protes dengan

233


Tuhan, tidak lagi melakukan disiplin rohani bahkan malas bersekutu dengan Tuhan secara pribadi maupun persekutuan. 4.6.2. 2. Krisis emosi yang di alami partisipan. Kematian ibu kandung mengakibatkan timbulnya guncangan emosional terhadap ketiga partisipan. berdasarkan pengakuan partisipan S.U melalui wawancara bahwa kematian ibu kandung membuat partisipan merasa tidak berdaya karena ibu bagi S.U merupakan sosok yang tidak dapat tergantikan oleh siapa pun. Partisipan benar-benar merasa kehilangan pada saat partisipan berdoa tidak lagi menyebut nama ibu kandung. Pada saat partisipan kehilangan ibu kandung membuat partisipan tidak nyaman dan merasakan saki menyandang status piatu. Sejak kematian ibu kandung, partisipan hidup dalam perasaan kuatir tentang masa depannya sehingga partisipan selalu merasa cemas, iri terhadap teman-teman yang membuat partisipan marah kepada Tuhan mengapa Tuhan tidak adik terdahap dirinya. Perasaan-perasan ini membuat partisipan bingung, dan merasa tidak berdaya sampai kepada perasaan hampa yang di alami partisipan selama beberapa minggu. Keadaan demikian membuat konsentrasi belajar partisipan menurun dan partisipan tidak ingin makan dan tidak ingin di ganggu oleh orang lain. Sedangkan partisipann E.H juga mengalami guncangan secara emosional di mana partisipan E.H merasa pikiran dan perasaannya

234


menjadi tidak karuan karena perasaan kehilangan sampai sakarang setelah kematian ibu kandung. Keadaan yang demikian menunjukkan bahwa partisipan mengalami gangguan psikologiS.Uartisipan E.H kadang menangis karena dikuasai perasaan hampa selama dua tahun. perasaan cemas, bahkan partisipan mengalami mengalami kebingungan akibat kematian ibu kandung. Partisipan juga merasa iri terhadap temanteman yang masih memiliki orangtua lengkap sedangkan dirinya harus menyandang status piatu. Kematian ibu kandung membuat partisipan E.H mengalami masalah kesedihan sampai kepada frustasi. Demikian pula keadaan pastisipan J.M, yang mengakui bahwa peristiwa kematian ibu kandung membuat partisipan J.M kesepian, mengalami kekosongan, perasaan kacau dan perasaan campur aduk yang tidak karuan, partisipan memiliki perasaan cepat kecewa, merasa tidak berdaya dan tidak menerima kenyataan. Partisipan juga mengakui bahwa pada saat kematian ibu kandung, partisipan sulit untuk tidur, susah makan, konsentrasi menurun, dan timbul perasaan kuatir untuk masa depannya. Partisipan dalam hal ini lebih mudah menangis dan lebih suka mencari kesibukan sendiri. Partisipan mengakui bahwa partisipan E.H mengalami depresi seperti cepat marah, cuek dan lebih banyak diam bahkan sampai kepada partisipan ingin bunuh diri dan mengalami halusinasi di datangi oleh ibu kandung. Dari pembahasan di atas, menunjukkan bahwa ketiga partisipan mengalami krisis aktif atau krisis yang berkepanjangan, di mana

235


partisipan mengalami gangguan secara psikologis dan fisiologis. Hal ini di tandai dengan timbulnya perasaan kesepian, cepat marah, hidup dalam kehampaan dan kekosongan, susah tidur, susah makan, cepat kecewa, bahkan berdampak buruk pada kehidupan partisipan seperti mengalami depresi, dan frustasi. Siswanto mengatakan bahwa “ frustasi terjadi bila antara harapan dan keinginan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai seperti putus pacar, perceraian, kematian, penyakit, masa depan, karir menurun, kecewa berlebihan, kemarahan yang tidak terselesaikan adalah hal yang berbahaya yang membawa pada perasaan emosi yang menjadi fakta tidak tercapainya keinginan”.79 Sedangkan H. Norman Wright mengatakan bahwa “ pada saat seseorang tidak dapat mengatasi krisis yang di alami maka krisis aktif dapat berkembang kepada gejala-gejala stress secara psikologis, fisiologis atau keduanya. Ini termasuk depresi, kegelisahan, kekosongan, kuatir, sakit kepala, halusinasi visual, cemas dan tidak menerima kenyataan”.80 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketiga partisipan S.U, E.H dan J.M belum mengalami pemulihan dari keadaan krisis yang di alami ketiga partisipan secara total sehingga mengalami gangguan psikologis dan fisiologis. 4.6.2.3. Krisis Sosial yang di alami partisipan.

79 Siswanto, Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan Dan Perkembangannya (Yogyakarta: ANDI, 2007), Hal. 48 80 H. Norman Wright, Konseling Krisis, (Malang: Gandum Mas, 2006), Hal.13

236


Sejak peristiwa kematian ibu kandung, partisipan S.U kurang berinteraksi dengan lingkungan teman-teman asrama. Partisipan S.U lebih banyak memilih menyendiri dan disitulah partisipan merasa ditinggalkan semua pihak. Partisipan juga menarik diri dari lingkungan teman-teman di asrama dan partrisipan mengakui bahwa dukungan dari orang lain tetap berbeda dengan dukungan dari ibu kandung. Dengan demikian dapat dipahami bahwa status sebagai piatu membuat partisipan S.U menjadi orang yang menutup diri dan menarik diri dari lingkungan teman-teman asrama. Partisipan E.H juga mengalami masalah sosial yang membuat partisipan memilih menyendiri, partisipan tidak menyukai keramaian bahkan tidak suka bergurau dengan teman-teman. Peristiwa kematian ibu kandung membuat partisipan juga menjadi pendiam dan merasa minder terhadap teman-teman asrama yang memiliki orang tua lengkap. Partisipan juga tidak mau bergaul dengan teman-teman asrama sampai partisipan merasa iri terhadap teman-teman akibat dirinya menyandang status piatu yang tidak dapat berkomunikasi dengan ibu kandung. Hal ini membuat partisipan memiliki perasaan tidak nyaman. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa partisipan S.U dan partisipan E.H pada peristiwa kematian ibu kandung, kedua partisipan mengalami masalah yang sama yang lebih menarik diri dari lingkungan dan merasa tidak nyaman serta iri terhadap teman-teman yang memiliki orang tua lengkap.

237


Masalah sosial yang sama yang di alami partisipan J.M dalam berhubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Partisipan lebih menyukai untuk menyendiri di kamar dan lebih banyak diam dari pada bergabung dengan teman-teman di asrama. Peristiwa kematian ibu kandung membuat partisipan suka mencari kesibukan sendiri, lebih suka cuek, dan partisipan tidak suka suasana ramai-ramai dan merasa sakit serta iri dengan teman-teman pada saat dirinya menyandang status piatu. Partisipan juga sering merasa kesepian, kekosongan dan merasa bahwa dirinya ditinggalkan semua pihak dan akhirnya partisipan mengalami halusinasi dan menangis histeris. Dengan demikian dapat di pahami bahwa dukacita yang di alami partisipan membawa partisipan kepada krisis sosial yang memprihatinkan sampai kepada halusinasi. Hal ini sama dengan pernyataan Townsend bahwa “manifestasi depresi dalam bentuk depresi berat jika bertambah menjadi menolak perasaan, marah, cemas, merasa bersalah, putus asa, tidak berdaya, menarik diri dari lingkungan, menyalahkan orang lain, merasa sedih, merasa kosong, patah semangat, kecewa, menangis histeris, dan merasa tak ada yang peduli, perasaan iri. mengalami gangguan tidur, sibuk sendiri serta berhalusinasi.”

81

Pernyataan di atas menggambarkan

bahwa kematian ibu kandung membawa ketiga partisipan yaitu partisipan S.U, E.H dan J.M mengalami krisis sosial dalam bentuk

81 Townsend, Jurnal Poltekkes, Volume 9, Nomor 1, (Kendari: 2017) Hal. 31, https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP, di unduh pada hari rabu 21 Juli 2021, Pukul. 23:39

238


depresi berat yang bertambah menarik diri dari lingkungan menangis histeris, merasa tidak ada yang perduli, memiliki perasaan iri dan perasaan sakit pada saat menyandang status piatu dan sampai kepada menangis histeris dan berhalusinasi. Melalui pemaparan di atas dapat di pahami bahwa kematian ibu kandung yang memiliki hubungan yang erat dengan anak dapat berdampak buruk bagi kehidupan partisipan khusunya krisis sosial yang membuat partisipan menarik diri dari lingkungan sampai kepada menangis histeris dan berhalusinasi. Maka keadaan ini dapat di sebut depresi berat yang tidak mudah di pulihkan. Dan ketiga partisipan mengalami masalah atau krisis depresi berat dalam hal krisis sosial yang sangat memperngaruhi kehidupan ketiga partisipan jika tidak di pulihkan. 4.6.2.4. Krisis panggilan yang di alami partisipan. Krisis panggilan adalah suatu masa di mana seseorang sedang dalam keadaan bahaya atau gawat sekali dan kehilangan kemampuan untuk sementara waktu dalam mewujudkan panggilan Allah dalam suatu fungsi dan bagi suatu tujuan khusuS.Uartisipan S.U dan E.H mengalami hal yang sama sementara dalam mewujudkan panggilannya menjadi hamba Tuhan. Sebelum kematian ibu kandung, partisipan memaknai panggilannya menjadi makna panggilan yang luar biasa yaitu panggilan yang sungguh mulia. Namun peristiwa kematian ibu kandung

239


membuat semuanya berubah, baik makna panggilan partisipan, komitmen partisipan untuk melayani Tuhan maupun motivasi partisipan. Partisipan sangat marah terhadap Tuhan, dan partisipan mengalami kebingungan terhadap panggilannya apakah partisipan lari dari panggilan atau bertahan. Partisipan S.U dan E.H tidak ingin melanjutkan kuliah lagi dan makna panggilan bagi mereka berubah menjadi bukan panggilan Tuhan karena mereka merasa bahwa Tuhan tidak adik bagi diri mereka yang terlalu cepat mengambil ibu kandung S.U dan E.H. Akibat kemarahan yang dirasakan partisipan, maka partisipan memutuskan untuk ingin meninggalkan panggilanNya menjadi hamba Tuhan dengan alasan ingin selalu bersama-sama dengan anda dan ayah sebab satu-satunya orang yang memberi dukungan dan mengharapkan dirinya menjadi hamba Tuhan adalah ibu kandung yang sudah tiada. Dengan demikian dapat diketahui bahwa partisipan S.U dan E.H mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung yang selalu memberikan dukungan dalam proses partisipan mewujudkan panggilannya menjadi hamba Tuhan yang di tandai dengan partisipan S.U dan E.H tidak rutin melakukan disiplin rohani, malas bersekutu, malas berdoa dan malas membaca Firman Tuhan. Sedangkan partisipan E.H juga mengalami hal yang sama mengatakan bahwa Tuhan tidak adil kecewa dan marah terhadap Tuhan dan berfikir ingin ikut ibunya saja, artinya ikut mati dengan ibu

240


kandungnya. Sebelum kematian ibu kandung, partisipan memaknai panggilan sebagai anugerah yang memberikan kesempatan kepada partisipan untuk melayani Tuhan, Namun pada peristiwa kematian ibu kandung, partisipan menjadi berfikir bahwa panggilan atau anugerah yang diberikan itu sudah tidak ada lagi. Partisipan kehilangan akan motivasi panggilan, komitmen untuk menjadi hamba Tuhan, dan pada akhirnya partisipan ingin meninggalkan panggilanNya menjadi hamba Tuhan. Akibat dari kemarahan partisipan E.H membuat dirinya malas melakukan disiplin rohani seperti tidak bisa bersekutu dengan Tuhan melalui bidston, malas membaca Firman Tuhan dan malas berdoa selama satu tahun lamanya. Partisipan mengikuti ibadah bidston yang ada di asrama hanya formalitas saja bukan dari kesungguhan hati partisipan tetapi memenuhi syarat atau peraturan di kampuS.Uartisipan juga mengatakan bahwa dengan kematian ibu kandungnya, Tuhan tidak menjawab doa-doa partisipan artinya bahwa partisipan menyalahkan Tuhan. Dan yang lebih memprihatikan lagi panggilan partisipan adalah partisipan ingin bunuh diri akibat tidak mampu berfikir bahwa semua ada di dalam rencana Tuhan. Seperti ungkapan H. Norman Wright bahwa “krisis adalah suatu keadaan yang berbahaya atau suatu masa yang gawat sekali dan suatu titik balik dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar dan hilangnya kemampuan untuk mengatasi masalah selama sementara

241


waktu.82 Sedangkan panggilan menurut Ensiklopedia berarti dipanggil untuk melayani Allah dalam suatu Fungsi dan bagi suatu tujuan khusus.” 83

dan hal yang senada juga yang diungkapkan oleh Departemen Agama

bahwa “krisis panggilan adalah kejadian yang tidak diharapkan oleh siapapun, dapat menimbulkan dampak buruk yang belum pernah terjadi sebelumnya. sehingga dapat mendorong panggilan seseorang kepada suatu panggilan yang kacau serta dapat mempengaruhi panggilan seseorang tersebut dengan keputusan yang salah yaitu seseorang dapat meninggalkan panggilan Allah sebagai tujuan khusus.”

84

Melalui

pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa krisis mampu membuat partisipan berfikir untuk meninggalkan panggilannya pada saat peristiwa kematian ibu kandung di mana partisipan kehilangan kemampuan untuk mengatasi masalah atau krisis yang terjadi dalam proses mewujudkan panggilannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketiga partisipan di atas mengalami krisis panggilan yang di tandai dengan hilangnya motivasi, komitmen, makna panggilan bahkan ingin meninggalkan panggilan mereka pada saat peristiwa kematian ibu kandung. Ketiga partisipan berfikir untuk mengambil keputusan yang salah pada saat kematian ibu kandung yaitu mendorong mereka kepada panggilan yang kacau, dan meninggalkan panggilan Allah sebagai tujuan khusus. Hal

82

Ibid, Op Cit, 741. Ibid, Hal. 1021 84 Departemen Agama RI, Op Cit, Hal.42 83

242


ini terlihat juga dari merkea yang tidak mampu bersekutu dengan Tuhan, tidak rutin melakukan disiplin rohani seperti malas membaca Firman Tuhan, malas berdoa dan ikut bidston hanya sebagai formalitas saja. Hal ini memperlihatkan bahwa ketiga partisipan mengalami krisis panggilan yang belum pulih dan memerlukan pendampingan yang mampu menolong untuk pulih dari krisis yang di alami. 4.6.3. Pendampingan terhadap krisis Peristiwa kematian ibu kandung membuat ketiga partisipan mengalami krisis terhadap aspek rohani, aspek emosi, aspek sosial dan krisis panggilan. Oleh sebab itu perlu pendampingan terhadap krisis yang dihadapi ketiga partisipan. Namun berdasarkan pengakuan ketiga partisipan memberikan jawaban berdasarkan hasil wawancara bahwa ketiga partisipan belum diberikan pendampingan konseling secara khusus. Tetapi patisipan diberikan pendampingan seperti: 4.6.3.1. Krisis rohani Pada krisis rohani yang di alami partisipan S.U, E.H dan J.M diberikan pendampingan seperti didoakan oleh bapak asrama, didoakan oleh bapak Yefta, dosen lain dan didoakan teman-teman serta di motivasi. Dan bagi ketiga partisipan menegaskan bahwa pendampingan yang diberikan bukalan pendampingan konseling pastoral secara khusus.

