Istana Para Mufakkir Siyasi

Page 1

Siapakah Kita, Jika Tidak Dengan Islam? Ustadzah Ratu Erma Rachmayanti Konferensi Perempuan Internasional yang baru saja dilaksanakan oleh Hizbut Tahrir, memilih Tunisia sebagai tempat pelaksanaanya. Tak kurang dari utusan 15 negara, termasuk Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, mengirim delegasinya. Sebagian anggota delegasi dari tiap negara tersebut menjadi pembicara dalam konferensi yang dihadiri 1000 orang Muslimah dari wilayah Tunis dan sekitarnya. Berikut ini adalah wawancara reporter kami dengan Ustadzah Ratu Erma Rachmayanti dari DPP Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, yang menjadi pembicara mewakili Indonesia pada acara konferensi tersebut, tentang pesan penting yang patut disampaikan kepada Muslimah dan perempuan secara umum.

Pesan penting apa yang Anda disampaikan di Konferensi Perempuan Internasional di Tunisia tersebut? Di antara pesan pentingnya adalah, perempuan, khususnya Muslimah, mempunyai peran penting yang berpengaruh besar dalam perubahan kehidupan. Tak ada satu perubahan apapun dan bagaimana pun yang tidak menyertakan keterlibatan kaum Muslimah di dalamnya. Kaum Muslimah lahir dari umat yang agung, umat yang punya akar sejarah yang baik, yang telah menerangi dunia dengan cahaya Islam dan keadilan hukum-hukumnya. Perjalanan waktu membuktikan bahwa Muslimah berperan nyata dalam kegemilangan peradaban. Ia menjadi mulia, cerdas, pintar dan bermartabat dengan keadilan hukum Islam. Ada satu pertanyaan yang patut direnungkan: “Siapa kita, jika tidak dengan Islam?” Coba tengoklah kondisi perempuan pada masa lalu sebelum Islam datang. Perempuan adalah barang yang diperjual-belikan, diwarisi tapi tidak mewarisi, dimiliki tapi tidak bisa memiliki apapun. Perempuan dijual untuk dilacurkan bahkan tidak diberi hak hidup, dibunuh sesaat setelah lahir. Sampai Islam datang mengubah kondisi mereka, dari posisi rendah menjadi tinggi dan bergengsi. Islam memberi mereka kehormatan sekaligus menjaga kehormatan tersebut. Karena itu, kaum Muslimah wajib bersyukur atas anugerah dan pemberian dari Rabbul ‘Izzati ini.

Bagaimana sebetulnya profil nyata peran Muslimah dalam sejarah Islam? Kita bisa melihat Khadijah ra., wanita Mukmin pertama setelah Rasul yang meyakini Islam dan mendukung beliau sejak masa kerasulan; Sumayyah, syahidah pertama, pengemban dakwah, perempuan paling sabar dalam ketaatan dan paling kuat; Ummu Imarah dan Ummu Muni’ah, perempuan pertama pemberi baiat dan dukungan atas kepemimpinan Rasulullah saw. pada saat Baiat ‘Aqabah ke-2; Aisyah ra., seorang faqihah fi ad-din-intelektual perempuan. Selain mereka adalah kaum Muslimah yang taat kepada suaminya tetapi juga mampu berkata benar di rumah suaminya sehingga seorang istri mempunyai hak untuk menyampaikan pendapatnya. Selain mereka adalah Muslimah yang berani menyampaikan pendapatnya kepada Khalifah Umar ra. sehingga Umar ra., berkata, “ Perempuan ini benar, dan ‘Umar Salah”. Selain mereka adalah Muslimah yang menjadi qadhi (pemberi keputusan perkara) seperti Syifa binti Sulaiman dan perempuan yang dimintai suara pemilihannya oleh ‘Abdurrahman bin ‘Auf saat pemilihan calon khalifah sepeninggal Umar bin alKhatthab. Ya, seperti itulah peran perempuan dalam Islam. Ia diberi haknya secara penuh dan segenap potensinya diberdayakan. Ia diberi hak untuk menjalankan perannya dalam kancah politik, ekonomi, istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/siapakah-kita-jika-tidak-dengan-islam.html

1/4


sosial, pendidikan dan sebagainya. Namun, ia juga adalah kehormatan yang dijaga dengan sempurna; ia tidak dipaksa untuk menghidupi dirinya. Yang wajib memberi dia nafkah adalah suami, orangtua atau saudara laki-lakinya. Ia tidak menemui kehinaan, tidak diperlakukan kasar, karena Rasulullah saw. telah berpesan untuk menjaga perempuan dengan sebaik mungkin. Ia adalah istri mulia di rumah suaminya, ibu tangguh bagi anak-anaknya, dan pejuang kebenaran di tengah umat.

Lalu bagaimana dengan kondisi perempuan saat ini? Ya, apa yang kita lihat saat ini, peran itu dikaburkan, disesatkan, dikacaukan bahkan dilenyapkan. Perempuan tak lagi menjadi istri mulia, ibu tangguh, perempuan pejuang. Kehidupan perempuan kembali menjadi hina karena sistem yang digunakan bukan sistem Islam, yang punya cara pandang berbeda 180 derajat dengan cara pandang Islam terhadap perempuan. Itulah sistem kapitalismeliberal yang menjadikan perempuan menjadi barang dagangan, alat promosi berbagai produk untuk menarik pembeli; mereka dilacurkan, dijual, dieksploitasi tenaganya dalam industri, bahkan dibunuh karena arogansi penguasa lalim. Kondisi perempuan sekarang sama persis seperti pada masa sebelum kedatangan Islam. Mereka merancukan pemikiran perempuan bahwa untuk mendapatkan hak-haknya, perempuan harus banyak uang, cantik dan pintar. Jika mereka ingin setara dengan laki-laki, mereka harus banyak berkiprah di ranah publik. Mereka dengan congkaknya menuduh bahwa nasib perempuan dalam Islam tidak akan pernah bahagia karena Islam bersikap tidak adil terhadap perempuan. Sistem kapitalis liberal ini yang telah sekian lama bercokol, nyatanya tidak pernah mengubah nasib perempuan.

Lantas, apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan kemulian perempuan? Tiada cara lain untuk mengembalikan kemuliaan perempuan dan menempatkan mereka pada posisi yang bergengsi selain dengan merebut kembali kekuasaan Islam. Khilafah Islam yang akan mengatur dunia dengan syariah Islam akan memberi hak-hak dan peran perempuan sebagaimana yang diharapkan. Karena itu, pesan penting tersebut adalah bahwa perempuan harus bekerja untuk tegaknya syariah Islam dalam naungan Khilafah. Khilafah adalah visi politik baru yang diidamkan perempuan secara khusus dan umat manusia secara umum. Khilafah adalah model pemerintahan cemerlang yang memenuhi hak hidup perempuan dan memberi peran strategis dalam kehidupan bangsa. Kerja perempuan Muslimah dalam upaya penegakan Khilafah ini telah disambut oleh Allah SWT dalam al-Quran surat Ali ‘Imran, ayat 195 (yang artinya). Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain...�

Apa peran penting Muslimah HTI di mata internasional? Kerja Muslimah HTI di sini telah mendorong Muslimah di negeri lain untuk bekerja lebih keras dalam menyadarkan perempuan. Agenda Muktamar Mubaligah di Indonesia bulan Mei tahun 2010 lalu, misalnya, memberi inspirasi bagi Muslimah di negeri lain untuk mengadakan agenda serupa. Sebab, tak lama setelah itu, berlangsung konferensi perempuan di London, Ukraina dan negara lainnya. Konferensi perempuan yang berlangsung di Tunisa kemarin, harus diakui, merupakan pembuktian menguatnya komitmen kaum Muslimah untuk perubahan dunia dengan mewujudkan visi politik baru yang mensejahterakan dan memakmurkan. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/siapakah-kita-jika-tidak-dengan-islam.html

2/4


Hal ini terbukti dari pertemuan kami yang penuh makna dengan sahabat-sahabat kita aktivis Muslimah Hizbut Tahrir dari berbagai negara. Sahabat dari Tunis, Mesir, Libanon, Sudan, Inggris, Australia, yang berbincang akrab dengan kami menyatakan rasa syukurnya atas kesuksesan Muktamar Mubalighah yang memberi inspirasi bagi mereka. Ada satu perbincangan yang kami lakukan dengan delegasi dari Belgia, bahwa jika Khilafah berdiri di Indonesia, mereka akan pindah bersama seluruh keluarganya ke Indonesia. Mereka punya harapan tegaknya Khilafah di sini, dan ini tidak terlepas dari penilaian mereka terhadap aktivitas HTI.

Bagaimana respon terhadap kehadiran delegasi MHTI? Mereka menyatakan kegembiraannya atas kehadiran dan keikutsertaan kami dalam konferensi. Apalagi saat kita membawa sedikit ‘gift’ untuk dibagikan kepada peserta konferensi agar dibawa pulang ke tempat masing-masing, mereka memberi apresiasi besar atas perhatian kita yang tidak seberapa nilainya. Subhanallah… Mereka surprise bahwa delegasi Indonesia menyampaikan orasinya dengan bahasa Arab. Dugaan mereka pembicara dari Indonesia akan berorasi dengan bahasa Inggris. Begitupun tatkala mereka tahu bahwa waktu perjalanan yang kami tempuh untuk sampai di tempat konferensi tidaklah sebentar. Hampir 18 jam waktu perjalanan, jauh dibandingkan dengan waktu yang ditempuh mayoritas delegasi yang berkisar antara 2-5 jam perjalanan saja. Mereka mendoakan kebaikan atas pengorbanan waktu dan tenaga yang kami curahkan. Subhanallah… Perhatian mereka yang begitu besar dalam menerima tamu cukup menghilangkan rasa penat dan lelah. Ditambah hawa dingin Tunisia yang mencapai 11 derajat di kala itu.

Apa yang sudah dicapai MHTI dari kerjanya selama ini? Alhamdulillah… Dari waktu ke waktu, dukungan terhadap dakwah untuk penegakan Khilafah Islamiyah di sini, terus bertambah. Kalangan yang bergabung dalam barisan Muslimah HTI juga semakin ragam, baik kalangan ibu-ibu, pekerja, mahasiswi, pelajar, guru, ustadzah, da’iyah, praktisi pendidikan dan kesehatan dan lainnya. Perbincangan apa itu Khilafah, bagaimana Khilafah bekerja untuk mengurusi berbagai bidang kehidupan, dan bagaimana Khilafah mampu memberikan perlindungan kepada perempuan semakin luas, seiring dengan semakin fokus dan giatnya para aktivis MHTI berinteraksi dengan mereka. Dibantu dengan berbagai sarana dakwah yang sudah kita buat, baik media cetak maupun elektronik, kerja pencerdasan umat terasa lebih efektif dan efisien.

Dapatkah Ustadzah gambarkan tentang peran MHTI dalam perubahan di Indonesia? Untuk perubahan hakiki Indonesia dengan tegaknya Khilafah di sini, atau untuk mempersiapkan bangsa Indonesia bergabung dengan Khilafah Islamiyah, di sanalah peran utama Hizbut Tahrir termasuk di dalamnya MHTI. Kita harus mempersiapkan umat, khususnya perempuan, pada komunitas dan level manapun untuk mendukung perjuangan penegakan Khilafah. Kerja ini tidak mungkin berhasil tanpa dukungan besar dan luas dari umat. Agar mereka memberi dukungan, wajib atas kita melakukan pencerdasan terhadap akar permasalahan yang dirasakan dan bagaimana solusi tuntas terhadapnya. Tentu, kita semua paham bahwa tidak ada yang memberi gambaran sedemikian jelas terhadap penyebab berbagai persoalan yang dihadapi bangsa ini dan juga solusi Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan syariah Islam dengan sempurna, selain Hizbut Tahrir. Kerja ikhlas dan benar yang istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/siapakah-kita-jika-tidak-dengan-islam.html

3/4


dilakukan HT berbuah besar dalam mempercepat dan memperbesar dukungan umat. Inilah peran penting yang dilakukan HT, termasuk Muslimah HTI

Apa seruan MHTI bagi para perempuan Indonesia? Kepada siapa saja yang meyakini dan mempunyai kemampuan untuk bekerja dalam perjuangan penegakan Khilafah Islamiyah, bersegeralah bekerja, karena segala kemampuan itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Bagi para perempuan Muslimah yang bekerja untuk perubahan dengan tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam Khilafah sebagai jalan dan target perubahan, maka Anda akan merasa lelah dan sia-sia karena perubahan hakiki nasib kalian tidak akan pernah terwujud. Sayang ika potensi itu digunakan untuk perubahan semu. Punya suara politik tetapi tidak mempunyai peran politik nyata untuk kebaikan umat. Sebabnya, yang mempunyai politik nyata adalah kaum kapitalis borjuis-para liberalis yang telah menyebabkan perempuan lelah bekerja, untuk sebuah fatamorgana. Tentu, pilihan yang rasional adalah bergabung bersama kami yang melakukan perjuangan, samasama berat dan lelah, tetapi untuk sesuatu yang pasti dan hakiki. WalLahu a’lam. [] sumber:

http://hizbut-tahrir.or.id/2012/04/06/ustadzah-ratu-erma-rachmayanti-

siapakah-kita-jika-tidak-dengan-islam/

Posted 7th April 2012 by Nindira Aryudhani Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/siapakah-kita-jika-tidak-dengan-islam.html

4/4


18th June 2012

Sepak Bola Tak Sekedar Olahraga Penggembira

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Eropa Berhelat Polandia dan Ukraina berhias. Ya, kedua negara di ujung timur Eropa ini tengah menjadi tuan rumah perhelatan akbar sepak bola Eropa, Euro 2012. Maka, sebelum penyelenggaraan Euro 2012, sistem transportasi di Polandia dan Ukraina diharapkan dapat menangani kehadiran pendukung yang luar biasa banyaknya. UEFA pun meminta perbaikan infrastruktur transportasi di seluruh kota penyelenggara, termasuk diantaranya adalah jalan raya, kereta api, terminal dan bandar udara. Seperti halnya penyelenggara sebelumnya pada tahun 2008, penyelenggara perkeretaapian Polandia menambah rute dan jalur keretanya serta mewarnai lokomotifnya dengan warna-warna peserta kejuaraan. Untuk menghadapi kejuaraan ini pula, kendaraan umum pada semua kota terutama Warsaw, Kiev dan Kharkiv memasang pengumuman dalam bahasa Inggris pada armadanya (wikipedia, 10/06/2012). Penawaran bersama oleh Polandia dan Ukraina dipilih setelah Komite Eksekutif UEFA melaksanakan pemungutan suara pada pertemuan di Cardiff pada 18 April 2007. Penawaran ini mengalahkan penawaran lain dari Italia, Kroasia-Hungaria, Turki dan Yunani, menjadi penawaran bersama ketiga yang berhasil untuk Kejuaraan Eropa, setelah dari Belgia-Belanda (2000) dan Austria-Swiss (2008) (wikipedia, 10/06/2012). Euro 2012 sendiri akan menjadi kejuaraan sepak bola antartim nasional negara Eropa ke-14 yang diselenggarakan oleh UEFA. Putaran finalnya diselenggarakan di Polandia dan Ukraina pada tanggal 8 Juni hingga 1 Juli 2012. Ini adalah pertama kalinya bagi kedua negara (Polandia dan Ukraina) tersebut menyelenggarakan suatu turnamen besar. Putaran final Euro 2012 diikuti 16 negara. Hal ini menjadi yang terakhir karena sejak Euro 2016 nanti dan seterusnya, yang akan diikuti oleh 24 negara finalis (wikipedia, 10/06/2012). Babak kualifikasi yang diikuti oleh 51 negara, telah diselenggarakan antara Agustus 2010 dan November 2011. Pengundian grup Kualifikasi Euro 2012 berlangsung di Warsawa pada 7 Februari 2010. Sejumlah 51 tim turut serta berkompetisi untuk merebut 14 tempat tersisa di putaran final. Tim-tim tersebut dibagi ke dalam sembilan grup dengan pengundian penempatan untuk pertama kalinya berdasarkan koefisien tim nasional UEFA terbaru. Setelah semua pertandingan babak kualifikasi selesai dimainkan pada bulan Oktober 2011, sembilan tim posisi teratas dari setiap grup dan satu tim posisi kedua terbaik otomatis lolos ke putaran final. Delapan tim posisi kedua lainnya bermain di babak gugur tandang-kandang. Empat tim pemenang di babak gugur lolos ke putaran final. Keenambelas finalis yang tampil pada putaran final adalah Belanda, Republik Ceko, Denmark, Inggris, Republik Irlandia, Italia, Jerman, Kroasia, Prancis, Polandia, Portugal, Rusia, Spanyol, Swedia, Ukraina dan Yunani. Pemenang Euro 2012 ini otomatis mewakili UEFA untuk mengikuti Piala Konfederasi FIFA 2013 yang akan diselenggarakan di Brasil. Namun peringkat kedua (runner up) dapat mengikuti Piala Konfederasi jika Spanyol menjadi juara pada kejuaraan ini, karena Spanyol telah lolos sebagai pemenang Piala Dunia FIFA 2010 (wikipedia, 10/06/2012). Selanjutnya, tiket turnamen dijual langsung oleh UEFA melalui situs webnya, atau akan didistribusikan oleh asosiasi sepak bola dari 16 finalis. Aplikasi harus dibuat selama bulan Maret 2011 untuk 1,4 juta tiket yang tersedia untuk 31 pertandingan turnamen. Lebih dari 12 juta aplikasi telah diterima, yang merupakan peningkatan 17% dari final tahun 2008, dan menjadi rekor sepanjang masa untuk Kejuaraan Eropa UEFA. Karena banyak sekali yang berlangganan selama pertandingan, undian dilakukan untuk mengalokasikan tiket (wikipedia, 10/06/2012). Harga tiket pun bervariasi, mulai dari 30 euro (25 poundsterling) (untuk kursi belakang gawang di pertandingan grup) menjadi 600 euro (513 poundsterling) (untuk kursi di tribun utama di akhir). Selain tiket pertandingan perorangan, penggemar bisa membeli paket tiket untuk menonton semua pertandingan yang dimainkan oleh satu tim, atau semua pertandingan pada satu lokasi tertentu (wikipedia, 10/06/2012). Wow, pengorbanan yang luar biasa untuk dapat menyaksikan tim dan pemain favorit berlaga. Sepak Bola, Produk Media Massa istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/sepak-bola-tak-sekedar-olahraga.html

1/3


Harus diakui, bahwa Euro 2012 tak bisa dilepaskan identitasnya sebagai produk media massa. Tak bisa disangkal, peran media massa pun cukup mempengaruhi kehidupan masyarakat. Opini atau keputusan kita selaku warga negara atau sekedar penyimak media berkorelasi dengan pola kita mengkonsumsi media (Arief Suditomo, Pimred RCTI, dalam Buku “Dosa-dosa Media Amerika” 2006). Sungguh, media massa memang potensial menjadi sarana propaganda. Disamping itu, media massa juga merupakan simbol kebanggaan dan superioritas. Bahkan dijamin mampu mencuci otak dan menipu pola pikir (Buku “Dosa-dosa Media Amerika” 2006). Maka bukan mustahil jika dahsyatnya pemberitaan di media massa akhirnya mampu menentukan animo masyarakat terhadap Euro 2012. Sayangnya, media massa yang ada saat ini bersifat egois, hanya berorientasi profit, melakukan pembodohan publik, hingga penghilangan jati diri. Alih-alih mencerdaskan dan memberdayakan masyarakat, media massa malah menjadi pengancam generasi (Makalah Orasi KIMB 2012). Bagaimana tidak? Harga tiket pertandingan sudah membuktikan target profit yang dicanangkan oleh penyelenggara. Belum lagi jika jadwal pertandingan kebetulan ‘bentrok’ dengan jadwal sholat fardhu, rasanya berat meninggalkan jalannya pertandingan, hingga khawatir tak menyaksikan pemain idola menjebol gawang lawan, pengganjaran kartu merah dan kartu kuning untuk tim lawan, ataupun aksi dramatis lainnya. Seharusnya para penggemar sepak bola itu merasa rugi, saat tidak sholat tepat waktu, saat tidak optimal berdakwah, saat keteteran ujian akibat begadang menonton pertandingan di malam sebelumnya, dsb. Benarlah bahwa acara pertandingan sepak bola terkategori sesuatu yang bersifat mubah (boleh), yang jika ditinggalkan maka tidak menyebabkan dosa sebagaimana sholat fardhu ataupun aktivitas dakwah. Definisi mubah adalah apa yang dituju oleh dalil wahyu terhadap seruan Allah Swt yang di dalamnya terdapat pilihan, antara melakukan atau meninggalkannya (Kitab Nizhomul Islam). Firman Allah Swt berikut ini hendaknya membuat kita hati-hati: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (TQS al-Hadid [57]: 20). Demikian halnya dengan sabda Rasul saw: “Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan kemunafikan dalam hati.” (HR. ad-Dailami). Kini, tujuan olahraga memang telah terdistorsi hanya sebagai ajang meraih medali, hiburan, bahkan ada yang terkategori olahraga kaum elit. Sepak bola, sebagai produk media massa, merupakan tayangan visual yang diterima oleh panca indera kita, yang kemudian diolah oleh akal kita hingga menjadi sebuah pemahaman dan perilaku. Kaitannya dengan hal ini, Islam juga memerintahkan kita untuk menjaga akal. Islam pun menganjurkan untuk menuntut ilmu, merenung (tadabbur) dan berijtihad sebagai usaha untuk mengembangkan kemampuan akal pada diri manusia (Kitab “Dirosah al-Fikr”). Maka, media massa sebagai sarana propaganda hendaknya berperan menampilkan kemampuan dan kekuatan Islam dalam mewujudkan rahmatan lil alamin (Makalah Orasi KIMB 2012), bukan menampilkan tayangan yang melalaikan. Karena jelas, Islam tidak membiarkan akal hanya dibuai oleh kenikmatan visual. Mengingat sepak bola saat ini masih menjadi bagian produk andalan media massa kapitalistik-sekuler yang berstandar kebahagiaan duniawi yang semu. Olahraga, Modal Jihad Terkait dengan olahraga sendiri, Rasulullaah saw memerintahkan agar anak-anak muslim diajari olahraga berenang, berkuda, dan memanah. Yang mana, jenis olahraga tersebut dapat digunakan untuk survival, membela diri dan tentunya berjihad. Sebutlah contohnya pencak silat, di mana Nusantara terkenal dengan pencak silat sebagai jenis olahraga bela dirinya. Perkembangan dan penyebaran pencak silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum ulama seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14. Pencak silat lalu berkembang dari sekedar ilmu bela diri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah kolonialisme (TSQ Stories Jilid 2 2011). Disamping itu, pencak silat juga menjadi bagian dari latihan spiritual. Sejak dulu, pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Dan sudah menjadi tradisi di pesantrenpesantren, bahwa ilmu silat tingkat tinggi hanya diberikan kepada santri yang telah khattam kitab-kitab istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/sepak-bola-tak-sekedar-olahraga.html

2/3


fiqih tingkat lanjut, serta telah terbukti mampu menahan gejolak hawa nafsunya. Hal ini terbukti jejaknya di berbagai pesantren di Nusantara, yang pastinya cerminan tradisi yang sama dan merata di wilayah yang lain dalam kekuasaan Daulah Islam. Karena tidak akan mungkin Daulah Islam memiliki para mujahid yang tangguh manakala mereka tidak memiliki mata airnya, yaitu para santri yang mempraktikkan olahraga para mujahid (TSQ Stories Jilid 2 2011). Walhasil, berdasarkan uraian di atas, sah-sah saja menikmati hiburan, termasuk sepak bola. Akan tetapi tetap harus sesuai aturan, proporsional dan tidak kelewatan. Dan jika sebagai bagian penjagaan kemampuan fisik dalam rangka membela Islam, maka kaum muslimin memilih sepak bola menjadi olahraga favorit, tentu tidak apa. Yang penting tak sekedar sebagai penggembira apalagi ajang hura-hura. Wallaahu a’lam bish showab []. Posted 18th June 2012 by Nindira Aryudhani Labels: nusantara, eropa, mujahid, pesantren, euro 2012, daulah islam, santri, polandia, pencak silat, ukraina, media massa, jihad, sepak bola 0

Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/sepak-bola-tak-sekedar-olahraga.html

3/3


5th April 2012

Saat Isu BBM “Dipaksa” Menggerakkan Mahasiswa

oleh: Upik Elvarelza dan Nindira Aryudhani Isu kenaikan harga BBM awal April nanti telah menuai protes dari berbagai kalangan. Bagaimanapun, kenaikan harga BBM memang berpotensi menimbulkan efek domino pada setiap lini kehidupan. Protes kenaikan BBM antara lain dilakukan oleh para mahasiswa, yang dengan berbagai latar belakangnya telah satu suara untuk menolak kenaikan harga BBM. Aksinya pun bermacam-macam, mulai dari mengadakan kajian dan diskusi di kampus, audiensi dengan institusi, hingga demonstrasi. Demonstrasi memang langkah efektif para mahasiswa untuk mengekspresikan kekecewaan sekaligus menyampaikan pernyataan sikap mereka terhadap kebijakan pemerintah yang terbukti menyengsarakan rakyat ini. Hal ini pun menjadi potensi yang tak diragukan, karena aksi mahasiswa memang pernah mampu membawa perubahan pada tahun 1998 saat melengserkan Soeharto. Kini, berbagai aksi yang telah digelar pada umumnya menyuarakan “BBM naik, SBY turun”. Organisasi mahasiswa pun berusaha melakukan hal konkrit untuk menuju perubahan, seperti membakar ban, menyegel SPBU, membakar foto presiden dan semacamnya. Aksi unjuk rasa besar-besaran melibatkan buruh, mahasiswa, dan berbagai unsur elemen masyarakat telah diberitakan akan digelar pada 27 Maret 2012 di Jakarta, sejak beberapa hari sebelumnya. Aksi demo ini digelar untuk menentang rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi (tribunnews.com, 24/03/2012). Mendudukkan Permasalahan Yang selanjutnya harus berani diakui, ternyata hal konkrit tersebut telah hampir permanen dianggap oleh para mahasiswa bahwa dengannya maka kebijakan yang menyengsarakan rakyat dapat dihentikan. Wajar jika hal ini menuai pro dan kontra dari masyarakat. Mengingat, tak jarang aksi yang dilakukan memang merugikan masyarakat, seperti kemacetan, rusaknya fasilitas publik dan keterlambatan pengiriman minyak karena truk pengisi BBM dihadang oleh mahasiswa. Secara logika, perubahan seperti apakah yang ingin diaruskan melalui langkah seperti ini? Apakah membakar ban dan penyegelan SPBU bisa mengubah kebijakan? Apakah mengganti presiden bisa menjamin turunnya harga BBM? Kiranya, pernyataan Andi Nurpati, Mantan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) cukup relevan. Andi Nurpati mengatakan bahwa siapapun presiden yang berkuasa, pasti akan menaikkan harga BBM pada akhirnya (tribunnews.com, 25/03/2012). Maka jelas, bahwa mindset tentang langkah konkrit tadi terkategori tidak solutif. Karena disadari atau tidak, memang tidak masuk akal. Pergantian presiden yang telah berkali-kali selama ini tidak mampu membawa revolusi yang sejati. Hal ini karena akar permasalahannya terletak pada ideologi, bukan pada presiden. Buktinya, pelengseran Soekarno dan naiknya Soeharto adalah pergantian presiden sekaligus perubahan ideologi. Maka wajar, jika peraturan yang diterapkan juga memiliki karakter yang berbeda, tergantung pada ideologinya. Tapi faktanya, pelengseran Soeharto serta naiknya presiden-presiden setelahnya, hanyalah pergantian presiden, bukan ideologi. Maka tak heran, jika peraturan yang diterapkan sama-sama membuat rakyat terpuruk. Demikian pula di masa Soekarno. Karena ideologi yang pernah diterapkan, sama-sama tidak shohih. Ideologi di negeri ini adalah ideologi yang salah, baik masa Soekarno maupun Soeharto dan setelahnya. Nyatanya, ideologi orde lama, orde baru dan pascareformasi melahirkan sistem pemerintahan yang rapuh. Terlebih orde baru dan pascareformasi, di mana muncul fenomena untuk bisa mengubah undang-undang sesuka hati sesuai dengan “keinginan” siapa saja yang sedang berkuasa. Contohnya saja UU Migas No.20 tahun 2001 pasal 28 yang sudah dianulir saat Purnomo Yusgiantoro masih menjabat sebagai Menteri ESDM. Tapi kemudian dihidupkan lagi saat jabatan tersebut digantikan oleh Jero Wacik, yang justru memberikan modifikasi pada UU tersebut, sehingga Pertamina tidak menjadi single player (Halqoh Islam dan Peradaban, 21/03/2012). istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/saat-isu-bbm-dipaksa-menggerakkan.html

1/4


Jadi, kenaikan harga BBM ini jelas merupakan dampak penerapan sistem kapitalisme di negara ini. Kaum kapitalis telah mendikte para penguasa untuk meliberalisasi sumber daya alam, hingga menindas rakyat kita. Jadi, layakkah untuk masih percaya pada sistem berstandar ganda dan berasas manfaat ini? Jawabannya tidak. Paradigma Perubahan Uraian di atas jelas tidak bisa dibiarkan, sehingga harus menjadi motivasi untuk melakukan perubahan. Perubahannya pun bukan sebatas langkah konkrit secara fisik, melainkan harus berawal dari konsep yang mendasar. Jika permasalahan yang timbul berupa liberalisasi, maka perkara yang harus diganti adalah pihak yang telah melahirkan masalah tersebut, yaitu ideologi kapitalisme. Perubahan konsepnya pun harus dimulai dari penggantian ideologi yang memiliki kekuatan sebanding dengan ideologi kapitalisme, yaitu ideologi Islam, bukan yang lain. Islam merupakan seperangkat aturan yang datang dari Allah Swt, Sang Pencipta manusia dan seluruh alam semesta, maka sudah pasti aturan tersebut sesuai untuk mengatur ciptaan-Nya. Dengan demikian, pengaturan kehidupan manusia yang meliputi pengelolaan sumberdaya energi, termasuk BBM, hanya akan mensejahterakan mereka jika diatur dengan sistem Islam. Rasulullaah saw bersabda: “Kaum muslim itu berserikat dalam tiga perkara. (Yaitu) air, padang gembalaan dan api. Menjualnya adalah haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2463). Menurut madzhab Imam Syafi’i, Maliki dan Hanbali, yang dimaksud dengan api adalah berbagai sumber alam yang biasa digunakan untuk menghasilkan panas dan energi, seperti kayu, batu bara, gas alam dan minyak bumi (Buku “60 Hadits Sulthaniyah”). Dan BBM termasuk dalam kategori minyak bumi. Oleh karena itu, negara tidak boleh mengadopsi pengelolaan BBM dengan model privatisasi liberal, di mana berbagai komoditas yang sangat dibutuhkan masyarakat justru dijual kepada perusahaanperusahaan swasta, sehingga masyarakat tidak bisa mendapatkan haknya atas komoditas-komoditas tersebut kecuali hanya dengan membelinya. Kondisi seperti ini akan menciptakan sebuah masyarakat yang timpang. Karena golongan masyarakat yang memiliki kekayaan menjadi satu-satunya golongan yang tidak mampu mengakses berbagai layanan pokok (Buku “60 Hadits Sulthaniyah”). Kondisi dan Sikap Mahasiswa Selanjutnya, mahasiswa, sebagai kalangan intelektual dan pihak yang memiliki kapasitas berpikir lebih tinggi, tentu harus ambil bagian dalam sebuah arus perubahan pada setiap periode. Mahasiswa pun harus bergerak dengan landasan yang benar dan memiliki ketergabungan dalam tim yang solid untuk melaksanakan perubahan yang dicita-citakan. Maka mari kita kritisi sejumlah iming-iming untuk mahasiswa seperti kabar bertandangnya sekelompok aktivis mahasiswa bersama rombongan Presiden SBY ke Beijing, Cina, di tengah berkecamuknya kondisi sosial-politik dalam negeri akibat isu kenaikan harga BBM. Sejumlah pemuda Indonesia yang datang ke Beijing itu terdiri atas para pimpinan nasional dan daerah KNPI serta sejumlah anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) beberapa universitas. Menurut Yudhoyono, para pemuda asal Indonesia dan asal Cina adalah aset kedua negara pada masa depan. Presiden menegaskan Indonesia dan Cina akan berubah pada dua puluh tahun atau tiga puluh tahun mendatang. Pada saat itu, para generasi muda yang akan memanggul kepemimpinan bangsa. Hubungan antarnegara seharusnya tidak hanya diisi dengan kerja sama pemerintahan, namun juga harus diisi dengan kerja sama kepemudaan dan pendidikan. “Ini adalah modal yang luar biasa bagi hubungan strategis kedua negara,” katanya (antaranews.com, 24/03/2012). Cina dan Indonesia sudah menjalin kerja sama di bidang pendidikan. Sejumlah mahasiswa Indonesia menuntut ilmu di negeri Tirai Bambu itu. Presiden membantah kedatangan para pemuda ke Cina atas inisiatif pemerintah Indonesia. Menurutnya, kedatangan para pemuda itu atas undangan pihak Cina, istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/saat-isu-bbm-dipaksa-menggerakkan.html

2/4


khususnya All Chinese Youth Federation. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Deputi Menteri Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga, Alfitra Salam. Menurutnya, keberangkatan para pemuda dan mahasiswa itu tidak membebani APBN. Khusus untuk BEM, menurut dia, hanya 15 BEM yang bersedia berangkat ke Cina, sedangkan yang lain menolak untuk berangkat. Sekitar 80 pemuda dan mahasiswa akan berada di Cina selama sembilan hari. Mereka akan mengunjungi beberapa tempat, antara lain sekolah-sekolah olahraga, dan beberapa tempat khas di Cina. Menurut Alfitra, para pemuda Indonesia dan Cina juga menandatangani sejumlah nota kesepahaman (antaranews.com, 24/03/2012). Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng juga telah menjelaskan bahwa undangan untuk pemuda dan BEM tidak ada hubungannya dengan kunjungan Presiden ke Cina meski waktunya bersamaan. Agendanya pun berbeda. Namun, pimpinan BEM justru mengaku menerima undangan dari Kemenpora dengan ajakan ke Cina bersama Presiden Yudhoyono (mediaindonesia.com, 22/3/2012). Jika kondisi mahasiswa mudah menerima rayuan seperti ini, maka siapa yang kemudian akan berani mengkritisi penyimpangan-penyimpangan akibat kebijakan kapitalistik Pemerintah sebagaimana kenaikan harga BBM? Mengingat, lawatan ke Cina itu berpotensi membungkam dan membunuh sikap kritis mahasiswa sebagai the agent of change. Dan ini bukan dongeng. Terbukti, Kepala Divisi Humas BEM Universitas Indonesia (UI) Adi Pranata mengatakan bahwa Ketua BEM UI Faldo Maldini mengaku dihubungi seseorang dari Kemenpora yang mengundangnya mengikuti kunjungan Yudhoyono ke Cina selama lima hari, 20-25 Maret. Namun, Faldo menolak ajakan itu. “Undangan itu datang di saat BEM UI bersama masyarakat sedang berjuang agar harga BBM tidak dinaikkan,” kata mahasiswa Fakultas Ekonomi UI itu. Tanpa sadar, mahasiswa yang memenuhi undangan ke Cina dinilai sebagai pengkhianat karena rakyat sedang berjuang agar harga BBM tidak naik (mediaindonesia.com, 22/3/2012). Demikian halnya dengan yang sebelumnya telah dikemukakan oleh Ketua BEM Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), Badrul Zaman, Wakil Presiden BEM Universitas Jayabaya, Tanggon, dan aktivis BEM Universitas Bung Karno (UBK) Deni. Mereka berbicara terkait ajakan Kemenpora kepada aktivis BEM untuk berkunjung ke Cina (globalmuslimcommunity, 21/03/2012). Khatimah Kita seharusnya tidak sekedar menolak kenaikan BBM tapi juga mencampakkan sistem demokrasi dan menggantinya dengan syariah dalam bingkai Khilafah. penolakan sistem demokrasi adalah bagian dari keimanan. Demokrasi adalah sistem kufur yang bertentangan dengan akidah dan syariat Islam. Hal ini terjadi lantaran Demokrasi telah melegitimasi manusia untuk membuat hukum di atas hukum Allah. Maka siapa pun penguasa dari sistem kufur tersebut ia adalah penguasa yang zalim, karena penguasa yang mengurus pemerintahan saat ini tidak berdasarkan Islam. Perguliran waktu harus menjadikan mahasiswa senantiasa berorientasi sebagai kaum pemikir dengan mindset sebagai the agent of change atas landasan keyakinan terhadap ridho Allah Swt. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Serta QS. Ar-Ra’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Dengan demikian, arah dan posisi pergerakan mahasiswa telah menjadi jelas dalam mengkritisi isu kenaikan harga BBM. Ternyata isu tersebut tidak membutuhkan “langkah konkrit” sebagai solusinya. Tapi lebih jauh lagi, langkah konkrit yang mampu menggerakkan hanya bisa dilakukan dengan mulai mengubah arah pemikiran yang akan memandu dan mendeskripsikan target yang ingin diraih oleh mahasiswa menuju sebuah perubahan sejati. Wallaahu a’lam bish showab []. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/saat-isu-bbm-dipaksa-menggerakkan.html

3/4


Posted 5th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: BEM, BBM, paradigma perubahan, ideologi, mahasiswa, presiden, Indonesia, Cina, Khilafah Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/saat-isu-bbm-dipaksa-menggerakkan.html

4/4


5th April 2012

Rekontekstualisasi Pengelolaan Air Pasca-Hari Air Sedunia 2012

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Muqodimah Air merupakan senyawa paling berlimpah di dalam sistem hidup dan mencakup 70% atau lebih dari bobot hampir semua bentuk kehidupan. Air mengisi semua bagian dari tiap sel. Air juga merupakan medium tempat berlangsungnya transport nutrien, reaksi-reaksi enzimatis metabolisme, sel dan transfer energi kimia. Oleh karena itu, semua aspek dari struktur dan fungsi sel harus beradaptasi dengan sifat-sifat fisik dan kimia air (Buku Dasar-dasar Biokimia Jilid 1). Betapa pentingnya peran air bagi kehidupan ini sesuai dengan firman Allah Swt: “Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).” (TQS An-Nahl [16]: 65). Serta: “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (TQS Al-Kahfi [18]: 45). Islam memandang air sebagai perkara asasi, karena Allah Swt telah memuliakan air. Allah Swt menjadikan air sebagai poros kehidupan di bumi, menjadikan air sebagai sesuatu yang suci serta menghubungkan berbagai macam ibadah dengan air dan keberadaan air. Dengan air itulah seorang Muslim menghilangkan junubnya, berwudhu untuk menyempurnakan kesuciannya dari dua hadats sehingga memungkinkan dirinya berdiri menghadap Allah Swt dalam ibadah yang paling agung, yakni sholat, melakukan thowaf dalm ibadah hajinya di seputar Ka’bah yang dimulai dari Hajar Aswad, memungkinkan dirinya menyentuh mushaf yang mulia, menghilangkan sebagian besar najis yang mengenai dirinya, serta membersihkan tubuhnya, bajunya dan segala sesuatu miliknya (Buku Tuntunan Thoharoh Berdasarkan Qur’an dan Hadits). Hari Air Sedunia Hari Air Sedunia (World Day for Water) adalah perayaan yang ditujukan sebagai usaha untuk menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan. Hari Air Sedunia diperingati setiap tanggal 22 Maret. Inisiatif peringatan ini diumumkan pada Sidang Umum PBB ke-47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro, Brasil. Setiap tahunnya pada Hari Air Sedunia memiliki tema khusus, contohnya pada 2009 “Air Bersama, Peluang Bersama”(Shared water, shared opportunities) (wikipedia, 22/03/2012). Hari Air Sedunia PBB tahun 2012 ini bertema “Keamanan Pengadaan Air dan Makanan“ (antaranews.com, 24/03/2012). Peringatan Hari Air Sedunia yang ke-20 pada 22 Maret 2012 digelar serempak di beberapa titik di dunia dan Indonesia, tidak terkecuali ibukota, Jakarta. Puluhan orang berkumpul di Bunderan Hotel Indonesia (HI). Mereka menyuarakan pentingnya masyarakat untuk kembali mengingat pentingnya ketersediaan air bersih demi ketahanan pangan. Menurut divisi humas Ditjen SDA Kementerian PU, selain aksi simpatik di Bunderan HI, peringatan Hari Air Sedunia 2012 juga mengambil tempat di PPM Menteng di mana Unesco menggelar diskusi terkait tema peran air dalam kehidupan manusia (antaranews.com, 22/03/2012). Di belahan lain di dunia, peringatan Hari Air Sedunia pun dilaksanakan markas Organisasi Pangan Dunia atau FAO di Roma, Italia. Sebagai badan PBB yang memimpin serangkaian peringatan Hari Air Dunia 2012, FAO menggelar berbagai acara dan diskusi untuk memperingati dan menarik perhatian publik terhadap peran utama air menyediakan pangan bagi penghuni Bumi. Jadwal resmi dari FAO istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/rekontekstualisasi-pengelolaan-air.html

1/5


menyebutkan bahwa Direktur Jendral FAO JosĂŠ Graziano da Silva, Direktur Jendral Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Michel Jarraud, dan kepala UN-Water Kanayo F. Nwanze hadir dalam peringatan puncak di Italia tersebut (antaranews.com, 22/03/2012). Direktur Perwakilan Kantor Unesco di Jakarta, Hubert Gijzen, mengatakan bahwa pengelolaan air menjadi faktor tunggal yang paling mendesak karena bisa menghambat pembangunan bangsa. Buruknya pengelolaan air bisa menghambat pembangunan, membatasi produksi pangan serta berbagai penderitaan dan kerusakan ekonomi dari bencana yang berhubungan dengan air. Gijzen menjelaskan bahwa perlu dilakukan berbagai upaya untuk lebih mempromosikan pembangunan air secara berkelanjutan (antaranews.com, 24/03/2012). Sebelumnya, mantan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Mochammad Amron menyatakan, seluruh masyarakat Indonesia harus ikut berpartisipasi dalam mengelola air dengan baik untuk menjaga kualitasnya secara berkelanjutan. Oleh karena itu perlu komitmen semua pihak untuk ikut mengelola air dengan baik. Sementara itu, Presiden Global Compact Network Indonesia, YW Junardy mengatakan bahwa penyelamatan air tidak hanya dilakukan perorangan dan pemerintah saja tapi kolaborasi dengan dunia usaha. Untuk itu telah dibentuk kelompok kerja Water Mandate Indonesia yang akan berkolaborasi untuk bekerja sama dalam menyelamatkan air Indonesia. Managing Director Corporate Affairs and Communication APP Hendra Gunawan menambahkan bahwa sebagai pimpinan kelompok kerja tersebut, pihaknya akan melakukan berbagai kegiatan menuju sesi seminar saat Konferensi Rio+20 pada Juni 2012 serta melakukan kampanye selamatkan air (antaranews.com, 24/03/2012). Pendalaman UU Sumber Daya Air (SDA) Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional (Dewan SDA Nasional) memfasilitasi kegiatan pendalaman Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air kepada Anggota Dewan SDA Nasional di Jakarta (18/8). Sambil menunggu terbitnya Surat Keputusan mengenai Panitia Khusus oleh Ketua Dewan SDA Nasional, kegiatan ini dimaksudkan agar terciptanya kesamaan persepsi terhadap substansi yang ada di dalam UU tersebut (dsdan.go.id, 24/08/2009). Meski tidak dihadiri oleh seluruh Anggota Dewan SDA Nasional yang berjumlah 44 orang, namun kehadiran sekitar 15 orang anggota yang terdiri dari unsur non-Pemerintah maupun perwakilan unsur Pemerintah, kegiatan ini cukup menarik perhatian. Pasalnya, para peserta cukup antusias berdiskusi dan menanyakan beberapa hal kepada nara sumber dalam acara tersebut, yaitu Sekretaris Harian Dewan SDA Nasional, Ir. Imam Anshori, MT dan dipandu Anggota Dewan SDA Nasional dari unsur nonPemerintah, Ir. Sudar Dwi Atmanto, MMAgr (LP3ES). Misalnya saja, mengenai pendayagunaan SDA yang tidak hanya semata-mata dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Akan tetapi dalam fungsi sekundernya, SDA banyak diperlukan dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh pihak nonPemerintah sebagai unit kegiatan ekonomi yang memang diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat (dsdan.go.id, 24/08/2009). Dalam penjelasannya, Imam Anshori menyebutkan, bahwa pengusahaan SDA adalah upaya pemanfaatan SDA untuk tujuan usaha atau menunjang suatu kegiatan usaha. “Pengusahaan SDA dapat dilakukan melalui berbagai jenis atau bentuk usaha,â€? katanya. Antara lain, pengusahaan air sebagai bahan baku untuk pendukung proses produksi seperti untuk usaha pabrik tekstil, usaha pencelupan kain batik dan pengambilan air untuk pendinginan mesin pabrik. Juga pengusahaan air sebagai bahan baku utama suatu produk olahan, seperti usaha air minum perpipaan dan usaha air mineral. Kemudian pengusahaan air, sumber air dan daya air seperti untuk usaha Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), arung jeram, wisata dan olah raga air. Selain itu, pengusahaan air sebagai media utama untuk kegiatan usaha tertentu seperti usaha perikanan sungai dan danau. Lainnya adalah pengusahaan air untuk pendukung kegiatan usaha tertentu seperti usaha pengambilan air untuk perhotelan dan usaha pengambilan air untuk real estate (dsdan.go.id, 24/08/2009). istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/rekontekstualisasi-pengelolaan-air.html

2/5


Imam Anshori menjelaskan, berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 pada Pasal 45 ayat (2) bahwa pengusahaan SDA yang meliputi satu Wilayah Sungai (WS) dari hulu sampai hilir hanya dapat dilaksanakan oleh BUMN (Badan Usaha Milik Negara)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pengelola SDA. Hal tersebut dikarenakan BUMN dibentuk perdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan BUMD dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) (dsdan.go.id, 24/08/2009). “Sedangkan perorangan, badan usaha atau kerjasama antar badan usaha dapat melaksanakan pengusahaan SDA secara terbatas berdasarkan izin pengusahaan dari pemerintah (Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota) sesuai dengan kewenangannya,� jelas Imam sambil menambahkan, bahwa perizinan tersebut harus sesuai dengan rencana alokasi air yang ditetapkan. Sementara untuk hak guna pakai air dapat diperoleh perorarangan atau kelompok melalui perizinan dan tanpa perizinan. Dengan perizinan, apabila perorangan menggunakannya untuk kebutuhan pokok sehari-hari yang mengubah kondisi sumber air yang ada (dsdan.go.id, 24/08/2009). Begitu juga harus memperoleh izin apabila perorangan atau kelompok mempergunakannya untuk pertanian di luar sistem irigasi yang sudah ada dan apabila kelompok mempergunakannya untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sosial. Sedangkan yang tanpa izin apabila perorangan mempergunakannya untuk kebutuhan pokok sehari-hari dengan tidak mengubah kondisi sumber air yang ada dan apabila perorangan atau kelompok mempergunakannya untuk pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada (dsdan.go.id, 24/08/2009). Air, Persoalan Bersama Air sebagai persoalan bersama telah lebih dulu menjadi isu sosial dibandingkan pembahasan untuk mendalami dan menyamakan persepsi tentang substansi UU SDA. Artinya, perkara sumber daya air merupakan perkara politik yang bersumber dari sistem ekonomi. Mengingat pula, persoalan ketersediaan sumber air di Indonesia saat ini sudah berada dalam keadaan yang kritis, sehingga memerlukan perhatian yang serius oleh pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat. Dalam rangka hari Air Sedunia (World Water Day) tahun 2008 lalu, Anggota Lembaga Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Muhjidin Mawardi menyatakan bahwa air merupakan perkara yang sangat asasi (fundamental), sangat urgen untuk dilaksanakan agar fungsi dan manfaatnya tetap terjaga lestari demi keberlanjutan kehidupan masa kini dan akan datang. Kewajiban untuk melindungi air mempunyai nilai yang sama dengan kewajiban menjaga keberlaniutan kehidupan itu sendiri (eramuslim.com, 21/03/2008). Persoalan air, sumber air dan ketersediaan air merupakan persoalan bersama, karena menyangkut masa depan seluruh kehidupan termasuk kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, dalam melakukan pengelolaan air dan sumber air, harus dilakukan secara terpadu dengan mempertimbangkan barbagai kepentingan dan berwawasan lingkungan. Namun faktanya, Undang-Undang Sumber Daya Air (UU SDA) yang diberlakukan saat ini, lebih bernuansa kapitalistik dan kurang memihak kepada kepentingan pengguna air lainnya, sehingga asas manfaat dan kelestarian air dan sumber air menjadi terancam (eramuslim.com, 21/03/2008). Posisi air atas nama fungsi sekunder sejatinya adalah nama lain air sebagai komoditas ekonomi. Hal ini jelas merupakan dampak penerapan sistem ekonomi kapitalisme di negara ini. Kaum kapitalis telah mendikte para penguasa untuk meliberalisasi sumber daya air, sehingga meminimalisasi akses air oleh rakyat, dan berujung pada penindasan kembali pada rakyat. Jadi, layakkah untuk masih percaya pada sistem berstandar ganda dan berasas manfaat ini? Jawabannya tidak. Uraian di atas jelas beralasan untuk tidak dibiarkan, sehingga harus menjadi motivasi untuk melakukan perubahan. Perubahannya pun bukan sebatas kepedulian sebagai langkah konkrit secara fisik, melainkan harus berawal dari konsep yang mendasar. Jika permasalahan yang timbul berupa liberalisasi, maka perkara yang harus diganti adalah pihak yang telah melahirkan masalah tersebut, yaitu ideologi istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/rekontekstualisasi-pengelolaan-air.html

3/5


kapitalisme. Perubahan konsepnya pun harus dimulai dari penggantian ideologi yang memiliki kekuatan sebanding dengan ideologi kapitalisme, yaitu ideologi Islam, bukan yang lain. Solusi Islam Islam merupakan seperangkat aturan yang datang dari Allah Swt, Sang Pencipta manusia dan seluruh alam semesta, maka sudah pasti aturan tersebut sesuai untuk mengatur ciptaan-Nya. Dengan demikian, pengaturan kehidupan manusia yang meliputi pengelolaan sumberdaya air, akan mensejahterakan mereka jika diatur dengan sistem Islam. Rasulullaah saw bersabda: “Kaum muslim itu berserikat dalam tiga perkara. (Yaitu) air, padang gembalaan dan api. Menjualnya adalah haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2463). Menurut madzhab Imam Syafi’i, Maliki dan Hanbali, yang dimaksud dengan air yang menjadi milik bersama dan oleh karena itu tidak boleh diperjualbelikan dalam hadits tersebut adalah air hujan, air sungai dan yang semisal; bukan air yang berasal dari sumber-sumber air milik pribadi, seperti sumur milik pribadi (Buku “60 Hadits Sulthaniyah”). Dari sini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat (dan jika tidak mengakibatkan kepanikan pada masyarakat) haruslah tersedia, dan tidak boleh dikuasai oleh pribadi (atau pihak swasta) sehingga merugikan masyarakat umum. Maka, untuk kepentingan tersebut, negara bertanggung jawab memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan ait yang mereka perlukan, serta menyediakan berbagai keperluan umum lainnya yang dibutuhkan (Buku “60 Hadits Sulthaniyah”). Bukti nyata perhatian sistem pemerintahan Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyyah tentang pengelolaan air adalah keberadaan kincir angin, yang selama ini dikenal berasal dari Belanda, padahal sejatinya tidak. Faktanya, Khilafah Islam memang memiliki banyak wilayah yang kering, di mana air saja cukup langka, apalagi sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Karena itu, di daerah yang kekurangan air tetapi memiliki angin yang stabil, kincir angin dapat dikembangkan sebagai alternatif sumber energi untuk industri. Pengembangan teknologi kincir angin dimuat jelas alam Kitab Al-Hiyal karya Banu Musa bersaudara. Kincir angin pertama kali digunakan di Provinsi Sistan, Iran Timur sebagaimana dicatat oleh geografer Istakhri pada abad ke-9 M. Jadi masuk akal jika sejarawan Joseph Needham menulis, “Sejarah kincir angin benar-benar diawali oleh kebudayaan Islam”. Para insinyur muslim pun telah merintis berbagai teknologi terkait dengan air, baik untuk menaikkannya ke sistem irigasi, atau menggunakannya untuk menjalankan mesin giling (Buku TSQ Stories Edisi 2). Dengan demikian, air harus dikelola berdasarkan letak kepemilikannya sebagai hak milik masyarakat. Sebagaimana sumber daya alam yang lain, air tidak boleh diprivatisasi. Pengelolaan sumber daya air harus berorientasi untuk kesejahteraan masyarakat, karena air merupakan hak kepemilikan umum. Dalam hal ini, negara hanya sebatas sebagai pengelola. Dan negara tidak boleh mengadopsi pengelolaan air dengan model privatisasi liberal, di mana berbagai komoditas yang sangat dibutuhkan masyarakat, termasuk air, justru dijual kepada perusahaan-perusahaan swasta, sehingga masyarakat tidak bisa mendapatkan haknya atas komoditas-komoditas tersebut kecuali hanya dengan membelinya. Kondisi seperti ini akan menciptakan sebuah masyarakat yang timpang. Karena golongan masyarakat yang memiliki kekayaan menjadi satu-satunya golongan yang tidak mampu mengakses berbagai layanan pokok. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullaah saw: “Sesungguhnya seorang Imam (penguasa) itu (bagaikan) perisai. Orang-orang berperang di belakangnya, dan juga berlindung dengannya. Maka jika ia memerintah (berdasarkan) takwa kepada Allah ta’ala dan berlaku adil, maka baginya pahala. Akan tetapi jika ia memerintah tidak dengan (takwa pada Allah dan tidak berlaku adil) maka ia akan mendapatkan balasannya.” (HR. Muslim no. 3428) (Buku “60 Hadits Sulthaniyah”). Wallaahu a'lam bish showab [] Posted 5th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: hari air sedunia, kincir air, privatisasi, Khilafah Islamiyyah, air istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/rekontekstualisasi-pengelolaan-air.html

4/5


Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/rekontekstualisasi-pengelolaan-air.html

5/5


20th June 2012

Prahara Program Kondom Remaja

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Nafsiah Mboi, Menkes yang baru sudah resmi dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Masa kerjanya memang tak lama, hanya 2,5 tahun. Namun bukan berarti masa bakti yang singkat itu menghalangi Menkes untuk membuat suatu perubahan yang signifikan demi tercapainya kondisi kesehatan masyarakat yang lebih baik. Dalam jumpa pers yang digelar di Ruang Leimena kantor Kementerian Kesehatan, Kamis (14/06/2012), Menkes memang masih belum dapat mengemukakan program-program kerja seperti apa yang akan dilaksanakan secara konkrit (health.detik.com, 15/06/2012). “Saya sudah menandatangani kontrak kinerja dengan presiden. Yang bagus adalah, di dalam kontrak kinerja ada targetnya, misalnya memastikan pencapaian target Kemenkes 2014. Jadi, saya bersama teman di kemenkes tinggal memonitor program-program yang ada agar selesai sesuai target yang ditetapkan bersama. Saya tidak bikin target baru dalam kontrak kinerja yang juga sudah ditandatangani Bu Endang (Alm.) ini,” kata Menkes (health.detik.com, 15/06/2012). Rencananya, Menkes bersama jajaran akan membahas secara intensif tantangan apa yang akan dihadapi oleh Kementerian Kesehatan untuk beberapa tahun mendatang. Namun secara eksternal, Menkes mengaku tantangannya adalah wilayah Indonesia yang sangat luas dan memiliki masalah kesehatan yang berbeda-beda. “Untuk pastinya, silakan tanya saya lagi satu bulan dari sekarang,” demikian kata Menkes (health.detik.com, 15/06/2012). Menkes Menggebrak Nusantara Disindir mengenai permasalahan HIV/AIDS yang telah menjadi isu yang akrab ditangani selama beberapa tahun terakhir, Menkes yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komite Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional ini berharap dapat melakukan gebrakan. Yaitu mengusulkan agar remaja dipermudah aksesnya untuk mendapat kondom (health.detik.com, 15/06/2012). “Kita berharap bisa meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan reproduksi untuk remaja. Dalam Undang-Undang, yang belum menikah tidak boleh diberi kontrasepsi. Namun kami menganalisis data dan itu ternyata berbahaya jika tidak melihat kenyataan. Sebanyak 2,3 juta remaja melakukan aborsi setiap tahunnya menurut data dari BKKBN,” kata Menkes. Menkes melihat, angka sebanyak itu menunjukkan bahwa banyak remaja mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Ia menegaskan, Undang-Undang perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak yang dikandung sampai dilahirkan harus diberikan haknya sesuai UU Perlindungan Anak. Maka, mempermudah akses remaja untuk mendapatkan kondom diharapkan dapat menekan angka aborsi dan kehamilan yang tak diinginkan (health.detik.com, 15/06/2012). Tentu saja hal ini mungkin akan mendapat pertentangan dari kelompok-kelompok tertentu yang menganggap pemberian kondom kepada remaja dapat memicu seks bebas. Tapi Menkes berpendapat, jika pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi sudah cukup baik, tidak perlu ada kekhawatiran idenya ini akan memicu seks bebas. “Kita akan membahas bagaimana hak-hak anak dalam kandungan ini dapat terpenuhi. Kampanye kondom difokuskan untuk seks yang beresiko. Untuk mempercepat pencapaian goal MDGs poin 6 tentang HIV/AIDS, maka kampanye kondom merupakan suatu kewajiban. Setiap hubungan seks yang beresiko menularkan penyakit atau kehamilan yang tak diinginkan adalah hubungan seks yang beresiko,” tegas Menkes (health.detik.com, 15/06/2012). Reaksi Sejumlah Pihak Sejumlah tokoh pun bereaksi. Diantaranya, Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Jose Rizal Jurnalis. Ia menyatakan bahwa kampanye penggunaan kondom ala Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi itu tidak dilandasi agama dan hanya melihat statistik penyebaran penyakit dengan hubungan heteroseksual. “Dia (Menkes) tidak melihat moralitas dan sebagainya, padahal persoalan ini juga menyangkut moral. Kampanye itu sama saja, silahkan hubungan seks karena ada kondom. Ini kacau, hubungan seks bebas atau seks di luar nikah dilarang agama, tapi kalau terpaksa silahkan pakai kondom. Ini jelas cara berpikir yang liberal, seperti di Amerika Serikat,” tegas Jose Rizal (itoday/eramuslim.com, 18/06/2012). “MER-C menolak keras cara mengatasi AIDS dengan cara itu. Hukum agama harus ditegakkan. Hukum agama untuk kemaslahatan umat manusia, tapi banyak yang menganggap itu pengekangan kebebasan. Ini dua istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/prahara-program-kondom-remaja.html

1/4


hal yang selalu diadu. Kebebasan dibiarkan, nantinya orang bebas menganut seks bebas atas atas nama kebebasan. Terus ada kampanye kondom, ini jadi kacau,” kecam Jose Rizal (itoday/eramuslim.com, 18/06/2012). Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, pun buka suara. Khofifah mengatakan bahwa persoalan yang melanda bangsa ini adalah kemerosotan moral, dan bagi-bagi kondom bukan satu penyelesaian masalah. “Yang jelas bagi-bagi kondom tidak akan selesaikan masalah moral di Indonesia," kata Khofifah. Selain itu, program tersebut juga dinilainya tidak sinkron dengan program kementerian lain yang mengarah pada pembangunan moral dan karakter (antaranews.com, 19/06/2012). Khofifah mengungkapkan, Kementerian Agama telah memprogram gerakan Magrib mengaji, sementara Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan telah menyiapkan pedoman pendidikan karakter. “Ini jelas merusak orkestra pembangunan kita karena program yang satu bertentangan dengan program yang lain," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan era Presiden Abdurrahman Wahid itu. Menurut Khofifah, masalah kemerosotan moral sudah sangat memprihatinkan. Khofifah pun mengatakan, berdasar data yang di-up date Muslimat NU pada tahun 2011, ada lima juta perempuan menggugurkan kandungan, sebagian besar berusia 16 tahun ke bawah, yakni mencapai 62%. Persoalan umat yang sudah seperti ini jangan dijawab bagi-bagi kondom bagi remaja kita. Akan tetapi, bagaimana kita ikhtiar luar biasa agar ada iman dan takwa yang tertanam pada anak-anak kita,” katanya (antaranews.com, 19/06/2012). Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI), Iffah Ainur Rochmah, juga angkat bicara. Iffah menyatakan bahwa sosialisasi Menkes tentang penanggulangan AIDS ala UNAIDS ini sangat liberal. Sosialisasi kondom ini tidak akan pernah memutus mata rantai utama penyebaran AIDS yakni menghapus pergaulan bebas, tapi malah memberi jalan keluar agar pergaulan bebas tidak menghantar pada HIV atau kehamilan tak diinginkan. Sejak awal kebijakan terkait penanggulangan AIDS memang sangat liberal. Dengan pengalaman Nafsiah sebagai aktivis HIV/AIDS, implementasi kebijakan liberal tersebut bisa jadi lebih nyata. Buktinya, baru diumumkan pengangkatannya, Menkes baru sudah menyatakan ke media akan menggerakkan semua jajaran kementriannya untuk kampanye kondom (hizbut-tahrir.or.id, 17/06/2012). “Dia (Menkes) anggap keberhasilan kampanye kondom ini adalah indikator keberhasilan penanggulangan AIDS. Masya Allah, bahkan akan menjadikan kalangan remaja 15-24 tahun sebagai sasaran yang tak boleh diabaikan. Mereka diasumsikan belum menikah tapi rawan melakukan seks bebas. Agar tidak terjadi kehamilan dan tidak kena AIDS, pakai saja kondom! Astaghfirullah. Program sangat berbahaya bagi umat. Seks bebas bisa semakin merajalela. Kalau data BKKBN tahun 2010 lalu menunjukkan 51% remaja Jabodetabek telah lakukan seks pra nikah, jangan sampai kita anggap biasa kalau angka ini semakin meningkat. Karenanya program ini harus kita kritisi bahkan layak kita tolak,” tegasnya (hizbut-tahrir.or.id, 17/06/2012). Iffah menambahkan, tapi kita tak bisa pungkiri, kedaulatan negeri sudah terampas oleh tekanantekanan internasional. Liberalisme semakin mengakar kuat. Salah satunya lewat MDGs. Target MDGs 2015 terkait angka penderita HIV/AIDS di Indonesia harus dikejar. Kalau tidak, maka ada ‘hukuman internasional’ yang harus diterima. Ingat kan, beberapa minggu lalu Indonesia mendapat hukuman melalui laporan UPR terkait kebebasan beragama. Pemerintah langsung mengambil tindakan, tanpa menimbang masalahnya secara mendalam. Hal yang sama kiranya juga terjadi dalam kasus pencapaian target penderita AIDS sesuai target MDGs. Untuk mengejar target inilah semua rekomendasi liberal harus diambil. Termasuk kampanye kondom, dengan mengabaikan dampaknya terhadap makin tingginya pelaku seks bebas. Kalau sebelumnya masih diperhatikan UU yang melarang pemberian kontrasepsi kepada yang belum menikah, kini UU itu pun ditabrak demi mengejar ‘pujian’ internasional (hizbut-tahrir.or.id, 17/06/2012). Jangan Lupakan yang Satu Ini Entah apa yang sedang merasuk ke dalam pemikiran Bu Menkes. Jangan lupakan yang satu ini. Indonesia kini memiliki predikat anyar. Yakni negara dengan pengakses situs porno nomor satu sedunia. Torehan ini sungguh memalukan. Pasalnya, satu setengah tahun lalu posisi Indonesia masih di urutan tujuh, namun satu bulan silam justru merangsek naik ke posisi teratas. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun membenarkan torehan buruk ini (jpnn.com, 16/06/2012). “Menurut data dari search engine yang kami dapat, terakhir sekitar satu bulan lalu memang menyebutkan, Indonesia menjadi negara pengakses situs pornografi tertinggi di dunia,” jelas Kepala Humas dan Pusat Informasi Kementerian Kominfo, Gatot S. Dewa Broto. Walau tidak membeberkan secara rinci berapa besaran angkanya, Gatot menyatakan ini merupakan pekerjaan rumah dan tugas yang harus terus diselesaikan istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/prahara-program-kondom-remaja.html

2/4


jajarannya. Karena, Kominfo memiliki tanggung jawab moral dalam meminimalisir akses ke situs konten mesum itu. “Kami akan bekerja lebih keras untuk menyelesaikan permasalahan ini,” sambungnya (jpnn.com, 16/06/2012). Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring menambahkan bahwa efek dari internet tergantung dari pengguna. Kepada Radar Bogor (Grup JPNN) ia menuturkan, berdasarkan riset pornografi di 12 kota besar Indonesia terhadap 4.500 siswa-siswi SMP, ditemukan sebanyak 97,2% dari mereka pernah membuka situs porno. Data selanjutnya juga menambahkan bahwa 91% dari mereka sudah pernah melakukan kissing, petting atau oral sex. “Bahkan, data tersebut juga menyebutkan 62,1% siswi SMP pernah berzina dan 22% siswi SMU pernah melakukan aborsi,” ujarnya (jpnn.com, 16/06/2012). Seperti diketahui, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah membentuk gugus tugas pencegahan dan penanganan pornografi. Tim yang terdiri dari para menteri hingga pemerintah daerah ini akan bekerja untuk membasmi pornografi secara terpadu. Pembentukan gugus tugas ini ditandai dengan terbitnya Perpres No 25 Tahun 2012 pada 2 Maret lalu. Perpres tersebut mengacu pada Pasal 42 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi yang mengamanatkan dibentuknya gugus tugas. Namun hingga saat ini, tim ini belum menemui hasil maksimal (jpnn.com, 16/06/2012). Terpisah, Kepala Kantor Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Bogor, Chusnul Rozaqi masih menunggu hasil dari invetarisasi permasalahan ini dari Kemenkominfo. Jadi sudah jelas, belum ada langkah proteksi pornografi yang dilakukan pemkot. “Untuk di Kota Bogor sendiri masih menunggu kewenangan dari pusat,” singkat Chusnul ketika dihubungi semalam (jpnn.com, 16/06/2012). Pemerhati anak, sosial dan pendidikan, Jeannie Chamidi Ibrahim merasa kecewa dengan predikat baru yang didapat bangsa ini. Jeannie berpendapat, bebasnya akses porno dilatarbelakangi bebasnya keluar masuk warung internet (warnet). “Sampai saat ini tidak ada batasan umur. Kondisi seperti ini yang dikhawatirkan menghancurkan psikis anak-anak,” tukas Jeannie (jpnn.com, 16/06/2012). Sementara itu, Pakar informatika dan telematika, Roy Suryo mengatakan, fenomena pengunggah situs porno massal itu dinilai bukan hal aneh di sejumlah negara. Apalagi di Indonesia. “Bagi saya pribadi, terus terang masalah ini sudah tidak asing lagi. Apalagi peringkat tersebut karena negara-negara lain juga memiliki kecenderungan yang sama,” jelas Roy. Roy pun menegaskan, pemerintah mesti segera memperbaiki citra internet Indonesia ke arah lebih baik. Dan itu bisa dilakukan via penyebaran software ke sekolah-sekolah, instansi, komunitas dan warnet untuk mengantisipasi lalu lintas situs mesum tersebut. “Harus ada proteksi hardware dari server-nya (hulu) serta diperlukan pendidikan brainware, etika, moral dan keagamaan,” jelas anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat itu (jpnn.com, 16/06/2012). Ingat yang Berikut Ini Para pejabat negeri ini memang makin linglung mengelola aset negara. Generasi muda yang seharusnya menjadi tulang punggung peradaban justru dibenamkan hingga kerak dasar yang membuat mereka menjadi golongan tak beradab. Sadarkah para pejabat akan hal itu? Ke mana larinya nilai kemanusiaan dalam diri Bu Menkes sebagai seorang perempuan yang juga seorang ibu? Bagaimana jika ia menjadi salah satu ibu dari para remaja tersebut? Mengapa kebijakannya tidak menjaga tapi malah memfasilitasi generasi muda untuk menjadi biadab dengan makin berpotensi melakukan zina? Na’udzubillaah. Firman Allah Swt yang berisi peringatan keras berikut ini hendaknya membuat kita sesempurna mungkin dalam bercermin, karena manusia itu lemah. “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (TQS Al-Israa [17]: 32). Dan sabda Rasul saw: “Jika zina dan riba merjalela di suatu negeri maka mereka telah menghalalkan adzab Allah atas diri mereka.” (HR. Hakim, Thabrani dan Baihaqi). Kaitannya dengan hal ini, Islam mengatur tentang pemeliharaan keturunan. Islam telah menurunkan hukum-hukum berikut sanksi-sanksi yang berfungsi sebagai pencegah, dalam rangka memelihara keturunan manusia dan nasabnya. Islam telah mengharamkan zina dan mengharuskan dijatuhkan sanksi bagi pelakunya. Hal ini bertujuan untuk menjaga lestarinya kesucian dari sebuah keturunan. Sehingga, seorang ayah akan tetap dapat memelihara anak-anaknya serta merawat mereka, di mana ia dapat memastikan bahwa anak-anak tersebut merupakan bagian dari dirinya sendiri (darah dagingnya) (Kitab Dirosah al-Fikr). Karenanya, anak tersebut harus diperoleh dengan jalan yang sah, yaitu pernikahan, bukan perzinaan. Bahkan, Islam pun telah menyediakan solusi berlapis agar manusia makin terjaga dan berhati-hati menyikapi zina. Islam telah mengatur masalah hadd al-qadzaf (menuduh berzina), yakni bagi siapa saja yang istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/prahara-program-kondom-remaja.html

3/4


menuduh orang lain telah berbuat zina tanpa membawa bukti, maka kepadanya akan dijatuhkan hukuman jilid (cambuk) (Kitab Dirosah al-Fikr). Artinya, sekalipun zina merupakan salah satu pelanggaran hukum syara’, tapi menuduh zina terhadap seseorang tanpa alasan, ternyata juga termasuk pelanggaran terhadap hukum syara’. Maka, kita pun harus cermat. Khatimah Jadi, pasti menyesatkan bila ada yang mengkampanyekan dengan penggunaan kondom akan tercegah dari HIV/AIDS. Kondom didesain sebagai alat kontrasepsi, pencegah kehamilan. Bukan sebagai penangkal menyebarnya virus melalui hubungan kelamin. Kebanyakan ahli juga sudah memberitakan bahwa pori-pori kondom berukuran lebih besar dari virus HIV, berarti virus tetap bisa menular meski memakai kondom. Lebih penting lagi, seks di luar nikah (zina) adalah dosa besar, baik menularkan HIV atau tidak, terjadi kehamilan atau tidak (hizbut-tahrir.or.id, 17/06/2012). Wallaahu a’lam bish showab [].

