Meneropong sistem kekebalan tubuh udang

Page 1

akuatekno Sistem imun alamiah pada kelompok udang dapat dibangkitkan ­dengan menggunakan immunostimulan, namun hanya bertahan dalam

Meneropong Sistem Kekebalan Tubuh Udang S

Oleh: Romi Novriadi*

ecara global, munculnya wabah penyakit menjadi salah satu hambatan utama dalam peningkatan dan keberlanjutan produksi budidaya udang. Tindakan pengendalian penyakit dengan menggunakan antibiotika yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan timbulnya wabah penyakit dimaksud, justru menjadi pemicu bagi semakin berkembangnya strain bakteri yang resisten terhadap antibiotika tertentu. Selain itu bahkan menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar akibat vonis embargo yang dijatuhkan karena keberadaan residu antibiotika pada komoditas yang dihasilkan. Kondisi ini mendorong para praktisi budidaya untuk menjadikan tag line: pencegahan lebih baik daripada mengobati sebagai pilihan utama dalam proses produksi. Beberapa tindakan pencegahan, baik berupa pemberian immunostimulan, vitamin, dan probiotik pada udang diyakini dapat menjadi solusi terhadap maraknya wabah penyakit. Sayangnya sejauh ini belum banyak artikel yang membahas tentang sejauh mana efektivitas pemberian bahan suplemen tersebut terhadap peningkatan sistem imun pada udang.

54

TROBOSAqua

Hal ini tentu didasari oleh fakta bahwa kelompok udang umumnya hanya mengandalkan sistem kekebalan tubuh pada sistem imun alamiah dengan komponen utama yang terdiri atas respon selular dan respon humoral dan tidak memiliki sistem imun adaptif. Ketidakhadiran sistem imun adaptif pada kelompok udang menyebabkan tidak adanya sistem immunological memory yang memungkinkan terbentuknya perlindungan seumur hidup terhadap infeksi patogen yang sama. Keterbatasan ini menjadi sebuah tantangan tersendiri, hingga pada akhirnya Kurtz dan Franz pada 2003, berdasarkan observasi yang dilakukan menyatakan bahwa sistem imun “adaptif� mungkin ada di kelompok avertebrata. Sistem ini dapat dibangkitkan dengan terlebih dahulu melakukan paparan pada udang dengan menggunakan immunostimulan atau senyawa pembangkit sistem imun lainnya. Fakta ini sangat menarik, terutama ketika hemosit, yang terdiri atas sel hyaline dan granulocytes, dapat diinisiasi dengan pemberian senyawa immunostimulan, termasuk oleh Glukan, Lipopolisakarida, dan bahkan oleh bakteri. Hemosit, sebagai sistem imun pertama pada kelompok udang dan avertebrata memiliki peranan penting untuk mengeluarkan partikel asing

EDISI 32 l Tahun III l 15 Januari - 14 Februari 2015

dalam hemocoel malalui proses fagositosis, enkapsulasi dan aggregasi nodular. Peran hemosit kemudian berlanjut dalam proses penyembuhan luka melalui aktivitas cellular clumping serta membawa dan melepaskan prophenoloxidase system (proPO). Namun aktivasi hemosit oleh senyawa immunostimulan juga menimbulkan pertanyaan, apakah proses untuk membangkitkan sistem kekebalan tubuh pada kelompok udang dan avertebrata pada umumnya memiliki dampak untuk periode waktu yang lama? Pertanyaan ini penting untuk dikemukakan, mengingat bahwa penggunaan bahan suplemen tentu berkontribusi terhadap pengeluaran biaya produksi dan tentu saja pembudidaya mengharapkan hasil yang optimal dari penggunaan suplemen ini. Sebuah penelitian yang penulis lakukan dengan menggunakan udang renik Artemia sebagai hewan uji coba mengungkap fakta bahwa sistem imun alamiah pada kelompok udang dapat dibangkitkan dengan menggunakan immunostimulan, namun peningkatan sistem imun ini hanya bertahan dalam periode waktu yang cukup singkat. Pada grafik menunjukkan, bahwa mekanisme paparan dengan menggunakan b-glukan sebagai immunostimulan mampu

dok. romi novriadi

periode singkat


dok. romi novriadi

membangkitkan sistem imun pada udang renik Artemia yang memiliki kemiripan dengan sistem imun pada kelompok udang lainnya. Hal ini terbukti dengan tingkat kelulushidupan yang berbeda nyata dengan kelompok udang renik yang tidak dipapar oleh immunostimulan selama 24 jam masa pemeliharaan. Namun, ketika dilakukan uji tantang dengan menggunakan bakteri Vibrio dengan kepadatan 107 CFU/ml, tingkat kelulushidupan udang renik Artemia bahkan tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan kelompok Artemia tanpa paparan immunostimulan setelah 12 jam dan 24 jam. Reaksi yang diberikan kemudian diverifikasi dengan melakukan analisa

pada sistem Prophenoloxidase dan Transglutaminase sebagai komponen penting dalam sistem imun Artemia. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan kecenderungan yang sama bahwa sistem imun alamiah udang dapat dibangkitkan, namun ketika dilakukan uji tantang, ketahanan yang dihasilkan hanya dapat diperoleh dalam waktu sampai dengan 12 jam. Setelah 12 jam, sistem kekebalan tubuh menjadi rentan kembali untuk diserang oleh berbagai mikroorganisme patogen. Hasil pengamatan ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa upaya untuk membangkitkan sistem pertahanan tubuh pada udang dapat dilakukan walaupun dalam periode waktu yang cukup singkat. Fakta ini tentu menjadi dorongan dan tantangan tersendiri bagi para praktisi untuk menyusun protokol tindakan pencegahan penyakit yang efektif, efisien, dan tepat guna sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah produksi. Beberapa ahli di bidang immunologi mengatakan bahwa dengan sistem evolusi

pertahanan tubuh pada kelompok udang begitu dinamis, masih terdapat kemungkinan untuk memperpanjang periode peningkatan sistem pertahanan tubuh namun masih membutuhkan kajian lebih lanjut. Pada akhirnya tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan tersendiri bagi para pelaku usaha budidaya udang tentang bagaimana mekanisme aplikasi senyawa immunostimulan. Kita tentu sangat berharap bahwa dengan dimasukkannnya sektor perikanan sebagai salah satu sektor yang menjadi prioritas pembangunan ekonomi Indonesia saat ini, akan dapat membantu para pembudidaya dalam meningkatkan kapasitas produksi. Tujuan ini tentu akan hanya dapat dicapai bila terjalin hubungan sinergitas yang kuat antara pengambil kebijakan, akademisi dan para pelaku usaha budidaya. Semoga berbagai upaya dalam melakukan tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan secara efektif dan tepat guna dapat menjadikan produksi udang Indonesia menjadi lebih berkelanjutan dan terbebas dari ancaman wabah penyakit. *Pengendali Hama dan Penyakit Ikan Balai Perikanan Budidaya Laut Batam

Mekanisme Paparan dengan Menggunakan β-glukan Sebagai Immunostimulan pada Udang Renik Artemia 110 100 90 70 60 50 40 30 20 10 0 -10

T0

T3

T6 Time Points of Sampling

T12

T24

TroBoS/mEiLaka

Survival (%)

80

EDISI 32 l Tahun III l 15 Januari - 14 Februari 2015

TROBOSAqua

55


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.