243


4.6.3.2. Krisis Emosi Pada pendampingan terhadap krisis emosi ketiga partisipan maka diberikan pendampingan seperti didoakan, di hibur, diberikan motivasi walaupun hanya sekali, dan hibur oleh teman-teman di asrama. 4.6.3.3. Krisis Sosial Pendampingan terhadap krisis sosial yang di alami ketiga partisipan diberikan pendampingan seperti: didoakan, mendorong teman-teman di asrama untuk terus mendampingi partisipan dan mengajak berbicara. 4.6.3.4. Krisis Panggilan Pendampingan yang diberikan pimpinan asrama terhadap krisis panggilan partisipan S.U dan J.M maka diberikan pendampingan seperti: didoakan, diberikan pencerahan atau pengarahn bahwa masalah boleh ada, pergumulan boleh ada, di motivasi. Namun harus tetap fokus pada masa depan yang ceria dan harus meraih cita-cita. Berbeda dengan partisipan E.H justru partisipan di berikan motivasi oleh keluarga, dosen dan mendoakan panggilan E.H kemudian E.H mampu menyadari bahwa dirinya harus meraih cita-citanya.

244


4.6.4. Hasil Pendampingan yang diberikan kepada ketiga partisipan. Pada setiap pendampingan konseling ada kepuasan atau tidak tergantung terhadap partisipan yang diberikan pendampingan. Namun pada hasil pendampingan yang diberikan pimpinan asrama, terhadap ketiga partisipan menyatakan bahwa sekalipun diberikan pendampinga seperti didoakan, ketiga partisipan mengakui bahwa pendampingan yang diberikan oleh pimpinan asrama belum efektif. 4.6.4.1. Krisis Rohani Pada bagian ini, peneliti memaparkan hasil pendampingan terhadap krisis rohani ketiga partisipan. partisipan S.U diberikan pendampingan untuk melawati masa dukacita akibat kematian ibu kandung yang menimpa pada tanggal 21 September 2019. Partisipan S.U mengalami krisis pada aspek rohani, oleh sebab itu partisipan S.U diberikan pendampingan seperti yang dipaparkan bagian sebelumnya di atas, dengan demikian partisipan S.U perlahan-lahan mampu menerima kenyataan kematian ibu kandung serta partisipan S.U juga sudah mampu memaknai bahwa kematian adalah sudah menjadi kehendak Tuhan yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun. Partisipan menyatakan bahwa partisipan mendengarkan nasehat dari pimpinan asrama, mendengarkan nasehat dari waket tiga (3) kemahasiswaan serta dikuatkan oleh doa-doa dari teman-teman yang ada di sekelilingnya kemudian partisipan kembali mampu bersekutu dengan Tuhan dan mulai perlahan-lahan berkomitmen

245


untuk berdoa dan berpuasa. Namun partisipan J.M menyatakan bahwa pendampingan yang di terima belum efektif. Hasil pendampingan yang sama yang dirasakan oleh partisipan E.H, pada saat diberikan pendampingan peristiwa kematian ibu kandung, partisipan E.H setelah didoakan partisipan E.H merasakan sedikit lega. Partisipan E.H juga di doakan oleh pimpinan asrama, didoakan oleh dosen lain walupun hanya sekali, serta teman-teman yang di asrama. Selain itu partisipan E.H diberikan ayat-ayat Alkitab yang menguatkan E.H, Sehingga partisipan E.H memperoleh hasil mampu berfikir untuk bangkit kembali dan mampu menerima kenyataan bahwa kematian ibu kandung adalah kehendak Tuhan. Dan setelah partisipan E.H didampingi partispan E.H kembali mampu bersekutu dengan Tuhan yang di tandai dengan partisipan perlahan-lahan belajar berdoa dan berpuasa. Walaupun demikian, partisipan E.H masih mengatakan bahwa pendampingan yang diberikan belum efektif. Sedangkan partisipan J.M menyatakan bahwa setelah di damping seperti di doakan dan diberikan semangat oleh pimpinan asrama dan dosen serta teman-teman yang ada di asrama, walaupun hanya sekali tetapi partisipan J.M mulai merenungkan setiap katakata dosen, partisipan J.M merasa dikuatkan dan perlahan-lahan mampu menerima kenyataan dan berfikir bahwa Tuhan sudah mengatur yang terbaik. Hal ini di tandai dengan partisipan J.M mulai

246


dapat berdoa secara pribadi dengan Tuhan. Namun partisipan J.M juga mengatakan bahwa pendampingan yang di terima itu belum efektif. Dengan

demikian

dapat

di

ketahui

bahwa

hasil

pendampingan yang diberikan kepada ketiga partisipan S.U, E.H dan J.M mampu memberikan dampak yang menolong partisipan untuk kembali bersekutu dengan Tuhan dan memaknai kematian ibu kandung sebagai kehendak Tuhan. Namun ketiga partisipan mengatakan

bahwa

pendampingan

yang

diberikan

bukan

pendampingan konseling khusus dan masih belum efektif. Partisipan didoakan dan diberikan semangat walaupun hanya sekali tetapi partisipan mulai merenungkan kata-kata dosen dan pada saat didoakan partisipan merasakan lebih dikuatkan untuk terus berusaha dan berjuang dan perlahan-lahan mengerti bahwa Tuhan itu sudah mengatur yang terbaik. Kemudian partisipan mulai kembali dapat berdoa secara pribadi. 4.6.4.2. Krisis Emosi Pada hasil pendampingan krisis emosi yang di alami ketiga partisipan mendapatkan hasil pendampingan yang sama. Setelah ketiga partisipan S.U, E.H dan J.M didoakan maka ketiga partisipan merasakan lega dan merasakan bahwa orang-orang yang ada di sekitarnya mengasihi ketiga partisipan. ketiga partisipan juga dapat pulih dari

247


perasaan hampa yang menyelimuti diri mereka akibat kematian ibu kandung. Hal ini dapat di ketahui bahwa hasil pendampingan terhadap aspek emosi partisipan mampu memulihkan krisis emosi ketiga partisipan. Namun ketiga partisipan menyatakan bahwa belum sepenuhnya pulih di tandai dengan partisipan masih kadang-kadang menangis dan ketiga partisipan mengharapkan pendampingan konseling pastoral khusus untuk memulihkan sepenuhnya dari dukacita yang mereka alami. Oleh sebab itu, untuk memulihkan krisis yang di alami ketiga partisipan diperlukan pendampingan konseling pastoral agar ketiga partisipan mendapatkan pemulihkan seutuhnya. 4.6.4.3. Krisis Sosial Hasil pendampingan bagi krisis sosial yang di berikan terhadap partisipan karena dukacita akibat kematian ibu kandung, maka ketiga partisipan memperoleh hasil yang baik. Partisipan S.U setelah didoakan oleh beberapa pihak yang membuat hubungan partisipan kembali mulai normal. Hal ini di tandai dengan partisipan S.U mulai belajar bergabung bersama teman-teman di kampus, teman-teman kuliah. Walaupun partisipan masih merasakan minder dengan teman-teman, nsamun partisipan berusaha dan merasa bahwa sebenarnya banyak orang yang bersimpatik terhadap dirinya dan perduli dengan dirinya sehingga merasa tidak ditinggalkan semua pihak dan hubungan J.M dengan teman-teman dan keluarga menjadi baik. Hampir sama dengan hasil pendampingan yang di peroleh partisipan E.H bahwa setelah partisipan

248


E.H di dampingi dengan didoakan, dan di motivasi, dan di dampingi oleh teman-teman maka partisipan mampu memulai dengan bergabung dengan teman-teman walaupun masih ada perasaan minder Namun partisipan berusaha untuk terus bergabung dengan teman-teman. Partisipan juga di ajak untuk melakukan kegiatan rohani sehingga partisipan merasakan bahwa sebenarnya dirinya tidak ditinggalkan sendiri artinya bahwa hubungan partisipan dengan teman kamar, teman kuliah

dan

keluarga

semua

menjadi

baik

setelah

diberikan

pendampingan walaupun masih belum efektif. Begitu pula partisipan J.M mengalami perubahan yang luar biasa. Partisipan J.M mendapatkan pendampingan seperti didoakan, dihibur teman-teman, didoakan oleh dosen-dosen lain, partisipan sering di ajak berkomunikasih oleh teman-teman, maka partisipan J.M mulai belajar menjalin hubungan baik dengan teman-teman, dengan keluarga serta partisipan memperbaiki hubungannya dengan teman kamar. Pada peristiwa kematian ibu kandung partisipan J.M memang mengalami krisis sosial seperti menarik diri dari lingkungan, Namun setelah di dampingi partisipan mengalami perubahan yang luar biasa sperti hubungan partisipan dengan teman kuliah, teman kamar dan juga dengan keluarga semuanya membaik seperti semula. Walapun partisipan masih memilki perasaan minder, Namun dirinya terus berusaha untuk kembali bangkit dan mulai bergabung dengan temanteman.

249


Hal ini dapat di ketahui bahwa ketiga partisipan S.U, E.H dan J.M mendapatkan pendampingan yang mampu memulihkan mereka dari krisis sosial yang di alami, Namun bagi ketiga partisipan pendampingan ini bukan pendampingan konseling pastoral khusus. Artinya bahwa ketiga partisipan tersebut mengharapkan pendampingan konseling pastoral khusus sehingga memberikan pemulihan yang cepat atas krisis yang di alami ketiga partisipan tersebut. Dengan demikian dapat di ketahui bahwa pendampingan bagi krisis sosial sangat penting dilaksanakan sehingga menolong setiap partisipan pulih secara total dari keadaan duka yang di alami. 4.6.4.4. Krisis Panggilan Setiap pendampingan memberikan dampak atau hasil yang baik atau seperti apa tergantung penilaian atau kepuasan partisipan. setiap partisipan pasti memiliki penilaian yang berbeda-beda terhadap kepuasan atas pendampingan yang diberikan. Seperti yang di alami ketiga partisipan S.U, E.H. Partisipan S.U, E.H diberikan pendampingan atas krisis panggilan yang di alami seperti di motivasi, didoakan dan di dukung oleh teman-teman di sekitar. Setelah partisipan diberikan pendampingan, maka motivasi partisipan S.U, E.H kembali seperti semula. Partisipan ingin menjadi pelayan Tuhan seperti komitmen partisipan sebelum mengalami krisis. Bagi partisipan menjadi seorang pelayan Tuhan yang kehilangan ibu kandung akibat kematian membuat dirinya merasakan sangat berat menerima

250


kenyataan itu, Namun partisipan menyatakan setelah dinberikan pendampingan, Partisipan S.U, E.H ingin terus mencoba berusaha dengan sebuah harapan bahwa dengan berjalannya waktu pasti semuanya akan menjadi lebih baik. Artinya bahwa partisipan S.U, E.H setelah mendapatkan pendampingan ada perubahan dari partisipan ingin terus berusaha mencoba dalam meraih cita-citanya menjadi seorang hamba Tuhan serta memiliki motivasi yang benar untuk pelayanannya. Terlihat dari pernyataan partisipan bahwa motivasi pelayanan atau komitmen partisipan S.U, E.H sudah kembali membaik. Jadi krisis panggilan yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung telah berubah menjadi komitmen pelayanan yang benar dan sudah seperti semula ingin menjadi pelayan Tuhan serta belajar belajar bertahan dalam mewujudkan panggilannya. Partisipan S.U dan E.H mengalami perubahan setelah diberikan pendampingan, Namun bagi mereka pendampingan yang diberikan masih belum efektif dan mengharapkan pendampingan konseling pastoral khusus sehingga partisipan cepat pulih dari dukacita yang di alami pada saat berdukacita. Sedangkan partisipan J.M setelah diberikan pendampingan, membuat partisipan berfikir untuk kembali ingin berhasil seperti temanteman yang sudah luluS.Uartisipan terus berusaha untuk bertahan dalam panggilannya sekalipun masih mengalami kesulitan dari dalam dirinya, tetapi partisipan menyatakan bahwa motivasi pastisipan J.M sudah kembali. partisipan memiliki rasa percaya bahwa dirinya pasti dimampuhkan oleh

251


Tuhan untuk melewati proses ini dan menjadi orang yang berhasil. Bagi partisipan menjadi sebuah anugerah ketika dijadikan alat Tuhan untuk melayaninya. Sehingga partisipan J.M berusaha berjuang untuk meraih citacita dan harapa dari ibu kandung yang sudah tiada. Dengan kata lain bahwa setelah partisipan diberikan pendampingan maka partisipan J.M memiliki semangat juang untuk bangkit mewujudkan panggilannya menjadi hamba Tuhan. Jadi krisis panggilan yang sempat di alami partisipan kini telah kembali menjadi Anugerah yang sungguh luar biasa. Namun partisipan tetap menyatakan bahwa pendampingan yang diberikan belum efektif dan partisipan J.M juga mengaharapkan adanya pendampingan konseling khusus yang diberikan untuk memulihkan keadaan krisis yang yang di alami pada waktu itu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa, pendampingan yang diberikan oleh dosen wali dan pimpinan asrama, mampu menolong ketiga partisipan untuk kembali bangkit dan terus pada panggilannya, Namun ketiga partisipan mengaharapkan pendampingan konseling khusus yang efektif untuk pemulihan dukacita yang mereka alami yang membawa mereka pada krisis panggilan.