Posted 20th June 2012 by Nindira Aryudhani Labels: kondom, Islam, situs porno, HIV/AIDS, zina, MER-C, MDGs, seks bebas 0

Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/prahara-program-kondom-remaja.html

4/4


10th May 2012

POTENSI KEBANGKITAN IDEOLOGI ISLAM VIA MEMANASNYA KONFLIK DI SELAT HORMUZ

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Muqodimah Permusuhan Barat yang merepresentasikan peradaban Yahudi, Nasrani, komunis dan paganis terhadap Dunia Islam tidak pernah surut. Justru semakin hari semakin bertambah tebal, kuat dan ganas. Apa yang saat ini mereka sebut sebagai “Perang Melawan Terorisme Global”, juga invasi militer ke Afghanistan dan Irak, hanya semakin menguatkan kebenaran dan kepastian realita ‘benturan antara kebenaran dan kebathilan’ yang telah ditegaskan oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Hal ini sejalan dengan pandangan Bernard Lewis dan Samuel Huntington , bahwa setelah Komunisme runtuh, musuh Barat berikutnya adalah Islam. Perbedaan yang mendasar antara ideologi, sejarah dan karakteristik peradaban Islam dengan Barat, merupakan penyebab utama ditempatkannya Islam sebagai ‘musuh’ bagi peradaban Barat. Oleh karena itu, perang melawan Islam dan kaum Muslimin telah dikemas secara sistematis dan terorganisir, sebagaimana yang telah dicanangkan oleh AS dan diamini oleh 95% negara anggota PBB, tak terkecuali sebagian besar negara berpenduduk mayoritas muslim. Sementara itu, umat Islam yang ingin hidup berdasar Al-Quran dan As-Sunnah, diberi stempel ‘fundamentalis Islam’ ataupun ‘teroris Islam’ yang harus diburu dan dimusnahkan (Buku “Menanti Kehancuran Amerika dan Eropa”). Terkait isu terkini, negara-negara Barat belum lama ini mengumumkan sanksi baru terhadap Iran setelah PBB mengeluarkan laporan bahwa Iran melakukan uji coba pengembangan peralatan nuklir (Liputan 6.com). Berita yang belakangan berkembang, USS John C. Stennis, salah satu kapal induk terbesar milik AS, memang bergerak ke timur dari Teluk Oman dan melewati Selat Hormuz. Departemen Pertahanan AS mengatakan USS John C. Stennis melewati rute rutin untuk mendukung operasi NATO di Afghanistan. Perkembangan ini terjadi ketika Barat menambah tekanan kepada Teheran agar menghentikan program nuklir (Militerania). Barat tengah mempertimbangkan sanksi dengan sasaran sektor keuangan dan minyak Iran setelah muncul laporan PBB (Liputan 6.com). Presiden Barack Obama pun bereaksi dengan menandatangani undang-undang tentang sanksi ekonomi terhadap Iran. Secara khusus UU ini mengatur sanksi kepada bank sentral Iran, yang selama ini menangani penjualan minyak ke luar negeri (Militerania). Sejumlah Sepak Terjang AS Dengan mengangkat isu HAM dan demokrasi, dan terakhir isu perang melawan terorisme, AS sedemikian gencar melakukan intervensi, ekspansi pengaruh hingga invasi militer ke negara-negara tak berdaya semisal Afghanistan dan Irak (Buku “Di Ambang Keruntuhan Amerika”), hingga pada faktanya, Afghanistan dan Irak menjadi korban pertama umat Islam bagi kebrutalan Barat (Buku “Menanti Kehancuran Amerika dan Eropa”). Imperium AS yang dibangun di atas kekuasaan imperialisme modern dan kapitalisme tak kenal batas itu, justru makin menjelaskan bahwa sepak terjangnya telah menyengsarakan masyarakat internasional. Dunia yang telah dibuatnya bertekuk lutut, dikiranya aman dari perlawanan. Sejumlah negara kompak melakukan perlawanan, meski terus ditekan dan diancam oleh AS. Embargo dan sanksi ekonomi yang dijatuhkan pun tak mematahkan semangat perlawanan mereka. Hal ini bermula dari kawasan Amerika Latin, hingga beralih ke Timur Tengah sejak tampilnya presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad. Perlawanan Ahmadinejad ini pun dilandasi kesadaran luhurnya penghormatan atas hak dan harga diri Iran sebagai negara berdaulat dan rasa tanggung jawab untuk menciptakan perdamaian dunia berdasarkan perikeadilan dan perikemanusiaan yang beradab. Itulah sebabnya, Iran tampil sangat berani menangkis dan melawan setiap perlakuan yang sewenang-wenang, termasuk melawan kehendak AS agar Iran menutup instalasi nuklirnya. AS pun tampak sangat geram sehingga menarik peran DK-PBB dan mengancam akan melancarkan serbuan militer. Bersamaan dengan hal itu, kekuatan-kekuatan besar dunia lainnya, seperti Uni Eropa, Cina, Rusia dan Jepang pun semakin tumbuh dan berkembang, yang percepatan pertumbuhan dan perkembangan istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/potensi-kebangkitan-ideologi-islam-via.html

1/10


ekonominya jauh melampaui yang bisa dicapai AS. Keempat kekuasaan besar dunia ini tampaknya juga sudah merasakan betapa gerahnya dunia yang dipenuhi oleh unilateralisme adidaya tunggal, AS. Sementara itu, Dunia Islam yang kini masih pingsan sesungguhnya juga telah mulai merasakan bahwa dunia kini membutuhkan suatu keseimbangan kekuatan untuk mengendalikan perdamaian dan ketertiban serta memajukan kesejahteraan dunia. Dengan demikian, fron permusuhan AS mencakup Amerika Latin, Timur Tengah dan belahan dunia lainnya, serta fron persaingan AS meliputi Uni Eropa, Rusia dan Cina. Negara-negara yang dahulu bersedia membantu serangan AS ke Irak kini semakin menjaga jarak dengan AS. Inggris dan Jepang, misalnya, sekarang telah berubah sikap dengan tak bersedia diajak AS untuk bersama-sama melibas kegiatan nuklir Iran atau rencana agresi militer ke Iran. AS kini tampak seperti ‘kedodoran’ atau ‘kewalahan’. Apalagi kondisi dalam negeri AS sendiri juga sedang menghadapi berbagai persoalan cukup berat, mulai dari defisit anggaran yang kronis hingga taruhan untuk terus bertahan. Semua ini membuat hegemoni AS di pentas dunia sangat terancam. Sebagian pengamat, peneliti dan pakar politik hubungan internasional mengatakan bahwa AS kini sedang menyongsong masa keruntuhan (Buku “Di Ambang Keruntuhan Amerika”). AS versus Iran Kendati Iran tak mengembangkan teknologi nuklir untuk pembuatan senjata – dan ini pun sudah dibuktikan melalui inspeksi IAEA – AS dan dunia Barat melalui DK-PBB bersikukuh hendak menjatuhkan sanksi kepada Iran. Sejumlah opsi sanksi itu mencakup sekurang-kurangnya sanksi perdagangan seperti sebelumnya, atau sanksi perdagangan yang diperluas, atau sanksi isolasi internasional, atau memberi mandat kepada AS untuk melakukan tindakan militer. Apakah sanksi-sanksi tersebut ampuh dan mampu mengubah niat Iran? Menurut Ali Pahlevani Rad (Staf Bagian Pers dan Media, Kedubes Iran di Indonesia), jelas sekali bahwa sanksi dari Barat ini tidak akan berpengaruh terhadap Iran karena dua hal. Pertama, teknologi nuklir Iran sudah dikuasai oleh ilmuwan Iran sendiri maka dengan tidak ada bantuan dari negara lain pun Iran mampu menjalankan dan melanjutkan program nuklirnya untuk tujuan damai. Kedua, jika Iran ingin menyerah akibat tekanan Barat khususnya AS, pasti sudah menyerah dari puluhan tahun yang lalu. AS dan sekutunya juga harus tahu bahwa ini adalah abad XXI, ketika sebuah negara tidak bisa lagi mendikte negara-negara lain. Akan halnya dengan ancaman serangan militer AS, hal itu lebih merupakan gertak sambal belaka. Buktinya, selama ini AS sudah kerap kali mengancam akan melancarkan serangan militer terhadap Korea Utara dan Kuba, ternyata tak pernah diwujudkan. AS hanya berani menyerang Afghanistan karena negara itu sedang tercabik-cabik perang saudara yang berkepanjangan. AS juga menyerang Irak karena Irak adalah negara kalah perang, yang sudah puluhan tahun diembargo dan angkatan udaranya dikenai larangan bebas terbang karena wilayah udaranya dikerat tiga. Juga akan halnya dengan inisiatif AS menggalang dukungan dari kelompok 5+1 (AS, Inggris, Prancis, Rusia, Cina plus Jerman), hal itu tidak berarti AS akan mampu memberikan tekanan lebih keras terhadap Iran. Malah boleh jadi hal itu menunjukkan posisi Iran semakin kuat karena selain dari Rusia dan Cina, Iran bisa melakukan manuver untuk menarik dukungan dari Jerman yang selama ini bersahabat dengan Iran. Sedangkan AS hanya didukung Prancis, karena Inggris secara bertahap dan teratur berencana untuk menarik diri dari berkoalisi dengan AS dalam kasus nuklir Iran (Buku “Di Ambang Keruntuhan Amerika”). Karakter Geopolitik Negara Adidaya Kapitalis (Inggris dan AS) Perjuangan suatu negara untuk mencapai posisinya tidak mengenal henti. Kompetisi antarnegara dalam kancah politik internasional pun sudah berlangsung sejak dulu. Dalam setiap lembaran sejarah, akan selalu ada satu negara yang dianggap sebagai negara yang memimpin dan mengendalikan dunia. Kompetisi ini selain dipengaruhi oleh keyakinan yang diemban negara, penduduknya dan sistem yang dianutnya, juga dipengaruhi oleh kekuatan geostrategis negara tersebut. Barat telah menggunakan istilah geopolitik dan menurut Oyvind Osterud (1988), yang telah menjadi penting pascamasa kolonial. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/potensi-kebangkitan-ideologi-islam-via.html

2/10


Menurut Osterud, tradisi geopolitik mengindikasikan adanya kaitan sebab akibat antara kekuatan politik dan wilayah geografis. Istilah geopolitik dalam istilah yang baku berarti kumpulan pemikiran yang mendalami strategi yang spesifik, yang diformulasikan berdasarkan kepentingan relatif kekuatan darat dan laut dalam sejarah dunia. Karena itu, dalam membangun negara terkemuka di dunia, pentingnya kontrol atas geopolitik internasional tidak bisa diremehkan. Studi komprehensif terhadap sejarah Inggris dan AS sebagai contoh negara adidaya global masa lalu dan sekarang, akan menampilkan beberapa kesimpulan penting mengenai karakter geopolitik sebuah negara adidaya. Supremasi Inggris di dunia adalah karena kemampuannya menjajah Afrika, AS, Semenanjung India dan Timur Tengah. Sebagai contoh, Laut Mediterania merupakan lokasi geopolitik terpenting bagi Inggris. Dari tahun 1600-an hingga sekarang, Laut Mediterania membantu Inggris untuk mengontrol koloninya di Afrika sebagai sumber bahan baku dunia, memelihara komunikasi dengan Semenanjung India melalui Terusan Suez dan Teluk Persia, serta menjaga kekuatan Eropa lainnya tetap di luar Timur Tengah, Asia dan Afrika. Bahkan, hingga hari ini pun, jalur ini masih merupakan jalur perdagangan tersibuk untuk perekonomian dunia; menghubungkan AS dan Eropa, dengan Asia dan Timur Tengah. Dengan demikian, fakta sejarah menunjukkan bahwa Benua Afrika, Timur Tengah, Laut Mediterania, Teluk Persia dan Semenanjung India menjadi lokasi terpenting dalam kepentingan geopolitik Imperium Inggris. Dengan menguasai rute dan lokasi penting ini, Inggris menikmati pertumbuhan ekonomi yang digerakkan oleh visi politiknya. Lebih jauh lagi, sejarah mencatat bahwa Selat Gibraltar, Terusan Suez, Selat Hormuz di Teluk Persia, dan Selat Malaka memegang peranan penting dalam mempertahankan Inggris sebagai kekuatan adidaya selama 200 tahun. Sementara itu, AS, memiliki catatan sejarah sebagai satu negara adidaya penting pada masa 1945-1990, dan adidaya tunggal dunia sejak 1991 hingga sekarang. AS menguasai minyak dari Timur Tengah untuk mendukung ekspansi ekonomi dan kebutuhan militernya. Krisis minyak 1973 menunjukkan rawannya ekonomi AS dan negara-negara Barat lainnya ketika suplai minyak diputus. Karenanya, AS membangun pangkalan militer di Teluk Persia, Arab Saudi dan Kuwait pada tahun 1990-an dan di Irak baru-baru ini. Sumber minyak dari Timur Tengah dikirim ke AS melalui Terusan Suez, ke Laut Mediterania. Untuk mengamankan suplai minyak itu, AS memerangi keberadaan Inggris dan Rusia di kawasan itu sejak Perang Dunia II hingga akhirnya menang pada tahun 1990-an selama Perang Teluk I dan jatuhnya Komunisme 1990. Betapa strategisnya kawasan ini diungkapkan dalam pidato Presiden Jimmy Carter tahun 1980 yang dikenal sebagai Doktrin Carter, “Sikap kami sudah jelas, kekuatan asing manapun yang berusaha mengontrol Teluk Persia akan dianggap sebagai serangan terhadap kepentingan vital AS dan akan dihadapi dengan berbagai tindakan, termasuk tindakan militer. � Faktanya, 23% impor minyak AS berasal dari Timur Tengah. Kini AS menghadapi persaingan dari Cina dan Rusia terhadap akses minyak Timur Tengah. Demikian juga menghadapi kompetisi dari India, Jepang dan Uni Eropa. Karena itu, kawasan Mediterania dan Teluk Persia menjadi lokasi paling strategis bagi AS yang sudah mengalami perubahan dari peta kekuatan unipolar menjadi multipolar (Al-Waie Januari 2011). AS pun mencoba memanjangkan garis saluran minyak sepanjang Yordania, Suriah, dan Libanon untuk Laut Tengah/Mediterania. Lalu, Inggris berusaha menghambat langkah AS. Sebab, Inggris merasa mempunyai akar keberadaan yang lama di kawasan Timur Tengah yang mampu mempengaruhi seluruh penguasanya, mengingat semua penguasa Timur Tengah adalah agen Inggris. Maka, AS menyadari bahwa satu-satunya cara untuk mengubah kondisi kawasan Timur Tengah adalah menerapkan politik dengan mewujudkan penguasa-penguasa militer dan meletuskan revolusi-revolusi. Seiring runtuhnya Uni Soviet pada awal tahun 1990-an di abad yang lalu, dan kemenangan AS dalam perang di Irak, serta dominasinya atas Kuwait dan kawasan Teluk; berubahlah perimbangan kekuatan di dunia. AS mulai menyusun peta baru bagi Timur Tengah. Berdasarkan rancangan itu, Inggris hanya akan menjadi pemain cadangan yang tidak kuat lagi menyaingi AS, sehingga posisi dan kedudukan Inggris menjadi merosot. Inggris terpaksa melakukan intrik-intrik dan manuver-manuver yang lemah. Inggris pun terpaksa mengandalkan Uni Eropa untuk melaksanakan strategi-strateginya, yang pada dasarnya adalah strategi-strategi yang ala kadarnya (Kitab Mafahim Siyasi). istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/potensi-kebangkitan-ideologi-islam-via.html

3/10


Pada tahun 1952, berlangsung pemilu di AS yang dimenangkan oleh Partai Republik, yang mendudukkan Eisenhower sebagai presiden, yang sudah terkenal lebih mengutamakan kepentingan AS –khususnya kepentingan militer— daripada tekanan Yahudi dan Inggris. Maka, konflik antara dua negara –AS dan Inggris— menjadi tajam. Salah satu gejalanya adalah AS mengambil Mesir dan Suriah dari Inggris. Sejak saat itu negeri-negeri Arab menjadi lapangan yang luas untuk konflik Inggris-AS. Berbagai aksi politik yang terjadi membuat Timur Tengah menjadi seperti bola yang berpindah dari kaki AS ke kaki Inggris, dan dari kaki Inggris ke kaki AS. Begitulah terjadi berulang-ulang (Kitab Mafahim Siyasi). Demikian pula AS mampu menanamkan pengaruhnya dengan kuat –di samping pengaruh Inggris- pada semua negara Teluk, Yaman, dan Yordania. AS juga mampu bersaing dengan pengaruh Inggris dan Prancis di negara-negara Afrika dan Turki. Dengan demikian, AS adalah hegemoni yang sesungguhnya atas negara-negara kawasan Timur Tengah yang terdiri dari lebih 24 negara. Sementara Inggris terpaksa merangkak di belakang AS untuk memperoleh sebagian remah-remah keuntungan, dan menentang AS secara diam-diam dari balik layar tanpa berani untuk mengajukan rancangannya sendiri secara terangterangan untuk menyaingi rancangan AS di kawasan Timur Tengah. Walhasil, dapat dikatakan bahwa konflik terbuka antara dua negara ini telah berakhir pada akhir abad yang lalu hingga saat ini. Konflik itu telah berubah menjadi pola kerjasama dan kesepakatan dengan menobatkan AS sebagai pemimpin nomor satu di kawasan Timur Tengah dan pemutus kesepakatan-kesepakatan besar. Sementara Inggris menjalankan peran sebagai pelayan agar dia tetap eksis. Jadi kemampuan Inggris saat ini, bahkan kemampuan seluruh Uni Eropa sangatlah lemah dalam hal rancangan penyelesaian masalah Timur Tengah. Karena itu, kita melihat Inggris dan negara-negara Uni Eropa menjalankan rencana AS dan bergerak atas dasar rencana itu. Inggris dan Uni Eropa tidak mampu mengimplementasikan rencana sesuatu tanpa pengaruh dari AS (Kitab Mafahim Siyasi). Selat Hormuz; Penting dan Strategis Selat Hormuz merupakan kawasan perairan sempit sebagai bagian dari kawasan Teluk Persia yang termasuk ke dalam wilayah Iran. Di Selat Hormuz, terletak pelabuhan utama Iran, yaitu pelabuhan Bandar Abbas. Pelabuhan ini pun merupakan kawasan penting, karena dihubungkan dengan sistem jalan raya dan jalan kereta api untuk pengangkutan kargo. Jaringan kereta api Teheran-Bandar Abbas dibangun pada 1995 yang menghubungkan Bandar Abbas dengan seluruh Iran dan Asia Tengah melewati Teheran dan Mashad (Wikipedia). Di satu sisi, konflik bermula ketika pasukan AL Iran melakukan latihan perang di sekitar kawasan Selat Hormuz. Manuver AL Teheran ini menjadi pusat perhatian internasional lantaran sejumlah pejabat Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz bila Barat menyerang fasilitas nuklir negara itu atau melakukan embargo ekspor minyak. Bahkan, untuk memperkuat seluruh lini, pasukan Garda Revolusi Iran siap mengadakan latihan angkatan laut baru di Selat Hormuz pada Februari mendatang (republika.co.id). Sementara itu di sisi lain, PBB dan negara-negara Barat mengatakan program nuklir Iran ditujukan untuk mengembangkan senjata, padahal pemerintah Iran mengatakan program ini untuk kepentingan damai. Uni Eropa diperkirakan akan mengikuti jejak Washington dan mungkin akan mengumumkan sanksi baru pada akhir Januari. Sebelumnya PBB sendiri telah mengeluarkan empat sanksi kepada pemerintah di Teheran (Militerania). Langkah ini membuat Teheran marah dan para pejabat tinggi Iran mengancam akan mengganggu jalur minyak di Hormuz (Liputan 6.com). Menanggapi ancaman ini, Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Mark Toner mengatakan bahwa Teheran berusaha mengalihkan perhatian dari isu utama. "Persoalan di lapangan adalah Iran selalu menghindar dari kewajiban-kewajiban yang harus mereka lakukan terkait dengan program nuklir," kata Toner. Sementara itu, Prancis mendesak pemerintah Iran menghormati hukum internasional. "Selat Hormuz adalah selat internasional. Oleh karena itu semua kapal, dari negara mana saja, punya hak melewati perairan tersebut," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Bernard Valero (Liputan 6.com). Iran pun tak gentar. Sebagaimana diliput oleh Liputan 6.com (diakses 07/01/2012), Iran mengatakan bahwa mereka mungkin akan menutup salah satu jalur minyak utama jika Barat meningkatkan sanksi istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/potensi-kebangkitan-ideologi-islam-via.html

4/10


terhadap Teheran terkait dengan program nuklir. Wakil Presiden Mohammad Reza Rahimi memperingatkan, “Tidak setetes pun minyak bisa melewati Selat Hormuz bila sanksi terhadap Iran ditambah”. Kepala Staf Angkatan Laut Iran Laksamana Habibollah Sayari juga mengatakan, "Menutup Selat Hormuz lebih mudah dibandingkan meminum segelas air. Namun untuk saat ini kami belum merasa perlu menutup selat. Ada Laut Oman yang berada di bawah kendali kami dan kami juga mengontrol transit di perairan ini." (Liputan 6.com). Sementara itu, Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland, menyatakan bahwa AS telah meng-klaim dirinya tidak mencari masalah dengan Iran, namun AS menegaskan akan melanjutkan perannya dalam memastikan "pelayaran bebas di dunia". Pernyataan Nuland merupakan tanggapan terhadap peringatan terbaru yang Iran tujukan kepada kapal induk AS di kawasan Teluk Persia (Antaranews.com). Cina, sebagai salah satu sekutu Iran, menentang sanksi unilateral terhadap Iran, setelah Presiden AS Barack Obama menandatangani undang-undang yang menargetkan bank sentral Republik Islam Iran. Cina berulangkali menyatakan sanksi tidak akan menyelesaikan masalah ini. Cina dan Iran sendiri saling bermitra ekonomi dalam beberapa tahun belakangan, sebagian karena perusahaan-perusahaan Barat menarik dirinya menyusul sanksi terhadap Teheran. Cina dan Rusia yang merupakan sekutu kunci Iran, kerap berupaya mengambil langkah yang lebih lembut terhadap Iran ketimbangan tiga anggota tetap Dewan Keamanan PBB lainnya (Antaranews.com). Berdasarkan hal ini, maka tak heran jika Barat, khususnya AS, mau tidak mau menjadi sangat ketar-ketir dengan ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran. Jika itu benar-benar dilakukan Iran, maka pasokan minyak ke luar Teluk pasti macet dan bisa-bisa mengancam harga minyak dunia. Ujungnya perekonomian Eropa dan AS akan terganggu. Ini analisis atau hitung-hitungan versi Barat. Tapi bagi Iran, ancamannya bukanlah gertakan sambal belaka (Kompasiana.com). Menimbang Kekuatan Iran dan Gelombang Revolusi Arab (Arab Spring) Iran bukanlah negara pembeo. Kita kenal dalam sejarah, Negara Persia (Iran sekarang) menjadi salah satu kekuatan dunia selain Romawi hingga di zaman Nabi Muhammad dahulu. Persia dan Romawi ibarat AS Serikat dan Rusia di era Perang Dingin. Kedua negara ini saling rebut pengaruh dan kekuasaan. Segala jenis taktik dan persenjataan mereka miliki. Orang-orang Iran terkenal ulet dan pintar. Lihat saja sekarang dia mampu mengembangkan teknologi Nuklir di negaranya. Jadi AS tentu saja harus membuat perhitungan matang sebelum bertindak. Sekalipun AS bisa saja menyombongkan dirinya karena telah berhasil “menjungkirbalikkan” para penguasa yang dikehendakinya tumbang seperti Saddam Husein, Moammar Khadafi, dan lainnya. Atau minimal “bisa dipegang hidungnya”, seperti Arab Saudi, Mesir, Oman, Kuwait, Afganistan, Indonesia, dan negara lainnya. Dan sepertinya AS masih penuh perhitungan matang di bawah kepemimpinan Presiden asal Partai Demokrat Obama. Mungkin akan terjadi perang secepatnya jika AS dikuasai oleh presiden asal Partai Republik. Sudah menjadi icon, jika pemimpin dari Partai Demokrat lebih mengutamakan jalur Diplomasi. Obama tidak jauh berbeda dengan kebijakan Bill Clinton yang mengedepankan Diplomasi. Sedangkan pemimpin asal Partai Republik -semacam George Bush dan anaknya, George W. Bush- lebih senang berperang dengan menghabiskan anggaran negaranya. Para pemimpin negara Arab pun sudah terkooptasi oleh kepentingan AS. Karena rata-rata mereka sudah dininabobokkan oleh kekayaan dari hasil minyak mereka. Sementara berharap kepada Liga Arab atau OKI, sudah tidak bertaring lagi. Sangat jauh pengaruhnya dibandingkan kekuatan PBB yang sudah disetir oleh AS (Kompasiana.com). Tak dipungkiri, gelombang revolusi di Timur Tengah dan Afrika Utara, pun sedang dalam proses mengubah arah sejarah dunia. Peta keseimbangan kekuatan dan pola hubungan antarnegara yang baru akan ditentukan dari perkembangan situasi di dunia Arab saat ini. Tanda-tanda keterlibatan pihak asing dalam perkembangan situasi di kawasan itu pun makin jelas. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengakui di depan Komite Perubahan Anggaran Senat AS, Rabu (2/3/2011), bahwa Pemerintah AS melakukan kontak dan menawarkan bantuan kepada kelompok-kelompok oposisi di negara-negara yang sedang dilanda demonstrasi antipemerintah. Artinya, AS mendukung kejatuhan rezim di negara-negara itu meski sebagian dari mereka adalah sekutu lama AS, seperti Presiden Mesir Hosni Mubarak atau istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/potensi-kebangkitan-ideologi-islam-via.html

5/10


Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Hillary ”membungkus” intervensi AS itu dengan dalih membendung langkah Iran yang lebih dulu mengintervensi aksi-aksi antipemerintah di Timur Tengah demi kepentingannya sendiri. Wajar saja jika AS turun tangan langsung untuk mengintervensi perkembangan situasi di Timur Tengah dan sekitarnya. George Friedman, pendiri lembaga kajian intelijen Strategy for Global Intelligence, menyatakan, AS punya tiga kepentingan utama di kawasan ini, yakni menjaga perimbangan kekuatan di wilayah rawan konflik, memastikan pasokan minyak, dan mengalahkan kelompok-kelompok islamis ekstrem yang berpusat di kawasan itu. Dari sisi pasokan minyak saja, perkembangan situasi di Timur Tengah saat ini memang sangat mengkhawatirkan bagi AS. Krisis di Mesir, misalnya, mengancam akses transpor minyak melalui Terusan Suez. Sementara itu, gelombang aksi antipemerintah yang mulai merambah negara-negara di Teluk Persia, seperti Oman dan Bahrain, mengancam jalur pasokan minyak di Selat Hormuz. Bahkan, Presiden Ali Abdullah Saleh dari Yaman dan parlemen Iran secara terbuka membuat pernyataan bahwa ada kamar komando operasi rahasia di Tel Aviv, Israel, yang dikendalikan Gedung Putih untuk menggerakkan aksiaksi tersebut. Kerry Raymond Bolton, seorang doktor teologi dari Academy of Social and Political Research, Mesir, menulis di forum Foreign Policy Journal (publikasi online khusus berisi analisis kritis terhadap kebijakan luar negeri AS) bahwa bukan tidak mungkin gejolak di Timur Tengah saat ini turut didanai pendiri Open Society Institute, George Soros. Salah satu tokoh oposisi Mesir yang paling vokal saat terjadi aksi demonstrasi di Alun-alun Tahrir, Kairo, Mohamed El-Baradei, juga disebut memiliki kaitan dengan Soros karena ia pernah menjadi anggota dewan pengurus lembaga advokasi International Crisis Group (ICG). Soros sendiri menjadi satu dari delapan anggota komite eksekutif ICG. Sementara itu, Samira Rajab, anggota parlemen Bahrain, akhir Februari lalu, melontarkan gagasan bahwa semua kerusuhan dan revolusi di Arab saat ini adalah hasil implementasi proyek AS yang bernama Proyek Timur Tengah Baru. Proyek tersebut dimulai di Irak beberapa tahun lalu, kemudian menjalar ke Libanon, lalu negara-negara lain di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, setidaknya sampai 10 tahun lagi (Kompas.com 03/2011). Namun informasi yang muncul adalah kekhawatiran bagi negara-negara di sekitar Iran. Lalu berkembang isu yang dihembuskan AS bahwa uji coba rudal Iran berpotensi mengancam negara di sekitarnya sambil menawarkan mesin perang sebagai upaya mempertahankan diri. Karena, secara politis uji coba rudal Iran adalah untuk menakut-nakuti negara di sekitarnya, “show of force”. Dan jelas, AS di sini memanfaatkan situasi (jika tidak mau disebut sudah main mata dengan Iran) untuk menyulap provokasi menjadi uang, yakni berjualan senjata. AS menawarkan senjata yang belum di-launching ke publik setelah kasak-kusuk dari uji coba rudal Iran dengan cara membuat negara-negara sekitar Iran tegang. Arab Saudi saja sudah memesan 154 pesawat tempur F-15 dari AS, sudah dikirim 84, sisanya yang 70 buah menyusul. Sebenarnya Israel juga resah dengan sikap AS yang hendak menjual senjata ke negara-negara Arab sekitar Iran. Tetapi Israel kemudian tenang setelah dibujuk oleh AS bahwa senjata yang dijual ke negaranegara teluk tidak sebanding dengan kualitas senjata untuk angkatan bersenjata Israel. Di sini, sebenarnya motif AS adalah terus jualan untuk memulihkan ekonomi mereka. Dan bisa jadi, Iran-AS sudah kerjasama dalam kasus ini. Walaupun AS sedang krisis tapi ‘otaknya’ jalan. Uni Soviet saja pernah dibohongi AS ketika perang bintang. Jadi jika sekadar memperdaya pemimpin negara-negara teluk, tentu mudah bagi AS. AS hanya sekadar memprovokasi negara-negara Arab yang sudah kadung hidup dalam kemewahan dan mereka takut mati untuk membeli senjata buatan AS. Menurut seorang jurnalis Iran, Iran-AS itu sekadar perang verbal, perang dalam kata-kata saja. Tidak pernah diwujudkan dalam tindakan. Hal ini terbukti bahwa dulu AS ingin mengambil Iran dari Inggris setelah Perang Dunia II, karena Iran punya cadangan minyak. AS memintanya ke Inggris dan diberi. Inggris sendiri mendapatkan warisan Iran dari Jerman. AS dalam hubungannya dengan Iran, selalu menyimpan sesuatu yang tak pernah dipaparkan secara gamblang, alias ada yang disembunyikan. Skandal Iran-Contra, Misi Rahasia CIA, Iranian Gate, menunjukkan bahwa apa yang di permukaan bukanlah yang sebenarnya. Sesumbar embargo senjata AS, menutupi skandal kesepakatan di baliknya. Jadi hampir pasti memang tidak pernah ada konflik nyata antara Iran dan AS. Khomenei (yang memimpin Iran di tahun 1978) sendiri pernah menyebut AS sebagai Setan Besar makin mengukuhkan bahwa ‘perang’ antara AS dan Iran sekadar perang verbal saja (MediaIslamNet.com). istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/potensi-kebangkitan-ideologi-islam-via.html

6/10


Sebuah fakta yang belum pernah diungkap adalah peran Syiah yang bekerjasama dengan AS dalam Perang Salib. Di waktu para mujahidin berusaha untuk bergabung dari seluruh penjuru dunia Islam dan menyatukan barisan mereka dalam menghadapi pasukan Zionis Salibis, muncullah kelompok pengkhianat dan dajjal di Irak dan Libanon dengan bantuan dari Iran, untuk menikam umat Islam dari belakang. Yaitu dengan berkolusi bersama musuh Zionis Salibis dan para antek mereka, demi untuk memusnahkan ahlus sunnah dan memecahkan jaringan mereka. Kunjungan Ahmadinejad ke Irak serta diterimanya di Green Zone di bawah penjagaan dan perlindungan AS adalah untuk meneguhkan sejauhmana pemahaman antara AS dan Iran dalam menjajah Irak. DR. Abdullah An Nafisi menjelaskan hubungan AS dengan Iran berkaitan dengan Irak, bahwa Iran dan AS sangat senang sekali, yang artinya persekutuan kerjasama antara Iran dan AS di dalam menyerang Taliban di Afghanistan. Dan Iran membuka zona udara bagi tentara AS selama dua bulan agar pesawat mereka dapat mengebom Tora Bora, Tandzim Al Qaeda, dan rakyat Afghanistan selama 2,5 bulan. Ini semua adanya kerjasama dengan Iran. Sedangkan kerjasama setelahnya adalah untuk menghapus para pengikut rezim Irak sebelumnya. Mereka banyak sekali bekerjasama. Pasukan AS yang bertolak dari Kuwait menuju Baghdad melewati gurun pasir AnNashiriyah, yang membekingi di belakangnya adalah Brigade Badar yang segera masuk setelah pasukan itu melintasi perbatasan Kuwait-Irak. Brigade Badar masuk melalui Kut Al-Amarah dan Sa’ad Al-Gharbi dan melindungi pasukan AS hingga sampai ke Baghdad dan sampai menjatuhkan rezim. Brigade Badar melindungi pasukan AS hingga sampai di Baghdad. Artinya dengan semua ini, bahwa ada kerjasama dan koordinasi yang menguntungkan antara AS dengan Iran berkaitan dengan Afghanistan dan juga berkaitan dengan pelengseran rezim Irak. Dengan begitu-para prajurit-jika bisa dikatakan begitu-Pentagon berkata bahwa orang-orang Iran adalah orang-orang yang adil dan bijak, mungkin kamu bisa ajak untuk bisnis.” Sedangkan Sistani (maksudnya adalah Ali As Sistani, ulama Syiah yang tinggal di Irak), dia adalah penolong terbaik bagi AS, dia melarang jihad apapun melawan mereka. Itu sikap representasi dari skandal sejarah dan lari dari perang dan yang dilakukan oleh sumber Syiah tertinggi di Irak. Syekh Aiman menjelaskan pengkhianatan Sistani : “Ketika dia merasa AS menyerang kuburan Imam Ali r.a., di Najaf, di lari ke Inggris dengan dalih “menjalani operasi.” Padahal itu bukan untuk “menjalani operasi”, tapi hanya pemeriksaan kesehatan, yang sebenarnya bisa dilakukan di Irak. Jika begitu, maka hakikat sebenarnya telah terungkap di hadapan seluruh kaum Muslimin ketika dia tidak mengeluarkan fatwa dan kewajiban menenteng senjata melawan penjajah agresor Salibis AS di Irak dan Afghanistan dari sumber Syiah manapun-baik dari dalam maupun luar Irak. Bahkan tersingkap sikap ketidakkonsistenan mereka. Jihad yang mereka bolehkan di Libanon dan Palestina menjadi haram di Irak dan Afghanistan, bahkan lebih buruk dari itu, bahkan mereka menyebut orang yang melakukan jihad dengan sebutan takfiriyin, Wahabiyin, dan Saddamiyin. Syekh Aiman menjelaskan : “Artinya bahwa Iran berkuasa dengan mengesahkan PBB sebagai sumber selain sumber Islam. Baik sumber itu Dewan Keamanan maupun sumber Majlis Umum PBB. Dan berjanji-berdasarkan komitmen terhadap piagam perjanjian PBB-untuk menghormatinya sebagai kekuasaan tertinggi, perdamaian dan kesatuan Negara Israel sebagai anggota dewan PBB. Bahkan lebih dari itu, mengakui penjajahan Rusia terhadap Chechnya, penjajahan Spanyol atas Ceuta dan Mellila, dan negeri kaum Muslimin lainnya.” Tujuan utama Iran sebenarnya adalah mencari pengaruh politik di manapun yang memungkinkan. Syekh Aiman menjelaskan kondisi Libanon setelah terjadi perang dengan Israel : “Ketika terjadi perang di Libanon yang mampu meraih eksistensi politik bagi pengikutnya, maka mereka ikut berperang dan ketika pasukan internasional menyanggupi untuk menjaga keberadaan politik dan militer mereka maka mereka menyetujui pasukan internasional menjajah Libanon. Mereka juga setuju menggunakan cara kekerasan bagi Palestina, dimana Hassan Nashrullah mengaku sudah begitu lama berusaha untuk membebaskannya, akan tetapi sekarang dia menghindar darinya. Dan ketika bersepakat dengan AS dan mengakui akan pemerintahan mereka serta kerjasama dalam pemerintahan dan menghentikan jihad kau Muslimin, serta berperang dibawah Salib mereka, mewujudkan sikap politik mereka di Irak dan selalu berusaha mencarinya, mereka berkerjasama dengan AS dan berperang di bawah Salib mereka.” DR. Abdullah An Nafisi menjelaskan politik Iran : “Iran bertanggung jawab atas hal itu, karena Iran di antara dua isu, isu membuka diri yaitu isu Islam dan isu umum yaitu isu anti AS, anti Israel dan seterusnya. Ini sudah istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/potensi-kebangkitan-ideologi-islam-via.html

7/10


mafhum dan dapat diterima. Akan tetapi isu berkaitan rakyat Iran sebenarnya memiliki isu lain : isu kekuasaan, isu kontrol, isu penugasan Syiah di Irak (arrahmah.com). AS, Timur Tengah dan Potensi Kebangkitan Khilafah Islamiyyah Berdasarkan letak geografisnya di Timur Tengah, Selat Hormuz memang menghubungkan negara-negara penghasil minyak di Teluk seperti Bahrain, Kuwait, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dengan Samudera Hindia. Sekitar 40% kapal tanker minyak dunia melewai selat tersebut (Liputan 6.com). Selat Hormuz adalah jalur perdagangan minyak dunia. Cina dan Rusia pun memanfaatkan jalur tersebut untuk kepentingan perdagangan mereka. Selain itu, Rusia juga punya andil dalam proyek uji coba senjata rudal Iran dengan memasok komponen senjata. Artinya jika pun terjadi perang AS dengan Iran, akan mengajak serta Rusia—termasuk Cina, sehingga sejatinya adalah perang antara AS dengan Rusia (MediaIslamNet.com). Dan sejatinya pun, masalah Timur Tengah merupakan masalah yang terkait dengan Islam dan bahayanya bagi Barat. Terkait dengan letaknya yang strategis dan dominasinya terhadap transportasi Eropa, Afrika dan Asia. Terkait dengan negara Yahudi yang menjadi garis pertahanan terdepan dari pertahanan Barat. Dan terkait pula dengan penjajahan serta hasil-hasil penjajahan, terutama minyak. Jadi, masalah Timur Tengah adalah masalah yang terkait dengan Islam, letak strategis, negara Yahudi, penjajahan, dan minyak. Tidak diragukan lagi masalah ini adalah sangat penting, tidak hanya untuk penduduk kawasan Timur Tengah dan kaum Muslim saja, melainkan juga untuk seluruh dunia (Kitab Mafahim Siyasi). Islam, telah dan senantiasa menjadi bahaya besar atas AS dan Barat. Kawasan Timur Tengah dapat dianggap tempat titik tolak yang alamiah untuk dakwah Islam ke seluruh Dunia. Karena itu, tidak aneh AS menjadikan Islam sebagai musuh utama satu-satunya bagi AS setelah runtuhnya Sosialisme-Komunisme. AS menggunakan slogan-slogan terorisme, ekstremitas agama, dan fundamentalisme agama sebagai kedok untuk menyerang Islam dan kaum Muslim di kawasan ini. AS berusaha dengan segala kekuatan yang dimilikinya untuk menjauhkan gerakan-gerakan Islam politis dari kekuasaan. Hal itu dilakukan melalui cara kekerasan, kebrutalan, penyiksaan, dan pembendungan yang dijalankan oleh rezim-rezim pemerintahan yang menjadi pengikut AS di kawasan ini. George W. Bush telah mendeklarasikan Perang Salib Baru untuk menentang kaum Muslim secara terangterangan. John Aschroft, Jaksa Agung AS, mengatakan dengan terus terang, “Sesungguhnya terorisme terdapat dalam Islam itu sendiri, bukan hanya pada orang-orang yang memeluk Islam.� Ia mengatakan pula bahwa Allah telah mendorong terorisme dalam al-Quran. Ini klaim dia (Kitab Mafahim Siyasi). Adapun letak strategis Timur Tengah dan dominasinya terhadap transportasi, urgensinya dapat dilihat dari eksistensi Timur Tengah di kawasan titik temu tiga benua lama, yaitu Afrika, Eropa, dan Asia, serta penguasaannya terhadap Selat Gibraltar, Bosphorus, Aden, Hormuz, Terusan Suez, Laut Tengah (Mediterania), Laut Hitam, Laut Merah, dan Teluk Persia. Ditambah lagi Timur Tengah merupakan titik temu jalur bahan mentah dan komoditas di antara tiga benua tersebut. Kepentingan strategis Timur Tengah dahulu telah menimbulkan satu kesulitan antara blok Barat dan Soviet sebelum era detente. Hal itu dikarenakan Timur Tengah membentuk sabuk barat dalam wilayah blok yang terletak di kawasan yang mengancam Uni Soviet. Sabuk ini merupakan garis pertahanan Barat dalam menghadapi Uni Soviet dari Timur Tengah dan Afrika. Karena itu, di Timur Tengah, Barat membangun pangkalan-pangkalan militer yang di antaranya adalah pangkalan nuklir (Kitab Mafahim Siyasi). Adapun penguasa negeri-negeri Arab, mereka terus saja melayani AS sampai-sampai rela menjadi budaknya. Dengan demikian, mereka kehilangan kredibilitasnya di mata rakyatnya. Majikan-majikan mereka pun memandang rendah kepada mereka dan terus-menerus menghinakan mereka dan meminta mereka untuk semakin memasrahkan diri kepada AS. Dengan begitu, para penguasa negeri Arab itu telah menjadi alat-alat yang mudah diganti oleh tangan musuh-musuh mereka, sebagaimana terjadi pada Saddam Husein dan pada agen lainnya. Walhasil, para penguasa negeri-negeri Arab itu tidak lagi mendapatkan dukungan rakyatnya dan hanya dapat terus berkuasa berkat dukungan majikan-majikan mereka dan belas kasihan majikan-majikan itu. Mereka hidup di antara kemarahan rakyatnya dan belas istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/potensi-kebangkitan-ideologi-islam-via.html

8/10


kasihan majikan mereka. Karena itu, kawasan Timur Tengah adalah kawasan yang dapat meledak setiap saat sebagai potensi yang sangat besar untuk lahirnya sebuah negara Islam yang sesungguhnya, yakni Khilafah Islamiyyah (Kitab Mafahim Siyasi). Sementara itu, bagaimana kemampuan AS mempertahankan kebesarannya sedangkan secara internal kekuatannya makin keropos? AS memang memiliki kemampuan ekonomi dan militer yang demikian besar, tetapi di balik itu AS juga menanggung resiko ekonomi dan militer yang besar pula. Kini AS sudah melampaui tahap yang tidak mungkin lagi bisa ditarik mundur dalam menanggung beban resiko tersebut. Ekonominya dalam keadaan sakit dan sulit dipulihkan. Militernya selalu membutuhkan anggaran besar untuk bersiaga dan memenuhi kebutuhan modernisasi sistem senjata. Sumber-sumber ekonomi yang menghasilkan uang tidak bertambah. Sangat meyakinkan, kondisi ini berpotensi memperlemah daya saing dan bahkan mendorong percepatan momen bagi keolengan dan kemudian keruntuhan AS. Atas dasar itu, mau tidak mau AS harus mengubah kebijakannya terhadap negara berkembang, khususnya AS harus menghentikan politik arogansi dan kekerasan untuk diganti dengan politik kerjasama ekonomi yang berkeadilan. Jika langkah ini tidak ditempuh, bukan mustahil AS akan mengalami kegagalan yang lebih besar dalam bidang ekonomi, politik dan militer, bahkan lebih besar lagi ketimbang kegagalan yang ditemuinya di Irak dan Afghanistan (Buku “Di Ambang Keruntuhan Amerika”). Kebangkitan Ideologi Islam di Bawah Naungan Khilafah Islamiyyah Dengan menunjukkan realita yang ada sekarang, intelijen AS menganggap bahwa tuntutan umat Islam untuk menginginkan Islam kembali adalah bentuk ancaman terhadap keamanan dan kepentingan AS. Perjuangan politik dan ideologi (bukan kekerasan) yang dilakukan oleh aktivis umat Muslim telah mencapai titik bahwa tuntutan terhadap Khilafah dan syariah adalah ancaman ideologis terserius yang AS pernah hadapi. Bekas Wakil Presiden AS, Dick Cheney pada tanggal 23 Februari 2007 secara jelas menyatakan, “Mereka memiliki tujuan untuk menegakkan Khilafah yang berkuasa dari Spanyol, Afrika Utara, melewati Timur Tengah, Asia Selatan hingga mencapai Indonesia – dan tidak berhenti di sana.” Ancaman tentang Khilafah sering diulang-ulang oleh Pemerintahan Bush dan merupakan alasan di balik invasi Irak dan Afghanistan (Al-Waie Januari 2011). Secara ideologi keagamaan, AS tidak begitu risau menghadapi perkembangan Uni Eropa yang sama-sama menganut Kristen. Begitu pula dengan Cina (rakyatnya penganut Kong Hu Cu) yang lebih memilih sikap netral terhadap negara-negara penganut Islam dan Kristen. Atas dasar itu, satu hal yang paling krusial dihadapi AS adalah seluruh potensi kekuatan Khilafah Islam yang kini sedang berinkubasi di setiap negara Muslim (Buku “Di Ambang Keruntuhan Amerika”). Penjajahan telah menimbulkan penderitaan bagi Timur Tengah, telah menghilangkan sifatnya sebagai negara adidaya dan kekuatan global, dan telah mengubahnya menjadi negara-negara jajahan Barat tempat negara-negara Barat bersaing untuk menjajah dan memperluas pengaruhnya (Kitab Mafahim Siyasi). Tak dipungkiri pula bahwa dalam dua dekade terakhir terjadi peningkatan pesat aktivitas gerakan Islam dan seruan untuk tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah oleh partai politik Islam non-kekerasan yang populer dan aktif, yang telah menginspirasi Muslim di strategis Timur Tengah dan sekitarnya ini. Hizbut Tahrir telah menjadi aktor utamanya. Hingga tahun 2010, lebih dari 10 ribu aktivis dan pendukung Hizbut Tahrir dipenjara di Uzbekistan, termasuk wanita tua (73 tahun) dan anak-anak (13 tahun), dengan hukuman antara 7 hingga 20 tahun, hanya karena aktivitas dakwah mereka, bukan karena aksi kekerasan ataupun kejahatan apa pun. Seorang pengamat independen dari Inggris di Uzbekistan mengatakan, “Barat hanya punya satu opsi, yaitu diktator brutal Islam Karimov, karena di luar itu hanya ada Hizbut Tahrir dengan Khilafah Islamiyyah-nya.” (Al-Waie Januari 2011). Ancaman Islam politik di kawasan Samudera Hindia yang meliputi Pakistan, Bangladesh, India dan Indonesia yang didiami tidak kurang dari 60% populasi Muslim dunia juga telah mengkhawatirkan pembuat kebijakan AS. Maka dari itu, dari studi yang mendalam tentang dua kekuatan adidaya penjajah dunia, Inggris dan AS, beberapa kawasan diketahui menjadi pusat pengaruh yang sangat penting bagi bangkitnya negara adidaya baru. Kontrol atas pusat pengaruh yang sangat penting dalam persaingan istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/potensi-kebangkitan-ideologi-islam-via.html

9/10


peradaban. Menilik sisi ekopolitik dan kepentingan strategis, ada beberapa pusat kawasan yang menjadi kunci pengendalian dunia, yaitu: 1. Kawasan Mediterania, Timur Tengah dan Teluk Persia 2. Benua Afrika yang kaya sumberdaya alam 3. Asia Selatan dan Asia Tenggara yang terhubung dengan Selat Malaka 4. Kawasan Laut Kaspia dan Laut Hitam Dari potensi geostrategis ini, siapapun yang ingin melukiskan masa depan dunia, akan mendapatkan kesimpulan yang sangat penting dan mendalam. Umat Islam yang memiliki kesamaan keyakinan, tradisi dan aspirasi masa depan dan kelak akan disatukan dalam negara Khilafah Islamiyyah dengan izin Allah Swt menempati posisi strategis. Keempat kawasan kunci serta rute perdagangan dan perekonomian paling vital yang disebutkan sebelumnya berada di wilayah kaum Muslim. Begitu Khilafah Islamiyyah bangkit, dengan kontrol atas kawasan kunci dan rute vital itu, yang dikombinasikan dengan potensi demografi, ekonomi, militer dan ideologi, maka dalam sekejap Khilafah Islamiyyah akan menjelma menjadi adidaya baru di dunia. Kembalinya Khilafah dan persatuan umat Islam akan mengakhiri hegemoni Barat di negeri Muslim. Hal itu berarti mereka akan kehilangan jaminan untuk merampas sumber-sumber alam umat di Timur Tengah, Asia Tengah, Afrika atau negara-negara di anak benua. Hal itu juga berarti rampasan mereka akan dibekukan dan kependudukan mereka akan berakhir. Demikian juga jalan hidup mereka –demokrasi sekular kapitalisme- tidak dapat dielakkan lagi, akan menemui ajalnya. Hizbut Tahrir telah menyebarkan ide persatuan, Khilafah dan syariah ke lebih dari 50 negara dari Maroko sampai Indonesia; dari Timur Tengah sampai Asia Tengah. Dengan izin Allah Swt, perjuangan ini sukses dalam membuka topeng para penjajah dan agennya. Umat Islam tidak lagi berkumpul di belakang para penguasa yang berkhianat seperti yang mereka lakukan pada tahun 1950-an hingga 1980-an (Al-Waie Januari 2011). Dengan perjuangan yang terus bergulir, Khilafah Islamiyyah hanya masalah waktu, insya Allah. Wallaahu a’lam bish showab []. Posted 10th May 2012 by Nindira Aryudhani Labels: kebangkitan ideologi Islam, selat hormuz, Iran, Khilafah Islamiyyah, Amerika Serikat Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/potensi-kebangkitan-ideologi-islam-via.html

10/10


13th June 2012

PERUSAKAN GENERASI DI BALIK INDUSTRIALISASI PANGAN

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Pangan Sejatinya sebagai Bagian Hajatul Udhowiyah Pangan, sandang dan papan merupakan kebutuhan primer bagi setiap individu. Posisinya sebagai kebutuhan primer menyebabkan ketiga hal tersebut harus dipenuhi. Hal ini karena ketiganya, terutama pangan, merupakan bagian dari potensi seorang manusia dari sisi kebutuhan fisik atau hajatul udhowiyah, di samping akal dan ghorizah (naluri). Peran pokok pangan adalah mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi dan menjaga kesehatan, serta mendapatkan energi yang cukup untuk bekerja secara produktif. Hal ini karena pangan juga berperan dalam menentukan kualitas generasi dari sisi keterpenuhan kuantitas dan kualitasnya. Muchtadi (1996) menyatakan bahwa konsumsi pangan berkaitan erat dengan kesehatan. Generasi yang sehat dan kuat tentu dapat terwujud jika asupan pangannya cukup dan lengkap. Hal ini sejalan orientasi bidang teknologi pangan yang mulai bergeser pada fenomena bahwa pangan dapat menunjang kesehatan dengan slogan bahan pangan fungsional. Hanya saja, perubahan pola konsumsi di tengah arus modernisasi dan globalisasi ternyata memungkinkan terjadinya kekeliruan konsumsi pangan itu sendiri. Dalam hal ini Muchtadi (1996) mempertegas bahwa kekeliruan dalam konsumsi pangan mengakibatkan gizi salah (malnutrisi), baik gizi kurang (defisiensi) maupun gizi lebih (over nutrition). Pangan sebagai Komoditi Perusak Generasi Sayang sekali, kejamnya kapitalisme telah dengan sangat nikmatnya memanipulasi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk potensi hajatul udhowiyah. Kebutuhan manusia akan pangan diaruskan dalam arus deras yang mengerikan. Ideologi kapitalisme dengan sangat sistematis telah menjadikan pangan sebagai komoditi. Dengan kata lain, keberadaan pangan yang posisinya sangat krusial justru harus dan baru bisa diperoleh jika ada uang. Hal ini secara otomatis menunjukkan bahwa orang kaya akan gampang makan dan orang miskin tetap susah makan. Krisis keuangan global menyebabkan angka kelaparan di dunia menembus 1 miliar jiwa. Dengan populasi dunia 6,5 miliar jiwa, menurut PBB, kini satu dari enam orang di dunia menderita kelaparan. Tingginya angka kelaparan itu dikhawatirkan mengancam perdamaian dan keamanan dunia. Untuk menjawab tantangan global, bangsa-bangsa sibuk mencari solusi. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) beranggapan tidak ada pilihan lain bagi dunia selain memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan percepatan produksi pangan. Direktur Jenderal FAO Jacques Diouf menegaskan bahwa teknologi merupakan kunci peningkatan produktivitas tanaman pangan, karena itu, swasta perlu lebih banyak berperan. Melalui Wakil Presiden Boediono, Indonesia menyatakan dukungannya bagi pemenuhan pangan dunia, termasuk cita-cita besar menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia yang siap kapan saja memasok bahan pangan seperti beras. Komitmen Indonesia itu tak sekadar diplomasi politik. Akan tetapi, kebijakan memproduksi pangan secara besar-besaran diimplementasikan dalam kebijakan sektoral, yakni dengan mengubah orientasi kebijakan pembangunan sektor pertanian dari yang semula mengandalkan petani kecil menuju industrialisasi pertanian, yang mulai memberikan ruang gerak lebih lebar bagi masuknya pemodal. Gagasan besarnya dengan melibatkan industri, produksi pangan bisa ditingkatkan berlipat-lipat dibandingkan bila lahan pertanian dikelola petani kecil. Legalisasi masuknya pemodal dalam pengembangan pangan tertuang dalam Undang- Undang No 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Kebijakan industrialisasi pertanian pangan telah dimulai. Investor sudah mulai menanamkan modal di Merauke dan pulau-pulau di Luar Jawa. Kebijakan itu memberikan konsekuensi bagi masuknya pengusaha pertanian, baik tingkat lokal, nasional, maupun multinasional mengolah lahan di Indonesia dan memperdagangkannya baik untuk pasar domestik maupun ekspor. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/perusakan-generasi-di-balik.html

1/7


Berkaca pada minyak sawit dan gula, pelibatan industri dalam memproduksi komoditas pertanian dianggap jauh lebih mampu menciptakan ketahanan pangan dari aspek ketersediaan barang. Produksi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia naik pesat. Bila pada 2004 produksi CPO sekitar 10,8 juta ton, tahun 2009 diperkirakan 19,4 juta ton. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi bahkan menyatakan, produk kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menjadi pengungkit nilai ekspor. Ekspor komoditas perkebunan tahun 2004 hanya 8,26 miliar dollar AS dan tahun 2009 diperkirakan 24,5 miliar dollar AS. Namun, sejumlah kalangan menilai bahwa indutrialisasi minyak sawit tidak membawa banyak berkah bagi petani dan konsumen, apalagi petani plasma dengan nilai tawar rendah. Lebih ironis lagi, saat tahun 2007/2008 harga komoditas sawit melesat, warga justru kelimpungan tidak mampu menjangkau kenaikan harga minyak goreng. Kondisi yang tak jauh beda dialami komoditas gula (Kompas 22/12/2009). Inilah yang terjadi dalam sistem kapitalis, di mana harga dijadikan sebagai pengendali tunggal distribusi barang di tengah masyarakat. Harga-lah yang akan menentukan siapa-siapa yang berhak mendapatkan barang dengan kualitas dan kuantitas tertentu, dan siapa yang tidak berhak mendapatkannya sama sekali. Orang yang mampu membeli barang dengan harga tinggi, dia akan mendapatkan barang dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkannya. Sementara itu, orang yang tidak mampu sama sekali menjangkau harga barang tersebut, dia tidak berhak mendapatkannya, meskipun barang itu merupakan kebutuhan pokok baginya. Dalam kondisi inilah krisis akan muncul. Jika harga dijadikan unsur pengendali tunggal distribusi, maka hal ini mengakibatkan buruknya distribusi barang di tengah masyarakat, yang berpotensi memunculkan terjadinya krisis sosial (Anwar Iman, 2008a). Hal ini juga terbukti dengan maraknya industri beragam produk pangan yang berpotensi bahaya bagi kesehatan sebagai akibat perubahan gaya hidup. Korelasi pangan dengan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi telah dijadikan pembenaran untuk membuat masyarakat menjadi konsumtif secara fatal. Dalih modernisasi dianggap dapat meningkatkan nilai ekonomi suatu bahan pangan dengan konsep meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Hal ini membuat para produsen produk pangan semakin merajalela dalam menghalalkan segala cara. Mereka dengan sangat tega menggunakan berbagai senyawa kimia sintetik sebagai bagian komposisi produk dengan dalih misalnya memperlezat, meningkatkan kualitas ataupun memperpanjang umur simpan produk. Padahal akumulasi senyawasenyawa tersebut dalam tubuh akan sangat berbahaya bagi kesehatan konsumen, apalagi jika pengkonsumsian produk tersebut telah menjadi bagian dari gaya hidupnya. Parahnya, hal ini terjadi di kalangan produsen mulai kelas teri hingga kelas kakap. Multinasional di bidang industri makanan, tidak saja untuk menguasai perut seluruh bangsa, tetapi menguasai pula teknologi biokimia. Dalam hal ini, komponen bahan kimia makanan dibuat dengan perencanaan tertentu yang dapat mempengaruhi mental dan sikap perilaku bangsa-bangsa agar tunduk pada kemauan pencipta teknologi tersebut. Sedikit demi sedikit, bangsa di muka bumi harus beralih pada makanan tersebut. Pabrik makanan dan minuman yang mendunia harus dipupuk dan dikembangkan menjadi bagian dari gaya hidup seluruh bangsa. Pada saat yang sama, gaya hidup tersebut mematikan pula segala bentuk produksi makanan dan minuman negara lain yang dianggap primitif. Dengan kemampuan mereka melakukan rekayasa di bidang bahan kimia makanan serta "mesin makanan perekayasa genetika" (genetically engineered food), ini memungkinkan gerakan zionis mampu memanipulasi struktur genetik manusia, disesuaikan dengan keinginan mereka. Bahkan, beberapa zat aditif di bidang industri makanan direkayasa sedemikian rupa, hingga mempunyai cita-rasa yang lezat, sekaligus ada semacam "maksud" tersembunyi yang secara sangat rahasia disisipkan dalam bentuk pelezat dan pengawet makanan --seperti zat aditif: gelatin, pemanis buatan (aspartame/nutrasweet), zat pewarna, monosodium glutamate, kafein, dan sebagainya. Sebagai contoh kecilnya, zat MSG (monosodium glutamate) atau dikenal vetsin yang dikonsumsi cukup besar oleh masyarakat kita. Di negara maju, pemakaian MSG telah diprotes. Jika MSG dikonsumsi melebihi dosis tertentu dapat menyebabkan beberapa akibat sampingan, seperti sakit kepala, pusing, istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/perusakan-generasi-di-balik.html

2/7


sakit perut, diare, serangan asma, sesak nafas, keluar ingus dari hidung, rasa takut dan tegang, depresi, menurunnya daya ingat serta sindrom kehilangan ingatan dan mudah marah. Banyak terjadinya tawuran dan mudahnya masyarakat terprovokasi bisa jadi karena masyarakat banyak memakan vetsin. Bahkan bagi seorang perempuan yang sejak muda sering mengkonsumsi mie instan atau penganan pabrik yang mengandung MSG, lima sampai sepuluh tahun ke depan pasti akan tumbuh kista di dalam tubuhnya yang bisa jadi bertambah ganas menjadi tumor. Terlebih vetsin sepertinya ingin dianggap Pemerintah sebagai makanan rakyat, yang secara tidak langsung meracuni rakyat lewat produk mie instant. Ironisnya, penggunaan MSG oleh media massa malah dipromosikan secara besar-besaran sebagai zat yang mampu mendongkrak rasa dan kenikmatan sebuah makanan, namun tidak dipaparkan secara jujur efek samping membahayakan bagi tubuh manusia. Berbagai penelitian dari dunia medis tentang bahaya MSG pun tidak disosialisasikan secara massal. Akibatnya, masyarakat kalangan bawah sangat berpotensi menderita berbagai penyakit dan biasanya kematian selalu menjadi akhir dari cerita mereka karena untuk berobat ke dokter pun mereka tidak memiliki cukup uang (sumber : RYKERS Watch | Yahudi Indonesia) (eramuslim.com). Kesejahteraan dan menciptakan manusia unggul dikatakan dapat direkayasa melalui bio-engineering, seleksi sel pembawa keturunan (DNA); atau dengan kata lain menciptakan bio-robotic, sosok manusia unggul yang dapat dikendalikan. Walaupun bagi orang awam, hal tersebut semacam dongeng atau fiksi belaka. Kemajuan di dunia kedokteran, biokimia, pengkloningan merupakan evolusi ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan tanpa mempertimbangkan etika, apalagi moral agama. Oleh karena itu, "warga negara dunia" harus mempunyai gizi yang tinggi agar dapat menjadi manusia-manusia yang unggul, sebagaimana yang diimpikan Friedrich W. Nietzsche dengan Ubermensch-nya (manusia unggulan) yang hanya dapat mengendalikan dunia. Tidak hanya makanan dan minuman, perkembangan teknologi canggih dalam biokimia, khususnya "obat-obat" setan (seperti LSD, ekstasi, obat bius serta psikotropika, mariyuana, narkotik, dan sebagainya) yang harus ditangani dan diorganisasi secara rapi. Generasi muda harus dibius dengan obat-obat setan tersebut, sehingga secara mental, mereka tidak mampu tampil sebagai generasi yang potensial dan karenanya lebih mudah memusnahkannya dari muka bumi. Hukum alam akan menyeleksi mereka. Hanya "bibit unggul" yang akan lolos dari pertarungan membangun dunia baru tersebut (sumber : RYKERS Watch | Yahudi Indonesia) (eramuslim.com). PBB sendiri telah mengeluarkan lusinan dokumen resmi yang meminta pengurangan populasi dunia hingga 80%-nya. Salah satunya di dalam Konferensi Perempuan Sedunia di Beizing (1997), di mana Kepala FAO dengan tegas menyatakan, "Kami akan menggunakan makanan sebagai senjata melawan masyarakat." Dengan kata lain, PBB dalam hal ini lewat FAO dan WHO akan mempergunakan makanan, termasuk bahanbahan yang akan masuk ke dalam tubuh manusia, sebagai bagian dari senjata ampuh yang besar dan kompleks, bernama "Kontrol Populasi". Kontrol populasi merupakan praktek dimulainya fase pengurangan populasi umat manusia sampai dengan 90%-nya hingga dunia menyisakan sekitar 500 juta manusia di dalamnya, dan sebagainya. Kontrol populasi ini sudah diterapkan sejak bertahun-tahun lalu melalui serangkaian uji coba dan strategi, antara lain program Keluarga Berencana (KB). Strategi kontrol populasi tidak hanya lewat program KB, namun juga lewat rekayasa genetis, yang gencar dilakukan terhadap tumbuhan dan hewan. Dari upaya ini dikenal istilah-istilah seperti makanan transgenik dan sebagainya. Dari upaya rekayasa genetika inilah berbagai penyakit baru bermunculan dan menyerang manusia, bahkan di banyak tempat menjadi wabah yang dalam tempo cepat membunuh banyak manusia. Salah satu yang menjadi sorotan banyak pakar kesehatan adalah penggunaan bahan-bahan kimiawi hasil rekayasa genetika yang disisipkan dalam aneka makanan dan juga pupuk tanaman. Di lain sisi, obatobatan kimiawi yang diproduksi oleh dunia medis dan direkomendir oleh para dokter ternyata juga tidak bebas dari efek samping. Obat untuk sesuatu penyakit ternyata jika digunakan secara kontinyu akan menimbulkan penyakit lain. Seperti fluoride yang merupakan zat kimia ini secara umum dipersepsikan orang sebagai zat ampuh untuk memperkuat tulang gigi, ternyata ditegaskan mengandung bahan berbahaya bagi tubuh, antara lain bisa menyebabkan kanker tulang, oestoporosis, masalah persendian, turunnya kadar testoteron dan estrogen, dan sanggup mengkorosi lapisan enamel gigi. Bahkan dikatakan jika fluoride lebih merusak gigi ketimbang garam. Fluoride juga digunakan sebagai obat anti depresan, yang menghilangkan agresifitas dan motivasi manusia, termasuk menurunkan hasrat untuk berkembangistanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/perusakan-generasi-di-balik.html

3/7


biak. (sumber Rykers Watch | Yahudi Indonesia) (eramuslim). Salah satu forum internasional yang membahas masalah pangan adalah pertemuan National Association of Nutrition Professional (NANP- 2005 Conference). Dalam presentasinya yang berjudul "Codex and Nutricide', Dr. Rima Laibow dari Natural Solutions Foundation (bisa dilihat di www.HealthFreedomUSA.org) mengatakan, "...mereka yang menguasai makanan akan menguasai dunia...� Mereka telah mengatakan pada tahun 1962 bahwa Proyek Codex Alimentarius secara global akan diimplementasikan pada 31 Desember 2009. Ini merupakan semacam cetak biru. Proyek Dunia ini diarahkan oleh WHO dan FAO, dua lembaga dunia di bawah PBB yang membidangi masalah kesehatan dan pangan. Yang mana di tahun 1994, diam-diam, tanpa sepengetahuan masyarakat luas di Amerika, Codex menyatakan bahwa gizi adalah racun, yang berarti berbahaya dan harus dihindari. Di bawah ketentuan Codex, semua sapi perah di muka bumi ini WAJIB diinjeksi dengan hormon pertumbuhan yang diproduksi oleh satu-satunya perusahaan yakni Monsanto. Dan lebih jauh lagi, semua hewan ternak yang digunakan sebagai bahan makanan di planet ini harus disusupkan bahan antibiotik khusus dan hormon pertumbuhan buatan. Bahkan setiap ayam goreng yang disajikan oleh berbagai restoran-restoran siap saji (fastfood) ternama dunia merupakan ayam yang dari telur hingga dewasa dan dipotong, masa hidupnya tidak sampai dua bulan? Ayam tersebut besar dengan cepat disebabkan suntikan hormon yang diberikan secara berkala dengan jumlah yang besar. Hormon tersebut tidaklah hilang tatkala ayam tersebut digoreng, serta tetap ada dan masuk ke dalam perut kita saat kita menyantapnya. Inilah penjelasan mengapa anakanak remaja sekarang banyak yang menderita obesitas dan berbagai macam penyakit. Padahal gaya hidup kapitalistik membuat seseorang menjadi merasa tidak keren jika tidak pernah makan di restoranrestoran siap saji ataupun yang ber-trade mark internasional seperti Pizza Hut, KFC, A & W, Dunkin Donuts, dan lain-lain. Padahal produk dari restoran-restoran tersebut merupakan makanan yang tergolong junk food, yang sebenarnya di negara asalnya sudah tidak laku dimakan oleh manusia karena merupakan bahan pangan rongsokan yang minim gizi. Menurut perhitungan WHO dan FAO, jika proyek mereka ini terus berjalan tanpa hambatan berarti, WHO dan FAO memproyeksikan-ini terdapat dalam panduan mineral dan vitamin mereka-ketika diimplementasikan pada 31 Desember 2009, maka akan berdampak pada minimum kematian sekitar 3 miliar jiwa. Satu miliar lewat kematian secara langsung, mereka ini adalah orang-orang yang gagal di mata para korporasi dunia dan sisanya, 2 miliar jiwa, akan menemui kematian akibat penyakit yang sesungguhnya bisa dicegah, yakni kurang gizi. Dan hanya mereka yang kaya, yang mampu menyuplai gizi dan vitamin dalam makanan mereka yang akan tetap bisa hidup. Hal ini pun akan dilaksanakan di Indonesia, yaitu melalui Monsanto, sebagai perusahaan AS yg dikenal sebagai pengembang benih transgenik terbesar di dunia. Monsanto Company telah mengakui melakukan suap terhadap 140 pejabat tinggi Indonesia, terutama di jajaran Kantor Kementerian Lingkungan Hidup (pada periode 1997-2002). Monsanto berusaha memperluas pemasaran produk benih transgeniknya di Indonesia. Untuk melicinkan niatnya, Monsanto melakukan lobi suap terhadap pejabat pemerintahan agar kebijakan yang keluar bisa seiring dengan kemauan Monsanto (http://www.geocities.com/didonk20/fakta_dilapangan.htm). Selanjutnya, hal ini memunculkan fenomena baru. Di satu sisi, penyelewengan industri pangan telah menimbulkan kejenuhan dan kekecewaan masyarakat secara umum terhadap produk pangan yang membahayakan kesehatan. Akan tetapi di sisi lain, hal ini justru memunculkan penyelewengan yang lain meski masih berlatar belakang kapitalistik, yaitu isu bahan pangan organik. Fenomena makanan organik sudah ramai di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada serta negara-negara Amerika Latin dan Eropa. Masyarakat di sana sudah mengalami penurunan tingkat konsumsi terhadap makanan-makanan non-organik. Hal ini karena notabene makanan non-organik adalah makanan yang diproduksi oleh industri-industri pangan yang pada umumnya diberi tambahan senyawasenyawa kimia sintetik yang ternyata xenobiotik. Xenobiotik sendiri merupakan senyawa asing dari luar yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Makanan organik adalah makanan yang telah dinyatakan bebas xenobiotik, termasuk di dalamnya bebas pestisida, bahan tambahan pangan atau senyawa kimia lain yang mungkin berbahaya. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/perusakan-generasi-di-balik.html

4/7


Makanan organik dipoles dengan cantik sehingga seolah-olah dapat menjadi penyelamat bagi kesehatan masyarakat. Wajah manisnya justru memperkuat cengkeraman sistem kapitalisme dalam bidang pangan. Hal ini dibuktikan dengan harga bahan pangan organik yang menjadi sangat mahal karena dinyatakan aman untuk dikonsumsi. Padahal secara logis, sejatinya suatu bahan pangan memang harus organik. Hal ini karena tidak ada perbedaan antara bahan pangan organik yang berharga mahal dengan hasil kebun sendiri yang tentunya juga aman dikonsumsi, bahkan dapat diperoleh dengan harga jauh lebih murah. Pangan sebagai Bagian Kebijakan Negara Bidang pangan memerlukan suatu regulasi yang resmi dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan sekaligus sebagai penjamin keamanan dan ketersediaan pangan bagi rakyatnya. Teknologi pangan sendiri harus diakomodasi sebagai suatu sistem ilmu yang bertujuan menjamin kebutuhan pangan yang baik dan benar bagi seluruh manusia. Hanya saja, kunci bagi permasalahan terletak pada pengambil kebijakan dalam optimalisasi peran tersebut. Cara pandang para pengambil kebijakan tentu sangat berpengaruh pada arah kebijakan yang akan diambil. Di Indonesia juga terjadi kemampuan produksi pangan yang berbeda antarwilayah dan antarmusim merupakan tantangan pendistribusian pangan kepada konsumen diseluruh wilayah Indonesia sepanjang waktu. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian persoalan pangan Indonesia yang besar dan rumit merupakan bukti lemahnya kebijakan dan tanggungjawab pemerintah untuk memenuhi hak atas pangan seluruh rakyat. Dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa pada 2007, tercatat meningkat atau bertambah 1,34 persen per tahun maka dibutuhkan pangan yang berjumlah besar dan semakin bervariasi. (Witoro, Republika online, 28/11/2009). Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dapat mengawali langkah dengan mendefinisikan bahan pangan sebagai sesuatu yang berstatus kepemilikan umum. Distribusi yang benar akan membuat setiap individu memiliki bagiannya masing-masing, karena kebutuhan akan bahan pangan merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi bagi keberlangsungan hidupnya. Pemerintah harus mengatur distribusi bahan pangan agar status bahan pangan sebagai milik umum dapat teroptimalkan. Pemerintah dapat menghimpun para ahli pangan, mengoptimalkan peran mereka sebagai peneliti serta menjadikan mereka sebagai rujukan dalam pengambilan kebijakan di bidang ilmu dan teknologi pangan. Pemerintah juga berperan untuk meregulasi industri pangan agar tidak menjadikan bahan pangan hanya sebagai komoditas komersial. Dalam Daulah Islam, hal ini penting sekali untuk memperhatikan dalil mengenai peradilan yang menyelesaikan berbagai penyimpangan (mukhalafat) yang dapat membahayakan hak-hak jamaah dan yang disebut sebagai hisbah adalah apa yang sudah ditetapkan dalam perbuatan dan sabda Rasulullah saw, “Orang yang melakukan penipuan tidak termasuk golongan kami.� (HR. Ahmad). Rasulullah saw memerintahkan para pedagang di pasar untuk berlaku jujur dalam berdagang dan memerintahkan mereka untuk bersedekah. Rasulullah saw bersabda, “Wahai para pedagang, sesungguhnya jual-beli itu sering dicampuri dengan permainan dan sumpah (palsu), maka kalian harus menyertai jual-beli itu dengan sedekah.� Regulasi pemerintah dalam bidang pangan juga mutlak memerlukan tinjauan aspek halal dan thoyib. Hanya saja, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, hal ini masih cukup berat bagi Indonesia. Pelabelan halal pada produk pangan adalah salah satu bagian penjagaan terhadap aqidah rakyat oleh negara, sedangkan pelabelan thoyib merupakan bagian penjagaan negara terhadap kualitas dan keberlangsungan hidup rakyatnya. Dalam hal ini, halal adalah mutlak dan thoyib adalah subyektif. Banyaknya produk yang tidak berlabel halal merupakan bukti nyata bahwa hal ini belum menjadi prioritas kebijakan. Pemberian label halal dari produsen terhadap produknya masih bersifat sukarela, bukan kewajiban bagi produsen sebagai sesuatu yang memang telah ditetapkan oleh negara. Banyaknya produk yang kaya xenobiotik pun merupakan bukti nyata bahwa negara tidak menjaga kualitas dan keberlangsungan generasi. Disamping itu, determinasi makanan haram juga harus memiliki batasan yang jelas. Hal ini karena masih banyak sekali produk pangan ataupun kosmetik yang bersifat abu-abu, yaitu istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/perusakan-generasi-di-balik.html

5/7


tidak memiliki label halal meskipun mungkin komposisi penyusunnya halal. Hal ini tentu saja menimbulkan keraguan bagi konsumen. Selanjutnya, hal ini diperparah oleh posisi MUI sebagai lembaga penentu kehalalan serta BPOM sebagai lembaga penentu kethoyiban yang seperti tidak punya bargaining position yang baik dalam hal kebijakan keamanan pangan di Indonesia. Padahal bidang pangan akan terus mengalami perkembangan, sehingga menunjang perkembangan penelitian-penelitian tentang konsep halal dan thoyib. Pandangan Islam terhadap Industri Pangan Islam datang menjelaskan hukum-hukum industri, bahwa hukum asal industri adalah kepemilikan individu, maka tiap individu dari individu-individu rakyat boleh memiliki industri. Sehubungan dengan ini, maka industri termasuk dalam kepemilikan individu, bukan kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Hanya saja, industri itu hukumnya diambil mengikuti hasil produksinya. Sebab Rasulullah saw mengharamkan memeras (memproduksi) minuman keras (khamr), sedang ia termasuk industri. Hal ini pun tidak khusus untuk arak, tetapi umum meliputi setiap yang haram, seperti industri ganja, opium, heroin, salib, patung, dsb. Selanjutnya, dalam memproduksi barang-barang yang termasuk dalam kepemilikan umum, seperti penambangan minyak tanah (bumi), ia termasuk kepemilikan umum, artinya individu dilarang memilikinya. Hal ini berarti mencabut barang itu dari potensi eksisensinya sebagai kepemilikan umum. Pabrik merupakan kepemilikan individu, kecuali jika pabrik itu memproduksi barang yang tergolong kepemilikan umum, maka pabrik itu berubah pada kepemilikan umum. Hal ini karena tiap sesuatu yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki secara khusus oleh individu-individu tertentu adalah kepemilikan umum seperti laut, sungai, danau, tanah-tanah umum, dsb (Politik Ekonomi Islam 2001). Dalam hal ini tidak diperbolehkan jika industri-industri milik pribadi memprivatisasi sumber daya alam sebagai bahan baku untuk proses produksinya. Departemen Perindustrian adalah departemen yang mengurusi semua masalah yang berhubungan dengan perindustrian, baik yang berhubungan dengan industri berat seperti industri mesin dan peralatan, pembuatan dan perakitan alat transportasi (kapal, pesawat, mobil, dsb), industri bahan mentah dan industri elektronik, maupun yang berhubungan dengan industri ringan; baik industri itu berupa pabrikpabrik yang menjadi miliki umum maupun pabrik-pabrik yang menjadi milik pribadi, yang memiliki hubungan dengan industri-industri militer (peperangan). Hal ini mengharuskan industri yang ada di dalam Daulah, dengan berbagai jenisnya, itu semuanya harus dibangun dengan berpijak pada politik perang. Daulah Islam adalah negara yang mengemban dakwah Islam dengan metode dakwah dan jihad, sehingga Daulah Islam akan menjadi negara yang terus-menerus siap untuk melaksanakan jihad. Hal ini adalah alasan fundamental bagi setiap negara yang menginginkan industrialisasi. Mempunyai dasar industri membuat sebuah bangsa bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan mandiri dari bangsa lainnya. Tanpa industrialisasi suatu negara akan tergantung secara politik dan ekonomi pada negara lain dalam kebutuhan-kebutuhan vital seperti pertahanan, industri dan produktivitas perekonomian (Ajhizah 2006). Miskinnya visi politik dan arah yang jelas di wilayah Muslim dan kekukuhan pemimpin Muslim yang lebih memilih kebijakan mengejar target jangka pendek yang pragmatis, adalah masalah historis sejak hancurnya Negara Khilafah pada tahun 1924. Hal ini merupakan gambaran mengapa Dunia Islam saat ini mengalami de-industrialisasi. Para pemimpin umat Muslim telah meletakkan negaranya sebagai pasar bagi perusahaan multinasional Barat. Konsep perdagangan bebas dan pasar bebas selalu menjadi alasan bagi dunia berkembang untuk menghambat industrialisasi di negara lain, dan mengubah mereka menjadi tempat industri untuk konsumsi Barat. Dalam hal ini, kekuatan ekonomi harus disiapkan agar dapat menanggung apa yang akan terjadi ketika memasuki ganasnya medan perjuangan dan jihad. Disamping itu juga menjalankan politik peningkatan kekayaan berdasarkan kemajuan materi dengan melakukan revolusi industri, disamping meningkatkan kekayaan pertanian dengan syarat industri sebagai ujung tombak kemajuan. Untuk itu semua politik pertanian harus bertujuan meningkatkan produksi dalam tiga perkara, yaitu: istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/perusakan-generasi-di-balik.html

6/7


Pertama, meningkatkan produksi bahan makanan, mengingat bahan makanan sangat diperlukan untuk memberi makan penduduk yang terus bertambah, menjauhkan dari bahaya kelaparan dari negeri ketika datangnya musim paceklik dan berkurangnya hujan, serta dalam keadaan apabila negeri Islam menghadapi embargo ekonomi akibat peperangan atau jihad, keadaan di mana negeri-negeri Islam menderita kelaparan sehingga wajib disuplai dengan bahan-bahan makanan dari sisi wajib mencurahkan tenaga untuk meningkatkan produksi tanah agar tersedianya bahan-bahan makanan, baik bahan makanan nabati atau hewani. Hal ini memerlukan revolusi industri secara langsung sebagai upaya meningkatkan produksi bahan-bahan makanan. Untuk mengikuti sebuah kebijakan industrialisasi sangatlah penting bagi setiap negara untuk bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Sangatlah penting bahwa sebuah negara untuk tidak bergantung pada kekuatan asing dalam kebijakan agrikulturalnya, karena setiap kebijakan tidak akan bermakna tanpa adanya kemampuan negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Negara Khilafah juga harus membuat kebijakan agrikultur yang mandiri. Kedua, meningkatkan produksi bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pakaian seperti kapas, wool, pohon rami dan sutra. Bahan-bahan ini penting sekali karena termasuk kebutuhan primer yang tidak mungkin manusia tidak membutuhkannya, harus tersedia dalam suatu negara, sehingga tidak perlu mengimpor dari luar negeri. Ketiga, meningkatkan produksi komoditi yang memiliki pasaran luar negeri, baik berupa bahan-bahan makanan (biji-bijian, kapas, sutera, jeruk nipis, kurma, buah-buah kaleng, dsb). Jika kita tidak mengekspor industri pertanian, maka kita tidak memiliki kekayaan untuk diekspor, sebab secara umum kekayaan kita berupa kekayaan pertanian. Umat Islam yang sedang menuju industrialisasi dan perkembangan teknologi harus dibangun di atas kekuatan akidah Islam dan motivasi yang terus berjalan. Selalu berpegang teguh pada tuntunan Allah Swt dan utusan-Nya yang mulia Nabi Muhammad saw.: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah panggilan Allah dan Rasul-Nya ketika ia menyeru kamu kepada sesuatu yang memberikanmu kehidupan. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnnya Allah membatasi antara manusia dengan hatinya, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya-lah engkau dikumpulkan.� (TQS. al-Anfal [8]: 24). Wallaahu a'lam bish showab [] Posted 13th June 2012 by Nindira Aryudhani Labels: KB, kontrol populasi, hajatul udhowiyah, MSG, departemen perindustrian, thoyib, halal, pangan, industri pangan 0

Add a comment

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account Publikasikan

Pratinjau

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/perusakan-generasi-di-balik.html

7/7


18th June 2012

Pertanian, Sumber Ekonomi yang Memakmurkan

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si

Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam melimpah, tanah yang subur, hutan yang luas dan hasil laut tiada banding. Sementara di dalam perut buminya terkandung barang tambang, minyak dan gas alam dalam jumlah besar. Namun menjadi sebuah ironi jika melihat keadaan penduduknya yang semakin miskin. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang. Menurut laporan Asia Development Bank (ADB) 25/08/2011, kemiskinan di Indonesia bertambah dibandingkan lima tahun lalu. Haruskah demikian yang terjadi? Dalam konsep politik ekonomi dan kesejahteraan sebuah negara, pertanian dipandang sebagai salah satu sumber ekonomi primer, disamping perindustrian, perdagangan dan tenaga manusia (jasa) (Buku “Politik Ekonomi Islam”). Sebagai negara agraris, pertanian merupakan salah satu potensi sumber daya Indonesia. Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006 memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6%) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4%) merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian (okemms.blogspot.com/potensi-pertanian-indonesia, 19/06/2011). Apa mau dikata, sebagaimana dilansir oleh medanbisnisdaily.com (05/04/2012), selama ini sektor pertanian sudah terlupakan. Padahal, sektor ini menjadi penyelamat pada saat krisis ekonomi tahun 1998 lalu. Belum lagi dengan pernyataan Direktur Analisis dan Perkembangan Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suharyanto, yang mengatakan jumlah kemiskinan terbesar sebanyak 72% berasal dari masyarakat yang hidup dari sektor pertanian. Pendapatan mereka rata-rata masih sangat rendah dan cenderung stagnan. Kecuk menambahkan bahwa salah satu karakteristik yang penting dari kemiskinan adalah mereka terbanyak tinggal di perdesaan. Selama ini tidak ada kebijakan penanggulangan khusus di pertanian. Upah buruh petani bahkan nyaris tidak bergerak dari Rp 37 ribu per hari, sekarang Rp 39 ribu per hari (www.rimanews.com [http://www.rimanews.com/] , 03/09/2011). Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan (Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI), 17/09/2009). Wajar, jika pada faktanya petani jauh dari sejahtera. Kegagalan Indonesia menyejahterakan penduduknya adalah karena memilih sistem ekonomi kapitalisme, sebuah sistem yang telah usang dan gagal menyejahterakan penduduk dunia, sekalipun di pusat kapitalisme sendiri, Amerika Serikat. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(TQS al-Rum [30]: 41). Konsep politik ekonomi Islam memandang bahwa asas pertanian adalah tanah. Sebab, jika tanah tidak ada, maka tenaga manusia, skill dan alat secara mutlak tidak akan mampu menghasilkan produksi pertanian; sedangkan tanah dalam kondisi apapun tetap berproduksi. Maka jelas, metode penguasaan (kepemilikan) dan pengelolaan tanah akan menentukan arah produksinya. Untuk itu, tanah harus memiliki hukum tersendiri yang berbeda dengan harta benda lain, yaitu hukum yang menilai tujuan keberadaan tanah telah tercapai jika terdapat produksi. Artinya, kepemilikan tetap ada jika produksi ada, dan hak kepemilikan akan hilang jika produksi tidak terealisasi. Hal ini terlepas apakah tanah itu luas atau sempit, dan apakah kepemilikan tanah di antara manusia itu sama atau berbeda (Buku “Politik Ekonomi Islam”). Pada dasarnya, politik pertanian dijalankan untuk meningkatkan produksi pertanian. Untuk itu, dapat dilakukan dua langkah: pertama, intensifikasi, yaitu melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produksi tanah. Negara pun memberikan modal bagi petani yang tidak mampu sebagai hibah, bukan kredit, apalagi utang. Kedua, ekstensifikasi, dengan menambah luas area lahan yang akan ditanami. Yaitu dengan cara menghidupkan tanah mati dan memagarinya, memberikan tanah secara gratis kepada rakyat yang mampu istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/pertanian-sumber-ekonomi-yang.html

1/2


bertani namun tidak memiliki tanah, rakyat yang memiliki area tanah yang sempit, dan termasuk tanah yang di bawah kekuasaannya. Negara pun harus berlaku tegas dengan mengambil tanah dari rakyat yang telah menelantarkan tanahnya selama tiga tahun berturut-turut (Buku “Politik Ekonomi Islam”). Pertanian hanyalah salah satu aspek ekonomi, tidak dapat berdiri sendiri. Dalam meraih tujuan ekonomi, yaitu meningkatkan kemajuan materi, pertanian harus terkait dengan industri (industri penghasil mesin). Melakukan revolusi pertanian dan revolusi industri secara bersamaan dengan tetap menjadikan industri sebagai ujung tombak kemajuan, akan tercapai jika terdapat hal yang saling berdekatan antara revolusi pertanian dan revolusi industri. Untuk itu, tidaklah boleh melakukan revolusi pertanian, memberikan tenaga dan membelanjakan harta, kecuali yang akan meningkatkan produksi kekayaan pertanian yang telah ada. Harta negara pada kondisi seperti itu lebih diperlukan untuk revolusi industri. Negara tidak selayaknya menginstruksikan pajak untuk membangun infrastruktur yang tidak terlalu diperlukan. Tidak selayaknya pula negara berutang, meski kepada rakyatnya sendiri untuk melaksanakan pembangunan di dalam negeri. Negara juga tidak perlu berutang kepada negara-negara kafir penjajah seperti yang dilakuk an oleh rezim sekarang. Bahkan, dalam keadaan apa pun, utang luar negeri mutlak tidak boleh dilakukan. Sebab, utang seperti itu selalu terkait dengan riba dan syarat-syarat tertentu. Riba jelas diharamkan, baik dari dan oleh seseorang maupun negara (Buku “Politik Ekonomi Islam”). Dengan demikian, pertanian Indonesia sejatinya dapat berkontribusi besar bagi kemakmuran negara dan rakyatnya sesuai dengan potensinya. Bertolak dari itu semua, Hizbut Tahrir Indonesia kembali mengajak seluruh kaum Muslimin untuk berjuang menegakkan Khilafah, sebagai model terbaik negara yang menyejahterakan (a greatest model for prosperous state). Khilafah memiliki mekanisme pengaturan berekonomi berdasarkan prinsip hukum Islam yang terbukti dalam kurun 13 abad mampu mewujudkan kesejahteraan secara material. Hanya dengan tegaknya Khilafah, sistem kapitalisme-liberalisme dan demokrasi bisa dicampakkan. Kesejahteraan hidup di bawah naungan Khilafah di akhir zaman diberitakan Rasulullaah saw: “Akan ada pada akhir umatku seorang khalifah yang memberikan harta secara berlimpah dan tidak terhitung banyaknya.” (HR Muslim). Aamiin. Wallaahu a’lam bish showab [].