252


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini, peneliti akan memberikan beberapa kesimpulan atas temuan dan hasil penelitian sebagai berikut: 5.1.1. Krisis yang di alami ketiga partisipan akibat kematian ibu kandung: Kematian ibu kandung merupakan masalah yang serius bagi ketiga partisipan dalam menjalani panggilannya sebagai seorang Hamba Tuhan. Hal tersebut ditandai dengan munculnya berbagai krisis yang berkepanjangan dan berdampak pada keinginan untuk meninggalkan panggilan. Adapun Krisis yang dialami oleh partisipan ialah: 1) Krisis rohani Adapun krisis rohani yang di alami ketiga partisipan sebagai berikut: Hubungan ketiga partisipan dengan Tuhan menjadi kacau. Akibat kemarahan dengan Tuhan, ketiga partisipan menjalani disiplin rohani secara rutinitas karena aturan asrama, tidak berdoa secara pribadi, tidak membaca Firman Tuhan secara pribadi

253


karena kecewa dengan Tuhan. Peristiwa ini berlangsung selama tujuh bulan bahkan ada partisipan yang mengalami sampai satu tahun. 2) Krisis emosi Kematian ibu kandung membuat ketiga partisipan mengalami krisis emosi seperti: Mengalami kekosongan, Ingin bunuh diri, Kesepian, merasa tidak berdaya, tidak menerima kenyataan, perasaan yang sangat kacau, mengalami gejolak emosi yang tidak stabil, perasaan hancur, kecewa dengan keadaan, putus asa, Iri, sering menangis, susah tidur, kuatir, cemas, bingung, Susah makan, Konsentrasi menurun, Halusinasi, Cuek, Cepat marah, frustasi, depresi. Semua partisipan mengalami hal tersebut di atas sekalipun dengan jangka waktu yang berbeda antara sutu dengan yang lain. 3) Krisis sosial Kematian ibu kandung membuat partisipan mengalami krisis sosial yang di tandai dengan sikap partisipan yang merasa ditinggalkan semua pihak, menarik diri dari lingkungan teman-teman, tidak suka keramaian, tidak suka bergurau, minder, lebih suka

254


menyendiri di kamar, cuek dengan lingkungan dan orangorang di sekelilingnya, dan lebih banyak diam. 4) Krisis panggilan Akibat kematian ibu kandung membuat ketiga partisipan ingin mundur dari proses panggilan menjadi hamba Tuhan. Hal ini di tandai dengan sikap partisipan yang sangat marah kepada Tuhan dan mempersalahkan Tuhan. Ketiga partisipan tidak memiliki semangat untuk menjalani

panggilan

bahkan

mereka

kehilangan

pengharapan untuk masa depannya. Semua kegiatan di asrama dijalani sebagai rutinitas. 5.1.2. Pendampingan konseling pastoral yang diberikan kepada ketiga partisipan adalah: 1) Pendampingan konseling pastoral yang diberikan terhadap krisis rohani Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ketiga partisipan mengalami pendampingan terhadap aspek rohani, partisipan S.U didoakan oleh bapak asrama, waket tiga

dan

teman-teman,

partisipan

E.H

diberikan

pendampingan seperti didoakan dan di ajak untuk melakukan kegiatan rohani sedangkan J.M diberikan pendampingan seperti didoakan.

255


2) Pendampingan konseling pastoral yang diberikan terhadap krisis emosi Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ketiga partisipan mengalami pendampingan terhadap aspek emosi, partisipan S.U didoakan dinasehati, diberikan semangat, partisipan E.H diberikan pendampingan seperti didoakan dan di ajak untuk berbicara, sedangkan J.M diberikan pendampingan seperti didoakan dan dihibur oleh teman-teman di asrama. 3) Pendampingan

Konseling

Pastoral

Yang

Diberikan

Terhadap Krisis Sosial Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ketiga partisipan mengalami pendampingan terhadap aspek Sosial, partisipan S.U didoakan diberikan semangat, partisipan E.H diberikan pendampingan seperti didoakan dan di ajak untuk berbicara, sedangkan J.M diberikan pendampingan seperti didoakan, dimotivasi dan dihibur oleh teman-teman di asrama serta melibatkan teman kampus untuk aktif mengajak partisipan berkomunikasi, 4) Pendampingan konseling pastoral yang diberikan terhadap krisis panggilan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ketiga partisipan mengalami pendampingan terhadap krisis

256


panggilan, partisipan S.U pimpinan Asrama memberikan pencerahan atau pengarahan untuk tetap fokus pada panggilan dan masa depan yang ceria yang harus diraih. Selain dukungan dari bapak-ibu Asrama, ketiha partisipan juga di motivasi oleh keluarga dan dosen-dosen dengan cara mendoakan. 5.1.3. Hasil pendampingan konseling pastoral terhadap mahasiswa yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung adalah: 1) Hasil pendampingan konseling pastoral terhadap krisis rohani: Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ketiga partisipan mengalami pendampingan pastoral konseling walaupun pelaksanaan pendampingan belum berjalan secara efektif. Melalui pendampingan yang diberikan kepada ketiga partisipan dapat mengalami perubahan dalam aspek kehidupan rohani. Partisipan S.U mampu memaknai kematian ibu kandung sebagai rencana dan kehendak Tuhan yang tidak bisa dihindari oleh setiap orang. Setelah didoakan perlahan-lahan mulai menerima kenyataan dan merasa lega. Partisipan E.H perlahan-lahan mulai bisa menerima kenyataan dan belajar berdoa dan puasa kembali. Sedangkan Partisipan J.M merasa lebih dikuat untuk terus berusaha dan

257


berjuang dan perlahan-lahan mengerti bahwa Tuhan itu sudah mengatur yang terbaik. Kemudian partisipan mulai kembali dapat berdoa secara pribadi. Jadi, ketiga partisipan perlahan dapat mengatasi krisisi panggilannya setelah mendapatkan pendampingan dari pimpinan asrama, waket tiga bidang kemahasiswaan, dan dosen wali. 2). Hasil pendampingan konseling pastoral terhadap krisis emosi Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ketiga partisipan mengalami perubahan dalam aspek Emosi setelah mendapkan pendampingan pastoral. Ketiga partisipan dapat mengalami kelegaan dan tidak lagi dikuasi perasaan marah dengan Tuhan dan perasaan emosi negatif lainnya. Hal ini ditandai dengan keinginan untuk melanjutkan panggilan dan kembali membangun persekutuan yang sungguh-sungguh dengan Tuhan. 3). Hasil pendampingan konseling pastoral terhadap krisis sosial Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ketiga partisipan mengalami perubahan dalam aspek hubungan sosial. Melalui pendampingan yang diberikan kepada ketiga partisipan, maka

mereka

kembali

mulai

membangun

hubungan komunikasi yang baik dengan teman-teman di Asrama dan orang-orang yang ada disekitarnya.

258


4). Hasil pendampingan konseling pastoral terhadap krisis Panggilan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ketiga partisipan mengalami perubahan dalam aspek panggilan. Setelah ketiga partisipan mendapatkan pendampingan pastoral maka ketiganya kembali memiliki motivasi yang baik seperti semula yaitu ingin menjadi pelayan Tuhan sekalipun masih tetap berat buat partisipan untuk menerima kenyataan. Ketiga partisipan memiliki semangat untuk menjalani panggilannya dan kembali ke motivasi semula untyuk menjadi seorang hamba Tuhan. Berdasarkan pemaparan kesimpulan di atas maka dapat diketahui bahwa krisis panggilan yang di alami mahasiswa STT Efata Salatiga akibat kematian ibu kandung, merupakan peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Jika tidak diberikan pendampingan yang intensif, maka mahasiswa tersebut akan berlarut-larut dalam keadaan krisis yang berkepanjangan, bahkan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang salah dalam panggilannya menjadi hamba Tuhan. Ketiga partisipan memerlukan pendampingan konseling pastoral. Fungsi pendampingan konseling pastoral untuk menolong setiap partisipan melewati masa krisis dan kembali pada kehidupan yang normal. Oleh sebab itu dibutuhkan perhatian yang serius dari pimpinan STT

259


Efata dan khususnya pimpinan asrama, dosen wali untuk melakukan pendampingan konseling pastoral secara intensif dalam menolong mahasiswa mengatasi krisis-krisis yang dialami akibat kematian ibu kandung. 5.2. Saran Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 5.2.1. Secara Teoritis Berdasarkan hasil penelitian terhadap ketiga partisipan yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung di STT Efata Salatiga, maka peneliti memberi saran terhadap STT Efata agar mengarahkan segenap dosen untuk melaksanakan presedur pendampingan konseling pastoral yang benar sesuai kebutuhan yang mampu menolong mahasiswa yang sedang berdukacita dan memperlengkapi perpustakaan melalui menambah buku-buku konseling krisis yang mencakup krisis rohani, krisis emosi, krisis sosial yang dapat berdampak pada krisis panggilan. 5.2.2. Saran Praktis Mengingat betapa pentingnya pelayanan pendampingan konseling pastoral terhadap mahasiswa yang mengalami krisis panggilan khususnya akibat kematian ibu kandung di STT Efata

260


Salatiga, maka peneliti menyarankan beberapa hal kepada praktis untuk dilakukan oleh Lembaga STT Efata Salatiga sebagai berikut: 1) Kepada Lembaga STT Efata agar melakukan ibadah penghiburan

terhadap

mahasiswa

yang

berduka

khususnya yang mengalami dukacita keluarga inti. 2) Kepada para dosen wali agar melakukan perwalian yang efektif

terhadap

mahasiswa

dan

memberikan

pendampingan konseling pastoral khususnya terhadap mahasiswa yang mengalami krisis akibat kematian ibu kandung. 3) Kepada pimpinan asrama agar dapat melakukan pelayanan Pastoral Konseling secara intensif terhadap mahasiswa khusus terhadap mahasiswa yang mengalami krisis panggilan akibat kematian ibu kandung. 4) Kepada Para Dosen Program Pasca Sarjana konseling pastoral agar memperlengkapi mahasiswa dengan keterampilan konseling

dalam

pastoral

melakukan terhadap

pendampingan

orang-orang

yang

mengalami krisis akibat kematian orangtua. 5.2.3. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini hanya berfokus pada Krisis Panggilan akibat kematian ibu kandung. Tentunya masih banyak hal-hal yang lain

261


dapat diteliti oleh peneliti selanjutnya tentang kasus – kasus yang dapat berdampak pada Krisis Panggilan seperti: Dukungan keluarga, Kehidupan berasrama, aturan tata kehidupan kampus, Strategi pelayan pastoral terhadap mahasiswa yang mengalami krisis serta topik lainnya yang berkaitan dengan krisis panggilan atau komitmen Panggilan.

262


DAFTAR PUSTAKA Alkitab: Lembaga Alkitab Indonesia Abineno, J.L. CH, Pelayanan Pastoral Kepada Orang Berduka, (Jakarta; BPK Gunung Mulia, 2015) Abu & Nur. Psikologi Perkembangan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) Al. Tridhonanto, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta: PT ELex Media Komputindo, 2014) Barclay, William. Pemahaman Alkitab Matius Pasal 11-28. (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1999) Beek, Aart Van Pendampingan Pastoral, (BPK Gunung Mulia: Jakarta,2007) BR Agung Prihartana, MSF, Pendidikan Iman Anak Dalam Keluarga kawin Campur Beda Agama, (Yogyakarta: Kanesius, 2008) Bungin, Burhan Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta: Kencana, 2005) Clinebell, Howard, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002) Collins, Gary R. Konseling Krisis Yang Efektif, (Malang; Seminari Alkitab Asia Tenggara) Creath, Davis, Mengatasi Krisis Kehidupan, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 1995) Creswell, Jhon W, Research Design Pendekatan Kualitatif dan Mixed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002). Depertemen pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) Djajanegara, Soenarjati, Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000) 263


Engel, J.D. Pastoral dan kebutuhan dasar konseling, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016) Hidayat, Komarudin, Psikologi Kematian, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2006) Ismail. Andar Mulai dari musa dan segala Nabi; Beginning WithMosesAnd All TheProphets, (BPK; Jakarta Gunung Mulia, 2003) James, King, Langkah-langkah Menuju Urapan, (Lux Verbi. BM, 2008) Krisetya, Mesach, Teologi Pastoral, (Semarang: Panji Graha, 1998) Lismidyati, Wiwin Respon Dan Coping Ibu Primipara Dan Nullipara Yang Mengalami Hesterktomi Studi Grounded Theory, Tesis, (Jakarta: Universitas Indonesia,2009) Moelong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (PT. Remaja Rosdakarya Mundakir, Dampak Psikososial Bencana Lumpur Lapindo, (Jakarta: Fik Ui, 2009) Ni’ Matuzahroh, Aplikasi Psikologi Di Sekolah: Teori dan praktik dalam memahami masalah-masalah Di Sekolah, (Malang: Umm Pres, 2019) Norman K. Dinzen dan Y vonna S. Lincoln Handbook OfQualitatif Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) Nurhidayati, Jurnal Psikologi: Volume 10 Nomor 1, Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Jakarta: Universitas Gunadarma, 2014) Olla, Jurnal Dipanggil menjadi Saksi Kasih, (Bengkulu :2013) Purwandari, Kristin, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta: Lembaga Pengembangan sarana pengukuran dan psikoligi (LPSP), Fakultas Psikologi UL, (2007), Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT. Grasindo, tt) Rosin, H, Tafsiran Alkitab Kitab Keluaran Pasal 1-15:21, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2000)

264


Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Citapustaka Media, Cetakan ketiga, 2010) Sarwono, Jonathan, Analisis Data Penelitian dengan Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Ofset, 2006) Siswanto, Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan Dan Perkembangannya (Yogyakarta: ANDI, 2007) Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011) Susabda, Yakub, Pelayanan Konseling Melalui Telepon, Seri Gangguan Emosi (Yogyakarta: Andi Ofset, 2007) Sutanto, Hasan, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan konkordansi perjanjian Baru (PBIK) Jilid II, (Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, 2003) Suzanna, Jurnal Ilmu Kesehatan, Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi, Volume 3, (Palembang: 2018) Tafsiran Alkitab Wicliffe Volume 1, (Malang: Gandum Mas, 2004), hal. 896-897. Tafsiran Alkitab Wicliffe Volume 2, Ayub-Maleakhi, (Malang: Gandum Mas, 2004), hal. 705. Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indnesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta; Gramedia, 2008) TPN, Menuju Profesionalisme, (Jakarta; Pusat Pastoral, 2010) Triningtyas, Diana Ariswanti, Sex Education, (Penertbit: CV. Ae Media Grafika, 2015) Udoyono, Bambang, Membangun Keluarga Bahagia Dengan Iman, Cinta Dan Wacana, (PT. Elex Media Komputindo, 2019) Wiersbe, Warren W., Hidup Bersama Firman: Pasal Demi Pasal Seluruh Alkitab, (Yayasan Gloria: Yogyakarta, 2014) Widyapranawa, Kitab Yesaya Pasal 1-39, (Jakatra; PT BPK Gunung Mulia, 2003)

265


Widyarini, M.M Nilam, Relasi Orangtua & Anak, Seri Psikologi Populer (Elex Media Komputindo, 2013) Wiryasaputra, Totok S. Uengantar Konseling Pastoral, (Yogyakata Diandra Pustaka Indonesia, 2014) Wright, H. Norman, Konseling Krisis; Membantu Orang Dalam Krisis Dan Stres, (Malang: Gandum Mas, 2006) Internet https://www.sarapanpagi.org/member4.html di unduh pada hari senin, tanggal 2 November 2020. Pukul. 12.00 di Paud Efata. https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=panggilan di unduh pada hari senin, tanggal 2 November 2020. Pukul. 12.15 di Paud Efata. White Jr, Lynn, The Historical Of Or Ecological Crisis, pada www.zbiee/iwhite (diakses) pada hari kamis 1 Oktober 2020 Pkl.15.26 Townsend,

Jurnal

Poltekkes,

Volume

9,

Nomor

1,

(Kendari:

2017)

https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP, di unduh pada hari rabu 21 Juli 2021, Pukul. 23:39 The

Journal

of

Neuroscience,

The

Asian

parent

Vol.36

Issue

4,

https://id.theasianparent.com/27Januari2016/category/hidrasi keluarga?_gl=1*kufv83*_ga di unduh pada hari senin, 19 Juli 2021 pukul, 23.18 di Rekesan. http://yonatan-wijayanto.co.id/2012/02/Berbahagialah-orang-yangberdukacita.html, diakses pada hari sabtu, 04 Desember 2020 pukul 07.45 W.I.B. Sahit. Rahardjo, Https: // www: Konsistensi Com, (diaksestanggal 1-1-2020)

266


Tabel 1 Hasil Wawancara Semi Terstruktur Tentang Perasaan yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung Kode W1P1

Pertanyaan Jawaban Kapan ibu anda Sabtu, 21 September 2019 meninggal

W1P2

Bagaimana perasaan anda ketika ibu kandung anda meninggal? Apakah anda kesedihan karena kematian ibu kandung? Berapa lama anda sedih karena ibu anda meninggal? Apa saja dampak yang anda alami saat kematian ibu kandung? Bagaimana anda mengatasi kesedihan anda pada saat itu?

W1P3

W1P4

W1P5

W1P6

Tentu sangat sedih kak, dan tidak percaya apalagi meninggal secara tiba-tiba. Wah Sedih sekali kak, karena kematiannya mendadak sekali. Apalagi saya dekat dengan ibu kandung aku kak. Bersedih itu diawal-awal kematian mama saya, hampir stengah tahun, setelah itu tidak terlalu lagi Tidak mau makan, tidak mau diganggu orang lain, rasanya sedih terus pada saat itu. Pertama-tama saya bingung kak, bahkan rasanya tidak mau bergabung dengan teman-teman ya gimana gitu kak pokoknya belum bisa awal-awal itu kak. Kemudian saya mencoba bergabung dengan teman-teman supaya tidak terlalu sedih kak.

Tabel 2 Wawancara semi Terstruktur Tentang Krisis Yang Di Alami Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Krisis

Kode W1P1

Pertanyaan Bagaimana hubungan anda dengan Tuhan sebelum kematian ibu kandung?

W1P2

Setelah kematian ibu anda, bagaimana hubungan anda dengan Tuhan?

W1P3

Bagaimana Perasaan anda terhadap Tuhan setelah kematian ibu kandung anda? Berapa lama anda tidak bersekutu dengan Tuhan?

Krisis Rohani

W1P4

267

Jawaban Ya bisa dikatakan baiklah kak, saya rutin bersekutu pribadi dengan Tuhan seperti berdoa dan membaca Firman Tuhan. Ya bisa di bilang kacau balau kak, malas pokoknya. Ketika saya mengikuti ibadah saya tidak bisa konsentrasi berdoa, mendengar Firman Tuhan. saya juga tidak rutin lagi membaca Firman Tuhan dan berdoa secara pribadi. Wah, sangat marah kak, jengkel, karena mengambil orang yang sayang sama saya, Waktu itu Saya tidak bisa bersekutu sekitar enam bulan. saya masih ikut


Krisis Emosi

W1P5

W1P6

W1P7 W1P8

W1P9

Krisis Sosial

W1P10

Apakah anda merasa cemas dan putus asa karena kematian ibu kandung anda telah meninggal? Kapan anda benar-benar merasa kehilangan?

biston, ya karena aturan. Jujur saya masih kecewa dan mempertanya kan kepada Tuhan kenapa secepat itu Tuhan memanggil mama saya. Iya pasti cemas kak karena tidak ada harapan lagi.

Saya benar-benar merasakan kehilangan ketika mama saya sudah tidak ada lagi bahkan sampai saat sekarang ini. Bagaimana perasaan anda Kalau di pikir-pikir sih kak, ya tidak menyandang status piatu? nyaman kak, terus sakit juga rasanya, karena ada yang sudah berkurang. Perasaan apa yang Kuatir, cemas, putus asa, tidak menguasai hati anda setelah berdaya, marah, iri, sedih rasanya, kematian ibu kandung bingung pernah berpikir mengapa Tuhan tidak adil begitu, orang yang saya andalkan di dunia ini kok Tuhan panggil begitu cepat. Padahal masih banyak lagi yang mau saya ceritakan kepada mama saya. Apa yang membuat anda Karena orang yang selama ini kuatir, cemas, putus asa, mendukung saya sudah meninggal. tidak berdaya, marah, iri, Saya betul-betul merasa kehilangan. bingung. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi. Berapa lama perasaan anda Ya cukup lama sih, beberapa minggu di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung? Saat Mana anda benar-benar Pada saat itu, mama saya meninggal merasa di tinggalkan semua hari sabtu malam, paginya minggu dan pihak? minggu itu saya memutuskan untuk ikut ibadah pagi, seketika ibadah selesai dan mau memasuki ibadah ke 2 saya disuruh pulang, karena masih bersedih, pada saat itu terus mengeluarkan air mata, saya masih ingat yang menyuruh saya pulang pada saat itu Ibu Adis, dan teman-teman seangkatan dgn saya, pada saat disepanjang perjalan pulang saya sendirian di asrama karena teman-teman belum pulang, dan begitupula pada saat diasrama suasana sunyi seakan saya sendiri yang mengalami musibah ini, disitu 268


W1P11

Berapa Banyak Pihak yang mendukung anda pada saat berdukacita?

W1P12

Setelah ibu anda meninggal, bagaimana hubungan anda dengan keluarga?

W1P13

Setelah kematian ibu kandung anda, bagaimana hubungan anda dengan teman-teman asrama? Selain dukungan dari keluarga, apakah ada dukungan orang lain terhadap panggilan anda? Seberapa dekat hubungan anda dengan ibu kandung selama menjalani studi di stefa?

W1P14

W1P15 Krisis Panggil an

W1P16

W1P17

W1P18

terlintas dipikiran saya bahwa saya ditinggalkan seorang diri Teman-teman, bapak ibu asrama ada dosen juga di dalam kampus kak cuma itu tadi, ya dihibur kan rame-rame tapi bukan konseling sih kak, Ya walaupun baik sih kak, hanya tetap berbeda sekali dengan sebelumnya waktu masih ada mama saya. Ya itu, kadang saya memilih menyendiri artinya saya lebih menarik diri dari lingkungan teman-teman kak

Yang pasti keluarga lainnya masih tetap mendukung sih kak tapi gimana ya sekedar mendukung beda dengan mama. Tentunya sangat dekat biasanya tiap malam kami telponan, bercerita mengenai kehidupan di stefa dan lain sebagainya. karena saya paling dekat dengan mama saya, selama dikampung pun kalo dihitung anak mama saya yang paling dekat hanya saya. Dukungan yang seperti apa Semangat, motivasi, doa, dan materi. yang diberikan ibu anda selama di stefa? Apa makna panggilan bagi Sebelum mama saya dipanggil oleh diri anda sendiri sebelum Tuhan mungkin saya merasa bahwa anda meninggal? panggilan ini sungguh mulia. Apa makna panggilan bagi setelah saya kehilangan mama saya, setelah kematian ibu anda saya merasa bahwa ini sepertinya bukan panggilan Tuhan untuk saya, dengan Tuhan menguji saya melalui mama saya yang Tuhan panggil, apakah saya menerima, apakah saya lari dari panggilan di stefa ini dengan kematian mama saya. Apakah anda marah dengan Waktu itu saya marah sekali kepada Tuhan ketika ibu kandung Tuhan, kenapa Tuhan memanggil anda meninggal lalu anda mama saya begitu cepat, saya masih ingin meninggalkan butuh kasih sayang, butuh doa dari panggilan anda? seorang ibu seperti orang lain yang masih mendapatkan itu. Memang saya

269


W1P19

W1P20

Bagaimana Motivasi anda untuk melayani Tuhan sebelum dan sesudah ibu anda meninggal? Apakah anda pernah berpikir untuk meninggalkan panggilan pelayanan? Jika ya, alasannya apa?

ingin pulang saja tidak lanjut kuliah lagi. Jujur saja ya kak, komitmen saya waktu itu berubah, dulunya semangat tapi setelah ibu saya meninggalkan saya, saya ingin tidak lanjut lagi. Iya, Saya ingin meninggalkan panggilan saya. Alasan saya supaya terus sama-sama dengan saurada saya dan papa saya.

Tabel 3 wawancara Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Pendampingan Konseling Kode Pertanyaan Pastoral Krisis W1P1 Apakah anda pernah di konseling oleh dosen wali dan bapak-ibu asrama? W1P2 Apakah anda pernah di konseling oleh bapak-ibu asrama? W1P3 Pendampingan seperti apa yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama?

Krisis Panggilan

Jawaban Dosen wali waktu itu sih ada tetapi belum konseling kak, tetapi saya istilahnya, karena saya didoakan, dinasehati, ya begitu sih kak. Belum kak. Tapi didoakan

Kalo di bilang pendampingan dari dosen wali belum ya kak. Bapak dan asrama juga belum tetapi penguatan yang saya terima dari bapak asrama saat itu adalah, bahwasanya hidup ini hanya sementara, cepat atau lambat, tua atau muda, kaya atau miskin pasti mengalami yang namanya kematian, Saya kira belum ya kak Namanya juga kak kehilangan pasti tidak gampang dan butuh waktu yang lama.

W1P4 Apakah pendampingan yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama sudah efektif? W1P5 Pendampingan Bapak asrama memberi pengarahan, konseling Pastoral pencerahan bagi saya bagaimana saya bagimana yang diingatkan bahwa masalah boleh ada, pergumulan boleh ada tetapi saya harus

270


Krisis Emosi

Krisis Sosial

Krisis Rohani

menguatkan panggilan anda. W1P6 Pendampingan seperti apa yang anda dapatkan untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? W1P7 Bagaimana pendampingan yang anda dapatkan untuk mengatasi krisis Sosial yang anda alami? W1P8 Bagaimana proses konseling pastoral yang dilakukan oleh dosen wali untuk pemulihan rohani Anda?

melihat bahwa ada masa depan yang cerah yang harus saya kejar. Awalnya hampa sekali, setelah saya di doakan sedikit lega kak.

Waktu itu beberapa waktu kemudian, saya ingat kembali waktu saya di doakan dan di dalam doa bapak asrama bilang ajar kami melihat sekeliling kami bahwa ada yang mengalami hal yang sama tapi Tuhan tolong. Itu sih kak. Akhirnya saya belajar untuk bergabung dengan temanteman, Waktu itu memang ada dosen wali kak, tapi aku belum pernah di lakukan konseling tapi ketika mama saya dipanggil oleh Tuhan, tetapi saya di doakan oleh bapak asrama, pak yefta, dosen lain, dan teman-teman semuanya, dan di situ saya merasa bahwa Tuhan masih menghasihi saya memberikan saya orang-orang yang terus mengajar saya dekat dengan Tuhan dalam keadaan apa pun

Tabel 4 Hasil Pendampingan Konseling pastoral Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Hasil Pendampingan Kode Pertanyaan Konseling Pastoral Krisis Rohani W1P1 Bagaimana Pendampingan pastoral konseling membantu andapada akhirnya dapat memaknai kematian ibu kandung sebagai kehendak Tuhan?

271

Jawaban

Waktu saya dinasehati oleh bapak-ibu asrama, waket 3 kemahasiswaan, temanteman, bawasanya kematian itu adalah sudah menjadi kehendak Tuhan yang tidak bisa kita hindari, bahwa kematian itu adalah hal yang pasti, cepat atau lambat. Karena Tuhan yang mengaturnya.


Hasil Pendampingan Krisis Emosi

Hasil Pendampingan Krisis Sosial

Hasil Pendampingan Krisis Panggilan

W1P2 Bagaimana Hubungan Andadengan Tuhan Setelah di dampingi? W1P3 Apa yang anda rasakan setelah di lakukan pendampingan pastoral konseling? W1P4 Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu anda bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? W1P5 Bagaimana hubungan andadengan temanteman asrama, keluarga, teman kamar andasetelah mendapatkan pendampingan? W1P6 Bagaimana Pendampingan pastoral dapat menolong anda sampai anda merasa tidak di tinggalkan semua pihak? W1P7 Bagaimana motivasi anda untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan pastoral?

Ya saya mulai perlahan-lahan bisa menerima kenyataan kak dan saya belajar berkomitmen sendiri berdoa dan puasa kak.

Yang pasti rasa Lega kak, membuat saya untuk berfikir bangkit lagi, bahwa masih ada orang yang mengasihi saya, perduli kepada saya selain keluarga inti saya Awalnya hampa sekali, setelah saya di doakan sedikit lega kak.

Sejak saya menerima kenyataan ibu saya meninggal kak, saya sudah mulai bergabung dengan teman-teman tapi tetap saja saya masih minder. Kalau keluarga biasa saja kak.

Iya kak, saya pun merasa semuanya sangat diluar dugaan saya, saya pernah berpikir, apa iya kalo saya ditinggalkan ibu saya waktu itu, posisi saya bukan distefa, karena banyak orang yang bersimpati kepada saya, teman-teman kampus, dan bahkan temanteman mengucapkan bela sungkawa melalui sosial media. Kalau motivasi saya sudah kembali kepada semula kak, saya ingin menjadi pelayan Tuhan, sekalipun mungkin masih tetap berat buat saya kennyataan ini, tapi saya akan mencoba terus berusaha dengan berjalannya waktu kak.

Tabel 5 Partisipan 1 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 1 Kode

Pertanyaan

Jawaban

272


W1P1 W1P2 W1P3

W1P4

W1P5

W1P6

W1P7

W1P8 W1P9

W1P10

W1P11

W1P12 W1P13 W1P14

W1P15

W1P16

Kapan S.U Kehilangan ibu kandung? Kalau tidak salah tahun 2018 atau 2019 ya udah lupa bapak. Berapa lama S.U sedih karena Ya beberapa minggu kematian ibu kandungnya? Apakah S. U sedih karena kematian Kalau S.U ini lebih kuat sih, mungkin ibu kandungnya? karena laki-laki ya, gejala tunggu ya paling banyak diam, suka menyendiri, konsentarinya berkurang. Berdasarkan Pengamatan bapak Itu lebih banyak menyendiri dan tertutup Perilaku apa saja yang berubah saat S.U kehilangan ibu? Apakah ada dampak yang timbul? Ya mungkin masalahnya itu tadi, agak malas ya, konsentrasi belajarnya menurun. Setelah kematian ibu S.U Nah itu saya tidak terlalu paham ya, tapi bagaimana hubungannya dengan beberapa saat teman kamarnya bilang dia Tuhan? beberapa kali tidak ikut doa-doa malam yang ada. Pasca Kematian ibu kandung S.U Ya pasti marah, karena waktu bapak apakah S.U marah kepada Tuhan? datang mendoakan dia, dia bilang ke bapak Tuhan itu tidak adil ya pak. Berapa lama S.U tidak ingin dia sih tidak lama beberapa saat saja bersekutu dengan Tuhan. Apakah Reaksi S.U saat melihat Wah saya tidak terlalu paham ya soal itu, teman-temannya berkomunikasi dengan ibu kandungnya? Berapa lama S.U di kuasai Wah tidak tahu kehampaan setelah kematian ibu kandung? Pihak-pihak mana saja yang Biasanya kalau ada yang berduka temanmendukung S.U pada saat teman datang menghibur dia, bapak dan berdukacita? ibu asrama juga kalau ada dosen lain yang tahu pasti datang ke tempatnya untuk mendoakan dia. Apakah S.U pernah merasa di Tidak tahu tinggalkan oleh semua pihak? Bagaimana hubungan S.U dengan Sejauh yang diceritakan ke bapak ya baik. keluarga? Bagaimana hubungan S.U dengan Ya baik juga tapi katanya teman kamarnya, teman kuliah, dan juga teman teman kuliahnya setelah kehilangan ibu kamar? kandungnya dianya menjaga jarak. Seberapa dekat hubunganmu S.U dekat sekali karena waktu bapak masih dengan ibunya selama S.U di stefa? dikalimantan bapak lihat selalu pergi samasama mamanya ke ladang. Apakah bapak melihat S.U marah Ya marah, dia yang bilang Tuhan itu tidak dengan Tuhan ketika ibu adil, orang yang mendukung saya untuk 273