Posted 18th June 2012 by Nindira Aryudhani Labels: kemakmuran, kapitalisme, pertanian, perindustrian, kesejahteraan, demokrasi, revolusi, Indonesia, Khilafah 0

Add a comment

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account Publikasikan

Pratinjau

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/pertanian-sumber-ekonomi-yang.html

2/2


8th April 2012

Perempuan Terpelajar Abad 21, Dari Fatamorgana Menuju Visi Mulia

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Intelektual Perempuan Abad 21 Abad milenium adalah abad modern di mana perempuan berpendidikan tinggi bukan sesuatu yang langka. Bukan rahasia bahwa kapasitas berpikir para perempuan telah diperhitungkan dalam peradaban dunia, termasuk Indonesia. Hal ini senada dengan pernyataan Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ananta Kusuma Seta, tentang sumberdaya manusia usia produktif yang berpendidikan tinggi. Ananta mengatakan bahwa Indonesia akan mendapatkan ‘bonus demografi’ dalam kurun waktu 15 tahun ke depan. Maksud ‘bonus demografi’ itu adalah mayoritas penduduk Indonesia lebih banyak dipenuhi usia angkatan kerja. Artinya, pada rentang waktu 2010-2025, negara ini akan dipenuhi oleh usia produktif. Jika mereka adalah orang yang berpengetahuan, Indonesia akan menjadi negara maju. Peningkatan akses pendidikan tinggi bagi rentang usia 19-23 tahun dirasakan sangat penting. Karena dari 21 juta penduduk berusia 19-23 tahun tersebut, hanya 5,4 juta orang yang bisa mengakses jenjang pendidikan tinggi (antaranews.com, 07/04/2012). Tak heran jika Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, menyatakan bahwa tidak ada yang dapat menyangkali bahwa kemajuan suatu bangsa dan negara sangat ditentukan pendidikan serta ekonomi dan pendidikan menjadi pilar moral dan peradaban bangsa (antaranews.com, 19/03/2012). Mahasiswi adalah sebutan bagi perempuan terpelajar selepas sekolah menengah. Pada masanya, sejumlah perguruan tinggi akan siap menampung dengan serangkaian program studi yang menjanjikan. Setiap perguruan tinggi memiliki target tertentu dari kurikulum yang dicanangkannya. Pada umumnya, kurikulum tersebut dimaksudkan untuk menjadikan para peserta didik mudah dalam belajar, mampu meraih nilai terbaik dengan wujud IPK tinggi atau tertinggi, dan sejumlah titel sebagai perempuan berprestasi. Secara otomatis, hal ini mengkondisikan mahasiswi ingin segera lulus dan memperoleh pekerjaan yang layak dengan modal IPK tinggi dan masa studi yang singkat. Pekerjaan yang diinginkan pun tidak jauh dari terminologi posisi bergengsi dan gaji tinggi, yang tentunya akan makin menambah prestige individu dan keluarga. Demikian halnya bagi para orang tua yang telah berjuang membiayai pendidikan anak-anaknya, sehingga setelah lulus sang anak diharapkan dapat membalas budi yang telah ditanam oleh orang tua sebelumnya. Saat mencari pekerjaan, terkadang lowongan pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang telah dimiliki. Hal ini biasanya cukup terbaca oleh dunia kerja sehingga lowongan yang diiklankan bertajuk ‘untuk semua jurusan’. Sebutlah pekerjaan sebagai karyawati di bank, wartawati atau pialang di bursa efek. Pekerjaan tersebut tidak mensyaratkan latar belakang disiplin ilmu tertentu. Disamping itu, tawaran gajinya pun membuat makin semangat untuk meraihnya. Jika demikian, lalu bagaimana nasib dan pemanfaatan ilmu yang telah diperoleh di bangku akademik? Wajar, jika hal ini menjadi persimpangan bagi kalangan mahasiswi pascakelulusannya. Di satu sisi, dirinya merasa harus mendapatkan pekerjaan demi kompensasi sebagai penyambung hidup. Di sisi lain, ada tanggung jawab moral terhadap disiplin ilmu yang dimiliki. Pada umumnya, sisi individual seringkali dimenangkan, karena mereka merasa tidak akan ada yang bertanggung jawab terhadap kelanjutan hidup selain dirinya sendiri. Pada akhirnya, tanggung jawab moral terhadap disiplin ilmu itu pun dinomorsekiankan. Sementara itu, ada fenomena yang berbeda bagi mahasiswi sebagai pertanggungjawaban disiplin ilmunya di dalam kampus. Tak sedikit mahasiswi yang direkrut sebagai asisten dosen atau peneliti. Hal ini tentu wajar, karena kampus memang tempat mencetak generasi unggul, di mana keunggulan itu akan terwujud dengan konsep ilmu lil ‘amal. Hanya saja, dunia kampus mengkondisikan ilmu para alumninya ini terabdikan secara ‘sempurna’, di mana seluruh potensi, energi dan pemikirannya diperas habis hanya untuk memperoleh sejumlah uang lelah. Tentu sangat disayangkan, jika potensi perempuan terpelajar ini hanya untuk perubahan semu. Punya suara politik tetapi tidak mempunyai peran politik nyata untuk kebaikan umat. Sebabnya, yang mempunyai politik nyata adalah kaum kapitalis borjuis-para liberalis yang telah menyebabkan perempuan lelah bekerja, untuk sebuah fatamorgana. Label the agent of change yang merupakan label umum bagi sosoknya, tidak lagi terintegrasi dengan potensi dan semangatnya sebagai kaum muda. Kapitalisme, Belenggu Berbagai Lini istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/perempuan-terpelajar-abad-21-dari.html

1/6


Sebagaimana diketahui, kaum perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk di Dunia Islam, sudah lama mengalami ketertindasan di berbagai lini kehidupan. Kapitalisme telah dengan congkaknya menuduh bahwa nasib perempuan dalam Islam tidak akan pernah bahagia karena Islam bersikap tidak adil terhadap perempuan. Sistem kapitalis-liberal ini yang telah sekian lama bercokol, nyatanya tidak pernah mengubah nasib perempuan. Kehidupan kapitalistik telah merancukan pemikiran perempuan, bahwa untuk mendapatkan hak-haknya, perempuan harus banyak uang, cantik dan pintar. Jika mereka ingin setara dengan laki-laki, mereka harus banyak berkiprah di ranah publik. Peran sejati perempuan dikaburkan, disesatkan, dikacaukan bahkan dilenyapkan. Perempuan tak lagi menjadi istri mulia, ibu tangguh, perempuan pejuang. Kehidupan perempuan kembali menjadi hina karena sistem yang digunakan bukan sistem Islam, yang punya cara pandang berbeda 180 derajat dengan cara pandang Islam terhadap perempuan. Perempuan saat ini menjadikan ide-ide kapitalis sebagai pijakan. Mereka menyatakan bahwa persoalan perempuan akan terselesaikan dengan membebaskan perempuan berkiprah dimana pun, terutama dalam ranah publik. Dengan itu suara dan partisipasinya diperhitungkan, baik dalam keluarganya maupun masyarakat. Alih-alih mampu mengangkat nasib perempuan, gagasan pemberdayaan politik perempuan dalam perspektif demokrasi kapitalis ini justru menjadi racun yang kian mengukuhkan kegagalan menyelesaikan persoalan-persoalan perempuan. Sebaliknya, ide-ide kapitalis-sekular sukses menjerumuskan perempuan ke dalam jurang kejahiliahan dan kegelapan. Kegelapan ini tidak akan pernah beranjak dari umat secara keseluruhan selama umat Islam mencampakkan aturan-aturan dari Allah Swt dan Rasul-Nya. Akibatnya, kapitalisme seperti meminta ‘upah’ dengan menjadikan perempuan menjadi barang dagangan, alat promosi berbagai produk untuk menarik pembeli. Perempuan dilacurkan, dijual, dieksploitasi tenaganya dalam industri, bahkan dibunuh karena arogansi penguasa lalim. Perempuan dipaksa bekerja di sektor publik, dijadikan TKW di luar negeri; dijadikan ikon utama di dunia fesyen, hiburan bahkan seluruh komoditas yang bersifat komersial. Sebagian diekploitasi secara seksual dalam bisnis pornografi, pornoaksi, bahkan pelacuran. Sebagian mengalami tindakan kekerasan fisik maupun psikis baik di sektor publik maupun di ranah domestik; ditelantarkan, dilecehkan, diperkosa bahkan dibunuh. Sebagian menderita kemiskinan dan kebodohan yang berkepanjangan. Sebagian lagi harus meregang nyawa atau terancam setiap saat di bawah rezim kejam seperti yang dialami Muslimah di Suriah saat ini. Sebagian lagi sedang dijerat pemikiran keterpelajarannya. Perempuan sebagai kaum terpelajar yang seharusnya bisa berkiprah dan berkontribusi dalam kemashlahatan umat, tanpa sadar nyatanya telah menjadi komprador para pembuat kebijakan imperialistik. Atau jika tidak terkategori komprador, mereka telah masuk jebakan yang lain, yaitu individualisme. Karena keterpelajarannya hanya digunakan secara pribadi, atas nama prestasi dan prestige semata, serta perut sendiri. Terjebak dalam fakta di depan mata hingga tak mampu berpikir visioner, intelektual perempuan menjadi terbingungkan tentang arah konsep ilmu lil ‘amal tersebut. Kondisi ini menjelaskan bahwa ilmunya tidak untuk kemashlahatan umat sebagai objek yang diurus oleh negara, di mana intelektual sebagai pihak atau staf ahli yang pasti menjadi rujukan. Akan tetapi yang terjadi, pemanfaatan ilmu itu hanya untuk kemashlahatan sejumlah pemilik kapital yang akan menggajinya, antara lain melalui maraknya tawaran proyek penelitian. Bahkan, bukan tidak mungkin jika posisi intelektual ini sebatas menjadi ‘pemanis’ dalam pengguliran sebuah kebijakan/undangundang negara, agar beralasan untuk dilegalkan meski isinya sangat liberal-imperialistik. Contohnya dalam RUU Pangan. Rancangan Undang-Undang Pangan yang mulai dibahas di DPR masih menyisakan banyak masalah. Tumpuan pangan nasional masih pada produksi dan konsumsi beras sehingga swasta dibebaskan bermain di pasar dan impor sejalan dengan produksi. Semua itu berpotensi membuat petani semakin tidak sejahtera. RUU Pangan memang menuai kritik karena ditengarai sangat liberal. Swasta yang tidak diatur berpotensi menjadi spekulan dan mematikan petani kecil. Memasukkan peran swasta dalam stok pangan nasional bisa bertentangan dengan kewajiban pemerintah untuk menjaga harga pangan yang baik, tetapi terjangkau rakyat. Masalahnya, pangan seperti beras sudah menjadi komoditas politik untuk kepentingan nasional dalam hal ketersediaan dan keamanannya. Seharusnya peran swasta tidak berdiri bebas seperti dalam pasar yang bersaing sempurna, tetapi berada dalam kendali negara untuk tujuan ketersediaan pangan dan sekaligus kesejahteraan petani. Negara atau pemerintah berperan membuat perencanaan produksi beras untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pokok dan sekaligus kesejahteraan petani. Selain itu, pemerintah juga perlu terlibat di dalam sistem penyangga pangan. Kondisi inilah yang harus diperhatikan dalam Rancangan Undang-Undang Pangan sehingga ketidaksempurnaan pasar dan fluktuasi pasokan bisa diatasi dengan peran negara. Bukan sebaliknya, diisi oleh swasta besar, yang akan menjadi spekulan dan berpotensi mematikan produsen petani kecil ataupun rakyat konsumen (Didik J. Rachbini, Ketua Majelis Wali Amanat Institut Pertanian Bogor; k ompas online istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/perempuan-terpelajar-abad-21-dari.html

2/6


Jumat, 02/12/2011). Belum lagi dengan fakta kehidupan nonakademik di kampus. Acara-acara kemahasiswaan yang lebih sering ‘having fun’ terbukti membuat para mahasiswi timpang dari label asalnya sebagai kaum terpelajar sekaligus the agent of change. Hal ini adalah bukti gerusan trend dan lifestyle yang ternyata menjadikan mereka pragmatis. Kaum muda memang memiliki energi yang besar untuk melakukan perubahan pada masing-masing masanya. Akan tetapi, energi besar itu harus dikendalikan dan dimuat di dalam koridor yang benar dan bertarget, sehingga pengejawantahannya pun tepat. Alhasil, sejumlah kisah ini pun merangkai kesimpulan bahwa kondisi perempuan sekarang sama persis seperti pada masa sebelum kedatangan Islam. Perempuan dalam Panggung Kehidupan Perempuan, khususnya Muslimah, mempunyai peran penting yang berpengaruh besar dalam perubahan kehidupan. Tak ada satu perubahan apa pun dan bagaimana pun yang tidak menyertakan keterlibatan kaum Muslimah di dalamnya. Kaum Muslimah lahir dari umat yang agung, umat yang punya akar sejarah yang baik, yang telah menerangi dunia dengan cahaya Islam dan keadilan hukum-hukumnya. Perjalanan waktu membuktikan bahwa Muslimah berperan nyata dalam kegemilangan peradaban. Mereka menjadi mulia, cerdas, pintar dan bermartabat dengan keadilan hukum Islam. Ada satu pertanyaan yang patut direnungkan: “Siapa kita, jika tidak dengan Islam?” Mari tengok kondisi perempuan pada masa lalu sebelum Islam datang. Perempuan adalah barang yang diperjual-belikan, diwarisi tapi tidak mewarisi, dimiliki tapi tidak bisa memiliki apapun. Perempuan dijual untuk dilacurkan bahkan tidak diberi hak hidup, dibunuh sesaat setelah lahir. Sampai Islam datang mengubah kondisi mereka, dari posisi rendah menjadi tinggi dan bergengsi. Islam memberi mereka kehormatan sekaligus menjaga kehormatan tersebut. Karena itu, kaum Muslimah wajib bersyukur atas anugerah dan pemberian dari Rabbul ‘Izzati ini. Gemilangnya cahaya Islam akhirnya mengubah segalanya. Panggung peradaban Islam tak hanya didominasi oleh laki-laki. Perempuan pun muncul untuk memberi kontribusi. Mereka menunjukkan kecemerlangan pemikirannya dalam berbagai bidang. Perempuan menjadi sosok yang memahami kemuliaan cahaya Islam dan tak kenal lelah mendidik umat untuk memahami cahaya petunjuk tersebut. Hal ini telah bermula sejak zaman Nabi Muhammad saw dan para shahabatnya saat merintis masyarakat berperadaban, yaitu peradaban yang menyatukan iman, ilmu, amal dan jihad. Perempuan adalah pencetak generasi. Mereka hidup di kota-kota Islam yang merupakan butir mutiara sains yang banyak melahirkan cabang ilmu. Berawal dari Madinah, sebagai sebuah kota pendidikan yang lengkap dan suci. Ada Rasul saw yang ma'shum dan cerdas, ada masyarakat shahabat yang militan dan berakhlaq mulia, ada masjid yang makmur dan buka 24 jam, dan yang terpenting ada wahyu Allah Swt yang turun terus-menerus selama 10 tahun. Di Madinah, jika seorang ilmuwan memisahkan aqidah-akhlaq dengan ilmu yang dikuasainya, maka kealimannya batal. Seorang yang menjadi salah satu simpul sanad bagi sebuah hadits, jika dia ketahuan berdusta sekali saja, namanya akan tercatat sampai akhir zaman di kitab musthalahal hadits sebagai kadzab (pendusta) yang riwayatnya tidak valid. Apalagi kalau dia sampai meninggalkan shalat dan bermaksiat. Ibu, Tulang Punggung Peradaban Islam telah menempatkan perempuan sebagai bagian dari masyarakat sebagaimana halnya laki-laki. Keberadaan keduanya di tengah-tengah masyarakat tidak dapat dipisahkan. Keduanya bertanggung jawab menghantarkan kaum Muslim menjadi umat terbaik di dunia. Karena itu, aktivitas politik dalam pengertian pengaturan urusan umat bukan kewajiban laki-laki saja, melainkan juga merupakan kewajiban kaum perempuan sebagai bagian dari umat. Tanggung jawab perempuan sebagai makhluk Allah Swt pun secara tegas diungkap dalam beberapa nash yang bersifat umum seperti QS Ali Imran [3] ayat 104: “Dan hendak lah ada di antara k amu segolongan umat yang menyeru k epada k ebajik an, menyuruh k epada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munk ar[217]; merek alah orang-orang yang beruntung.” -- [217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Kemudian, di dalam hadits penuturan Hudzaifah ra. juga disebutkan bahwa Rasulullaah saw. pernah bersabda: “Barangsiapa yang tidak memperhatik an k epentingan k aum Muslim, ia tidak termasuk di antara merek a. Barangsiapa bangun pada pagi hari dan tidak memperhatik an urusan k aum Muslim, ia buk anlah golongan merek a.” (HR ath-Thabari). Di antara sekian tanggung jawab dan kewajiban perempuan, Allah Swt telah menetapkan bahwa tugas istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/perempuan-terpelajar-abad-21-dari.html

3/6


utama perempuan adalah ummun wa robbatul bayt (ibu dan pengatur rumah tangga). Sebagaimana sabda Rasulullaah saw: “Setiap diri k alian adalah pemimpin. Masing-masing k alian ak an dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin, ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang lak i-lak i (suami) adalah pemimpin k eluarganya, ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang perempuan (istri) adalah pemimpin (pengurus) rumah suaminya dan anak -anak nya, ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR Bukhori dan Muslim). Sebagai ibu, perempuan wajib merawat, mengasuh, mendidik dan memelihara anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang mulia di hadapan Allah Swt. Sebagai pengatur rumah tangga, dia berperan membina, mengatur dan menyelesaikan urusan rumah tangganya agar memberikan ketenteraman dan kenyamanan bagi anggota-anggota keluarga yang lain, sekaligus menjadi mitra utama laki-laki sebagai pemimpin rumahtangganya berdasarkan hubungan persahabatan dan kasih sayang. Dengan peran khususnya ini, sesungguhnya perempuan dipandang telah memberikan sumbangan besar kepada umat dan masyarakatnya. Kegemilangan peradaban sebuah masyarakat, sebagaimana yang pernah dicapai belasan abad oleh umat Islam terdahulu, tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan peran para ibu. Sebab dengan begitu, berarti mereka telah berhasil mendidik dan memelihara generasi umat sehingga tumbuh menjadi individu-individu yang mumpuni, yakni generasi mujtahid dan mujahid yang telah berhasil membangun masyarakat dan peradaban Islam hingga mengalami kegemilangan. Oleh karena itu, jelas menjadi ibu sesungguhnya merupakan peran yang sangat mulia dan memiliki nilai politis dan strategis, karena dari para ibu inilah akan lahir para pemimpin umat yang cerdas dan berkualitas. Faktanya, Madinah merupakan sebuah kota di mana para ayah dengan tenang meninggalkan istri-istri dan anak-anaknya selama berbulan-bulan, bahkan tahunan, untuk berdakwah, berdagang dan berjihad ke penjuru benua. Para ayah itu yakin, Madinah akan mendidik istri dan anaknya menjadi manusia-manusia unggulan. Coba kita bayangkan, di rumahnya anak-anak itu punya ibu yang hafizhah Qur'an dan hadits serta terjaga kehormatannya oleh syari’ah. Di masjid, anak-anak itu akan bertemu Rasulullaah saw dan para shahabat utama. Subhanallaah. Menuntut ilmu merupakan bagian dari aktivitas ibadah, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. AdzDzariyat ayat 56: “Dan Ak u tidak menciptak an jin dan manusia melaink an supaya merek a menyembah-Ku.” Dan Allah Swt telah menjamin orang-orang yang berilmu dalam Al-Qur’an: “…niscaya Allah ak an meninggik an orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS AlMujadilah [58]: 11). Oleh karena itu, dalam menilik pentingnya ilmu untuk diamalkan sekaligus peran muslimah sebagai pendidik dan pencetak generasi, layaklah jika mereka melahirkan generasi cerdas taqwa pejuang syariah dan khilafah serta sebagai mitra laki-laki dalam membangun masyarakat Islam.” Salim T S Al Hassani, profesor emiritus di University of Manchester, Inggris, dalam tulisannya, ‘Women’s Contribution to Classical Islamic Civilisation: Science, Medicine and Politics’, menyatakan bahwa selain dalam bidang agama mereka juga berkiprah di bidang ilmu pengetahuan. Madinah selanjutnya menginspirasi Damaskus, Baghdad, Cordova dan Istambul untuk menjadi pusat peradaban dunia selama berabad-abad. Madinah, Damaskus dan Baghdad bersuka cita memetik butir-butir mutiara sains yang diberikan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Berbagai cabang baru ilmu pengetahuan (new branches of k nowledge) di bidang astronomi, fisika, kedokteran, biologi, matematika, ekonomi, sastra, teknologi perang, sampai filsafat dijabarkan terus tanpa henti oleh para ulama. Mereka hafal Al-Qur'an, hafal ribuan hadits, beribadah, berinfaq, dan berjihad seperti para shahabat, pada saat yang sama mereka mengembangkan ilmu-ilmu baru dari semua yang diimani dan diamalkan itu. Inilah yang disebut oleh para ulama, “Orang Barat bisa maju karena meninggalkan agamanya, sedangkan kaum Muslimin hanya akan maju jika ia mendalami agamanya.” Muslimah Sejati: Pejuang dan Intelektual Kita bisa melihat Khadijah ra., wanita Mukmin pertama setelah Rasul yang meyakini Islam dan mendukung beliau sejak masa kerasulan; Sumayyah, syahidah pertama, pengemban dak wah, perempuan paling sabar dalam ketaatan dan paling kuat; Ummu Imarah dan Ummu Muni’ah, perempuan pertama pemberi baiat dan dukungan atas kepemimpinan Rasulullah saw. pada saat Baiat ‘Aqabah ke-2; Aisyah ra., seorang faqihah fi ad-din dan intelektual perempuan. Selain mereka adalah kaum Muslimah yang taat kepada suaminya tetapi juga mampu berkata benar di rumah suaminya sehingga seorang istri mempunyai hak untuk menyampaikan pendapatnya. Selain mereka adalah Muslimah yang berani menyampaikan pendapatnya kepada Khalifah Umar ra. sehingga Umar ra., berkata, “ Perempuan ini benar, dan ‘Umar Salah”. Selain mereka adalah Muslimah yang menjadi qadhi istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/perempuan-terpelajar-abad-21-dari.html

4/6


(pemberi keputusan perkara) seperti Syifa binti Sulaiman dan perempuan yang dimintai suara pemilihannya oleh ‘Abdurrahman bin ‘Auf saat pemilihan calon khalifah sepeninggal Umar bin al-Khaththab. Disamping itu, tidak sedikit pula kaum perempuan yang ikut berjihad bersama Rasulullaah saw dan para shahabat. Misalnya, Rufayda binti Sa’ad. Ia dianggap sebagai perawat pertama dalam lintasan sejarah Islam, yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw. Dalam Perang Badar pada 13 Maret 624 Hijriyah, ia bertugas merawat mereka yang terluka dan mengurus personel yang meninggal dunia. Muncul pula nama lain, Al Shifa binti Abdullah al Qurashiyah al’Adawiyah. Kepiawaianya dalam bidang medis ditopang oleh kemampuannya dalam membaca. Sebab, saat itu banyak orang buta huruf dan tentu tak bisa mengakses pengetahuan. Al Shifa tak pelit dengan ilmu yang dimilikinya. Ia menebar ilmu medis yang ia kuasainya, meski dalam hal yang sangat sederhana. Misalnya, pengobatan terhadap gigitan semut. Kemudian, Rasulullah SAW memintanya untuk mengajarkan hal itu kepada perempuan lainnya. Al Shifa pun multitalenta. Ia tak hanya dominan pada bidang medis. Namun, ia pun sangat terampil dalam administrasi publik dan dikenal dengan kebijaksanaannya. Justru melalui penerapan syariah Islam secara utuh dan konsisten oleh penguasa dan penjagaan/pengawasan yang ketat dari umat inilah yang akan menghantarkan pada tercapainya kemaslahatan hidup yang rahmatan lil ’alamin sebagaimana yang Allah Swt janjikan. Tidak hanya perempuan yang termuliakan, bahkan umat secara keseluruhan akan memperoleh kebahagiaan dan kebangkitan yang hakiki sebagaimana yang pernah dialami sejak masa Rasulullah saw hingga Khilafah diruntuhkan. Visi Intelektualitas Untuk Memperjuangkan Khilafah Demikianlah peran perempuan dalam Islam. Mereka diberi hak secara penuh dan segenap potensinya diberdayakan. Mereka diberi hak untuk menjalankan perannya dalam kancah politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan sebagainya. Mereka juga merupakan kehormatan yang dijaga dengan sempurna. Mereka tidak dipaksa untuk menghidupi dirinya, namun yang wajib memberinya nafkah adalah suami, orangtua atau saudara laki-lakinya. Mereka tidak menemui kehinaan, tidak diperlakukan kasar, karena Rasulullaah saw telah berpesan untuk menjaga perempuan dengan sebaik mungkin. Perempuan adalah istri mulia di rumah suaminya, ibu tangguh bagi anakanaknya, dan pejuang kebenaran di tengah umat. Secara imani dan realistik, penyelesaian mendasar dari semua persoalan yang kita hadapi sekarang ini hanyalah dengan mencampakkan sistem yang rusak dan kembali ke sistem yang mampu memberi jaminan penyelesaian secara tuntas dan adil, yakni sistem yang berasal dari Zat Yang Mahasempurna dan Mahaadil. Itulah sistem Islam yang kemampuannya telah teruji selama berabad-abad membawa umat ini pada kemuliaan dan martabatnya yang hakiki sebagai k hayru ummah. Sistem Islam mampu menjadi motor peradaban dan membawa rahmat bagi manusia secara keseluruhan. Allah Swt telah mengingatkan kita dalam firman-Nya: “Huk um Jahiliahk ah yang merek a k ehendak i? Huk um siapak ah yang lebih baik daripada huk um Allah bagi orang-orang yang yak in?” (QS al-Maidah [5]: 50). Dengan demikian, kita wajib memberikan perhatian yang besar terhadap terlaksananya tugas utama perempuan sebagai ummun wa robbatul bayt. Sebab, terlaksananya tugas utama ini sangat menentukan kebahagiaan keluarga dan kualitas generasi yang dihasilkan. Tiada cara lain untuk mengembalikan kemuliaan perempuan dan menempatkan mereka pada posisi yang bergengsi selain dengan merebut kembali kekuasaan Islam, menerapkan syariah Islam secara utuh dalam bingkai sistem Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwah. Dalam hal ini umat, khususnya perempuan, harus dipersiapkan, pada komunitas dan level manapun untuk mendukung perjuangan penegakan Khilafah. Maka, siapa saja yang meyakini dan mempunyai kemampuan untuk dalam perjuangan penegakan Khilafah, bersegeralah, karena segala kemampuan itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. Para perempuan Muslimah yang berkiprah untuk perubahan dengan tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam Khilafah sebagai jalan dan target perubahan, maka mereka akan merasa lelah dan sia-sia karena perubahan hakiki nasib kalian tidak akan pernah terwujud. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. ArRa’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah k eadaan suatu k aum sehingga merek a mengubah k eadaan yang ada pada diri merek a sendiri. Dan apabila Allah menghendak i k eburuk an terhadap sesuatu k aum, mak a tak ada yang dapat menolak nya dan sek ali-k ali tak ada pelindung bagi merek a selain Dia.” Kiprah perempuan Muslimah dalam upaya penegakan Khilafah ini telah disambut oleh Allah Swt dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195: “Sesungguhnya Ak u tidak menyia-nyiak an amal orang-orang yang beramal di antara k amu, baik lak i-lak i atau perempuan, (k arena) sebagian k amu adalah turunan dari sebagian yang lain...” Khilafah, yang akan mengatur dunia dengan syariah Islam, akan memberi hak-hak dan peran perempuan istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/perempuan-terpelajar-abad-21-dari.html

5/6


sebagaimana yang diharapkan. Karena itu, perempuan harus berkiprah dan berkontribusi untuk tegaknya syariah Islam dalam naungan Khilafah. Khilafah adalah visi politik baru yang diidamkan perempuan secara khusus dan umat manusia secara umum. Khilafah menawarkan suatu sistem pemerintahan yang unik yang memungkinkan perempuan Muslimah untuk memenuhi seluruh kewajiban syariah Islam, sebagaimana Khilafah juga memberikan solusi untuk menghadapi masalah politik, ekonomi, pendidikan, hukum dan persoalan sosial yang begitu menakutkan di tengah masyarakat saat ini. Khilafah akan memberikan bentuk yang benar bagaimana menjaga martabat dan hak-hak perempuan secara global. Inilah sistem yang menawarkan visi politik baru yang radikal bagi dunia Muslim (a radically new political vision) dan bisa membawa perubahan yang nyata dalam kehidupan bagi perempuan dan karenanya berhak mendapat dukungan mereka secara penuh. Bukan mimpi, Khilafah adalah model pemerintahan cemerlang yang memenuhi hak hidup perempuan dan memberi peran strategis dalam kehidupan bangsa, hingga memperoleh kesejahteraan dan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat, insya Allah. Wallaahu a’lam bish showaab [].

Posted 8th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: milenium, peradaban, abad 21, visioner, pejuang, pragmatisme, intelektual muslimah, ummun wa robbatul bayt, Khilafah Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/perempuan-terpelajar-abad-21-dari.html

6/6


5th April 2012

PENUNDAAN KENAIKAN HARGA BBM TETAP MENYENGSARAKAN PEREMPUAN

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si

Muqodimah: Harga BBM Tak Jadi Naik

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menegaskan bahwa pemerintah tidak menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi per 1 April 2012. Menaikkan harga BBM, katanya, merupakan jalan terakhir yang akan dipilih jika tidak ada lagi solusi lebih baik. “Rakyat Indonesia tahu, walau sejak Oktober 2011, harga BBM terus melonjak, tapi sampai sekarang, pemerintah belum menaikkan harga karena pemerintah terus berupaya mencari cari solusi lain, manakala solusi itu dapat ditemukan,” kata SBY (kompas.com, 01/04/2012). Pemerintah, kata SBY, akan terus mencermati perkembangan harga minyak dunia dalam menentukan apakah akan menyesuaikan harga BBM atau akan bertahan dengan harga BBM yang ada. Sesuai dengan aturan baru dalam APBN-Perubahan yang diputuskan melalui rapat paripurna DPR, Jumat (30/03/2012) hingga Sabtu (31/03/2012), jika ada lonjakan harga minyak pada bulan-bulan mendatang, pemerintah berkewajiban mengkaji ulang harga BBM yang ada. “Kita tarik mundur dalam 6 bulan terakhir, dan apakah sudah diperlukan untuk naikkan harga BBM atau belum, atau tidak perlu ada kenaikan harga itu. Pemerintah akan terus taat asas dan hormati undang-undang yang berlaku,” katanya. Hal tersebut disampaikan SBY dalam jumpa pers yang dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Sabtu (31/03/2012). Jumpa pers seusai rapat kabinet itu dihadiri para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dan pejabat setingkat menteri (kompas.com, 01/04/2012). Dalam rapat paripurna DPR yang berakhir Sabtu dini hari tersebut, disepakati penambahan ayat 6a dalam pasal 7 Undang-Undang No.22 Tahun 2011 tentang APBN 2012. Makna pasal tujuh beserta ayat tambahannya tersebut adalah, pemerintah berwenang menyesuaikan harga BBM manakala ada perubahan 15% atau lebih rata-rata selama enam bulan terakhir terhadap ICP. Pemerintah juga diberikan kewenangan untuk menetapkan kebijakan pendukung sebagai respon dari penyesuaian harga BBM tersebut. SBY mengatakan, sebagai presiden yang pernah menaikan maupun menurunkan harga BBM, dirinya mengetahui dampak kenaikan harga BBM terhadap masyarakat. Selama delapan tahun memerintah, SBY tiga kali menaikkan harga BBM dan tiga kali pula menurunkannya. Dia mengatakan, menaikkan harga BBM bukanlah suatu kebijakan yang baru. Hal itu juga dilakukan pemerintahpemerintah sebelumnya. Berdasarkan catatan, sejak Indonesia merdeka, kata Presiden, pemerintah 38 kali menaikkan harga BBM (kompas.com, 01/04/2012). ”Di era reformasi, tujuh kali, termasuk di saat Presiden Gus Dur dan Megawati,” katanya. Meskipun demikian, menurut SBY, kenaikan harga BBM dilakukan demi menyelamatkan ekonomi nasional. Kemudian jika kenaikan BBM itu diputuskan, maka pasti ada bantuan dan perlindungan para rakyat miskin atau yang berpenghasilan rendah. ”Dengan penjelasan ini, terikat pula dengan ketentuan pasal 6 ayat a, dengan sendirinya tidak ada kenaikan pada 1 April,” tegas SBY (kompas.com, 01/04/2012). BBM dan Perempuan

Mendukung kebijakan Kepala Negara, Ibu Negara Ani Yudhoyono angkat bicara. Dia menegaskan, kebijakan menaikkan harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah bukan untuk menyengsarakan rakyat. “Sekali lagi, ini bukan untuk menyengsarakan rakyat. Tapi, untuk menyelamatkan ekonomi nasional dan APBN kita,” ujarnya. Ani yang berbicara di hadapan sekitar 1.000 peserta acara yang mayoritas kaum perempuan itu cukup fasih menjelaskan penyebab pemerintah harus menaikkan harga BBM istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/penundaan-kenaikan-harga-bbm-tetap.html

1/4


(beritasatu.com, 21/03/2012). Karena krisis politik di Timur Tengah, menurut Ibu Ani, harga minyak mentah dunia terus melambung hingga berada pada kisaran 120 dolar Amerika Serikat (AS) per barel. Harga itu, lanjut dia, telah melampaui harga asumsi dalam APBN yang dipatok pada angka 90 dolar AS per barel. Ani mengakui, menaikkan harga BBM bukanlah suatu kebijakan populis. Selama tujuh tahun mendampingi Presiden SBY memimpin pemerintahan, ia pun mengakui kebijakan menaikkan harga BBM adalah pilihan yang tidak mudah. Namun, katanya, keputusan tersebut tetap harus diambil demi penyehatan ekonomi jangka panjang. Ani pun tidak lupa meminta dukungan masyarakat agar DPR menyetujui usulan pemerintah untuk memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebesar Rp150 ribu per bulan selama sembilan bulan, beasiswa bagi masyarakat miskin, serta pemberian beras untuk rakyat miskin selama 14 bulan yang tadinya hanya untuk 12 bulan (beritasatu.com, 21/03/2012). Entah apa landasan pernyataan Bapak Presiden dan Ibu Negara ini? Nampaknya mereka tidak merasa bersalah karena rezimnya sudah berniat menaikkan harga BBM. Nyatanya, kenaikan harga BBM dipastikan ikut mengerek naik harga sembako, sehingga beban kehidupan masyarakat akan semakin berat. Logikanya, jika negara ini ibarat satu tubuh, di mana segala aktivitas kehidupan terjadi berkesinambungan di dalamnya, maka BBM ibarat darahnya. Tak heran jika harga BBM naik, berarti “darah” akan sulit mengalir dan kehidupan akan tersendat, akibatnya “tubuh” sekarat. Sehingga itu akan benar-benar menjadi ladang pembunuhan perlahan bagi rakyat yang hidup di negara tersebut. Yang lebih menyakitkan bagi rakyat adalah kepergian Ibu Ani Yudhoyono bersama Presiden SBY ke luar negeri saat tanah air bergolak. Sehingga menimbulkan keprihatinan yang mendalam di kalangan aktivis. Tak heran jika Ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI), Ajat Sudrajat, berang dan menuding SBY sebagai presiden yang penakut dan tak bertanggung jawab (voa-islam.com, 28/03/2012). Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama, Khofifah Indar Parawansa, turut sumbang suara. Khofifah bahkan mengatakan bahwa kaum perempuan akan paling merasakan dampak kenaikan harga BBM. Sebab, merekalah yang setiap hari bersentuhan langsung dengan kebutuhan rumah tangga setiap hari. “Ibu-ibu akan sangat merasakan dampak kenaikan harga BBM. Ibu-ibu lah yang setiap hari mengatur keuangan keluarga,” kata Khofifah (republika.co.id, 26/03/2012). Menurut mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak itu, harga BBM dipastikan akan berpengaruh pada harga sembako. Dengan demikian, daya beli beli masyarakat akan menurun. Padahal, sembako adalah kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi setiap hari. “Kalau BBM sudah naik, pasti beras naik, minyak goreng naik, gula naik, dan barang-barang lainnya juga naik,” jelasnya. Khofifah menambahkan, menjelang 1 April ibu-ibu rumah tangga banyak yang gelisah dan sedih. Mereka benar-benar khawatir harga BBM akan naik. “Kalau sembako naik, belum tentu uang belanja dari suami naik,” tambahnya (republika.co.id, 26/03/2012). Dewi Aryani, anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, pun senada. Ia mengatakan bahwa imbas kenaikan harga BBM secara langsung memberikan beban tambahan kepada seluruh perempuan Indonesia, sebagai penjaga garda pengelolaan ekonomi keluarga. Karena, perempuan-lah yang mengelola manajemen rumah tangga, dan jelas paling tahu bagaimana melambungnya semua harga sembako, transportasi, biaya pendidikan, serta biaya kesehatan. Sehingga, Dewi menyerukan agar seluruh perempuan Indonesia menggelar gerakan santun untuk menolak kenaikan harga BBM (tribunnews.com, 24/03/2012). Dewi juga tak sepakat dengan Ibu Negara, yang mendorong agar perempuan menerima kenaikan harga BBM, dengan alasan untuk menyelamatkan ekonomi nasional. “Pertanyaannya, kenapa yang salah mengelola negara ini pemerintah, kok yang disuruh menyelamatkan rakyat, dan perempuan diminta menerima dan mengerti? Amat tidak manusiawi memaksakan kehendak kepada rakyat, di mana nyatanyata kedaulatan rakyat sudah terampas oleh pemerintah”, ujar Dewi (tribunnews.com, 24/03/2012). istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/penundaan-kenaikan-harga-bbm-tetap.html

2/4


Kenaikan Harga BBM, Kebijakan Dzolim

Pascaruntuhnya Khilafah Islamiyyah, umat Islam mengalami kemunduran luar biasa di berbagai lapangan kehidupan. Terkuburnya sistem Islam, berganti dengan sistem sekular, turut mengubur kemuliaan kaum muslimin. Sistem kapitalis-sekular yang mengungkung masyarakat, telah membuat kehidupan serba sempit dan menghimpit. Berbagai krisis terus mewarnai kehidupan masyarakat. Rencana kenaikan harga BBM sebagai bagian dari kebijakan di bidang ekonomi, meski selalu diklaim oleh pemerintah untuk memperbaiki perekonomian nasional, masih menjadi potret buram di masyarakat. Sementara di sisi lain, korupsi kian menjadi budaya. Kisah pilu rakyat dalam menyikapi rencana kenaikan harga BBM ini, bukanlah cerita dari negeri antah-berantah. Namun nyata terjadi sekarang, di negeri kaya minyak ini. Kenaikan harga BBM menunjukkan kedzoliman sedang berlangsung. Minyak merupakan kurnia Allah SWT bagi seluruh rakyat; hak rakyat. Namun, justru diserahkan kepada pihak asing. Menurut data dari Dirjen Migas (2009), Pertamina sebagai perusahaan Pemerintah hanya menguasai 16% produksi minyak. Sisanya dikuasai oleh asing. Ini merupakan sarana makin kokohnya cengkeraman penjajahan asing di negeri ini. Hal itu adalah haram. Kenaikan harga BBM akan merugikan para penggunanya yang mayoritasnya adalah rakyat miskin. Hasil survey ekonomi nasional (SUSENAS 2010) menunjukkan bahwa pengguna BBM 65% adalah rakyat kelas bawah dan miskin, 27% menengah, 6% menengah ke atas, dan hanya 2% orang kaya. Jadi siapa yang akan paling sengsara? Pemerintah itu dipilih oleh rakyat, maka rakyatlah yang menjadi tuannya dan pemeritah yang melayani rakyat. Semestinya aspirasi rakyat diperhatikan oleh pemerintah. Justru di sini ada fakta aneh. Hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI, 11/3/2012) menunjukkan bahwa 89,20% masyarakat desa dan 77,91% masyarakat kota menolak kenaikan BBM. Rata-rata rakyat yang menolak kenaikan BBM adalah 86%, mayoritas rakyat menolak kenaikan harga BBM. Kalau benar pemerintah memperhatikan rakyat dan mengabdi demi kepentingan rakyat, lalu kenapa justru aspirasi rakyat itu tak digubris oleh pemerintah? Jawabannya jelas, karena mereka lebih mengabdi kepada kepentingan asing penjajah. Tidak mengherankan, karena pihak yang secara tegas mendukung kenaikan harga BBM adalah lembaga asing dan pihak yang menjadi komprador asing. Sekadar contoh, rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM subsidi sebesar Rp 1.500 segera saja didukung oleh lembaga pemeringkat asing Fitch Ratings (10/3/2012). Alasannya, kebijakan ini bakal positif terhadap peringkat utang luar negeri Pemerintah. Jelas sekali, penguasa lebih memihak kehendak asing daripada aspirasi mayoritas rakyatnya sendiri. Tindakan demikian merupakan tindak pengkhianatan terhadap rakyat. Dengan semua itu, mereka sama saja telah mengkhianati amanah memelihara dan mengurus urusan rakyat. Dan semua itu terjadi karena lebih memilih sistem kapitalisme liberal yang mengharuskan liberalisasi migas yang menjadi biang kerok masalah ini. Hal itu juga bisa dinilai sebagai pengkhianatan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya saw. Benarlah firman Allah Swt: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).� (TQS Ar-Ruum [30]: 41). Tak ragu lagi, kedzoliman ini harus segera dihentikan. Liberalisasi migas yang jadi biang keroknya harus diakhiri. Sistem kapitalisme yang menjadi pangkalnya harus segera dicampakkan. Migas dan kekayaan alam harus dikelola sesuai tuntutan syariah untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh rakyat, muslim dan non muslim. Khatimah: Perempuan dan Khilafah

Realita buruknya kondisi masyarakat termasuk perempuan, merupakan hal yang wajar jika dikaitkan istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/penundaan-kenaikan-harga-bbm-tetap.html

3/4


dengan situasi global yang tengah didominasi sistem kapitalisme. Sistem yang tegak di atas asas sekularisme-liberalisme ini memang memiliki watak imperialistik dan eksploitatif. Kerusakan sistemik seperti saat ini jelas tidak bisa dibiarkan, sehingga harus dilakukan perubahan. Jika sistem kapitalismesekular terbukti gagal mensejahterakan apalagi memuliakan dan melindungi perempuan, maka sekarang saatnya menguji kemampuan sistem Islam sebagai satu-satunya sistem pengganti kapitalisme. Dengan demikian, pengaturan kehidupan manusia yang meliputi pengelolaan sumberdaya energi, termasuk BBM, hanya akan mensejahterakan mereka jika diatur dengan sistem Islam. Rasulullaah saw bersabda: “Kaum muslim itu berserikat dalam tiga perkara. (Yaitu) air, padang gembalaan dan api. Menjualnya adalah haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2463). Di antara sekian tanggung jawab dan kewajiban perempuan, Allah Swt telah menetapkan bahwa tugas utama perempuan adalah ummun wa robbatul bayt (ibu dan pengatur rumah tangga). Sebagaimana sabda Rasulullaah saw: “Setiap diri kalian adalah pemimpin. Masing-masing kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin, ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin keluarganya, ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang perempuan (istri) adalah pemimpin (pengurus) rumah suaminya dan anak-anaknya, ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR Bukhori dan Muslim). Dalam sekup ekonomi rumah tangga, perempuan adalah pengelola. Maka, kebijakan perekonomian nasional yang kapitalistik, seperti kenaikan harga BBM, terbukti akan berefek domino, termasuk bisa membuat kaum perempuan kalang kabut. Oleh karena itu, kita wajib memberikan perhatian yang besar terhadap terlaksananya tugas utama perempuan sebagai ummun wa robbatul bayt. Sebab, terlaksananya tugas utama ini sangat menentukan kebahagiaan keluarga dan kualitas generasi yang dihasilkan. Hingga memperoleh kesejahteraan dan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat. Dan jalannya hanya satu, menerapkan syariah Islam secara utuh dalam bingkai sistem Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwah. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [] Posted 5th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: BBM, dzolim, Khilafah Islamiyyah, perempuan Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/penundaan-kenaikan-harga-bbm-tetap.html

4/4


11th June 2012

Pensiun dari Panggung Politik Demokratis

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Tere dan Partai Akhir Mei lalu, Theresia Ebenna Ezeria Pardede alias Tere memberi kabar mengejutkan. Setelah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai anggota DPR, pelantun lagu “Awal yang Indah” ini juga mengumumkan pengunduran dirinya dari Partai Demokrat (vivanews.com, 01/06/2012). “Pengunduran diri saya tertulis resmi 21 Mei 2012 untuk pengunduran diri dari DPR dan Partai Demokrat,” kata Tere di Press Room DPR, Jumat (01/06) (jpnn.com, 01/06/2012). Tere mengemukakan, saat ini ia memilih untuk menghentikan segala kegiatan politik praktisnya. “Totalitas itu tidak bisa saya laksanakan. Oleh karena itu saya memilih mengundurkan diri,” katanya (vivanews.com, 01/06/2012). Tere mengaku harus berhenti dengan alasan menyelesaikan tugas akhir S3-nya, disamping harus merawat ayahnya yang masih sakit (jpnn.com, 01/06/2012). Namun, Tere juga mengungkapkan bahwa pengunduran dirinya karena kekecewaannya atas kondisi DPR dan Partai Demokrat (metrotvnews.com, 03/06/2012). Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR, Nurhayati Assegaf, yang baru saja menggantikan Jafar Hafsah, menyatakan keluarnya Tere dari keanggotannya di Fraksi Partai Demokrat merupakan hak pribadinya sebagai anggota. Untuk itu, dia pun meminta semua pihak untuk menghormati keputusan Tere untuk mundur dari DPR. Tere pun menepis berbagai isu negatif terkait dirinya, termasuk berbagai kasus yang bersinggungan dengan Komisi X DPR. Maklum, saat ini komisi nyang membidangi masalah olahraga itu tengah menyoroti kasus pembangunan prasarana Gedung Olahraga di Hambalang, Jawa Barat. Sedangkan Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso menyayangkan keputusan Tere mengundurkan diri dari DPR. Menurutnya, Tere dikenal sebagai anggota DPR yang cukup eksis (bisnis.com, 01/06/2012). Yang tak banyak diungkap di media massa, Tere sebenarnya menyayangkan maraknya kader parpol yang tersangkut kasus hukum. Kenyataan ini, katanya, menunjukkan bahwa komitmen di antara kader partai belum terbangun sebagaimana mestinya. Menurut Tere, membangun human resource yang satu visi antara sesama kader parpol memang sulit. Dia menganggap hal ini sebagai ujian bagi partai. “Demokrat memang sedang dalam ujian, namun saya tidak bisa berbuat banyak,“ ucap Tere, Sabtu (02/06) (republika.co.id, 02/06/2012). Panggung Politik Demokratis, Bukti Primitifnya Demokrasi Tere mengalami hal yang wajar. Harus diakui, atas nama demokrasi, seluruh manusia kini tengah berada di persimpangan jalan. Peraturan hidup dan ideologi buatan manusia terbukti telah gagal. Sistem saat ini hanya menimbulkan berbagai kerusakan dan kehancuran di mana pun sistem ini diterapkan. Tak pelak lagi, hal ini jelas membutuhkan perubahan. Perubahan yang dibutuhkan adalah perubahan yang menyeluruh, dapat dipraktikkan dan berdiri di atas landasan pemikiran yang shohih (Buku “Mengenal Sistem Islam: Dari A Sampai Z” 2004). Perubahan hakiki itu bukan dengan demokrasi. Sebagai sistem usang dan primitif, demokrasi telah menempatkan manusia pada tempat yang menjadi hak Allah Swt sebagai pembuat aturan kehidupan. Manusia yang lemah, penuh kontradiksi dan terbatas diberi kekuasaan untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Maka, ketika membuat hukum dan aturan yang mengikat seluruh anggota masyarakat, mereka hanya bisa mengikuti keinginan dan kehendak rakyat dari kalangan tertentu. Disamping itu, mereka tidak akan pernah bisa menyingkirkan berbagai prasangka, kekeliruan dan kebodohan mereka. Tidak ada pula batasan tentang hal-hal apa saja yang pantas dilegislasi. Sepanjang suara mayoritas setuju untuk melegislasi sebuah aturan, maka aturan atau hukum apa pun bisa dibuat. Dengan demikian, bukan mustahil demokrasi mampu melegislasi tindak kejahatan yang paling hina, seperti perzinaan dan prostitusi, homoseksualitas, serta penyalahgunaan narkoba (Buku “Mengenal Sistem Islam: Dari A Sampai Z” 2004). Realitas menunjukkan bahwa demokrasi tidak efektif untuk mengelola masyarakat. Demokrasi tidak bisa dipraktikkan sesuai konsep dasarnya, sebagaimana cetusan bangsa Yunani Kuno. Yang ada hanyalah segelintir individu yang mendikte orang banyak. Inilah yang terjadi di setiap negara ‘demokratis’ di dunia. Yaitu pemerintahan bagi mayoritas oleh segolongan minoritas politisi yang berkeinginan untuk memuaskan kepentingan-kepentingan pribadinya. Oleh karena itu, jelas sudah istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/pensiun-dari-panggung-politik.html

1/5


mengapa dunia sekarang ini terpuruk dalam lubang kekacauan yang sangat dalam. Adopsi ideologi kapitalisme ditambah dengan berbagai inkonsistensi dan eksploitasi yang dilakukan oleh kaum kaya dan berkuasa terhadap sumberdaya dunia, telah mengakibatkan bencana luar biasa. Akibat bencana tersebut sudah sangat nyata bagi semua anggota masyarakat. Kerusakan yang ditimbulkan pun sungguh amat luas, karena telah meliputi seluruh pelosok dunia dan semua lapisan masyarakat (Buku “Mengenal Sistem Islam: Dari A Sampai Z” 2004). Dari masa ke masa, tempat ke tempat, demokrasi selalu memproduksi racun yang berasal dari campuran uang dan kekuasaan. Upaya yang terus-menerus mencoba membedakan antara penggunaan uang yang ‘etis’ untuk mempengaruhi politik, dan penggunaan uang yang tidak etis atau ilegal, telah kehilangan diferensiasinya. Negara-negara penganut demokrasi seperti India, Rusia, Pakistan, Irak, Afganistan, termasuk Indonesia, sulit untuk menyembunyikan fakta bahwa korupsi dan demokrasi telah menjadi hal yang identik. Demikian juga bahwa pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat sebenarnya adalah pemerintah untuk orang-orang paling kaya dan paling kuat di masyarakat. Bahkan masyarakat sudah menganggap politisi identik dengan perilaku korupsi (www.hizb.org.uk [http://www.hizb.org.uk/] ). Ketika rakyat di negara-negara di Timur Tengah menjerit untuk ‘demokrasi’, mereka harus berhati-hati atas apa yang mereka inginkan. Sebab, jika mereka menyuarakan suara rakyat, kesempatan untuk memilih para pemimpin mereka, meminta pertanggung-jawaban mereka dan mengikuti aturanaturan hukum, maka itu adalah hal yang baik. Memang, Islam mendefinisikan elemen-elemen pemerintahan itu jauh sebelum demokrasi modern ada. Namun, jika mereka menginginkan demokrasi seperti yang ada saat ini, mereka seharusnya tidak hanya melihat politik yang jelas-jelas korup seperti di Rusia, India, Afganistan, Pakistan, Irak dan Indonesia. Mereka juga harus melihat praktik-praktik tersembunyi dan yang nampak dari negara-negara kampiun demokrasi saat ini, seperti Inggris dan Amerika. Pasalnya, sebagaimana yang dikatakan Mark Twain, “Hanya pemerintah yang kaya dan aman yang mampu menjadi negara demokrasi karena demokrasi adalah jenis pemerintahan yang paling mahal dan paling jahat yang pernah terdengar di permukaan bumi.” (www.hizb.org.uk [http://www.hizb.org.uk/] ). Penolakan sistem demokrasi adalah bagian dari keimanan. Demokrasi adalah sistem kufur yang bertentangan dengan aqidah dan syariat Islam. Hal ini terjadi lantaran demokrasi telah melegitimasi manusia untuk membuat hukum dalam kehidupan. Padahal jelas, firman Allah Swt: “Keputusan (hukum) itu hanyalah kepunyaan Allah.” (TQS. Yûsuf [12]: 40). Tak heran, jika dalam demokrasi muncul fenomena untuk bisa mengubah undang-undang sesuka hati sesuai dengan “keinginan” siapa saja yang sedang berkuasa. Maka siapa pun penguasa dari sistem kufur tersebut ia adalah penguasa yang zhalim, karena ia adalah penguasa yang akan selalu mengurus negara tidak berdasarkan Islam. Uji Idealitas Partai Politik Masa Kini Sejak abad XIII Hijriah atau XIX Masehi, telah berdiri berbagai gerakan yang bertujuan untuk membangkitkan umat Islam. Upaya-upaya tersebut sejauh ini belum meraih keberhasilan, sekalipun meninggalkan pengaruh yang cukup berarti bagi generasi yang datang sesudahnya untuk mengulangi upayanya sekali lagi (Kitab “Pembentukan Partai Politik Islam”). Faktanya, partai politik dalam era modern masih dimaknai sebatas sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka (Miriam Budiardjo, 1998, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia). Dilihat dari pengertian tersebut, ada beberapa unsur penting yang ada dalam partai politik, yaitu orang-orang, ikatan antara mereka hingga terorganisir menjadi satu kesatuan, serta orientasi, nilai, cita-cita, tujuan dan kebijaksanaan yang sama. Dalam praktik kekinian, setidaknya ada empat fungsi partai politik, yaitu: Pertama, partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang disampaikan kepada penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada masyarakat. Kedua, partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai memberikan sikap, pandangan, pendapat, dan orientasi terhadap fenomena (kejadian, peristiwa dan kebijakan) politik yang terjadi di tengah istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/pensiun-dari-panggung-politik.html

2/5


masyarakat. Sosialisi politik mencakup juga proses menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan, partai politik berusaha menciptakan image (citra) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ketiga, partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik berfungsi mencari dan mengajak orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. Keempat, partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Di tengah masyarakat terjadi berbagai perbedaan pendapat, partai politik berupaya untuk mengatasinya. Namun, semestinya hal ini dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi atau partai itu sendiri melainkan untuk kepentingan umum. Menilik massanya, Indonesia adalah negeri Muslim terbesar di dunia. Tapi, sungguh ironis, Islam malah dipinggirkan dari kancah landasan pendirian partai politik. Mengapa? Pertama, partai-partai yang berkuasa lebih bercorak sekular dan kebangsaan. Konsekuensinya, aturan-aturan yang diterapkan adalah aturan-aturan sisa peninggalan penjajah Belanda. Kedua, partai-partai Islam yang ada tidak memiliki konsepsi (fikrah) yang jelas dan tegas. Sebagai contoh, ketika mensikapi fenomena kepala negara perempuan hanya berkomentar, “Ini masalah fikih. Semua terserah rakyat.” Pada waktu didesak pendapatnya tentang syariah Islam, menjawab, “Syariah Islam itu kan keadilan, kebebasan, dan kesetaraan.” Kalau begitu, tidak ada bedanya dengan partai-partai umumnya. Ketika ramai membincangkan amandemen UUD 1945 tentang dasar negara, sebagian menyatakan, “Partai kami tidak akan mendirikan Negara Islam”, “Kembali kepada Piagam Jakarta”, dan partai Islam lainnya menyatakan ‘Indonesia ini plural harus kembali ke Piagam Madinah di mana tiap agama menjalankan hukum masingmasing’. Sikap demikian membuat umat menyimpulkan tidak ada bedanya antara partai yang menamakan partai Islam dengan partai lainnya. Ketiga, partai-partai secara umum hanya diperuntukkan bagi pemenangan Pemilu. Kegiatannya terkait persoalan rakyat hanya digiatkan menjelang Pemilu. Dalam kurun waktu antara dua Pemilu, umumnya partai kurang aktif. Kalaupun aktif lebih disibukkan dengan aktivitas Pilkada untuk menggolkan calonnya. Selebihnya hanya panas-panas tahi ayam. Ujungnya, tidak ada penyelesaian bagi permasalahan masyarakat. Keempat, tidak menjalankan metode yang jelas. Untuk melakukan perubahan di tengah masyarakat ditempuh dengan membuat undang-undang. Namun, jalannya dengan kompromi dan tambal sulam. Bahkan, berkoalisi antara partai Islam dengan partai nasionalis yang anti Islam, bahkan partai kristen yang jelas-jelas memproklamirkan dirinya ‘konsisten menentang syariah’. Kalaupun menyatakan ‘partai nasionalis religius’ tidak jelas apa maksudnya. Akibatnya, rakyat tidak melihat perbedaan antara partai Islam dengan partai nasionalis. Kelima, tidak adanya ikatan yang kuat di antara para anggotanya. Ikatan yang ada lebih pada kepentingan. Muncullah perpecahan di dalam tubuh partai-partai Islam atau berbasis massa umat Islam. Keenam, perilaku sebagian anggota/pengurus tidak mencerminkan partai Islam sesungguhnya. Aliran dana untuk DPR termasuk yang ‘tidak jelas asalnya’, juga diterima oleh sebagian partai Islam. Alasannya, nanti akan dikembalikan kepada rakyat yang menjadi konstituennya. Hal ini menambah pemahaman masyarakat tentang sulitnya membedakan antara partai Islam dengan partai bukan Islam. Inilah beberapa penyebab kegagalan partai, khususnya partai Islam. Karenanya, siapapun harus belajar dari kesalahankesalahan tersebut (“Partai Politik dalam Islam” dalam www.hizbut-tahrir.or.id). Partai Politik dan Perubahan Masyarakat Pembentukan partai politik yang mengemban perubahan hendaknya berlandaskan pada firman Allah Swt: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (TQS ‘Ali Imron [03]:104). Ma'ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah, sedangkan mungkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Adapun terkait makna politik (siyasah) disebutkan dalam kamus Al-Muhit bahwa As-Siyasah (politik) berasal dari kata: Sasa –Yasusu – Siyasatan bi ma’na ra’iyatan (pengurusan). Al-Jauhari berkata: sustu ar-raiyata siyasatan artinya aku memerintah dan melarang kepadanya atas sesuatu dengan sejumlah perintah dan larangan). Wa as-siyasah maksudnya: al-qiyamu ‘ala syaiin bima yashluhuhu (siyasah/politik adalah melakukan sesuatu yang memberi mashlahat padanya) (Lisanul Arab, Ibn Mandzur). Dengan demikian, politik/siyasah bermakna mengurusi urusan berdasarkan suatu aturan tertentu yang tentu berupa perintah dan larangan. Rasulullah saw menggunakan kata siyasah (politik) dalam sabdanya: “Adalah Bani Israil, urusan mereka diatur (tasusuhum) oleh para Nabi. Setiap seorang istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/pensiun-dari-panggung-politik.html

3/5


Nabi wafat, digantikan oleh Nabi yang lain. Sesungguhnya tidak ada Nabi sesudahku, dan akan ada para khalifah yang banyak.” (HR. Bukhari). Selanjutnya, dalam bergerak, hendaknya dalam membentuk partai politik memiliki prinsip yang terdiri dari: 1. Dasar pemikiran yang benar dengan batasan yang jelas, yaitu Islam. 2. Metode gerak organisasi atau pergerakan yang lurus, sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullaah saw. 3. Bertumpu pada orang-orang yang berkesadaran sempurna terhadap perubahan; mereka tidak hanya bermodal semangat, tapi juga pemikiran dan ketaqwaan. 4. Sesama individu di dalamnya tergabung dalam ikatan yang benar, yaitu ikatan sebagai sesama yang beraqidah Islam. Prinsip-prinsip ini kemudian menjadi penting, karena sudah bukan hal aneh jika para penggerak (muharrik) memiliki karakter sebagai the agent of change, di mana mereka akan menjadi pihak yang berada di garda terdepan dalam mewujudkan perubahan. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Berdasarkan hal ini, maka dapat disebutkan bahwa partai politik (hizbun siyasiy) merupakan suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, cita-cita dan tujuan yang sama dalam rangka mengurusi urusan rakyat. Dengan kata lain, partai politik adalah kelompok yang berdiri di atas sebuah landasan ideologi yang diyakini oleh anggota-anggotanya, yang ingin mewujudkannya di tengah masyarakat. Masyarakat itu sendiri harus dipahami sebagai sekumpulan dari manusia yang saling terikat dan berinteraksi, di mana mereka memiliki pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama. Bagi seorang muslim, segala sesuatu dalam kehidupannya harus selalu terikat dengan Islam. Dengan kata lain, partai politik yang harus ada adalah partai politik yang tegak di atas ideologi (mabda) Islam atau partai Islam ideologis. Partai politik Islam adalah partai yang berupaya menyadarkan masyarakat dan berjuang bersamanya untuk melanjutkan kehidupan Islam. Partai politik Islam tidak ditujukan untuk meraih suara dalam Pemilu atau berjuang meraih kepentingan sesaat, melainkan partai yang berjuang untuk merubah sistem demokrasi-sekular menjadi sistem yang diatur oleh syariah Islam. Sejumlah aktivitas yang dapat dilakukan oleh partai politik berideologi Islam diantaranya: 1. Membangun tubuh partai dengan melakukan pembinaan secara intensif sehingga menyakini ide-ide yang diadopsi oleh partai. 2. Membina umat dengan Islam dan pemikiran, ide serta hukum syara’ yang diadopsi oleh partai, sehingga tercipta opini tentang syari’at Islam sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah umat dan keharusan menerapkan syariah Islam dalam wadah Khilafah. 3. Melakukan perang pemikiran dengan semua ide, pemikiran, aturan yang bertentangan dengan Islam. 4. Melakukan koreksi terhadap penguasa yang tidak menerapkan Islam atau menzhalimi rakyat. 5. Perjuangan politik melawan negara kafir penjajah dan para penguasa yang zhalim. Khatimah Alhasil, umat yang tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam Khilafah sebagai visi dan misi pergerakan, maka mereka akan merasa lelah dan sia-sia karena perubahan hakiki tidak akan pernah terwujud dalam kehidupan. Kontribusi umat dalam upaya penegakan Khilafah ini telah disambut oleh Allah Swt dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195: “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain...”. Wallaahu a’lam bish showab []. Posted 11th June 2012 by Nindira Aryudhani Labels: Islam, ideologi islam, syariat Islam, partai politik berideologi islam, DPR, demokrasi, partai politik, negara, Khilafah

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/pensiun-dari-panggung-politik.html

4/5


Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/pensiun-dari-panggung-politik.html

5/5


10th May 2012

PENGGEMAR K-POP SEJATI

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Fenomena Bintang Korea Jay Park, penyanyi berdarah Korea asal Amerika Serikat ini menyambangi Jakarta untuk kedua kalinya. Kali ini Jay Park datang dalam rangkaian promo album barunya yang bertajuk “New Breed”. Jay akan bertemu dengan penggemarnya selama dua hari di Jakarta, terhitung Rabu dan Kamis, 09-10 Mei 2012 (okezone.com, 08/05/2012). Sebelumnya, Suju (Super Junior) telah lebih dulu datang ke Indonesia untuk menghibur penggemarnya pada 27-29 April 2012 lalu (republikaonline, 28/04/2012). Serupa dengan Jay, Suju pun disambut oleh jutaan penggemar, di Bandara Soekarno Hatta (republikaonline, 27/04/2012). Saking antusiasnya, Elf (sebutan untuk fans Suju)yang berasal dari mana-mana ini, rela menunggu berjam-jam di bawah terik matahari, demi menunggu pintu dibuka agar bisa segera memasuki gedung Mata Elang Indoor Stadium (MEIS), Ancol, tempat konser Suju berlangsung. Rata-rata penonton konser Suju, telah tiba sejak pagi hari, meski panitia baru membuka pintu utama pukul 17.30 wib. Satu jam menjelang konser yang berlangsung pada pukul 18.30 wib, masih terdapat antrian panjang Elf yang sabar menunggu panggilan panitia pintu masuk berdasarkan kelas tiket. Harga tiket resmi termahal kelas Super VIP Seat Rp 1,7 juta, yang tiket termurah Rp 500 ribu (republikaonline, 28/04/2012). Suju dan Jay Park menjadi begitu terkenal dan punya fans tetap tentu bukan suatu kebetulan. Faktanya, demam K-pop muncul karena alasan klise yang sangat manusiawi, yaitu fisiknya. Budaya tersebut direpresentasikan dengan wajah cantik jelita berkulit putih bak porselen yang lembut dan mulus atau wajah ganteng yang imut, innoncent dan proposional. Meskipun rumor di balik semua penampakan wajah dan penampilan sang ikon dihantui berita ‘tidak asli’ alias hasil dari operasi plastik, tapi para fans tidak peduli karena fisik yang sempurna itulah yang mereka puja, fisik yang tidak mereka miliki (www.cerita.otsuzo.com [http://www.cerita.otsuzo.com/] , 06/03/2012). Disamping itu, sudah banyak bintang Korea pendahulunya yang telah meramaikan pasar Indonesia. Jika diingat-ingat, fenomena dunia hiburan Korea sejatinya telah menemukan jati dirinya sekitar tahun 2002, yang diawali dengan sejumlah serial drama. Sebutlah Winter Sonata, yang sempat mencuatkan industri hiburan Korea ke seluruh dunia (kapanlagi.com, 17/01/2012). Tak heran jika dua pemeran utama Winter Sonata, Bae Yong Joon [http://id.wikipedia.org/wiki/Bae_Yong_Joon] (pemeran Kang Joon Sang/Lee Min Hyung) dan Choi Ji Woo [http://id.wikipedia.org/w/index.php? title=Choi_Ji_Woo&action=edit&redlink=1] (pemeran Jung Yu-jin), meraih penghargaan KBS Awards 2002 sebagai aktor dan aktris dengan akting terbaik (wikipedia, 19/01/2012). Bahkan, mereka menjadi bintang terunggul di Asia, termasuk Indonesia (poskotanews.com, 04/02/2012). Kini para bintang dari serial tersebut tengah merayakan ulang tahun ke-10 Winter Sonata lewat Winter Sonata Musikal. Yoon Suk Ho, sutradara Winter Sonata, menyatakan Winter Sonata adalah proyek paling bersejarah dalam hidupnya dan itu membuatnya sangat bersyukur, hingga setelah sepuluh tahun berlalu, hal ini seperti sebuah reuni (kapanlagi.com, 17/01/2012). Wajar jika sejumlah bintang Korea mendadak terkenal di dunia, termasuk Indonesia. Karena industri hiburan Korea yang spektakuler ini tidak terlepas dari program Pemerintah Korea, khususnya melalui 2010-2012 Visit Korea Year (www.visitkorea.or.kr [http://www.visitkorea.or.kr/] , 2009). Standarisasi Idola Perkara idola, fans dan eksistensi ternyata menarik. Idola selalu identik dengan fans. Sebagai seorang idola yang memiliki banyak fans, tentu sangat berpengaruh pada eksistensi sang selebriti. Idola biasanya dianggap sebagai standar, contoh bahkan teladan bagi fans. Bahasan idola ini telah diingatkan dalam firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS Al-Ahzab [33]: 21). Dan menjadi idola bukan berarti pihak yang boleh mengalahkan keberadaan Allah Swt, sebagaimana sabda Rasulullaah saw: “Kemuliaan adalah pakaian Allah. Kesombongan (kebesaran) adalah selendang Allah. Allah berfirman, ‘Barangsiapa yang mencabut pakaian-Ku, maka Aku akan menyiksa’.” (HR. Bukhari, Muslim). Serta firman Allah Swt: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/penggemar-k-pop-sejati.html

1/3


sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (TQS Al-Israa [17]: 37). Lantas, teladan macam apa yang dapat diperoleh dari para idola tersebut? Energi macam apa pula yang dapat dibagi kepada para fans dari idolanya jika para public figure itu sendiri hanya berstandar dunia? Mengapa korbanan waktu, tenaga dan dana fantastis telah menjadikan para fans itu melalaikan hal-hal lainnya? Padahal, eksistensi sang idola hanya tersandar pada normalitas dan keindahan fisik, bukan pada aspek yang sebanding untuk dapat diteladani dari diri Rasulullaah saw sebagaimana dalam ayat-ayat di atas. Teladan dari idola sejati, Rasulullaah saw, adalah teladan yang mutlak diambil. Kegigihan beliau dalam berjuang mendakwahkan agama Allah Swt adalah kegigihan sejati melawan tantangan hakiki. Tatkala Rasulullaah saw diutus dengan membawa Islam, masyarakat Makkah dan sekitarnya membicarakan beliau dan dakwahnya. Seiring dengan berjalannya dakwah, mereka mulai menyadari “bahaya” dakwah tersebut. Mereka pun sepakat untuk menentang, memusuhi dan memeranginya. Mereka juga menggunakan berbagai sarana untuk memalingkan Rasul dari dakwahnya, namun tidak berhasil. Saranasarana terpenting yang mereka gunakan untuk menyerang dakwah ini ada tiga, yaitu: (1) penganiayaan, (2) berbagai propaganda di dalam dan di luar kota Makkah, dan (3) pemboikotan (Kitab Ad-Daulah). Bayangkan, betapa tidak ada langkah yang ringan dalam perjalanan dakwah Rasulullaah saw. Tapi yang harus diketahui, ujian yang beliau terima ternyata juga menentukan kualitas kaum muslimin yang berjuang bersama beliau, baik dari kaum Muhajirin maupun Anshor. Muda, Ngetop, Aset Peradaban Sudah saatnya anak muda harus mengganti mindset-nya dalam mencari idola. Kesetaraan usia idola dengan fans-nya harus menjadikan diri mereka sebagai para pemuda yang dapat bercermin bersama. Lihatlah generasi muda binaan Rasulullaah saw saat mendakwahkan Islam di Makkah hingga berdirinya Daulah Khilafah Islamiyyah pertama di Madinah. Peradaban Islam dipenuhi oleh sumber daya manusia berkualitas yang menjadi aset terbesar masa depan dunia. Ali bin Abi Thalib, masuk Islam dan menjadi pengemban dakwah Islam pada usia 8 tahun. Mu’adz bin Jabal, dinobatkan menjadi hakim agung negara, saat usianya masih 18 tahun. Demikian halnya penakluk Konstantinopel 1453, yang mana usia Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun tersebut baru 21 tahun 2 bulan. Dan sudah terlanjur ngetop, Sultan Muhammad Al-Fatih adalah pemimpin terbaik dari pasukan terbaik yang dijanjikan Allah Swt untuk membebaskan Konstantinopel yang tersohor sebagai kota yang sangat sulit ditembus karena benteng-bentengnya yang kuat. Menilik usianya, mereka masih sangat muda saat mampu mewujudkan perubahan yang revolusioner. Ada faktor lain dalam diri mereka yang menjadikannya mampu menembus batas keghaiban dengan kekuatan pemikiran sebagai motornya. Mereka jelas memiliki kapasitas berpikir yang optimal untuk meraih cita-cita perjuangannya. Menjadi sosok muda, berprestasi dan ber-prestige toh tidak membuat mereka terbanggakan hanya dengan ukuran duniawi semata. Kemudaan mereka dalam prestasi dan prestige tidak hanya bertaraf dunia, tapi juga bertaraf akhirat. Mereka adalah pemuda produk dari sebuah cita-cita yang dianggap mustahil pada masanya dan masa kini. Kapasitas berpikir mereka senantiasa dirangkai dengan keyakinan akan kebenaran janji Allah Swt hingga telah membuatnya menjadi kenyataan bersejarah yang tertoreh sebagai bagian penting dalam peradaban manusia. K-Pop Sejati Anak muda juga harus memiliki kesadaran bahwa aliran makna hidup ini bersandar sepenuh daya dan upaya hanya kepada Yang Maha Mengatur manusia, kehidupan dan alam semesta. Sebuah pemikiran yang akan bermuara hanya pada hakikat penciptaan oleh Sang Khaliq. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Maka segala aktivitasnya harus terikat dengan hukum Allah Swt. Tak usah ragu mengganti kepanjangan K-pop (korean pop) menjadi K-pop (Khilafah populer). Bahkan, jadilah pemuda penggemar K-pop (Khilafah populer) sejati. Karena pemuda yang berkiprah untuk dunia dengan tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam Khilafah sebagai jalan dan target perubahan, maka mereka akan merasa lelah dan sia-sia karena perubahan hakiki nasib mereka tidak akan pernah terwujud. Idola pun hanya fatamorgana. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Ar-Ra’du istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/penggemar-k-pop-sejati.html

2/3


ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Kiprah pemuda dalam upaya penegakan Khilafah ini telah disambut oleh Allah Swt dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195: “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain...” Wallaahu a’lam bish showab []. Posted 10th May 2012 by Nindira Aryudhani Labels: ngetop, kbs, suju, jay park, Rasulullaah saw, winter sonata, bintang korea, Khilafah, idola, muda, teladan, aset peradaban, k-pop View comments

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/penggemar-k-pop-sejati.html

3/3


7th April 2012

Pengantar [Khilafah: A Shining Model for Women Rights and Political Role]

Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh. Pembaca yang budiman, bulan lalu, tepatnya tanggal 10 Maret 2012, sebuah acara penting digelar di Tunisia, sebuah negeri Muslim yang baru-baru ini dilanda revolusi yang berhasil menumbangkan rezim kejam di negara itu. Acara tersebut tidak lain adalah Konferensi Perempuan Internasional yang digagas dan diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir. Konferensi perempuan Muslim yang pertama dan terbesar itu—yang mengumpulkan sekitar seribu peserta dari puluhan negara itu—mengambil tema yang juga penting, yakni “The Khilafah: A Shining Model for Women Rights and Political Role.” Dari tema yang diangkat, tampak jelas bahwa ada keinginan kuat dari kalangan perempuan untuk mencari model dari sistem politik dan pemerintahan terbaik yang bisa menjami hak-hak mereka yang selama ini telah dirampas oleh sistem dan rezim sekular. Sebagaimana diketahui, kaum perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk di Dunia Islam, sudah lama mengalami ketertindasan di berbagai lini kehidupan. Sebagian diekspolitasi secara ekonomi; dipaksa bekerja di sektor publik, dijadikan TKW di luar negeri; dijadikan ikon utama di dunia fesyen, hiburan bahkan seluruh komoditas yang bersifat komersial. Sebagian diekploitasi secara seksual dalam bisnis pornografi, pornoaksi, bahkan pelacuran. Sebagian mengalami tindakan kekerasan fisik maupun psikis baik di sektor publik maupun di ranah domestik; ditelantarkan, dilecehkan, diperkosa bahkan dibunuh. Sebagian menderita kemiskinan dan kebodohan yang berkepanjangan. Sebagian lagi bahkan harus meregang nyawa atau terancam setiap saat di bawah rezim kejam seperti yang dialami Muslimah di Suriah saat ini. Harus diakui, semua itu sebetulnya terjadi dalam sistem atau rezim yang sama, yakni sistem atau rezim sekular yang tidak menjadikan Islam sebagai landasan pemerintahannya. Maka dari itu, mencari model/sistem terbaik dan cemerlang yang bisa kembali memuliakan perempuan sangatlah penting. Bagi kaum Muslim, sistem Khilafah yang diwariskan Baginda Nabi saw. dan para Sahabat, itulah sistem terbaik yang dimaksud. Dalam sejarahnya selama 1400 tahun, sistem Khilafah sudah terbukti mampu memuliakan kaum perempuan sekaligus membela dan melindungi mereka. Di seputar itulah tema utama Al-Waie kali ini, yang sebagian besarnya terkait langsung dengan tema Konferensi Perempuan Internasional tersebut. Semoga umat Islam makin menyadari dan makin bersemangat dalam perjuangan mengembalikan Khilafah Islam yang akan menerapkan ideologi dan sistem Islam secara paripuna, yang bukan hanya akan memuliakan kaum perempuan, tetapi manusia secara umum. Selamat membaca! Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh. sumber:

http://hizbut-tahrir.or.id/2012/04/06/pengantar-khilafah-a-shining-model-for-women-

rights-and-political-role/

Posted 7th April 2012 by Nindira Aryudhani Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/pengantar-khilafah-shining-model-for.html