W1P17

W1P18

W1P19

W1P20

W1P21

W1P22

kandungnya meninggal kemudian kuliah di stefa malah dipanggil cepat, tapi S.U mau meninggalkan soal mau meninggalkan panggilanNya saya panggilanNya? hanya pernah mendengar sekali bahwa ia mau pulang sih. Apakah bapak tahu alasannya S.U Ya katanya sih teman-temannya kalau ia mau meninggalkan PanggilanNya? mau menemani bapaknya kasian bapaknya. Apakah bapak pernah memberikan Ya kita dampingi. Kita doakan dan S.U Pendampingan Pastoral hiburkan. Konseling Pendampingan seperti apa yang Jadi gini, kalau pendampingan khusus kita Bapak Berikan kepada S.U? gk ya, gk seperti itu cuman, kita tau kalau mereka sedang berduka kita perlu memberikan dukungan moril untuk mereka, di doakan mereka hibur mereka, Hari-hari dia berkabung dari sejak dia tahu ibunya meninggal sampai di makamkan. jadi kita berikan dukungan moril urntuk dia, nah kalau misalnya dalam perkembangan selanjutnya dan dia masih sedih atau dia masih susah, dan selagi mereka juga, maksudnya gini…. Mereka juga terbuka untuk datang bicara dengan kita, atau kita dapat informasi bahwa yang ini belum move on begitu ya sudah kita akan berikan dukungan tapi kalau pendampingnya harus seperti konseling seperti itu. Disini selama ini jarang ya, jarang dalam arti bahwa duduk panggil ngobrol sendiri jarang kecuali, dia merasa itu terlalu berat dan dia perlu untuk konseling secara pribadi nah, kita akan layani untuk ajak ngobrol. Tapi kalau tidak datang ya berarti kan dia baik baik saja. Berarti selama ini baru Ya…. pendampingan kita kuatkan dan pendampingan sesuai kebutuhan ya motivasi. pak? Bagaimana proses konseling Ya itu kita doakan supaya dia kuat melewati pastoral yang bapak lakukan untuk masa dukacitannya. Dan imannya kuat. pemulihan rohani S.U? Pendampingan seperti apa yang Biasanya kalau dia cewek kita suruh temanbapak berikan ke S.U untuk temannya menghibur dia, kalau laki-laki mengatasi perasaan dukacita karena saya datang sendiri untuk mendoakan dia. kematian ibu kandung?

274


W1P23 Bagaimana pendampingan yang bapak berikan mampu mengatasi krisis Sosial yang S.U alami? W1P24 Pendampingan Konseling Pastoral yang bagaimana yang membangkiitkan S.U kembali untuk tetap berada di stefa? W1P25 Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani S.U? W1P26 Bagaimana Hubungan S.U dengan Tuhan Setelah di dampingi? W1P27 Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu S.U bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? W1P28 Bagaimana hubungan S.U dengan teman-teman asrama, keluarga, teman kamar S.U setelah mendapatkan pendampingan? W1P29 Bagaimana motivasi S.U untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan?

kita beritahu bahwa teman-teman banyak yang mengalami, kalau mereka kuat anda pasti bisa. Ya kita berusa ingatkan motivasi awalnya, sudah berjuang apakah putus di tengah jalan? Saya berfikir melalui memberikan contoh ayat firman Tuhan kemudian didoakan supaya kuat Sejauh ini sudah baik. Saya yakin dengan kita doakan, kita hibur S.U dikuatkan dan teman-temannya memotivasi dia dan pasti dirinya juga berjuang untuk sukses ya. Sudah baik. Dengan keluarga juga setahu saya baik.

Saya lihat sih banyak kemajuan Ketika diberikan pelayanan dia lakukan. Saya yakin keadaan panggilannya sudah pulih.

Tabel 6 Partisipan 1 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 1 Kode W1P1

Pertanyaan Jawaban Kapan S.U Kehilangan ibu Kurang paham persisnya kapan kandung?

W1P2

Berapa lama S.U karena kematian kandungnya?

W1P3

W1P4

sedih Tentunya setiap orang yang mengalami kehilangan ibu pasti sedih, apalagi ibu kandung itu lebih dengan dengan seorang anak. Berapa lamanya sih kurang tahu persis karena saya tidak di asrama ya Dampak apa saja yang Kalau di kelas ya itu pandangannya kosong, timbul dari S. U? konsentrasinya menurun. Kuat sih, mungkin karena laki-laki ya, gejala tunggu ya paling banyak diam, suka menyendiri, konsentarinya berkurang. Berdasarkan Pengamatan Moodnya berubah, kurang tanggap maksud bapak Perilaku apa saja yang penyampaian dan seperti informasi yang saya berubah saat S.U kehilangan dengar S.U Itu lebih banyak menyendiri ibu?

275


W1P5

Apakah S.U mengalami masalah?

Ya tentu salah satunya masalah belajar di kelas konsentrasinya berkurang, Pandangannya kosong.

W1P6

Setelah kematian ibu S.U bagaimana hubungannya dengan Tuhan? Pasca Kematian ibu kandung S.U apakah S.U marah kepada Tuhan?

Setelah kematian ibu kandungnya saya dengar S.U kecewa dengan Tuhan sampai tidak ingin lanjut kuliah lagi. Pasti marah karena hubungan dengan ibu kandung dengan anak sangat dekat. Ya pasti marah, karena waktu bapak datang mendoakan dia, dia bilang ke bapak Tuhan itu tidak adil ya pak. Saya kurang paham mbak.

W1P7

W1P8 W1P9

W1P10

W1P11

W1P12

W1P13 W1P14

W1P15

W1P16

W1P17

W1P18

Berapa lama S.U tidak ingin bersekutu dengan Tuhan. Apakah Reaksi S.U saat melihat teman-temannya berkomunikasi dengan ibu kandungnya? Berapa lama S.U di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung? Pihak-pihak mana saja yang mendukung S.U pada saat berdukacita? Apakah S.U pernah merasa di tinggalkan oleh semua pihak? Bagaimana hubungan S.U dengan keluarga? Bagaimana hubungan S.U dengan teman kuliah, dan juga teman kamar? Seberapa dekat hubunganmu S.U dengan ibunya selama S.U di stefa? Apakah bapak melihat S.U marah dengan Tuhan ketika ibu kandungnya meninggal kemudian S.U mau meninggalkan panggilanNya? Apakah bapak tahu alasannya S.U mau meninggalkan PanggilanNya? Apakah bapak pernah memberikan S.U

276

Wah saya tidak terlalu tahu ya soal itu.

Wah saya tidak tahu

Setahu saya teman-temannya, bapak dan ibu asrama serta keluarga si mbak. Wah kalau itu saya tidak tau ya.

Latar belakang keluarganya tidak tahu Sebelum kehilangan ibu kandung baik. Tapi kata teman kamarnya, setelah kehilangan ibu kandungnya dianya seperti menjaga jarak. Setahu saya dekat ya.

Iya di kelas dianya berkata Tuhan itu tidak adil, dia kecewa dan waktu itu berkata ingin pulang saja.

Waktu itu ketika saya tanya hanya mengatakan ya saya kecewa aja pak dengan Tuhan. Kalau saya belum pernah.


W1P19

W1P20

W1P21

W1P22

W1P23

W1P24

Pendampingan Pastoral Konseling Pendampingan seperti apa yang Bapak Berikan kepada S.U? Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani S.U? Pendampingan seperti apa yang bapak berikan ke S.U untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? Bagaimana pendampingan yang bapak berikan mampu mengatasi krisis Sosial yang S.U alami? Pendampingan Konseling Pastoral yang bagaimana yang membangkitkan S.U kembali untuk tetap berada di stefa? Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani S.U?

W1P25 Bagaimana Hubungan S.U dengan Tuhan Setelah didampingi? W1P26 Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu S.U bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? W1P27 Bagaimana hubungan S.U dengan teman-teman asrama, keluarga, teman kamar S.U setelah mendapatkan pendampingan? W1P28 Bagaimana motivasi S.U untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan?

277

Bukan pendampingan ya tapi waktu itu saya hanya WA mengucapkan turut berdukacita kemudian pas pertemuan di doakan Ya kalau pendampingan pastoral yang khusus belum saya lakukan.

Waktu itu saya hanya chat menyampaikan turut berdukacita di WA pada waktu itu sajakemudian pertemuan di kelas didoakan

Saya belum melakukan pendampingan khusus selain didoakan dan lewat chat waktu itu

saya pikir dengan kekuatan doa ya, karena temantemanya pun selalu mendoakan S.U di asrama Ketika sehingga S.U kuat

belum pendampingan pastoral konseling ya mbak selain didoakan dan chat waktu itu tetapi saya yakin S.U pun berjuang

Sejauh ini baik saya lihat, sekalipun saya belum memberikan pendampingan. Wah belum…

Yang saya lihat baik. Tetapi bukan karena di dampingi saya, mungkin pihak lain yang memberikan pendampingan.

Wah waktu itu sih marah kepada Tuhan dan bilang ingin pulang karena kecewa dengan Tuhan. Tentunya motivasinya berubah. Dan sekarang saya lihat sudah baik-baik saja.


Tabel 1 Hasil Wawancara Semi Terstruktur Tentang Perasaan yang di alami partisipan akibat kematian ibu kandung Kode W1P1 W1P2

W1P3

W1P4

W1P5

W1P6

Pertanyaan Kapan ibu anda meninggal Bagaimana perasaan anda ketika ibu kandung anda meninggal? Apakah anda mengalami kesedihan karena kematian ibu kandung? Berapa lama anda sedih karena ibu anda meninggal? Apa saja dampak yang anda alami saat kematian ibu kandung? Bagaimana anda mengatasi kesedihan anda pada saat itu?

Jawaban 23 Januari 2018 Secara manusia Tentu sangat sedih kak, dan tidak percaya apalagi bahkan saya sempat menyalahkan Tuhan Iya pasti sedih bangat kak.

Selama kurang lebih satu setengah tahun dan bahkan kesedihan saya sampai sekarang ini jikalau mengingat peristiwa itu Saya merasa frustasi dan juga khawatir tentang masa depan, pendiam dan bahkan merasa minder kepada teman-teman saya yang memiliki orang tua lengkap. Pertama-tama saya bingung kak, bahkan rasanya tidak mau bergabung dengan teman-teman. Ya gimana gitu kak pokoknya belum bisa awal-awal itu kak sulit bangat Pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan

Tabel 2 Hasil Wawancara Terstruktur Tentang Krisis Yang Di Alami Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Krisis

Kode W1P1

W1P2

Krisis Rohani

W1P3

W1P4

Pertanyaan Sebelum kematian ibu anda, bagaimana hubungan anda dengan Tuhan? Setelah kematian ibumu, bagaimana hubungan anda dengan Tuhan? Bagaimana Perasaan anda terhadap Tuhan setelah kematian ibu kandung anda? Berapa lama anda tidak bisa bersekutu dengan Tuhan?

278

Jawaban Hubungan saya dengan Tuhan baik

Hubungan saya dengan Tuhan tidak baik kak, jujur saja bisa dibilang sangat jauh saya dari Tuhan. Kalau di tanya perasaan saya kepada Tuhan waktu itu sangat marah, tidak menerima kenyataan itu. Sulit rasanya, bagaimana mau disiplin sedangkan saya sangat marah dengan Tuhan. Pasti malas bangat kak mau berdoa dan baca


Krisis Emosi

W1P5

W1P6

W1P7

W1P8

W1P9

W1P10

Krisis Sosial

W1P11

W1P12

W1P13

Apakah anda merasa cemas dan putus asa karena kematian ibu kandung anda telah meninggal? Kapan anda benar-benar merasa kehilangan?

Firman Tuhan kurang lebih tujuh setengah bulan saya beribadah tapi rasanya bertolakkan dengan kemarahan saya. Iya benar kak. saya cemas dan putus asa bangat karena tidak ada lagi yang saya harapkan orang seperti mama.

Setelah ibu saya meninggal disitu saya merasa kehilangan sampai sekarang rasa kehilangan itu masih terus ada. Bagaimana perasaan anda Gimana ya kak, lebih kepada perasaan menyandang status piatu? iri dengan teman-teman dan tidak nyamanlah kak apa-apa tidak bisa curhat lagi. Perasaan apa yang Merasa sedih dan marah pada Tuhan, menguasai anda setelah bingung, prostes pada Tuhan, kuatir kematian ibu kandung cemas, frustasi rasanya. Apa yang membuat anda Karena mama saya di ambil begitu cepat, sedih dan marah pada pada saat saya berjuang di sini. Padahal Tuhan, bingung, prostes orang yang mendukung saya itu adalah pada Tuhan, kuatir mama yang memebrikan kasih sayang. cemas, frustasi rasanya? Benar-benar saya tidak tahu lagi harus bagaimana. Berapa lama perasaan Wah, saya pikir lama kak. Kurang lebih anda di kuasai dua tahun. kehampaan setelah kematian ibu kandung? Saat mana anda benarYa pada saat tidak ada teman-teman benar merasa di yang di asrama karena ada ibadah di tinggalkan semua pihak? gereja. Dan teman-teman lagi kuliah. Berapa Banyak Pihak pihak yang mendukung di saat saya yang mendukung anda berdukacita baik pihak dari dosen teman pada saat berdukacita? asrama dan juga dari pikat argomas dan pikat kesambi dan juga orang tua sekolah minggu yang saya layani pada waktu itu, tetapi sekali lagi bukan pelayanan pendampingan konseling pastoral ya kak tetapi di doakan dan motivasi oleh orang yang ada di dalam kampus stefa Setelah ibu anda Baik. Tidak ada masalah hanya tetap meninggal, bagaimana saja berbeda dengan kalau mama saya hubungan anda dengan masih ada kak. keluarga? 279


W1P14

Setelah kematian ibu anda, bagaimana hubungan anda dengan teman-teman di asrama?

W1P15

Selain dukungan dari keluarga, apakah ada dukungan orang lain terhadap panggilan anda? Seberapa dekat hubungan anda dengan ibu kandung selama menjalani studi di stefa? Dukungan yang seperti apa yang diberikan ibumu selama di setafa? Apa makna panggilan bagi diri anda sendiri sebelum anda meninggal? Apa makna panggilan bagi setelah kematian ibu anda

W1P16 Krisis Panggilan W1P17

W1P18

W1P19

W1P20

W1P21

W1P22

Apakah anda marah dengan Tuhan ketika ibu kandungmu meninggal lalu andamau meninggalkan panggilanmu? Bagaimana Motivasi anda untuk melayani Tuhan sebelum dan sesudah ibu anda meninggal? Apakah anda pernah berpikir untuk meninggalkan panggilan pelayanan? Jika ya, alasannya apa?

Nah, itu kak kalau rame-rame gitu kan kadang saya memilih menyendiri, saya lebih banyak pendiam gk suka bergurau. Tidak seperti pada saat awalawal kak. Ya ada sih kak tapi gimana ya tidak akan sama dengan dukungan mama.

sangat dekat kami teleponan, bercerita mengenai perkuliahan saya, masalah saya curhat Mama itu tempat curhat saya. Memberi semangat dan memenuhi segala keperluan saya dengan memberi uang. Menurut saya makna panggilan adalah tugas mulia bangat. tetapi setelah mama saya di panggil. Panggilan itu berubah ingin terus pulang tidak perlu lanjut lagi karena kematian mama saya. Ya, saya marah bahkan berfikir untuk meninggalkan panggilan saya karna saya berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil mengambil seseorang yang saya sayangi di saat saya sudah memenuhi panggilanNya Setelah Tuhan panggil mama saya, saya merasa motivasi saya sudah tidak ada lagi, ingin lari saja. Ya, benar hampir saya sudah meninggalkan pelayanan karena saya merasa Tuhan itu tidak adil karna mengambil mama saya begitu cepat sekali.

Tabel 3 wawancara Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung

280


Pendampingan Konseling Pastoral Krisis

Kode

Pertanyaan

W1P1

Apakah anda pernah di konseling oleh dosen wali dan bapak-ibu asrama? Apakah anda pernah di konseling oleh bapakibu asrama? Pendampingan seperti apa yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama? Apakah pendampingan yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama sudah efektif? Pendampingan Konseling Pastoral yang bagaimana yang membangkiitkan anda kembali untuk tetap berada di stefa?

W1P2

W1P3

W1P4

Krisis Panggilan

W1P4

Krisis Emosi

W1P5

Krisis Sosial

W1P6

Krisis rohani

W1P7

Pendampingan seperti apa yang anda dapatkan untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? Bagaimana pendampingan yang anda dapatkan untuk mengatasi krisis Sosial yang anda alami?

Bagaimana proses konseling pastoral yang dilakukan oleh dosen wali untuk pemulihan rohani Anda? 281

Jawaban Saya sih, di doakan Saat ibu saya meninggal kak tetapi kalau konseling khusus ya belum ya kak. Belum sih

Memberikan motivasi dan mendoakan saya.

Belum sih kak. Kalau menurut saya belum efektif kak.

Ya tentang motivasi dari keluarga, dari dosen-dosen saat mendoakan saya bahwa panggilan dalam melayani Tuhan itu pekerjaan yang sangat mulia dan saya juga sadar saya harus mengejar citacita saya. Memang setelah saya di doakan saya merasa lega kak tetapi buat saya itu belum cukup. Saya di doakan dan dimotivasi sekali waktu itu.

Kalau ditanya pendampingan memang belum di lakukan yang secara khusus ya kak, tetapi saya yakin dengan kekutan dari Tuhan dan dukungan dari teman-teman selalu mengajak ngobrol makanya saya bisa perlahan-lahan bisa bergabung dengan teman-teman kembali seperti biasa. Memang bukan pendampingan pastoral konseling khusus ya kak tapi itu memberikan motivasi kepada saya, karena waktu itu melalui


ayat alkitab saya bisa perlahan bisa berdoa kak. Tabel 4 Hasil Pendampingan Konseling pastoral Partisipan Akibat Kematian Ibu Kandung Hasil Pendampingan Kode Konseling Pastoral Krisis rohani W1P1

W1P2

Hasil Pendampingan Krisis Emosi

W1P3

W1P4

Hasil Pendampingan Krisis Sosial

W1P5

W1P6

Pertanyaan

Bagaimana Pendampingan pastoral konseling membantu anda pada akhirnya dapat memaknai kematian ibu kandung sebagai kehendak Tuhan? Bagaimana Hubungan Anda dengan Tuhan Setelah di dampingi? Apa yang anda rasakan setelah di lakukan pendampingan pastoral konseling? Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu anda bisa pulih dari perasaanmu yang hampa karena dukacita? Bagaimana hubungan anda dengan temanteman asrama, keluarga, teman kamar anda setelah mendapatkan pendampingan? Bagaimana Pendampingan Pastoral dapat menolong anda sampai anda merasa tidak di tinggalkan semua pihak?

282

Jawaban

Iya waktu itu dosen wali saya dan bapak asrama meyakinkan saya bahwa setiap orang mengalami yang namanya kematian melalui nats alkitab.

Ya saya mulai perlahan-lahan bisa menerima kenyataan kak dan saya belajar berdoa dan puasa Di doakan maksudnya ya kak? Iya memang saat selesai di doakan waktu itu cukup lega rasanya tetapi hanya sekali Iya mereka memotivasi, saya memberi penghiburan dan menyemangati saya sebelum di doakan sehingga saya bisa tidak rasa hampa lagi kak.

Sejak saya menerima kenyataan ibu saya meninggal kak, saya sudah mulai bergabung dengan temanteman walaupun saya masih saja tetap minder tetapi tetap saya berusaha kak. Kalau hubungan saya dengan keluarga ya biasa kak. Teman-teman mendampingi saya, dan saya di ajak melakukan kegiatan rohani sehingga saya tidak pernah merasa sendiri


Hasil Pendampingan Krisis Panggilan

W1P7

Bagaimana motivasi anda untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan pastoral?

Kalau motivasi saya sudah kembali kepada semula kak, saya ingin menjadi pelayan Tuhan, sekalipun mungkin masih tetap berat buat saya kenyataan ini, tapi saya akan mencoba terus berusaha dengan berjalannya waktu kak.

Tabel 5 Partisipan 2 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 2 Kode W1P1

Pertanyaan Jawaban Kapan E.H Kehilangan ibu Kalau tidak salah tahun 2018 atau 2019 ya udah kandung lupa bapak.

W1P2

Berapa lama E.H sedih karena kematian ibu kandungnya? dampak apa saja yang di timbul saat E.H kehilangan ibu kandung?

W1P3

W1P4

W1P5 W1P6

Berdasarkan Pengamatan bapak Perilaku apa saja yang berubah saat E.H kehilangan ibu? Apakah E.H mengalami masalah? Setelah kematian ibu E.H bagaimana hubungannya dengan Tuhan?

W1P7

Pasca Kematian ibu kandung E.H apakah E.H marah kepada Tuhan? W1P8 Berapa lama E.H tidak ingin bersekutu dengan Tuhan. W1P9 Apakah Reaksi E.H saat melihat teman-temannya berkomunikasi dengan ibu kandungnya? W1P10 Berapa lama E.H di kuasai perasaan hampa setelah kematian ibu kandung? W1P11 Pihak-pihak mana saja yang mendukung E.H pada saat berdukacita?

283

Ya gk lama Ya karena mungkin laki-laki ya mereka bisa lebih sabar tetapi saya amati beberapa kali pendiam sekali, menarik diri dari temanteman Lebih ke pendiam dan sulit di atur waktu itu

Ya pasti beberapa waktu sulit di atur kemudian lebih keras. Ya memang ya, awalnya pasti sulit untuk ibadah, tapi kita maklumi karena baru berdukacita. Seperti beberapa kali tidak ikut ibadah. Ya marah, dia bilang ke bapak Tuhan itu tidak adil pak. Setahu saya tidak terlalu lama ya…. Wah bapak tidak tahu.

Ya beberapa saat.

Ya sama dengan S.U dan E.H Biasanya kalau ada yang berduka teman-teman datang menghibur dia, bapak dan ibu asrama juga kalau ada dosen lain yang tahu pasti datang ke tempatnya untuk mendoakan dia.


W1P12 Apakah E.H pernah merasa di tinggalkan oleh semua pihak? W1P13 Bagaimana hubungan E.H dengan keluarga? W1P14 Bagaimana hubungan E.H dengan teman kuliah, dan juga teman kamar? W1P15 Seberapa dekat hubungan E.H dengan ibunya selama E.H di stefa? W1P16 Apakah bapak melihat E.H marah dengan Tuhan ketika ibu kandungnya meninggal kemudian E.H mau meninggalkan panggilanNya? W1P17 Apakah bapak tahu alasannya E.H mau meninggalkan PanggilanNya? W1P18 Apakah bapak pernah memberikan E.H Pendampingan Pastoral Konseling W1P19 Pendampingan seperti apa yang Bapak Berikan kepada E.H?

W1P20

W1P21

W1P22

W1P23

Gk dengar sih Saya melihat baik Baik tapi katanya teman kamarnya sejak peristiwa itu E.H ini lebih banyak menyendiri. Dekat saya melihat dia sering telepon ibunya dan dia sendiri juga bilang kalau dia dekat dengan ibunya Iya dia marah, waktu itu sempat di ucapkan kalau dia kecewa dengan Tuhan. Dan berkata lebih baik pulang saja.

Ya katanya kalau ia mau bersama-sama andanya dan menemani bapaknya kasian bapaknya. Ya. kita doakan Kita hiburkan.

Jadi begini, untuk hal ini diperlakukan sama semua kepada mahasiswa. kalau pendampingan khusus kita gk ya disini selama ini jarang ya, jarang dalam arti bahwa duduk panggil ngobrol sendiri jarang kecuali, dia merasa itu terlalu berat dan dia perlu untuk konseling secara pribadi nah, kita akan layani untuk ajak ngobrol. Tapi kalau tidak datang ya berarti kan dia baik baik saja. Karena itu kita doakan dan hibur. Berarti selama ini baru Ya…. Pendampingan yang kita berikan kita pendampingan sesuai kebutuhan kuatkan kita doakan dan motivasi. ya pak? Bagaimana proses konseling Ya itu kita doakan dan hibur. pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani E.H? Pendampingan seperti apa yang Sembuh tidaknya kita tidak tahu ya, tetapi kita bapak berikan ke E.H untuk doakan waktu berdukacita biar bisa sabar. mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? Bagaimana pendampingan Biasanya teman-temannya saya beritahu pastoral yang bapak berikan untuk terus memperhatikan. Diajak mampu mengatasi krisis Sosial berkomunikasi yang E.H alami?

284


W1P24 Pendampingan Konseling Pastoral yang bagaimana yang membangkiitkan E.H kembali untuk tetap berada di stefa? W1P25 Bagaimana proses konseling pastoral yang bapak lakukan untuk pemulihan rohani E.H? W1P26 Bagaimana hubungan E.H dengan Tuhan Setelah di dampingi? W1P27 Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu E.H bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? W1P28 Bagaimana hubungan E.H dengan teman-teman asrama, keluarga, teman kamar E.H setelah mendapatkan pendampingan? W1P29 Bagaimana motivasi E.H untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan?

Tetap di motivasi

Pertama ya di doakan tentunya dia perlahanlahan di kuatkan imannya. Baik. Awalnya yang marah dengan Tuhan setelah didoakan jadi tenang. Selain di doakan tentunya dia juga mendapat dukungan dari teman-teman dan dia juga pasti berjuang.

Kembali baik seperti semula.

Saya lihat sih banyak kemajuan ketika diberikan pelayanan dia lakukan. Saya yakin keadaan panggilannya sudah pulih.

Tabel 6 Partisipan 2 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 2 Kode W1P1 W1P2

W1P3

W1P4

W1P5

Pertanyaan Jawaban Kapan E.H Kehilangan ibu Lupa ya sar kandung? Berapa lama E.H sedih karena Ya sedih itu pasti. kematian ibu kandungnya? Ya setiap orang yang mengalami kehilangan pasti sedih, apalagi ibu kandung ya, Berapa lamanya sih kurang tahu persis karena saya tidak di asrama ya Dampak apa saja yang di Nah itu tadi karena ibu tidak tinggal di kampus timbul saat E.H kehilangan ibu makanya saya tidak bisa melihat langsung, kandung? paling dikelas biasanya seperti tiba-tiba diam orangnya. Berdasarkan Pengamatan Ibu Lebih banyak diam Perilaku apa saja yang berubah saat E.H kehilangan ibu kandung? Apakah E.H mengalami Ya itu kalau di kelas kehilangan konsentrasi masalah? ya,

285


W1P6

W1P7

W1P8 W1P9

W1P10

W1P11

W1P12 W1P13 W1P14

W1P15

W1P16

W1P17

W1P18

Setelah kematian ibu E.H bagaimana hubungannya dengan Tuhan? Peristiwa kematian ibu kandung E.H apakah E.H marah kepada Tuhan? Berapa lama E.H tidak ingin bersekutu dengan Tuhan. Apakah reaksi E.H saat melihat teman-temannya berkomunikasi dengan ibu kandungnya? Berapa lama E.H dikuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung? Pihak-pihak mana saja yang mendukung E.H pada saat berdukacita?

Apakah E.H pernah merasa di tinggalkan oleh semua pihak? Bagaimana hubungan E.H dengan keluarga? Bagaimana hubungan E.H dengan teman kuliah, dan juga teman kamar? Seberapa dekat hubunganmu E.H dengan ibunya selama E.H di stefa? Apakah ibu melihat E.H marah dengan Tuhan ketika ibu kandungnya meninggal kemudian E.H mau meninggalkan panggilan-Nya?

Tentunya awalnya baik tetapi setelah kematian ibu kandung pasti ada rasa kecewa dengan Tuhan. Awalnya tentu bertolakan dengan perasaannya Pasti marah karena hubungan dengan ibu kandung dengan anak sangat dekat. Iya. Terlihat dari beberapa kali tidak mengikuti persekutuan yang sesuai aturan asrama. Wah kalau itu ibu tidak tahu karena ibu tidak tinggal di asrama.

Tidak lama sih ya mungkin beberapa hari, eh gk deh karena beberapa kali pertemuan kelas masih kelihatan sedih Yang pasti bapak-ibu asrama sar, teman kamarnya, teman-teman juga diasrama dan bapak-ibu dosen memberikan dukungan walaupun tidak khusus tapi yang pasti ada yang memberikan motivasi dan didoakan sehingga mampu melewati masa dukacitanya. Ibu belum mendengar E.H merasa ditinggalkan semua pihak. Setahu ibu baik sar. baik Ya setahu ibu ya sar…kalau seorang anak dan ibu itu pasti hubungannya erat sekali.

Waktu itu ibu mau mendoakan E.H berkata koq Tuhan tidak adil ya bu, untuk apa saya kuliah karena orang yang mendukung saya kuliah sudah diambilnya. Kalau menurut ibu itu reaksi emosinya yang sedang tidak terkontrol sar, jadi bisa jadi waktu itu E.H sedang marah terhadap Tuhan dan berkata untuk apa saya kuliah, lebih baik saya pulang saja. Apakah ibu tahu alasannya E.H Ya itu sewaktu selesai didoakan sempat bilang mau meninggalkan Panggilan- mau berhenti kuliah saja karena yang Nya? mendukung dirinya sudah di ambil Tuhan. Apakah ibu pernah Belum sar…Kalau sekedar di doakan waktu memberikan E.H kehilangan ibu kandung memang ibu ke kamar pendampingan pastoral mahasiswa itu bersama satu mahasiswa putri konseling 286


W1P19 W1P20

W1P21

W1P22

W1P23

W1P24

W1P25

W1P26

Pendampingan seperti apa yang ibu berikan kepada E.H? Apakah selama ini baru pendampingan sesuai kebutuhan ya bu? Bagaimana proses konseling pastoral yang ibu lakukan untuk pemulihan rohani E.H? Pendampingan seperti apa yang ibu berikan ke E.H untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? Bagaimana pendampingan yang ibu berikan mampu mengatasi krisis Sosial yang E.H alami? Pendampingan konseling pastoral yang bagaimana yang membangkiitkan E.H kembali untuk tetap berada di stefa? Bagaimana proses konseling pastoral yang ibu lakukan untuk pemulihan rohani E.H? Bagaimana hubungan E.H dengan Tuhan Setelah di dampingi?