1/1


7th April 2012

Pemuliaan Perempuan Tanpa Limit Satuan

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Perempuan, makhluk cantik ciptaan Allah Swt ini bukanlah selebriti di antara makhluk-Nya yang lain. Bukan pula makhluk yang Rasulullaah saw ibaratkan layak untuk disembah. Akan tetapi, profilnya selalu menarik untuk disisir laksana mencari mutiara di kedalaman samudra berkarang terjal. Terbukti, dalam sejumlah peradaban manusia, antara lain Yunani, Romawi, India, Yahudi dan Arab Jahiliah, perempuan hanya dipandang sebagai bakteri yang tidak layak untuk sekedar hidup. Bahkan dalam peradaban Barat yang dikatakan modern, perempuan hanya menjadi komoditas permainan dan kesenangan ketika masih muda, menarik dan cantik. Akan tetapi saat lanjut usia, bukan tidak mungkin jika nasibnya berakhir di tengah lingkungan panti jompo, na’udzubillah. Maka ingatlah bahwa sepanjang sejarah, perempuan tidak pernah mendapatkan kedudukan yang terhormat, kecuali dalam ajaran Islam (Buku Siroh Shohabiyah Jilid 2). Islam telah jelas memuliakan perempuan tanpa limit satuan, karena kemuliaan perempuan tertuang di dalam Al-Qur’an yang kebenarannya dijaga oleh Allah Swt hingga akhir zaman. Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Berkaca dari pemuliaan Islam terhadap perempuan, berikut ini diulas potret perempuan dalam sistem tanpa Islam, hingga kaum perempuan harus mengemis pengakuan melalui sebuah momentum eksistensi. Faktanya, para aktivis perempuan di dunia telah menandai tanggal 25 November sebagai hari untuk memerangi kekerasan terhadap perempuan sejak tahun 1981. Sejalan dengan itu, tahun 1993, Kongres Feminis lnternasional mencanangkan bahwa setiap tahunnya selama 16 hari mulai 25 November-10 Desember sebagai masa kampanye penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Di Indonesia, kampanye ini dilakukan oleh lembaga masyarakat yang bergerak di sektor advokasi bagi perempuan. Pada tanggal 17 Desember 1999, Majelis Umum PBB menetapkan tanggal 25 November sebagai "Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (Resolusi 54/134)" (antaranews.com, 25/11/2011). Risa Amrikasari, pemerhati masalah sosial dan perempuan, dalam memperingati Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (Jumat, 25/11/2011) di Jakarta, menyatakan bahwa pemerintah hendaknya lebih peduli terhadap kasus-kasus kekerasan yang kerap terjadi pada perempuan. Menurut Risa, saat ini Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan atau Convention on the Elimination All Form of Against Women (CEDAW). Selanjutnya, sosialisasi perundangundangan yang mengatur anti kekerasan terhadap perempuan harus semakin dipacu. Hal ini karena kasus-kasus yang terjadi di masyarakat adakalanya tidak terselesaikan secara hukum karena belum dipandang sebagai prioritas oleh lingkungan dan aparatur negara. Keberhasilan kampanye dan sosialisasi oleh pemerintah dianggap masih harus diukur ulang. Meski negara sudah memberi perhatian, akan tetapi masih banyak hal yang perlu dilakukan dan dipercepat (antaranews.com, 25/11/2011). Perempuan dan Kekerasan Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan yang berakibat kesengsaraan atau penderitaanpenderitaan pada perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi. Seringkali kekerasan pada perempuan terjadi karena adanya ketimpangan atau ketidakadilan jender. Ketimpangan jender adalah perbedaan peran dan hak perempuan dan laki-laki di masyarakat yang menempatkan perempuan dalam status lebih rendah dari laki-laki. “Hak istimewa” yang dimiliki laki-laki ini seolah-olah menjadikan perempuan sebagai “barang” milik laki-laki yang berhak untuk diperlakukan semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan (kesrepro.info, 24/12/2007). Kekerasan rumah tangga adalah jenis kekerasan jender yang paling umum. Korbannya adalah perempuan di negara-negara berkembang dan negara-negara Barat lainnya. Kekerasan adalah salah satu penyebab kematian dan cacat yang umum di kalangan perempuan usia produktif, dan merupakan penyebab yang lebih besar daripada sakit, kecelakaan lalu lintas dan malaria. Data secara internasional telah membuktikannya. Beberapa studi yang dilakukan di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa setiap tahun sekitar 4 juta perempuan diserang secara fisik oleh suami atau pasangan istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/pemuliaan-perempuan-tanpa-limit-satuan.html

1/3


mereka. Di setiap negara, dimana telah dilakukan penelitian yang dapat diandalkan, statistik menunjukkan bahwa antara 10-50 % perempuan melaporkan bahwa mereka telah disiksa secara fisik oleh pasangan intim selama masa hidup mereka. Di Meksiko, menurut Kementerian Kesehatan Meksiko, sekitar satu dari tiga wanita menderita kekerasan rumah tangga, dan akibatnya diperkirakan lebih dari 6.000 perempuan meninggal di Meksiko setiap tahun. Menurut studi 2006 di Meksiko, 43,2% perempuan dengan usia lebih dari 15 tahun telah menjadi korban dari beberapa bentuk kekerasan di dalam keluarga selama hubungan terakhir mereka. Kekerasan dalam rumah tangga juga tersebar luas di banyak negara Afrika. Di Zimbabwe, menurut laporan PBB, jumlahnya menyumbang lebih dari enam dalam sepuluh kasus pembunuhan di pengadilan. Menurut survei, 42% perempuan di Kenya dan 41% di Uganda melaporkan telah dipukuli oleh pasangan mereka. Di China, kekerasan rumah tangga terjadi pada 1/3 dari negara dengan 270 juta rumah tangga. Sebuah survei yang dilakukan oleh China Law Institute di Gansu, Hunan, dan provinsi Zhejiang menemukan bahwa 1/3 dari keluarga yang disurvei telah menyaksikan kekerasan dalam keluarga, dan bahwa 85% korban adalah perempuan. Di Rusia, diperkirakan kematian akibat kekerasan rumah tangga tahunan adalah lebih dari 14.000 perempuan. Natalya Abubikirova, Direktur Eksekutif Russian Association of Crisis Center, menyatakan bahwa jumlah kematian perempuan setiap tahun di tangan suami dan mitra mereka di Federasi Rusia kurang lebih sama dengan jumlah total prajurit Soviet yang tewas dalam 10 tahun perang di Afghanistan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dewan Perempuan di Moscow State University, 70% perempuan yang disurvei mengatakan bahwa mereka telah mengalami beberapa bentuk kekerasan fisik, psikologis, seksual, atau ekonomi oleh suami mereka. Penelitian yang dilakukan di beberapa negara-negara Arab menunjukkan bahwa setidaknya satu dari tiga perempuan dipukuli oleh suaminya. Di banyak negeri Islam atau negara-negara dengan mayoritas Muslim, ayatayat Al Qur'an terkadang digunakan untuk membenarkan kekerasan terhadap perempuan. Dalam banyak kasus, kekerasan terhadap perempuan (termasuk pembunuhan) lebih didasarkan pada budaya daripada alasan keagamaan dan dibenarkan oleh kebutuhan untuk melindungi kehormatan keluarga (Cesar Chelala di dalam erabaru.net, 25/03/2010). Khatimah Ulasan di atas telah memperjelas bahwa sejatinya peringatan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan seolah tidak dapat berperan lebih sebagai momentum eksistensi perempuan, selain hanya sebatas formalitas. Pencanangannya sejak kurang lebih 30 tahun yang lalu nampak tiada guna. Terlebih dengan kampanye yang akan berakhir tanggal 10 Desember, seolah kemuliaan perempuan hanya layak didengungkan selama 16 hari. Ternyata hanya sampai di situ kemampuan sistem kapitalistik-sekular menghargai perempuan. Padahal di sisi lain, kaum feminis seringkali menuduh Islam sebagai agama yang sarat ketidakadilan pada perempuan. Jika faktanya telah nampak di atas, maka sebenarnya siapa yang tidak adil. Dalam Islam terdapat penyelesaian permasalahan kehidupan berdasarkan penanganan potensi manusia, yaitu kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) dan naluri (ghorizah). Penyimpangan humanistik berupa kekerasan terhadap perempuan tidak cukup diselesaikan sebatas landasan eksistensi, perasaan dan standar manusia. Akan tetapi harus dikembalikan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang harus memiliki kesadaran hubungan dengan Allah Swt, sehingga segala perbuatannya harus terikat dengan hukum Islam baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Hal ini sebagaimana dari Usamah bin Syarik, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Apa-apa yang tidak disuk ai Allah darimu, mak a janganlah engk au k erjak an, (mesk ipun) sedang sendirian.� (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya). Jadi jelas, standarnya adalah halal dan haram. Kekerasan terhadap perempuan terjadi karena pelakunya tidak mengerti sama sekali tentang cara memuliakan perempuan. Jika di banyak negeri Islam atau negara-negara dengan mayoritas Muslim, dimana ayatayat Al Qur'an terkadang digunakan untuk membenarkan kekerasan terhadap perempuan, maka sejatinya mereka tidak memiliki pemahaman terhadap Al-Qur’an itu sendiri. Ayat berikut seringkali menjadi kambing hitam atas pembenaran bahwa Islam memerintahkan kekerasan terhadap perempuan: “Kaum lak i-lak i itu adalah pemimpin bagi k aum wanita, oleh k arena Allah telah melebihk an sebahagian merek a (lak i-lak i) atas sebahagian yang lain (wanita), dan k arena merek a (lak i-lak i) telah menafk ahk an sebagian dari harta merek a. Sebab itu mak a wanita yang saleh, ialah yang taat k epada Allah lagi memelihara diri[289] k etik a suaminya tidak ada, oleh k arena Allah telah memelihara (merek a)[290]. Wanita-wanita yang k amu k hawatirk an istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/pemuliaan-perempuan-tanpa-limit-satuan.html

2/3


nusyuznya[291], mak a nasehatilah merek a dan pisahk anlah merek a di tempat tidur merek a, dan pukullah merek a. Kemudian jik a merek a mentaatimu, mak a janganlah k amu mencari-cari jalan untuk menyusahk annya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.� (TQS. An-Nisaa [4]: 34). (Keterangan: [289]. Maksudnya: Tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya; [290]. Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli istrinya dengan baik; [291]. Nusyuz yaitu meninggalkan kewajiban bersuami istri. Nusyuz dari pihak istri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya; [292]. Maksudnya: untuk memberi pelajaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mulamula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya). Berdasarkan hal ini maka jelas bahwa tudingan dan pandangan sempit mengenai posisi perempuan dalam Islam adalah kesalahan penafsiran terhadap ayat di atas. Lebih dari itu, Islam adalah aqidah aqliyyah yang terpancar darinya aturan. Islam telah dengan sangat jeli mengatur kemuliaan perempuan sebagai bagian dari perintah Allah Swt. Kemuliaan perempuan tidak akan pernah terwujud dalam sistem kapitalistik-sekular meski negara yang menganutnya berpenduduk mayoritas muslim. Formalisasi pemuliaan perempuan memerlukan peran negara sebagai penegak aturan, yaitu aturan Allah Swt dalam pemeliharaan urusan rakyatnya secara paripurna dalam bingkai Khilafah. Kaum perempuan tidak perlu meragukan kemuliaan yang dapat diraih dalam kehidupan di bawah naungan Islam. Kaum perempuan juga tidak harus mengemis sebuah eksistensi. Karena dalam Khilafah Islam, kemuliaan itu bukan fiksi.

Posted 7th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: bukan fiksi, kekerasan terhadap perempuan, komoditas, kemuliaan perempuan, perempuan, Khilafah Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/pemuliaan-perempuan-tanpa-limit-satuan.html

3/3


6th June 2012

Pecahnya Tangis Kaum Anshar

Pasca-Perang Hunain (8 H) Pasca-perang Hunain, Rasulullaah saw memenuhi semua kebutuhan orang-orang mu’allaf. Di antaranya kepada orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap beliau di masa lalu yaitu Abu Sufyan dan anaknya, Mu’awiyah, Harits bin Harits, Harits bin Hisyam, Suhail bin ‘Amru, Huwaithib bin ‘Abdul ’Uzza, Hakim bin Hazam, al-’Alla bin Jariyah ats-Tsaqafi, ‘Uyainah bin Hashan, Aqra’ bin Habis, Malik bin ‘Auf an-Nashariy dan Shafwan bin Umayyah, berupa 100 ekor sebagai tambahan terhadap bagian mereka sekaligus untuk membujuk hati mereka. Setiap orang diberi 100 unta sebagai tambahan atas bagian mereka sendiri, sekaligus sebagai upaya melunakkan hati mereka. Beliau juga memberikan 50 ekor unta kepada orang-orang mu’allaf selain mereka sebagai tambahan. Dalam pembagian ghanimah ini, beliau saw berada dalam puncak kedermawanan dan kemuliaan serta kearifan dan kegeniusan sikap politisnya. Hanya saja, sebagian kaum Muslim belum menyadari hikmah beliau saw dengan cara pembagian dan pendistribusian ghanimah tersebut. Hal itu sempat membuat kaum Anshar saling membicarakan di antara sesama mereka tentang apa yang telah Rasulullah saw lakukan. Sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya: “Demi Allah, Rasulullah telah berpihak kepada kaumnya!” Perkataan itu berpengaruh pada jiwa mereka. Bahkan Sa’ad bin Ubadah pun ikut terlibat di dalamnya. Hanya saja, ucapan Sa’ad sampai kepada Nabi saw dan beliau saw bertanya kepadanya: “Dimanakah posisimu dalam hal ini, hai Sa’ad?!” Dia menjawab: “Wahai Rasulullah, aku bukan siapa-siapa melainkan bagian dari kaumku”. Dia bahkan mendukung perkataan kaumnya. Nabi saw berkata lagi kepadanya: “Kalau begitu, kumpulkan kaummu untukku di tempat penginapan unta!”. Sa’ad kemudian mengumpulkan mereka, lalu Rasul saw berbicara kepada orang-orang yang tidak puas ini: “Wahai masyarakat Anshar, ucapan-ucapan kalian telah sampai kepadaku. Kalian telah menemukan hal yang baru dalam diri kalian karena aku. Bukankah aku telah mendatangi kalian yang saat itu dalam keadaan sesat, lalu Allah memberi kalian hidayah; dan dalam keadaan kekurangan, lalu Allah menjadikan kalian kaya; serta dalam keadaan saling bermusuhan, lalu Allah melunakkan di antara hati kalian”. Mereka menjawab: “Memang benar, Allah dan Rasul-Nya telah memberikan keamanan dan keutamaan.” Rasul saw berkata lagi: “Mengapa kalian tidak memenuhiku, hai orang-orang Anshar?!” Mereka menjawab: “Dengan apa kami harus memenuhimu, wahai Rasulullah? Padahal hanya milik Allah dan Rasul-Nya segala keamanan dan keutamaan”. Rasul kemudian melanjutkan sabdanya: “Adapun demi Allah, seandainya kalian menghendaki, sungguh pasti kalian akan mengatakan dan membenarkan dengan sungguh-sungguh: Engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan, lalu kami membenarkanmu; dalam keadaan terlunta-lunta lalu kami menolongmu; dalam keadaan terusir lalu kami menolongmu; dan dalam keadaan kekurangan lalu kami memberi kecukupan kepadamu. Hai kaum Anshar, apakah kalian menemukan dalam diri kalian kecenderungan pada dunia, padahal aku telah melunakkan suatu kaum agar mereka masuk Islam. Sedangkan kepada kalian aku telah mewakilkan keIslaman kalian. Apakah kalian tidak ridha wahai masyarakat Anshar terhadap orang-orang yang pergi dengan kambing-kambing dan unta-unta lalu mereka kembali bersama Rasulullah ke tempat tinggal kalian? Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seandainya tidak ada hijrah, pasti aku menjadi salah seorang di antara kaum Anshar. Seandainya orang-orang berjalan ke suatu bukit dan orang-orang Anshar ke bukit yang lain, pasti aku berjalan di bukit kaum Anshar. Ya Allah, sayangilah kaum Anshar juga anak-anak dan cucu-cucu mereka”. Belum selesai ucapan Rasul tersebut, kaum Anshar menangis sejadi-jadinya hingga air mata mereka istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/pecahnya-tangis-kaum-anshar.html

1/2


membasahi janggut-janggut mereka dan berkata: “Kami ridha dengan Rasul sebagai bagian (kami),�. Kemudian mereka kembali ke tempat tinggalnya. Posted 6th June 2012 by Nindira Aryudhani Labels: kaum anshar, Sa'ad bin Ubadah, perang hunain, Rasulullaah saw Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/pecahnya-tangis-kaum-anshar.html

2/2


5th April 2012

OMONG KOSONG MENGEMIS BELAS KASIHAN PENGUASA

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Sikap keras, kekerasan, reaktif dan emosional nampaknya sedang menjadi label teranyar bagi masyakarat Indonesia, yang sebelumnya justru dikenal sebagai bangsa yang ramah dan pemaaf. Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat sejumlah fakta telah membuktikan bahwa rakyat Indonesia cenderung berubah sifat menjadi bangsa pemarah. Belakangan ini di berbagai pemberitaan media massa marak mengangkat tentang konflik dan kekerasan. Dalam sudut pandang ini, fenomena pemberitaan konflik yang banyak terjadi di dalam masyarakat merupakan sebuah indikator bahwa masyarakat kita memang sangat akrab dengan konflik dan juga kekerasan. Dalam konteks pemberitaan konflik dan kekerasan, media massa di Indonesia berperan membentuk setting tertentu dalam melihat fakta konflik di lapangan. Dengan mengangkat fakta dari realitas di dalam masyarakat, media berperan mengangkatnya agar menjadi perhatian publik secara luas. Hal ini membuat konflik dan kekerasan menjadi diskursus publik melalui berbagai pemberitaan. Agenda media tentang peristiwa konflik pun menjadi agenda pembicaraan bagi masyarakat luas (http://yearrypanji.wordpress.com/2011/03/10/). Maraknya konflik dan kekerasan juga dipahami sebagai salah satu akibat dari semakin berjaraknya antara elit politik dengan masyarakat. Sistem politik yang ada tidak menjadikan saluran-saluran komunikasi politik berjalan secara sehat. Masyarakat kehilangan saluran untuk berkomunikasi dan menyampaikan suara dan aspirasi politiknya, hingga akhirnya konflik dan kekerasan dijadikan semacam saluran komunikasi masyarakat. Hal ini barangkali dapat dihindari jika ternyata masyarakat merasa dapat berpartisipasi dalam sistem politik yang ada (http://yearrypanji.wordpress.com/2011/03/10/). Contohkanlah satu kisah, dimana kekerasan di sekolah sudah tidak lagi menjadi masalah baru. Akar penyebab kekerasan di sekolah adalah kemiskinan yang pada akhirnya mampu menimbulkan kejahatan. Para ahli percaya bahwa masyarakat perkotaan memiliki jumlah kemiskinan yang lebih besar. Kemiskinan sangat memungkinkan terjadinya kejahatan merajalela dan penyalahgunaan narkoba. Dalam hal ini, masyarakat perkotaan memiliki faktor tingkat pengangguran yang tinggi. Anak-anak dari masyarakat ini cenderung memilih perilaku yang tidak diinginkan, seperti agresivitas, perilaku intimidasi, frustrasi dengan penyalahgunaan narkoba, hingga belajar menggunakan dan memperoleh senjata. Anak-anak berkenalan dengan kejahatan begitu banyak sehingga mereka menjadikan penjahat dalam masyarakat sebagai pahlawan yang harus dicontoh (http://translate.google.co.id/translate? hl=id&langpair=en|id&u=http://www.nssc1. org/root-causes-of-school-violence-anotherperspective.html). Sungguh ironi fakta krisis idola. Di sekolah, mereka berperilaku sebagai jagoan kandang dalam kekerasan, agresi dan intimidasi. Mereka tidak takut untuk melepaskan teror kepada sesama siswa maupun guru mereka. Dalam hal ini, lingkungan perkotaan memiliki kecenderungan resiko, yaitu mencakup faktor resiko individu, keluarga, masyarakat dan sekolah. Faktor resiko individu antara lain meliputi agresivitas dari penyalahgunaan obat oleh individu atau interaksi dengan teman sebaya yang nakal. Faktor resiko keluarga yang potensial misalnya latar belakang kriminal dan kekerasan keluarga, kurangnya kedisiplinan di dalam rumah dan kemiskinan akibat penyalahgunaan keuangan oleh orang tua. Faktor resiko masyarakat mengkondisikan individu untuk mendapatkan akses pada senjata dan obat-obatan dengan mudah, potret kekerasan yang merajalela, perusakan fasilitas umum dan kriminalitas. Faktor resiko sekolah mencakup hal-hal seperti buruknya kemampuan akademik, hilangnya minat dan konsentrasi dalam belajar serta ketergabungan dalam geng sekolah (The School Violence Resource Center 2002). Atau fakta terbaru mengenai aksi bakar diri seorang pria di depan Istana Negara, Rabu (07/12/2011) lalu. Meski bukan sebagai korban langsung akan aksi tindak kekerasan, aksi ini menunjukkan bahwa istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/omong-kosong-mengemis-belas-kasihan.html

1/4


keberanian pelakunya melakukan tindakan tertentu, yang membuktikan kemudahan jiwanya membuat sebuah sensasi ekstrim. Ketua DPN Repdem, Masinton Pasaribu menyatakan kepada Tribun News (tribunnews.com, Kamis, 08/12/2011), bahwa terjadinya aksi bakar diri di depan Istana negara adalah peringatan serius kepada presiden SBY-Boediono dan jajaran pemerintahannya, bahwa kemiskinan yang semakin meluas telah berada pada tahap mengkhawatirkan di level masyarakat, seperti bertindak nekad karena kehilangan harapan hidup. Masinton juga menandaskan bahwa laporan pemerintah tentang menurunnya kemiskinan berbanding terbalik dengan kenyataan dan harapannya rakyat. Hal ini disebabkan oleh pemerintahan SBY-Boediono dengan menteri-menterinya yang terlalu mementingkan pencitraan semu, kerap mengedepankan kebohongan kepada rakyat ketimbang melakukan kerja-kerja konkrit dan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, serta meluasnya kemiskinan dan mengguritanya praktek korupsi di tubuh pemerintahan SBY-Boediono. Disamping itu, pemberantasan korupsi tebang pilih yang tidak menyentuh kasus-kasus korupsi besar yang melibatkan lingkar kekuasaan seperti kasus bail out Bank Century, kasus pengadaan gerbong kereta api, kasus Hambalang dan suap Sesmenpora yang melibatkan pengurus partainya SBY, belum lagi kasus mafia pajak, dan lain-lain yang melahirkan frustrasi dan ketidak percayaan rakyat kepada pemerintahan SBY-Boediono. Berkaca dari kelumit fakta di atas, dapat ditarik suatu simpulan awal bahwa kondisi generasi dan masyarakat yang akrab dengan konflik dan kekerasan sangat labil, mudah goncang dan digoncangkan, tidak tahan konflik serta berdaya juang rendah. Hal ini terbukti dari segala perilaku yang menjadi wujud respon terhadap suatu masalah yang hanya bisa ditunjukkan secara reaktif dan emosional. Dengan demikian, perlu ditilik secara detil dalam rangka mencari solusi bagi manusia sebagai aktor kehidupan, agar manusia tidak mudah terbangkitkan dari sisi perasaan, melainkan pemikiran. Dengan demikian, diperlukan penggambaran objektif mengenai diri manusia itu sendiri beserta tatacara kehidupannya, khususnya sebagai warga sebuah negara. Bicara tentang manusia, hal ini harus berawal dari posisi manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt, yaitu pihak yang senantiasa teratur mengikuti perintah dan kehendak Khaliq. Perlu diyakini bahwa bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya. Agar manusia mampu bangkit harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini, untuk kemudian diganti dengan pemikiran lain. Sebab, pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat mafahim (persepsi) terhadap segala sesuatu. Disamping itu, manusia selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan mafahim-nya terhadap kehidupan (Kitab Peraturan Hidup dalam Islam). Hal ini selanjutnya terkait dengan potensi kehidupan manusia yang terdiri dari dua hal, yaitu kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) dan naluri (ghorizah). Dalam menjalankan kehidupannya, manusia memerlukan sistem yang mengatur kebutuhan jasmani dan naluri tersebut (Kitab Peraturan Hidup dalam Islam). Disamping keduanya, manusia juga memiliki akal sebagai keistimewaan yang diberikan oleh Allah Swt atas makhluk-Nya yang lain. Akal merupakan kekuatan manusia untuk melahirkan keputusan atau kesimpulan tentang sesuatu, sehingga proses menuju keputusan atau kesimpulan ini disebut sebagai proses berpikir. Jika potensi akal ini digunakan untuk memahami hubungannya dengan Allah Swt, maka kualitas tingkah laku (suluk) seseorang akan meningkat, sehingga kualitas hidupnya juga meningkat (Buku Islam, Politik dan Spiritual). Akibat sekulerisme, hedonisme, masalah ekonomi maupun ketidakpuasan terhadap sistem yang tengah berlaku, fakta di publik telah menjelaskan bahwa masyarakat saat ini masih menanggapi berbagai kasus kehidupan dengan cara dan bentuk ketidakpuasan yang salah. Hal ini juga menunjukkan bahwa sistem kapitalisme tidak memberikan perlindungan dan kesejahteraan sebagaimana fitrah manusia untuk mendapatkan kebahagiaan. Dengan demikian, keistimewaan akal manusia belum dioptimalkan sebagaimana mestinya. Buktinya, manusia masih sangat mudah terbangkitkan hanya dari sisi perasaan, bukan pemikirannya. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/omong-kosong-mengemis-belas-kasihan.html

2/4


Dalam Islam terdapat penyelesaian permasalahan kehidupan berdasarkan penanganan potensi manusia, yaitu kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) dan naluri (ghorizah). Penyimpangan humanistik itu tidak diselesaikan sebatas landasan eksistensi, perasaan dan standar manusia. Akan tetapi harus dikembalikan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang harus memiliki kesadaran hubungan dengan Allah Swt, sehingga segala perbuatannya harus terikat dengan hukum Islam baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Hal ini sebagaimana dari Abû Hurairah ra. ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu Pemimpin yang adil; Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya; Orang yang hatinya senantiasa terpaut dengan Masjid; Dua orang yang saling mencintai kerena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah kerena Allah; Seorang lelaki yang diajak seorang perempuan cantik dan berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, “Aku takut kepada Allah!”; Orang yang memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya; dan seorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga bercucuran air matanya.” (Mutafaq ‘alaih). Dan dari Usamah bin Syarik, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Apa-apa yang tidak disukai Allah darimu, maka janglah engkau kerjakan, (meskipun) sedang sendirian.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya) (Kitab Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah). Jadi jelas, standarnya adalah halal dan haram. Disamping itu, konflik dan kekerasan yang maknanya dekat dengan kemarahan harus diselesaikan dengan terminologi bahwa marah dan bencinya seorang muslim itu hanya karena Allah Swt. Hal ini sebagaimana dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang kuat bukanlah yang kuat karena berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai dirinya ketika akan marah.” (Mutafaq ‘alaih) (Kitab Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah). Ketika tidak puas dengan sistem kapitalisme-sekuler saat ini, bukan diatasi dengan kekerasan dan aksi ekstrim, bukan pula dengan kesabaran yang tanpa berbuat apa-apa. Melainkan dengan sabar yang dibarengi dengan berbaik sangka kepada Allah, yaitu mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan pertolongan dari-Nya. Allah telah mewajibkan berbaik sangka kepada-Nya, sebagaimana Allah mewajibkan takut kepadanya. Karena itu, seorang hamba hendaknya senantiasa takut kepada Allah dan mengharapkan rahmat dari-Nya. Firman Allah Swt: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (TQS. al-Baqarah [2]: 214). “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji`ûn” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (TQS. al-Baqarah [2]: 155-157). Serta dari Abû Sa'id alKhudri ra., sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang berusaha untuk sabar, maka Allah akan menjadikannya mampu bersabar. Tidak ada pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (Mutafaq ‘alaih). Dan dari Anas ra. ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah berfirman, “Wahai anak Adam!, sesungguhnya engkau selama berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku pasti akan memberikan ampunan kepadamu atas segala dosa-dosamu dan Aku tidak akan peduli. Wahai anak Adam, andaikata dosa-dosamu sampai ke langit kemudian engkau memohon ampunan kepada-Ku, maka pasti Aku akan memberikan ampunan kepadamu. Wahai Anak Adam, jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu dengan-Ku, tapi engkau tidak istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/omong-kosong-mengemis-belas-kasihan.html

3/4


menyekutukan-Ku sedikit pun, maka pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sepenuh bumi.” (HR. at-Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini hasan”). Dengan demikian, keyakinan seorang hamba terhadap pertolongan Allah adalah mutlak sebagai bentuk ketaqwaannya kepada Allah. Ketaqwaan ini sendiri merupakan pilar pertama bagi tegaknya suatu negara. Dimana dua pilar yang lain adalah kontrol dari masyarakat dan negara sebagai penegak aturan. Masyarakat sebagai pengontrol harus memiliki perasaan, pemikiran, peraturan yang sama, yaitu atas landasan Islam agar segala bentuk ketaqwaan individu dalam formasi tingkah lakunya itu senantiasa terjaga kualitasnya pada sekup mikro. Selanjutnya, negara sebagai penegak aturan adalah negara yang menegakkan aturan Allah dalam pemeliharaan urusan rakyatnya. Hal ini agar rakyat tetap terjaga dalam kesempurnaan ketaatan kepada Allah Swt pada sekup makro dengan pensuasanaan kebijakan yang sesuai syariat Islam dalam bingkai Khilafah. Keberadaan ketiga pilar ini secara ideal akan membuat rakyat tidak hanya makin bertaqwa, tapi juga makin bijak dalam pemenuhan potensi kehidupan, baik dari sisi kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) maupun naluri (ghorizah). Tidak ada lagi ketidakpuasan mereka pada rahmat Allah, karena ketaqwaannya membuatnya senantiasa bersyukur kepada Allah. Disamping itu, ada masyarakat yang akan kondusif dengan suasana ‘amar ma’ruf nahyi mungkar. Selanjutnya, ada negara sebagai pengambil kebijakan yang tetap berlandaskan syariat Islam, sehingga rakyat pun bebas melaksanakan ketaatannya kepada Allah tanpa beban dan pembinasaan sebagaimana kehidupan kaum muslimin di negeri-negeri muslim kapitalissekular saat ini. Rakyat tidak harus merasa tidak aman dalam kehidupan sehari-hari. Ketaqwaan akan membuat mereka menjadi sosok tidak mudah marah kepada orang lain tanpa alasan syar’iy. Hal ini tentu mengkondusifkan suasana kehidupan di masyarakat dalam rangka tidak mudah terjebak konflik, apalagi kekerasan. Rakyat juga tidak harus mengemis-ngemis belas kasihan penguasa akibat terzholimi oleh sistem yang ditegakkan, apalagi hingga melakukan aksi bakar diri. Hal ini karena kebijakan dalam negara Islam tidak memberikan alasan ketidakpuasan bagi rakyatnya. Dengan demikian, jika dalam negara kapitalis-sekular, maka mengemis belas kasihan penguasa itu omong kosong karena negara hanya berpihak pada kepentingan penguasa dan segelintir kroninya, sehingga wajar jika tidak ada keberpihakan atau belas kasihan atas kebijakan kepada rakyat. Sementara dalam negara Islam, mengemis belas kasihan penguasa itu omong kosong karena negara telah menjamin kehidupan manusia seutuhnya, yaitu sebagai makhluk yang harus ber-hablum minallaah, hamblum binafsihi dan hablum minannas, sehingga rakyat justru tidak perlu sampai mengemis karena negara sudah memenuhi segala kebutuhannya. Subhanallaah, betapa ridho Allah pun akan berlimpah pada negara Islam, aamiin. Wallahu a'lam bish showab. Posted 5th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: pertolongan Allah, kapitalis-sekular, ghorizah, hajatul udhowiyah, tingkah laku, syariah, Khilafah, kekerasan, bangsa pemarah Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/omong-kosong-mengemis-belas-kasihan.html

4/4


23rd July 2012

Olimpiade 2012; Pesta Olahraga, Pesta Seks

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Olimpiade 2012, Pesta Olahraga Sedunia Tak sampai sebulan, Eropa kembali berhelat. Setelah EURO 2012 di Polandia dan Ukraina, kini London menjadi tuan rumah Olimpiade 2012. Event ini berlangsung mulai tanggal 27 Juli sampai 12 Agustus 2012. London terpilih sebagai kota penyelenggara pada tanggal 6 Juli 2005 pada Pertemuan IOC [http://id.wikipedia.org/wiki/Komite_Olimpiade_Internasional] ke-117 [http://id.wikipedia.org/w/index.php? title=Daftar_pertemuan_IOC&action=edit&redlink=1] di Singapura [http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura] , mengalahkan Moskwa [http://id.wikipedia.org/wiki/Moskwa] , New York City [http://id.wikipedia.org/wiki/New_York_City] , Madrid [http://id.wikipedia.org/wiki/Madrid] , dan Paris [http://id.wikipedia.org/wiki/Paris] setelah empat putaran pemungutan suara (id.wikipedia.org, 23/07/2012). Olimpiade dan Paralimpiade 2012 akan memanfaatkan berbagai gelanggang baru, fasilitas lama maupun yang sudah ada, dan fasilitas sementara, sejumlah di antaranya berada di tempat-tempat terkenal seperti Hyde Park dan Horse Guards Parade. Beberapa fasilitas baru akan digunakan kembali dalam bentuk Olimpiadenya, sementara sisanya akan diperbesar atau direlokasi (id.wikipedia.org, 23/07/2012). Untuk membantu pendanaan penyelenggaraan, pihak penyelenggara Olimpiade London telah menyetujui kemitraan dengan sejumlah perusahaan besar. Diantaranya Acer, Atos, Coca Cola, Dow Chemical Company, General Electric, McDonald’s, Omega SA, Panasonic, Procter & Gamble, Samsung dan VISA (id.wikipedia.org, 23/07/2012). Pada Desember 2011 Pemerintah Britania mengumumkan bahwa 13.500 anggota angkatan bersenjata [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Angkatan_bersenjata_Britania_Raya&action=edit&redlink=1] akan ditempatkan untuk pengamanan Olimpiade, serta 10.000 polisi (yang akan mengawal keamanan penyelenggaraan). Aset angkatan laut [http://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Laut_Kerajaan] dan udara [http://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Udara_Kerajaan] , termasuk kapal di Sungai Thames, jet Eurofighter dan misil darat-ke-udara, akan disiapkan sebagai bagian dari operasi keamanan. Biaya keamanan juga meningkat dari 282 juta menjadi 553 juta poundsterling. Ini akan menjadi operasi keamanan terbesar yang dihadapi Britania selama beberapa dasawarsa (id.wikipedia.org, 23/07/2012). Olimpiade 2012, Pesta Seks Di balik sejumlah prestasi para atlet yang unjuk kebolehan, ada fakta yang menarik namun memprihatinkan. Sudah menjadi rahasia umum, Olimpiade 2012 ini sebagaimana ajang serupa sebelumnya, merupakan momentum pesta free sex di kalangan para pesertanya. Maraknya praktek seks di setiap ajang Olimpiade mendorong panitia Olimpiade London untuk mengantisipasi lebih awal dengan menyediakan 150 ribu kondom untuk para atlet. Berkaca dari Olimpiade Bejing 2008, ternyata 100 ribu kondom yang dibagikan masih belum cukup (tribunnews.com, 21/07/2012). Berdasarkan hal tersebut panitia menggandeng produsen kondom Durex yang siap memasok tambahan puluhan ribu lagi jika memang dibutuhkan. Durex adalah bagian dari grup perusahaan Reckii Benckisser yang menjadi sponsor resmi Olimpiade. Meski banyak pihak yang kontra dengan tindakan ini, juru bicara perusahaan Durex Andraea Dawson Shepherd menyatakan, “Kami dibatasi oleh pedoman penyelenggaraan Olimpiade. Komite Olimpiade telah mengatur apa yang bisa dan tidak bisa kami lakukan.” (tribunnews.com, 21/07/2012). Seperti dilansir Business Week, pesta seks di kalangan atlet ketika Olimpiade sudah berlangsung lama. Berawal pada Olimpiade Seoul di Korea Selatan 1988 dengan permintaan kondom yang hanya 8.500. Angka itu langsung melonjak menjadi 50 ribu pada Olimpiade Barcelona 1992. Empat tahun kemudian di Sydney, kondom sebanyak 70 ribu habis dipakai dan panitia penyelenggara harus memesan 20 ribu kondom tambahan saat itu (tribunnews.com, 21/07/2012). Fakta yang seperti telah menjadi rahasia umum di kalangan atlet ini memang mulai terdengar dan diketahui publik. Berita ini menyeruak ketika kiper tim nasional sepak bola Amerika Serikat, Hope Solo, angkat bicara. “Akan ada banyak aktivitas seks di Olimpiade. Saya sebelumnya menyaksikan bagaimana orang-orang melakukan hal itu, bahkan di tempat terbuka seperti rerumputan atau lorong bangunan,” istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/07/olimpiade-2012-pesta-olahraga-pesta-seks.html

1/6


tutur Hope. “Para atlet yang bertindak paling ekstrim. Saat latihan mereka bisa fokus, tapi ketika pergi keluar mereka bisa menghabiskan 20 botol minuman,” jelasnya. Hope sendiri tidak menampik dirinya turut menjadi bagian dari skandal itu. Ia mengaku senang punya kesempatan merasakan pengalaman ‘liar’ tersebut. “Ini bisa menjadi pengalaman sekali seumur hidup baik dari sisi seksual, pesta, dan prestasi di lapangan,” sambungnya. Josh Lakatos, penembak asal Amerika Serikat juga membagi pengalaman. Di Olimpiade Sydney 2000, ia merasa seperti berada di tempat lokalisai, di mana pesta pora terjadi luar biasa dan tidak pernah ia saksikan sebelumnya (tribunnews.com, 21/07/2012). Na’udzubillaah. Refleksi Indonesia, Program Kondom Gebrakan Menkes Bicara fenomena kondom, beberapa waktu lalu hal ini juga menghebohkan negeri kita. Nafsiah Mboi, Menkes yang baru sudah resmi dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Masa kerjanya memang tak lama, hanya 2,5 tahun. Namun bukan berarti masa bakti yang singkat itu menghalangi Menkes untuk membuat suatu perubahan yang signifikan. Terbukti, Menkes yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komite Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional ini melakukan gebrakan. Yaitu mengusulkan agar remaja dipermudah aksesnya untuk mendapat kondom (health.detik.com, 15/06/2012). “Kita berharap bisa meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan reproduksi untuk remaja. Dalam Undang-Undang, yang belum menikah tidak boleh diberi kontrasepsi. Namun kami menganalisis data dan itu ternyata berbahaya jika tidak melihat kenyataan. Sebanyak 2,3 juta remaja melakukan aborsi setiap tahunnya menurut data dari BKKBN,” kata Menkes. Menkes melihat, angka sebanyak itu menunjukkan bahwa banyak remaja mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Ia menegaskan, UndangUndang perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak yang dikandung sampai dilahirkan harus diberikan haknya sesuai UU Perlindungan Anak. Maka, mempermudah akses remaja untuk mendapatkan kondom diharapkan dapat menekan angka aborsi dan kehamilan yang tak diinginkan (health.detik.com, 15/06/2012). Tentu saja hal ini mungkin akan mendapat pertentangan dari kelompok-kelompok tertentu yang menganggap pemberian kondom kepada remaja dapat memicu seks bebas. Tapi Menkes berpendapat, jika pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi sudah cukup baik, tidak perlu ada kekhawatiran idenya ini akan memicu seks bebas. “Kita akan membahas bagaimana hak-hak anak dalam kandungan ini dapat terpenuhi. Kampanye kondom difokuskan untuk seks yang beresiko. Untuk mempercepat pencapaian goal MDGs poin 6 tentang HIV/AIDS, maka kampanye kondom merupakan suatu kewajiban. Setiap hubungan seks yang beresiko menularkan penyakit atau kehamilan yang tak diinginkan adalah hubungan seks yang beresiko,” tegas Menkes (health.detik.com, 15/06/2012). Sejumlah tokoh pun bereaksi. Diantaranya, Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Jose Rizal Jurnalis. Ia menyatakan bahwa kampanye penggunaan kondom ala Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi itu tidak dilandasi agama dan hanya melihat statistik penyebaran penyakit dengan hubungan heteroseksual. “Dia (Menkes) tidak melihat moralitas dan sebagainya, padahal persoalan ini juga menyangkut moral. Kampanye itu sama saja, silahkan hubungan seks karena ada kondom. Ini kacau, hubungan seks bebas atau seks di luar nikah dilarang agama, tapi kalau terpaksa silahkan pakai kondom. MER-C menolak keras cara mengatasi AIDS dengan cara itu. Hukum agama harus ditegakkan. Hukum agama untuk kemaslahatan umat manusia, tapi banyak yang menganggap itu pengekangan kebebasan. Ini dua hal yang selalu diadu. Kebebasan dibiarkan, nantinya orang bebas menganut seks bebas atas atas nama kebebasan. Terus ada kampanye kondom, ini jadi kacau,” kecam Jose Rizal (itoday/eramuslim.com, 18/06/2012). Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, pun buka suara. “Yang jelas bagi-bagi kondom tidak akan selesaikan masalah moral di Indonesia," kata Khofifah. Selain itu, program tersebut juga dinilainya tidak sinkron dengan program kementerian lain yang mengarah pada pembangunan moral dan karakter. Khofifah pun mengatakan, “Berdasar data yang di-up date Muslimat NU pada tahun 2011, ada lima juta perempuan menggugurkan kandungan, sebagian besar berusia 16 tahun ke bawah, yakni mencapai 62%. Persoalan umat yang sudah seperti ini jangan dijawab bagi-bagi kondom bagi remaja kita. Akan tetapi, bagaimana kita ikhtiar luar biasa agar ada iman dan takwa yang tertanam pada anak-anak kita,” katanya (antaranews.com, 19/06/2012). istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/07/olimpiade-2012-pesta-olahraga-pesta-seks.html

2/6


Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI), Iffah Ainur Rochmah, juga angkat bicara. Iffah menyatakan bahwa sosialisasi Menkes tentang penanggulangan AIDS ala UNAIDS ini sangat liberal. Sosialisasi kondom ini tidak akan pernah memutus mata rantai utama penyebaran AIDS yakni menghapus pergaulan bebas, tapi malah memberi jalan keluar agar pergaulan bebas tidak menghantar pada HIV atau kehamilan tak diinginkan. Sejak awal kebijakan terkait penanggulangan AIDS memang sangat liberal. Dengan pengalaman Nafsiah sebagai aktivis HIV/AIDS, implementasi kebijakan liberal tersebut bisa jadi lebih nyata. Buktinya, baru diumumkan pengangkatannya, Menkes baru sudah menyatakan ke media akan menggerakkan semua jajaran kementriannya untuk kampanye kondom (hizbut-tahrir.or.id, 17/06/2012). “Dia (Menkes) anggap keberhasilan kampanye kondom ini adalah indikator keberhasilan penanggulangan AIDS. Masya Allah, bahkan akan menjadikan kalangan remaja 15-24 tahun sebagai sasaran yang tak boleh diabaikan. Mereka diasumsikan belum menikah tapi rawan melakukan seks bebas. Agar tidak terjadi kehamilan dan tidak kena AIDS, pakai saja kondom! Astaghfirullah. Program sangat berbahaya bagi umat. Seks bebas bisa semakin merajalela. Kalau data BKKBN tahun 2010 lalu menunjukkan 51% remaja Jabodetabek telah lakukan seks pra nikah, jangan sampai kita anggap biasa kalau angka ini semakin meningkat. Karenanya program ini harus kita kritisi bahkan layak kita tolak,” tegasnya (hizbut-tahrir.or.id, 17/06/2012). Iffah menambahkan, tapi kita tak bisa pungkiri, kedaulatan negeri sudah terampas oleh tekanantekanan internasional. Liberalisme semakin mengakar kuat. Salah satunya lewat MDGs. Target MDGs 2015 terkait angka penderita HIV/AIDS di Indonesia harus dikejar. Kalau tidak, maka ada ‘hukuman internasional’ yang harus diterima. Pemerintah tidak menimbang masalahnya secara mendalam. Akibatnya semua rekomendasi liberal harus diambil. Termasuk kampanye kondom, dengan mengabaikan dampaknya terhadap makin tingginya pelaku seks bebas demi mengejar ‘pujian’ internasional (hizbuttahrir.or.id, 17/06/2012). Perzinaan di Kalangan Remaja Indonesia Entah apa yang sedang merasuk ke dalam pemikiran Bu Menkes, tapi jangan lupakan yang satu ini. Indonesia kini memiliki predikat anyar. Yakni negara dengan pengakses situs porno nomor satu sedunia. Torehan ini sungguh memalukan. Pasalnya, satu setengah tahun lalu posisi Indonesia masih di urutan tujuh, namun satu bulan silam justru merangsek naik ke posisi teratas. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun membenarkan torehan buruk ini (jpnn.com, 16/06/2012). “Menurut data dari search engine yang kami dapat, terakhir sekitar satu bulan lalu memang menyebutkan, Indonesia menjadi negara pengakses situs pornografi tertinggi di dunia,” jelas Kepala Humas dan Pusat Informasi Kementerian Kominfo, Gatot S. Dewa Broto. Walau tidak membeberkan secara rinci berapa besaran angkanya, Gatot menyatakan ini merupakan pekerjaan rumah dan tugas yang harus terus diselesaikan jajarannya. Karena, Kominfo memiliki tanggung jawab moral dalam meminimalisir akses ke situs konten mesum itu. “Kami akan bekerja lebih keras untuk menyelesaikan permasalahan ini,” sambungnya (jpnn.com, 16/06/2012). Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring menambahkan bahwa efek dari internet tergantung dari pengguna. Kepada Radar Bogor (Grup JPNN) ia menuturkan, berdasarkan riset pornografi di 12 kota besar Indonesia terhadap 4.500 siswa-siswi SMP, ditemukan sebanyak 97,2% dari mereka pernah membuka situs porno. Data selanjutnya juga menambahkan bahwa 91% dari mereka sudah pernah melakukan kissing, petting atau oral sex. “Bahkan, data tersebut juga menyebutkan 62,1% siswi SMP pernah berzina dan 22% siswi SMU pernah melakukan aborsi,” ujarnya (jpnn.com, 16/06/2012). Seperti diketahui, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah membentuk gugus tugas pencegahan dan penanganan pornografi. Tim yang terdiri dari para menteri hingga pemerintah daerah ini akan bekerja untuk membasmi pornografi secara terpadu. Pembentukan gugus tugas ini ditandai dengan terbitnya Perpres No 25 Tahun 2012 pada 2 Maret lalu. Perpres tersebut mengacu pada Pasal 42 Undangundang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi yang mengamanatkan dibentuknya gugus tugas. Namun hingga saat ini, tim ini belum menemui hasil maksimal (jpnn.com, 16/06/2012). Terpisah, Kepala Kantor Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Bogor, Chusnul Rozaqi masih menunggu hasil dari invetarisasi permasalahan ini dari Kemenkominfo. Jadi sudah jelas, belum ada langkah proteksi pornografi yang dilakukan pemkot. “Untuk di Kota Bogor sendiri masih menunggu istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/07/olimpiade-2012-pesta-olahraga-pesta-seks.html

3/6


kewenangan dari pusat,” singkat Chusnul ketika dihubungi semalam (jpnn.com, 16/06/2012). Pemerhati anak, sosial dan pendidikan, Jeannie Chamidi Ibrahim merasa kecewa dengan predikat baru yang didapat bangsa ini. Jeannie berpendapat, bebasnya akses porno dilatarbelakangi bebasnya keluar masuk warung internet (warnet). “Sampai saat ini tidak ada batasan umur. Kondisi seperti ini yang dikhawatirkan menghancurkan psikis anak-anak,” tukas Jeannie (jpnn.com, 16/06/2012). Sementara itu, Pakar informatika dan telematika, Roy Suryo mengatakan, fenomena pengunggah situs porno massal itu dinilai bukan hal aneh di sejumlah negara. Apalagi di Indonesia. “Bagi saya pribadi, terus terang masalah ini sudah tidak asing lagi. Apalagi peringkat tersebut karena negara-negara lain juga memiliki kecenderungan yang sama,” jelas Roy. Roy pun menegaskan, pemerintah mesti segera memperbaiki citra internet Indonesia ke arah lebih baik. Dan itu bisa dilakukan via penyebaran software ke sekolah-sekolah, instansi, komunitas dan warnet untuk mengantisipasi lalu lintas situs mesum tersebut. “Harus ada proteksi hardware dari server-nya (hulu) serta diperlukan pendidikan brainware, etika, moral dan keagamaan,” jelas anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat itu (jpnn.com, 16/06/2012). Larisnya Bisnis Prostistusi Dalam Negeri Tak hanya remaja, khalayak pun berpotensi makin gemar berzina hingga melariskan bisnis prostistusi. Bahkan, tercatat sejumlah lokalisasi prostitusi di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), kehabisan kondom. Pasalnya, jumlah pengunjung ke tempat itu meningkat. Pekerja seks komersial di Karang Dempel berinisial YD mengatakan dia biasanya hanya melayani dua orang pelanggan per hari. Namun saat ini dia harus melayani 9-12 pelanggan. “Jumlah pelanggan yang harus dilayani meningkat tajam,” katanya (tempo.co, 21/07/2012). Di Karang Dempel, terdapat tiga blok kamar yang digunakan para penghuni. Setiap blok terdapat 20-30 kamar, sehingga total kamar yang ditempati pelacur di situ mencapai 100 orang. Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) NTT Gusti Brewon membenarkan habisnya kondom di Karang Dempel. Namun pihaknya sedang berupaya meminjam kondom dari tempat lain. “Benar, kondom habis karena tingginya pengunjung ke lokalisasi itu,” katanya. Menurutnya, stok kondom memang terbatas karena pengiriman kondom dari KPA Pusat terlambat. Namun pihaknya sudah berkoordinasi dengan BKKBN untuk segera mengirim kondom ke tempat itu. “BKKBN akan segera mengadakan dan mengirim kondom ke lokalisasi,” katanya (tempo.co, 21/07/2012). Astaghfirullaah. Atlet dan Generasi Muda, Aset Potensial yang Dihancurkan Atlet olahraga pada umumnya adalah generasi muda dari suatu negeri yang tentu mereka ini diharapkan dapat mengharumkan nama bangsa. Akan tetapi, pernahkah sedikit kita tarik fakta ke arah sejauh mana tingkat tekanan yang mereka alami hingga mereka berorientasi seks dan hedonisme saat di luar lapangan? Tanpa iman, fenomena penyediaan kondom oleh panitia di balik ajang lapangan Olimpiade terbukti mencoreng sejumlah prestasi yang mereka raih. Beralih ke dalam negeri, para pejabat negeri ini memang makin linglung mengelola aset negara. Generasi muda yang seharusnya menjadi tulang punggung peradaban justru dibenamkan hingga kerak dasar yang membuat mereka menjadi golongan biadab. Sadarkah para pejabat akan hal itu? Ke mana larinya nilai kemanusiaan dalam diri Bu Menkes sebagai seorang perempuan yang juga seorang ibu? Bagaimana jika ia menjadi salah satu ibu dari para remaja tersebut? Mengapa kebijakannya tidak menjaga tapi malah memfasilitasi generasi muda untuk menjadi biadab dengan makin berpotensi melakukan zina? Pembangunan semacam apa yang bisa diharapkan dari para pemuda yang isi kepalanya nafsu birahi semata? Fakta pengiriman kondom dari lembaga pusat, jelas menunjukkan adanya fasilitas terhadap seks bebas. Na’udzubillaah. Demikian pula, pasti menyesatkan bila dikampanyekan bahwa dengan penggunaan kondom akan tercegah dari HIV/AIDS. Kondom didesain sebagai alat kontrasepsi, pencegah kehamilan. Bukan sebagai penangkal menyebarnya virus melalui hubungan kelamin. Kebanyakan ahli juga sudah memberitakan bahwa pori-pori kondom berukuran lebih besar dari virus HIV, berarti virus tetap bisa menular meski memakai kondom. Lebih penting lagi, seks di luar nikah (zina) adalah dosa besar, baik menularkan HIV atau tidak, terjadi kehamilan atau tidak (hizbut-tahrir.or.id, 17/06/2012). Islam Menjaga Generasi istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/07/olimpiade-2012-pesta-olahraga-pesta-seks.html

4/6


Firman Allah Swt yang berisi peringatan keras berikut ini hendaknya membuat kita sesempurna mungkin dalam bercermin, karena manusia itu lemah. “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (TQS Al-Israa [17]: 32). Dan sabda Rasul saw: “Jika zina dan riba merjalela di suatu negeri maka mereka telah menghalalkan adzab Allah atas diri mereka.” (HR. Hakim, Thabrani dan Baihaqi). Kaitannya dengan hal ini, Islam mengatur tentang pemeliharaan keturunan. Islam telah menurunkan hukum-hukum berikut sanksi-sanksi yang berfungsi sebagai pencegah, dalam rangka memelihara keturunan manusia dan nasabnya. Islam telah mengharamkan zina dan mengharuskan dijatuhkan sanksi bagi pelakunya. Hal ini bertujuan untuk menjaga lestarinya kesucian dari sebuah keturunan. Sehingga, seorang ayah akan tetap dapat memelihara anak-anaknya serta merawat mereka, di mana ia dapat memastikan bahwa anak-anak tersebut merupakan bagian dari dirinya sendiri (darah dagingnya) (Kitab Dirosah al-Fikr). Karenanya, anak tersebut harus diperoleh dengan jalan yang sah, yaitu pernikahan, bukan perzinaan. Bahkan, Islam pun telah menyediakan solusi berlapis agar manusia makin terjaga dan berhati-hati menyikapi zina. Islam telah mengatur masalah hadd al-qadzaf (menuduh berzina), yakni bagi siapa saja yang menuduh orang lain telah berbuat zina tanpa membawa bukti, maka kepadanya akan dijatuhkan hukuman jilid (cambuk) (Kitab Dirosah al-Fikr). Artinya, sekalipun zina merupakan salah satu pelanggaran hukum syara’, tapi menuduh zina terhadap seseorang tanpa alasan, ternyata juga termasuk pelanggaran terhadap hukum syara’. Maka, kita pun harus cermat. Olahraga, Modal Jihad Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa Olimpiade telah bertambah fungsi menjadi wahana seks bebas. Misi olahraga yang diemban tak lebih dari topeng. Tak heran, demikianlah kondisinya saat olahraga dikelola oleh para pengusung sistem kapitalisme-liberal. Yang haram telah dihalalkan, atas nama profit dan dana kemitraan. Terkait dengan olahraga sendiri, Rasulullaah saw memerintahkan agar anak-anak muslim diajari olahraga berenang, berkuda, dan memanah. Yang mana, jenis olahraga tersebut dapat digunakan untuk survival, membela diri dan tentunya berjihad. Sebutlah contohnya pencak silat, di mana Nusantara terkenal dengan pencak silat sebagai jenis olahraga bela dirinya. Perkembangan dan penyebaran pencak silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum ulama seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14. Pencak silat lalu berkembang dari sekedar ilmu bela diri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah kolonialisme (TSQ Stories Jilid 2 2011). Disamping itu, pencak silat juga menjadi bagian dari latihan spiritual. Sejak dulu, pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Dan sudah menjadi tradisi di pesantrenpesantren, bahwa ilmu silat tingkat tinggi hanya diberikan kepada santri yang telah khattam kitab-kitab fiqih tingkat lanjut, serta telah terbukti mampu menahan gejolak hawa nafsunya. Hal ini terbukti jejaknya di berbagai pesantren di Nusantara, yang pastinya cerminan tradisi yang sama dan merata di wilayah yang lain dalam kekuasaan Daulah Islam. Karena tidak akan mungkin Daulah Islam memiliki para mujahid yang tangguh manakala mereka tidak memiliki mata airnya, yaitu para santri yang mempraktikkan olahraga para mujahid (TSQ Stories Jilid 2 2011). Bahkan, beberapa perang yang dipimpin oleh Rasulullaah saw, seperti Perang Badar dan Uhud, terjadi pada bulan Ramadhan, bulan penuh ampunan, di mana seluruh motivasi ruhiyah tertumpah hanya untuk meraih ridho Allah Swt. Antara Olimpiade dan Ramadhan Oleh karena itu, bertepatan dengan bulan yang di dalamnya syaithan dibelenggu oleh Allah Swt ini, hendaknya kita merenungi dan mengaplikasikan sabda Rasulullaah saw: “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu Pemimpin yang adil; Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya; Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan Masjid; Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah kerena Allah; Seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan yang cantik dan berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, “Aku takut kepada Allah!”; Seorang yang memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan kanannya tidak istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/07/olimpiade-2012-pesta-olahraga-pesta-seks.html

5/6


mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kirinya; dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga bercucuran air matanya.” (HR Bukhori, Muslim). Menjadi atlet maupun pemuda pada umumnya, harus senantiasa melanggengkan motivasi iman dalam berbagai kondisi, terlebih saat bulan Ramadhan. Allah Swt berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,” (TQS Al-Baqoroh [2]: 183). Demikianlah Allah Swt memerintahkan agar puasa menjadi jalan menuju taqwa. Olimpiade yang tahun ini bertepatan dengan bulan Ramadhan 1433 H, memang perlombaan olahraga yang secara hukum asalnya mubah. Namun jika dipenuhi warna-warni liberal seperti seks bebas, maka hal ini menjadi jalan menuju keharaman. Atlet dan generasi muda yang berkiprah untuk sebuah prestasi dengan tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam Khilafah sebagai jalan dan targetnya, maka mereka akan merasa lelah dan sia-sia karena prestasi hakiki tidak akan pernah terwujud. Prestasi sebagai wujud perubahan dan kebanggaan hanyalah sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Allah Swt telah menyambut kiprah hamba-Nya dalam upaya penegakan Khilafah dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195: “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain...” Karenanya, Khilafah adalah model pemerintahan yang akan melahirkan generasi cemerlang hingga masyarakat yang bernaung di dalamnya memperoleh kesejahteraan serta kemuliaan di dunia dan akhirat, insya Allah. Walhasil, bagi kaum muda sebagai generasi cemerlang dan mutiara peradaban, mari sambut dan isi Ramadhan dengan mengokohkan keimanan untuk menyatukan langkah dalam menegakan syariah dan Khilafah. Wallaahu a’lam bish showab []. Posted 23rd July 2012 by Nindira Aryudhani Labels: london, kondom, olimpiade 2012, atlet, prestasi, generasi muda, seks bebas, Khilafah Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/07/olimpiade-2012-pesta-olahraga-pesta-seks.html

6/6


Muslimah Intelektual: Bergerak dan Berkarya Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Hingga hari ini Indonesia masih diliputi kehidupan yang suram; hidup dalam sistem kapitalisme sekular yang jauh dari cahaya Islam, diselimuti krisis multidimensi tanpa ada ketuntasan solusi. Kemurnian aqidah Islam terancam dengan fenomena aliran sesat yang merajalela dan aktifitas penistaan agama tidak ditindak tegas karena alasan HAM. Sementara itu, perempuan yang seharusnya menjadi pilar baik buruknya negara telah ditempatkan sebagai komoditas, jauh dari kemuliaan yang telah dilekatkan syariat Islam pada dirinya. Gemilangnya cahaya Islam tidak bisa direalisasikan apabila petunjuk Islam tidak disampaikan oleh para penyampai pesan yang ikhlas dan amanah. Sosok yang memahami kemuliaan cahaya Islam dan tak kenal lelah mendidik umat untuk memahami cahaya petunjuk tersebut. Panggung peradaban Islam tak hanya didominasi oleh laki-laki. Perempuan muncul pula untuk memberi kontribusi. Mereka menunjukkan kecemerlangan pemikirannya dalam berbagai bidang. Hal ini telah bermula sejak zaman Nabi Muhammad saw dan para shahabatnya saat merintis masyarakat berperadaban. Jika Oxford dan Cambridge (Oxbridge) merupakan simbol penting pusat ilmu peradaban Inggris, maka Madinah dan Damaskus adalah butir mutiara sains yang banyak melahirkan cabang ilmu pula. Lebih jauh lagi, Madinah sungguh merupakan kota pendidikan yang lebih dahsyat dari Oxford dan Cambridge. Bukan karena fasilitasnya, tetapi karena pendidikan di Madinah menghasilkan peradaban ilmu yang menyatukan iman, ilmu, amal dan jihad. Di Oxbridge seorang profesor bisa sangat pakar dalam ilmu fisika atau filsafat etika, pada saat yang sama dia bisa saja seorang homoseks, alcoholic dan meremehkan gereja. Namun, dia akan tetap dihormati karena penguasaan pengetahuannya. Sementara di Madinah, jika seorang ilmuwan memisahkan aqidah-akhlaq dengan ilmu yang dikuasainya, maka kealimannya batal. Seorang yang menjadi salah satu simpul sanad bagi sebuah hadits, jika dia ketahuan berdusta sekali saja, namanya akan tercatat sampai akhir zaman di kitab musthalahal hadits sebagai kadzab (pendusta) yang riwayatnya tidak valid. Apalagi kalau dia sampai meninggalkan shalat dan bermaksiat. Madinah, sebuah kota pendidikan yang lengkap dan suci. Ada Rasul yang ma'shum dan cerdas, ada masyarakat shahabat yang militan dan berakhlaq mulia, ada masjid yang makmur dan buka 24 jam, dan yang terpenting ada wahyu Allah Swt yang turun terus-menerus selama 10 tahun. Kota Madinah yang sederhana itulah yang kemudian menginspirasi Damaskus, Baghdad, Cordova, dan Istambul menjadi pusat peradaban dunia selama berabad-abad. Di mana lagi ada tempat sehebat itu? Madinah juga merupakan sebuah kota di mana para ayah dengan tenang meninggalkan isteri-isteri dan anakanaknya selama berbulan-bulan --bahkan tahunan untuk berdakwah, berdagang dan berjihad ke penjuru-penjuru benua. Para ayah itu yakin, Madinah akan mendidik isteri dan anaknya menjadi manusia-manusia unggulan. Coba kita bayangkan, di rumahnya anak-anak itu punya ibu yang hafizhah Qur'an dan hadits serta terjaga kehormatannya oleh syari'ah. Di masjid, anak-anak itu akan bertemu Rasulullah saw dan para shahabat utama. Adakah ustadz yang lebih baik dari mereka? Di pasar, di ladang, mereka berjumpa dengan para shahabat, juga kaum munafiq dan Yahudi sebagai bandingan nyata. Madinah, Damaskus dan Baghdad bersuka cita memetik butir-butir mutiara sains yang diberikan Al-Qur'an dan AsSunnah. Berbagai cabang baru ilmu pengetahuan (new branches of knowledge) di bidang astronomi, fisika, kedokteran, biologi, matematika, ekonomi, sastra, teknologi perang, sampai filsafat dijabarkan terus tanpa henti oleh para ulama. Mereka hafal Al-Qur'an, hafal ribuan hadits, beribadah, berinfaq, dan berjihad seperti para shahabat, pada saat yang sama mereka mengembangkan ilmu-ilmu baru dari semua yang diimani dan diamalkan itu. Inilah yang disebut oleh para ulama, "Orang Barat bisa maju karena meninggalkan agamanya, sedangkan Muslimin hanya akan maju jika ia mendalami agamanya." Semuanya berawal dari Madinah. Allah Swt telah menjamin orang-orang yang berilmu dalam Al-Qur’an: “…niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS Alistanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/muslimah-intelektual-bergerak-dan.html

1/3


Mujadilah [58]: 11). Oleh karena itu, dalam menilik pentingnya ilmu untuk diamalkan sekaligus peran muslimah sebagai pendidik dan pencetak generasi, maka gambaran muslimah hendaknya adalah: “Menjadi perempuan unggul sebagai ummun wa robbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga) yang melahirkan generasi cerdas taqwa pejuang syariah dan khilafah serta sebagai mitra laki-laki dalam membangun masyarakat Islam.” Salim T S Al Hassani, profesor emiritus di University of Manchester, Inggris, dalam tulisannya, ‘Women’s Contribution to Classical Islamic Civilisation: Science, Medicine and Politics’, menyatakan, selain dalam bidang agama mereka juga berkiprah di bidang ilmu pengetahuan. Beberapa Teladan Intelektual Muslimah Rufayda al-Aslamiyyah Perempuan ini sering pula dipanggil dengan nama Rufayda binti Sa’ad. Ia dianggap sebagai perawat pertama dalam lintasan sejarah Islam, yang hidup pada zaman Nabi Muhammad. Dalam Perang Badar pada 13 Maret 624 Hijriyah, ia bertugas merawat mereka yang terluka dan mengurus personel yang meninggal dunia. Rufayda belajar pengetahuan medis dari ayahnya, Saad Al Aslamy, yang juga seorang dokter. Ia sering membantu ayahnya mengobati pasien. Pada akhirnya, ia yang sarat pengalaman mengabdikan diri dalam bidang yang dikuasainya. Ia mewujud menjadi seseorang yang andal dalam bidangnya. Dalam praktiknya, ia sering menjalankan keahliannya di rumah sakit lapangan berbentuk sebuah tenda. Saat itu, Nabi Muhammad memerintahkan untuk membawa anggota pasukan yang terluka ke rumah sakit lapangan tersebut. Selain kepandaian dalam bidang medis, Rufayda dikenal sebagai sosok yang empatik. Tak hanya itu, Rufayda merupakan seorang organisatoris yang baik pula. Ia aktif mengajarkan keahliannya kepada perempuan lainnya dan menjadi seorang pekerja sosial. Biasanya, ia membantu memecahkan masalah-masalah sosial yang terkait dengan penyakit. Shifa binti Abdullah Lalu, muncul pula nama lain, Al Shifa binti Abdullah al Qurashiyah al’Adawiyah. Nama lain yang lekat pada dirinya adalah Laila. Kepiawaianya dalam bidang medis ditopang oleh kemampuannya dalam membaca. Sebab, saat itu banyak orang buta huruf dan tentu tak bisa mengakses pengetahuan. Layaknya Rufayda, Al Shifa tak pelit dengan ilmu yang dimilikinya. Ia menebar ilmu medis yang ia kuasainya, meski dalam hal yang sangat sederhana. Misalnya, pengobatan terhadap gigitan semut. Kemudian, Rasulullah SAW memintanya untuk mengajarkan hal itu kepada perempuan lainnya. Al Shifa pun multitalenta. Ia tak hanya dominan pada bidang medis. Namun, ia pun sangat terampil dalam administrasi publik dan dikenal dengan kebijaksanaannya. Demikianlah, gambaran beberapa teladan generasi muslimah dahulu. Di tengah arus globalisasi, selayaknya kita meninjau bahwa hendaknya ilmu disandingkan dengan iman dan amal. Sebagaimana Sabda Rasulullah: “Kami diperintah supaya berbicara kepada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing.” (HR. Muslim). Nusayba binti Harith Nusayba binti Harith Al Ansari hadir sebagai sosok lain. Ia merawat para prajurit terluka. Ia juga seorang tabib khitan. Masa pun berjalan. Pada abad ke-15, seorang ahli bedah dari Turki, Serefeddin Sabuncuoglu (1385-1468), penulis karya tentang bedah, Cerrahiyyetu’l-Haniyye. Dia tak ragu menggambarkan secara terinci mengenai prosedur gineologi atau menggambarkan perawatan terhadap pasien perempuan. Bukan hanya menggambarkan, namun Sabuncuoglu pun bekerja dengan para ahli bedah perempuan. Saat itu, dikabarkan rekan-rekannya di dunia Barat, malah menentang bekerja sama dengan para perempuan. Bahkan, dalam bukunya, ia menggambarkan bagaimana para ahli bedah perempuan menjalankan pekerjaannya. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/muslimah-intelektual-bergerak-dan.html

2/3


Sutayta Al-Mahamli Pakar matematika ini hidup pada paruh kedua abad ke-10. Ia berasal dari keluarga berpendidikan tinggi di Baghdad, Irak. Ayahnya, Abu Abdallah Al Hussein, menjabat sebagai seorang hakim yang juga penulis sejumlah buku, termasuk Kitab fi Al Fiqh dan Salat Al’idayn. Sang ayah tak memandang sebelah mata Sutayta yang berjenis kelamin perempuan itu. Ia mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anaknya, bahkan mendatangkan sejumlah guru. Banyak hal yang diajarkan namun Sutayta terpikat hatinya pada matematika. Sejumlah cendekiawan yang pernah menjadi gurunya adalah Abu Hamza bin Qasim, Omar bin Abdul-’Aziz Al Hashimi, Ismail bin Al Abbas Al Warraq, dan AbdulAlghafir bin Salamah Al Homsi. Sejumlah sejarawan, Ibnu Al Jawzi, Ibnu Al Khatib Baghdadi, dan Ibnu Katsir, memuji kemampuan Sutayta dalam matematika. Sutayta sangat menguasai hisab atau aritmatika dan perhitungan waris. Kedua cabang matematika tersebut berkembang dengan baik di zamannya. Dalam aljabar, ia berhasil menemukan sebuah persamaan yang pada masa selanjutnya, sering dikutip oleh pakar matematika lainnya. Bidang ilmu lain yang juga dikuasainya adalah sastra Arab, ilmu hadis, dan hukum. Setelah lama bergelut dengan angka dan memberikan kontribusinya dalam bangunan peradaban Islam, akhirnya Allah SWT memanggilnya. Ia mengembuskan napas terakhir pada 987 Masehi. Labana dari Kordoba Pada masa pemerintahan Islam, Kordoba menjadi salah satu pusat peradaban. Kota ini, bahkan menjadi salah satu lumbung orang-orang berotak cerdas. Salah satunya adalah perempuan yang bernama Labana. Matematika menjadi bidang kajian yang ia kuasai. Labana dikenal dengan kemampuannya menyelesaikan beragam masalah matematika yang sangat pelik, baik aritmatika, geometri, maupun aljabar. Saat itu, tak banyak ilmuwan laki-laki yang mampu memecahkan masalah sepelik itu. Melalui kecerdasannya, ia menuai buah manis. Ia menjadi pegawai pemerintah. Labana menjadi sekretaris Khalifah Al Hakam II dari Dinasti Bani Ummayah. Jatuhnya jabatan sekretaris ke tangan Labana, menunjukkan khalifah tak mempetimbangkan jenis kelamin. Namun, ia lebih mementingkan kepandaian dan kemampuan yang dimiliki Labana. Pada masa itu, sejumlah perempuan bernasib sama dengan Labana. Para perempuan yang menguasai suatu bidang, akan mendapatkan penghargaan tinggi dari pemerintah. Kalau memang bersedia, para perempuan itu mendapatkan posisi di pemerintahan.

Posted 5th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: damaskus, oxbridge, cordova, muslimah, intelektual muslimah, baghdad, profesor, madinah, istambul Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/muslimah-intelektual-bergerak-dan.html

3/3


7th April 2012

Merenda Optimis Menghadang Isu Krisis Pangan

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si “Pangan, sandang, papan� sebagai slogan kebutuhan primer nampaknya terancam direvisi. Hal ini disebabkan oleh mimpi buruk yang di tahun 2011 ini menjadi kenyataan, yaitu krisis pangan. Kondisi ini memunculkan sejumlah pernyataan kekhawatiran dan spekulasi, antara lain dari Josette Sheeran, Kepala Program Pangan Dunia (World Food Programme). Sheeran mengungkapkan bahwa bersamaan dengan krisis minyak, saat ini dunia juga dilanda krisis pangan yang terutama menjadi lebih nyata sejak Januari 2008. Sama halnya dengan harga minyak yang akhir-akhir ini terus meninggi, krisis pangan juga diperkirakan menandakan telah lewatnya masa harga pangan yang rendah yang telah berlangsung selama tiga dasawarsa yang lalu. Dilain pihak, berbeda dengan krisis minyak yang memang telah diketahui akan secara cepat atau lambat muncul mengingat telah tuanya sumur-sumur minyak dunia dan tidak ditemukannya ladang-ladang minyak baru, krisis pangan datangnya hampir secara tak terduga. Ada yang menganalogkan kejadian krisis pangan ini sebagai suatu “silent tsunami�. Terkait dengan prediksi Menteri Pertanian AS dan Lembaga Pangan dunia (FAO) bahwa Indonesia tahun 2011 memang akan mengalami big crisis di bidang pangan, masyarakat dan para pengambil kebijakan harus mewaspadai adanya korporasi global yang akan memanfaatkan isu ini untuk mengeruk keuntungan. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan Bambang Heriyanto, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Disperta) Sumenep, bahwa wilayahnya bukan rawan pangan, tapi rawan ketersediaan pangan. Bambang mengatakan, disebut rawan ketersediaan pangan karena struktur tanah di wilayah kepulauan yang tidak produktif untuk ditanami padi dan bahan pangan lainnya. Kalau pun ada, berupa sawah tadah hujan yang hanya dapat ditanami saat musim hujan (tempointeraktif.com, 23 Maret 2011). Indonesia pun bersiaga menghadang krisis pangan dunia mengingat Indonesia disebut berada di jurang krisis pangan jika masyarakat tak mampu mengakses harga pangan. Fakta tentang kondisi pangan Indonesia mengungkap data dari Kementrian Pertanian bahwa Indonesia surplus beras 5,347 juta ton pada tahun 2011, namun anehnya Kementerian Perdagangan mengeluarkan kebijakan untuk mengimpor beras sekitar 1,5 juta ton. Di dunia, beberapa negara surplus dan beberapa kekurangan, distribusinya menjadi masalah. Disamping itu, sumber daya tanaman, genetik, dan lahan Indonesia masih cukup luas untuk memenuhi kebutuhan pangan, masalahnya adalah distribusi dan harga. Yang memprihatinkan adalah kondisi masyarakat miskin yang tak memiliki daya beli terhadap pangan. Fakta lain yang harus diwaspadai adanya indikasi kebijakan impor beras transgenik. Varietas transgenik memiliki produktivitas lebih tinggi. Siapa yang menyedikan produk transgenik. Siapa yang menguasainya? Duppon, Monsanto dari Amerika. Sudah terdeteksi ada upaya untuk mengarahkan penggunaan produk transgenik mereka. Kajian kritis terhadap kondisi riil yang ada di masyarakat dan sistem pengelolaan yang sesuai dengan syari’at Islam menjadi poin kunci dalam menghadapi persoalan ini. Faktanya, negara saat ini tidak mengambil posisi untuk melindungi dan menjamin kesejahteraan rakyat. Dalam sistem kapitalisme, negara tidak bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya, yaitu pangan, sandang dan papan. Padahal seharusnya negara bertanggung jawab memprioritaskan kesejahteraan petani dan rakyatnya. [http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8646300622949307315] Negara hanya berupaya agar pendapatan perkapita rakyat secara agregat mengalami peningkatan tanpa melihat apakah masing-masing individu rakyatnya mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Hal ini tampak dari kebijakan yang pro kepada pemilik modal. Bulog melalui sistem tender kepada 24 perusahaan, 16 diantaranya perusahaan asing. Hal ini menjadi mekanisme distribusi memberikan peluang pada pemilik modal besar mendapat keuntungan. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan pangan lagi-lagi menjadi tanggungjawab rakyatnya sendiri. Pangan tetap dipandang sebagai komoditas yang memliki harga yang harus dibayar oleh siapapun yang ingin mengkonsumsinya. Belum lagi kebijakan luar negeri yang terikat dengan aturan internasional semacam WTO. Ada kesepakatan yg harus diadopsi mengikuti mekanisme perdagangan global. Pembatasan kuota, tarif otomatis berpengaruh terhadap kebijakan ekspor dan impor. Sekalipun Indonesia adalah Negara peringkat ke-3 penghasil beras dan tidak kekurangan pangan (data FAO), tapi masih dihantui krisis pangan. Saat ini terjadi kondisi yang ironis di dunia, banyak kemiskinan, kelaparan dan gizi buruk di negara dunia ketiga, sementara fenomena obesitas dan pesta kuliner menjadi trend di Negara maju. Jadi sebenarnya Indonesia tidak krisis pangan, tapi yang bermasalah adalah kebijakan sistem dalam distribusi pangan. Sistem kapitalisme-lah yang menjadi biang kerok tidak terdistribusinya pangan di dunia yang menghantarkan seolah-olah dunia mengalami krisis pangan. Permasalahan yang ada termasuk masalah pangan istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/merenda-optimis-menghadang-isu-krisis.html

1/2


bisa diselesaikan dengan Islam. Umat membutuhkan satu sistem dan kepemimpinan yang menjamin kesejahteraan umat manusia, yaitu Khilafah Islamiyah. Islam juga mengatur sistem politik ekonomi, juga sistem politik pertanian. Islam memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan pokok, sandang, pangan, papan, kemanan, dan kesehatan. Khilafah Islamiyah dalam kebijakan pangan berkonsentrasi pada tercapainya peningkatan produksi, menyuburkan lahan, menghasilkan kualitas yang baik digunakan rakyatnya, menjamin suplai benih untuk petani dan upaya efisiensi dan efektifitas teknologi. Garis tegas yang membedakan Kebijakan Khilafah Islamiyah adalah politik pelayanan untuk rakyat, bukan kapitalisisasi kepentingan atau keberpihakan pada korporasi. Kebijakan pengelolaan tanah bukan dengan pembebasan tanah untuk investasi asing, tapi memberikan jalan kepada siapa saja muslim dan non muslim untuk menghidupkan tanah mati. Soal distribusi, Khilafah bisa melakukan impor pada konsidi insidtental darurat, namun tidak sembarang membeli kepada negara mana saja, tergantung pada hubungan politik luar negeri yang dijalin dengan Khilafah Islamiyah. Jadi lagi-lagi, hanya syari’at Islam-lah yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan umat dan mendatangkan kesejahteraan.