W1P27

untuk memberikan penghiburan tapi bukan pendampingan konseling khusus sar Waktu itu ibu ya doakan sekali. Iya benar sar, belum ada pendampingan secara khusus. Ya itu kita doakan supaya dikuatkan imannya

Ibu datang menghibur waktu kehilangan ibu kandung memberikan motivasi, mendoakan panggilannya. Waktu itu seingat ibu, teman-temannya yang harus aktif mengajak berbicara, pikir ibu dengan diajak bicara teman-teman dia akan belajar untuk bergabung dengan temantemannya… Saya yakin karena Tuhan menguatkan ya sar… dan pendampingan dari teman-teman bapak ibu asrama. Belum sar, ibu pribadi belum melakukan pendampingan pasrotal konseling. Tetapi hanya didoakan dan dihibur. Ibu melihat baik walaupun bukan karena pendampingan konseling pastoral. Tetapi karena didoakan dan didukung teman-temannya itu sar. Wah kalau dibilang pendampingan konseling pastoral khusus ya sar, belum hanya kita mendampingi pada saat berdukacita saja. Dengan mendoakan dan dimotivasi.

Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu E.H bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? W1P28 Bagaimana hubungan E.H Ibu melihat baik yang tadinya sempat dengan teman-teman asrama, menyendiri dan menjaga jarak sekarang sudah keluarga, teman kamar E.H kembali seperti semula. setelah mendapatkan pendampingan? W1P29 Bagaimana motivasi E.H Kalau ibu perhatikan pelayanan juga tidak untuk melayani Tuhan setelah masalah, berarti sudah baik. mendapatkan pendampingan? Tabel 1 Hasil Wawancara Semi Terstruktur Tentang Perasaan yang di alami akibat kematian ibu kandung

287


Kode Pertanyaan Jawaban W1P1 Kapan ibu anda meninggal Kamis, 08 Juni 2017 W1P2 Bagaimana perasaan anda ketika Sangat terpukul, hancur dan sangat shock ibu kandung anda meninggal? banget, merasa tidak percaya, ada kesedihan yang sangat mendalam banget. Karena sosok orang yang begitu sayang sama saya dipanggil Tuhan. W1P3 Apakah anda mengalami iya Sangat sedih banget kak. kesedihan karena kematian ibu kandung? W1P4 Berapa lama anda sedih karena Sampai sekarang kesedihan itu masih ada. ibu anda meninggal? Saya sering nangis sendiri. Kasih sayang seorang mama itu selalu dirindukan dan itu tidak bisa diberikan oleh orang lain kak. W1P5 Apa saja dampak yang anda alami Ya bisa di bilang Depresi, kekosangan, gitu kak, saat kematian ibu kandung? saya ingin bunuh diri dan ingin ikut mama, ada kerinduan, Kesepian, merasa tidak berdaya karena tidak sanggup menerima kenyataan, cepat kecewa, putus asa, rasa iri, mudah menangis, susah tidur, kuatir, menyendiri, susah makan, Kosentrasi saya menurun. Cuek, cari kesibukan sendiri, lebih banyak diam Mengalami halusinasi, didatangin mama dan mengusap kepala saya seperti yang biasa dulu dia lakukan kepada saya. Ternyata itu bukan nyata. W1P6 Bagaimana anda mengatasi Biasanya saya dengar lagu, kerjain sesuatu kesedihan anda pada saat itu? yang membuat saya bisa nyaman, tapi tidak ingin di ganggu orang lain. Tapi ya tetap saja nanti Kembali ingat lagi…. Tabel 2 Hasil Wawancara Terstruktur Tentang Krisis Yang Di Alami Akibat Kematian Ibu Kandung Krisis

Kode W1P1

W1P2

W1P3 Krisis Rohani

Pertanyaan Bagaimana hubungan anda dengan Tuhan sebelum kematian ibu kandung? Setelah kematian ibu anda, bagaimana hubungan anda dengan Tuhan? Bagaimana Perasaan anda terhadap Tuhan setelah kematian ibu kandung anda?

288

Jawaban Ya menurut saya sih baik. Ya itu menurut saya kak. kacau balau

marah bangat.


W1P4 Krisis Emosi

W1P5

W1P6

W1P7 W1P8

W1P9

W1P10

W1P10

W1P11

Krisis Sosial

W1P12

Berapa lama anda tidak bisa bersekutu dengan Tuhan? Apakah anda merasa cemas dan putus asa karena kematian ibu kandung anda telah meninggal? Kapan anda benar-benar merasa kehilangan?

gk bisa bersekutu itu saya sekitar setahun lah kak Iya saya sadar itu kak. Saya sudah putus asa dan merasa cemas terus.

Sejak mama dipanggil Tuhan bahkan sampai sekarang kalau ada masalah saya tidak bisa bercerita dengan orang lain, dan kadang kalau ada kebutuhan biasanya bilang ke mama langsung direspon paling tidak mama saya selalu menguatkan dulu dan menasehati saya. Sama kalau mendengar orang lain telefonan dengan orang tua mereka, itu rasanya diingatkan lagi. Bagaimana perasaan anda Sakit rasanya, iri dengan temanmenyandang status piatu? teman juga Perasaan apa yang menguasai Sangat kacau banget… semuanya hati anda setelah kematian ibu campur aduk tidak karuan kak kandung Perasaan apa yang muncul Rasa iri, kuatir, cemas dan putus melihat teman-teman anda asa itu pasti bingung harus berkomunikasi dengan ibu ngapain. Karena saya tidak bisa kandungnya setelah kematian komunikasi sama mama saya dan ada ibu anda? rasa kangen yang sangat berat sama mama saya ingin berbagi cerita dengan mama saya tapi saya tidak bisa melakukannya Apa yang membuat anda iri, Jujur waktu itu tidak tahu lagi saya kuatir, cemas, putus asa dan harus berbuat apa. Orang yang bingung? memberikan saya dukungan sudah tiada. Berapa lama perasaan anda di Sampai sekarang perasaan itu ada, kuasai kehampaan setelah saya masih sulit untuk melupakan kematian ibu kandung? semua itu dan saya sangat sulit melupakan mama saya dalam hidupku. Berapa lama perasaan anda di Ya itu satu tahun. Tapi saya masih kuasai kehampaan setelah kadang-kadang merasakan sampai kematian ibu kandung? sekarang. Saat mana anda benar-benar Saat aku merasakan kesepian dan merasa di tinggalkan semua kekosongan disitulah aku pikirannya pihak? kemana-mana dan merasa semua

289


W1P14

W1P14

W1P15

W1P16

W1P17 Krisis Panggil an

W1P19

W1P20

Berapa Banyak Pihak yang mendukung anda pada saat berdukacita? Setelah ibu anda meninggal, bagaimana hubungan anda dengan keluarga? Setelah Setelah kematian ibu kandung anda, bagaimana hubungan anda dengan temanteman di asrama?

orang meninggalkan saya dan tidak ada yang perduli dengan saya. Ya ada teman-teman asrama, bapak ibu asrama dan dosen. Baik.

saya lebih memilih menyendiri. Saya tidak suka bergabung dengan teman-teman, bagi saya itu adalah pilihan tepat. Saya tidak suka ramai-ramai. Iya ada keluarga lainnya tetapi ya bedalah kak.

Selain dukungan dari keluarga, apakah ada dukungan orang lain terhadap panggilan anda? Seberapa dekat hubungan anda Sangat dekat banget kasih sayang dengan ibu kandung selama mama tidak dibatasi oleh jarak menjalani studi di stefa? karena mama saya itu satu-satunya orang yang paling mengerti saya dan yang paling mengenal saya dan mama yang selalu menyemangati saya ketika saya mengeluh dengan keadaan masuk kuliah di stefa. Sehingga, tanpa saya katakan apa yang menjadi keperluanku mama sudah tahu. Mama saya selalu menunjukkan kasih sayangnya kepada saya melalui caranya sendiri walaupun itu hanya lewat telefon. Dukungan yang seperti apa Dengan kasih, cinta, semangat, yang diberikan ibumu selama di motivasi, nasihat, perhatian setafa? pokonya dukungan materi itu pasti mama saya sangat besar dengan disertai kasih sayang mama yang sangat besar. Apa makna panggilan bagi Sebelum saya memaknai panggilan dirimu sendiri sebelum ibu anda itu suatu anugerah Tuhan bagi meninggal? saya dan lewat anugerah itu saya dipakai Tuhan untuk menjadi alatNya. Apa makna panggilan bagi Setelah mama saya meninggal saya setelah kematian ibu anda ingin mundur untuk apa saya menjadi hamba Tuhan sedangkan orang yang mendukung saya sudah

290


W1P21

Apakah anda marah dengan Tuhan ketika ibu kandung anda meninggal lalu anda ingin meninggalkan panggilan anda?

W1P22

Bagaimana Motivasi anda untuk melayani Tuhan sebelum dan sesudah ibu andameninggal? Apakah anda pernah berpikir untuk meninggalkan panggilan pelayanan? Jika ya, alasannya apa?

W1P23

tiada, jadi saya berfikir bahwa panggilan saya sudah tak berarti. Ya… Saya sangat marah banget Kepada Tuhan dan sangat kecewa banget kepada Tuhan waktu itu bahkan saya merasa bahwa Tuhan itu tidak adil. Koq mama saya cepat sekali di ambil Jujur saja ya kak, komitmen saya waktu itu sangat berubah kak, dan motivasi pelayanan saya sudah tidak ada lagi. Ya pernah, karena rasa marah, kecewa, dan merasa Tuhan tidak adil dan membuat saya untuk ingin meninggalkan panggilan. Saya merasa untuk apa saya meneruskan panggilan Tuhan sedangkan Tuhan saja tidak menjawab doaku dan bahkan Tuhan mengambil orang yang paling saya sayangi dan cintai. Orang yang selalu doakan kepada Tuhan agar Tuhan memberikan umur yang Panjang tetapi malah sebaliknya yang terjadi.

Tabel 3 hasil wawancara Pendampingan Konseling Pastoral Partisipan 3 Akibat Kematian Ibu Kandung Pendamping an Konseling Pastoral Krisis

Kode

Pertanyaan

W1P1

Apakah anda pernah di konseling oleh dosen wali?

W1P2

Apakah anda pernah di konseling oleh bapak-ibu asrama? Pendampingan seperti apa yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama?

W1P3

291

Jawaban

Tidak Pernah kalau kasih kata semangat pernah, dan di doakan pernah tapi kalau konseling khusus belum. Iya tapi hanya di doakan dan di semangati. Tidak ada hanya bentuk semangat, penghiburan dan doa.


W1P3

Apakah pendampingan yang anda terima dari dosen wali dan bapak ibu asrama sudah efektif?

Krisis Panggilan

W1P4

Pendampingan konseling Pastoral bagaimana yang menguatkan panggilan anda.

Krisis Emosi

W1P5

Pendampingan seperti apa yang anda dapatkan untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung?

Krisis Sosial

W1P6

Bagaimana pendampingan yang anda dapatkan untuk mengatasi krisis Sosial yang anda alami?

Krisis Rohani

W1P7

Bagaimana proses konseling pastoral yang dilakukan oleh dosen wali untuk pemulihan rohani Anda?

Kalau waktu itu belum ada konseling khusus. Baru sekarang kakak konseling saya dan menurut saya mungkin alangkah lebih baik kalau seperti ini ada konseling khusus. Saya terus berusaha kak dan berjuang dan saya juga kuat bisa bertahan karena doa, motivasi kak dan dukungan teman-teman. Tetapi itu bukan konseling pastoral khusus ya kak. Kalau di bilang pendampingan ya belum kak, tetapi yang pasti bahwa saya di hibur, dimotivasi temanteman dan didoakan. Waktu itu ya didoakan kemudian saya berjuang kak. Saya tidak tahu juga seperti apa prosesnya tetapi saya berusaha supaya saya bisa melewati kesedihan yang waktu itu saya alami. Tentunya tidak segampang itu kak bisa cepat pulih, tapi mau bagaimana harus berjuang sendiri untuk bangkit. Ya jujur saja kak, kalau mengatasi krisis itu awalnya sangat sulit kak, tetapi saya terus belajar kemudian saya di doakan dan di berikan pencerahan. saya merasa untuk terus berjuang bangkit. Itu sih kak. Jadi saya berusaha untuk berteman dan mulai bergabung dengan temanteman. Kalau pastoral konseling dari dosen wali belum ya kak, tetapi saya saya yakin dengan doa-doa dan motivasi. Kalau tidak berjuang ya mungkin saya sudah tidak di sini lagi. Itu memang sulit kak tetapi mau bagaimana lagi ya…

Tabel 4 Hasil Pendampingan Konseling pastoral Partisipan 3 Akibat Kematian Ibu Kandung

292


Hasil Pendamping Kode an Konseling Pastoral Krisis rohani W1P1

Hasil Pendampinga n Krisis Emosi

Hasil Pendampinga n Krisis Sosial

Pertanyaan

Jawaban

Bagaimana Pendampingan pastoral konseling membantu anda pada akhirnya dapat memaknai kematian ibu kandung sebagai kehendak Tuhan?

W1P2

Bagaimana Hubungan Anda dengan Tuhan Setelah di dampingi?

W1P4

Apa yang anda rasakan setelah di lakukan pendampingan pastoral konseling?

W1P5

Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu anda bisa pulih dari perasaanmu yang hampa karena dukacita? Bagaimana hubungan anda dengan temanteman asrama, keluarga, teman kamar anda setelah mendapatkan pendampingan? Bagaimana Pendampingan Pastoral dapat menolong anda sampai anda merasa tidak di tinggalkan semua pihak?

W1P6

W1P7

293

Pertama sekali saya memang tidak menerima kenyataan itu kak, trus saya juga marah dengan Tuhan karena mengambil orang yang saya kasihi, tetapi berjalannya waktu saya merasa bahwa pada saat saya di doakan aku bisa sedikit demi sedikit menerima kenyataan, bahwa mama aku sudah benar-benar sudah meninggal jadi saya harus belajar menerima kanyataan itu, perlahan-lahan. Awalnya sudah tidak baik kak, tetapi perlahan-lahan saya mengerti bahwa Tuhan itu sudah mengatur yang terbaik. Saya mulai dapat berdoa, mulai berdoa secara pribadi. ya tentunya kalau di dampingi pada waktu itu pasti cepat pulih kak, tapi waktu itu saya merasakan setelah didoakan saya merasa lega walaupun Cuma sekali ya bisa membuat saya lega kak. Mungkin lebih lega lagi kalau pendampingan konseling kak. Kalau pendampingan konseling bukan ya kak karena hanya di doakan dan dihibur.

hubungan saya dengan teman-teman seperti dulu lagi kak. Hubungan dengan keluarga juga baik tetapi ya, saya masih tetap berusaha dan membawa dalam doa kak.

Belum ada. Dari awal saya mengalami kedukaan sampai sekarang belum ada pendampingan pastoral konseling khusus yang saya terima. Selain kakak yang mengkonseling saya hari hari ini.


Hasil Pendampinga n Krisis Panggilan

W1P8

Bagaimana motivasi anda untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan pastoral?

Kalau di tanya tentang motivasi saya, memang pernah hilang panggilan saya melayani Tuhan kak beberapa bulan, tapi setelah didoakan dan diberikan dukungan teman-teman membuat saya berfikir kembali dan ingin berhasil seperti teman-teman, akhirnya saya terus berusaha kak.

Tabel 5 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 3 Kode W1P1 W1P2

W1P3

W1P4

Pertanyaan Jawaban Kapan J.M Kehilangan ibu Tahun 2017 kalau tidak salah ya kandung? Berapa lama J.M sedih karena Owh kalau yang ini lama, iya lama kek stengah kematian ibu kandungnya? tahun sampai dia praktek koq dia masih sedih. Ini yang lama sedihnya, sedih sih…pada akhirnya saya tahu kalau dia sedih itu ada campur aduknya Wah ini sedihnya lama. itu sedihnya lama. Dampak apa saja yang di Kalau ini yang tidak sabar, Sampai bleng tuh, timbul saat J.M kehilangan jadi tampaknya waktu Ketika kita kerja bakti ibu kandung? kemudian dia sendiri pakai skepy lalu ditunjukkan jenazah ibunya lalu nangis dan histeris teriakteriak sekerasnya. Tapi malam hari sebelumnya nangis lalu lari keluar lari bersembunyi saya pikir itu Tindakan aneh. sampai pada kaget orang di satu asrama. Lari bersembunyi, jadi itulah yang anehnya disitu. Kalau memang dia sedang berduka, nangis mau teriak sih ndak apa-apa tapi kalau ada sesuatu yang menurut saya aneh sehingga ada masalah, nah anehnya di situ, anehnya di situ, jadi, saya sendiri kemudian mengambil sikap yang ahh menimbulkan protes dari banyak orang. Ahh karena apa …. Waktu dia sedang nangis histeris saya datang ketempatnya di aula atas, langsung saya matikan laptopnya kemudian suruh, masuk kekamar. Jadi itu sih menimbulkan prostes keras dari pimpinan juga, dari mahasiswa juga karena mereka bilang saya tidak berempati, orang kedukaan koq saya seperti tidak peduli. Ya gtu Cuman saya sendiri waktu itu mungkin karena punya alasan sendiri menganggap itu sebagai sesuatu yang aneh. gtu. Berdasarkan Pengamatan Setelah kematian ibunya beberapa waktu bleng, bapak Perilaku apa saja yang kadang kalau kita ngomong itu kan seperti yang kita bicarakan itu itu dia gk menanggap. 294


berubah saat J.M kehilangan ibu?

W1P5

Apakah J.M mengalami masalah?

W1P6

Setelah kematian ibu J.M bagaimana hubungannya dengan Tuhan? W1P7 Peristiwa kematian ibu kandung J.M apakah J.M marah kepada Tuhan? W1P8 Berapa lama J.M tidak ingin bersekutu dengan Tuhan. W1P9 Apakah Reaksi J.M saat melihat teman-temannya berkomunikasi dengan ibu kandungnya? W1P10 Berapa lama J.M di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung? W1P11 Pihak-pihak mana saja yang mendukung J. M pada saat berdukacita? W1P12 Apakah J.M pernah merasa di tinggalkan oleh semua pihak?

W1P13 Bagaimana hubungan J.M dengan keluarga? W1P14 Bagaimana hubungan J.M dengan teman kuliah, dan juga teman kamar? W1P15 Seberapa dekat hubunganmu J.M dengan ibunya selama J.M di stefa? W1P16 Apakah bapak melihat J.M marah dengan Tuhan ketika ibu kandungnya meninggal kemudian J.M mau meninggalkan panggilanNya?

295

Membuat kita bingung ini orang ini kenapa? Tapi kalau ini berdasarkan pengamatan saya, itu karena ada campur aduk. Menangis sampai berhari-hari dan teriak-teriak Ya, konsentrasinya menurun, bleng, tidak nyambung kalau diajak bicara, kemudian kalau kita ngomong orangnya melawan jadi lebih sering melamun. Pasti terganggu beberapa saat tidak mengikuti bidston, sampai pada saat ikut pun masih seperti orang mengelamun Ya marah, karena waktu bapak bilang kita mau berdoa seperti tidak menerima koq. Wah lama Tentunya iri dengan teman-temannya, buktinya Ketika teman-temannya menelfon ibunya J.M ini langsung reaksinya aneh. Wah ini yang bapak tidak bisa gambarkan karena lama sekali, berbulan-bulan koq bleng terus teman-teman datang menghibur dia, bapak dan ibu asrama juga kalau ada dosen lain yang tahu pasti datang ke tempatnya untuk mendoakan dia. Owh pasti. Karena kalau dianya sedih berbulanbulan siapa yang akan terus mendampingi setiap saat tentunya tidak kan? kemudian dia berkata kepada teman-temannya tidak ada yang peduli dengan dia. Sejauh yang bapak tahu baik. Baik, teman - teman kuliahnya juga baik, tetapi setelah kehilangan ibu kandungnya dianya jadi eror Kalau seberapa dekat pasti sangat dekat dengan ibunya karena ibunya kan kerja di Sumatra. Ibunya itu kan sebagai penunjang buat dia, Iya…Saya melihat reaksinya itu tadi, Ketika berduka saya datang sama teman-teman ke kamarnya kemudian berontak tidak menerima dan berkata Tuhan mengecewakan dia, mengambil orang yang sayang sama saya dan untuk apa saya kuliah lagi, kalau seperti ini


W1P17

W1P18

W1P19

W1P20

W1P21

W1P22

W1P23

W1P24

W1P25

W1P26

jadinya. Lalu untuk apa saya kuliah, untuk siapa kan orang yang mendukung dan memotivasi saya sudah meninggalkan saya. Jadi lebih baik saya pulang pak. Apakah bapak tahu alasannya Ya katanya sih teman-temannya kalau ia mau J.M mau meninggalkan menemani bapaknya kasian bapaknya. PanggilanNya? Apakah bapak pernah Pendampingan untuk mereka? memberikan J.M Owh kita di asrama itu hanya menguatkan saja. Pendampingan Pastoral Menguatkan mereka pada saat mereka sedang Konseling berduka kita kuatkan dan mendoakan mereka. Pendampingan seperti apa Jadi gini, kalau pendampingan khusus kita gk ya, yang bapak berikan kepada gk seperti itu cuman, kita tau kalau mereka sedang J.M? berduka kita perlu memberikan dukungan berdoa untuk mereka, berikan kekuatan doakan mereka hibur mereka, kalau merasa itu terlalu berat dan dia perlu untuk konseling secara pribadi nah, kita akan layani untuk ajak ngobrol. Tapi kalau tidak datang ya berarti kan dia baik baik saja. Berarti selama ini baru Ya…. kita kuatkan dan motivasi. pendampingan sesuai kebutuhan ya pak? Bagaimana proses konseling Ya itu kita doakan supaya dia kuat melewati pastoral yang bapak lakukan masa dukacitannya. untuk pemulihan rohani J.M? Pendampingan seperti apa Karena dia cewek kita suruh teman-temannya yang bapak berikan ke J.M menghibur dia. untuk mengatasi perasaan dukacita karena kematian ibu kandung? Bagaimana pendampingan Semua yang berdukacita kita beritahu bahwa yang bapak berikan mampu teman-teman banyak yang mengalami, kalau mengatasi krisis Sosial yang mereka kuat andapasti bisa. J.M alami? Pendampingan Konseling Ya sama dengan teman-teman yang lain kita Pastoral yang bagaimana yang berusa ingatkan motivasi awalnya, sudah membangkiitkan J.M kembali berjuang apakah andamau putus di tengah untuk tetap berada di stefa? jalan? Bagaimana proses konseling Saya berfikir melalui memberikan contoh ayat pastoral yang bapak lakukan dari firman Tuhan ya, untuk pemulihan rohani J.M? Bagaimana Hubungan J.M Sejauh ini sudah baik. dengan Tuhan Setelah di dampingi?

296


W1P27 Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu J.M bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? W1P28 Bagaimana hubungan J.M dengan teman-teman asrama, keluarga, teman kamar J.M setelah mendapatkan pendampingan? W1P29 Bagaimana motivasi J.M untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan pastoral?

kita doakan, kita hibur J.M dikuatkan dan teman-temannya memotivasi dia terus dan pasti dirinya juga mau berusaha

baik.

Melihat tugas pelayanan yang diberikan kepadanya seperti pikat dan sekolah minggu baik, tidak ada kendala saya melihat bahwa ada kemajuan dalam pelayanan.

Tabel 6 Partisipan 3 hasil wawancara Trianggulasi untuk partisipan 3 Kode W1P1

Pertanyaan Kapan J.M Kehilangan ibu kandung?

Jawaban Kalau tidak salah pertengah tahun 2017 ya

W1P2

Berapa lama J.M sedih karena kematian ibu kandungnya? Dampak apa saja yang di timbul saat J.M kehilangan ibu kandung? Berdasarkan Pengamatan Ibu Perilaku apa saja yang berubah saat J.M kehilangan ibu? Apakah J.M mengalami masalah? Setelah kematian ibu J.M bagaimana hubungannya dengan Tuhan? Peristiwa Kematian ibu kandung J.M apakah J.M marah kepada Tuhan?

Ya sedih itu pasti nah ini lama sedihnya. Bisa hitungan bulan Nah kalau J.M ini konsetrasinya sangat menurun, suka melamun, seperti orang bleng, trus suka menyendiri dan tidak ingin di ganggu temannya Itu bleng, konsentrasinya menurun, suka melamun kan berbeda langsung karena orangnya cerewet

W1P3

W1P4

W1P5 W1P6

W1P7

W1P8

Berapa lama J.M tidak ingin bersekutu dengan Tuhan.

W1P9

Apakah reaksi J.M saat melihat teman-temannya

297

Iya itu masalah besar ketika dia bleng. Tidak teratur doanya berarti kan bermasalah.

iya marah itu ditunjukkan pada saat bapak asrama dan teman-teman ingin mendoakan dia, tetapi dia berontak dan kanya ngomong tidak menerima kenyataan itu. Ibu tahunya dari teman-teman bahwa J.M tidak ingin bersekutu dengan Tuhan beberapa kali tidak ikut bidston. Saya mendengar dari teman-temannya bahwa Ketika teman-temannya ngobrol dengan ibunya dianya langsung pergi, tidak suka


W1P10

W1P11

W1P12 W1P13 W1P14

W1P15

W1P16

W1P17

W1P18

W1P19 W1P20

W1P21

W1P22

W1P23

berkomunikasi dengan ibu kandungnya? Berapa lama J.M di kuasai kehampaan setelah kematian ibu kandung? Pihak-pihak mana saja yang mendukung J.M pada saat berdukacita? Apakah J.M pernah merasa di tinggalkan oleh semua pihak? Bagaimana hubungan J.M dengan keluarga? Bagaimana hubungan J.M dengan teman kuliah, dan juga teman kamar? Seberapa dekat hubunganmu J.M dengan ibunya selama J.M di stefa?

Wah lama sekali seperti tadi saya ungkapkan bahwa itu bulanan karena kelihatan dari perilakunya. bapak-ibu asrama, teman kamarnya, temanteman juga diasrama dan bapak-ibu dosen pasti mendoakan J.M wah itu tidak suka bergaul lagi. Baik sar. Ya berubah

Layaknya seorang anak dan ibu itu pasti hubungannya erat. Dia sendiri juga sering cerita pada teman-temnnya kalau dia sangat dekat dengan ibunya. Apakah ibu melihat J.M marah Ya, waktu itu di asrama memang dia berkata sama dengan Tuhan ketika ibu bapak asrama ingin pulang saja. kandungnya meninggal kemudian J.M mau meninggalkan panggilanNya? Apakah ibu tahu alasannya Ya itu sih, katanya satu-satunya orang yang J.M mau meninggalkan mendukung J.M untuk menjadi Hamba Tuhan PanggilanNya? adalah hanya ibunya Apakah ibu pernah Wahh Belum. Tetapi kita waktu dia berdukacita memberikan J.M kita datang bersama bapak mendoakan waktu J.M Pendampingan Pastoral menerima kabar sudah kehilangan ibu kandung itu Konseling pun kita doakan pada saat berdukacita saja. Pendampingan seperti apa Waktu itu ibu doakan dan memberikan motivasi yang ibu Berikan kepada J.M? Apakah selama ini baru Iya betul belum ada pendampingan secara pendampingan sesuai khusus. kebutuhan ya bu? Bagaimana proses konseling kita doakan supaya dia kuat imannya pastoral yang ibu lakukan untuk pemulihan rohani J.M? Pendampingan seperti apa Menghibur waktu kehilangan ibu kandung yang ibu berikan ke J.M untuk memberikan motivasi, berdoa juga untuk mengatasi perasaan dukacita partisipan supaya bisa sabar karena kematian ibu kandung? Bagaimana pendampingan teman-temannya yang di minta bapak asrama yang ibu berikan mampu harus aktif mengajak berbicara, pikir dengan

298


mengatasi krisis Sosial yang J.M alami? W1P24 Pendampingan konseling pastoral yang bagaimana yang membangkiitkan J.M kembali untuk tetap berada di stefa? W1P25 Bagaimana proses konseling pastoral yang ibu lakukan untuk pemulihan rohani J. M?

W1P26 Bagaimana Hubungan J.M dengan Tuhan Setelah di dampingi? W1P27 Bagaimana Pendampingan Pastoral konseling dapat membantu J.M bisa pulih dari perasaan yang hampa karena dukacita? W1P28 Bagaimana hubungan J.M dengan teman-teman asrama, keluarga, teman kamar J.M setelah mendapatkan pendampingan? W1P29 Bagaimana motivasi J.M untuk melayani Tuhan setelah mendapatkan pendampingan?

299

diajak bicara teman-teman dia akan belajar untuk bergabung dengan teman-temannya… Saya yakin Tuhan menguatkan lewat doa doa yang kita berikan dari teman-teman juga.

Melakukan pendampingan pasrotal konseling itu sekali lagi belum kita lakukan yang pasti bahwa kita waktu J.M berdukacita kita juga mendoakan walaupun tidak sering tetapi ibu datang mendoakan dia. Setelah didoakan sedikit lega kelihatannya.

Wah kalau dibilang pendampingan konseling pastoral khusus ya sar, belum hanya kita mendampingi pada saat berdukacita saja. Dengan mendoakan dan dimotivasi. Ibu melihat baik

Kalau ibu perhatikan pelayanannya juga tidak masalah.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.