Posted 7th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: kapitalisme, tanah, krisis pangan, kesejahteraan, gizi buruk, Khilafah Islamiyyah, distribusi, asing, pangan Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/merenda-optimis-menghadang-isu-krisis.html

2/2


29th April 2012 Merencanakan Keluarga tanpa Keluarga Berencana

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Muqodimah Pada pertengahan Maret 2012 ada pemberitaan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kota Bogor tergolong cukup tinggi. Setiap tahunnya, rata-rata pertumbuhan penduduk kota berjuluk ‘Kota Hujan’ itu mencapai 2,79%. Ketua Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor, Nia Kurniasih, mengatakan sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 750.819 jiwa. Dengan laju pertumbuhan di atas 2%, jumlahnya diperkirakan mencapai satu juta jiwa pada 2012. Laju pertumbuhan penduduk idealnya 0,5%. “Kami harapkan tidak ada lagi keluarga yang tidak menjadi peserta KB,” kata Nia. Untuk menggencarkan upaya pengendalian penduduk melalui program KB, pihaknya telah meminta dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Tahun ini, dua pihak tersebut akan menyediakan seluruh kebutuhan alat kontrasepsi dan pendukung lainnya. Bahkan, tahun ini tidak ada pengadaan dari APBD. Semuanya sudah dipenuhi oleh pemprov dan BKKBN pusat (republikaonline, 19/03/2012). Hal ini sejalan dengan anggaran untuk BKKBN tahun 2012 yang meningkat sekitar Rp 100 miliar dibandingkan tahun 2011. Anggaran 2011 Rp 2,4 Triliun, 2012 akan menjadi Rp 2,5 Triliun (okezone.com, 09/12/2011). Keluarga Berencana Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga [http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga] yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat [http://id.wikipedia.org/wiki/Alat] -alat kontrasepsi [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kontrasepsi&action=edit&redlink=1] atau penanggulangan kelahiran seperti kondom [http://id.wikipedia.org/wiki/Kondom] , spiral [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Spiral&action=edit&redlink=1] , IUD [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=IUD&action=edit&redlink=1] , dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua (Wikipedia, 20/04/2012). Tujuan umum KB adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Dan tujuan khusus KB adalah meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi, menurunkan jumlah angka kelahiran bayi dan meningkatkan kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran (Wikipedia, 20/04/2012). Hingga saat ini, kesuksesan pelaksanaan program KB bukan hanya ditentukan istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/merencanakan-keluarga-tanpa-keluarga.html

1/5


oleh kedisiplinan pasangan suami istri untuk menjalani program tersebut. Kesuksesan KB juga tergantung pada media massa. Menurut Hardiyanto, Deputi Advokasi, Penggerakan, dan Informasi pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), hal ini karena media sebagai penyedia informasi bagi rakyat memiliki ‘power’ untuk mengajak masyarakat mengerti hingga akhirnya turut serta dalam menyukseskan program KB (republikaonline, 21/02/2012). Hardiyanto menjelaskan bahwa sejauh ini pihaknya sangat mengapresiasi peranan media. Untuk itu, ia mengharapkan media juga menyampaikan informasi pentingnya KB ke seluruh masyarakat di Tanah Air. Bahkan, pihaknya senantiasa menerima jika dikritik untuk membangun program yang lebih baik lagi ke depannya. Menurutnya, BKKBN tidak hanya berperan sebagai motivator penggerak masyarakat untuk bersama mencintai ‘keluarga kecil bahagia’, namun juga berperan untuk mengurangi jumlah atau angka penduduk di Tanah Air yang setiap tahunnya terus meningkat signifikan (republikaonline, 21/02/2012). Keluarga Indonesia, Keluarga Berencana Bicara rencana keluarga melalui program KB, baru-baru ini pun beredar berita tentang vasektomi. Vasektomi merupakan salah satu tatacara dalam pelaksanaan program KB dengan cara memotong saluran sperma [http://id.wikipedia.org/wiki/Sperma] yang menghubungkan buah zakar [http://id.wikipedia.org/wiki/Zakar] dengan kantong sperma, sehingga tidak dijumpai lagi bibit dalam ejakulat [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ejakulat&action=edit&redlink=1] seorang pria; tubektomi [http://id.wikipedia.org/wiki/Tubektomi] tindakan sejenis pada perempuan [http://id.wikipedia.org/wiki/Wanita] (Wikipedia, 20/04/2012). Berita vasektomi ini dapat dikatakan bermula dari Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu. Warga pria di kabupaten tersebut diusulkan mendapat hadiah Rp 1 juta dari Kepala Daerah, jika bersedia memasang alat kontrasepsi vasektomi (republikaonline, 13/04/2012). Berita ini meluas, hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Situbondo, Jawa Timur, mengeluarkan fatwa menghalalkan praktik vasektomi untuk program KB atau menjarangkan kehamilan. Sugiri Syarief, Kepala BKKBN, menyatakan bahwa vasektomi dulu diharamkan karena dilakukan dengan cara memutuskan, memotong permanen saluran vas diferens saluran sperma laki-laki dari buah zakar ke saluran keluarnya. Tapi sekarang, vasektomi hanya mengikat saluran vas deferens. Jika sewaktu-waktu diinginkan, maka ikatan itu bisa dibuka kembali (suaramerdeka.com, 17/04/2012). Padahal, meski saluran sperma yang telah dipotong/diputus bisa disambung kembali (rekanalisasi) dengan cara microsurgery, namun kembalinya kesuburan tidak bisa seperti semula. Semakin lama seorang pria di-vasektomi maka kembalinya kesuburan akan berkurang. Contohnya seorang klien yang telah divasektomi selama 3 tahun lalu melakukan rekanalisasi maka kemampuan untuk istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/merencanakan-keluarga-tanpa-keluarga.html

2/5


mempunyai anak tinggal 50%, lalu setelah 5 tahun akan turun menjadi 20% (doktersehat.com, 01/12/2009). Syarief juga menyatakan bahwa fatwa MUI Situbondo tersebut telah dikomunikasikan kepada MUI Jawa Timur, dan terus nanti ke MUI pusat. Dengan dukungan fatwa dari MUI, maka diharapkan peserta pria program Keluarga Berencana (KB) dapat bertambah pesat. Saat ini peserta KB nasional ada 29 juta lebih orang, dan hanya 1,5% pria. Mereka menggunakan kondom 0,8% dan vasektomi 0,7%. Di sisi lain, pengendalian pertumbuhan penduduk yang kembali dimulai awal 2000 sudah berjalan sesuai perencanaan. Lima tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia sudah lebih terkendali. Syarief menyebutkan pertumbuhan penduduk Indonesia 2012 ini hanya 1,4%. Penduduk Indonesia saat ini mencapai 270 juta jiwa. Menurut Syarief, sesungguhnya 95% penduduk Indonesia tahu tentang program KB. Separo lebih atau 61,4% sudah jadi peserta aktif, dan 9,1% masih ragu-ragu akan alat kontrasepsi yang dipakai dan biaya untuk mendapatkan pelayanan KB tersebut (suaramerdeka.com, 17/04/2012). Yang juga menarik, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Agung Laksono, menyatakan program untuk menekan angka kelahiran dan kemiskinan tersebut harus dicontohkan oleh para pejabat pemerintah. Atau dengan kata lain pejabat negara diimbau jangan punya anak banyak (okezone.com, 05/12/2011). Bahkan, Nahdatul Ulama (NU) menyatakan dukungannya terhadap program KB yang digalakkan BKKBN. Upaya sosialisasi akan terus ditingkatkan termasuk ke daerahdaerah di seluruh Indonesia. Arief Mudatsir, Ketua PP Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdatul Ulama (LKKNU) dalam Rakornas dengan BKKBN di Jakarta (15/3/2012) menyatakan, “Mengoptimalkan ulama di berbagai tempat gerakan KB sangat sukses kita lakukan. Hal ini sudah berjalan sejak 1970-an sampai 2012. Tinggal kita tingkatkan peran dan optimalisasi. Tidak ada kendala pada program sinergis yang kita susun dengan BKKBN. Mengenai slogan ‘banyak anak banyak rejeki’, sudah tidak relevan dalam kehidupan modern saat ini. Inilah yang mau kita ingatkan pada ulama, khususnya tentang konsep banyak anak banyak rejeki. Agama sendiri mengajarkan untuk memperhatikan keluarga kita untuk kemaslahatan di hari kemudian. Tidak banyak-banyak (anak), dua-lah.” (okezone.com, 15/03/2012). Sebaliknya, Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, Asrorun Niam Sholeh, mengatakan dalam kajian ulama bahwa vasektomi dan tubektomi adalah ‘pemandulan tetap’. Ia juga menegaskan, “Fatwa haram terhadap vasektomi dan tubektomi sudah dikeluarkan sejak 2009 karena setelah MUI mendengar pendapat ahli dan kajian dalam perspektif hukum Islam. Kami sampai pada kesimpulan bahwa alat kontrasepsi itu adalah pemandulan tetap dan terlarang dalam hukum Islam.” (BBC Indonesia, 17/04/2012). Bagaimanapun, harus dipahami bersama bahwa KB bukanlah suatu kewajiban istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/merencanakan-keluarga-tanpa-keluarga.html

3/5


dengan konsekuensi dosa jika tidak dilaksanakan. Karena KB memang tidak memiliki status fardhu (wajib) sebagaimana sholat lima waktu ataupun fardhu yang lain. Jadi tidak perlu takut berdosa jika tidak menjadi akseptor KB. Meskipun LKKNU berniat membawa wacana fatwa wajib Keluarga Berencana (KB) ke tengah Konferensi Besar Nahdatul Ulama 2012 di Cirebon, karena program KB dinilai mampu membawa kemaslahatan umat (republikaonline, 15/03/2012). Dengan demikian, ayat berikut ini harus menjadi pengingat paling awal: “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS AlMaidah [05]: 50). Merencanakan Keluarga tanpa Keluarga Berencana Merencanakan keluarga tidaklah semata-mata dengan KB. Firman Allah Swt: “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih sendiri (belum menikah) di antara kalian, demikian pula orang-orang yang shalih dari kalangan budak laki-laki dan budak perempuan kalian. Bila mereka dalam keadaan fakir maka Allah akan mencukupkan mereka dengan keutamaan dari-Nya.” (TQS An-Nuur [24]: 32). Dan sabda Rasulullaah saw: “Wahai sekalian para pemuda! Siapa di antara kalian yang telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah….” (HR. Al-Bukhari, Muslim). Setiap pernikahan tentu menargetkan regenerasi. Sabda Rasulullaah saw: “Menikahlah kalian dengan wanita yang penyayang lagi subur, karena (pada hari kiamat nanti) aku membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat yang lain.” (HR. Abu Dawud no. 2050). Dan firman Allah Swt: “Dan janganlah kamu membunuh anakanakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan Memberi Rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (TQS AlIsraa [17]: 31). Disamping itu, adalah hal krusial bagi umat Islam untuk menjaga kemaluannya dan kemaluan istrinya, menundukkan pandangannya dan pandangan istrinya dari yang haram. Karena Allah Swt memerintahkan: “Katakanlah (ya Muhammad) kepada laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka…’.” (TQS An-Nur [24]: 30-31). Dalam ayat yang lain, Allah Swt memuji orang-orang beriman yang salah satu sifat mereka adalah menjaga kemaluan mereka kecuali kepada apa yang dihalalkan: “Dan orang-orang yang menjaga kemaluan mereka kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak perempuan yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (TQS Al-Mu’minun [23]: 05-06). istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/merencanakan-keluarga-tanpa-keluarga.html

4/5


Khatimah Berdasarkan uraian di atas, maka telah jelas bahwa vasektomi, bahkan fatwa penghalalannya, telah terlontar tanpa memperhatikan efek dominonya. Mengingat, zaman kebebasan seperti saat ini masih sangat potensial membuat para pria lebih mudah tergoda untuk ‘jajan di luar’ atau berzina. Apalagi tidak ada resiko kehamilan pada perempuan manapun yang akan bebas dipergaulinya. Padahal zina adalah perbuatan yang dilaknat Allah Swt, sebagaimana firman-Nya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (TQS Al-Israa [17]: 32). Wallaahu a’lam bish showab []. Posted 29th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: generasi, LKKNU, BKKBN, zina, pernikahan, keluarga berencana, fatwa MUI, fardhu, wajib, vasektomi Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/merencanakan-keluarga-tanpa-keluarga.html

5/5


5th April 2012

MENGUSUT FENOMINI (Fenomena Rok Mini)

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Fenomena rok mini memang sudah sejak lama menjadi standar fisik penunjang penampilan bagi kalangan perempuan bekerja, khususnya yang tidak menutup aurat. Dan terkait dengan hal ini, maka sekali lagi, ada-ada saja yang diurus Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Setelah merealisasikan sejumlah proyek fasilitas internal DPR bernilai milyaran rupiah, kini lembaga yang mengatasnamakan Wakil Rakyat itu mengatur pakaian para stafnya. Aturan itu adalah, DPR melarang perempuan yang menjadi stafnya memakai rok mini. Mereka harus berpakaian sopan dan tidak boleh berpenampilan seksi (haluan kepri, 06/03/2012). Berkenaan dengan citra DPR sebagai tempat bertugasnya anggota dewan yang terhormat, maka Ketua DPR, Marzuki Alie pun angkat bicara. Ia menyatakan bahwa pelarangan penggunaan rok mini bagi staf menjadi bagian tugas kesekjenan. Namun, ia berpandangan bahwa pakaian perempuan yang tidak pantas menjadi salah satu pendorong kaum laki-laki untuk melakukan tindakan asusila hingga pemerkosaan. “DPR ini nggak ngurusi rok mini. Tapi, kita tahu, banyak sekali terjadinya perkosaan, kasus-kasus asusila, karena perempuannya tidak berpakaian yang pantas sehingga membuat hasrat laki-laki itu menjadi berubah. Itu yang harus dihindari. Namanya laki-laki, ada pakaian yang tidak pantas, itu yang menarik laki-laki itu akhirnya berbuat sesuatu,” kata Marzuki di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (6/3/2012) (tribunnews.com, 06/03/2012). Menurut Marzuki, dengan negara Indonesia berlandaskan Pancasila, maka setiap warganya berhak berpakaian dengan jenis dan ukuran apapun. “Orang mau berpakaian ini, kita tidak mungkin melarang. Akan tetapi, berkaca dari kasus-kasus pelecehan dan perkosaan yang ada, maka sebaiknya perempuan menggunakan pakaian yang pantas, patut, dan sesuai kultur bangsa Indonesia. Itu perlu supaya tidak tejadi hal-hal yang kita tidak inginkan. Itu saya hanya mengimbau untuk di luar (DPR),” lanjut Marzuki, yang sebelumnya juga mengomentari tentang sampah kondom yang berserakan di lingkungan lembaga yang dipimpinannya itu (tribunnews.com, 06/03/2012). Pernyataan ini khas, karena lahir dari konsep hak asasi manusia, sebagai produk demokrasi kapitalistik. Sayangnya, berita ini sudah terlanjur booming sebagai berita nasional, termasuk di sejumlah jejaring sosial. Kini masyarakat tahu betul bagaimana tindak-tanduk anggota DPR yang terhormat itu. Citra anggota DPR ‘terjun bebas’ di mata sebagian masyarakat. Maka muncullah sejumlah guyonan tidak lucu seperti “Sejak kapan anggota DPR concern dengan urusan moral. Oh, mungkin mau dimulai sejak sekarang kali ya. Tapi ingat, yang diimbau adalah ‘perbaikan’ moral orang lain, bukan perbaikan moral anggota dewan”. Guyonan lain yang tak kalah pedas misalnya “Rok mini dilarang, dan kalo rok sudah setinggi lutut dilarang untuk naik lebih tinggi lagi. Lalu bagaimana dengan rencana kenaikan BBM? Jika kenaikan rok dilarang, maka kenaikan harga BBM kemungkinan besar akan disetujui anggota DPR. Kalo harga BBM udah setinggi lutut, naikan lagi biar semakin sehat.” (kompasiana, 07/03/2012). Hal ini pun cukup beralasan ketika anggota Komisi IX DPR, Rieke Dyah Pitaloka, mencurigai isu pelarangan rok mini hanyalah permainan untuk mengalihkan isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang kini semakin marak. “Ada pengalihan isu. Rok mini tidak akan menyebabkan pengaruh pada kebutuhan pokok,” ujarnya saat ditemui wartawan di DPR. “Saya merasa ini ada pengalihan isu. Kenapa publik diarahkan pada rok mini,” imbuh Rieke. Usaha untuk mengalihkan isu tersebut dinilai tidak substantif. Lebih lanjut Rieke mengatakan bahwa anggota dewan harus fokus pada tugas pokoknya masing-masing (waspadaonline, 06/03/2012). Perempuan yang akrab disapa Oneng ini mengimbau kepada anggota dewan untuk mengkritisi proyek pembangunan ruang Banggar DPR dengan dana Rp 20 miliar, ketimbang mengedarkan pelarangan rok mini. “Fokus pada tugas pokok dewan sendiri untuk membicarakan yang lebih penting, misalnya ruang banggar yang tidak penting,” pungkasnya. Peraturan tentang penampilan perempuan di gedung wakil istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/mengusut-fenomini-fenomena-rok-mini.html

1/3


rakyat ini pun didukung oleh Wakil Ketua DPR dari fraksi PDIP, Pramono Anung. Menurutnya, peraturan ini penting untuk memulihkan citra DPR. Bagi Pramono, pakaian pejabat lembaga negara dan staf anggota dewan harus mencerminkan kesopanan dalam berpenampilan (waspadaonline, 06/03/2012). Ketidakpantasan di Gedung DPR ini tentu tidak boleh dibiarkan. Uraian di atas harus menjadi motivasi untuk melakukan perubahan. Perubahannya pun bukan sebatas langkah konkrit secara fisik seperti pembuatan aturan pelarangan rok mini itu sendiri, melainkan harus berawal dari konsep yang mendasar. Jika permasalahan yang timbul berupa hak kebebasan berpakaian dan berperilaku, maka perkara yang harus diganti adalah pihak yang telah melahirkan masalah tersebut, yaitu ideologi kapitalisme. Perubahan konsepnya pun harus dimulai dari penggantian ideologi yang memiliki kekuatan sebanding dengan ideologi kapitalisme, yaitu ideologi Islam, bukan yang lain. Islam merupakan seperangkat aturan yang datang dari Allah Swt, Sang Pencipta manusia dan seluruh alam semesta, maka sudah pasti aturan tersebut sesuai untuk mengatur ciptaan-Nya. Dengan demikian, pengaturan kehidupan manusia, termasuk aturan berpakaian dan sikap moral para pegawai pemerintahan, akan memberikan kenyamanan dan ketenangan jika diatur dengan sistem Islam. Islam memandang perempuan sebagai suatu kehormatan yang wajib dijaga dan dipelihara. Islam mensyariatkan kerudung dan jilbab adalah untuk menjaga dan memelihara kehormatan itu. Nabi saw bersabda: “Perempuan itu adalah aurat.” Badan perempuan harus ditutupi sebagai aurat yang merupakan kehormatan baginya. Jika aurat itu dilihat orang yang tidak berhak, maka perempuan itu dilecehkan kehormatannya. Dalam Islam, perintah menutup aurat tercantum dalam QS. An-Nuur [24] ayat 31 dan QS. Al-Ahzab [33] ayat 59 berikut ini: “Katakanlah kepada perempuan yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau puteraputera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau puteraputera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau perempuanperempuan islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur [24]: 31). “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab [33]: 59). -- [1232] Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Hal ini sebagaimana kisah di zaman Rasulullaah saw. Jika orang-orang fasik melihat seorang perempuan yang mengenakan jilbab, maka mereka mengatakan bahwa ini perempuan merdeka dan mereka tidak berani mengganggu perempuan itu. Jika mereka melihat perempuan itu tidak mengenakan jilbab, maka mereka mengatakan bahwa ini budak perempuan, sehingga mereka menggodanya. Perempuan berjilbab itu menjadi mulia karena diketahui bahwasanya mereka adalah perempuan merdeka sehingga orangorang fasik itu tidak mengganggunya. Orang-orang fasik tidak berani mengganggu muslimah, karena pelecehan terhadap muslimah akan menerima hukuman besar. Disamping itu, segala gangguan dan pelecehan terhadap muslimah pada hakikatnya adalah pelanggaran terhadap kehormatan kaum muslimin secara keseluruhan (Buku “Jilbab, antara Trend dan Kewajiban”). istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/mengusut-fenomini-fenomena-rok-mini.html

2/3


Sejatinya, Rasulullaah saw telah mencontohkan langkah teknis dalam memilih para pegawai beliau. Beliau memilih para pegawai negara dengan dua kriteria, yaitu (1) yang paling dapat berbuat terbaik dalam kedudukan yang akan disandangnya, dan (2) mereka yang hatinya telah dipenuhi dengan keimanan (Kitab Daulah Islam). Atas dasar ini, sejatinya setiap muslim memiliki peran dan tanggung jawab yang sesuai dengan kapasitas yang telah Allah Swt tetapkan. Aturan berpakaian dan sikap moral para pegawai pemerintahan tidak perlu repot untuk ditekankan selama ukurannya adalah ketaatan masing-masing individu berdasarkan posisinya sebagai makhluk Allah Swt, karena hal ini akan menentukan kemuliaan dan derajatnya. Allah Swt pun sudah jelas dalam firman-Nya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa‌â€? (QS Al-Hujurat [49]: 13). Wallahu a’lam bish showab []. Posted 5th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: jilbab, berbuat baik, kerudung, rok mini, pegawai negara, iman, DPR, takwa Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/mengusut-fenomini-fenomena-rok-mini.html

3/3


7th April 2012

Mengulik Potensi Kiblat Mode Muslim Dunia

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Dunia fashion (fesyen) berubah sangat cepat. Tak terkecuali busana muslim, khususnya muslimah. Dulu tak banyak pilihan model busana muslimah. Sekarang, busana muslimah malah jadi trend. Coba saja surfing di internet, begitu banyak tawaran model busana muslimah. Tak heran bila makin banyak muslimah yang menyatakan minat mereka pada dunia mode dengan cara Islam. Mereka bahkan membentuk komunitas di seluruh dunia untuk mengungkapkan dan berbagi minat. Mereka mencoba menciptakan cara baru dalam menutup aurat. Berani mencampur warna, yang menjadi sebutan busana muslimah tahun ini, yaitu pakaian warna-warni. Selanjutnya, gaun panjang seperti kaftan dan abaya termasuk paling populer tahun ini. Fenomena di atas, menjadikan Indonesia digadang-gadang sebagai pusat mode busana muslim di masa mendatang. Dunia akan berkiblat ke Jakarta, melirik trend busana muslim yang makin marak ditawarkan. INDUSTRI Pesatnya perkembangan busana muslim di Indonesia, bahkan sudah menjadi industri fesyen terkemuka. Detak pertumbuhan kreativitas tampaknya semakin kencang manakala desainer muda gegap gempita sukses menggebrak mode. Gebrakan tersebut mampu membuat dunia berpaling sehingga mode Tanah Air menjadi sorotan. Mungkinkah mimpi Indonesia menjadi kiblat mode dunia telah di genggaman? Indonesia memang disebut-sebut lebih dari siap menjadi kiblat mode dunia tahun 2020 oleh mereka yang tidak hanya bekerja di dunia fesyen. Pemerintah dan pasar Indonesia sudah capable untuk bidang tersebut. Dunia luar tampaknya melihat mode di Indonesia sebagai industri yang mudah untuk diikuti. Sebab, gaya desain yang dipakai cenderung dapat diterima oleh seluruh warga negara muslim. Warga Timur Tengah maupun Eropa mencari mukena di Indonesia. Bahkan, blogger busana muslim asing kebanyakan mencuri ide dari desainer muslim Indonesia. Mengapa? Sebab desain Indonesia netral. Kalau negara lain, gayanya susah diterima (dengan burka atau yang serba hitam). Namun, untuk mewujudkan ambisi sebagai kiblat busana muslim dunia, perlu dukungan penuh dari semua pihak (okezone.com, 15/11/2011). Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia tentu mempunyai nilai ekonomis yang tinggi bagi perkembangan busana muslim. Target untuk menjadi pusat fesyen muslim dunia ditetapkan tidak hanya oleh pengusaha fesyen, tetapi juga pemerintah. Bahkan, tahun 2020 telah ditetapkan sebagai target pencapaian rencana besar tersebut. Mar-Com Director Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC), Eka Rofi Shanty, mengungkapkan bahwa enam dari 10 perempuan Indonesia memakai pakaian muslim, dan itu tidak harus jilbab atau penutup kepala. Inilah yang menjadi fenomena dan potensi pasar yang cemerlang bagi industri fesyen. Pemerintah Indonesia dalam hal ini diwakili oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sangat mendukung rencana dan target IIFC tersebut. Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan, Edy P. Irawady mengatakan bahwa masyarakat Muslim Indonesia saat ini juga sudah melek fesyen, dan target menjadi kiblat fesyen muslim dunia bukanlah hal yang berlebihan dan itu harus segera diupayakan (www.metrotvnews.com [http://www.metrotvnews.com/] ). Perkembangan industri busana muslim semakin bergairah. Ini terutama terlihat sejak Indonesia Islamic Fashion Consortium mewacanakan Indonesia sebagai kiblat mode muslim dunia pada 2020. Sebenarnya bukan tanpa alasan jika Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC) bersama pemerintah dan para istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/mengulik-potensi-kiblat-mode-muslim.html

1/4


pelaku industri mode menargetkan demikian. Industri busana muslim di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang signifikan sejak era 1990-an. Rancangannya pun jauh dari kesan kaku dengan adanya implementasi tren terkini dan unsur budaya lokal untuk menciptakan busana syar’i, namun tetap menarik dikenakan oleh semua kalangan. Pertumbuhan industri busana muslim di Indonesia juga menarik perhatian dunia. Saat ini Indonesia tercatat memiliki tingkat ekspor busana muslim yang besar ke negara-negara muslim seperti Malaysia, Turki, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, dan negara-negara lainnya di Timur Tengah (okezone.com, 10/10/2011). BUSANA TAKWA Busana muslim wajib dipakai seseorang yang taat kepada agama, menunjukkan identitas keislamannya. Busana seperti ini insya Allah tidak akan lekang sampai akhir zaman, dan akan selalu menghiasi khazanah peradaban dunia Islam Syarat pertama busana muslim adalah syar’i. Mengenai busana muslimah, Islam memandang perempuan sebagai suatu kehormatan yang wajib dijaga dan dipelihara. Islam mensyariatkan kerudung dan jilbab untuk menjaga dan memelihara kehormatan itu. Nabi saw bersabda: “Perempuan itu adalah aurat.” Badan perempuan harus ditutupi sebagai aurat yang merupakan kehormatan baginya. Jika aurat itu dilihat orang yang tidak berhak, maka perempuan itu dilecehkan kehormatannya. Dalam Islam, perintah memakai kerudung tercantum dalam QS An-Nuur ayat 31 “Katakanlah kepada perempuan yang beriman: “hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” Adapun perintah mengenakan jilnan ada dalam QS Al-Ahzab ayat 59: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Betapapun derasnya arus mode busana muslimah, prinsip menutup aurat sebagaimana kedua ayat di atas tidak boleh dilanggar. Hal ini sebagaimana firman Allah: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab [33]: 36). QS. An-Nuur ayat 31 dan QS. Al-Ahzab ayat 59 di atas secara jelas memberikan ketentuan tentang pakaian yang wajib dikenakan oleh muslimah. Pakaian tersebut adalah jilbab yang menutup seluruh tubuhnya. Lalu, bagian kepala hingga leher dan dada wajib mengenakan khimar atau kerudung. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/mengulik-potensi-kiblat-mode-muslim.html

2/4


Kedua pakaian tersebut, dimana kerudung merupakan pakaian bagian atas (al-libas al-a’la) dan jilbab sebagai pakaian bagian bawah (al-libas al-asfal), harus dikenakan ketika berada dalam kehidupan umum (Tafsir Al-Waie 2010). Kerudung dan jilbab wajib dipakai ketika dirinya sudah baligh (sudah mengalami menstruasi). Penggunaan kerudung harus disertai jilbab, demikian pula sebaliknya. Kerudung dikenakan bersama jilbab ketika keluar rumah ataupun berinteraksi dengan orang yang bukan mahram (Buku “Jilbab, antara Trend dan Kewajiban”). Kerudung merupakan penutup kepala yang disyariatkan Allah Swt kepada perempuan muslimah, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS An-Nuur [24] ayat 31. Kriteria pemakaian kerudung adalah tidak tipis. Jika tipis maka harus diberi lapisan tebal di bawahnya. Batas minimal panjang kerudung adalah menutupi juyuub (dada) serta harus menutupi kepala, rambut, dua telinga, leher dan dada. Adapun kerudung yang tidak sesuai syariat: tidak menutup leher, hanya sampai menutup leher, tidak menutup telinga, rambut masih terlihat, memperlihatkan perhiasan seperti kalung dan anting, tipis/transparan dan ketat membentuk lekuk kepala/tubuh (Buku “Jilbab, antara Trend dan Kewajiban”). Jilbab berasal dari akar kata jalaba (jamaknya jalaabib), yang berarti menghimpun dan membawa. Jilbab adalah pakaian luar yang menutupi segenap anggota badan dari kepala hingga kaki perempuan dewasa, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS Al-Ahzab [33] ayat 59. Demikianlah kriteria pokok busana muslimah. Adapun model desain atau warna, silakan para desainer berkreasi. Tren dan kreativitas diperbolehkan dalam ranah aksesoris yang mempercantik dan memperbaiki tampilan busana. Yang penting, tetap syar’i dan tidak menonjolkan kecantikan alias tabaruj.

KHATIMAH Momentum trend busana muslimah saat ini, jangan hanya sebatas ranah industri komersial tanpa memperhitungkan posisi kemuliaan penerapan hukum menutup aurat terhadap hukum industri itu sendiri. Dalam buku “Politik Ekonomi Islam” disebutkan bahwa Islam datang juga untuk menjelaskan hukumhukum industri. Berdasarkan hal ini, maka industri yang memproduksi pakaian muslimah untuk keluar rumah juga harus mengikuti hukum pakaian yang telah disebutkan dalam QS. An-Nuur ayat 31 dan QS. Al-Ahzab ayat 59, baik bentuk dan jenisnya. Bukan berdasarkan tren dan kreativitas fesyen/mode masa kini, yang justru berpotensi memunculkan penyimpangan jika tidak mengikuti hukum yang telah tercantum di dalam kedua ayat tersebut. Lebih lanjut, hal ini terkait dengan pernyataan dalam buku “Struktur Negara Khilafah”, bahwa Daulah Islam dengan sistem Khilafah (Daulah Khilafah Islamiyyah) adalah negara yang mengemban dakwah Islam dengan metode dakwah dan jihad, maka Daulah Islam akan menjadi negara yang terus-menerus siap untuk melaksanakan jihad. Departemen Perindustrian sendiri merupakan departemen yang mengurusi semua masalah yang berhubungan dengan perindustrian di wilayah Daulah Islam, dimana industri baik ringan maupun berat itu dibangun berdasarkan politik perang dan pertahanan. Hal ini untuk memudahkan upaya mengubah produksinya menjadi industri yang memproduksi produkproduk yang mendukung militer kapan pun Daulah Islam memerlukannya, tidak terkecuali industri istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/mengulik-potensi-kiblat-mode-muslim.html

3/4


pakaian muslimah. Dengan demikian, butuh dukungan sistem Islam agar busana muslim benar-benar bukan sekadar trend, melainkan diikuti kesadaran pemakainya akan ketundukan pada Islam.(*) Posted 7th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: busana takwa, jilbab, kerudung, warna, fashion, industri, busana muslim Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/mengulik-potensi-kiblat-mode-muslim.html

4/4


14th May 2012

Mengaruskan Generasi Dalam Sistem Pendidikan Visioner

* Menyambut Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa (KIMB), 20 Mei 2012 Graha Sabha Widya, Komplek Wisma Makara, UI Depok_

Negara yang besar adalah negara yang memiliki komitmen tinggi untuk merealisasikan rahmatan lil ‘alamin, yang dicirikan oleh kualitas generasi mudanya dengan kepribadian unggul sebagai ukurannya. Hal ini dalam konteks memahami keberadaan dirinya sebagai mahluk ciptaan Allah Swt. Dalam dunia pendidikan, ada korelasi yang signifikan antara pemerintah sebagai lembaga “eksekutif” dengan generasi bangsa. Sayangnya, penyelenggaraan pendidikan saat ini dapat dikatakan miskin visi. Visi yang dicanangkan hanya bersifat normatif. Hal ini karena dunia pendidikan menggunakan standar luaran dan outcome yang tidak relevan dengan potensi, kultur dan budaya bangsa. Target capaian mencerdaskan kehidupan bangsa pun tidak jelas kualifikasinya karena tidak pernah dielaborasi dengan jelas. Akibatnya, tidak ada standar baku tentang makna bangsa yang cerdas. Instrumen untuk mengukur keberhasilan PT dalam mencetak para intelektual atau para pakar di bidang ilmunya pun bersifat kuantitatif dan sangat pragmatis. Beberapa indikatornya antara lain jumlah publikasi internasional, level Scopus, jumlah penelitian dan kerjasama internasional, serta jumlah doktor dan profesor. Dalam skala mikro, indikator kinerja pembelajaran dianggap memenuhi standar mutu bila mampu menghasilkan lulusan dengan indeks prestasi tinggi (maksimal 4), waiting time for getting first job nol bulan bahkan bila perlu diinden dengan gaji pertama tinggi. Program yang digelar oleh pemerintah melalui comprehensive partnership, misalnya, tidak dilakukan melalui studi kelayakan yang memadai tanpa memperhatikan proyeksi ke depan terkait output dan outcome secara nasional. Intelektual dicetak tanpa proses yang benar dan berbasis pada tujuan yang hakiki karena tidak disentuhkan dengan tujuan pendidikan yang tersirat dalam visi pendidikan. Jika demikian, sangatlah tidak mungkin kita harapkan mereka mampu menyelesaikan problematika bangsa. Hal ini mencerminkan kegagalan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa karena tidak memperhitungkan proses berfikir berbasis kesadaran akan integritas Sang Khaliq. Ada satu aspek penting yang hilang, yaitu bahwa proses pembentukan karakter (character building) selama ini tidak dijadikan unsur yang seharusnya berimbang dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan. Pemahaman akan keseimbangan antara syakhsiyah (kepribadian), tsaqofah dan ilmu kehidupan tidak dikembangkan secara proporsional. Metode penanaman dan pengkristalan pemahaman serta kesadaran anak didik terhadap pentingnya aqidah dalam proses pembelajaran telah makin langka. Pergeseran paradigma dalam visi “pencetakan” generasi yang unggul, telah terjadi secara nasional bahkan internasional. Hal ini karena semua ingin pragmatis dan instan, tanpa melalui proses yang benar dan syar’i. Proses untuk membangun bangsa yang peduli terhadap masalah umat sangat erat kaitannya dengan upaya mencetak generasi muda sebagai agent of change. Adalah istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/mengaruskan-generasi-dalam-sistem.html

1/2


tripartite agent dengan output yang memegang teguh aqidah dan syariat, yaitu keluarga, masyarakat dan lingkungan serta pemerintah atau negara. Misi ketiga agent tersebut hanya dapat terwujud jika diimplementasikan dalam sistem yang menegakkan syariat Islam. Jaminan terhadap solusi problematika bangsa insya Allah dapat terlaksana dengan senjata tegaknya syariat Islam dalam bingkai Khilafah, aamiin. Wallaahu a’lam bish showab []. Presented by

: Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Chapter IPB Dramaga

Contact Person

: Nindira (0856 852 8655); Mufiidah (0856 9704 3164)

Posted 14th May 2012 by Nindira Aryudhani Labels: negara besar, pendidikan, character building, syariat Islam, generasi muda, comprehensive partnership, Khilafah Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/mengaruskan-generasi-dalam-sistem.html

2/2


MELEJITKAN IKON INTELEKTUAL KRITIS DAN POLITIS Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si

Muqodimah Mahasiswa, ikon intelektual dan insan cendikia. Mereka adalah sekelompok individu yang memiliki akses pendidikan pada jenjang tertinggi di negeri ini. Tak heran, mahasiswa pun bertaraf pikir yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain, khususnya yang tidak mampu mengakses pendidikan serupa. Seiring ketinggian berpikirnya, selayaknya mahasiswa makin peka terhadap lingkungan sekitarnya. Terbukti, dari masa ke masa, pergerakan intelektual/mahasiswa selalu menjadi pihak yang berada di garda terdepan untuk mengawal perubahan. Titel mahasiswa pun tak hanya titel akademik, namun juga sebagai the agent of change. Mahasiswa, akan selalu menjadi pihak yang memiliki akses yang memadai untuk mengindera beragam ketidaksesuaian yang terjadi, baik di lingkungan akademiknya maupun segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan bangsa dan negaranya. The Agent of Change The agent of change adalah aktor utama perubahan yang senantiasa memegang teguh idealismenya sebagai motor penggerak perubahan dan pembaharuan. Mereka juga peduli dan berpihak kepada rakyat. Selama ini, hal tersebut ditunjang oleh kondisi politik kampus yang kondusif. Kampus pun menjadi ‘pabrik pencetak para politisi’. Mereka kritis, namun tetap cerdas, politis dan bukan generasi preman. Mahasiswa seperti ini adalah orang-orang terpilih. Mereka rela mencurahkan tenaga, waktu dan harta untuk memikirkan kondisi bangsanya. Tapi mereka tidak melupakan kualitas akademis mereka (IPK) yang tetap di atas rata-rata. Mereka adalah para organisatoris. Mereka kuat karena mengalami pengkaderan yang berjenjang dan bertarget. Mereka bukan aktivis instan yang hanya mengejar popularitas sesaat. Saat Jakarta pernah menjadi barometer pergerakan mahasiswa nasional, di mana aksi mahasiswa banyak digelar di sana, mahasiswa adalah golongan yang terus maju menerjang meskipun sanksi DO (drop out) dari kampus menghadang. Sebagai intelektual, mereka adalah orang-orang yang santun dalam bertingkah, tangkas dalam berfikir, dan menjadi panutan mahasiswa pada umumnya. Mereka mampu me-manage (mengatur) waktu, bukan sebaliknya. Mereka juga mampu menuangkan gagasan ke dalam tulisan hingga aksi jalanan yang mengguncang jagat kepemudaan. Sejarah mencatat, sikap kritis mahasiswa terhadap pemerintah tidak pernah berhenti. Berbagai jalur perjuangan pun ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan meleburkan diri dan aktif di organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), Gerakan Mahasiswa (GEMA) Pembebasan, dll. Ciri-ciri ideal ini senantiasa mereka pelihara. Mereka memegangnya dengan teguh serta mengintegrasikannya bersama potensi dan semangatnya sebagai kaum muda. Semua demi menjaga label yang mereka sandang sebagai the agent of change. Mahasiswa Kini…’Pakar’ Tawuran Namun tentunya tak dapat dipungkiri bahwa di balik segala potensinya, mahasiswa tetaplah manusia yang tak mungkin sempurna. Coba tengok mahasiswa saat ini.

istanaparamuf akkirsiy asi.blogspot.com/2013/01/melejitkan-ikon-intelektual-kritis-dan.html

1/7


Masih segar dalam ingatan di penghujung 2012, media massa dihiasi berbagai berita tawuran mahasiswa. Ini jelas mencoreng dunia mahasiswa sekaligus pendidikan tinggi negeri kita. Detiknews (17/10/2012) bahkan mencatat bahwa beberapa mahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan, tak jera tawuran meski sering makan korban. Dalam kejadian terakhir, tawuran tersebut menyebabkan dua mahasiswa tewas (kompas.com, 11/10/2012). Hal ini menunjukan bahwa tawuran itu sudah di luar batas sifat-sifat manusia yang berpikir normal. Mahasiswa sebagai orang intelektual kok bisa sejahanam itu. Lantas, di mana logika berpikir yang selama ini menonjol dari mereka? Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh mengatakan, civitas akademika harus mengedepankan nilai budaya dan akademik merupakan salah satu pencegahan tawuran antar-pelajar dan antar-mahasiswa yang marak terjadi belakangan ini. Tawuran dan hantam-hantaman itu ia sebut seperti dalam kehidupan primitif. Nuh juga mengimbau agar para pimpinan perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa sebaiknya tidak lagi menggunakan pendekatan fisik. Kasus yang juga disoroti oleh Nuh karena berpotensi memicu aksi kekerasan adalah senioritas di dalam kampus yang tampak pada kegiatan orientasi pengenalan kampus atau ospek. Terkadang, maksud baik dalam kegiatan ini menjadi beralih saat mahasiswa baru justru menjadi sasaran per-plonco-an (baca: kekerasan) oleh para senior (kompas.com, 16/10/2012). Maraknya kasus tawuran mahasiswa membuat negara beraksi. Pemerintah akan membekukan izin atau mencabut izin program studi di perguruan tinggi manapun, jika mahasiswanya terlibat tawuran. Sanksi itu dapat berlaku untuk sementara atau selamanya. Alasan pemberian sanksi ini karena pemerintah meragukan kemampuan perguruan tinggi dalam mendidik peserta didik. Perguruan tinggi didorong memperketat sanksi. Bagi mahasiswa yang terlibat kekerasan, akan dikenai sanksi diskors hingga drop out (DO) (kompas.com, 15/10/2012). Mahasiswa Kini…Minim Wawasan Politik Pada sisi lain kondisi mahasiswa, sejatinya sama kacaunya. Jika bukan semangat bertarung (baca: tawuran) yang dikedepankan, nyatanya tak sedikit dari mahasiswa yang minim wawasan politik, bahkan apolitis. Sebutlah imbas peristiwa pemilihan Presiden Mahasiswa di sebuah perguruan tinggi pertanian di kawasan satelit ibukota. Kisruhnya akhir tahun lalu sudah menjadi rahasia umum. Kondisinya, Sidang Umum I Keluarga Mahasiswa (KM) terpaksa dibubarkan. Perdebatan sengit tak dapat dihindari saat sesi sosialisasi run down Sidang Umum yang mencantumkan pelantikan pengurus baru KM. Pelantikan tersebut dilakukan sesuai dengan tuntunan action plan yang telah disusun oleh MPM KM. Suasana sidang menegang ketika beberapa mahasiswa yang hadir mengajukan protes. Beberapa mahasiswa merasa bahwa ada sebuah kesalahan dalam action plan tersebut (korpus….com, 30/12/2012). “Action plan ini tidak sah karena tidak dirumuskan oleh tim perumus. Seharusnya dibuat dua action plan dari masing-masing pihak yang mewakili tim perumus, baru setelah itu didiskusikan oleh forum keterwakilan mahasiswa,” protes salah seorang mahasiswa di tengah sidang. Hal ini mengingat bahwa pihak rektorat pernah menegaskan agar tim perumus membuat draft action plan terlebih dahulu yang mana di dalamnya mencakup aspirasi dari UKM, Himpro, dan pejabat KM. Setelah adanya draft, barulah pelantikan dilakukan (korpus….com, 30/12/2012). Akibatnya, terjadi protes yang berujung adu mulut. Suasana memanas. Beruntung ketegangan dapat diredam oleh Unit Keamanan Kampus (UKK) yang merangsek masuk ke tengah-tengah peserta sidang. Alhasil, pelantikan pejabat KM pun dibatalkan seiring dibubarkannya sidang (korpus….com, 30/12/2012). Memang, di awal tahun 2013 ini sudah ada titik terang. Sidang Umum I KM akhirnya menemukan kesepakatan. Pihak Kemahasiswaan kampus pun telah menjadi mediator untuk mendiskusikan perbedaan pendapat yang terjadi. Hasil mediasi tersebut berupa draft revitalisasi sistem kelembagaan KM. Semangat istanaparamuf akkirsiy asi.blogspot.com/2013/01/melejitkan-ikon-intelektual-kritis-dan.html

2/7


yang ada di dalam draft tersebut merupakan semangat perubahan yang disepakati bersama. Semua mengharapkan kesepakatan itu dapat diwujudkan sesuai dengan jalurnya. Jika jauh melenceng dari perwujudannya, maka bukan tidak mungkin akan terjadi pergolakan lagi. Karena bagaimanapun, civitas kampus pasti menginginkan apa pun yang terbaik bagi KM (korpus….com, 06/01/2013). Jika Mahasiswa Sadar… Berdasarkan fakta di atas, tentu dapat dinilai bahwa mahasiswa adalah golongan orang-orang kuat. Akan tetapi, tak cukup hanya kuat fisik hingga menjadi ‘pakar’ tawuran. Melainkan kekuatan fisik itu harus diiringi dengan kekuatan berpikir sehingga karakternya sebagai kaum intelektual dapat ditampakkan. Disamping itu, kekuatan fisik tersebut juga dapat dioptimalkan untuk melakukan pengkajian dan penelitian dalam rangka pengamalan ilmunya dari bangku akademik, tentunya untuk kemashlahatan masyarakat. Namun demikian, bukan berarti mahasiswa harus menjadi pekerja teknis. Karena jika demikian, maka mahasiswa hanya akan sibuk dengan pekerjaan di depan mata. Tapi tak mampu memandang secara visioner tentang perubahan yang ia emban sebagai the agent of change. Hal ini tentunya juga tak boleh terjadi. Karena kondisi ini menjelaskan bahwa ilmunya tidak untuk kemashlahatan umat sebagai objek yang diurus oleh negara, di mana intelektual sebagai pihak atau staf ahli yang pasti menjadi rujukan. Akan tetapi yang terjadi, pemanfaatan ilmu itu hanya untuk kemashlahatan sejumlah pemilik kapital yang akan menggajinya, antara lain melalui maraknya tawaran proyek penelitian. Bahkan, bukan tidak mungkin jika posisi intelektual ini sebatas menjadi ‘pemanis’ dalam pengguliran sebuah kebijakan/undang-undang negara, agar beralasan untuk dilegalkan meski isinya sangat liberal-imperialistik. Ingatlah, karena mahasiswa adalah kaum pemikir, bukan pembebek. Sementara itu, dari kisah KM juga dapat dilihat bahwa pihak yang mengawali ketidaksepakatan dalam Sidang Umum KM tersebut adalah pihak yang merasa terdzolimi. Bagaimanapun, mereka tetap berhak untuk diberi keadilan dan klarifikasi. Oleh karena itu, peristiwa ini harus disikapi dengan wawasan politis taktis dan strategis sehingga diperoleh solusi yang memuaskan akal dan menenteramkan jiwa. Mahasiswa Harus Punya Pegangan dan Jati Diri Mahasiswa adalah golongan intelektual penuntut ilmu. Menuntut ilmu itu sendiri merupakan bagian dari aktivitas ibadah, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Dan Allah Swt telah menjamin orang-orang yang berilmu dalam Al-Qur’an: “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS Al-Mujadilah [58]: 11). Juga firman Allah Swt: “…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu…” (TQS Al-Hujuraat [49]: 13). Berdasarkan ayat-ayat tersebut, maka jelas bahwa ilmu itu akan senantiasa bersanding dengan iman dan taqwa. Artinya, orang-orang yang menjadi golongan pemikir adalah orang-orang yang makin besar kedekatan, ketaatan, ketundukan dan ketakutannya kepada Allah Swt. Bukan orang-orang yang emosional, atau mudah menyepelekan sekecil apapun suatu urusan. Di dalam hadits penuturan Hudzaifah ra. disebutkan bahwa Rasulullaah saw. pernah bersabda: “Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan kaum Muslim, ia tidak termasuk di antara mereka. Barangsiapa bangun pada pagi hari dan tidak memperhatikan urusan kaum Muslim, ia bukanlah golongan mereka.” (HR ath-Thabari). Terlebih jika urusan yang dihadapi itu berkaitan dengan kepentingan orang banyak, maka mahasiswa harus memiliki pegangan dan jati diri agar tak mudah terombang-ambing dalam mengambil keputusan menuju solusi. Manusia akan selalu mengatur tingkah-lakunya di dalam kehidupan ini, termasuk dalam memecahkan permasalahan, sesuai dengan persepsinya terhadap kehidupan. Namun, persepsi ini tidak akan mengantarkan kepada kebenaran, kecuali jika ditempuh dengan jalan yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan memberikan ketenangan hati. Maka tidak bisa tidak, persepsi itu boleh terwujud hanya dengan landasan Islam. Aqidah Islam telah menjelaskan bahwa di balik alam semesta, istanaparamuf akkirsiy asi.blogspot.com/2013/01/melejitkan-ikon-intelektual-kritis-dan.html

3/7


manusia dan kehidupan, terdapat Allah Swt sebagai Sang Khaliq. Islam pun menjamin bahwa dalam Islam terdapat penyelesaian permasalahan kehidupan berdasarkan penanganan potensi manusia, yaitu kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) dan naluri (ghorizah) (Kitab Nizhomul Islam Bab Thoriqul Iman). Dalam perbuatan seorang hamba harus ada keyakinan akan hubungannya dengan Allah Swt secara mutlak sebagai bentuk ketaqwaannya. Kunci untuk menuju kebenaran petunjuk Allah Swt ini berawal dari keikhlasan. Jika seorang manusia menemukan bahwa dirinya melaksanakan ketaatan semata-mata karena Allah Swt, maka berarti ia telah menjadi orang yang ikhlas. Hadits dari Abdullaah bin Mas’ud ra dari Rasul saw: “Allah akan menerangi orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia menyadarinya, menjaganya dan menyampaikannya. Terkadang ada orang yang membawa pengetahuan kepada orang yang lebih tahu darinya. Ada tiga perkara yang menyebabkan hati seorang muslim tidak dirasuki sifat dengki, yaitu ikhlas beramal karena Allah, menasihati para pemimpin kaum Muslim dan senantiasa ada dalam jama’ah almuslimin. Karena dakwah akan menyelimuti dari belakang mereka.” (HR. Tirmidzi) (Kitab Mim Muqowimat). Perbedaan pendapat di kalangan manusia adalah suatu fitrah. Akan tetapi, jika perbedaan itu terjadi, maka harus diselesaikan dengan baik. Bukan dengan memperuncing perbedaan itu sendiri, atau dengan memutus hak orang yang harus diberi penyelesaian permasalahan, apalagi jika sampai tawuran. Islam telah memberikan tuntunan tentang tata cara menghadapi pihak yang berbeda pendapat. Firman Allah Swt: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (TQS. An-Nahl [16]: 125). Firman Allah Swt dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11 pun harus menjadi landasan menuju perubahan: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Maka dalam bergerak, hendaknya mahasiswa memiliki prinsip yang terdiri dari dasar pemikiran yang benar dengan batasan yang jelas, metode gerak organisasi atau pergerakan yang lurus, bertumpu pada orang-orang yang berkesadaran sempurna terhadap perubahan, serta memiliki ikatan yang benar dengan sesama individu dalam sebuah pergerakan di mana ia terlibat di dalamnya. Prinsip-prinsip ini kemudian menjadi penting, karena sudah bukan hal aneh jika mahasiswa kembali pada karakter asalnya sebagai the agent of change, di mana mahasiswa akan selalu menjadi pihak yang berada di garda terdepan dalam mengawal perubahan. Maka, kini saatnya muatan dan arah perubahan itu senantiasa dipenuhi dengan langkah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Kisah Debat Cerdas Mush’ab bin ‘Umair ra Ibnu Ishaq berkata, “Ketika orang-orang Madinah itu hendak kembali, Rasulullaah saw mengutus Mush’ab bin ‘Umair menemani mereka. Mush’ab diperintahkan beliau agar membacakan al-Quran, mengajarkan Islam, dan memberi pemahaman agama kepada mereka. Sehingga dia dinamakan Muqarri’ Madinah: Mush’ab. Mush’ab tinggal di rumah As’ad bin Zurarah.” Mush’ab berkeliling Madinah menemui orang-orang dan mengajak mereka masuk Islam serta mengajarkan Islam pada mereka. Pada suatu hari, As’ad bin Zurarah keluar bersama Mush’ab bin ‘Umair ke pemukiman Bani ‘Abdul Asyhal dan pemukiman Bani Zhafar. Keduanya masuk ke sebuah kebun di antara kebun-kebun Bani Zhafar dan berada di dekat sumur yang bernama sumur Muraq. Sa’ad bin Mu’adz dan Usaid bin Hudhair ketika itu menjadi pemuka dari Bani Abdul Asyhal. Keduanya adalah orang musyrik pemeluk agama kaumnya. Tatkala keduanya mendengarkan ucapan Mush’ab, Sa’ad bin Mu’adz berkata kepada Usaid bin Hudhair: “Saya tidak benci padamu. Temuilah dua orang itu yang datang ke tempat kita hanya untuk istanaparamuf akkirsiy asi.blogspot.com/2013/01/melejitkan-ikon-intelektual-kritis-dan.html

4/7


membodohi orang-orang lemah di antara kita. Usirlah dan cegahlah keduanya karena keduanya hendak datang ke tempat kita. Seandainya As’ad bin Zurarah tidak berasal dari kaum saya sebagaimana yang telah kamu ketahui, tentu saya sendiri yang akan melakukannya. Dia adalah anak bibi saya, dan saya tidak menemukan alasan untuk mencegahnya.” Usaid bin Hudhair mengambil tombak pendeknya, kemudian berangkat menemui keduanya. Ketika As’ad bin Zurarah melihatnya, maka dia berkata kepada Mush’ab, “Orang itu adalah pemuka kaumnya yang datang kepadamu, mudah-mudahan dia membenarkan Allah.” Mush’ab menjawab, “Jika dia bersedia duduk, aku akan berbicara padanya.” Usaid bin Hudhair akhirnya duduk di depan keduanya dengan wajah cemberut sambil menggerutu, lalu berkata, “Apa yang kalian bawa kepada kami? Kalian hanya akan membodohi orang-orang lemah kami! Menyingkirlah kalian dari kami, jika memang kalian memiliki kepentingan yang berhubungan dengan diri kalian sendiri!” Mush’ab berkata: “Atau sebaiknya engkau duduk dan mendengarkan dulu? Jika engkau menyukainya maka engkau bisa menerimanya. Dan jika engkau membencinya, maka cukuplah bagimu apa yang engkau benci.” Usaid menjawab: “Boleh juga.” Kemudian dia menancapkan tombak pendeknya dan duduk di hadapan keduanya. Lalu Mush’ab menjelaskan Islam dan membacakan al-Quran kepadanya. Keduanya (Mush’ab dan As’ad bin Zurarah) berkata –berkenaan dengan yang dibicarakan tentang keduanya–: “Demi Allah, sungguh kami telah mengetahui Islam ada di wajahnya, sebelum dia berkata untuk menerimanya dengan suka cita.” Tidak berapa lama Usaid berkata, “Alangkah bagus dan indahnya kalimat ini! Apa yang kalian lakukan ketika akan memeluk agama ini?” Keduanya menjelaskan kepadanya: “Mandi, lalu sucikan dirimu dan pakaianmu, kemudian ucapkanlah syahadat, setelah itu shalatlah dua rakaat.” Usaid berdiri, lalu mandi dan menyucikan pakaiannya. Dia membaca syahadat, kemudian berdiri menunaikan shalat dua rakaat. Usaid berkata, “Bersamaku ada seorang laki-laki. Jika dia mengikuti kalian, maka tidak seorang pun dari kaumnya yang akan menentangnya. Sekarang aku akan mengajak Sa’ad bin Mu’adz menemui kalian berdua.” Usaid mencabut tombak pendeknya dan segera pergi menemui Sa’ad serta kaumnya. Ketika itu mereka sedang duduk-duduk di tempat pertemuan, maka ketika Sa’ad bin Mu’adz melihatnya segera menyambutnya dan berkata, “Aku bersumpah atas nama Allah. Sungguh Usaid bin Hudhair telah datang pada kalian bukan dengan wajah seperti ketika dia pergi dari kalian.” Ketika Usaid telah duduk di hadapan orang yang menyambutnya itu, Sa’ad bertanya kepadanya, “Apa yang telah engkau lakukan?” Usaid menjawab, “Aku memang telah berbicara kepada dua orang lakilaki itu. Demi Allah, aku tidak melihat rencana jahat pada keduanya.” Sa’ad spontan berdiri penuh amarah. Dia mengambil tombak pendek yang berada di tangan Usaid, lalu berkata, “Demi Allah, aku melihatmu sama sekali tidak berguna!” Kemudian dia segera keluar dan menemui mereka berdua. Tatkala Sa’ad melihat keduanya dalam keadaan tenang, dia menyadari bahwa Usaid hanya menginginkan dia mendengar perkataan dua orang yang ada di hadapannya. Dia berdiri tegak menghadap keduanya dengan wajah memendam kemarahan. As’ad menoleh kepada Mush’ab seraya berkata, “Wahai Mush’ab, telah datang kepadamu seorang tokoh. Demi Allah, di belakangnya ada kaumnya. Jika dia mengikutimu, maka tidak seorang pun dari mereka yang akan menentangmu.” Mush’ab berkata kepada Sa’ad, “Lebih baik anda duduk dan dengarkan. Jika anda suka dan menginginkannya maka anda bisa menerimanya. Namun, jika anda membencinya, kami akan menjauhkan dari anda segala hal yang anda benci.” Sa’ad berkata, “Boleh juga, aku terima.” Tombak pendek di tangannya ditancapkan di tanah, lalu ia duduk. Lalu Mush’ab menyampaikan Islam dan membacakan al-Quran kepadanya. Keduanya bergumam, “Demi Allah, kami melihat Islam di wajahnya sebelum dia berbicara untuk menerimanya dengan suka cita.” Sa’ad bertanya kepada keduanya, “Apa istanaparamuf akkirsiy asi.blogspot.com/2013/01/melejitkan-ikon-intelektual-kritis-dan.html

5/7


yang kalian lakukan ketika kalian memeluk Islam dan masuk agama ini?” Keduanya menjawab, “Mandi dan sucikan diri dan pakainmu, kemudian bacalah syahadat dan shalat dua rakaat.” Sa’ad berdiri, lalu mandi dan menyucikan pakaiannya, kemudian membaca syahadat dan shalat dua rakaat. Setelah itu ia mencabut tombak pendeknya, dan segera menghampiri kaumnya. Dia berjalan dengan tegap disertai oleh saudara sepupunya, Usaid bin Hudhair. Ketika kaumnya melihat dia, mereka berkata, “Kami bersumpah dengan nama Allah, sungguh Sa’ad telah kembali kepada kalian bukan dengan wajah seperti waktu dia pergi dari kalian!” Tatkala Sa’ad berdiri menghadap kaumnya, dia berkata, “Wahai Bani ‘Abdul Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang kedudukanku di tengah-tengah kalian?” Mereka menjawab serentak, “Engkau adalah pemimpin kami dan yang paling cerdas di antara kami serta memiliki pribadi paling baik”. Sa’ad kembali berkata, “Sesungguhnya ucapan kaum laki-laki dan wanita kalian kapadaku adalah haram, hingga kalian semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Tidak berapa lama, keduanya (Usaid bin Hudhair dan Sa’ad bin Muadz) berkata, “Demi Allah, tidak akan ada seorang laki-laki maupun wanita, saat sore hari di pemukiman Bani ‘Abdul Asyhal, kecuali dia akan jadi muslim dan muslimah.” Setelah itu, Mush’ab kembali ke rumah As’ad bin Zurarah dan tinggal bersamanya. Dia tidak pernah berhenti mengajak orang-orang kepada Islam, sehingga tidak satu pun rumah kaum Anshar kecuali di dalamnya dihuni laki-laki dan wanita-wanita Muslim. Mush’ab tinggal di Madinah selama setahun. Dia hidup di tengah-tengah Bani Aus dan Khazraj. Setiap waktu beliau mengajari mereka agama Islam; menyaksikan perkembangan penolong-penolong agama Allah dan kalimat kebenaran yang tumbuh dengan pesat. Dia tidak bosan mengetuk pintu masyarakat agar dapat berhubungan dengan mereka dan menyampaikan dakwah Allah kepada mereka. Dengan demikian, dalam waktu satu tahun, Mush’ab berhasil membalikkan pemikiran di Madinah dari penyembahan berhala yang hina dan berbagai perasaan yang keliru menjadi wacana tauhid dan keimanan, serta perasaan Islami (Kitab Ad-Daulah). Khatimah Mengaruskan perubahan memang tidak bisa sendiri atau gerak individu. Rasulullaah saw pun ketika menegakkan Daulah Khilafah Islamiyyah diawali dengan membentuk pergerakan bersama para shahabat untuk menentang segala kekufuran di kalangan kaum kafir Quraisy dan kabilah-kabilah di jazirah Arab. Demikian pula di masa kini, mahasiswa harus tergabung dalam tim yang solid untuk memulai perubahan yang dicita-citakan. Dan bercermin dari sejumlah kisah di atas, maka jelas bahwa perubahan hakiki hanyalah dengan syariat Islam. Karena itu, mahasiswa harus berkiprah dan berkontribusi untuk tegaknya syariah Islam dalam naungan Khilafah. Jika penerapan syariah Islam dalam Khilafah tidak dijadikan sebagai jalan dan target perubahan, maka mereka akan merasa lelah dan sia-sia karena perubahan hakiki tidak akan pernah terwujud. Allah Swt pun telah menyambut kiprah ini dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195: “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain...” Wallaahu a’lam bish showab []. Posted 11 minutes ago by Nindira Aryudhani Labels: taqwa, intelektual, Khilafah Islamiyyah, sidang umum, aqidah Islam, Islam, keluarga mahasiswa, politis, agent of change, tawuran mahasiswa, kritis, iman, mahasiswa, ikon, ilmu 0

Add a comment

istanaparamuf akkirsiy asi.blogspot.com/2013/01/melejitkan-ikon-intelektual-kritis-dan.html


istanaparamuf akkirsiy asi.blogspot.com/2013/01/melejitkan-ikon-intelektual-kritis-dan.html

7/7


23rd April 2012

Kongruensi “Cahaya” dalam Kiprah Perempuan PascaHari Kartini 2012

“Habis Gelap Terbitlah Terang”, Benarkah? Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun kaum perempuan di negerinya sudah terbatabata membaca cita-citanya. Ya, RA Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa yang juga dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Indonesia. RA Kartini dilahirkan di Jepara, Jawa Tengah, tanggal 21 April 1879 dan meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 (tok opupuk online, 10/04/2012). Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964, tanggal 02 Mei 1964, yang menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahirnya, 21 April, diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini (tok opupuk online, 10/04/2012). Kartini sudah identik dengan apa yang tersirat dalam kumpulan suratnya; “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT”, yang terlanjur diartikan oleh Armijn Pane sebagai, “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Sedangkan Prof. Dr. Haryati Soebadio, Dirjen Kebudayaan Depdikbud, yang notabene cucu RA Kartini mengartikannya sebagai “Dari Gelap Menuju Cahaya”, yang jika dilihat dalam Al Qur’an akan tertulis sebagai, “Minadzhdzhulumati ilaan Nuur”. Ini merupakan inti ajaran Islam yg membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya (iman), sebagaimana terjemahan ayat dalam QS Al-Baqarah ayat 257 (Biografi Tok oh Muslim: RA Kartini, 20/04/2012). Sayang itu semua sudah mengalami banyak deviasi sejak diluncurkan dahulu, setelah berlalu tiga generasi konsep Kartini tentang emansipasi semakin hari semakin hari jauh meninggalkan makna pencetusnya. Sekarang dgn mengatasnamakan Kartini para feminis justru berjalan dibawah bayang-bayang alam pemikiran Barat, suatu hal yang sejatinya ditentang oleh Kartini (Biografi Tok oh Muslim: RA Kartini, 20/04/2012). Pemikiran RA Kartini Kartini ada dalam proses kegelapan menuju cahaya, tapi cahaya itu belum sempurna menyinari karena terhalang oleh usaha westernisasi. Kartini yang dikungkung oleh adat dan dituntun oleh Barat telah mencoba meretas jalan menuju ke tempat yang terang. Hal ini tercetus dalam suratnya kepada sahabat penanya yang seorang Belanda, Stella (tertanggal 18 Agustus 1899): “Sesungguhnya adat sopan santun k ami orang Jawa amatlah rumit. Adik k u harus merangk ak , bila hendak berlalu dihadapank u. Kalau adik k u duduk di k ursi, saat ak u lalu, haruslah ia turun duduk di tanah dengan menunduk k an k epala sampai ak u tak terlihat lagi. Merek a hanya boleh menegurk u dengan bahasa k romo inggil. Tiap k alimat haruslah diak hiri dgn ‘sembah’. Berdiri bulu k uduk , bila k ita berada dalam lingk ungan k eluarga Bumiputera yang ningrat. Bercak ap-cak ap dengan orang lain yang lebih tinggi derajatnya haruslah perlahan-lahan, jalannya langk ah-langk ah pendek -pendek , gerak annya lambat-lambat seperti siput. Bila berjalan cepat dicaci orang, disebut sebagai k uda liar. Peduli apa ak u dengan segala tata cara itu. Segala peraturan itu buatan manusia dan menyik sa dirik u saja. Kamu tidak dapat membayangk an bagaimana rumitnya etik et k eningratan di dunia Jawa itu. Tapi sek arang mulai dengan ak u, antara k ami (Kartini, Roek mini dan Kardinah) tidak ada tatacara itu lagi. Perasaan k ami sendirilah yang ak an menunjuk k an atau menentuk an sampai batas mana cara Liberal itu boleh dijalank an. Bagi saya hanya ada dua macam k eningratan, k eningratan pik iran (fik roh), dan k eningratan budi (ak hlaq). Tidak ada manusia yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat org membanggak an asal k eturunannya. Apak ah berarti sudah beramal sholeh orang yang bergelar macam Graaf atau Baron? Tidak lah dapat dimengerti oleh pik irank u yg picik ini.” Ironisnya, tidak banyak yang tahu bahwa pemikiran Kartini yang cerdas itu telah dimanfaatkan oleh sejumlah pihak dari bangsa kolonial atas nama sejumlah kepentingan untuk menghancurkan kaum muslimin di Jawa. Sebutlah diantaranya Mr. J.H Abendanon dan Stella. Mr. J.H Abendanon datang ke Hindia Belanda tahun 1900. Ia diutus oleh pemerintah Belanda untuk melaksanakan politik Ethis, sebagai Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan. Abendanon adalah teman sehaluan politik Snouck Hurgronje. Snouck sendiri memiliki konsepsi politik asosiasi. Yaitu tentang cara paling ampuh untuk memasukkan peradaban Barat dalam masyarakat pribumi untuk membendung dan mengatasi Islam di Hindia Belanda. Yang mana politik ini tidak mungkin mempengaruhi rakyat sebelum kaum ningratnya dibaratkan akan semakin mudah membaratkan rakyat Bumiputera. Untuk itu maka langkah pertama yang harus istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/kongruensi-cahaya-dalam-kiprah.html

1/4


diambil adalah mencari orang-orang ningrat yang Islamnya tidak teguh lalu dibaratkan. Dan pilihan pertama adalah Kartini. Selanjutnya, Stella (lengkapnya Estalle Zeehandelaar). Sewaktu dalam masa pingitan (+ 4 tahun) Kartini banyak membaca untuk menghabiskan waktunya. Tetapi Kartini tidak puas mengikuti perkembangan pergerakan wanita di Eropa hanya melalui majalah dan buku-buku. Karena ingin mengetahui keadaan sesungguhnya, maka Kartini memasang iklan di sebuah majalah negeri Belanda, yaitu Hollandsche Lelie. Dengan segera iklan itu disambut oleh Stella, perempuan Yahudi anggota pergerakan Feminis di Belanda (Biografi Tok oh Muslim: RA Kartini, 20/04/2012). RA Kartini dan Islam Jika banyak yang telah mengungkap dan mengetahui bahwa Kartini memiliki sejumlah sahabat pena berkebangsaan Belanda, maka nyatanya banyak yang belum pernah mengetahui pertemuan Kartini dengan Kyai Sholeh bin Umar dari Darat, Semarang (lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat). Adalah Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat, yang menuliskan kisah ini. Takdir mempertemukan Kartini dengan Kyai Sholel Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga paman Kartini. Kyai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah. Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu. Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. Berikut dialog Kartini dengan Kyai Sholeh. “Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog. Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. "Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?" Kyai Sholeh balik bertanya. “Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Al-Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini. Kyai Sholeh tertegun. Beliau seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan, “Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?” Kyai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali ‘subhanallah’. Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa, hingga 13 juz yang kemudian diberikan sebagai hadiah pernikahan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia. Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Barat (baca: Eropa) berubah. Perhatikan surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny. Abendanon: “Sudah lewat masanya, semula k ami mengira masyarak at Eropa itu benar-benar yang terbaik , tiada tara. Maafk an k ami. Apak ah ibu menganggap masyarak at Eropa itu sempurna? Dapatk ah ibu menyangk al bahwa di balik yang indah dalam masyarak at ibu terdapat banyak hal yang sama sek ali tidak patut disebut peradaban. Tidak sek ali-k ali k ami hendak menjadik an murid-murid k ami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa k ebarat-baratan.” Juga dalam suratnya kepada Ny. Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini menulis, “Saya bertek ad dan berupaya memperbaik i citra Islam, yang selama ini k erap menjadi sasaran fitnah. Semoga k ami mendapat rahmat, dapat bek erja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disuk ai.” Lalu dalam surat ke Ny. Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; "Ingin benar saya menggunak an gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah.” (republik aonline, 21/04/2012). Potret “Kartini” Masa Kini Berontaknya pemikiran Kartini dalam menyikapi penindasan kolonialisme yang terjadi di hadapannya sejak akhir abad ke-19, membuktikan bahwa ia seorang perempuan pemikir. Ia seorang perempuan yang seringkali dikatakan istimewa. Karena pada masanya, Kartini mampu melakukan proses berpikir dan memikirkan umat seperti ini. Bahkan ia telah sampai pada kesimpulan dengan menyatakan bahwa gelar tertinggi bagi seorang manusia adalah sebagai hamba Allah. Di masa kini, Kartini memiliki kongruensi dengan simbol intelektualitas dan emansipasi perempuan. Memang benar bahwa abad milenium ini adalah abad modern di mana perempuan berpendidikan tinggi bukan istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/kongruensi-cahaya-dalam-kiprah.html

2/4


sesuatu yang langka. Bahkan bukan rahasia lagi jika kapasitas berpikir para perempuan telah diperhitungkan dalam peradaban dunia, termasuk Indonesia. Hal ini senada dengan pernyataan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, yang menyatakan bahwa tidak ada yang dapat menyangkal bahwa kemajuan suatu bangsa dan negara sangat ditentukan pendidikan, karena pendidikan merupakan pilar moral dan peradaban bangsa (antaranews.com, 19/03/2012). Akan tetapi, bagaimana kesesuaian fakta saat ini dengan harapan Kartini? Maka, bangsa ini tidak boleh pura-pura lupa bahwa kehidupan kapitalistik telah merancukan pemikiran perempuan, bahwa untuk mendapatkan hak-haknya, perempuan harus banyak uang, cantik dan pintar. Jika mereka ingin setara dengan laki-laki, mereka harus banyak berkiprah di ranah publik. Terkait dengan kesetaraan semacam ini, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Any Rahmawati menyatakan hal yang menarik, “Jangan pernah merasa tidak setara dengan laki-laki. Jangan pernah merasa demikian.” Wamenkeu juga menegaskan, “Perempuan harus yakin bahwa mereka lebih tahu dari pria dalam arti atau hal tertentu. Paling tidak, bagaimana perempuan berbicara, berjalan, menatap, bahasa tubuh. Tetapi itu hanya bisa diperoleh saat perempuan mempunyai kapasitas, pengetahuan, dan punya data yang cukup untuk menyampaikan sesuatu hal.” (tribunnews.com, 21/04/2012). Tidak perlu dipungkiri, perempuan saat ini telah menjadikan ide-ide kapitalis sebagai pijakan. Mereka menyatakan bahwa persoalan perempuan akan terselesaikan dengan membebaskan perempuan berkiprah di mana pun, terutama dalam ranah publik. Dengan itu suara dan partisipasinya diperhitungkan, baik dalam keluarganya maupun masyarakat. Standar berpikir ‘modern’ tentang kiprah di ranah publik semacam ini, menjadikan peran sejati perempuan mudah dikaburkan, disesatkan, dikacaukan bahkan dilenyapkan. Perempuan tak lagi menjadi istri mulia, ibu tangguh, perempuan pejuang. Kehidupan perempuan kembali menjadi hina karena sistem yang digunakan bukan sistem Islam, yang punya cara pandang berbeda 180 derajat dengan cara pandang Islam terhadap perempuan. Alih-alih mampu mengangkat nasib perempuan, gagasan pemberdayaan politik perempuan dalam perspektif demokrasi-kapitalisme ini justru menjadi racun yang kian mengukuhkan kegagalan menyelesaikan persoalan-persoalan perempuan. Akibatnya, ide-ide kapitalis-sekular sukses menjerumuskan perempuan ke dalam jurang kejahiliahan dan kegelapan. Kegelapan ini tidak akan pernah beranjak dari umat secara keseluruhan selama umat Islam mencampakkan aturan-aturan dari Allah Swt dan Rasul-Nya. Jika demikian, maka ada di sebelah mana letak cahaya sebagai hamba Allah seperti cita-cita Kartini? Khatimah Secara imani dan realistik, penyelesaian mendasar dari semua persoalan yang kita hadapi sekarang ini hanyalah dengan mencampakkan sistem yang rusak dan kembali ke sistem yang mampu memberi jaminan penyelesaian secara tuntas dan adil, yakni sistem yang berasal dari Zat Yang Mahasempurna dan Mahaadil. Itulah sistem Islam yang kemampuannya telah teruji selama berabad-abad membawa umat ini pada kemuliaan dan martabatnya yang hakiki sebagai k hayru ummah. Sistem Islam mampu menjadi motor peradaban dan membawa rahmat bagi manusia secara keseluruhan. Allah Swt telah mengingatkan kita dalam firman-Nya: “Huk um Jahiliahk ah yang merek a k ehendak i? Huk um siapak ah yang lebih baik daripada huk um Allah bagi orang-orang yang yak in?” (QS al-Maidah [5]: 50). Dengan demikian, kita wajib memberikan perhatian yang besar terhadap terlaksananya tugas utama perempuan sebagai ummun wa robbatul bayt. Sebab, terlaksananya tugas utama ini sangat menentukan kebahagiaan keluarga dan kualitas generasi yang dihasilkan. Para perempuan Muslimah yang berkiprah untuk perubahan dengan tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam Khilafah sebagai jalan dan target perubahan, maka mereka akan merasa lelah dan sia-sia karena perubahan hakiki tidak akan pernah terwujud. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah k eadaan suatu k aum sehingga merek a mengubah k eadaan yang ada pada diri merek a sendiri. Dan apabila Allah menghendak i k eburuk an terhadap sesuatu k aum, mak a tak ada yang dapat menolak nya dan sek ali-k ali tak ada pelindung bagi merek a selain Dia.” Kiprah perempuan Muslimah dalam upaya penegakan Khilafah ini telah disambut oleh Allah Swt dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195: “Sesungguhnya Ak u tidak menyia-nyiak an amal orangorang yang beramal di antara k amu, baik lak i-lak i atau perempuan, (k arena) sebagian k amu adalah turunan dari sebagian yang lain...” Dengan demikian, umat, khususnya perempuan, harus dipersiapkan, pada komunitas dan level manapun untuk mendukung perjuangan penegakan Khilafah. Maka, siapa saja yang meyakini dan mempunyai kemampuan untuk dalam perjuangan penegakan Khilafah, bersegeralah, karena segala kemampuan itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/kongruensi-cahaya-dalam-kiprah.html

3/4


Wallaahu a’lam bish showab [].

Posted 23rd April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: milenium, dari gelap menuju cahay, jepara, syariah, habis gelap terbitlah terang, intelektual, jawa, Khilafah, kartini Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/kongruensi-cahaya-dalam-kiprah.html

4/4


13th June 2012

Khilafah, Model Terbaik Negara yang Menyejahterakan (Telaah Singkat Aspek Politik Ekonomi Pertanian Indonesia)

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam melimpah, tanah yang subur, hutan yang luas dan hasil laut tiada banding. Sementara di dalam perut buminya terkandung barang tambang, minyak dan gas alam dalam jumlah besar. Namun menjadi sebuah ironi jika melihat keadaan penduduknya yang semakin miskin. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang. Menurut laporan Asia Development Bank (ADB) 25/08/2011, kemiskinan di Indonesia bertambah dibandingkan lima tahun lalu. Kegagalan Indonesia menyejahterakan penduduknya adalah karena memilih sistem ekonomi kapitalisme, sebuah sistem yang telah usang dan gagal menyejahterakan penduduk dunia, sekalipun di pusat kapitalisme sendiri, Amerika Serikat. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).�(TQS al-Rum [30]: 41). Dalam konsep politik ekonomi dan kesejahteraan sebuah negara, pertanian dipandang sebagai salah satu sumber ekonomi primer, disamping perindustrian, perdagangan dan tenaga manusia (jasa). Sebagai negara agraris, pertanian merupakan salah satu potensi sumber daya Indonesia. Asas pertanian adalah tanah. Sebab, jika tanah tidak ada, maka tenaga manusia, skill dan alat secara mutlak tidak akan mampu menghasilkan produksi pertanian; sedangkan tanah dalam kondisi apapun tetap berproduksi. Maka jelas, metode penguasaan (kepemilikan) dan pengelolaan tanah akan menentukan arah produksinya. Untuk itu, tanah harus memiliki hukum tersendiri yang berbeda dengan harta benda lain, yaitu hukum yang menilai tujuan keberadaan tanah telah tercapai jika terdapat produksi. Artinya, kepemilikan tetap ada jika produksi ada, dan hak kepemilikan akan hilang jika produksi tidak terealisasi. Hal ini terlepas apakah tanah itu luas atau sempit, dan apakah kepemilikan tanah di antara manusia itu sama atau berbeda. Pada dasarnya, politik pertanian dijalankan untuk meningkatkan produksi pertanian. Untuk itu, dapat dilakukan dua langkah: pertama, intensifikasi, yaitu melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produksi tanah. Negara pun memberikan modal bagi petani yang tidak mampu sebagai hibah, bukan kredit, apalagi utang. Kedua, ekstensifikasi, dengan menambah luas area lahan yang akan ditanami. Yaitu dengan cara menghidupkan tanah mati dan memagarinya, memberikan tanah secara gratis kepada rakyat yang mampu bertani namun tidak memiliki tanah, rakyat yang memiliki area tanah yang sempit, dan termasuk tanah yang di bawah kekuasaannya. Negara pun harus berlaku tegas dengan mengambil tanah dari rakyat yang telah menelantarkan tanahnya selama tiga tahun berturut-turut. Pertanian hanyalah salah satu aspek ekonomi, tidak dapat berdiri sendiri. Dalam meraih tujuan ekonomi, yaitu meningkatkan kemajuan materi, pertanian harus terkait dengan industri (industri penghasil mesin). Melakukan revolusi pertanian dan revolusi industri secara bersamaan dengan tetap menjadikan industri sebagai ujung tombak kemajuan, akan tercapai jika terdapat hal yang saling berdekatan antara revolusi pertanian dan revolusi industri. Untuk itu, tidaklah boleh melakukan revolusi pertanian, memberikan tenaga dan membelanjakan harta, kecuali yang akan meningkatkan produksi kekayaan pertanian yang telah ada. Harta negara pada kondisi seperti itu lebih diperlukan untuk revolusi industri. Negara tidak selayaknya menginstruksikan pajak untuk membangun infrastruktur yang tidak terlalu diperlukan. Tidak selayaknya pula negara berutang, meski kepada rakyatnya sendiri untuk melaksanakan pembangunan di dalam negeri. Negara juga tidak perlu berutang kepada negara-negara kafir penjajah seperti yang dilakukan oleh rezim sekarang. Bahkan, dalam keadaan apa pun, utang luar negeri mutlak tidak boleh dilakukan. Sebab, utang seperti itu selalu terkait dengan riba dan syarat-syarat tertentu. Riba jelas diharamkan, baik dari dan oleh seseorang maupun negara. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/khilafah-model-terbaik-negara-yang.html

1/2


Dengan demikian, pertanian Indonesia dapat berkontribusi besar bagi kemakmuran negara dan rakyatnya. Bertolak dari itu semua, Hizbut Tahrir Indonesia kembali mengajak seluruh kaum Muslimin untuk berjuang menegakkan Daulah Khilafah. Khilafah, sebagai model terbaik negara yang menyejahterakan (a greatest model for prosperous state), memiliki mekanisme pengaturan berekonomi berdasarkan prinsip hukum Islam yang terbukti dalam kurun 13 abad mampu mewujudkan kesejahteraan secara material. Hanya dengan tegaknya Khilafah, sistem kapitalisme-liberalisme dan demokrasi bisa dicampakkan. Kesejahteraan hidup di bawah naungan Khilafah di akhir zaman diberitakan Rasulullaah saw: “Akan ada pada akhir umatku seorang khalifah yang memberikan harta secara berlimpah dan tidak terhitung banyaknya.� (HR Muslim). Aamiin. Wallaahu a’lam bish showab []. Posted 13th June 2012 by Nindira Aryudhani Labels: intensifikasi, pertanian, ekstensifikasi, kesejahteraan, demokrasi, sistem ekonomi islam, industri, Khilafah, kemiskinan 0

Add a comment

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account Publikasikan

Pratinjau

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/khilafah-model-terbaik-negara-yang.html

2/2


7th April 2012

Dr. Nazreen Nawaz: Khilafah Menuntaskan Persoalan Perempuan

Sabtu, 10 Maret 2012, berbarengan dengan peringatan International Women’s Day, sebuah International Womens Conference (IWC) yang digagas oleh Hizbut Tahrir berlangsung di Hotel Le Palace, Complexe Cap Gammarth - La Marsa Les Cotes de Carthage, Gammareth Tunis di Tunisia. Tema yang diusung dalam konferensi ini adalah: “Khilafah: Sebuah Model Cemerlang bagi Hak-Hak dan Peran Politik Perempuan.� Untuk mengetahui latar belakang, tujuan dan target khusus, serta kondisi umum penyelenggaraan konferensi tersebut, Redaksi mewawancarai Representasi Media Pusat Hizbut Tahrir, Dr. Nazreen Nawaz, langsung dari Tunisia. Berikut petikan wawancaranya.

Apa latar belakang penyelenggaraan Konferensi Perempuan Internasional oleh Hizbut Tahrir? Tidak lain untuk memperlihatkan pandangan rinci tentang apa sebenarnya Khilafah dalam konsep Islam dan hukum yang mengatur tentang status, hak-hak dan kehidupan perempuan, serta untuk memperlihatkan dukungan perempuan yang terus meningkat terhadap pemerintahan Islam di dunia. Selama puluhan tahun, kaum perempuan di seluruh negeri Muslim mengalami kemiskinan, eksploitasi, tekanan politik, ketidakadilan dan pelecehan di bawah pemerintahan buatan manusia—monarki, teokrasi, sistem adat, demokrasi sekular, dan kediktatoran. Semua sistem tersebut gagal melindungi kemuliaan dan hak-hak perempuan. Sebagian dari penguasa dan sistem tersebut telah merampas hak politik, ekonomi, pendidikan dan hukum bagi perempuan. Namun sekarang, dengan kebangkitan yang menyebar ke seluruh Arab dan negeri-negeri Muslim, ada kesempatan bersejarah untuk membawa perubahan nyata bagi perempuan di wilayah tersebut. Bagaimanapun, perubahan yang sesungguhnya itu tidak bisa diwujudkan melalui reformasi parsial, atau dengan menambah kuota perempuan di parlemen dan pemerintahan, atau dengan menjamin hak perempuan yang diabadikan di dalam konstitusi baru. Sebagian besar negeri-negeri Muslim di dunia seperti Pakistan, Sudan dan Afganistan yang memiliki kuota perempuan lebih tinggi di parlemen dan pemerintahan daripada negara Barat, ternyata tidak meningkatkan standar hidup perempuan di masyarakat. Banyak juga negari-negeri Muslim yang menandatangani perjanjian internasioal perempuan, seperti CEDAW, dengan memasukkan hak-hak perempuan dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan dan hukum ke dalam undang-undang. Namun, hak-hak ini berperan kecil di bawah sistem politik yang bermain untuk kepentingan elit atas rakyat kecil dan di bawah disfungsi ekonomi yang mengkonsentrasikan kekayaan negara di tangan segelintir orang dan memiskinkan sebagian besar rakyat. Membawa perubahan nyata untuk perempuan di negeri-negeri Muslim membutuhkan pandangan politik baru yang radikal. Kami, Muslimah Hizbut Tahrir, yakin bahwa hanya Khilafah yang menawarkan ini. Khilafah adalah negara yang ditegakkan atas hukum-hukum Allah SWT, Zat Yang mengetahui yang terbaik tentang bagaimana mengurus urusan umat. Sistem Khilafah adalah satu-satunya yang mampu menangani dengan kredibel dan memberikan solusi praktis untuk berbagai masalah politik, ekonomi dan sosial yang saat ini menimpa perempuan di seluruh negeri-negeri Muslim dan di seluruh dunia. Konferensi ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana hukum dan kebijakan Khilafah tidak hanya mewakili orang-orang yang memegang keyakinan Islam di negeri-negeri Muslim, tetapi juga bagaimana Khilafah memiliki potensi untuk menciptakan kemajuan yang sesungguhnya untuk kehidupan perempuan. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/dr-nazreen-nawaz-khilafah-menuntaskan.html

1/5


Konferensi ini diselenggarakan bersamaan dengan Hari Perempuan. Bagaimana Hizbut Tahrir memandang perayaan Hari Perempuan setiap tahunnya? Hari perempuan sedunia telah berlangsung selama 100 tahun di dunia Barat sebagai hari untuk memperingati penindasan, ketidakadilan dan minimnya hak-hak perempuan yang dialami oleh perempuan di seluruh dunia; juga untuk merayakan perjuangan dan kemajuan yang telah dilakukan untuk menjaga hak-hak perempuan. Kemunculan pergerakan ini di Barat adalah akibat langsung dari kegagalan sistem sekular untuk menjamin hak-hak dasar warga negara untuk perempuan. Perjuangan perempuan seperti ini adalah hal yang asing bagi Islam, karena sistem Islam telah menjaga hak-hak perumpuan di bidang politik, ekonomi dan pendidikan pada 1400 tahun yang lalu. Selain itu, perayaan hari perempuan sedunia sering dilakukan di negeri-negeri Muslim untuk mengkampanyekan nilai-nilai sekular-liberal sebagai alat untuk meliberalkan perempuan Muslim. Ide-ide ini mendukung hasrat dan pikiran manusia sebagai dasar perbuatan daripada mengacu pada perintah Allah SWT. Jadi, Islam dan Hizbut Tahrir memandang, perayaan hari perempuan ini berakar dari sejarah dan budaya sekular Barat dan mengkampenyekan nilai-nilai yang bertentangan dengan keyakinan Islam. Daripada hanya sekadar perayaan, Hari Perempuan Sedunia seharusnya mengalihkan perhatian dunia pada tidak kredibelnya demokrasi sekular dalam menjaga kemuliaan dan hak dasar perempuan. Tingkat epidemik perkosaan, penyiksaan, kekerasan, pelecehan seksual dan diskriminasi di ruang publik dihadapi oleh perempuan di Barat dan Timur di bawah demokrasi sekular selama 100 tahun terakhir. Di Inggris, perempuan memanggil polisi setiap menit karena masalah kekerasan dalam rumah tangga. Di Amerika tiga perempuan meninggal setiap harinya, dibunuh oleh suami atau pasangannya. Selain itu adalah kemiskinan, buta huruf dan kurangnya akses terhadap kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan yang mewabah dalam kehidupan perempuan di seluruh negara-negara demokrasi sekular seperti Banglades, Pakistan, India, Brazil, Indonesia dan lain-lain. Jadi, sistem sekular, liberal dan demokrasi tidak akan pernah bisa menjadi model untuk menjaga masa depan perempuan menjadi lebih baik di negeri-negeri Muslim. Sebagian orang mungkin takut akan apa yang akan dibawa oleh sistem politik Negara Islam untuk kehidupan perempuan di dunia. Namun, hal yang pantas untuk ditakutkan adalah kelanjutan status quo atau pergantian rezim yang jatuh dengan sistem percobaan dan gagal, yang terkenal dengan penindasan dan keterpurukan perempuan. Seratus tahun sudah lebih dari cukup bagi sistem demokrasi sekular untuk membuktikan kegagalannya dalam menjaga kesejahteraan bagi perempuan. Sistem ini harus diubah. Sekarang adalah waktu untuk menggantinya dengan model baru untuk pembebasan perempuan, yaitu sistem Khilafah. Hak-hak dan kehormatan yang diperjuangkan oleh bawah perempuan di Eropa dan Barat selama puluhan tahun justru telah diberikan kepada perempuan di pemerintahan Khilafah pada 1400 tahun yang lalu. Khilafah adalah sistem yang menjamin hak penuh perempuan dalam hal pendidikan, ekonomi, hukum dan politik. Khilafah juga melalui nilai-nilai dan hukumnya, menempatkan penekanan kesetaraan pada pentingnya menjaga kehormatan perempuan di mata laki-laki, yang menjadi penghalang utama terjadinya pelecehan, kekerasan, eksploitasi dan perampasan hak-hak. Khilafah adalah negara yang akan merombak budaya penindasan di Barat dan negara-negara non-Islam di Timur, mengubah mimpi yang ingin dicapai banyak perempuan menjadi kenyataan.

Adakah target khusus yang ingin dicapai dengan penyelenggaran konferensi ini di Tunisia?

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/dr-nazreen-nawaz-khilafah-menuntaskan.html

2/5


Tunisia adalah benteng sekularisme di negeri Muslim yang dipuji oleh banyak pemerintah negara Barat, politisi dan lembaga sebagai model bagi hak perempuan.

Pasalnya, liberalisasi dan

westernisasi keluarga serta hukum sosial tercantum dalam Kitab Status Pribadi (Personal Status Code). Kitab undang-undang ini melegalkan aborsi, melarang poligami, hak-hak pernikahan dan tanggung jawab berkaitan dengan perceraian, penjagaan dan pengasuhan anak berdasarkan konsep kesetaraan gender ala Barat yang cacat—seluruhnya bertentangan dengan Islam. Bagaimanapun, perempuan di Tunisia secara brutal ditindas oleh diktator sekular Zine El Abidine Ben Ali. Jurnalis perempuan, aktivis hak asasi, pengacara, mahasiswa dan siapa pun yang menyerukan aturan Islam dikejar-kejar, ditangkap, difitnah, dipenjara dan disiksa oleh pendukung rezim sekular di negara sekular ini selama bertahun-tahun. Perempuan juga dilarang memenuhi kewajibannya dalam menutup aurat. Siapa pun yang yang memakai pakaian Muslim dikeluarkan dari sekolah dan universitas, ditolak di tempat kerja dan dilecehkan oleh polisi di jalan yang memaksa mereka untuk melepas hijabnya. Selain itu, sifat otokratik sistem politiknya dan sifat sistem ekonomi kapitalis yang cacat menyebabkan banyak orang menjadi pengangguran yang berarti hak perempuan memiliki suara politik dan hak ekonomi hanya menjadi kata-kata kosong di atas kertas. Fakta penyelenggaraan konferensi ini di Tunisia memiliki signifikansi khusus, karena Muslimah Hizbut Tahrir telah menyampaikan seruan secara tegas dan jelas bahwa hak-hak perempuan yang berserakan di konstitusi sekular tidak dapat diterima lagi. Kami bertujuan memperlihatkan bahwa sistem pemerintahan Islam melalui Khilafah memiliki suara

politik,

ekonomi,

sistem hukum,

berdasarkan akuntabilitas prinsip-prinsip Islam, aturan hukum, penguasa yang dipilih, hukum dan media

yang independen,

dan distribusi kekayaan yang adil bagi semua

orang yang bisa

membebaskan perempuan di negeri-negeri Muslim dan membawa makna sesungguhnya bagi hak-hak perempuan. Di samping itu, konferensi ini akan memperlihatkan sifat hukum Islam yang mencerahkan keluarga dan masyarakat, yang menciptakan keluarga harmonis dan kuat dibandingkan dengan nilainilai barat yang merugikan seperti kebebasan liberal dan kesetaraan gender yang menyerukan agar laki-laki dan perempuan mengejar hasrat egois mereka dengan mengorbankan apa yang terbaik untuk anak-anak, pernikahan, atau kehidupan keluarga.

Konferensi ini mengundang tokoh-tokoh perempuan terutama para pembuat opini di berbagai belahan dunia dengan berbagai latar belakang. Apa hasil dan kesimpulan dari konferensi ini? Berkumpulnya para perempuan pembuat opini ini dari seluruh dunia yang berasal dari berbagai latar belakang merupakan hal yang sangat penting. Sebagai contoh, perempuan memiliki tanggung jawab besar untuk menggunakan pengaruh posisi mereka. Allah telah menganugerahkan pada diri dan masyarakat mereka untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi negeri-negeri Muslim. Di sini disajikan strategi rinci bagaimana Khilafah akan menjamin martabat dan hak-hak kaum perempuan dan bagaimana setiap bagian dari sistem Khilafah ini dibangun berdasarkan hukum Allah SWT serta kewajiban untuk melaksanakan hukum-hukum tersebut. Dengan itu kami berharap para pembuat opini ini insya Allah akan menyebarkan pesan konferensi kepada semua orang yang berinteraksi dengan mereka. Syarat pertama yang dibutuhkan untuk mewujudkan sebuah revolusi di masyarakat adalah membangun basis dukungan yang populer yang berasal dari orang-orang yang memiliki pengaruh dalam suatu negara seperti para jurnalis/wartawan, penulis, pemimpin komunitas, akademisi, serta perwakilan dari berbagai organisasi yang memiliki peran kuat untuk memainkan peran ini. Karena itu, kami berharap dan berdoa bahwa insya Allah hasil dari konferensi ini dapat membongkar kebohongan tentang penindasan perempuan di bawah sistem pemerintahan Islam. Kami pun berharap mereka istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/dr-nazreen-nawaz-khilafah-menuntaskan.html

3/5


yang hadir dalam konferensi ini akan menyebarkan pesan tentang bagaimana Negara Khilafah menawarkan sebuah model yang unik dalam mengamankan hak-hak kaum perempuan dan bahwa Khilafahlah satu-satunya sistem yang akan membawa perbaikan yang nyata bagi kaum perempuan di setiap wilayah. Kami juga berharap bahwa para delegasi yang hadir akan mengerti tentang cacat dan rusaknya sistem demokrasi sekular kapitalis yang telah menyebabkan kekacauan dan kemiskinan global/massal. Karena itu, kami menyeru masyarakat mereka untuk menolak sistem tersebut serta mempromosikan pesan ini di antara lembaga-lembaga, organisasi, dan jaringan-jaringan mereka tentang pentingnya mendirikan sistem yang mulia yaitu Khilafah di negeri-negeri Muslim yang akan menyebarkan fajar keadilan baru serta mengangkat martabat bagi anak-anak perempuan umat ini.

Apa saja pesan-pesan dalam konferensi yang ingin disampaikan kepada kaum perempuan di seluruh dunia? Kami bermaksud menyampaikan hasil konferensi ini kepada seluruh perempuan di seluruh penjuru dunia. Pertama: bahwa keseluruhan sistem pemerintahan yang ada saat ini, yang dibangun atas hukum buatan manusia telah gagal dalam mensejahterakan perempuan secara global. Ini meliputi upaya-upaya dan uji-uji yang dilakukan sistem demokrasi sekular kapitalis-liberalis, yang efeknya secara ekstrem telah merusak kesejahteraan perempuan, keluarga dan masyarakat di seluruh penjuru dunia. Ide-ide ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam, dan kaum perempuan harus menolaknya. Kedua: Hanya satu-satunya hukum buatan Allah SWT inilah, hukum Sang Pencipta, yang dapat membebaskan kaum perempuan serta menjamin martabat dan hak-hak yang mereka cari. Allah SWT tentu memiliki pengetahuan tertinggi tentang bagaimana mengatur hubungan antarmanusia untuk menjamin keadilan bagi semua, tercipta keselarasan dan kedamaian bagi masyarakat. Sistem ini adalah Khilafah yang ditetapkan oleh Allah SWT sebagai satu-satunya model pemerintahan yang diterima, yang dengannya negara menjalankan dan secara komprehensif melaksanakan hukumhukum syariah. Bentuk pemerintahan yang lain pasti menuju kegagalan. Ketiga: sesungguhnya asumsi tentang sistem pemerintahan Islam menganiaya perempuan adalah kebohongan terorganisasi yang dipropagandakan oleh pemerintahan Barat dan penguasa antekantek Barat untuk mempertahankan kepentingan mereka terhadap negeri-negeri Muslim dan mencegah kemunculan Negara Islam yang hakiki yang akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya, dari kepentingan asing atau penguasa-penguasa zalim. Keempat: keberadaan Khilafah adalah suatu kewajiban dalam Islam, dan seluruh perempuan Islam memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan tegaknya sistem ini di Dunia Islam dengan sungguhsungguh. Kelima: Khilafah Islamiyah menawarkan suatu sistem pemerintahan yang unik yang memungkinkan perempuan Muslim untuk memenuhi seluruh kewajiban syariah Islam, sebagaimana Khilafah juga memberikan solusi untuk menghadapi masalah politik, ekonomi, pendidikan, hukum dan persoalan sosial yang begitu menakutkan di tengah masyarakat saat ini. Khilafah akan memberikan bentuk yang benar bagaimana menjaga martabat dan hak-hak perempuan secara global. Inilah sistem yang menawarkan visi politik baru yang radikal bagi dunia Muslim (a radically new political vision) dan bisa membawa perubahan yang nyata dalam kehidupan bagi perempuan dan karenanya berhak mendapat dukungan mereka secara penuh. Terakhir: Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik Islam yang mempunyai visi yang sangat detil tentang bagaimana Khilafah akan bekerja serta telah merancang draft konstitusi/undang-undang istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/dr-nazreen-nawaz-khilafah-menuntaskan.html

4/5


yang siap diimplementasikan saat ini. Hizbut Tahrir juga memiliki konsep politik dan ekonomi yang mampu menyelesaikan kembali persoalan umat Muslim dunia secara baik, sebanding dengan strategi yang rinci untuk mengatasi ketidakadilan dan penganiayaan yang dihadapi kaum perempuan di kawasan. Kami menyeru seluruh perempuan untuk memberikan dukungan mereka kepada partai ini yang akan mengantarkan pada perubahan nyata dan tidak akan pernah mengkhianati tumpahan darah dan pengorbanan dari para martir dalam Kebangkitan Arab yang berjuang sangat keras untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi negeri mereka. [] sumber:

http://hizbut-tahrir.or.id/2012/04/06/dr-nazreen-nawaz-khilafah-

menuntaskan-peresoalan-perempuan/

Posted 7th April 2012 by Nindira Aryudhani 0

Add a comment

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account Publikasikan

Pratinjau

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/dr-nazreen-nawaz-khilafah-menuntaskan.html

5/5


Khilafah Menjamin Hak-hak Perempuan

7th April 2012

Umat Islam saat ini berada dalam kegelapan, tidak ubahnya seperti yang terjadi pada masa sebelum Islam datang ke dunia ini, hanya dalam bentuk yang agak berbeda. Kerusakan moral, tindakan kriminal, kemiskinan, anak-anak terlantar dan ditelantarkan, perceraian semakin sulit dibendung. Tidak berbeda dengan kondisi tersebut, kaum perempuan hari ini pun sangat memprihatinkan. Berbagai persoalan terus membelit kehidupan mereka. Kemiskinan, kekerasan, diskriminasi dan ketidakadilan seolah tak bisa lepas dari potret kehidupan mereka. Ini terjadi merata di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Kapitalisme Menghinakan Perempuan Perempuan saat ini menjadikan ide-ide kapitalis sebagai pijakan. Mereka menyatakan bahwa persoalan perempuan akan terselesaikan dengan membebaskan perempuan berkiprah dimana pun, terutama dalam ranah publik. Dengan itu suara dan partisipasinya diperhitungkan, baik dalam keluarganya

maupun

masyarakat.

Alih-alih

mampu mengangkat

nasib perempuan,

gagasan

pemberdayaan politik perempuan dalam perspektif demokrasi kapitalis ini justru menjadi racun yang kian mengukuhkan kegagalan menyelesaikan persoalan-persoalan perempuan. Sebaliknya, ide-ide kapitalis-sekular sukses menjerumuskan perempuan ke dalam jurang kejahiliahan dan kegelapan. Betapa tidak? Kondisi kaum perempuan saat ini tak ubahnya seperti perempuan-perempuan pada masa ketika sebelum Islam datang walau dalam penampakan yang tidak persis sama. Apakah kita masih tetap ingin berada dalam kegelapan dengan berharap pada sistem yang rusak ini? Sudah saatnya kita bergerak membangunkan umat dari keterlenaan. Kegelapan ini tidak akan pernah beranjak dari umat secara keseluruhan selama umat Islam mencampakkan aturan-aturan dari Allah dan Rasul-Nya. Kondisi umat akan mendapat kemuliaan dan meraih kemenangan sebagaimana yang pernah dirasakan oleh generasi kaum Muslim sebelumnya jika mereka menerapkan aturan Allah dan Rasul-Nya secara kaffah dalam naungan Daulah Khilafah. Allah SWT telah mengingatkan kita dalam firman-Nya:

َ ْ َ ‫ﱠ‬ َ ‫َن‬ ‫ُﻮ‬ ‫ِﻨ‬ ‫ُﻮﻗ‬ ‫ٍم ﯾ‬ ‫ْﻮ‬ ‫ِﻟﻘ‬ ‫ًﻤﺎ‬ ‫ْﻜ‬ ‫ُِﺣ‬ ‫َﻦ ا‬ ‫ِﻣ‬ ‫ُﻦ‬ ‫ﺴ‬ ‫ْﻦ أ‬ ‫َﻣ‬ ‫َنَو‬ ‫ُﻮ‬ ‫ْﻐ‬ ‫َﺒ‬ ‫ِﺔ ﯾ‬ ‫ﱠ‬ ‫ِﻠﯿ‬ ‫ِھ‬ ‫َﺠﺎ‬ ‫َﻢ اﻟ‬ ‫ْﻜ‬ ‫ُﺤ‬ ‫َﻓ‬ ‫أ‬ َ‫ْﺣ‬ Hukum Jahiliahkah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).

Oleh karena itu, secara imani dan realistik, penyelesaian mendasar dari semua persoalan yang kita hadapi sekarang ini hanyalah dengan mencampakkan sistem yang rusak dan kembali ke sistem yang mampu memberi jaminan penyelesaian secara tuntas dan adil, yakni sistem yang berasal dari Zat Yang Mahasempurna dan Mahaadil. Itulah sistem Islam yang kemampuannya telah teruji selama berabad-abad membawa umat ini pada kemuliaan dan martabatnya yang hakiki sebagai khayru ummah. Sistem Islam mampu menjadi motor peradaban dan membawa rahmat bagi manusia secara keseluruhan.

Syariah Menjamin Hak-hak dan Peran Perempuan Sistem Islam memiliki aturan komperehensif yang menjamin keadilan dan kesejahteraan bagi siapapun, termasuk perempuan. Hanya sistem Islam yang memberi solusi atas setiap persoalan kehidupan yang berangkat dari pandangan yang universal mengenai perempuan, yakni sebagai istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/khilafah-menjamin-hak-hak-perempuan.html

1/4


bagian dari masyarakat manusia, yang hidup berdampingan secara harmonis dan damai dengan lakilaki dalam kancah kehidupan ini. Syariah Islam sebagai aturan kehidupan dipastikan akan menjamin kebahagiaan manusia secara keseluruhan selama aturan ini tegak dan diterapkan secara kaffah. Aturan Islam pun dipastikan akan bersifat tetap sekalipun bentuk kehidupan masyarakat berubah, karena Islam datang dari Zat Yang Mahatahu dan Mahasempurna. Mahasuci Allah yang telah memberikan aturan Islam yang bersifat tetap dan sempurna, yakni aturan yang telah memuliakan kaum perempuan setelah sebelumnya mereka dihinakan dan direndahkan. Islam datang pada saat budaya masyarakat mensubordinasi perempuan. Pada saat itu perempuan tak lebih dari benda yang bisa dimiliki dan diwariskan, bahkan hanya dianggap sebagai pemuas nafsu laki-laki yang tak boleh berkeinginan. Yang lebih mengerikan, pada saat itu perempuan menjadi simbol kehinaan.

Kehadiran anak

perempuan dianggap

sebagai aib

luar biasa

besar dan

membunuhnya menjadi budaya yang diwajarkan. Jelas, sebuah revolusi besar ketika Islam justru datang dengan mengungkapkan bahwa perempuan dan laki-laki adalah manusia dengan segala potensi hidup dan akalnya. Sebagai manusia, perempuan juga mengemban tugas hidup yang sama sebagaimana laki-laki, yakni beribadah melakukan penghambaan kepada Allah sang Pencipta, sekaligus mengemban misi kekhalifahan di muka bumi berdasarkan aturan hidup yang telah ditentukan. Islam juga menetapkan bahwa standar kemuliaan seseorang tidak ada kaitannya dengan jenis kelamin, kedudukan dan materi, melainkan terkait dengan kadar ketakwaan seseorang di hadapan Allah. Dalam kerangka pemuliaan ini, Islam menetapkan berbagai aturan yang adil dan harmonis yang akan menjamin kemuliaan hidup keduanya, baik di dunia maupun di akhirat. Memang benar, adakalanya Allah SWT memberikan aturan yang sama kepada laki-laki dan perempuan. Sebagai hamba Allah SWT, keduanya dipandang dari sisi insaniahnya yang memiliki potensi dan akal yang sama.

Keduanya

wajib menuntut

ilmu, berbakti kepada

orangtua,

menegakkan shalat, membayar zakat, bershaum, berhaji, mengemban dakwah, dan lain-lain. Namun, adakalanya pula Allah SWT memberikan aturan yang berbeda manakala dipandang dari sisi tabiat keduanya memang berbeda sebagai laki-laki dan perempuan; baik berkaitan dengan fungsi, kedudukan maupun posisi masing-masing dalam masyarakat. Allah SWT telah membebankan kewajiban mencari nafkah dan melindungi keluarga kepada laki-laki, misalnya. Sebaliknya, Allah SWT telah menjadikan tugas pokok perempuan sebagai ibu dan pengelola rumahtangga sesuai dengan tabiat keperempuanannya. Sungguh, aturan ini sangat adil. Dalam hal peran, Islam telah menetapkan bahwa di samping sebagai hamba Allah SWT yang mengemban kewajiban-kewajiban individual sebagaimana halnya laki-laki, perempuan secara khusus telah dibebani tanggung jawab kepemimpinan sebagai ibu dan pengatur rumahtangga (ummun wa rabbah al-bayt). Sebagai ibu, dia wajib merawat, mengasuh, mendidik dan memelihara anakanaknya agar kelak menjadi orang yang mulia

di hadapan Allah SWT. Sebagai pengatur

rumahtangga dia berperan membina, mengatur dan menyelesaikan urusan rumah tangganya agar memberikan ketenteraman dan kenyamanan bagi anggota-anggota keluarga yang lain, sekaligus menjadi

mitra

utama

laki-laki

sebagai

pemimpin

rumahtangganya

berdasarkan

hubungan

persahabatan dan kasih sayang. Dengan peran-peran khususnya ini, sesungguhnya perempuan dipandang telah memberikan

sumbangan besar kepada

umat

dan

masyarakatnya.

Bahkan

kegemilangan peradaban sebuah masyarakat—sebagaimana yang pernah dicapai belasan abad oleh umat Islam terdahulu—tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan peran para ibu. Sebab dengan begitu, berarti mereka telah berhasil mendidik dan memelihara generasi umat sehingga tumbuh menjadi istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/khilafah-menjamin-hak-hak-perempuan.html

2/4


individu-individu yang mumpuni,

yakni generasi mujtahid dan mujahid yang telah berhasil

membangun masyarakat dan peradaban Islam hingga mengalami kegemilangan. Oleh karena itu, jelas menjadi ibu sesungguhnya merupakan peran yang sangat mulia dan memiliki nilai politis dan strategis, karena dari para ibu inilah akan lahir para pemimpin umat yang cerdas dan berkualitas. Islam juga membuka ruang bagi perempuan untuk masuk dalam kehidupan umum, berkiprah dalam aktivitas yang dibolehkan seperti berjual beli, menjadi pedagang, bahkan qadhi. Sebagaimana yang terjadi pada masa Khalifah Umar ra. Pada waktu itu Umar ra. mengangkat Syifa’ sebagai qadhi hisbah. Demikian pula terkait pelaksanaan aktivitas yang diwajibkan syariah, seperti menuntut ilmu dan

berdakwah.

Namun

dalam

kehidupan

umum ini,

Islam mewajibkan

kaum perempuan

menggunakan pakaian syar’i, yakni jilbab dan kerudung, melarang ber-tabarruj, memerintahkan lakilaki dan perempuan menjaga pandangan, melarang ber-khalwat, serta memerintahkan kaum perempuan yang hendak bepergian jauh untuk disertai mahram-nya. Dengan aturan-aturan ini, kehormatan keduanya akan selalu terjaga dan terhindar dari tindak kejahatan seksual sebagaimana yang kerap terjadi dalam masyarakat kapitalistik saat ini. Islam pun telah menempatkan perempuan sebagai bagian dari masyarakat sebagaimana halnya lakilaki. Keberadaan keduanya di tengah-tengah masyarakat tidak dapat dipisahkan. Keduanya bertanggung jawab menghantarkan kaum Muslim menjadi umat terbaik di dunia. Karena itu, aktivitas politik dalam pengertian pengaturan urusan umat bukan kewajiban laki-laki saja, melainkan juga merupakan kewajiban kaum perempuan sebagai bagian dari umat. Hal ini pun secara tegas diungkap dalam beberapa nash yang bersifat umum (Lihat, misalnya, QS Ali Imran [3]: 104). Di dalam hadis penuturan Hudzaifah ra. juga disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: “Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan kaum Muslim, ia tidak termasuk di antara mereka. Barangsiapa bangun pada pagi hari dan tidak memperhatikan urusan kaum Muslim, ia bukanlah golongan mereka.” (HR ath-Thabari). Tidak sedikit kaum perempuan yang ikut berjihad bersama Rasulullah saw. dan para Sahabat. Justru

melalui

penerapan

syariah

Islam secara

utuh

dan

konsisten

oleh

penguasa

dan

penjagaan/pengawasan yang ketat dari umat inilah yang akan menghantarkan pada tercapainya kemaslahatan hidup yang rahmatan lil ’alamin sebagaimana yang Allah janjikan. Tidak hanya perempuan yang termuliakan, bahkan umat secara keseluruhan akan memperoleh kebahagiaan dan kebangkitan yang hakiki sebagaimana yang pernah dialami sejak masa Rasulullah saw. hingga Khilafah diruntuhkan.

Khilafah Mensejahterakan Perempuan Umat manusia, termasuk kaum perempuan, di bawah naungan Khilafah benar-benar bisa merasakan kehidupan yang mulia dan terhormat. Mereka diselimuti perasaan aman dan nyaman serta diwarnai kewajaran dan keadilan. Semuanya merasa hidup makmur dan sejahtera. Bahkan pernah ada suatu masa saat tidak ada lagi yang mau mengambil zakat, karena semua merasa telah kaya! Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. pernah berkata, “Sekiranya ada seekor domba yang terperosok di tepi sungai Dajlah, niscaya saya yakin bahwa Allah pasti akan menghisab saya akan hal itu pada Hari Kiamat. Jadi, mengapa kamu belum juga meratakan jalan itu untuknya?” Beliau berkata pula, “Demi Allah, aku tidak akan merasakan kenyang, sebelum seorang Muslim yang terakhir di Madinah merasa kenyang!” Apa yang dilakukan Khalifah Umar bin Khaththab ra. juga menunjukkan bagaimana Khilafah Islam istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/khilafah-menjamin-hak-hak-perempuan.html

3/4


melindungi dan menjamin kesejahteraan perempuan, bahkan rakyat secara keseluruhan. Beliau yang kekuasaannya sudah melewati batas-batas semenanjung Arabia telah terbiasa melakukan patroli untuk memastikan semua penduduk terpenuhi kebutuhannya. Beliau bahkan tak ragu memanggul karung berisi gandum demi memenuhi kebutuhan seorang ibu dan anaknya karena kesadaran penuh akan tanggungjawab sebagai kepala negara di sisi Allah SWT. Beliau pun pernah menetapkan kebijakan menggilir pasukan jihad setiap empat bulan sekali demi mendengar keluhan seorang istri tentara yang merindukan suaminya. Khalifah Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada amilnya (kepala daerah) di Samarkand, Sulaiman bin Abi as-Samri, “Hendaklah kamu membangun beberapa penginapan di wilayahmu. Jika ada di antara kaum Muslim yang melewati wilayahmu maka biarkan mereka tinggal sehari semalam dan uruslah kendaraannya. Jika ia masih punya alasan untuk tinggal maka biarkan ia tinggal sehari dua malam. Jika ada seseorang yang kehabisan bekal maka berilah ia harta yang cukup untuk sampai ke daerah tempat tinggalnya.” Pada masa Khalifah al-Mu’tashim Billah, ketika seorang Muslimah jilbabnya ditarik oleh salah seorang Romawi, ia segera menjerit dan meminta tolongan kepada Khalifah: Wa Islama wa Mu’tashima!, “Di mana Islam dan di mana Khalifah Mu’tashim?” Ketika mendengar jeritan perempuan Muslimah tersebut,

Khalifah

serta-merta

bangkit

dan

memimpin sendiri

pasukannya

untuk

membela

kehormatan seorang muslimah yang dinodai oleh seorang pejabat kota tersebut (waktu itu masuk dalam wilayah kekaisaran Romawi). Kepala Negara Daulah Khilafah Islamiyah ini mengerahkan ratusan ribu tentaranya ke Amuria-perbatasan antara Suriah dan Turki. Sesampainya di Amuria, beliau meminta agar orang Romawi pelaku kezaliman itu diserahkan untuk diadili. Saat penguasa Romawi menolaknya, beliau pun segera menyerang kota, menghancurkan benteng pertahanannya dan menerobos pintu-pintunya hingga kota itu pun jatuh ke tangan kaum Muslim. Ribuan pasukan musuh terbunuh, ribuan lainnya berhasil ditawan. Demikianlah kesempurnaan aturan Islam yang dibawa oleh Muhammad saw. untuk seluruh umat manusia hingga akhir jaman, tanpa memihak salah satunya seraya mengabaikan yang lainnya. Sebagai aturan yang terpadu, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan yang akan menjamin terwujudnya ketentraman umat manusia, karena Islam sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal manusia dan tidak membedakan jenis kelamin manusia. Telah jelas bagaimana keadaan umat Islam ketika berada dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Seluruhnya dapat merasakan bagaimana cahaya Islam menaungi seluruh umat, tanpa kecuali. Karena itu, inilah yang benjadi agenda umat Islam saat ini, yaitu menegakkan kembali Daulah Khilafah Islamiyah, agar umat Islam terlepas dari kejahiliahan dan kegelapan, bangkit menuju cahaya Islam, sehingga seluruh dunia diterangi dengan kemuliaan dan kesejahteraan. [] sumber: http://hizbut-tahrir.or.id/2012/04/06/khilafah-menjamin-hak-hak-perempuan/

Posted 7th April 2012 by Nindira Aryudhani Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/khilafah-menjamin-hak-hak-perempuan.html

4/4


30th May 2012

KEUNGGULAN SUBSISTEM ISLAM MENJAGA KECEMERLANGAN GENERASI

Sekelumit narasi dari Iffah Ainur Rochmah, S.Pd (Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia) @ Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa (KIMB; Khilafah, Jalan Baru Melahirkan Generasi Cemerlang) 20 Mei 2012 di UI Depok_ Bagaimana pandangan ibu tentang generasi muda saat ini? Hampir semua gambaran tentang generasi muda saat ini sungguh memprihatinkan. Seks bebas, geng motor anarkis, supporter sepakbola anarkis, bulliying, tawuran, konsumsi narkoba, merampok, menjambret, mencuri, memperkosa, membunuh bahkan menjual temannya sesama remaja untuk tujuan prostitusi. Hal ini terjadi di kalangan generasi muda di setiap lini, tidak peduli remaja, siswa sekolah maupun mahasiswa. Tentu saja, kita dapat membayangkan bagaimana kualitas mereka. Rata-rata mereka telah menjadi orang-orang yang tidak punya idealisme. Mereka menjadi kaum terpelajar tapi mereka belajar bukan untuk dapat bermanfaat bagi masyarakat. Melainkan hanya sebagai tuntutan kondisi dalam rangka target jangka panjang, yaitu kemandirian finansial. Bahkan, yang termasuk level aktivis mahasiswa sekalipun, mereka juga sulit untuk mencetak diri mereka sebagai pemimpin bangsa. Menjadi aktivis mahasiswa hanya sebagai label untuk meningkatkan jaringan di dunia kerja. Parahnya, yang sudah duduk di kursi-kursi strategis, mereka malah menodai panggung politik dengan korupsi, memperkaya diri sendiri, hingga dengan tega mengkhianati kepercayaan rakyat. Hal ini sejatinya tidak dapat dibiarkan. Dalam orasi, ibu menyatakan bahwa semua permasalahan generasi muda bersumber pada sistem yang salah. Menurut ibu, bagaimana kronologisnya hingga akhirnya terdapat kesimpulan bahwa sistem yang salah adalah biang kerok-nya? Jika kita membaca kebijakan-kebijakan pendidikan saat ini, banyak yang harus kita kritisi. Apakah ada jaminan bahwa jika mereka belajar dengan mengikuti kurikulum yang ada, sementara itu keluarga mereka bermasalah, maka mereka akan tetap menjadi generasi yang baik? Tentu tidak. Di sisi lain sekolah negeri, ada sekelompok masyarakat yang juga membuat sekolah, yaitu sekolahsekolah swasta. Akan tetapi, apakah dengan status swastanya, ada jaminan secara independen bahwa kurikulumnya juga mendukung pendidikan para peserta didik? Tetap saja tidak. Dengan demikian, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah masyarakat yang sebenarnya sebagai rumah besar bagi pendidikan itu sendiri. Kurikulum yang buruk ditemukan karena memang sistem politiknya juga buruk. Kurikulum hadir sebagai harapan bagi pelaksanaan sistem politik yang tengah diterapkan. Maka, corak sistem politik akan sangat menentukan kurikulum yang diterapkan di sekolah-sekolah di suatu negeri. Selanjutnya, pembentukan generasi juga berkorelasi dengan sistem ekonomi. Porsi sistem ekonomi yang persentasenya minimal 20% bagi pendidikan, seolah-olah sudah menjadi porsi yang besar, padahal nyatanya tidak cukup. Faktanya, tetap saja banyak fasilitas pendidikan yang jauh dari kelayakan. Porsi tersebut juga tidak cukup menutup insentif tenaga pendidik. Jadi jelas, bahwa sistem ekonomi juga punya peran yang tidak kalah penting dengan sistem politik. Di samping itu, masyarakat sebagai rumah besar pendidikan generasi, di mana di dalamnya juga terdapat sistem pergaulan, sistem informasi dan media massa, serta sistem peradilan. Sistem pergaulan seharusnya memandang bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan untuk dapat bekerjasama meraih ridla Allah SWT, di mana tidak perlu pembahasan gender equality. Hal ini terwujud dalam keluarga yang mampu mendidik generasi dengan bekal jati diri dan kepribadian kokoh. Sehingga terjaga kehormatan diri sebagai wujud keteladanan bagi generasi. Sistem informasi dan media massa pun harus memiliki cakupan konten media berupa gambaran Islam dan seluruh syariatnya, pengembangan kepribadian Islam, serta steril dari seks, pornografi, merusak moral, penghinaan dan penodaan kehormatan. Sistem peradilan semestinya memandang sanksi yang berfungsi sebagai pencegahan (zawajir) dan penebus dosa (jawabir); bersifat fair, tidak tebang pilih dan tidak berbelit; serta kesadaran hukum muncul dari dorongan iman; sehingga generasi terlindungi dari kriminalitas. Maka jelas, sistem yang diperbaiki harus secara holistik, bukan sebagian konteks saja. Mulai dari memilih sistem politik yang tepat, penempatan pendidikan sebagai hak dasar bagi warga negara, sistem ekonomi yang dikelola dengan benar dan memadai, penyusunan kurikulum yang benar; dan di sisi lain kita juga harus membina generasi dari sisi sistem pergaulan, sistem informasi dan media massa, serta sistem peradilan. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/keunggulan-subsistem-islam-menjaga.html

1/3


Kondisinya, ideologi kapitalisme tetap memandang bahwa pendidikan bukan sebagai hak warga negara. Negara hanya punya kebutuhan pada generasi terdidik karena kompensasi ekonomi, yang mana akan berkorelasi dengan pendapatan negara. Lebih jauh lagi, hal ini akan ambigu karena ada kontradiksi antara sistem-sistem di dalamnya. Sistem pergaulan, sistem informasi dan media massa, serta sistem peradilan akan saling berebut kepentingan masing-masing. Negara dengan status seperti ini tentu saja tidak dapat dipertahankan. Selanjutnya, mengapa harus kembali pada sistem Islam, padahal tidak semua manusia beragama Islam? Hizbut Tahrir dalam perjuangannya selalu meyakinkan umat. Termasuk dalam KIMB ini, yang dikhususkan kepada intelektual, bahwa Islam hadir dengan sistem Khilafah, yang merupakan sistem dari Allah, tapi sistem ini tidak berarti eksklusif untuk warga Muslim. Kebaikan dan kesuksesan Khilafah ketika diterapkan tidak hanya dirasakan oleh warga Muslim, tapi juga yang non-Muslim. Kondisi Indonesia yang plural mengharuskan kita dapat menggambarkan kepada mereka bahwa sistem Islam merupakan solusi. Mengingat, sistem yang tegak saat ini tidak akan pernah bisa memberikan solusi. Sejatinya, Khilafah tidak melulu bicara tentang ibadah. Khilafah justru akan keluar dari ranah privat ibadah, lebih jauh ke arah hukum-hukum publik. Jadi tenang saja, di sini warga non-Muslim akan diberi kebebasan beraqidah dan beribadah dalam ranah privat mereka. Toh saat ini, warga non-Muslim juga sudah sama-sama sadar akan kerusakan sistem kapitalisme, namun mereka tidak memiliki alternatif lain tentang sistem yang sanggup untuk menyelesaikan persoalan. Jadi memang tidak ada pilihan lain selain sistem Islam. Apa agenda MHTI sendiri pasca-KIMB ini? Insya Allah MHTI akan terus menyerukan dan memfasilitasi para intelektual muslimah dalam rangka berkomitmen bersama untuk membentuk dan menjaga generasi. Ini merupakan tanggung jawab MHTI untuk melanjutkan proses yang sudah ada via KIMB dengan mengaktivasi intelektual dalam pemberdayaan mereka yang akan senantiasa menjadikan syariat Islam sebagai rujukan. Para intelektual adalah subjek yang sudah memiliki dinamika dengan kehidupan kampus. MHTI akan fokus supaya kekuatan para intelektual ini bisa menyokong tegaknya institusi politik Islam, yaitu Daulah Khilafah Islamiyyah. Satu hal yang harus diperhatikan, bahwa kaum intelektual memiliki peran yang sangat strategis tidak hanya di kampus, tapi juga di sisi pengambilan kebijakan. Karena mereka berada di balik penyusunan naskah-naskah regulasi, khususnya tentang pendidikan. Mereka tentu kita harapkan dapat bersuara lantang untuk mengubah generasi bangsa ini. Oleh karena itu, suara mereka diharapkan bergema tidak hanya pada satu aspek regulasi, melainkan dari seluruh aspek. Bagaimana dampak KIMB bagi kalangan intelektual? Beberapa intelektual telah menyampaikan kepada MHTI bahwa mereka mau berkomitmen untuk menyebarluaskan pemikiran-pemikiran Islam, mengikuti rekomendasi-rekomendasi dari MHTI, serta menggunakan referensi-referensi Islam. Pelaksanaan KIMB merupakan suatu hal yang sangat istimewa, karena salah satu segmen acaranya adalah launching buku “Jalan Baru Intelektual Muslimah, Visi Pembebas Generasi”. Buku ini insya Allah dapat menjadi pegangan bagi para intelektual dalam mendidik civitas akademika di kampus. Di samping itu, acara ini juga dihadiri oleh seorang intelektual dari Inggris, yaitu Dr. Nazreen Nawaz, yang juga merupakan Central Media Representative of Hizbut Tahrir. Satu suara dengan para intelektual peserta KIMB, beliau menyambut baik kehadiran buku tersebut. Beliau juga mengharapkan buku ini dapat menjadi rujukan dalam kajian-kajian intelektual di berbagai tempat. Bagaimana gambaran peran yang diharapkan dari para intelektual dalam mewujudkan generasi terpelajar yang mumpuni untuk masa depan umat? Intelektual adalah kaum berilmu. MHTI mengharapkan mereka tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu, tapi juga mengubah keadaan. Saat mengajar adalah masa bagi mereka untuk dapat bertemu dan bersentuhan dengan para peserta didik. Di saat itulah mereka berkesempatan untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran berlandaskan Islam pada peserta didiknya, hingga sekaligus dapat ber-’amar ma’ruf nahyi mungkar. Selanjutnya, peran mereka dalam sebagai staf ahli dan pakar di balik naskah-naskah regulasi akademis serta rekomendasi dalam buku “Jalan Baru Intelektual Muslimah, Visi Pembebas Generasi”, diharapkan dapat semakin memperkuat mereka dan juga umat di belakang mereka untuk mewujudkan Khilafah Islamiyyah, aamiin. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/keunggulan-subsistem-islam-menjaga.html

2/3


Posted 30th May 2012 by Nindira Aryudhani Labels: 'amar ma'ruf nahyi mungkar, launching buku, intelektual muslimah, generasi muda, sistem Islam, Khilafah Islamiyyah, generasi cemerlang, civitas akademika Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/keunggulan-subsistem-islam-menjaga.html

3/3


5th April 2012

Jilbab, Benarkah Budaya Arab?

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Pertama mendengar nama IPB mungkin yang terlintas tidak hanya sebatas nama besarnya sebagai Institut Pertanian Bogor. Lebih dari itu, bisa jadi nama IPB memiliki arti berbeda, antara lain yang pertama adalah Institut Pleksibel Banget (lafadz huruf ‘F’ dari kata ‘fleksibel’ dalam ejaan bahasa Sunda menjadi ‘P’). Hal ini karena lulusan IPB terkenal bisa bekerja di beragam profesi, mulai dari wartawan, karyawan bank, peneliti, dosen hingga menteri. Kedua, IPB juga sering disebut sebagai Institut Pesantren Bogor. Untuk yang satu ini, IPB memang ibarat pesantren bagi para mahasiswa/inya serta para dosen dan karyawan/ti yang mayoritas muslim. Suasana islami kampus IPB sangat kondusif untuk pembelajaran dan perkembangan pemikiran Islam di kalangan civitasnya. Istilah ‘pesantren’ itu juga didukung adanya fakta bahwa 90% mahasiswi, dosen dan karyawati muslimah di IPB menutup aurat alias mayoritas berkerudung, atau yang di Indonesia kerudung sering diistilahkan dengan ‘jilbab’. Akan tetapi, apakah memang kerudung sama dengan jilbab?? Fenomena menutup aurat Di era tahun 1980-1990-an, kerudung dan jilbab disebut sebagai simbol gerakan baru keagamaan di Indonesia. Hal ini karena di mana kaum muda di kalangan mahasiswa dan pelajar cenderung melakukan purifikasi dalam sikap keberagamaan mereka, termasuk dalam berbusana. Seiring dengan perjalanan zaman, penggunaan kerudung dan jilbab mulai mengalami perkembangan pesat. Di abad 21, penggunaan kerudung dan jilbab semakin marak di berbagai kalangan, melintasi batas-batas kalangan pelajar dan mahasiswi yang menjadi perintis. Pada universitas-universitas negeri maupun swasta, mahasiswi yang berkerudung dan berjilbab lebih banyak dibandingkan mahasiswi yang tidak berjilbab. Kerudung dan jilbab pun mulai menjadi trend perempuan muslimah. Kerudung dan jilbab sebagai kewajiban dari Allah Seorang muslimah mengenakan kedua pakaian syar’iy (kerudung dan jilbab) sebagai refleksi keimanannya kepada Allah Swt. Iman yang benar pasti akan mendorong seorang mukmin untuk melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya yang diimaninya. Firman Allah Swt: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (TQS Al-Ahzab [33]: 36). Kerudung dan jilbab wajib dipakai ketika dirinya sudah baligh (sudah mengalami menstruasi). Penggunaan kerudung harus disertai jilbab, demikian pula sebaliknya. Kerudung dikenakan bersama jilbab ketika keluar rumah ataupun berinteraksi dengan orang yang bukan mahram. Kerudung Kerudung atau khimar merupakan penutup kepala yang disyariatkan Allah Swt kepada perempuan muslimah, sebagaimana firman Allah Swt: “Katakanlah kepada perempuan yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memiliki keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.’” (TQS An-Nuur [24]:31). Kriteria pemakaian kerudung adalah tidak tipis. Jika tipis maka harus diberi lapisan tebal di bawahnya. Batas minimal panjang kerudung adalah amenutupi juyuub (dada) serta harus menutupi kepala, rambut, dua telinga, leher dan dada. Adapun kerudung yang tidak sesuai syariat: tidak menutup leher, hanya istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/jilbab-benarkah-budaya-arab.html

1/3


sampai menutup leher, tidak menutup telinga, rambut masih terlihat, memperlihatkan perhiasan seperti kalung dan anting, tipis/transparan dan ketat membentuk lekuk kepala/tubuh. Jilbab Jilbab berasal dari akar kata jalaba (jamaknya jalaabib), yang berarti menghimpun dan membawa. Jilbab adalah pakaian luar yang menutupi segenap anggota badan dari kepala hingga kaki perempuan dewasa, sebagaimana firman Allah Swt: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS Al-Ahzab [33]: 59). Selanjutnya, hadits dari Ummu ‘Athiyah yang berkata: “Rasulullah saw telah memerintahkan kepada kami untuk keluar (menuju lapangan) pada saat Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha; baik perempuan tua, yang sedang haid maupun perawan. Perempuan yang sedang haid menjauh dari kerumunan orang yang sholat, tetapi mereka menyaksikan kebaikan dan seruan yang ditujukan kepada kaum muslim. Aku lantas berkata, “Ya Rasulullah saw, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab.” Beliau kemudian bersabda, “Hendaklah salah seorang saudaranya meminjamkan jilbabnya.” Ketika Ummu ‘Athiyah bertanya tentang seseorang yang tidak memiliki jilbab, tentu perempuan tersebut bukan dalam keadaan telanjang, melainkan dalam keadaan memakai pakaian yang biasa dipakai di dalam rumah yang tidak boleh dipakai untuk keluar rumah. Dan perempuan yang tidak memiliki jilbab harus meminjam kepada saudaranya. Jika saudaranya tidak bisa meminjamkannya, maka yang bersangkutan tidak boleh keluar rumah. Jilbab seringkali disebut sebagai budaya bangsa Arab. Jilbab bukanlah budaya bangsa Arab, jilbab merupakan syariat Islam. Jika jilbab merupakan budaya bangsa Arab, tentu ayat itu tiada berguna. Ayat tentang kewajiban berjilbab ini turun di Madinah. Hikmah mengenakan jilbab adalah supaya lebih mudah dikenal sehingga tidak diganggu. Bagian akhir ayat bahwa ‘Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’ dimaksudkan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap apa yang telah berlalu di masa jahiliyah di mana mereka belum mengetahui dan memahami tentang kewajiban jilbab. Di zaman Rasulullah saw, jika orang-orang fasik melihat seorang perempuan yang mengenakan jilbab, maka mereka mengatakan bahwa ini perempuan merdeka dan mereka tidak berani mengganggu perempuan itu. Jika mereka melihat perempuan itu tidak mengenakan jilbab, maka mereka mengatakan bahwa ini budak perempuan, sehingga mereka menggodanya. Perempuan berjilbab itu menjadi mulia karena diketahui bahwasanya mereka adalah perempuan merdeka sehingga orang-orang fasik itu tidak mengganggunya. Orang-orang fasik tidak berani mengganggu muslimah, karena pelecehan terhadap muslimah akan menerima hukuman besar. Disamping itu, segala gangguan dan pelecehan terhadap muslimah pada hakikatnya adalah pelanggaran terhadap kehormatan kaum muslimin secara keseluruhan. Bentuk pakaian wanita yang tidak termasuk kriteria jilbab adalah sebagai berikut: • rok panjang dan baju kurung • celana panjang dan baju kurung • kerudung panjang sampai menutupi pantat tetapi jubahnya tidak sampai telapak kaki • jubah panjang sampai telapak kaki tetapi ada potongan/belahan di pinggir pakaian dari bawah sampai betis, lutut atau paha • jubah sampai telapak kaki tetapi ketat sehingga membentuk lekuk tubuh • jubah sampai telapak kaki dan luas tetapi transparan sehingga terlihat warna kulit tubuhnya • jubah sampai telapak kaki, luas dan tidak transparan tetapi bukan merupakan baju luar karena di dalamnya tidak ada pakaian rumah (mihnah). Solusi Islam memandang perempuan sebagai suatu kehormatan yang wajib dijaga dan dipelihara. Islam mensyariatkan kerudung dan jilbab adalah untuk menjaga dan memelihara kehormatan itu. Nabi saw bersabda: “Perempuan itu adalah aurat.” Badan perempuan harus ditutupi sebagai aurat yang merupakan kehormatan baginya. Jika aurat itu dilihat orang yang tidak berhak, maka perempuan itu dilecehkan kehormatannya. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/jilbab-benarkah-budaya-arab.html

2/3


Para perempuan yang tidak memakai pakaian syar’iy (kerudung dan jilbab) di depan umum, berarti dia telah menyia-nyiakan payung hukum baginya. Perempuan yang mengobral auratnya sesungguhnya telah menjatuhkan martabat dan kehormatannya sendiri. Ini tidak diperkenankan dan pelakunya bisa dikenakan hukuman ta’zir (hukuman untuk mendidik) oleh negara. Dalam sistem peradilan Islam, hakim bisa menjatuhkan hukuman jilid pada perempuan yang keluar rumah tanpa mengenakan kerudung dan jilbab. Jika mengulangi lagi, maka perempuan itu akan diasingkan selama 6 bulan. Disarikan dari buku “Jilbab, antara Trend dan Kewajiban” Posted 5th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: islami, menutup aurat, jilbab, muslimah, kerudung, ipb Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/jilbab-benarkah-budaya-arab.html

3/3


29th May 2012

INDONESIA CONFERENCE THE GLOBAL VISION FOR THE FUTURE GENERATIONS

(Konferensi Indonesia, Visi Global untuk Generasi Masa Depan)

Sekelumit narasi dari Dr. Nazreen Nawaz (Central Media Representative of Hizbut Tahrir) @ Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa (KIMB; Khilafah, Jalan Baru Melahirkan Generasi Cemerlang) 20 Mei 2012 di UI Depok_

Di awal orasi yang anda sampaikan, anda mengutip sebuah ayat. Apakah makna dari ayat tersebut? Iya, ayat yang saya kutip adalah QS.Al-Baqoroh ayat 143. Salah seorang cendekiawan Islam ketika mendiskusikan ayat tersebut memberikan analogi dengan sebuah gunung di mana ummat mencapai puncak tertinggi dan titik paling utama. Dan dari posisi ini, umat bukan hanya ‘Syuhada an Naas- yakni saksi atas seluruh manusia dengan Quran dan Sunnah, tapi umat yang hidup dan mengemban dien Islam juga harus menjadi contoh yang dibutuhkan manusia tentang bagaimana hidup dalam kehidupan. Karena Allah Swt pasti memuliakan kita dengan dien Islam tersebut. Langkah apa yang bisa kita laksanakan terkait dengan pengamalan ayat tersebut? Allah Swt telah memberikan kepada kita sebuah misi besar, yaitu menjadi orang-orang yang memastikan bahwa generasi muda Islam adalah model bagi generasi masa depan secara global di segala bidang, yang meliputi politik, ekonomi, pendidikan, serta isu sosial yang terhampar mulai dari rumah, sekolah, universitas dan berbagai komunitas yang kita miliki. Dan hanya sistem Allah Swt yang layak mengatur seluruh urusan umat manusia. Karena pada sistem itulah letak ‘template’ generasi muda yang akan menjadi model bagi generasi di setiap sudut dunia. Sebagaimana firman Allah Swt: “Dan Kami tidak mengutus Engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam” (TQS 21: 107); yang bermakna bahwa sebagai muslim, kita harus mempunyai visi global kehidupan, bukan visi nasionalistik yang hanya memperhatikan persoalan di dalam suku bangsa, ras atau negara kita sendiri. Jika demikian, terkait dengan tema yang diaruskan dalam acara ini, bagaimana menurut anda gambaran tentang generasi muda Islam? Generasi muda Islam harus menjadi Role Model dan Leaders of humanity bagi generasi muda di mana pun berada. Karena generasi muda Islam adalah generasi yang taat kepada Allah Swt, yang tumbuh dewasa dalam ibadah kepada Penciptanya, mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Mereka adalah agent of change yang bekerja keras untuk mengubah dengan Islam, segala penderitaan, beban dan penindasan di hadapan wajah kemanusiaan, karena mereka menyadari bahwa mereka mempunyai solusi bagi masalah-masalah di dunia di dalam dien mereka yang mulia. Subhanallaah, memang demikianlah selayaknya generasi cemerlang. Menurut anda, siapakah tokoh-tokoh yang dapat menjadi teladan bagi generasi muda Islam? Merekalah yang memiliki ketajaman benak layaknya Aisyah (ra) yang telah menghafal 2000 hadist sejak usia 18 tahun; mereka yang mempunyai kekuatan lisan layaknya Ja’far bin Abi Thalib yang pada usia 20 tahun mampu memenangkan penguasa Abysinnia, Negus dengan kekuatan argumentasinya; mereka adalah yang pemilik karakter yang kokoh layaknya karakter Fathimah (ra), putri Rasul (SAW) yang berdiri tegak melawan para pemimpin Mekkah yang menganiaya ayahnya; juga yang memiliki keberanian Abdullah ibn Mas’ud yang pada usia 14 atau 15 tahun dengan tanpa rasa takut di tengah-tengah kaum Quraisy untuk menyampaikan Al-Quran. Menurut anda, apa arti penting generasi muda Islam Indonesia? Generasi muda Islam di Indonesia sangat penting. Tapi bukan karena mereka generasi muda dari negara anda semata, melainkan karena mereka adalah generasi muda dan masa depan umat. Maka, Islam sebagai visi cemerlang harus digunakan untuk melindungi anak-anak Indonesia dari nilai-nilai dan pandangan istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/indonesia-conference-global-vision-for.html

1/2


hidup yang merusak dan memimpin mereka menjadi pribadi, pemikir dan pemimpin yang patut dicontoh. Karena Islam adalah visi yang sama yang juga harus anda pegang untuk seluruh anak-anak umat ini, di Asia, dunia Arab, belahan benua Afrika hingga di Barat. Maka, alangkah besar tanggung jawab kita bagi generasi muda di seluruh penjuru dunia. Karena di manapun kita melihat, ke Timur atau ke Barat, generasi muda menghadapi krisis sangat yang luas, baik krisis politik, ekonomi, pendidikan, moral dan sosial. Dapatkah anda memberikan gambaran generasi muda di Barat? Mengingat, Barat masih menjadi kiblat kehidupan bagi anak muda di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Di Barat, sistem politik demokrasi dan sistem pendidikan sekulernya, masih berjuang tanpa henti untuk menghadapi menggunungnya masalah yang menimpa kaum muda di masyarakatnya. Sistem pendidikan Barat telah ditahbiskan sebagai model keunggulan yang harus ditiru oleh negara-negara lain. Ironisnya, sistem pendidikan dunia Islam justru masih setia berkaca padanya. Padahal faktanya, gaji rendah bagi para guru bukan lagi hal baru, adanya jutaan dolar atau pound anggaran pendidikan yang dipotong, di UK terdapat kelemahan serius dari sekolah-sekolah yang menyisakan banyak anak-anak tak mampu memasukinya, 150.000 anak tidak bisa membaca dan menulis pada usia 11 tahun, dan belakangan pemerintah UK meningkatkan biaya universitas hingga £9000/tahun sehingga menjadikan perguruan tinggi sebagai privilige bagi kalangan kaya saja. Ini jelas merefleksikan sebuah sistem yang tidak memberikan nilai bagi pendidikan yang sejati, padahal di sisi lain milyaran pound telah dihabiskan dalam perang kolonial untuk mengamankan sumber-sumber finansial. Kesimpulannya, sistem pendidikan Barat adalah sistem yang tidak memandang pendidikan dari perspektif manusia yakni sebagai hak dasar untuk setiap individu, melainkan dari standar kapitalistik yang memandang apa yang baik bagi pertumbuhan ekonomi. Apa harapan anda sebagai follow up dari konferensi ini? Timur dan Barat tidak boleh putus asa dalam kebutuhannya akan kemuliaan. Indahnya Islam adalah satu-satunya model untuk generasi muda yang telah saya gambarkan. Sistem Khilafah-lah yang menyatukan negeri-negeri Muslim di bawah hukum Allah Swt, yang mampu melahirkan generasi muda Muslim dan non-Muslim di dunia. Khilafah akan menghancurkan rezim penindas dunia Muslim dan menggantikannya dengan kepemimpinan yang melindungi dan menggiring masyarakat dalam sistem Allah. Khilafah akan menciptakan generasi muda berkualitas seperti Imam Syafi’i yang telah hafal Al-Qur’an pada umur 7 tahun dan menjadi Mujtahid pada umur 14 tahun. Juga, generasi muda berkualitas seperti Thariq bin Ziyad, Muhammad al-Fatih, dan Muhammad bin Qasim. Mereka adalah anak muda yang menjadi pemimpin pasukan dengan keberanian dan ketajaman pemikirannya menyebarkan Islam ke Spanyol, Turki dan India. Tak lupa, Umar bin Abdul Aziz, Harun Ar-Rasyid, dan Sultan Abdul Hamid; yang lahir di bawah naungan aturan Islam dan menjadi penguasa yang saleh atas umat ini. Mereka adalah orang-orang yang berdedikasi untuk menangani kebutuhan rakyat dan menjaga tanah Islam dari musuh-musuh Allah Swt.

Posted 29th May 2012 by Nindira Aryudhani Labels: Islam, misi, generasi, visi global, agent of change, generasi muda, role model, leaders of humanity, generasi cemerlang, Khilafah Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/indonesia-conference-global-vision-for.html

2/2


27th May 2012

Ibu Pintar dan Taqwa, Pakar Formula Kebangkitan Generasi

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si (Catatan Pasca-KIMB 20 Mei 2012: Khilafah, Jalan Baru Melahirkan Generasi Cemerlang) Kisah Irshad Manji belum lagi mendingin, negeri ini diterpa panasnya isu Lady Gaga dan Corby. Aneh, mengapa harus ada perdebatan antara kebenaran dan kesalahan tentang ketiganya? Padahal sudah nyata, mereka adalah para perempuan perusak generasi muda. Memangnya apa yang patut dipuja dan dibanggakan dari mereka bertiga? Tidak ada. Bahkan bukan tidak mungkin, anak dari para perempuan seperti mereka akan sangat malu jika mengetahui perilaku ibunya yang justru menghancurkan generasi. Perempuan dalam Potret Kapitalistik Manji, Lady Gaga dan Corby tak diragukan lagi sepak terjangnya. Mereka termasuk para perempuan yang menjadikan ide-ide kapitalis sebagai pijakan. Mereka juga ‘dengan sadar’ berkontribusi untuk mengajak kaum perempuan selainnya untuk terkooptasi pada ide-ide tersebut. Para pengusung ide serupa pun bersuara senada. Yaitu dengan menyatakan bahwa persoalan perempuan akan terselesaikan dengan membebaskan perempuan berkiprah dimana pun, terutama dalam ranah publik. Dengan itu suara dan partisipasinya diperhitungkan, baik dalam keluarganya maupun masyarakat. Alih-alih mampu mengangkat nasib perempuan, posisi perempuan dalam sistem demokrasi kapitalis justru menjadi racun yang kian mengukuhkan kegagalan menyelesaikan persoalan-persoalan perempuan. Sebaliknya, ide-ide kapitalis-sekular sukses menjerumuskan perempuan ke dalam jurang kejahiliahan dan kegelapan. Kegelapan ini tidak akan pernah beranjak dari umat secara keseluruhan selama umat Islam mencampakkan aturan-aturan dari Allah Swt dan Rasul-Nya. Sebagaimana diketahui, kaum perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk di Dunia Islam, sudah lama mengalami ketertindasan di berbagai lini kehidupan. Kapitalisme telah dengan congkaknya menuduh bahwa nasib perempuan dalam Islam tidak akan pernah bahagia karena Islam bersikap tidak adil terhadap perempuan. Sistem kapitalis-liberal ini yang telah sekian lama bercokol, nyatanya tidak pernah mengubah nasib perempuan. Kehidupan kapitalistik telah merancukan pemikiran perempuan, bahwa untuk mendapatkan hak-haknya, perempuan harus banyak uang, cantik dan pintar. Jika mereka ingin setara dengan laki-laki, mereka harus banyak berkiprah di ranah publik. Peran sejati perempuan dikaburkan, disesatkan, dikacaukan bahkan dilenyapkan. Perempuan tak lagi menjadi istri mulia, ibu tangguh, perempuan pejuang. Kehidupan perempuan kembali menjadi hina karena sistem yang digunakan bukan sistem Islam, yang punya cara pandang berbeda 180 derajat dengan cara pandang Islam terhadap perempuan. Akibatnya, kapitalisme seperti meminta ‘upah’ dengan menjadikan perempuan menjadi barang dagangan, alat promosi berbagai produk untuk menarik pembeli. Perempuan dilacurkan, dijual, dieksploitasi tenaganya dalam industri, bahkan dibunuh karena arogansi penguasa lalim. Perempuan dipaksa bekerja di sektor publik, dijadikan TKW di luar negeri; dijadikan ikon utama di dunia fesyen, hiburan bahkan seluruh komoditas yang bersifat komersial. Sebagian diekploitasi secara seksual dalam bisnis pornografi, pornoaksi, bahkan pelacuran. Sebagian mengalami tindakan kekerasan fisik maupun psikis baik di sektor publik maupun di ranah domestik; ditelantarkan, dilecehkan, diperkosa bahkan dibunuh. Sebagian menderita kemiskinan dan kebodohan yang berkepanjangan. Sebagian lagi harus meregang nyawa atau terancam setiap saat di bawah rezim kejam seperti yang dialami Muslimah saat ini, seperti di Suriah, Palestina ataupun di negeri Muslim yang lain. Perempuan Pintar, Sadarlah! Abad milenium adalah abad modern di mana perempuan berpendidikan tinggi bukan sesuatu yang langka. Bukan rahasia bahwa kapasitas berpikir para perempuan telah diperhitungkan dalam peradaban dunia, termasuk Indonesia. Hal ini senada dengan pernyataan Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ananta Kusuma Seta, tentang sumberdaya manusia usia produktif yang berpendidikan tinggi. Ananta mengatakan bahwa Indonesia akan mendapatkan ‘bonus demografi’ dalam kurun waktu 15 tahun ke depan. Maksud ‘bonus demografi’ itu adalah mayoritas penduduk Indonesia lebih banyak dipenuhi usia istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html

1/6


angkatan kerja. Artinya, pada rentang waktu 2010-2025, negara ini akan dipenuhi oleh usia produktif. Jika mereka adalah orang yang berpengetahuan, Indonesia akan menjadi negara maju. Peningkatan akses pendidikan tinggi bagi rentang usia 19-23 tahun dirasakan sangat penting. Karena dari 21 juta penduduk berusia 19-23 tahun tersebut, hanya 5,4 juta orang yang bisa mengakses jenjang pendidikan tinggi (antaranews.com, 07/04/2012). Tak heran jika Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, menyatakan bahwa tidak ada yang dapat menyangkali bahwa kemajuan suatu bangsa dan negara sangat ditentukan pendidikan serta ekonomi dan pendidikan menjadi pilar moral dan peradaban bangsa (antaranews.com, 19/03/2012). Mahasiswi adalah sebutan bagi perempuan terpelajar selepas sekolah menengah. Pada masanya, sejumlah perguruan tinggi akan siap menampung dengan serangkaian program studi yang menjanjikan. Setiap perguruan tinggi memiliki target tertentu dari kurikulum yang dicanangkannya. Pada umumnya, kurikulum tersebut dimaksudkan untuk menjadikan para peserta didik mudah dalam belajar, mampu meraih nilai terbaik dengan wujud IPK tinggi atau tertinggi, dan sejumlah titel sebagai perempuan berprestasi. Secara otomatis, hal ini mengkondisikan mahasiswi ingin segera lulus dan memperoleh pekerjaan yang layak dengan modal IPK tinggi dan masa studi yang singkat. Pekerjaan yang diinginkan pun tidak jauh dari terminologi posisi bergengsi dan gaji tinggi, yang tentunya akan makin menambah prestige individu dan keluarga. Demikian halnya bagi para orang tua yang telah berjuang membiayai pendidikan anak-anaknya, sehingga setelah lulus sang anak diharapkan dapat membalas budi yang telah ditanam oleh orang tua sebelumnya. Jeratan kapitalistik pun tanpa belas kasihan melanda para perempuan pintar. Perempuan sebagai kaum terpelajar yang seharusnya bisa berkiprah dan berkontribusi dalam kemashlahatan umat, tanpa sadar nyatanya telah menjadi komprador para pembuat kebijakan imperialistik. Atau jika tidak terkategori komprador, mereka telah masuk jebakan yang lain, yaitu individualisme. Keterpelajarannya hanya digunakan secara pribadi, atas nama prestasi dan prestige semata, serta perut sendiri. Saat mencari pekerjaan, terkadang lowongan pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang telah dimiliki. Hal ini biasanya cukup terbaca oleh dunia kerja sehingga lowongan yang diiklankan bertajuk ‘untuk semua jurusan’. Sebutlah pekerjaan sebagai karyawati di bank, wartawati atau pialang di bursa efek. Pekerjaan tersebut tidak mensyaratkan latar belakang disiplin ilmu tertentu. Disamping itu, tawaran gajinya pun membuat makin semangat untuk meraihnya. Jika demikian, lalu bagaimana nasib dan pemanfaatan ilmu yang telah diperoleh di bangku akademik? Wajar, jika hal ini menjadi persimpangan bagi kalangan mahasiswi pascakelulusannya. Di satu sisi, dirinya merasa harus mendapatkan pekerjaan demi kompensasi sebagai penyambung hidup. Di sisi lain, ada tanggung jawab moral terhadap disiplin ilmu yang dimiliki. Pada umumnya, sisi individual seringkali dimenangkan, karena mereka merasa tidak akan ada yang bertanggung jawab terhadap kelanjutan hidup selain dirinya sendiri. Pada akhirnya, tanggung jawab moral terhadap disiplin ilmu itu pun dinomorsekiankan. Sementara itu, ada fenomena yang berbeda bagi mahasiswi sebagai pertanggungjawaban disiplin ilmunya di dalam kampus. Tak sedikit mahasiswi yang direkrut sebagai asisten dosen atau peneliti. Hal ini tentu wajar, karena kampus memang tempat mencetak generasi unggul, di mana keunggulan itu akan terwujud dengan konsep ilmu lil ‘amal. Hanya saja, dunia kampus mengkondisikan ilmu para alumninya ini terabdikan secara ‘sempurna’, di mana seluruh potensi, energi dan pemikirannya diperas habis hanya untuk memperoleh sejumlah uang lelah. Tentu sangat disayangkan, jika potensi perempuan terpelajar ini hanya untuk perubahan semu. Punya suara politik tetapi tidak mempunyai peran politik nyata untuk kebaikan umat. Sebabnya, yang mempunyai politik nyata adalah kaum kapitalis borjuis-para liberalis yang telah menyebabkan perempuan lelah bekerja, untuk sebuah fatamorgana. Fakta kehidupan nonakademik di kampus dengan bentuk acara kemahasiswaan yang lebih sering ‘having fun’ terbukti membuat para mahasiswi timpang dari label asalnya sebagai kaum terpelajar sekaligus the agent of change. Hal ini adalah bukti gerusan trend dan lifestyle yang ternyata menjadikan mereka pragmatis. Akibatnya, label the agent of change yang seharusnya merupakan label umum bagi sosoknya, tidak lagi terintegrasi dengan potensi dan semangatnya sebagai kaum muda. Alhasil, kisah ini pun merangkai kesimpulan bahwa kondisi perempuan sekarang sama persis seperti pada masa sebelum kedatangan Islam. Terjebak dalam fakta di depan mata hingga tak mampu berpikir visioner, intelektual perempuan menjadi terbingungkan tentang arah konsep ilmu lil ‘amal tersebut. Kondisi ini menjelaskan bahwa ilmunya tidak untuk kemashlahatan umat sebagai objek yang diurus oleh negara, di mana intelektual sebagai pihak atau staf ahli yang pasti menjadi rujukan. Akan tetapi yang terjadi, pemanfaatan ilmu itu hanya untuk istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html

2/6


kemashlahatan sejumlah pemilik kapital yang akan menggajinya, antara lain melalui maraknya tawaran proyek penelitian. Bahkan, bukan tidak mungkin jika posisi intelektual ini sebatas menjadi ‘pemanis’ dalam pengguliran sebuah kebijakan/undang-undang negara, agar beralasan untuk dilegalkan meski isinya sangat liberal-imperialistik. Kepintaran Perempuan, Software Menuju Taqwa Menuntut ilmu merupakan bagian dari aktivitas ibadah, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. AdzDzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Dan Allah Swt telah menjamin orang-orang yang berilmu dalam Al-Qur’an: “…niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS AlMujadilah [58]: 11). Juga firman Allah Swt: “…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu…” (TQS Al-Hujuraat [49]: 13). Berdasarkan ayat-ayat tersebut, merupakan suatu fitrah manusia jika kepintaran adalah software baginya untuk menuju taqwa. Islam telah menempatkan perempuan sebagai bagian dari masyarakat sebagaimana halnya laki-laki. Keberadaan keduanya di tengah-tengah masyarakat tidak dapat dipisahkan. Keduanya bertanggung jawab menghantarkan kaum Muslim menjadi umat terbaik di dunia. Karena itu, aktivitas politik dalam pengertian pengaturan urusan umat bukan kewajiban laki-laki saja, melainkan juga merupakan kewajiban kaum perempuan sebagai bagian dari umat. Oleh karena itu, dalam menilik pentingnya ilmu untuk diamalkan sekaligus peran muslimah sebagai pendidik dan pencetak generasi, layaklah jika mereka melahirkan generasi cerdas taqwa pejuang syariah dan Khilafah serta sebagai mitra laki-laki dalam membangun masyarakat Islam.” Salim T.S. Al Hassani, profesor emiritus di University of Manchester, Inggris, dalam tulisannya, ‘Women’s Contribution to Classical Islamic Civilisation: Science, Medicine and Politics’, menyatakan bahwa selain dalam bidang agama mereka juga berkiprah di bidang ilmu pengetahuan. Tanggung jawab perempuan sebagai makhluk Allah Swt pun secara tegas diungkap dalam beberapa nash yang bersifat umum seperti QS Ali Imran [3] ayat 104: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.” -- [217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Kemudian, di dalam hadits penuturan Hudzaifah ra. juga disebutkan bahwa Rasulullaah saw. pernah bersabda: “Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan kaum Muslim, ia tidak termasuk di antara mereka. Barangsiapa bangun pada pagi hari dan tidak memperhatikan urusan kaum Muslim, ia bukanlah golongan mereka.” (HR ath-Thabari). Di antara sekian tanggung jawab dan kewajiban perempuan, Allah Swt telah menetapkan bahwa tugas utama perempuan adalah ummun wa robbatul bayt (ibu dan pengatur rumah tangga). Sebagaimana sabda Rasulullaah saw: “Setiap diri kalian adalah pemimpin. Masing-masing kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin, ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin keluarganya, ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang perempuan (istri) adalah pemimpin (pengurus) rumah suaminya dan anak-anaknya, ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR Bukhori dan Muslim). Sebagai ibu, perempuan wajib merawat, mengasuh, mendidik dan memelihara anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang mulia di hadapan Allah Swt. Sebagai pengatur rumah tangga, dia berperan membina, mengatur dan menyelesaikan urusan rumah tangganya agar memberikan ketenteraman dan kenyamanan bagi anggota-anggota keluarga yang lain, sekaligus menjadi mitra utama laki-laki sebagai pemimpin rumahtangganya berdasarkan hubungan persahabatan dan kasih sayang. Dengan peran khususnya ini, sesungguhnya perempuan dipandang telah memberikan sumbangan besar kepada umat dan masyarakatnya. Muslimah, Pakar Formulasi Generasi Cemerlang Anak adalah generasi potensial untuk membangun bangsa dan peradaban, di mana perempuan, khususnya Muslimah, adalah para pencetaknya. Seorang ibu mempunyai peran penting yang berpengaruh besar dalam perubahan kehidupan anaknya. Tak ada satu perubahan apa pun dan bagaimana pun yang tidak menyertakan keterlibatan kaum Muslimah di dalamnya. Kaum Muslimah lahir dari umat yang agung, umat yang punya akar sejarah yang baik, yang telah menerangi dunia dengan cahaya Islam dan keadilan hukum-hukumnya. Perjalanan waktu membuktikan bahwa Muslimah berperan nyata dalam kegemilangan peradaban. Mereka menjadi mulia, cerdas, pintar dan bermartabat dengan keadilan hukum Islam. Maka jelas, generasi cemerlang istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html

3/6


pun lahir dari ibu yang cemerlang. Allah Swt telah dengan jelas memperingatkan umat manusia untuk menjaga anak-anak, para generasi penerus. Firman Allah Swt: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’ ” (TQS Luqman [31]: 13). Anak dilahirkan bukan untuk disodorkan pada kerusakan, melainkan dijaga dari segala racun pemikiran kufur. Hal ini akhirnya tak bisa dilepaskan dari konsep kebangkitan generasi. Karena kebangkitan adalah formula utama bagi generasi cemerlang, di mana ibu yang bertaqwa sebagai pakarnya. Bangkitnya manusia sejatinya tergantung dari pemikirannya tentang hidup, alam semesta dan manusia itu sendiri, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum alam kehidupan dan sesudah kehidupan dunia. Agar manusia mampu bangkit, maka harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini, untuk kemudian diganti dengan pemikiran lain. Sebab, pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat persepsi (mafahim) terhadap segala sesuatu. Disamping itu, manusia selalu mengatur tingkahlakunya di dalam kehidupan ini, termasuk dalam memecahkan permasalahan, sesuai dengan persepsinya terhadap kehidupan. Namun, persepsi ini tidak akan mengantarkan kepada kebangkitan yang benar, kecuali jika sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan memberikan ketenangan hati. Maka tidak bisa tidak, persepsi itu hanyalah yang berlandaskan Islam. Aqidah Islam telah menjelaskan bahwa di balik alam semesta, manusia dan kehidupan, terdapat Allah Swt sebagai Sang Khaliq. Islam pun menjamin bahwa dalam Islam terdapat penyelesaian permasalahan kehidupan berdasarkan penanganan potensi manusia, yaitu kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) dan naluri (ghorizah) (Kitab Nizhomul Islam Bab Thoriqul Iman). Oleh karena itu, dalam perbuatan seorang hamba harus ada keyakinan akan hubungannya dengan Allah Swt secara mutlak sebagai bentuk ketaqwaannya. Kegemilangan peradaban, sebagaimana yang pernah dicapai belasan abad oleh umat Islam terdahulu, tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan peran para ibu. Mereka telah berhasil mendidik dan memelihara generasi umat sehingga tumbuh menjadi individu-individu yang mumpuni, yakni generasi mujtahid dan mujahid yang telah berhasil membangun masyarakat dan peradaban Islam hingga mengalami kegemilangan. Oleh karena itu, jelas menjadi ibu sesungguhnya merupakan peran yang sangat mulia dan memiliki nilai politis dan strategis, karena dari para ibu inilah akan lahir para pemimpin umat yang cerdas dan berkualitas. Gemilangnya cahaya Islam akhirnya mengubah segalanya. Panggung peradaban Islam tak hanya didominasi oleh laki-laki. Perempuan pun muncul untuk memberi kontribusi. Mereka menunjukkan kecemerlangan pemikirannya dalam berbagai bidang. Perempuan menjadi sosok yang memahami kemuliaan cahaya Islam dan tak kenal lelah mendidik umat untuk memahami cahaya petunjuk tersebut. Hal ini telah bermula sejak zaman Nabi Muhammad saw dan para shahabatnya saat merintis masyarakat berperadaban, yaitu peradaban yang menyatukan iman, ilmu, amal dan jihad. Faktanya, Madinah merupakan sebuah kota di mana para ayah dengan tenang meninggalkan istri-istri dan anak-anaknya selama berbulan-bulan, bahkan tahunan, untuk berdakwah, berdagang dan berjihad ke penjuru benua. Para ayah itu yakin, Madinah akan mendidik istri dan anaknya menjadi manusia-manusia unggulan. Madinah merupakan kota pendidikan yang lengkap dan suci. Ada Rasul saw yang ma’shum dan cerdas, ada masyarakat shahabat yang militan dan berakhlaq mulia, ada masjid yang makmur dan buka 24 jam, dan yang terpenting ada wahyu Allah Swt yang turun terus-menerus selama 10 tahun. Di Madinah, jika seorang ilmuwan memisahkan aqidah-akhlaq dengan ilmu yang dikuasainya, maka kealimannya batal. Seorang yang menjadi salah satu simpul sanad bagi sebuah hadits, jika dia ketahuan berdusta sekali saja, namanya akan tercatat sampai akhir zaman di kitab musthalahal hadits sebagai kadzab (pendusta) yang riwayatnya tidak valid. Apalagi kalau dia sampai meninggalkan shalat dan bermaksiat. Coba kita bayangkan, di rumahnya anak-anak itu punya ibu yang hafizhah Qur'an dan hadits serta terjaga kehormatannya oleh syari’ah. Di masjid, anak-anak itu akan bertemu Rasulullaah saw dan para shahabat utama. Subhanallaah. Madinah selanjutnya menginspirasi Damaskus, Baghdad, Cordova dan Istambul untuk menjadi pusat peradaban dunia selama berabad-abad. Madinah, Damaskus dan Baghdad bersuka cita memetik butir-butir mutiara sains yang diberikan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Berbagai cabang baru ilmu pengetahuan (new branches of knowledge) di bidang astronomi, fisika, kedokteran, biologi, matematika, ekonomi, sastra, teknologi perang, sampai filsafat dijabarkan terus tanpa henti oleh para ulama. Mereka hafal Al-Qur'an, hafal ribuan hadits, beribadah, berinfaq, dan berjihad seperti para shahabat, pada saat yang sama mereka mengembangkan ilmu-ilmu baru dari semua yang diimani dan diamalkan itu. Inilah yang disebut oleh para ulama, “Orang Barat istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html

4/6


bisa maju karena meninggalkan agamanya, sedangkan kaum Muslimin hanya akan maju jika ia mendalami agamanya.” Generasi Cemerlang Hanya dengan Khilafah Islam Konferensi Intelektual Muslimah untuk Bangsa (KIMB) persembahan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, tanggal 20 Mei 2012 lalu di UI Depok, adalah kontribusi nyata untuk mewujudkan muslimah intelektual yang akan melahirkan generasi cemerlang tersebut. Dan adalah tripartite agent yang berkompeten dalam menyiapkan anak-anak menjadi generasi yang berpendidikan dan cerdas serta memegang teguh aqidah dan syariat, yaitu keluarga, masyarakat dan lingkungan, serta pemerintah atau negara. Output pendidikan melalui jalur keluarga akan optimal apabila disiapkan mulai orang tua memasuki masa pra-nikah, setelah masa pernikahan dan saat bayi masih di dalam kandungan, serta berlanjut sampai ke jenjang pernikahan si anak. Tahap ini menjadi tanggung jawab penuh orang tua. Dalam hal ini, ibu sebagai subjek utama untuk melahirkan generasi, juga memiliki peran utama untuk mendidiknya. Ada satu aspek penting yang tidak boleh hilang, yaitu bahwa proses pembentukan karakter (character building) harus menjadi unsur yang berimbang dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan. Pemahaman akan keseimbangan antara syakhsiyah (kepribadian), tsaqofah dan ilmu kehidupan harus dikembangkan secara proporsional. Metode penanaman dan pengkristalan pemahaman serta kesadaran anak terhadap pentingnya aqidah Islam dalam proses pembelajaran harus digiatkan. Karena proses untuk membangun bangsa yang peduli terhadap masalah umat sangat erat kaitannya dengan upaya mencetak generasi muda sebagai the agent of change. Namun, pendidikan anak tidak dapat semata-mata dilakukan oleh keluarga. Penjagaan generasi juga terkait dengan kontribusi masyarakat. Yaitu menyiapkan generasi cerdas yang diwujudkan dengan partisipasi menciptakan lingkungan yang suportif dan kondusif. Masyarakat sebagai pengontrol hendaknya memiliki perasaan, pemikiran, peraturan yang sama, yaitu atas landasan Islam agar segala bentuk perilaku individu dalam kehidupannya itu senantiasa terjaga dengan benar. Masyarakat pun harus kondusif dengan suasana ‘amar ma’ruf nahyi mungkar. Selanjutnya, negara sebagai penegak aturan adalah negara yang menegakkan aturan Allah Swt dalam pemeliharaan urusan rakyatnya, baik dari sisi kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) maupun naluri (ghorizah). Negara melalui kebijakan pemerintah yang berlandaskan syariat Islam dalam bingkai Khilafah, akan memfasilitasi proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga rakyat senantiasa terkondisikan untuk menyempurnakan ketaatannya kepada Allah. Negara Khilafah, yang akan mengatur dunia dengan syariah Islam, akan memberi hak-hak dan peran perempuan sebagaimana perintah Allah Swt. Khilafah juga bertanggung jawab menjaga para generasi pemain panggung peradaban, hingga tidak memungkinkan munculnya golongan perusak generasi semacam Manji, Lady Gaga dan Corby. Karena itu, perempuan Muslimah dan ibu generasi harus berkiprah dan berkontribusi untuk tegaknya syariah Islam dalam naungan Khilafah. Para perempuan Muslimah yang berkiprah untuk perubahan dengan tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam Khilafah sebagai jalan dan target perubahan, maka mereka akan merasa lelah dan sia-sia karena perubahan hakiki tidak akan pernah terwujud. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Kiprah perempuan Muslimah dalam upaya penegakan Khilafah ini telah disambut oleh Allah Swt dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195: “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain...” Dengan demikian bukanlah mimpi, bahwa Khilafah adalah model pemerintahan cemerlang yang juga akan melahirkan generasi cemerlang hingga masyarakat yang bernaung di dalamnya memperoleh kesejahteraan dan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat, insya Allah. Wallaahu a’lam bish showab [].

Posted 27th May 2012 by Nindira Aryudhani Labels: lady gaga, taqwa, pintar, muslimah, software, generasi muda, intelektual, corby, Khilafah, kapitalistik, syariah, demokrasi, generasi cemerlang, irshad manji

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html

5/6


Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/ibu-pintar-dan-taqwa-pakar-formula.html

6/6


10th November 2012

Hari Pangan Sedunia, Wujud Mimpi Pangan Murah; Kebijakan Pangan Murah Hanya dalam Khilafah Islam

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si

HPS dan misi Ketahanan Pangan Hari Pangan Sedunia (HPS, World Food Day) diperingati pada tanggal 16 Oktober. Pada peringatan setiap tahunnya, HPS selalu berorientasi pada peningkatan kepedulian terhadap masalah kemiskinan dan kelaparan. Ketahanan pangan (food security) merupakan tema yang paling sering digunakan dalam perayaan HPS. Karena merefleksikan kemampuan rata-rata individu untuk mendapatkan makanan (keterjangkauan) dan ketersediannya (haripangansedunia.com, 15/10/2012). Namun, harga pangan dunia tengah diklaim naik karena ada penurunan produksi (yang disebabkan perubahan iklim global). Menurut penelitian FAO, meningkatnya harga pangan membuat orang yang hidup dengan pendapatan kurang dengan 1,25 dolar AS/hari, harus mengurangi jatah pangan mereka. FAO Representative ad interim Indonesia, James McGrane, menyatakan bahwa ada 900 juta orang di dunia yang kekurangan pangan dan sekitar 570 juta di antaranya hidup di wilayah Asia Pasifik termasuk Indonesia (andriewongso.com, 16/10/2011). Menurut catatan FAO, sejak 2007, harga pangan di dunia mengalami kenaikan setelah empat dekade terakhir. Kemudian, pada tahun 2008 dan 2011, harga pangan cenderung naik dan turun secara drastis. Praktek spekulasi komoditas pangan oleh bank-bank besar dan lembaga keuangan internasional yang terpuruk akibat krisis finansial mendorong praktik spekulasi pangan atau pengalihan investasi skala besar di sektor pertanian, terutama di negara-negara Asia dan Afrika. Kenaikan harga pangan pada tahun 2002-2008 mencapai 85% dan meningkatkan jumlah orang kelaparan dan kurang gizi di dunia mencapai 870 juta orang antara tahun 20102012 berdasarkan data FAO (tempo.co, 13/10/2012). Dengan demikian, peringatan HPS masih dipenuhi keprihatinan. Karena misi ketahanan pangan masih terancam oleh kemiskinan dan kelaparan, akibat harga pangan mahal dan rakyat tak mampu membelinya. Harga Pangan Mahal; Bukti Lepas Tangan Pemerintah Setahun berselang, ekonom Hendri Saparini menyatakan bahwa strategi dan kebijakan Pemerintah terkait pangan harus diubah. Pasalnya, ada sekitar 45% penduduk Indonesia yang near poor, artinya dekat dengan kemiskinan dan sangat sensitif terhadap kenaikan harga pangan (kompas.com, 21/07/2012). Presiden justru kontradiktif. SBY menyatakan bahwa era pangan murah telah berakhir. Pemerintah pun berdalih bahwa ini akibat fluktuasi harga minyak dunia dan harga pangan internasional, yang mana keduanya menunjukkan pergerakan yang makin sulit diperkirakan. Tingginya harga pangan, diproyeksikan masih akan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Untuk itu, Indonesia harus menyediakan ketersediaan pangan yang memadai melalui optimalisasi sumber daya domestik. Pemerintah juga harus dapat mengamankan penyediaan pangan pokok, utamanya beras (vivanews.com, 16/08/2012). Wapres Boediono pun sejalan dengan SBY. Orasi ilmiahnya dalam acara puncak Dies Natalis IPB ke-49 pada 25 September 2012, menekankan pentingnya transformasi pertanian untuk memperkokoh ketahanan pangan nasional. Namun, ia juga menyatakan bahwa tanpa transformasi pertanian yang berhasil, ketahanan pangan akan menciptakan ketergantungan terhadap subsidi negara. Sungguh, ini menunjukkan bahwa dengan kata lain, pemerintah memang ingin lepas tangan dalam mengurusi kebutuhan pokok rakyatnya. Hei, bukankah para pemimpin itu dipilih oleh rakyat untuk menyejahterakan, bukan menyengsarakan? Na’udzubillaah.

Mahal/Murah, Hasil Permainan Swasta istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/11/hari-pangan-sedunia-wujud-mimpi-pangan.html

1/4


Pada masa lalu, pemerintah mengendalikan stok beberapa bahan kebutuhan pokok. Namun, setelah monopoli pemerintah dilepas menyusul penandatanganan surat kesanggupan berkehendak (LOI) IMF tahun 1998, dan sebagai bagian dari program IMF guna mengatasi krisis ekonomi di Indonesia, pemerintah diminta tidak lagi memegang stok selain beras. Kini stok dikendalikan segelintir orang (swasta). Ternyata, harganya malah sering melonjak tiba-tiba. Sumber masalahnya ada tiga, yaitu ketergantungan impor, konsentrasi distribusi, dan keterbatasan peran Perum Bulog. Hampir semua komoditas penting pangan nasional Indonesia bergantung pada impor dalam jumlah yang besar, seperti jagung, kedelai, daging, dan beras. Implikasinya, ketika terjadi kenaikan harga internasional atau tiba-tiba permintaan pasar domestik naik, harga di pasar akan cepat berubah naik. Selanjutnya, distribusi juga bermasalah karena beberapa komoditas pangan dikuasai oleh segelintir pelaku. Ini terjadi dalam distribusi gula, jagung, kedelai, daging, dan lain-lain. Penguasaan komoditas tersebut terkait dengan hak impor yang mereka miliki, sehingga kontrol pasokan dan harga sepenuhnya di tangan mereka. Bagaimanapun, swasta adalah investor, pihak yang ber-uang dan bisa punya andil besar. Namun akibatnya, terjadi monopoli bahan pangan, menumpuknya kendali supply pangan pada sekelompok orang, serta impor yang menyebabkan ketergantungan kepada negara lain. Bulog, sebagai lembaga penyangga, dulu punya peran strategis untuk mengontrol pasokan dan harga. Kini, Bulog hanya mengontrol beras. Itu pun dengan anggaran dan cadangan yang terbatas. Belum lagi saat impor beras, pelaksanaan impornya ditenderkan kepada importir swasta dan dijadikan bancakan oleh para pejabat dan politisi. Jika pun berperan, Bulog hanya mengendalikan sejumlah komoditas secara temporer, terutama saat Lebaran, seperti minyak goreng dan daging sapi. Sekarang, kebijakan harga dilepas ke pasar atau harga distabilkan tergantung dari pemerintah. Saat pemerintah melepas ke pasar, asumsinya pasar itu sempurna, padahal tidak. Maka ketika pasar tidak sempurna, intervensi lembaga penyangga stok harus dilakukan. Misalnya impor gandum yang tahun 2012 ini bisa mencapai 7,1 juta ton senilai USD 3,5 miliar atau setara Rp 32,8 triliun (liputan6.com, 17/06/2012) dikuasai tidak lebih oleh empat perusahaan saja, yang terbesar Bogasari dari Grup Salim (Indofood CS). Mereka adalah perusahaan dalam negeri bermodal besar yang mampu menguasai pangan dari hulu hingga hilir (mulai dari impor gandum, industri tepung terigu sampai makanan olahan berbahan tepung terigu). Jadi, mereka bisa mengendalikan penentuan harga di pasar, dan menyebabkan hilangnya peluang usaha bagi masyarakat yang memiliki modal terbatas. Rapuhnya Kapitalisme, Kebijakan Pangan Mahal Ketahanan pangan harus ditopang oleh sebuah sistem untuk melandasi tegaknya berbagai kebijakan pangan. Indonesia sebagai negara demokrasi, maka kebijakan ketahanan pangannya pun berakar pada sistem kapitalisme. Buktinya, terdapat pembukaan potensi investasi oleh pada investor swasta, termasuk asing. Jika investor telah terlibat, maka yang berkembang adalah capaian profit setinggi-tingginya dengan jumlah modal serendah-rendahnya. Wajar jika harga pangan mahal. Akibatnya, rakyat pailit, sulit makan karena tidak mampu beli, sementara peningkatan nominal gaji tidak signifikan. Fenomena hidup irit pun mencapai ambang batas dan hanya menjadi solusi parsial/sementara. Dalam Islam, tiga subsistem ketahanan pangan meliputi ketersediaan, akses, dan penyerapan pangan. Jika salah satu subsistem tersebut tidak dipenuhi, maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Sayangnya, kapitalisme memang rapuh. Ketersediaan pangan menurut kapitalisme adalah ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Konsep ketersedian pangan seperti ini hanya dilihat secara makro, sehingga tersedianya pangan dianggap cukup. Masalah distribusi dan bisa diakses oleh tiap individu atau tidak, itu tidak jadi perhatian. Disamping itu dengan filosofi kebebasan ala kapitalisme, istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/11/hari-pangan-sedunia-wujud-mimpi-pangan.html

2/4


maka penyediaan pangan itu harus diberikan kepada swasta secara bebas. Faktor lain yang ternyata dapat memicu kenaikan harga adalah ketidakseimbangan supply-demand, dan kenaikan harga barang yang dikendalikan pemerintah, seperti harga BBM, TDL, ataupun Elpiji. Jika kita lihat data, maka peningkatan harga sampai dengan pertengahan 2010 didominasi oleh tekanan yang bersumber dari kelompok makanan, seperti cabe merah, cabe rawit, bawang merah, dan bawang putih, serta beras. Harga beras akan mempengaruhi bumbu-bumbuan, lalu bumbu-bumbuan akan mempengaruhi buah-buahan dan sayuran, termasuk ke umbi-umbian, dan seterusnya. Efek ini berputar terus sampai ke produk makanan turunan. Jika harga beras naik, maka lontong dan ketupat ikut naik. Islam Menjamin Ketahanan Pangan dan Harga Pangan Murah Ketahanan pangan dalam sistem Islam tidak terlepas dari sistem politik-ekonomi Islam, yaitu jaminan pemenuhan semua kebutuhan primer (kebutuhan pokok bagi individu dan kebutuhan dasar bagi masyarakat) setiap orang individu per individu secara menyeluruh, berikut jaminan kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersiernya, sesuai dengan kadar kesanggupannya sebagai individu yang hidup dalam masyarakat yang memiliki gaya hidup tertentu. Ketersediaan pangan di sini adalah tersedianya stok pangan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Sementara keterjangkauan pangan adalah tersedia dan terdistribusinya pangan secara merata di semua wilayah dengan tingkat harga yang wajar. Ketersediaan pangan itu erat kaitannya dengan produksi pangan. Sedangkan keterjangkauan pangan erat kaitannya dengan distribusi dan keseimbangan supply dan demand. Pengaturan stok dan supply bisa dilakukan dengan mendistribusikan produk dari daerah-daerah sentra produksi atau yang surplus ke daerah-daerah lain yang kurang. Adanya lembaga penyangga pengelola logistik sebagaimana Bulog, pernah dicontohkan oleh Rasul saw. Beliau mengangkat Hudzaifah ibn al-Yaman untuk mencatat hasil produksi Khaybar dan hasil produksi pertanian. Kemudian lembaga tersebut bekerja dengan cara negara membeli hasil pangan dan menyimpannya di gudanggudang negara untuk didistribusikan ketika supply kurang. Dengan kebijakan itu maka harga pangan bisa dijaga pada tingkat yang wajar. Untuk itu perlu ada badan negara yang berfungsi sebagai penyangga harga dan keseimbangan supply dan demand, khususnya untuk produk-produk pangan pokok dan pangan utama. Badan itu bisa saja seperti Bulog. Kebijakan pengendalian harga dengan mengendalikan supply dan demand menggunakan mekanisme pasar juga harus dilakukan. Sebab Islam melarang kebijakan pematokan harga. Anas ra. menceritakan: Harga meroket pada masa Rasulullah saw lalu mereka (para sahabat) berkata: “Ya Rasulullah patoklah harga untuk kami�. Maka Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Menentukan Harga, Maha Menggenggam, Maha Melapangkan dan Maha Pemberi Rezki dan aku sungguh ingin menjumpai Allah dan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku karena kezaliman dalam hal darah dan harta (HR atTirmidzi, Ibn Majah, Abu Dawud, ad-Darimi, Ahmad). Dalam Islam, perdagangan adalah bagian dari ibadah. Islam mendorong perdagangan karena dengan itu manusia akan saling mencukupi kebutuhannya, tapi tidak boleh berlangsung bebas/liberal (freedom) dan free market. Perdagangan harus dibiarkan berjalan wajar. Mekanisme supply dan demand akan menciptakan tata pemenuhan kebutuhan masyarakat. Penetapan harga pun atas keridhoan antara penjual dan pembeli sebagaimana rukun jual-beli, bukan ditentukan oleh sepihak (penjual saja). Negara mengawasi agar tidak terjadi praktik-praktik terlarang seperti penipuan, penimbunan, monopoli, kedzaliman, menetapkan harga, menaikkan harga. Disamping itu, negara juga harus melarang perserikatan/asosiasi produsen, konsumen atau pedagang melakukan kesepakatan, kolusi atau persekongkolan untuk mengatur dan mengendalikan harga atau perdagangan, misalnya membuat kesepakatan harga jual minimal. Hal itu berdasarkan sabda Rasul saw: “Siapa saja yang turut campur (melakukan intervensi) dari harga-harga kaum Muslimin untuk menaikkan haga atas mereka, maka adalah hak bagi Allah untuk mendudukkannya dengan tempat duduk dari api pada Hari Kiamat kelak� (HR Ahmad, al-Baihaqi, ath-Thabarani). istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/11/hari-pangan-sedunia-wujud-mimpi-pangan.html

3/4


Maka apa saja yang disitu ada unsur untuk memahalkan harga maka tercakup dalam ancaman hadits ini. Pemerintah pun harus mengawasi harga, tidak boleh membiarkan harga melambung tinggi yang dinaikkan sepihak oleh swasta, sementara masyarakat menjerit, menderita karena bentuk penzaliman terhadap masyarakat. Rasul saw bersabda: “Tidak akan menimbun barang supaya naik harganya kecuali orang-orang yang berdosa.” (HR. Muslim). Pemerintah mendorong berkembangnya sektor riil saja atau pertukaran barang dan jasa (pertanian, perindustrian, transportasi dll). Lalu membuat regulasi yang mengatur barang dan jasa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Pemerintah menjaga agar perdagangan berjalan sewajarnya, sehat dan adil, tidak merugikan antara penjual dan pembeli dan menaikkan harga seperti yang terjadi sekarang ini. Semua kebijakan dan strategi itu hanya akan bisa berjalan dengan baik jika didukung oleh kepemimpinan yang kuat dalam sistem kenegaraan yang bisa terjamin adanya keterpaduan antarsektor, bukan malah terjadi ego-sektoral di tengah kepemimpinan yang lemah seperti saat ini. Hal itu hanya bisa terwujud dalam sistem Khilafah ‘ala minhaji an-nubuwwah. Wallâh a’lam bi ash-shawâb.

Posted 10th November 2012 by Nindira Aryudhani Location: Bogor, Indonesia Labels: hari pangan sedunia, stok pangan, perdagangan, harga pangan mahal, akses, ketersediaan pangan, ekonomi, Khilafah Islamiyyah, distribusi Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/11/hari-pangan-sedunia-wujud-mimpi-pangan.html

4/4


7th April 2012

Eksistensi Berujung Mati

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Dunia berduka. Begitu tag berita atas kehilangan sang diva dunia: Whitney Houston. Ya, Whitney ditemukan tak bernyawa di bak mandi Hotel Beverly Hilton, Beverly Hills, California Sabtu (11/2/2012). Di kamar tempatnya menginap ditemukan berbagai jenis obat-obatan dan minuman beralkohol yang diduga menyebabkan kematiannya (detikhot, 18/02). Pemakaman diva pop ini pun mengharu biru. Pasca peristiwa tersebut, segala yang terkait dengan Whitney terus diperbincangkan dunia. Termasuk keberadaan Bobby Brown, mantan suami Whitney, yang disebut-sebut sebagai orang “yang patut disalahkan” atas “keterpurukan” Whitney. Menurut teman sang diva, David Gest, Whitney disebutkan tidak pernah menyentuh obat-obatan terlarang sebelum menikah dengan Bobby Brown (antaranews, 21/02). Tak hanya Whitney yang tewas di puncak kariernya. Fenomena serupa juga terjadi di jagat hiburan Korea. Artis Park Yong Ha, pemeran Kim Sang Hyuk dalam drama terkenal Winter Sonata, ditemukan gantung diri di rumahnya (detikhot, 30/06/2010). Spekulasi segera merebak. Ada yang mengatakan Park Yong Ha bunuh diri karena depresi dan tak kuat menerima cobaan karena sang ayah sakit keras. Ada juga pemberitaan bahwa Park Yong Ha bunuh diri karena overdosis obat tidur untuk mengatasi insomnianya.(beritaterkiniindonesia, 19/02). Park Yong Ha hanya satu dari sekian artis Korea yang mengakhiri hidupnya di puncak karier. Tercatat sejak 2005, sejumlah artis Korea yang sedang ngetop juga bunuh diri dan tahun 2011 adalah puncaknya (anneahira.com, 19/02). DEPRESI PUBLIC FIGURE Menjadi public figur di dunia hiburan itu tak seenak bayangan orang. Tuntutan tampil sempurna, adalah siksaan. Bicara tak bisa sembarangan, berpakaian harus menarik perhatian, tak bebas pergi ke mana saja, dikejar-kejar wartawan, jadwal show superpadat, bahkan terkadang diteror penggemar. Semua harus dibayar mahal, yakni ketidakbebasan. Memang, pundi-pundi harta melimpah, tapi itu berbanding lurus dengan berbagai tekanan hidup yang luar biasa. Ya, di balik ketenarannya, sejumlah ‘ancaman’ siap menjemput. Isu rumah tangga, kritik pedas pengamat hingga teror penggemar bisa menjadi mesin pembunuh bagi sang bintang. Depresi berat pun tak terhindarkan. Obatan-obatan terlarang menjadi pelarian. Seperti halnya yang menimpa Whitney Houston. Meski sudah dinilai sempurna, ia ternyata mengalami krisis percaya diri. Ia dikabarkan berencana operasi plastik dua minggu sebelum meninggal dunia, yaitu dengan facelift. Metode facelift biasa dilakukan untuk mengencangkan wajah dengan menghilangkan keriput yang ada pada muka atau leher (detikhot, 17/02). Kevin Costner yang menjadi lawan mainnya dalam film The Bodyguard, pun bersaksi. Ia menuturkan bahwa Whitney sering bertanya padanya, “Apakah saya sudah tampil bagus? Apakah saya cukup cantik? Apakah mereka (publik) akan suka kepada saya?” (metrotvnews.com, 19/02). Hal yang sama juga menjadi fenomena di Korea. Operasi plastik laris manis di negeri Ginseng itu demi kesempurnaan fisik sang bintang. Maklum, persaingan menjadi artis di sana sangat ketat. Bahkan sudah melalui masa training bertahun-tahun pun, belum tentu calon bintang bakal diorbitkan. Banyak artis Korea yang tidak tahan dan depresi lalu bunuh diri (kapanlagi.com, 03/12/2011). Tuntutan pekerjaan di dunia artis memang sangat tinggi. Manajemen artis pun dituding sebagai salah istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/eksistensi-berujung-mati.html

1/3


satu penyebab. Mereka mengontrol kehidupan artis begitu ketat, menuntut banyak hal, mulai dari menjaga citra, latihan yang ketat, hingga mengatur dengan siapa saja sang artis boleh berkencan. Belum lagi dengan para fans di Korea yang ternyata dapat memberikan tekanan tambahan. Seorang artis dapat dipuji setinggi langit dan kemudian dihina keeseokan harinya. Mereka menguntit idolanya hingga batas yang membuat artis tidak nyaman. Lebih parah lagi, sebagai negara dengan koneksi internet tertinggi dan tercepat di dunia, para fans ini dapat dengan bebas memberikan kritik luar biasa pedas saat idola mereka melakukan tindakan yang tak sesuai harapan (anneahira.com, 19/02). Begitulah, kenyamanan hidup terbukti tidak bisa dinikmati dengan ketenaran dan kekayaan. Anehnya, itulah yang dikejar mati-matian oleh sebagian masyarakat. Semua memimpikan, betapa enaknya hidup mewah dalam gelimang harta dan ketenaran. Namun, ternyata, menjadi terkenal, dipuja dan banyak uang bukanlah akhir kebahagiaan. Bahkan, inilah awal sebuah kehancuran. Betapa banyak kisah-kisah berserakan mengenai hal ini, namun tak juga menyadarkan manusia untuk berhenti mengejar mimpimimpi semu itu. Tanya saja para gadis remaja, kebanyakan mereka pasti mendambakannya. Cara paling mudah, ya menjadi selebriti. Tak heran bila ajang pencarian bakat sebagai gerbang menuju dunia entertainment penuh sesak. Menjadi penyanyi, pemain film, artis sinetron dan juga kontes-kontes kecantikan. Semua demi tujuan: terkenal, dipuja dan banyak uang. Tak hanya para gadis remaja, ibu-ibu yang punya anak gadis pun, pasti bangga jika anaknya mampu meraih “prestasi” seperti itu. Dengar saja celoteh ibunda Ayu Ting Ting di media-media, yang sangat bangga anak gadisnya mampu mendongkrak perekonomian keluarga. Apakah seperti itu yang kita harapkan? Teladan positif apa yang bisa dibagikan kepada para fans, jika idolanya sendiri bingung bahkan putus asa dengan eksistensi dirinya? Haruskah fans mengikuti gaya hidup mereka yang akrab narkoba, minuman keras hingga caranya mengakhiri hidup? KEBAHAGIAAN HAKIKI Siapapun memang ingin sukses. Namun, sukses di dunia bukan jaminan kebahagiaan. Realitas di atas sudah membuktikan. Bukankah kesuksesan di dunia kerap diartikan sebagai terpenuhinya segala kebutuhan kebendaan? Cantik, terkenal, dipuja dan banyak uang, kurang apalagi? Orang seperti itu, mustinya tidak perlu lagi pusing tujuh keliling karena semua bisa dia beli. Ia bisa menikmati hidup, makan apa yang dia suka, foya-foya, jalan-jalan keliling dunia, dst. Nyatanya, semua itu hanya fatamorgana. Kebahagiaan semu. Para public figure yang di permukaan tampak baik-baik saja, terbukti menyimpan kegagalan bertubi-tubi dalam hidupnya. Gagal meraih makna kebahagiaan hakiki. Mengapa? Karena mereka kering dari siraman spiritual hakiki. Mungkin banyak yang menyangkal, bukankah artis juga banyak yang “dekat” dengan Tuhan? Seorang Whitney pun, merehabilitasi dirinya dengan treatment spiritual. Namun, itu tidaklah menyembuhkan. Harus diingat, agama-agama selain Islam hanya mengajarkan aspek kerohanian. Agama itu berusaha “menyirami” kekeringan spiritual, namun di sisi lain manusia itu tetap menjalani hidup di jalan salah karena tidak dibarengi pemahaman akan kesadarannya sebagai hamba dari Tuhan Sang Pencipta. Mereka meyakini agama hanya sebatas penenang ritual, bukan bentuk pertanggungjawaban atas segala aktivitasnya di dunia. Berbeda dengan Islam, dimana mengatur hubungan manusia sebagai hamba Allah SWT, sehingga mengajarkan umatnya selalu terikat pada aturan Sang Pencipta. Islam mengajarkan kebahagiaan bukan pada kesempurnaan fisik dan gelimang materi, melainkan berjalannya manusia sesuai perintah dan larangan Allah SWT. Jadi, hanya Islamlah sumber kebahagiaan hakiki. Sesungguhnya, kebahagiaan hakiki seorang manusia terletak pada ketenangan batinnya sebagai makhluk Allah SWT. istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/eksistensi-berujung-mati.html

2/3


Karena itu, sungguh tidak layak kalau kita sebagai umat Islam ikut meratapi kepergian para diva dunia. Apalagi ikut memujanya sebagai sosok teladan. Padahal tewasnya saja dalam kondisi buruk. Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS Al-Ahzab [33]: 21). Kepada umat Islam, khususnya remaja putri dan ibu-ibu janganlah tergiur mengejar fatamorgana: ketenaran dan gelimang harta. Jika itu yang tetap kalian kejar, artinya sudah siap dengan risiko kematian yang terkategori su’ul khatimah. Na’udzubillahi min zalik. Terakhir, ingatlah pesan Allah SWT Surat Al-Ashr [103] ayat 1-3: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” Wallaahu a’laam.(*) Posted 7th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: idola, depresi, teladan, kevin costner, artis korea, diva pop, bunuh diri, whitney houston, park yong ha Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/eksistensi-berujung-mati.html

3/3


13th June 2012

Diskusi Cerdas Sarat Intelektualitas Ala Mush’ab Bin ‘Umair

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika orang-orang Madinah itu hendak kembali, Rasulullah saw mengutus Mush’ab bin ‘Umair menemani mereka. Mush’ab diperintahkan beliau agar membacakan al-Quran, mengajarkan Islam, dan memberi pemahaman agama kepada mereka. Sehingga dia dinamakan Muqarri’ Madinah: Mush’ab. Mush’ab tinggal di rumah As’ad bin Zurarah.” Mush’ab mendatangi orang-orang di rumah-rumah dan di kabilah-kabilah mereka, mengajaknya masuk Islam dan membacakan al-Quran kepada mereka. Seorang demi seorang masuk Islam hingga Islam mulai tampak dan menyebar di rumah-rumah orang Anshar, kecuali di pemukiman orang Aus, yaitu Khuthmah, Waail, dan Waaqif. Mush’ab membacakan al-Quran dan mengajari mereka, lalu dia menulis surat kepada Rasulullah saw untuk meminta izin shalat Jum’at bersama mereka. Rasul saw mengizinkan, dan membalas suratnya: “Kemudian daripada itu perhatikan hari di mana kaum Yahudi membacakan Zaburnya dengan keras karena datangnya hari Sabtu .... Apabila siang hari telah condong lebih dari separuhnya, maka bertaqarrublah kalian kepada Allah dengan menunaikan shalat dua rakaat dan engkau berkhutbah di tengah-tengah mereka.” Mush’ab bin ‘Umair kemudian shalat Jum’at dengan mereka di rumah Sa’ad bin Khaitsamah, sebanyak 12 orang. Pada hari itu tidak ada yang disembelih kecuali seekor kambing. Jadi, Mush’ab adalah orang yang pertama kali melaksanakan shalat Jum’at dalam Islam. Mush’ab terus berkeliling Madinah menemui orang-orang dan mengajak mereka masuk Islam serta mengajarkan Islam pada mereka. Pada suatu hari, As’ad bin Zurarah keluar bersama Mush’ab bin ‘Umair ke pemukiman Bani ‘Abdul Asyhal dan pemukiman Bani Zhafar (Sa’ad bin Mu’adz adalah anak bibi As’ad bin Zurarah). Keduanya masuk ke sebuah kebun di antara kebun-kebun Bani Zhafar dan berada di dekat sumur yang bernama sumur Muraq. Keduanya duduk di kebun itu sementara kaum Muslim datang dan berkumpul dengan mereka. Sa’ad bin Mu’adz dan Usaid bin Hudhair ketika itu menjadi pemuka dari Bani Abdul Asyhal. Keduanya adalah orang musyrik pemeluk agama kaumnya. Tatkala keduanya mendengarkan ucapan Mush’ab, Sa’ad bin Mu’adz berkata kepada Usaid bin Hudhair: “Saya tidak benci padamu. Temuilah dua orang itu yang datang ke tempat kita hanya untuk membodohi orang-orang lemah di antara kita. Usirlah dan cegahlah keduanya karena keduanya hendak datang ke tempat kita. Seandainya As’ad bin Zurarah tidak berasal dari kaum saya sebagaimana yang telah kamu ketahui, tentu saya sendiri yang akan melakukannya. Dia adalah anak bibi saya, dan saya tidak menemukan alasan untuk mencegahnya.” Usaid bin Hudhair mengambil tombak pendeknya, kemudian berangkat menemui keduanya. Ketika As’ad bin Zurarah melihatnya, maka dia berkata kepada Mush’ab bahwa orang itu adalah pemuka kaumnya yang datang kepadamu, mudah-mudahan dia membenarkan Allah. Mush’ab menjawab, jika dia bersedia duduk, aku akan berbicara padanya. Usaid bin Hudhair akhirnya duduk di depan keduanya dengan wajah cemberut sambil menggerutu, lalu berkata, “Apa yang kalian bawa kepada kami? Kalian hanya akan membodohi orang-orang lemah kami! Menyingkirlah kalian dari kami, jika memang kalian memiliki kepentingan yang berhubungan dengan diri kalian sendiri!” Mush’ab berkata: “Atau sebaiknya engkau duduk dan mendengarkan dulu? Jika engkau menyukainya maka engkau bisa menerimanya. Dan jika engkau membencinya, maka cukuplah bagimu apa yang engkau benci.” Usaid menjawab: “Boleh juga.” Kemudian dia menancapkan tombak pendeknya dan duduk di hadapan keduanya. Lalu Mush’ab menjelaskan Islam dan membacakan al-Quran kepadanya. Keduanya (Mush’ab dan As’ad bin Zurarah) berkata –berkenaan dengan yang dibicarakan tentang keduanya–: “Demi Allah, sungguh kami telah mengetahui Islam ada di wajahnya, sebelum dia berkata untuk menerimanya dengan suka cita.” Tidak berapa lama Usaid berkata, “Alangkah bagus dan indahnya kalimat ini! Apa yang kalian lakukan ketika istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/diskusi-cerdas-sarat-intelektualitas.html

1/3


akan memeluk agama ini?” Keduanya menjelaskan kepadanya: “Mandi, lalu sucikan dirimu dan pakaianmu, kemudian ucapkanlah syahadat, setelah itu shalatlah dua rakaat.” Usaid berdiri, lalu mandi dan menyucikan pakaiannya. Dia membaca syahadat, kemudian berdiri menunaikan shalat dua rakaat. Usaid berkata, “Bersamaku ada seorang laki-laki. Jika dia mengikuti kalian, maka tidak seorang pun dari kaumnya yang akan menentangnya. Sekarang aku akan mengajak Sa’ad bin Mu’adz menemui kalian berdua.” Usaid mencabut tombak pendeknya dan segera pergi menemui Sa’ad serta kaumnya. Ketika itu mereka sedang duduk-duduk di tempat pertemuan, maka ketika Sa’ad bin Mu’adz melihatnya segera menyambutnya dan berkata, “Aku bersumpah atas nama Allah. Sungguh Usaid bin Hudhair telah datang pada kalian bukan dengan wajah seperti ketika dia pergi dari kalian.” Ketika Usaid telah duduk di hadapan orang yang menyambutnya itu, Sa’ad bertanya kepadanya, “Apa yang telah engkau lakukan?” Usaid menjawab, “Aku memang telah berbicara kepada dua orang laki-laki itu. Demi Allah, aku tidak melihat rencana jahat pada keduanya. Aku telah melarang keduanya, namun keduanya berkata, ‘Kami akan melakukan apa yang engkau kehendaki.’ Aku juga telah menceritakan bahwa Bani Haritsah keluar dari perkampungannya menemui As’ad bin Zurarah untuk membunuhnya. Hal itu karena mereka mengetahui bahwa As’ad adalah putra bibimu. Tujuannya agar mereka bisa melindungimu.” Sa’ad spontan berdiri penuh amarah. Dia khawatir terhadap apa yang dikabarkan kepadanya tentang Bani Haritsah. Dia mengambil tombak pendek yang berada di tangan Usaid, lalu berkata, “Demi Allah, aku melihatmu sama sekali tidak berguna!” Kemudian dia segera keluar dan menemui mereka berdua. Tatkala Sa’ad melihat keduanya dalam keadaan tenang, dia menyadari bahwa Usaid hanya menginginkan dia mendengar perkataan dua orang yang ada di hadapannya. Dia berdiri tegak menghadap keduanya dengan wajah memendam kemarahan dan berkata, “Wahai Abu Umamah! Seandainya antara aku dan engkau tidak ada hubungan kerabat, tentu tombak ini sudah aku hunjamkan ke dadamu. Engkau datang ke tempat kami dengan membawa apa yang kami benci.” As’ad menoleh kepada Mush’ab seraya berkata, “Wahai Mush’ab, telah datang kepadamu seorang tokoh. Demi Allah, di belakangnya ada kaumnya. Jika dia mengikutimu, maka tidak seorang pun dari mereka yang akan menentangmu.” Mush’ab berkata kepadanya, “Lebih baik anda duduk dan dengarkan. Jika anda suka dan menginginkannya maka anda bisa menerimanya. Namun, jika anda membencinya, kami akan menjauhkan dari anda segala hal yang anda benci.” Sa’ad berkata, “Boleh juga, aku terima.” Tombak pendek di tangannya ditancapkan di tanah, lalu ia duduk. Lalu Mush’ab menyampaikan Islam dan membacakan al-Quran kepadanya. Keduanya bergumam, “Demi Allah, kami melihat Islam di wajahnya sebelum dia berbicara untuk menerimanya dengan suka cita.” Sa’ad bertanya kepada keduanya, “Apa yang kalian lakukan ketika kalian memeluk Islam dan masuk agama ini?” Keduanya menjawab, “Mandi dan sucikan diri dan pakainmu, kemudian bacalah syahadat dan shalat dua rakaat.” Sa’ad berdiri, lalu mandi dan menyucikan pakaiannya, kemudian membaca syahadat dan shalat dua rakaat. Setelah itu ia mencabut tombak pendeknya, dan segera menghampiri kaumnya. Dia berjalan dengan tegap disertai oleh saudara sepupunya, Usaid bin Hudhair. Ketika kaumnya melihat dia, mereka berkata, “Kami bersumpah dengan nama Allah, sungguh Sa’ad telah kembali kepada kalian bukan dengan wajah seperti waktu dia pergi dari kalian!” Tatkala Sa’ad berdiri menghadap kaumnya, dia berkata, “Wahai Bani ‘Abdul Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang kedudukanku di tengah-tengah kalian?” Mereka menjawab serentak, “Engkau adalah pemimpin kami dan yang paling cerdas di antara kami serta memiliki pribadi paling baik”. Sa’ad kembali berkata, “Sesungguhnya ucapan kaum laki-laki dan wanita kalian kapadaku adalah haram, hingga kalian semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/diskusi-cerdas-sarat-intelektualitas.html

2/3


Tidak berapa lama, keduanya (Usaid bin Hudhair dan Sa’ad bin Muadz) berkata, “Demi Allah, tidak akan ada seorang laki-laki maupun wanita, saat sore hari di pemukiman Bani ‘Abdul Asyhal, kecuali dia akan jadi muslim dan muslimah.” Mush’ab kembali ke rumah As’ad bin Zurarah dan tinggal bersamanya. Dia tidak pernah berhenti mengajak orang-orang kepada Islam, sehingga tidak satu pun rumah kaum Anshar kecuali di dalamnya dihuni laki-laki dan wanita-wanita Muslim. Mush’ab tinggal di Madinah selama setahun. Dia hidup di tengah-tengah Bani Aus dan Khazraj. Setiap waktu dia mengajari mereka agama Islam; menyaksikan perkembangan penolong-penolong agama Allah dan kalimat kebenaran yang tumbuh dengan pesat. Dia tidak bosan-bosannya mengetuk pintu masyarakat agar dapat berhubungan dengan mereka dan menyampaikan dakwah Allah kepada mereka. Dia mendatangi kebun-kebun untuk melakukan kontak dengan para petani saat mereka bekerja dan mengajak mereka masuk Islam. Dia juga menemui pemilik tanah dan mengajak mereka kepada agama Allah. Dia melakukan gerakan yang terencana untuk meraih target, seperti halnya yang dia lakukan bersama As’ad bin Zurarah dalam menggunakan berbagai sarana untuk berhubungan dengan masyarakat, sehingga mampu menggiring mereka untuk mendengar suara kebenaran. Dengan demikian, dalam waktu satu tahun, Mush’ab berhasil membalikkan pemikiran di Madinah dari penyembahan berhala yang hina dan berbagai perasaan yang keliru menjadi wacana tauhid dan keimanan, serta perasaan Islami. Keberhasilan itu menjadikan mereka benci terhadap kekufuran dan menjauhkan diri dari praktik-praktik curang dalam takaran dan timbangan. Demikianlah, keberhasilan Mush’ab dan orang-orang yang memeluk Islam bersamanya dalam mengubah Madinah dari suasana musyrik menjadi Islami dalam tempo satu tahun. Sumber: Kitab Ad-Daulah Posted 13th June 2012 by Nindira Aryudhani Labels: as'ad bin zurarah, mush'ab bin 'umair, madinah, usaid bin hudhair, sa'ad bin mu'adz 0

Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/diskusi-cerdas-sarat-intelektualitas.html

3/3


9th May 2012

DICARI!! ARSITEK DAN FOTOGRAFER KONSTRUKTOR KHILAFAH

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Arus perubahan akan senantiasa bergulir dalam setiap periode kehidupan. Manusia, makhluk berakal aktor utama kehidupan, harus makin kreatif menghadapinya di setiap zaman. Demikian halnya dengan perguliran dakwah, tantangan dan kendala akan terus mewarnainya. Tak hanya sebagai aktor, peran manusia dalam dakwah harus meluas sebagai arsitek atau fotografer mumpuni, meski tidak pernah memiliki pendidikan formal di bidang tersebut. Atas nama ideologi Islam, profesi arsitek dan fotografer itu dapat terwujud sedemikian rupa dalam diri manusia, tanpa iming-iming sejumlah nominal kapital. Bagaimana tidak? Bukankah tugas utama seorang arsitek itu merancang sebuah gambar yang akan diwujudkan dalam bentuk nyata? Dan bukankah tugas utama seorang fotografer itu memotret sebuah fakta untuk diolah dalam rangka menghasilkan gambar yang berseni dalam kancah teknologi? Selanjutnya, bagaimana jika yang objek yang dihadapi itu diganti? Sehingga, seorang arsitek tidak hanya menghadapi sekumpulan gambar yang akan menjadi bangunan, dan seorang fotografer tidak hanya menghadapi sekumpulan pemandangan atau peristiwa untuk dituangkan dalam sejumlah format software. Paduan indah antara seorang arsitek dan fotografer akan nampak justru ketika yang menjadi objek adalah manusia seutuhnya. Manusia yang dipandang memiliki fitrah dan potensinya. Manusia yang harus diurusi, manusia yang harus dilayani oleh orang-orang yang akan menjadi arsitek dan fotografernya. Ia didesain tidak hanya untuk mengisi kekosongan kertas gambar. Ia juga tidak akan bergaya hanya untuk aktivitas editing. Ia akan didesain dan di-“edit” sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki perasaan, pemikiran dan peraturan yang sama, serta terjadi interaksi di dalamnya. Alat desainnya pun bukan pensil dan meja gambar, dan media editing-nya juga bukan sebuah software canggih. Alat desain mutakhirnya justru pemikiran, dan media editing-nya adalah proses berpikir. Jangan lupa, pemikiran dan proses berpikir adalah letak kekuatan utama bagi manusia. Mengingat, kapasitas kekuatan fisik tiap manusia tentu berbeda. Jadi standar fisik tentu akan membuat manusia terkategori hanya pada dua hal, yaitu menang atau kalah. Oleh karena itu, tentu bukan sesuatu yang remeh tatkala ada orang yang justru memilih aktivitas untuk membangkitkan kekuatan utama pada manusia itu. Ya, itulah aktivitas seorang pengemban dakwah. Kekuatan pemikiran telah membuktikan potensinya. Peradaban gemilang bangunan Rasulullaah saw dan para shahabatnya di Madinah, adalah bukti bahwa kekuatan pemikiran dan proses berpikir yang menjadi pondasinya. Pemikiran dan proses berpikir tentang sebelum kehidupan dunia, saat kehidupan di dunia dan setelah kehidupan dunia, dan segala sesuatu yang terkait di dalamnya. Tentang sebuah kesadaran, akan dibawa ke mana aliran makna hidup ini jika tidak disandarkan sepenuh daya dan upaya hanya kepada Yang Maha Mengatur manusia, kehidupan dan alam semesta. Sebuah pemikiran yang akan bermuara hanya pada hakikat penciptaan oleh Sang Khaliq. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. AdzDzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.” Maka aktivitas seorang muslim adalah terikat dengan hukum Allah Swt. Ingat pula standar kesuksesan bagi seorang muslim dalam QS. Al-Ashr ayat 1-3: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” Dengan mindset sukses seperti ini, maka setiap pengemban dakwah siap untuk membuat arus baru perubahan sebagai the agent of change. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. ArRa’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Muatan dan arah perubahan harus senantiasa dipenuhi dengan langkah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Membuat arus perubahan pun tidak bisa sendiri atau gerak individu. Faktanya, Rasulullaah saw ketika menegakkan Daulah Khilafah Islamiyyah di Madinah, diawali dengan membentuk pergerakan bersama para shahabat untuk menentang segala kekufuran di kalangan kaum kafir Quraisy dan kabilahkabilah di jazirah Arab. Maka dalam bergerak, hendaknya kita memiliki prinsip yang terdiri dari dasar pemikiran yang benar dengan batasan yang jelas, metode gerak organisasi atau pergerakan yang lurus, bertumpu pada orang-orang yang berkesadaran sempurna terhadap perubahan, serta memiliki ikatan istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/dicari-arsitek-dan-fotografer.html

1/2


yang benar dengan sesama individu dalam sebuah pergerakan di mana ia terlibat di dalamnya. Prinsip-prinsip ini kemudian menjadi penting. Bukan hal aneh jika setiap pengemban dakwah harus memahami karakternya sebagai the agent of change, di mana ia akan selalu menjadi pihak yang berada di garda terdepan dalam mengawal perubahan hakiki. Demikian pula di masa kini, para pengemban dakwah harus tergabung dalam tim yang solid untuk memulai perubahan yang dicita-citakan. Bercermin dari kisah Rasulullaah saw, maka jelas bahwa perubahan hakiki hanyalah dengan syariat Islam. Wallaahu a'lam bish showab []. Posted 9th May 2012 by Nindira Aryudhani Labels: peradaban, the agent of change, prinsip, fotografer, arsitek, pengemban dakwah, Khilafah Islamiyyah, aktor, kekuatan pemikiran, dakwah View comments

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/dicari-arsitek-dan-fotografer.html

2/2


5th April 2012

BUKTI NONFIKSI PERLINDUNGAN KHILAFAH BAGI PEREMPUAN

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Perempuan, makhluk cantik ciptaan Allah Swt ini bukanlah selebriti di antara makhluk-Nya yang lain. Bukan pula makhluk yang Rasulullaah saw ibaratkan layak untuk disembah. Akan tetapi, profilnya selalu menarik untuk disisir laksana mencari mutiara di kedalaman samudra berkarang terjal. Terbukti, dalam sejumlah peradaban manusia, antara lain Yunani, Romawi, India, Yahudi dan Arab Jahiliah, perempuan hanya dipandang sebagai bakteri yang tidak layak untuk sekedar hidup. Bahkan dalam peradaban Barat yang dikatakan modern, perempuan hanya menjadi komoditas permainan dan kesenangan ketika masih muda, menarik dan cantik. Akan tetapi saat lanjut usia, bukan tidak mungkin jika nasibnya berakhir di tengah lingkungan panti jompo, na’udzubillaahi min dzaalik. Maka ingatlah bahwa sepanjang sejarah, perempuan tidak pernah mendapatkan kedudukan yang terhormat, kecuali dalam ajaran Islam (Buku Siroh Shohabiyah Jilid 2). Islam telah jelas memuliakan perempuan tanpa limit satuan, karena kemuliaan perempuan tertuang di dalam Al-Qur’an yang kebenarannya dijaga oleh Allah Swt hingga akhir zaman. Akan tetapi, realita buruknya kondisi masyarakat termasuk perempuan, merupakan hal yang wajar jika dikaitkan dengan situasi global yang tengah didominasi sistem kapitalisme. Sistem yang tegak di atas asas sekularisme-liberalisme ini memang memiliki watak imperialistik dan eksploitatif. Dan ini tercermin dalam berbagai aturan hidup bebas yang dilahirkannya. Masih segar dalam ingatan, sejak tahun 2010 yang berpuncak di akhir 2011 hingga awal 2012, kasus pelecehan seksual di kendaraan umum telah menjadi hal yang wajar. Mulai dari kejadian pelecehan seksual di KRL Jabodetabek dan bus transjakarta, pemerkosaan di mobil angkutan perkotaan, hingga pelarangan rok mini bagi staf perempuan di Gedung DPR. Ambillah contoh kasus di bus transjakarta. Bus yang lebih akrab disebut busway ini telah menjadi transportasi sehari-hari bagi mayoritas karyawan dan karyawati perkantoran yang notabene adalah kaum terpelajar. Namun kenyataannya, nafsu tidak mengenal pendidikan dan tempat. Apa mau dikata, inilah prinsip kebebasan individu yang menyimpang, bertindak bebas menurut pembenaran pemikiran sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Solusi pemisahan antrean khusus penumpang laki-laki dan perempuan di halte-halte busway terbukti tidak efektif. Penumpang, baik laki-laki maupun perempuan, tak dijamin dapat tertib di jalur antrean yang disediakan, karena dalam keadaan terburu-buru. Begitu juga dengan solusi busway khusus wanita, karena tidak menutup kemungkinan pelecehan oleh sesama wanita yang mengalami kelainan seksual (kompasiana, 24/08/2011). Lain Indonesia, lain pula di Barat. Di AS sebagai jantung kapitalisme, telah dilansir berita tentang Jessica Simpson, seorang aktris dan penyanyi, yang menjadi model foto tanpa busana dan tengah hamil tua untuk sampul majalah Elle edisi bulan April 2012 nanti. Selebriti dunia yang pernah berfoto semacam Simpson antara lain Demi Moore, Britney Spears, Mariah Carey, Claudia Schiffer dan Christina Aguilera (antaranews.com, 08/03/2012). Dan yang sangat menakjubkan, berita ini masuk kategori terpopuler di setiap laman manapun dan saat mengakses berita apapun di dunia maya. Dengan kata lain, berita ini juga telah menjadi berita terpopuler di dunia. Tentu terbayang pula bagaimana komentar-komentar yang beredar seputar kemunculan foto tersebut. Kata-kata tidak senonoh sudah pasti tidak dapat dihindari. Demikian kiranya saat morfologi tubuh telah menjadi komoditas ekonomi kapitalistik, na’udzubillaahi min dzaalik‌ Maka, perempuan seperti inikah yang layak dilindungi? Mereka tidak menghargai kehormatannya sendiri. Lebih parahnya, masyarakat dunia menikmati, negara-negara sekular pun memfasilitasi. Tak heran jika sampai muncul survey tentang negara yang paling banyak mengakses situs porno, di mana Indonesia termasuk salah satu dari 10 besarnya (kompas.com, 15/03/2012). Namun, perempuan semacam ini memang tetap berhak dilindungi, tapi mereka juga harus dibuat mengerti mengenai sisi kemuliaan yang mereka miliki. Jangan-jangan, mereka sendiri tidak pernah mengetahui sisi kemuliaan dirinya yang harus istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/bukti-nonfiksi-perlindungan-khilafah.html

1/4


terjaga. Faktanya, mereka menghalalkan segala cara hingga menjual kemolekan tubuhnya pun karena motivasi ekonomi. Sebagaimana kisah seorang perempuan yang rela menjadi bintang utama film porno dengan bayaran hanya Rp 250.000,- untuk satu kali shooting film (inilah.com, 12/03/2012). Betapa murahnya. Islam adalah aqidah aqliyyah yang terpancar darinya aturan. Syariat Islam telah memerintahkan negara untuk menjamin kebutuhan kolektif warga negara tanpa membedakan kaya atau miskin. Warga negara dipelihara oleh negara hingga menjadi masyarakat yang cerdas, sehat, kuat dan aman. Islam pun telah dengan sangat jeli mengatur kemuliaan perempuan sebagai bagian dari perintah Allah Swt. Nabi saw bersabda sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Umar: “Ingatlah, setiap kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya....” (HR. Bukhari, Muslim). Bicara pemuliaan perempuan, maka harus dikembalikan bahwa sejatinya setiap muslim memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan kapasitas yang telah Allah Swt tetapkan. Ketaatan masing-masing individu terhadap peran dan tanggung jawab tersebut akan menentukan kemuliaan dan derajat seseorang. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa…” (QS Al-Hujurat [49]: 13). Jika sistem kapitalisme-sekular terbukti gagal mensejahterakan apalagi memuliakan dan melindungi perempuan, maka sekarang saatnya menguji kemampuan sistem Islam sebagai satu-satunya sistem pengganti kapitalisme. Sistem Islam yang akan diimplementasikan secara riil oleh institusi negara, yaitu Daulah Khilafah Islamiyyah. Kesejahteraan secara umum diartikan sebagai optimalisasi pemenuhan seluruh potensi yang dimiliki manusia, baik yang terkait dengan kebutuhan pokok (al hajat al asasiyah) seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan termasuk agama sebagai tuntunan hidup, maupun pemenuhan kebutuhan pelengkap (al hajat al kamaliyat) yang berupa kebutuhan sekunder dan tersier. Terkait dengan jaminan keamanan sebagai perlindungan atas kehormatan perempuan, maka penerapan aturan yang tegas dalam bentuk sanksi diberikan kepada siapa saja yang akan mengganggu keamanan jiwa, darah, harta bahkan kehormatan orang lain, baik pelakunya berasal dari kalangan pejabat negara, keluarga penguasa maupun rakyat biasa (perempuan-laki-laki, kaya-miskin, muslim-nonmuslim). Islam memandang perempuan sebagai suatu kehormatan yang wajib dijaga dan dipelihara. Islam mensyariatkan kerudung dan jilbab adalah untuk menjaga dan memelihara kehormatan itu. Nabi saw bersabda: “Perempuan itu adalah aurat.” Badan perempuan harus ditutupi sebagai aurat yang merupakan kehormatan baginya. Jika aurat itu dilihat orang yang tidak berhak, maka perempuan itu dilecehkan kehormatannya. Dalam Islam, perintah menutup aurat tercantum dalam QS. An-Nuur [24] ayat 31 dan QS. Al-Ahzab [33] ayat 59 berikut ini: “Katakanlah kepada perempuan yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau puteraputera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau puteraputera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau perempuanperempuan islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur [24]: 31). “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/bukti-nonfiksi-perlindungan-khilafah.html

2/4


"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab [33]: 59). -- [1232] Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Peraturan-peraturan Islam merupakan hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan ibadah, akhlak, makanan, pakaian, mu’amalah dan ‘uqubat. Hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan ibadat, akhlak, makanan dan pakaian termasuk hukum yang tidak boleh dicari ‘illat-nya. ‘Illat adalah latar belakang diberlakukannya suatu hukum. Hal ini berarti, hukum yang seperti ini diambil sesuai dengan apa yang tercantum dalam nash. Kaidah yang demikian juga berlaku untuk hikmah yang tersebutkan dalam nashnash syara’, maka pengertian hikmah pun terbatas pada apa yang tercantum dalam nash dan diambil hanya dari nash, tidak boleh dianalogikan dengan hal yang lain (Kitab Mafahim HT). Jika dalam terjemahan QS. Al-Ahzab ayat 59 disebutkan bahwa “Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”, maka ini menunjukkan bahwa mengenakan jilbab itu mengandung hikmah, yaitu supaya perempuan tersebut lebih mudah untuk dikenal sehingga mereka tidak diganggu. Hal ini sebagaimana kisah di zaman Rasulullah saw. Jika orang-orang fasik melihat seorang perempuan yang mengenakan jilbab, maka mereka mengatakan bahwa ini perempuan merdeka dan mereka tidak berani mengganggu perempuan itu. Jika mereka melihat perempuan itu tidak mengenakan jilbab, maka mereka mengatakan bahwa ini budak perempuan, sehingga mereka menggodanya. Perempuan berjilbab itu menjadi mulia karena diketahui bahwasanya mereka adalah perempuan merdeka sehingga orangorang fasik itu tidak mengganggunya. Orang-orang fasik tidak berani mengganggu muslimah, karena pelecehan terhadap muslimah akan menerima hukuman besar. Disamping itu, segala gangguan dan pelecehan terhadap muslimah pada hakikatnya adalah pelanggaran terhadap kehormatan kaum muslimin secara keseluruhan (Buku “Jilbab, antara Trend dan Kewajiban”). Khilafah Islamiyyah memberikan keamanan yang nyata kepada warganya, termasuk perempuan, dari gangguan yang merusak kehormatannya. Cukuplah kisah tentang perang Bani Qainuqa’ sebagai bukti. Pada saat itu pasar Bani Qainuqa’ (salah satu komunitas Yahudi di dalam kota Madinah) sedang dalam suasana yang ramai hingga datang seorang perempuan Arab dengan membawa perhiasan untuk dijual di pasar tersebut. Perempuan itu duduk di kedai tukang emas milik salah seorang Yahudi. Tiba-tiba datang seorang Yahudi lainnya dari arah belakang perempuan itu secara mengendap-endap dan mengikat baju perempuan itu dengan alat pengait ke punggungnya. Ketika perempuan itu berdiri, auratnya tersingkap dan orang-orang Yahudi tertawa terbahak-bahak sambil menghina. Seorang laki-laki Muslim yang kebetulan melihatnya menjadi marah. Dia menikam tukang emas itu lalu membunuhnya. Pembunuhan ini mengundang kemarahan kaum Yahudi. Mereka beramai-ramai mengeroyok orang Islam itu dan membunuhnya. Keluarga Muslim yang terbunuh tersebut berteriak meminta tolong kepada kaum Muslim untuk menghadapi kaum Yahudi, lalu mereka datang menyerang kaum Yahudi. Sehingga terjadilah perselisihan antara kaum Muslim dan orang-orang Yahudi. Sebelum kerusuhan pecah dan semakin meluas, Rasul saw sebenarnya sudah meminta kaum Yahudi agar menghentikan gangguan mereka, namun kumpulan manusia terkutuk ini justru makin menampakkan kemarahan. Rasul saw terpaksa keluar bersama-sama kaum Muslim dan mengepung Bani Qainuqa’ dengan sangat rapat selama 15 malam. Perlindungan serupa juga terjadi pada masa kepemimpinan Khalifah Al-Mu’tashim di mana pernah terjadi pelecehan seorang Muslimah oleh pejabat Romawi di kota Amuria. Dalam menindaklanjuti pelecehan ini, Khalifah Al-Mu’tashim pun menurunkan ribuan pasukan hingga akhirnya kota Amuria ditaklukan hanya gara-gara membela seorang perempuan. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang kita lihat pada hari ini. Ketika ratusan TKI mengalami pelecehan seksual, penyiksaan fisik hingga pembunuhan, alih-alih pemerintah bersikap seperti Khalifah Al-Mu’tashim, yang nampak justru mereka lemah dan tidak berdaya. Sungguh ironis! Kemuliaan perempuan tidak akan pernah terlindungi dalam sistem kapitalistik-sekular meski negara yang istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/bukti-nonfiksi-perlindungan-khilafah.html

3/4


menganutnya berpenduduk mayoritas muslim. Formalisasi pemuliaan perempuan memerlukan peran negara sebagai penegak aturan, yaitu aturan Allah Swt dalam pemeliharaan urusan rakyatnya secara paripurna dalam bingkai Khilafah. Dengan demikian, jelaslah bahwa Khilafah Islamiyyah merupakan sistem pemerintahan Islam sebagai kepemimpinan umum kaum muslimin yang menerapkan Islam secara utuh dan menyeluruh dalam pengaturan urusan dalam negeri dan luar negeri. Khilafah Islamiyyah telah terbukti secara de facto dan de jure berhasil menaungi manusia dengan kesejahteraan dan kemuliaan. Kaum perempuan tidak perlu meragukan kemuliaan yang dapat diraih dalam kehidupan di bawah naungan Islam. Kaum perempuan juga tidak harus mengemis sebuah eksistensi. Karena dalam Khilafah Islam, kemuliaan itu bukan fiksi. Wallaahu a'lam bish showab [] Posted 5th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: bani Qainuqa', jilbab, paradigma perubahan, kerudung, Khilafah Islamiyyah, Khalifah AlMu'tashim, kemuliaan, perempuan Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/bukti-nonfiksi-perlindungan-khilafah.html

4/4


12th June 2012

Berburu WCU, Menuju Kampus Idaman

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Menuju Kampus Idaman Diskusi seputar kualitas perguruan tinggi tidak hanya menarik di setiap tahun ajaran baru. Indonesia, dengan rasio sarjana ke jumlah penduduk sebesar 6%, menjadikan sarjana masih merupakan cita-cita banyak orang. Disamping itu, sarjana juga salah satu cara naik ke jenjang sosial dan ekonomi yang lebih tinggi. Namun tentu saja cita-cita itu hanya akan terwujud jika perguruan tinggi yang memberikan gelar sarjana adalah perguruan tinggi yang bermutu. Karena itu, informasi tentang kualitas perguruan tinggi menjadi sangat penting (TSQ Stories Jilid 2 2011). Ya, berdasarkan hasil rapat Pengurus Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 2011, para Rektor Perguruan Tinggi Negeri di bawah koordinasi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional menyelenggarakan seleksi calon mahasiswa baru secara nasional dalam bentuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). SNMPTN 2012 merupakan satu-satunya pola seleksi yang dilaksanakan secara bersama oleh seluruh Perguruan Tinggi Negeri dalam satu sistem yang terpadu dan diselenggarakan secara serentak. SNMPTN 2012 dilaksanakan melalui (1) jalur undangan berdasarkan penjaringan prestasi akademik, dan (2) jalur ujian tertulis. Dan khusus untuk program studi Ilmu Seni dan Keolahragaan, para pesertanya akan melaksanakan ujian keterampilan. Sejalan dengan program Pemerintah tentang Bidikmisi, bagi calon yang dinyatakan diterima melalui masing-masing jalur seleksi dapat mengajukan permohonan memperoleh beasiswa Bidikmisi sehingga mendukung keberlanjutan studinya (www.snmptn.ac.id [http://www.snmptn.ac.id/] ). Pada SNMPTN 2012 ini, ada sekitar 120 ribu kursi yang dialokasikan oleh 61 PTN di seluruh Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Djoko Santoso dalam konferensi pers Panduan Peserta untuk Pendaftaran SNMPTN 2012 jalur tertulis yang berlangsung di Gedung D Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Djoko menyatakan bahwa terjadi kenaikan kuota penerimaan mahasiswa baru melalui jalur tertulis SNMPTN 2012 dibandingkan SNMPTN 2011. Kenaikan tersebut disebabkan beberapa alasan yaitu ikut bergabungnya dua perguruan tinggi negeri baru (Universitas Maritim Raja Ali Haji dan Universitas Musamus) dalam SNMPTN 2012 dan pembukaan program studi baru di beberapa PTN (www.dikti.go.id). Pada kesempatan yang sama, Ketua Panitia Pusat SNMPTN, Akhmaloka, mengajak semua calon mahasiswa untuk mulai mendaftar SNMPTN secara online. Pada Kamis (10/5) pukul 00.00 WIB, sistem pendaftaran SNMPTN 2012 secara online mulai dibuka. Calon peserta SNMPTN 2012 baru bisa mendaftar pada Kamis pukul 08.00. Pendafataran akan dibuka hingga 31 Mei 2012 pukul 22.00 WIB. Akhmaloka juga menegaskan, calon mahasiswa berprestasi dari keluarga ekonomi kurang mampu jangan takut masuk PTN. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Ditjen Pendidikan Tinggi tahun ini mengalokasikan bantuan biaya pendidikan Bidikmisi bagi tiga puluh ribu calon mahasiswa baru yang tersebar diseluruh PTN dibawah koordinasi Kemdikbud (www.dikti.go.id). Perguruan Tinggi Kelas Dunia Tak dipungkiri, arus globalisasi kian menderas di semua bidang, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Sejalan dengan itu dan terlepas dari proses ujian negara sebagaimana SNMPTN, tak menghalangi perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia berlomba untuk mendapatkan predikat World Class University (WCU). Sebuah predikat yang terdengar sangat prestigious. Tak hanya perguruan tinggi yang sibuk meraih predikat WCU, para mahasiswa dan calon mahasiswa pun berlomba untuk dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi berpredikat WCU. Siapa yang tidak bangga menjadi bagian dari perguruan tinggi berkelas dunia yang kualitasnya diakui di seluruh dunia? Namun sayangnya, dari 500 perguruan tinggi yang dinilai sebagai perguruan tinggi terbaik di dunia, mayoritas berada di negara-negara Barat. Sedangkan di Indonesia hanya ada 4 perguruan tinggi yang masuk dalam Top 500 perguruan tinggi dunia versi QS World University Rankings 2010. Keempat perguruan tinggi tersebut adalah UI (peringkat 236), UGM (peringkat 321), ITB (peringkat 401-450) dan Unair (peringkat 450500). Ranking tersebut berdasarkan atas survey yang dilakukan oleh Quacquarelli Symonds Ltd. Perguruan tinggi yang bermutu biasanya diserbu peminat, termasuk dari mancanegara. Wajar, jika akhirnya rasio kapasitas antara peminat domestik dan mancanegara sering menjadi aspek yang dinilai dalam istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/berburu-wcu-menuju-kampus-idaman.html

1/4


pemeringkatan perguruan tinggi. Lembaga-lembaga penilai (surveyor) selain Quacquarelli Symonds Ltd misalnya Academic Ranking of World Universities (ARWU), Times Higher Education (THES), atau Webometrics. Aspek yang juga dinilai oleh lembaga-lembaga tersebut antara lain adalah jumlah paper internasional yang dihasilkan, penyerapan di dunia kerja, serta kualitas sarana dan prasarana pendidikan, seperti jumlah dan kualitas dosen, perpustakaan, laboratorium hingga sarana informasi dan akses internet. Para pemeringkat itu kemudian membuat ranking perguruan tinggi di seluruh dunia. Jika demikian aspek penilaiannya, maka terang saja mayoritas 100 atau 500 perguruan tinggi top dunia pun berada di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang atau Australia. Hanya sebagian kecil yang berasal dari negara-negara Asia, seperti Singapura, Cina, Korea, India atau Malaysia (TSQ Stories Jilid 2 2011). WCU, ‘Saudara Kembar’ BHMN Fenomena WCU harus dipandang dari berbagai sisi. Semangat untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi memang perlu diapresiasi, bahkan didukung. Tidak ada yang salah dengan perjuangan memajukan mutu pendidikan. Bekerja keras dalam penelitian dan menghasilkan banyak publikasi ilmiah internasional merupakan hal yang memang diperlukan. Membangun citra yang baik bagi institusi perguruan tinggi di mata masyarakat internasional pun bukan hal yang salah. Namun di sisi lain, di tengah arus kapitalisme dan liberalisme, institusi pendidikan terpaksa harus berjuang sendiri untuk menyejajarkan diri dengan institusi pendidikan berkelas dunia dan meraih predikat sebagai WCU. Apalagi berdasarkan General Agreement on Tariff and Services (GATS), pendidikan merupakan salah satu dari 12 sektor jasa yang harus diliberalisasi. Hal ini karena dalam pandangan ala kapitalisme, seperti yang diungkapkan Prof.Dr.Sofian Effendi, pendidikan merupakan salah satu industri sektor tersier yang komoditasnya adalah jasa transformasi orang yang tidak berpengetahuan dan tidak berketerampilan menjadi orang yang berpengetahuan dan berketerampilan. Dengan cara pandang demikian, maka penyelenggaraan pendidikan tak ubahnya seperti industri pada umumnya yang sangat bergantung pada kemauan pasar dan berorientasi profit. Bahkan dengan spirit GATS itu pula pemerintah memasukkan pendidikan sebagai salah satu bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal asing dengan penyertaan modal maksimum 49% dalam Perpres No 77/2007 yang kemudian diperbarui menjadi Perpres no.111/2007. Akibatnya tak hanya tarafnya yang katanya mendunia, bahkan tarif perguruan tinggi yang bersangkutan pun melangit. WCU yang ternyata ‘saudara kembar’ bagi BHMN, adalah topeng manis bagi sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Perubahan status beberapa perguruan tinggi seperti UI, UGM, ITB, IPB, dll menjadi BHMN, telah memperlihatkan bahwa pemerintah berlepas tangan untuk mengurusi secara optimal sektor pendidikan tinggi ini. Akibatnya perguruan tinggi berusaha membiayai sebagian kebutuhannya sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka wajar jika muncul kekhawatiran bahwa para pemodal asing dapat menjual ideologi, pandangan hidup (worldview), dan nilai-nilai (values) serta memasarkan standar moral yang dianutnya melalui pendidikan yang mungkin saja tidak sejalan dengan karakter dan nilai-nilai yang selama ini dianut bangsa ini. Transfer of values ini bisa dilakukan secara langsung atau tersamar melalui lembaga pendidikan. Selain itu, beberapa kriteria WCU seperti banyaknya publikasi internasional, kelas internasional, proporsi mahasiswa asing, serta program dual degree menunjukkan betapa terbukanya perguruan tinggi terhadap asing. Disamping itu, kampus juga pencetak SDM unggul dan pandai sebagai output-nya. Yang mana, mereka juga pencetus konsep dan arahan strategis untuk mengatur masyarakat. Hal ini tentu merupakan potensi yang meniscayakan makin banyaknya pihak yang mampu mengakses SDM tersebut hingga dapat mempengaruhi arah kebijakan kampus sesuai dengan kepentingannya. Hal ini juga akan membuka peluang bagi mahasiswa dan intelektual negara maju untuk bisa masuk dan mempelajari kondisi sosial-politik negeri ini. Ditambah dengan luasnya kerja sama internasional, berbagai penelitian strategis akan makin mudah didapatkan oleh para pemodal hanya dengan biaya yang relatif kecil dibandingkan dengan keuntungan yang akan mereka raih. Hanya dengan memberikan dana penelitian sekadarnya kepada civitas akademika, para pemodal akan dapat secara leluasa mengakses hasil penelitian tersebut. Yang tak kalah empuk, parameter WCU selanjutnya adalah kemampuan lulusan untuk bersaing dan terserap dalam bursa tenaga kerja global, sehingga memuluskan agenda kapitalisme untuk mendapatkan tenaga kerja yang relatif murah namun tetap qualified. Tentu saja hal ini sangat bermanfaat untuk mengokohkan cengkeraman penjajahan atas negeri ini. Jadi bukan tidak mungkin, dalam nuansa kapitalisme seperti ini, siapa lagi yang paling diuntungkan dengan keterbukaan ini selain para pemodal kelas dunia?

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/berburu-wcu-menuju-kampus-idaman.html

2/4


Comprehensive Partnership AS-Indonesia, Induk WCU Sementara itu, mari kita tengok ke dalam kampus dalam negeri berlabel WCU. Seperti apa bentuk pertanggungjawaban disiplin ilmu itu? Sejatinya, kampus sebagai tempat mencetak generasi unggul. Keunggulan itu sendiri hanya akan terwujud dengan konsep ilmu lil ‘amal. Hanya saja, dunia kampus mengkondisikan ilmu para alumninya ini terabdikan secara ‘sempurna’, di mana seluruh potensi, energi dan pemikirannya diperas habis hanya untuk memperoleh sejumlah uang lelah. Tanpa mampu berpikir lagi, intelektual kampus terbingungkan tentang sejatinya ke mana arah konsep ilmu lil ‘amal tersebut? Kondisi itu telah sangat menjelaskan bahwa ilmunya tidak untuk kemashlahatan umat sebagai objek yang diurus oleh negara, dimana intelektual sebagai pihak atau staf ahli yang pasti menjadi rujukan. Akan tetapi, yang terjadi, pemanfaatan ilmu itu hanya untuk kemashlahatan sejumlah pemilik kapital yang akan menggajinya dengan berwajah ‘manis’, antara lain melalui maraknya tawaran proyek penelitian. Jadi terbukti, pengarusutamaan WCU saat ini juga merupakan hasil pemantapan Comprehensive Partnership ASIndonesia sejak 2010. Walhasil, sejatinya trend WCU saat ini cenderung menguntungkan para kapitalis dari negara maju. Faktanya, negara-negara berkembang seperti Indonesia selalu berada pada posisi sebagai sasaran strategis dari kaum kapitalis tersebut. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka meski puluhan kampus di Indonesia sudah bertaraf internasional, tidak akan menjamin bahwa hal tersebut akan berkorelasi posistif pada penyelesaian permasalahan bangsa yang sesungguhnya karena kampus tersebut berada pada pusaran kepentingan kaum kapitalis global. Tak dipungkiri, pada akhirnya sistem pendidikan di Indonesia dengan WCU saat ini justru mengarah pada pengopinian ketidakpentingan tujuan pendidikan nasional itu sendiri. Dengan kata lain, sistem pendidikan Indonesia makin miskin visi. Status WCU tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas pendidikan yang diberikan serta kualitas SDM yang diharapkan, yaitu sebagai problem solver bagi bangsa. Para peserta didik hanya diberikan pilihan “now and here” untuk setiap kiprah dalam sistem pembelajaran. Hal ini tentu saja membentuk mental mereka sebagai tenaga teknis alias pekerja (baca: budak), bukan pemimpin. Ganti Paradigma WCU Paradigma WCU harus didefinisikan dengan tepat karena WCU memuat label tingkat internasional. Perguruan tinggi dengan level internasional dalam masa kegemilangan Islam adalah institusi dan pusat-pusat pendidikan yang tidak hanya memintarkan peserta didik. Masa dan sistem pendidikan juga menjadikan mereka berkepribadian tinggi karena dalam sistem pembelajarannya mereka sungguh-sungguh dipandang sebagai manusia, bukan budak. Menuntut ilmu merupakan bagian dari aktivitas ibadah, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. AdzDzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Menuntut ilmu harus senantiasa dikaitkan dengan posisi manusia sebagai makhluk Allah Swt. Kegemilangan sejarah peradaban Islam bukan isapan jempol masa lalu semata, akan tetapi atas izin Allah Swt, kegemilangan itu akan hadir kembali di depan kita. Dalam Islam, kerjasama dalam bidang pendidikan tidak semuanya diharamkan, termasuk dengan negara kafir. Hanya saja, jenis kerjasama itu harus berdasarkan interpendensi simetris, bukan interpendensi asimetris. Artinya, kerjasama bilateral, termasuk dalam bidang pendidikan, hanya dapat dilaksanakan ketika posisi kedua negara se-level, bukan seperti posisi majikan dan buruh. Dalam hal ini, AS sendiri sudah jelas sebagai negara kafir harbi fi’lan. Implikasinya, Comprehensive Partnership AS-Indonesia tidak lain hanya akan semakin memperkuat cengkeraman AS di Indonesia, khususnya dalam proses Amerikanisasi kaum terpelajar Indonesia. Hal ini jelas karena posisi Indonesia saat ini tidak se-level dengan AS. Bagaimanapun, posisi Indonesia masih lebih rendah daripada AS. Dengan kata lain, ini adalah penjajahan tingkat paling halus dan berbahaya. Oleh karena itu, Comprehensive Partnership AS-Indonesia adalah sebuah kerjasama yang diharamkan. Islam Subur dengan WCU Perlu diketahui, istilah ‘college’ yang lazim dipakai di Amerika, sejatinya diambil dari istilah Arab ‘kulliyat’, yang artinya merujuk pada sesuatu yang urgen dan harus dimengerti secara keseluruhan. Jika memang demikian, perlu diketahui juga, bagaimana seandainya pemeringkatan WCU itu dilakukan seribu tahun yang lalu? Maka perguruan tinggi top dunia saat itu justru berada di Gundishapur, Baghdad, Kuffah, Isfahan, istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/berburu-wcu-menuju-kampus-idaman.html

3/4


Cordoba, Alexandria, Kairo, Damaskus dan beberapa kota besar Islam lainnya (TSQ Stories Jilid 2 2011). Dari sekian universitas di Dunia Islam itu, dua universitas tertua dan hingga masih ada adalah Universitas Al-Qairawan di kota Fez, Maroko, dan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Dan yang mungkin kini tak banyak diketahui, Universitas Fez juga berjasa mencetak banyak intelektual Barat seperti Silvester II, yang menjadi Paus di Vatikan tahun 999-1003 M, dan memperkenalkan angka Arab di Eropa (TSQ Stories Jilid 2 2011). Perguruan tinggi di luar wilayah Daulah Khilafah Islamiyyah paling-paling hanya ada di Konstantinopel yang saat itu masih menjadi ibukota Romawi Byzantium, atau di Kaifeng (ibukota Cina saat itu) dan Nalanda (India). Selain itu, termasuk di Eropa Barat, seribu tahun yang lalu belum ada perguruan tinggi. Di Amerika Serikat, apa lagi. Benua Amerika bahkan baru ditemukan tahun 1492. Di Yunani pada tahun 387 SM pernah didirikan universitas oleh Plato. Namun pada awal millenium pertama, universitas ini tinggal sejarah. Berikutnya adalah universitas di Konstantinopel yang berdiri tahun 849 M, meniru universitas di Baghdad dan Cordoba. Universitas tertua di Italia adalah Universitas Bologna yang berdiri tahun 1088 M. Universitas Paris dan Oxford berdiri abad ke-11 hingga 12 M, dan hingga abad ke-16 buku-buku referensinya masih diimpor dari Dunia Islam. Yang juga menarik, pada masa Kekhilafahan Utsmaniyyah, Universitas Al-Azhar mampu mandiri, lepas dari subsidi negara karena besarnya dana wakaf dari masyarakat. Wakafnya pun tak main-main. Ada wakaf berupa kebun, jaringan supermarket, hingga armada taksi (TSQ Stories Jilid 2 2011). Tentunya WCU semacam inilah yang layak menjadi kampus idaman. Khilafah, Menjamin Penyelenggaraan Pendidikan Khilafah, sebagai model terbaik negara yang menyejahterakan (a greatest model for prosperous state), memiliki mekanisme pengaturan berekonomi berdasarkan prinsip hukum Islam yang terbukti dalam kurun 13 abad mampu mewujudkan kesejahteraan secara material, termasuk dalam bidang pendidikan. Ini karena sistem ekonomi Islam bukan hanya sekedar pembiayaan. Ekonomi Islam bukan hanya sekedar perbankan syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, dan semacamnya. Sistem ekonomi Islam adalah sistem yang terintegrasi, dengan beragam aspek perekonomian Islam yang saling berhubungan di dalamnya. Sistem keuangan Islam menyediakan pemenuhan kebutuhan pendidikan sebagai salah satu kebutuhan massal. Baitul maal sebagai sistem anggaran negara mengalokasikan pendanaan yang besar untuk berbagai sarana dan pra sarana pendidikan, sehingga tersedia pemenuhan kebutuhan pendidikan gratis dan berkualitas (Makalah Orasi KIMB 2012). Jadi jelas, menjadi WCU alias kampus taraf mendunia toh bukan legalisasi untuk tarif melangit. Karena itu, jika ingin menjadi WCU, sudah selayaknya kita tidak perlu terikut pada standar yang ditetapkan Barat. Islam telah memiliki standar sendiri tentang kualitas manusia yang ingin dicetak oleh sebuah perguruan tinggi. Mereka tidak perlu kaya untuk menjadi pandai. Namun mereka akan menjadi output yang tidak hanya harus mumpuni secara intelektual tapi juga memiliki kedalaman iman, kepekaan nurani, keshalihan sosial, ketelitian visi politik, keberanian dalam ‘amar ma’ruf nahyi mungkar, serta siap mati syahid dalam jihad fii sabilillaah (TSQ Stories Jilid 2 2011). Inilah yang disebut oleh para ulama, “Orang Barat bisa maju karena meninggalkan agamanya, sedangkan kaum Muslimin hanya akan maju jika ia mendalami agamanya.” Subhanallaah. Dengan demikian, betapa urgen peran negara dalam menyelenggarakan pendidikan bagi warganya. Pendidikan yang dipandang sebagai hak setiap warga negara, bukan komoditi di mana hanya orang berpunya yang dapat menjangkaunya. Meski demikian, Daulah Khilafah Islamiyyah sebagai negara penerap syariat Islam, juga tidak menyepelekan kualitas output para sarjananya. Karena kualitas SDM ini merupakan tulang punggung pembangun peradaban, dalam rangka manifestasi firman Allah Swt: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (TQS ‘Ali Imron [3]: 110). Wallaahu a’lam bish showab [].

Posted 12th June 2012 by Nindira Aryudhani Labels: kampus idaman, WCU, sistem pendidikan, sistem ekonomi islam, Khilafah Islamiyyah, comprehensive partnership Add a comment istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/berburu-wcu-menuju-kampus-idaman.html

4/4


10th June 2012

Bai'at Aqabah Kedua -- Momentum Tegaknya Khilafah yang Pertama

Rombongan haji dari Madinah datang ke Makkah dengan jumlah yang cukup banyak. Mereka terdiri dari 75 orang kaum Muslim, yaitu 73 laki-laki dan dua orang wanita. Kedua orang wanita itu adalah Nasibah binti Ka’ab Ummi ‘Imarah salah seorang wanita dari Bani Mazin bin an-Najjar, dan Asma’ binti ‘Amru bin ‘Adiy salah seorang wanita dari Bani Salamah yang tidak lain adalah Ummu Mani’. Rasul saw menemui mereka secara rahasia dan membicarakan tentang bai’at yang kedua. Pembicaraannya tidak sebatas masalah dakwah dan kesabaran dalam menghadapi semua kesengsaraan saja, tapi juga mencakup tentang kekuatan yang akan mampu mempertahankan kaum Muslim. Bahkan lebih jauh dari itu, yaitu mewujudkan cikal bakal yang akan menjadi pondasi dan pilar pertama dalam mendirikan Negara Islam. Sebuah negara yang akan menerapkan Islam di dalam masyarakat, mengembannya sebagai risalah universal ke seluruh umat manusia dengan membawa serta kekuatan yang akan menjaganya dan menghilangkan semua rintangan fisik yang menghalangi di jalan penyebaran dan penerapannya. Beliau membicarakan hal itu kepada mereka dan akhirnya mengetahui kesiapan mereka yang baik, lalu membuat janji dengan mereka agar menemuinya di Aqabah pada tengah malam saat pertengahan hari-hari tasyriq. Beliau berpesan kepada mereka, “Janganlah kalian membangunkan seorang pun yang sedang tidur dan jangan pula kalian menunggu orang yang tidak ada!” Pada hari yang telah dijanjikan dan setelah sepertiga awal dari malam telah berlalu, mereka keluar dari penginapannya dengan mengendap-endap dan sembunyi-sembunyi, karena khawatir persoalan mereka terbongkar. Mereka pergi ke Aqabah dan mendakinya secara bersama-sama termasuk dua orang wanita yang menyertai mereka. Kemudian mereka menunggu kedatangan Rasul saw, maka dalam waktu yang tidak lama beliau beserta pamannya, ‘Abbas (yang belum masuk Islam saat itu) datang menemui mereka. ‘Abbas datang hanya untuk mengawasi dan menjaga keselamatan keponakannya. Dialah orang pertama yang berbicara dengan ucapan, “Wahai kaum Khazraj, sebagaimana yang kalian ketahui, sesungguhnya Muhammad berasal dari golongan kami. Kami telah menjaganya dari ancaman kaum kami yang juga memiliki kesamaan pandangan dengan kami tentang dirinya. Dia dimuliakan kaumnya dan disegani di negerinya. Akan tetapi semuanya dia tolak, kecuali untuk pergi mendatangi kalian dan bergabung dengan kalian. Jika kalian menganggap diri kalian dapat memenuhi segala hal yang dia dakwahkan, maka penuhilah itu dengan sempurna dan jagalah dia dari siapa pun yang menyalahinya. Maka itu semua menjadi tanggung jawab kalian. Jika kalian melihat diri kalian akan melalaikan dan menelantarkannya setelah kalian keluar bersamanya menunju tempat kalian, maka mulai saat ini tinggalkan dia.” Mendengar pernyataan ‘Abbas tersebut, maka mereka berkata, “Kami mendengar apa yang telah engkau katakan.” Lalu mereka berpaling kepada Rasul saw, “Bicaralah, wahai Rasul, maka ambillah apa yang engkau sukai untuk dirimu dan Tuhanmu”. Setelah membaca al-Quran dan mengharapkan mereka masuk ke dalam Islam, Rasul saw menjawab, “Aku bai’at kalian agar kalian melindungiku seperti kalian melindungi istri-istri dan anakanak kalian.” Lalu al-Barra’ mengulurkan tangannya untuk membai’at beliau seraya berkata, “Kami membai’atmu, wahai Rasulullah. Demi Allah, kami adalah generasi perang dan pemilik medannya. Kami mewarisinya dengan penuh kebanggaan”. Namun, belum selesai ia mengucapkan pernyataannya, alBarra’ sudah disela oleh Abu al-Haitsam bin at-Tiihan dengan mengatakan, “Wahai Rasulullah, di antara kami dan orang-orang Yahudi ada ikatan perjanjian. Kami berniat memutuskannya. Jika kami melakukan hal itu, kemudian Allah memenangkanmu, apakah engkau akan kembali kepada kaummu dan meninggalkan kami?” Rasul saw tersenyum dan berkata, “Bahkan, darah akan dibalas dengan darah, pukulan dibalas dengan pukulan! Sesungguhnya aku adalah bagian dari kalian, dan kalian adalah bagian dari diriku. Aku akan memerangi siapa pun yang kalian perangi dan aku berdamai dengan siapa pun yang kalian berdamai dengannya.” Orang-orang Madinah itu pun sangat bersemangat untuk memberikan bai’at. Namun, ‘Abbas bin ‘Ubadah segera berdiri dan berkata, “Wahai kaum Khazraj, apakah kalian menyadari makna membai’at laki-laki ini? Sesungguhnya kalian membai’atnya untuk memerangi manusia baik yang berkulit putih maupun hitam. Jika kalian menyaksikan harta benda kalian habis diterjang musibah, dan tokoh-tokoh kalian mati terbunuh, apakah kalian akan menelantarkannya? Maka mulai sekarang, demi Allah, jika kalian melakukannya itu adalah kehinaan dunia dan akhirat. Namun, jika kalian melihat bahwa diri kalian akan memenuhinya dengan segala hal yang telah kalian janjikan kepadanya walau harus kehilangan harta dan terbunuhnya para pemuka, maka ambillah dia, dan demi Allah hal itu merupakan kebaikan dunia dan akhirat!” Kaum Khazraj pun menjawab, “Sesungguhnya kami akan mengambilnya meski dengan resiko musnahnya harta benda dan terbunuhnya para pemuka.” istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/baiat-aqabah-kedua-momentum-tegaknya.html

1/2


Kemudian mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa bagian kami bila kami memenuhi hal itu?”. Rasul menjawab dengan tenang dengan ucapan, “Surga”. Seketika itu juga mereka beramai-ramai mengulurkan tangannya masing-masing lalu menggengam tangan beliau dan membai’atnya dengan kata-kata, “Kami membai’at Rasulullah saw untuk mendengar dan mentaati dalam keadaan sukar, mudah, senang, benci, maupun musibah tengah menimpa kami. Kami tidak akan merampas (kekuasaan) dari pemiliknya serta akan mengucapkan kebenaran di mana pun kami berada. Kami juga tidak akan takut di jalan Allah terhadap celaan orang-orang yang suka mencela.” Tatkala mereka selesai, Nabi saw berkata, “Ajukanlah kepadaku dari kalian 12 orang wakil yang akan bertanggung jawab terhadap kaumnya dalam segala urusan mereka!” Mereka memilih sembilan orang dari Khazraj dan tiga orang dari Aus, lalu Nabi berkata kepada para wakil tersebut, “Kalian bertanggung jawab atas kaum kalian dalam segala urusan mereka, seperti Hawariyyun melindungi Isa bin Maryam, dan aku adalah penanggung jawab kaumku”. Mereka menjawab, “Ya”. Setelah itu mereka kembali ke perkemahan mereka, mengemasi barang-barangnya, lalu pulang ke Madinah. Tidak lama berselang, Rasul saw memerintahkan kaum Muslim Makkah hijrah ke Madinah dan mereka berangkat secara terpisah-pisah. Kaum Muslim memulai hijrah mereka orang per orang atau dalam kelompok kecil. Posted 10th June 2012 by Nindira Aryudhani Labels: Rasulullaah saw, makkah, kaum muslim, madinah, khilafah yang pertama, bai'at aqabah kedua Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/baiat-aqabah-kedua-momentum-tegaknya.html

2/2


5th April 2012

Antara Winter Sonata dan Winter in Tokyo

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Antara Winter Sonata dan Winter in Tokyo, antara seorang Kang Joon Sang dan Nishimura Kazuto. Keduanya sama-sama memiliki keahlian dalam bidang gambar. Joon Sang adalah seorang arsitek, sedangkan Kazuto seorang fotografer. Kedua profesi tersebut mungkin pernah menjadi bagian dari citacita seorang manusia. Kini, seseorang itu bisa jadi memang tidak berprofesi sebagai seorang arsitek ataupun fotografer. Akan tetapi, dia justru sangat menguasai profesi arsitek dan fotografer itu, meski tidak pernah memiliki pendidikan formal di bidang tersebut. Kedua profesi itu sungguh terpadu sedemikian indah dalam dirinya, bahkan tanpa iming-iming sejumlah nominal kapital. Bagaimana tidak?? Bukankah tugas utama seorang arsitek itu merancang sebuah gambar yang akan diwujudkan dalam bentuk nyata? Dan bukankah tugas utama seorang fotografer itu memotret sebuah fakta untuk diolah dalam rangka menghasilkan gambar yang berseni dalam kancah teknologi? Tugas utama itu memang menjadi bagian dari hakikat profesi tersebut. Hanya saja, bagaimana jika yang objek yang dihadapi itu diganti? Seorang arsitek tidak akan hanya menghadapi sekumpulan gambar yang akan menjadi bangunan, dan seorang fotografer tidak akan hanya menghadapi sekumpulan pemandangan atau peristiwa untuk dituangkan dalam sejumlah format software. Paduan indah antara arsiteknya Joon Sang dan fotografernya Kazuto akan nampak justru ketika yang menjadi objek adalah manusia seutuhnya. Manusia yang dipandang memiliki fitrah dan potensinya. Manusia yang harus diurusi, manusia yang harus dilayani oleh orang-orang yang akan menjadi arsitek dan fotografernya. Ia didesain tidak hanya untuk mengisi kekosongan kertas gambar. Ia juga tidak akan bergaya hanya untuk aktivitas editing. Ia akan didesain dan di-“edit” sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki perasaan, pemikiran dan peraturan yang sama, serta terjadi interaksi di dalamnya. Alat desainnya pun bukan pensil dan meja gambar, dan media editing-nya juga bukan sebuah software canggih. Alat desain mutakhirnya justru adalah pemikiran, dan media editing-nya adalah proses berpikir. Mengapa?? Tidak lain karena memang pemikiran dan proses berpikir adalah letak kekuatan utama bagi manusia, karena kapasitas kekuatan fisik tiap manusia tentu berbeda. Jadi standar fisik tentu akan membuatnya akan terkategori hanya pada dua hal, yaitu menang atau kalah. Oleh karena itu, tentu bukan sesuatu yang remeh tatkala ada orang yang justru memilih aktivitas untuk membangkitkan kekuatan utama pada manusia itu. Ya, itulah aktivitas seorang pengemban dakwah… Kekuatan pemikiran lagi-lagi sebenarnya telah membuktikan potensinya, tinggal manusia ini mau menyadarinya atau tidak. Peradaban gemilang bangunan Rasulullah saw dan para shahabatnya di Madinah, adalah bukti bahwa kekuatan pemikiran dan proses berpikir yang menjadi pondasinya. Pemikiran dan proses berpikir tentang sebelum kehidupan dunia, saat kehidupan di dunia dan setelah kehidupan dunia, dan segala sesuatu yang terkait di dalamnya. Tentang sebuah kesadaran, akan dibawa ke mana aliran makna hidup ini jika tidak disandarkan sepenuh daya dan upaya hanya kepada Yang Maha Mengatur manusia, kehidupan dan alam semesta. Sebuah pemikiran yang semua hal di dalamnya hanya akan bermuara pada hakikat penciptaan oleh Sang Khaliq. Nothing else…!!! Jika delta muara sungai menjadi pintu menuju samudra, maka kekuatan pemikiran Islam akan menjadi pintu menuju peradaban mulia yang diridhoi Allah Swt.. Hingga menjadi jelas, bahwa kisah perjuangan seorang Joon Sang dan Kazuto pada akhirnya memang takkan dapat menandingi kisah heroik perjalanan dakwah Rasulullah saw dan para shahabat yang perjuangannya tidak pernah digambarkan saat winter, melainkan di tengah teriknya padang pasir Middle East… istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/antara-winter-sonata-dan-winter-in.html

1/2


Posted 5th April 2012 by Nindira Aryudhani Labels: proses berpikir, winter sonata, Rasulullaah saw, peradaban mulia, para shahabat, fotografer, arsitek, winter in tokyo, middle east Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/04/antara-winter-sonata-dan-winter-in.html

2/2


14th May 2012

ANAK TIRI TAK BOLEH MERATAP LAGI

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si “Nisaa… Sini, Cantik,” panggil Bunda lembut. Annisaa, gadis kecil yang tengah asyik mengamati kupukupu di taman itu, menoleh, tersenyum dan memenuhi panggilan bundanya. “Iya, Bun,” seru Nisaa sambil berlari-lari kecil menuju Bunda. “Lihat… Abi sudah datang menjemput kita. Kita pulang sekarang ya, Sayang,” ucap Bunda penuh cinta. Bunda menunjukkan kedatangan Abi pada Nisaa. Abi baru saja pulang dari toko alat-alat listrik di seberang komplek, beli kabel rol. Karena jalan raya sangat ramai di sore hari, maka Abi berpesan pada Nisaa dan Bunda agar menunggunya di taman komplek saja, tak jauh dari pintu gerbang komplek. “Na’am, Bunda,“ sambut Nisaa dengan salah satu kosakata bahasa Arab yang sedang paling sering ia ucapkan. Nisaa menoleh pada Abi. Abi pun berjalan mendekat. “Assalamu’alaykum,” Abi mengucapkan salam. Nisaa dan Bunda menyambutnya dengan tersenyum. “Wa’alaykumussalam,” jawab Nisaa dan Bunda bersamaan. Abi pun balas tersenyum. “Nisaa habis ngapain sama Bunda? Asyik banget kayaknya. Abi jadi pengen tahu,” tanya Abi sambil menggendong Nisaa. Meski sudah 7 tahun, Abi masih suka menggendong Nisaa. Sebenarnya, Bunda sudah sering mengingatkan Abi tentang hal ini. Apalagi, insya Allah Nisaa akan punya adik, karena Bunda sedang mengandung 5 bulan. Bukannya Bunda tidak setuju jika Abi sesekali memanjakan Nisaa. Hanya saja, maksud Bunda, Nisaa juga harus dijaga agar selalu siap belajar menjadi sosok yang dewasa. Tidak hanya karena akan punya adik, melainkan suatu saat Nisaa juga akan menjadi perempuan dewasa. Jadi menurut Bunda, Nisaa harus dipersiapkan sejak dini untuk menjadi muslimah tangguh. Agar ia menjadi pencetak generasi berkualitas di masa depan nanti, insya Allah. Berhubung Nisaa masih kecil, maka pendewasaannya pun dengan bentuk pembelajaran yang semudah dan sekecil apapun yang sekiranya sudah bisa dijangkau oleh akal dan tingkat berpikirnya. Bunda yakin, pendidikan berkarakter dan berbasis aqidah Islam harus ditanamkan sejak dini. Bunda terinspirasi dengan salah satu shahabiyah Rasulullaah saw, Nusaibah binti Ka’ab, yang juga dikenal sebagai Ummu Umarah. Ummu Umarah menjadi simbol semua kemuliaan. Beliau ahli ibadah, seorang mujahidah (perempuan yang ikut berperang) dan sabar dalam menghadapi semua cobaan. Beliau telah ikut beberapa besar bersama Rasul, di antaranya Baiat Aqabah kedua, Perang Uhud, Perjanjian Hudaibiyah, Perang Khaybar, peristiwa Umroh Qodho, penaklukan kota Makkah dan Perang Hunain. Beliau adalah mujahidah pertama dalam sejarah Islam. Beliau juga seorang ibu dari para mujahid yang menjadi syahid di medan jihad (Al-Misri 2006). “Ehmm… Bunda tadi cerita tentang berubahnya ulat jadi kupu-kupu, Bi. Makanya kan tadi Nisaa lagi ngejar kupu-kupu. Kata Bunda, saat masih jadi ulat, dia masih jelek. Nggak punya sayap. Tapi setelah jadi kupu-kupu, ulatnya jadi cantik, punya sayap, terus bisa terbang deh. Bunda juga cerita kalau itu semua adalah ciptaan Allah. Kita harus syukuri dan pelajari. Terus, kalau kita sudah tahu ceritanya, nanti bisa dikasihtahu ke temen-temen Nisaa, Bi. Pokoknya cerita dari Bunda keren banget deh. Kapan-kapan kita minta didongengin bareng sama Bunda yuk, Bi,” papar Nisaa panjang lebar. Nisaa memandang Bunda, penuh harap. Nisaa senang mendengar segala cerita dari Bunda. Karena cerita dari Bunda selalu menarik untuk didengar. Bunda juga pandai membahasakan segala ceritanya dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh Nisaa. Jadilah Nisaa makin banyak menyerap informasi dari Bunda, idolanya itu. “Iyakah? Subhanallaah… Padahal Abi cuma pergi sebentar, tapi Bunda bisa sebanyak itu cerita ke Nisaa? Wah, Bunda memang keren deh, ckckck,” puji Abi terkekeh. Abi menoleh pada Bunda, Bunda jadi tersipu. Ayah dan anak ini memang kompak. “Abi ini bisaan deh. Iya, boleh kok Nisaa Sayang. Sekarang pulang dulu ya, sudah menjelang maghrib niy. Abi kan harus segera sholat berjama’ah di masjid,” Bunda pun menenangkan, tanpa meninggalkan senyum menawannya. Mereka berjalan pulang. *** Hari Sabtu, Bunda lebih sibuk menyiapkan perlengkapan Nisaa sejak pagi. Perlengkapan untuk bekal makanan di sekolah dan untuk menginap. Hari Sabtu sampai dengan Selasa, kadang-kadang hingga Rabu sore, adalah jadwal Nisaa untuk tinggal di rumah Umi. Ya, Bunda memang bukan ibu kandung Nisaa. Abi dan Umi bercerai saat Nisaa berusia 3 tahun. Kemudian, Abi menikah dengan Bunda saat Nisaa berusia 5 tahun. Hak asuh Nisaa diberikan kepada Umi. Tapi Abi juga masih berhak untuk mengasuh Nisaa. Maka, istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/anak-tiri-tak-boleh-meratap-lagi.html

1/7


dibuatlah pembagian jadwal menginap dalam seminggu. Selasa atau Rabu sore, Nisaa akan tinggal di rumah Abi dan Bunda hingga Sabtu pagi. Sabtu, langsung setelah pulang sekolah, Abi atau Bunda akan mengantar Nisaa ke rumah Umi. Kadang-kadang Umi juga menjemput Nisaa di sekolah, sehingga Abi atau Bunda tidak harus mengantar Nisaa ke rumah Umi. Sesekali Umi juga mengantar Nisaa ke rumah Abi dan Bunda. Meski Bunda bukan ibu kandung Nisaa, tapi saat menikah dengan Abi, Bunda sudah berkomitmen untuk menyayangi Nisaa seperti anaknya sendiri. Tak heran, jika Bunda menjadi ibu baru yang sangat baik untuk Nisaa. Sebagaimana hasil sholat istikhorohnya, insya Allah Abi tidak salah saat memilih Bunda, terlebih demi Nisaa. Abi sendiri bukan dengan mudah dapat menaklukkan hati Bunda. Bunda memang bukan muslimah pinggiran. Bunda adalah muslimah hebat. Sebelum menikah, Bunda bahkan memastikan setiap langkah persiapan Abi dengan rinci, khususnya tentang Nisaa. Bunda tidak ingin Nisaa menjadi korban saat Abi menikahinya. Bunda ingin Nisaa tetap merasakan kebahagiaan hidup bersama orang tua kandungnya, walau keduanya telah berpisah. Bunda justru ingin Nisaa tetap merasa beruntung dengan punya dua ibu dan adik-adik baru. Bukankah keluarganya akan makin banyak? Maka, menurut Bunda, hak asuh dan jadwal menginap untuk Nisaa, harus dikelola dengan baik dan benar. Bunda sedemikian perhatian pada Nisaa. Bagaimanapun, perceraian tetap berpotensi untuk mempengaruhi psikis Nisaa sebagai anak. Terlebih dalam sistem kapitalisme seperti sekarang ini, bukan tidak mungkin, anak menjadi bahan rebutan saat sidang cerai maupun pembacaan putusan hak asuh. Tidak seharusnya anak menjadi korban. Oleh karena itu, segala urusannya harus dibicarakan secara komunikatif. *** Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, yang darinya akan dilahirkan anak keturunan mereka sebagai sendi utama bagi pembentukan bangsa dan negara. Namun demikian, dalam pembentukan keluarga adakalanya timbul permasalahan antara suami dan istri. Ini bukan suatu yang aneh karena suami-istri merupakan perpaduan dari dua orang yang mempunyai kepribadian yang berlainan. Permasalahan dalam suatu keluarga yang tidak kunjung usai dapat berujung pada perceraian. Banyaknya kasus perceraian yang terjadi di kalangan artis, seakan mengesahkan perceraian sebagai suatu hal yang biasa. Mereka menganggap kesakralan perkawinan sudah tidak lagi bermakna (Priyana 2011). Imam At-Tirmizi rahimahullah berkata (1863): Katsir bin ‘Ubaid telah menceritakan kepada kami (dia berkata): Muhammad bin Khalid telah menceritakan kepada kami dari Mu’arrif bin Washil dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu Umar dari Nabi saw, beliau bersabda: ‫ﱠ‬ َ ُ‫َﻼ‬ ‫ق‬ ‫َﻰ اﻟط‬ ‫َﺎ ﻟ‬ ‫َﻌ‬ ‫ِﺗ‬ ‫ﱠ‬ ‫َﻰ ا‬ ‫ِإﻟ‬ ‫ِل‬ ‫َﻼ‬ ‫َﺣ‬ ‫َضْاﻟ‬ ‫أ‬ ُ‫ْﺑﻐ‬ “Perkara halal yang paling Allah benci adalah perceraian.” Perceraian dapat berdampak psikologis pada anak, seperti perubahan sikap dan perilaku anak. Anak jadi sering marah, malu, minder dan lain sebagainya. Bisa jadi, kebutuhan hidup anak juga mengalami kesulitan. Karena biaya hidup yang biasanya ditanggung dua orang sekarang beralih menjadi satu orang saja. Dalam hal pendidikan anak, permasalahan juga bisa muncul. Anak yang saat belajar selalu diberi dorongan, diarahkan, disemangati oleh kedua orang tuanya, setelah perceraian, tidak ada yang menyemangati sebab orang tuanya sibuk bekerja. Akibatnya anak menjadi malas belajar (Priyana 2011). Dengan adanya perceraian maka akan terjadinya perubahan status dan peran antara suami-istri. Bagi suami akan mendapatkan status berupa duda, sedangkan bagi istri akan mendapatkan status janda. Namun, bagi ayah atau ibu, seharusnya mereka tetap memperhatikan anak. Sering berkomunikasi, bercengkrama dan menanyakan kesulitan belajar kepada anak, baik di sekolah maupun di rumah, adalah langkah-langkah agar anak tidak terlalu terbebani dengan perceraian orang tuanya. Hal ini penting agar anak bisa menerima perpisahan ayah dan ibunya. Disamping itu, anak dapat menyesuaikan diri secara positif terhadap perceraian tersebut, sehingga tidak mengganggu tumbuh kembangnya. Bagi mantan suami, tetap ikut bertanggung jawab terhadap biaya anak, antara lain biaya pendidikan, perawatan, kesehatan dan kebutuhan hidup (Priyana 2011). *** Tanpa perlu dirahasiakan, Bunda berlatar belakang seperti Nisaa, punya ibu tiri. Nasib Bunda justru lebih tidak enak. Karena ibu tiri Bunda bukan orang yang mau menerima Bunda sebagai anak kandung. Padahal orang tua Bunda berpisah karena ibu Bunda meninggal saat Bunda masih bayi. Sejak itu, Bunda diasuh oleh nenek dan kakek dari ibunya. Bisa dikatakan bahwa Bunda tidak pernah hidup bersama bapaknya setelah beliau menikah istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/anak-tiri-tak-boleh-meratap-lagi.html

2/7


lagi. Ironisnya, Bunda sampai harus sembunyi-sembunyi jika akan bertemu Bapak. Karena ibu tirinya tidak terlalu suka jika Bunda bertemu dengan bapaknya. Saat bapaknya menikah lagi, usia Bunda 6 tahun. Darinya, Bunda mendapatkan dua orang adik perempuan. Adik pertamanya lahir saat usia Bunda 7,5 tahun. Untuk pernikahan ini, nampaknya bapak Bunda memiliki alasan lain yang diprioritaskan, entah apa. Yang pasti, alasan itu bukan diri Bunda. Kisah masa kecil ini membuat Bunda trauma dengan posisi ibu tiri. Saat SMP, Bunda sempat berpikir untuk membalas dendam kepada ibu tirinya. Alhamdulillaah Bunda masih dijaga oleh Allah, sehingga Bunda tidak melaksanakan rencana itu. Bunda percaya bahwa Allah tidak akan membebani seorang hamba melebihi kemampuannya. Makin bertambah usia, Bunda makin sadar. Bunda harus terjaga untuk selalu berprasangka baik kepada Allah. Barangkali ibu tirinya itu adalah letak kebahagiaan yang Allah karuniakan pada bapaknya. Bukankah seharusnya kita juga turut bahagia jika orang kita sayangi juga bahagia? Akhirnya, Bunda menerima qodho Allah. Bunda percaya sepenuhnya pada ke-Maha-Adil-an Allah. Jadi Bunda tidak boleh membenci Bapak. Bunda tak ingin durhaka pada orang tua, apalagi satu-satunya, insya Allah. Bunda teringat firman Allah Swt yang memerintahkan kepada manusia untuk selalu berbuat baik kepada orang tuanya dalam surat Al Israa’ ayat 23, yang artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (TQS Al Israa’ [17]:23). Dari ayat tersebut sudah jelas, seorang anak yang tidak berbuat baik kepada ibu-bapaknya sudah termasuk sebagai anak yang durhaka. Karena secara nyata dia telah mengingkari perintah Allah, walaupun boleh jadi kedua orang tuanya memaklumi dan memaafkan dia, dan tidak pernah menganggap anaknya tersebut berbuat durhaka dengan apa yang dilakukannya. Sementara di sisi lain, Bunda juga ingin menjadi anak yang sholihah bagi ibunya, agar doa-doa Bunda untuk ibu dapat diterima oleh Allah. Karena Bunda faham bahwa doa anak sholih atau sholihah itu bagian dari amal yang tidak akan terputus meski seorang muslim itu telah meninggal. Maka, saat menghadapi Nisaa, Bunda mengimplementasikan keyakinannya itu. Mantan istri atau suami memang ada, tapi tidak akan pernah ada yang namanya mantan anak. Meski Bunda adalah ibu tiri Nisaa, tapi Bunda ingin dekat dengan Nisaa seperti ibu kepada anaknya, sebagaimana Nisaa dekat dengan Uminya. Bunda tidak ingin membuat Nisaa merasa asing padanya. *** Sabtu siang, Umi menjemput Nisaa di sekolah. Tadi pagi, Umi sudah menghubungi Bunda, agar Nisaa tidak perlu Bunda antar ke rumah Umi. Hari itu Umi sedang ada jam kerja ekstra. Maka setelah menjemputnya, Umi mengajak Nisaa ke tempat kerjanya terlebih dulu. Umi bekerja di sebuah pusat penelitian ilmiah. “Assalamu’alaykum, Sayang,” sapa Umi kepada Nisaa dari depan pintu gerbang sekolah. Nisaa berlari menghampiri Umi. “Wa’alaykumussalam, Umi.” Nisaa menjawab salam Umi. Umi mencium Nisaa, pipi kanan dan kiri. Demikian pula Nisaa. “’Pa kabar Nisaa minggu ini?” tanya Umi. “Alhamdulillaah Nisaa sehat, Mi. Umi ‘pa kabar juga?” tanya Nisaa. “Alhamdulillaah Umi juga sehat, Sayang. Umi kangen sekali sama Nisaa,” jawab Umi. “Nisaa juga kangen sama Umi, kangen sekali…” balas Nisaa. Umi pun menggandeng Nisaa, berjalan ke tempat Umi memarkir mobil. Lalu, mereka masuk ke mobil. “Gimana kabar Bunda dan Abi, Nisaa?” tanya Umi sambil bersiap menyetir mobil. “Alhamdulillaah semua sehat, Mi,” jawab Nisaa. “Alhamdulillaah kalau begitu,” balas Umi. “Eh kita ke kantor Umi dulu baru kita pulang ya, Sayang. Umi masih ada sedikit pekerjaan yang mau diselesaikan,” jelas Umi. “Na’am, Mi,” jawab Nisaa. “Eh, pakai bahasa Arab ya? Subhanallaah, anak gadis Umi makin pandai niy,” puji Umi. “Hehe… Nisaa lagi seneng pakai kata itu, Mi, ‘na’am’,” jawab Nisaa malu-malu. “Soalnya, baru bisa itu aja, hehe…” lanjut Nisaa kocak. Umi tersenyum. “Ya nggak apa-apa, sedikit-sedikit insya Allah lama-lama bisa jadi bukit. Sambil jalan, sambil belajar, Sayang. Bahasa Arab kan bahasa Al-Quran, bahasa Islam, jadi sudah selayaknya kita bisa menggunakannya,” jelas Umi bijak. “Insya Allah, Mi. Nisaa suka dengan bahasa Arab. Jadi saat tilawah, sambil membaca tulisan Arabnya, istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/anak-tiri-tak-boleh-meratap-lagi.html

3/7


juga bisa mengerti artinya,” tambah Nisaa. Sekitar 30 menit kemudian, Umi dan Nisaa tiba di kantor Umi. Umi pun menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Nisaa menunggu sambil makan bekal yang disiapkan Bunda tadi pagi. Pekerjaan Umi selesai menjelang ashar. “Kita sholat ashar dulu baru pulang ya, Sayang. Malam minggu begini biasanya macet sejak sore. Takutnya mepet banget di akhir waktu kalau sholat di rumah,” kata Umi. “Okay, Mi,” sahut Nisaa. Sesaat, Nisaa bertanya dalam hati, “Apa ya yang membuat Abi dan Umi bercerai? Umi dan Bunda samasama baiknya kok. Umi dan Bunda sama-sama harus disayang. Tapi mengapa Abi tidak ingin lagi bersama Umi, seperti saat Nisaa kecil dulu ya?” “Entahlah. Yang penting, kehadiran Umi dan Bunda adalah pencerah yang sama hebatnya di sisi Nisaa,” gumam Nisaa, masih dalam hati. *** Betapa malang nasibku Semenjak ditinggal ibu Walau kini dapat ganti Seorang ibu... ibu tiri Tiada sama rasanya Ibu kandung yang tercinta Menyayang sepenuh jiwa Penuh kasih lagi mesra Ibu tiri hanya cinta Kepada ayah ku saja Selagi ayah di sampingku Ku dipuja dan dimanja Tapi bila ayah pergi Ku dinesta dan dicaci Bagai anak tak berbakti Tiada menghirau ku lagi Aduhai ibu tiriku Kasihanilah pada ku Bagai anak mu sendiri Agar dapat ku berbakti (lirik lagu Ratapan Anak Tiri) *** Malam itu, Bunda gelisah memikirkan Nisaa. Abi pun menangkap kegelisahan Bunda. Suara penyiar berita malam di televisi mengiringi pembicaraan mereka. “Ada apa, Bun? Kayaknya ada yang bikin galau?” tanya Abi, menghampiri Bunda di ruang tengah. Abi duduk di sebelah Bunda. Bunda tersenyum. “Nggak ada apa-apa, Bi. Bunda cuma lagi mikirin Nisaa.” “Memang kenapa dengan Nisaa, Bun? Cerita deh,” tanya Abi lagi. “Iya niy, Bi. Nisaa kan sekarang lagi sama Uminya. Entah kenapa Bunda jadi kepikiran. Gimana ya kirakira perasaan Nisaa ke Bunda kalau Nisaa lagi sama Uminya kayak sekarang ini? Bunda khawatir kalau Bunda belum bisa memberikan yang terbaik seperti yang Nisaa peroleh dari Uminya, Bi. Bunda khawatir kalau Nisaa masih punya keraguan sama Bunda. Gimanapun, Bunda kan cuma ibu ketemu gede bagi Nisaa,” jelas Bunda. Ekspresi wajahnya kental dengan kegalauan. Abi tersenyum. “Bunda kenapa jadi lemes gitu? Kan biasanya Bunda selalu tegar. Tapi kalau sudah giliran ngomongin Nisaa, Bunda selalu merasa masih punya banyak kekurangan. Bunda tahu nggak, you are the best for her, for me, for us, insya Allah. Abi memilih Bunda karena Abi yakin Bunda bisa menjadi teladan yang tepat untuk Nisaa dan adik-adiknya nanti. Jadi Bunda nggak perlu selalu khawatir begitu. Bunda harus khusnudzdzon. Bunda adalah idola baru Nisaa, percaya deh sama Abi. Perkara bagaimana perasaan Nisaa antara ke Bunda dan ke Uminya, itu terserah Nisaa. Biarkan dia. Bunda tentu ingat bahwa manusia tidak akan sanggup istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/anak-tiri-tak-boleh-meratap-lagi.html

4/7


berlaku adil dalam perkara cinta dan kasih sayang. Demikian halnya dengan Nisaa, karena itu adalah fitrah manusia. Bunda tak perlu gundah dengan hal itu. Yang penting, kita sebagai orang tuanya, selalu berusaha menjaganya untuk tetap dalam koridor syariat Islam.” Abi mengingatkan Bunda. Bunda mendengarkan dengan seksama. “Astaghfirullaah… Aduh… Bunda tiba-tiba merasa jadi orang lebay, Bi. Bunda sudah berlebihan dalam kekhawatiran itu. Sampai Bunda lupa, bahwa cinta dan kasih sayang Nisaa pada Bunda adalah hak prerogatif Nisaa. Nggak seharusnya Bunda repot mikirin sampai ke sana. Yang bisa Bunda lakukan adalah mengusahakan yang terbaik untuk Nisaa, karena Allah juga akan menilai itu. Insya Allah Bunda mengerti. Jazakallaah khoyr sudah mengingatkan Bunda ya, Bi.” Bunda tersenyum mengerti. “Wa iyyaaki, aamiin. Iya, Bun, insya Allah. Yang pasti, Abi pesan, bahwa masa lalu Bunda dengan Bapak jangan sampai terus-menerus menghantui Bunda. Tiap orang punya jalannya sendiri-sendiri, Bun. Jadi tidak bisa digeneralisasi. Kasusnya beda-beda. Bunda kan orang yang sangat cinta Allah. Jadi Abi yakin Bunda pun akan senantiasa dijaga oleh Allah. Demikian halnya dengan keluarga yang Bunda jaga. Yang terdekat, ya Abi dan Nisaa. Iya kan, Bun?” tambah Abi. “Insya Allah, Bi,” sahut Bunda. *** Posisi Bunda bagi Nisaa memang berpotensi dianggap sebagai kasus rumit di masa kini. Parahnya, televisi justru seringkali menayangkan keserakahan ibu tiri, yang kehadirannya selalu dicurigai oleh keluarga suami, seakan-akan ingin menguasai harta si suami. Tayangan keserakahan ibu tiri di televisi kiranya tidak dapat dijadikan ukuran terhadap citra ibu tiri pada umumnya. Boleh jadi masih banyak ibu tiri yang berperilaku baik yang mencerminkan perilaku istri yang sholihah, yang menyayangi anak tirinya bagaikan anak kandungnya dan menjalin hubungan baik dengan keluarga suaminya. Demikian pula keluarga suami, sudah semestinya menjalin sikap yang bersahabat dengannya. Sayangnya, perilaku ibu tiri yang baik, nyaris tidak pernah ditayangkan di televisi. Namun, kita harus optimis, jika ada atau bahkan sering ditayangkan perilaku ibu tiri yang baik, demikian pula keluarga suaminya yang sangat bersahabat itu, maka akan menjadi sebagian dari upaya pendidikan kepada masyarakat, yakni menjadi teladan bagi istri yang kebetulan menjadi ibu tiri dan keluarga suaminya serta masyarakat pada umumnya. Pada gilirannya diharapkan dapat mengurangi citra serakah seorang ibu tiri dan sikap curiga keluarga suaminya. Sejatinya, ibu tiri yang masih terikat pernikahan dari suaminya pada hakikatnya adalah istri dari suaminya dan kedudukannya sama dengan kedudukan seorang istri. Hal ini berarti bahwa hak dan kewajibannya sama dengan hak dan kewajiban seorang istri terhadap suaminya. Hak dan kewajiban suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga diatur sedemikian rupa oleh ajaran Islam yang tertuang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah Rasulullaah saw. Dengan demikian, seandainya suatu rumah tangga Muslim mengikuti ajaran agama Islam yang berhubungan rumah tangga dengan benar sesuai dengan petunjuk Allah Swt dan Rasul-Nya, niscaya apa yang ditayangkan pada televisi itu tidak akan terjadi. Pesan-pesan yang tersirat pada firman Allah Swt yang mengatur hubungan anak tiri dengan bapak tiri dan ibu tiri, yaitu: 1. Dengan terjadinya akad nikah yang sah antara seorang laki-laki yang mempunyai putra dengan seorang perempuan, maka putra dari laki-laki itu menjadi mahram (tidak boleh kawin) untuk selama-lamanya dari perempuan itu (ibu tiri), walaupun si ibu tiri telah bercerai dengan laki-laki itu (bapak si anak). Allah SWT berfirman: ُ َ 22 :(4) ‫ ]اﻟﻧﺳﺂء‬.ً ‫ِﺑﯾﻼ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺳﺎ‬ ‫ْﻘﺗ‬ ‫َﻣ‬ ‫ًَو‬ ‫َﺔ‬ ‫ﺎﺣﺷ‬ ‫َن ﻓ‬ ‫َﺎ‬ ‫ُﻛ‬ ‫ﱠﮫ‬ ‫ِإﻧ‬ ‫ف‬ ‫ﺳﻠ‬ ‫َد‬ ‫ﱠَﻣﺎ ﻗ‬ ‫ِإﻻ‬ ‫ِﺎء‬ ‫ﺳ‬ ‫ِﻧ‬ ‫َن اﻟ‬ ‫ْمِﻣ‬ ‫ُؤﻛ‬ ‫َﺑﺎ‬ ‫َﺢ آ‬ ‫َﻛ‬ ‫ُﺣواَﻣﺎ ﻧ‬ ‫ِﻛ‬ ‫ْﻧ‬ َ ‫َﺗ‬ ‫]وﻻ‬. َِ َ‫َء‬ َ‫ًﺎَو‬ َ​َ َْ َّ َ Artinya: “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).” [QS. an-Nisa’ (4): 22]. 2. Jika terjadi akad nikah yang sah antara seorang laki-laki dengan seorang janda yang mempunyai anak perempuan, maka anak perempuan dari janda itu menjadi mahram untuk selama-lamanya dari laki-laki itu, setelah terjadi hubungan seksual antara laki-laki (suami) dengan janda yang telah menjadi istrinya itu(ba‘da dukhul), walaupun laki-laki itu telah bercerai dengan janda itu. Allah SWT berfirman:

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/anak-tiri-tak-boleh-meratap-lagi.html

5/7


ُ َ ‫ﱠ‬ ُ ُ ‫ﱠ‬ ُ ُ ُ َ ُ َ ُ ْ‫َﻣ‬ :(4) ‫ ]اﻟﻧﺳﺂء‬... ‫ْم‬ ‫ُﻛ‬ ‫ْﯾ‬ ‫َﻠ‬ ‫َح ﻋ‬ ‫َﺎ‬ ‫َُﺟﻧ‬ ‫َﻼ‬ ‫ﱠن ﻓ‬ ‫ِﮭ‬ ‫ِﺑ‬ ‫ْم‬ ‫ْﻠﺗ‬ ‫َﺧ‬ ‫ُوا د‬ ‫ُوﻧ‬ ‫َﻛ‬ ‫ْم ﺗ‬ ‫ْن ﻟ‬ ‫ِﺈ‬ ‫ﱠن ﻓ‬ ‫ِﮭ‬ ‫ْمِﺑ‬ ‫ْﻠﺗ‬ ‫َﺧ‬ ‫ِﺗﻲ د‬ ‫ُم اﻟﻼ‬ ‫ِﺋﻛ‬ ‫ﺳﺎ‬ ‫ْمِﻣ‬ ‫ورﻛ‬ ‫ِﺗﻲِﻓﻲُﺣ‬ ‫ُم اﻟﻼ‬ ‫ُﻛ‬ ‫ِﺋﺑ‬ ‫َﺎ‬ ‫َرﺑ‬ ‫َو‬... ... ... ‫ْم‬ ‫ُﻛ‬ ‫َﮭﺎﺗ‬ ‫ﱠﻣ‬ ‫ْم أ‬ ‫ْﯾﻛ‬ ‫َﻠ‬ ‫تﻋ‬ ‫ّر‬ ‫ُﺣ‬ َ َ َ َ‫ْنِﻧ‬ ِ‫ُﺟ‬ ِ 23]. Artinya: “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; … … … anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; …” [QS. an-Nisa’ (4): 23]. Dari ayat-ayat di atas dapat difahami bahwa dengan terjadinya akad nikah yang sah antara seorang lakilaki dan seorang perempuan yang salah seorang atau keduanya telah mempunyai anak, maka pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa hukum yang berlaku bagi kedua pasangan yang telah melakukan akad nikah dan anakanak mereka. Peristiwa hukum itu ialah telah terjadi tahrim mu‘abbad (larangan atau halangan perkawinan untuk selama-lamanya) antara bapak dengan anak tirinya yang perempuan jika bapak dengan istrinya (ibu anak tiri) ba‘da dukhul (telah berhubungan seksual) dan antara ibu dengan anak laki-laki dari suaminya. Larangan atau halangan perkawinan ini adalah larangan atau halangan yang tetap untuk selama-lamanya walaupun nanti pada suatu saat terjadi perceraian antara si bapak tiri (suami) dan ibu anak tiri (istri). Dalam hal ini tersirat suatu pesan kepada semua anggota keluarga bahwa telah terjadi perubahan status hukum pada keluarga mereka, yaitu masing-masing mereka telah menjadi anggota keluarga dari bapak dan ibu mereka. Sebagai anggota keluarga yang baik mereka harus berusaha untuk menciptakan kerukunan, kebersamaan dengan melakukan musyawarah dalam keluarga sebagaimana petunjuk yang terdapat pada surat ath-Thalaq ayat 6 di atas. Mereka harus yakin bahwa Allah dan Rasul-Nya memberi tuntunan yang lengkap dalam membina hidup berkeluarga. Dengan demikian tidak ada lagi anggota keluarga yang merasa disisihkan oleh anggota keluarga yang lain (www.umy.ac.id [http://www.umy.ac.id/] 2011, diakses tanggal 14/05/2012). *** Anak adalah permata hati. Mitos ratapan anak tiri harus diganti. Tak seharusnya label ‘anak tiri’ dan ‘ibu tiri’ membuat keki. Anak tiri pun tak boleh meratap lagi. Tak peduli anak kandung atau anak tiri, kehadirannya merupakan anugerah terindah bagi orang tua. Allah Swt telah berfirman secara khusus untuk menjaga anak-anak kita, yaitu: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan Memberi Rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (TQS Al-Israa [17]: 31). Demikian pula firman Allah Swt yang telah mengabadikan kisah Luqman dalam Al-Qur’an: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’ ” (TQS Luqman [31]: 13). Anak adalah generasi potensial untuk membangun bangsa dan peradaban. Adalah tripartite agent yang berkompeten dalam menyiapkan mereka menjadi generasi yang berpendidikan dan cerdas serta memegang teguh aqidah dan syariat, yaitu keluarga, masyarakat dan lingkungan, serta pemerintah atau negara. Output pendidikan melalui jalur keluarga akan optimal apabila disiapkan mulai orang tua memasuki masa pra-nikah, setelah masa pernikahan dan saat bayi masih di dalam kandungan, serta berlanjut sampai ke jenjang pernikahan si anak. Tahap ini menjadi tanggung jawab penuh orang tua. Namun, pendidikan anak tidak dapat semata-mata dilakukan oleh keluarga. Keyakinan seorang hamba akan hubungannya dengan Allah Swt adalah mutlak sebagai bentuk ketaqwaannya. Hal ini terkait dengan kontribusi masyarakat dalam menyiapkan generasi cerdas yang diwujudkan dengan partisipasi menciptakan lingkungan yang suportif dan kondusif. Masyarakat sebagai pengontrol hendaknya memiliki perasaan, pemikiran, peraturan yang sama, yaitu atas landasan Islam agar segala bentuk perilaku individu dalam kehidupannya itu senantiasa terjaga dengan benar. Masyarakat pun harus kondusif dengan suasana ‘amar ma’ruf nahyi mungkar. Selanjutnya, negara sebagai penegak aturan adalah negara yang menegakkan aturan Allah dalam pemeliharaan urusan rakyatnya, baik dari sisi kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) maupun naluri (ghorizah). Negara melalui kebijakan pemerintah yang berlandaskan syariat Islam dalam bingkai Khilafah, harus mampu memfasilitasi proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga rakyat senantiasa terkondisikan untuk menyempurnakan ketaatannya kepada Allah. Dengan demikian telah jelas bahwa Islam diturunkan memang untuk menjadi solusi bagi permasalahan kehidupan manusia. Hal ini adalah jaminan dari Allah berdasarkan firman-Nya dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Serta dalam QS.AlAhzab ayat 36: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/anak-tiri-tak-boleh-meratap-lagi.html

6/7


tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” Wallaahu a’lam bish showab []. Daftar Pustaka: Al-Misri M. 2006. Sirah Shahabiyah Jilid 2. Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat. An-Nabhani T. 2001. Sistem Pergaulan dalam Islam. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah. Priyana D. 2011. Dampak perceraian terhadap kondisi psikologis dan ekonomis anak (studi pada keluarga yang bercerai di desa Logede kec. Sumber kab. Rembang) [skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. UMY. 2011. Kedudukan Ibu Tiri dalam Islam. www.umy.ac.id [http://www.umy.ac.id/] [diakses tanggal 14/05/2012].

Posted 14th May 2012 by Nindira Aryudhani Labels: peradaban, generasi, ummu umarah, anak durhaka, perceraian, mujahidah, Khilafah, ibu tiri, anak tiri Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/05/anak-tiri-tak-boleh-meratap-lagi.html

7/7


2nd June 2012

‘Telenovela’ Ala ‘Trio’ Perusak Generasi

Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si Muqodimah Jika telenovela ala Amerika Latin telah mendominasi media elektronik di tahun 1990-an, maka panggung momentum pendidikan dan kebangkitan Mei 2012 lalu tak kalah ramai oleh dominasi ‘telenovela’ ala ‘trio’ perusak generasi. Siapa lagi jika bukan Irshad Manji, Lady Gaga dan Corby. Kisah Irshad Manji yang belum lagi mendingin, tak membuat negeri ini terhindar dari terpaan panasnya isu Lady Gaga dan Corby. Manji, Gaga dan Corby tak diragukan lagi sepak terjangnya. Mereka adalah para perempuan yang menjadikan ide-ide kapitalis sebagai pijakan. Mereka juga ‘dengan sadar’ berkontribusi bagi orang-orang selainnya untuk terkooptasi pada ide-idenya. Akibatnya, ide-ide kapitalis-liberal-sekular makin sukses menjerumuskan umat ke dalam jurang kejahiliahan dan kegelapan. Kegelapan ini tidak akan pernah beranjak dari umat secara keseluruhan selama umat Islam mencampakkan aturan-aturan dari Allah Swt dan Rasul-Nya. Realitanya, sistem kapitalistik yang telah sekian lama bercokol ini, tidak pernah mengubah nasib umat. Maka aneh, jika harus ada perdebatan antara kebenaran dan kesalahan tentang ketiganya. Padahal sudah nyata, mereka adalah para perempuan perusak generasi muda. Memangnya apa yang patut dielukan dari mereka bertiga? Tidak ada. Bahkan bukan tidak mungkin, anak dari para perempuan seperti mereka akan sangat malu jika mengetahui perilaku ibunya yang justru menghancurkan generasi. Balada Irshad Manji Irshad Manji adalah ikon pengusung feminis liberal yang mengaku beragama Islam. Jika selama ini banyak kaum feminis menyerukan pemikiran sesatnya, maka masyarakat masih melihat kesesatannya dan tidak adanya pijakan agama yang melatarbelakangi. Namun pada sosok Manji, diopinikan seolah-olah pandangan sesatnya adalah ‘penafsiran yang berbeda’ terhadap nash-nash syariat. Bahkan beberapa pentolan liberal menyebutnya ‘mujtahid muslimah’. Seakan-akan pijakan ide sesatnya adalah agama, padahal yang dia lakukan justru mengacak-acak hukum-hukum agama. Jelas, pemikiran Manji jauh lebih berbahaya daripada pengusung feminis dan liberal lainnya. Manji telah bebas masuk ke Indonesia, meluncurkan buku, hingga mengadakan diskusi di berbagai pertemuan. Padahal pemikiran Manji benar-benar sesat dan merusak. Dengan alasan kebebasan dan cinta, Manji mempromosikan lesbianisme. Dia pun dengan bangga menyebut dirinya lesbian. Secara terbuka Manji membela negara Zionis Israel dan sebaliknya menyalahkan sikap umat Islam. Tidak hanya itu, sikapnya dibangun dengan menyerang ajaran-ajaran Islam yang qoth’i (yang tegas), yang tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah tersebut. Dalam bukunya The Trouble with Islam Today, Manji dengan serampangan menyatakan Rasulullaah Muhammad saw telah mengedit (mengubah) Alquran. Ia pun menampik realitas azab Allah Swt terhadap kaum Nabi Luth as karena perbuatan homoseksual mereka. Menurutnya, bisa jadi azab itu disebabkan faktor lain seperti tindak kekerasan seksual. Ide yang dikampanyekan Manji jelas sangat berbahaya bagi kaum perempuan, juga bagi pembentukan institusi keluarga. Di tengah derasnya arus pemikiran liberal dan gaya hidup kapitalis saat ini, ide Manji bisa mendorong semakin banyak perempuan mengabaikan pernikahan, menganggap kehidupan pernikahan adalah beban, hambatan dan bahkan penjara yang mengurangi kebebasan dsb. Selanjutnya melahirkan anak dianggap hanya menambah masalah baru, toh ada cara ‘melahirkan’ yang lain yakni melahirkan karya misalnya. Jelas ini membahayakan kelangsungan keluarga dan mengancam lahirnya generasi. Karenanya, lost generation bisa terjadi di depan mata. Islam telah menegaskan bahwa lesbianisme adalah ide sesat yang tidak boleh dibiarkan ada. Tidak ada perbedaan pendapat sedikitpun tentang keharamannya. Dalam Islam salah satu fungsi syariat adalah pemeliharaan keturunan (muhafadzah ala an nasl), dengan adanya syariat pernikahan, larangan zina, larangan homoseksual dan lesbianisme. Ada sanksi tegas jika larangan-larangan di atas dilanggar. Dengannya kelangsungan generasi terpelihara dan kehormatan manusia terjaga. Bagi pelaku lesbianisme ada hukuman bunuh sebagaimana dalam sabda Rasulullaah saw diriwayatkan Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Ahmad dari Sahabat Ibnu Abbas ra , yang artinya: “Barangsiapa yang kalian temui melakukan perbuatan kaum Luth (homoseks/lesbian) maka bunuhlah pelaku dan orang yang menjadi objeknya”. (HTI Press). istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/telenovela-ala-trio-perusak-generasi.html

1/5


Opera Lady Gaga Promotor konser Lady Gaga [http://selebriti.kapanlagi.com/hollywood/l/lady_gaga/] memastikan bahwa konser yang rencananya digelar di Jakarta, 3 Juni 2012, batal digelar. Pembatalan ini mengingat situasi yang tidak memungkinkan karena faktor keamanan. Minola Sebayang selaku kuasa hukum Big Daddy, sebagai promotor mengungkapkan hal tersebut dalam sebuah acara sosialisasi rencana konser yang dilaksanakan di Nutz Culture, Senayan City, Jakarta Selatan, Minggu (27/05). Sementara itu, pihak manajemen Lady Gaga [http://selebriti.kapanlagi.com/hollywood/l/lady_gaga/] membatalkan konser terkait keamanan bukan hanya keamanan Lady Gaga [http://selebriti.kapanlagi.com/hollywood/l/lady_gaga/] saja tapi bagi seluruh tim Lady Gaga [http://selebriti.kapanlagi.com/hollywood/l/lady_gaga/] dan keamanan penonton yang sudah membeli tiket. Dan untuk tiket, akan dikembalikan penuh kepada para fans Lady Gaga [http://selebriti.kapanlagi.com/hollywood/l/lady_gaga/] (kapanlagi.com, 27/05/2012). Lady Gaga pun sempat curhat. Ia menyatakan bahwa hatinya sama hancurnya dengan para fans-nya (tempo.co, 27/05/2012). Penyelenggaraan konser Lady Gaga ini memang ditolak oleh sejumlah kalangan. Termasuk dengan ketiadaan izin tampil dari Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Dr. Drs. H. Untung Suharsono Radjab. Bagaimana tidak? Konser Lady Gaga jelas merupakan sebuah kemungkaran yang pasti akan menimbulkan kemudharatan atau kerusakan. Oleh karenanya, konser itu harus dihentikan, bukan dibiarkan apalagi didukung. Sedangkan, munculnya pertentangan antara pihak yang menentang konser Lady Gaga dan yang mendukungnya tidak lain dipicu oleh berkembangnya nilai-nilai materialisme di tengah-tengah masyarakat yang bersumber ideologi kapitalisme dimana segala sesuatu diukur dari sudut kepentingan ekonomi (bisnis) sedemikian rupa sehingga nilai-nilai agama (Islam) diabaikan (HTI Press). Romantika Corby Romantika Corby pun tak kalah menuai ironi. Grasi yang dianggapnya anugerah, telah mengundang sejumlah opini pertentangan dari penduduk negeri ini. Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) mengaku kecewa atas sikap presiden yang memberikan potongan masa tahanan (grasi) terhadap terpidana kasus narkotika Schapelle Leigh Corby, warga negara Australia. Pemberian grasi tersebut dinilai mencederai komitmen pemerintah yang ingin memberantas narkoba di Indonesia. Menurut Malik, Ketua Komisi Hubungan Internasional PB HMI, pemberian grasi kepada Corby, telah mencederai dan mengkhianati komitmen pemerintah guna membasmi empat kejahatan luar biasa (extraordinary crime) yang salah satunya adalah narkoba. Menurutnya, narkoba adalah kejahatan luar biasa karena merusak generasi bangsa Indonesia. Meski grasi adalah hak perogratif Presiden tetapi grasi yang diberikan kepada Corby, warga negara Australia yang melakukan kejahatan penyelundupan narkoba, adalah hal yang tidak pantas dilakukan oleh seorang pemimpin negara (detik.com, 27/05/2012). Ia juga menilai bahwa hal ini memperburuk wibawa bangsa Indonesia di mata pemerintah Australia khususnya, dan dunia internasional pada umumnya. Yang mana untuk kejahatan luar biasa, bangsa kita tunduk pada warga negara lain. Bandingkan dengan kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan warga negara kita di negara lain, tetap tidak mendapat ruang maaf dari negara tersebut. Pemberian grasi ini juga bisa memberikan sejarah buruk bagi penegakan hukum. Terlebih kasus tersebut terkait dengan kepemilikan narkotika. Pada saat yang bersamaan, hal ini menjadikan kerja hakim yang telah memutuskan hukuman menjadi tidak berguna (detik.com, 27/05/2012). Oleh karena itu, PB HMI menilai bahwa kejahatan yang dilakukan oleh Corby tidak pantas disamakan dengan kesalahan yang dilakukan oleh nelayan tradisional Indonesia yang melanggar wilayah laut Australia. Nelayan tradisional yang berada di Nusa Tenggara adalah nelayan yang dengan alat pancing tradisional tidak paham batas wilayah laut, sehingga secara tidak sadar melakukan kesalahan yang juga tidak memiliki dampak negatif yang berarti. Sementara Corby adalah warga negara Australia yang sadar dan paham betul bahaya yang ditimbulkan oleh narkoba bagi generasi Indonesia, kejahatan yang dilakukan Corby adalah kejahatan terencana dan sadar (detik.com, 27/05/2012). Dampak Performa Sang ‘Trio’ Manji-Gaga-Corby Anak adalah generasi potensial untuk membangun bangsa dan peradaban, di mana ibu adalah para pencetaknya. Anak dilahirkan bukan untuk disodorkan pada kerusakan, melainkan dijaga dari segala racun pemikiran kufur. Performa Sang ‘Trio’ dengan ide-ide sekularnya adalah fakta yang dapat diserap oleh alat istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/telenovela-ala-trio-perusak-generasi.html

2/5


indera. Jadi tentu saja akan mempengaruhi proses berpikir dan perilaku seorang anak manusia setelah menyaksikannya. Tak ragu lagi, hal ini pun dipastikan berdampak pada konsep kebangkitan generasi. Ingatlah, bahwa bangkitnya manusia sejatinya tergantung dari pemikirannya tentang hidup, alam semesta dan manusia itu sendiri, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum alam kehidupan dan sesudah kehidupan dunia. Agar manusia mampu bangkit, maka harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini, untuk kemudian diganti dengan pemikiran lain. Sebab, pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat persepsi (mafahim) terhadap segala sesuatu. Disamping itu, manusia selalu mengatur tingkah-lakunya di dalam kehidupan ini, termasuk dalam memecahkan permasalahan, sesuai dengan persepsinya terhadap kehidupan. Namun, persepsi ini tidak akan mengantarkan kepada kebangkitan yang benar, kecuali jika sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan memberikan ketenangan hati. Maka tidak bisa tidak, persepsi itu hanyalah yang berlandaskan Islam. Aqidah Islam telah menjelaskan bahwa di balik alam semesta, manusia dan kehidupan, terdapat Allah Swt sebagai Sang Khaliq. Islam pun menjamin bahwa dalam Islam terdapat penyelesaian permasalahan kehidupan berdasarkan penanganan potensi manusia, yaitu kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) dan naluri (ghorizah) (Kitab Nizhomul Islam Bab Thoriqul Iman). Wajar jika para orang tua kini merasa khawatir dengan masa depan putra-putrinya. Mereka pasti memiliki cita-cita agar anak keturunannya bisa meraih keberhasilan di dunia, serta memiliki sifat-sifat sebagai orang baik. Mereka juga tentu berharap agar anak-anaknya, menjadi orang-orang yang patuh, taat dan hormat kepada orang tua, seiring dengan prestasi yang berhasil diraih dalam karirnya. Namun, bertolak belakang dengan berbagai hal yang dicita-citakan itu, ternyata mereka menyaksikan bahwa anak-anak Muslim justru semakin jauh dari nilai-nilai yang diharapkan. Gaya hidup generasi muda kerap diwarnai dengan tingkah laku yang keliru, ketidakhormatan kepada orang lain, serta egoisme yang mengental. Mereka menjalani kehidupan ini dengan aturan mereka sendiri, tanpa mempedulikan kepentingan dan keinginan orang lain (Buku “Mengenal Sistem Islam: dari A-Z”). Bukan tidak mungkin, jika tanpa landasan aqidah Islam maupun penjagaan dengan aturan Islam, generasi muda menjadikan trio Manji-Gaga-Corby ini sebagai idola dalam menempuh masa depan, yang suram tentunya. Apalagi, idola biasanya dianggap sebagai standar, contoh bahkan teladan bagi pengikutnya. Memangnya, teladan macam apa yang layak diikuti dari ketiganya? Mereka adalah simbol sistem kapitalisme yang telah jelas hanya mengikat standar kebahagiaan dengan satuan dunia, yaitu atas nama individualisme dan kebebasan ‘suka sama suka’. Maukah menyaksikan anak-cucu kita lesbi seperti Manji? Tegakah melihat keturunan kita norak seperti Lady Gaga? Atau, relakah generasi kita menjadi raja dan ratu narkoba semacam Corby? Tentu tidak. Karena mereka hanya idola dalam kolam palsu fatamorgana. Perlu Sistem yang Holistik Berdasarkan uraian di atas, kita harus memahami bahwa anak-anak Muslim, termasuk juga putra-putri kita barangkali, telah dididik dengan sistem pendidikan yang tidak Islami. Ironisnya, pendidikan tidak hanya berakhir di rumah dan sekolah. Masyarakat juga memainkan peran penting dalam mendidik generasi. Masyarakat bisa dianggap sebagai sekolah yang lebih besar. Pelajaran yang ada di tengah-tengah masyarakat tidak diberikan melalui pertemuan interaktif di ruang kelas. Tapi masyarakat begitu terbuka menyajikan pendidikan melalui televisi, radio, papan iklan, reklame, atau media cetak yang berisi praktik-praktik tidak Islami (Buku “Mengenal Sistem Islam: dari A-Z”). Belum lagi dengan negara yang tidak menjadikan penjagaan aqidah dan akal sebagai dasar kebijakan menyusun kurikulum pendidikan. Faktanya, jika kita membaca kebijakan-kebijakan pendidikan saat ini, banyak yang harus kita kritisi. Apakah ada jaminan bahwa jika mereka belajar dengan mengikuti kurikulum yang ada, sementara itu keluarga mereka bermasalah, maka mereka akan tetap menjadi generasi yang baik? Tentu tidak (Makalah KIMB 2012). Sistem yang ada saat ini harus diganti secara holistik, bukan sebagian konteks saja. Mulai dari memilih sistem politik yang tepat, penempatan pendidikan sebagai hak dasar bagi warga negara, sistem ekonomi yang dikelola dengan benar dan memadai, penyusunan kurikulum yang benar; dan di sisi lain kita juga harus membina generasi dari sisi sistem pergaulan, sistem informasi dan media massa, serta sistem peradilan (Makalah KIMB 2012). Di sisi lain sekolah negeri, ada sekelompok masyarakat yang juga membuat sekolah, yaitu sekolahsekolah swasta. Akan tetapi, apakah dengan status swastanya, ada jaminan secara independen bahwa kurikulumnya juga mendukung pendidikan para peserta didik? Tetap saja tidak. Dengan demikian, satu hal yang istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/telenovela-ala-trio-perusak-generasi.html

3/5


tidak boleh dilupakan adalah masyarakat yang sebenarnya sebagai rumah besar bagi pendidikan itu sendiri. Corak sistem politik akan sangat menentukan kurikulum yang diterapkan di sekolah-sekolah di suatu negeri. Kurikulum hadir sebagai harapan bagi pelaksanaan sistem politik yang tengah diterapkan. Maka, kurikulum yang buruk ditemukan karena memang sistem politiknya juga buruk (Makalah KIMB 2012). Selanjutnya, pembentukan generasi juga berkorelasi dengan sistem ekonomi. Porsi sistem ekonomi yang persentasenya minimal 20% bagi pendidikan, seolah-olah sudah menjadi porsi yang besar, padahal nyatanya tidak cukup. Faktanya, tetap saja banyak fasilitas pendidikan yang jauh dari kelayakan. Porsi tersebut juga tidak cukup menutup insentif tenaga pendidik. Jadi jelas, bahwa sistem ekonomi juga punya peran yang tidak kalah penting dengan sistem politik. Di samping itu, masyarakat sebagai rumah besar pendidikan generasi, di mana di dalamnya juga terdapat sistem pergaulan, sistem informasi dan media massa, serta sistem peradilan (Makalah KIMB 2012). Sistem pergaulan seharusnya memandang bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan untuk dapat bekerjasama meraih ridla Allah SWT, di mana tidak perlu pembahasan gender equality. Hal ini terwujud dalam keluarga yang mampu mendidik generasi dengan bekal jati diri dan kepribadian kokoh. Sehingga terjaga kehormatan diri sebagai wujud keteladanan bagi generasi. Sistem informasi dan media massa pun harus memiliki cakupan konten media berupa gambaran Islam dan seluruh syariatnya, pengembangan kepribadian Islam, serta steril dari seks, pornografi, merusak moral, penghinaan dan penodaan kehormatan. Sistem peradilan semestinya memandang sanksi yang berfungsi sebagai pencegahan (zawajir) dan penebus dosa (jawabir); bersifat fair, tidak tebang pilih dan tidak berbelit; serta kesadaran hukum muncul dari dorongan iman; sehingga generasi terlindungi dari kriminalitas (Makalah KIMB 2012). Kondisinya, ideologi kapitalisme tetap memandang bahwa pendidikan bukan sebagai hak warga negara. Negara hanya punya kebutuhan pada generasi terdidik karena kompensasi ekonomi, yang mana akan berkorelasi dengan pendapatan negara. Lebih jauh lagi, hal ini akan ambigu karena ada kontradiksi antara sistem-sistem di dalamnya. Sistem pergaulan, sistem informasi dan media massa, serta sistem peradilan akan saling berebut kepentingan masing-masing. Negara dengan status seperti ini tentu saja tidak dapat dipertahankan (Makalah KIMB 2012).

Kebangkitan Pemikiran, Menjaga Akal, Mendidik Generasi Dalam pandangan Islam, upaya penyelenggaraan sistem pendidikan harus selalu diarahkan untuk membangun pola pikir (aqliyah) Islam dan pola sikap (nafsiyah) Islam, yang kedua hal ini akan bersama-sama membentuk kepribadian (syakhsiyah) Islam dalam diri individu (Buku “Mengenal Sistem Islam: dari A-Z”). Dan hal ini sangat berpengaruh pada kebangkitan pemikiran, karena kebangkitan pemikiran adalah formula utama bagi generasi cemerlang. Hal ini ditunjang oleh tiga pilar yang berkompeten dalam menyiapkan generasi yang berpendidikan dan cerdas serta memegang teguh aqidah dan syariat. Hal ini meliputi keluarga yang melahirkan individu bertaqwa, masyarakat dan lingkungan, serta pemerintah atau negara (Makalah CIMB 2011). Firman Allah Swt tentang pendidikan generasi: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’ ” (TQS Luqman [31]: 13). Juga firman Allah Swt dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Serta firman Allah Swt dalam QS Al-Hujuraat ayat 13: “…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu…”. Oleh karena itu, dalam perbuatan seorang hamba harus ada keyakinan akan hubungannya dengan Allah Swt secara mutlak sebagai bentuk ketaqwaannya. Pendidikan melalui jalur keluarga akan optimal apabila disiapkan mulai orang tua memasuki masa pranikah, setelah masa pernikahan dan saat bayi masih di dalam kandungan, serta berlanjut sampai ke jenjang pernikahan si anak. Tahap ini menjadi tanggung jawab penuh orang tua. Dalam hal ini, ibu sebagai subjek pelahir generasi, juga memiliki peran utama untuk mendidiknya. Ada satu aspek penting yang tidak boleh hilang, yaitu bahwa proses pembentukan karakter (character building) harus menjadi unsur yang berimbang dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan. Pemahaman akan keseimbangan antara kepribadian (syakhsiyah), tsaqofah dan ilmu kehidupan harus dikembangkan secara proporsional. Metode penanaman dan pengkristalan pemahaman serta kesadaran anak terhadap pentingnya aqidah Islam dalam proses pembelajaran harus digiatkan. Karena proses untuk membangun bangsa yang peduli terhadap masalah umat sangat erat istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/telenovela-ala-trio-perusak-generasi.html

4/5


kaitannya dengan upaya mencetak generasi muda sebagai the agent of change (Makalah CIMB 2011). Penjagaan generasi juga terkait dengan kontribusi masyarakat. Yaitu menyiapkan generasi cerdas yang diwujudkan dengan partisipasi menciptakan lingkungan yang suportif dan kondusif (Makalah CIMB 2011). Masyarakat sebagai sekolah besar, juga mendukung dari berbagai media massa yang ada. Televisi, radio, internet dan media cetak selayaknya hanya menyediakan informasi yang sesuai dengan pemikiran dan syariat Islam (Buku “Mengenal Sistem Islam: dari A-Z”). Masyarakat juga sebagai pengontrol yang hendaknya memiliki perasaan, pemikiran, peraturan yang sama, yaitu atas landasan Islam agar segala bentuk perilaku individu dalam kehidupannya itu senantiasa terjaga dengan benar. Masyarakat pun harus kondusif dengan suasana ‘amar ma’ruf nahyi mungkar (Makalah CIMB 2011). Selanjutnya, negara sebagai penegak aturan adalah negara yang menegakkan aturan Allah Swt dalam pemeliharaan urusan rakyatnya, baik dari sisi kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) maupun naluri (ghorizah). Negara melalui kebijakan pemerintah yang berlandaskan syariat Islam dalam bingkai Khilafah, akan memfasilitasi proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga rakyat senantiasa terkondisikan untuk menyempurnakan ketaatannya kepada Allah. Negara Khilafah, yang mengatur dunia dengan syariah Islam, akan memberi hak-hak penjagaan akal bagi umat. Media massa, televisi, radio, koran, buku serta berbagai majelis diskusi adalah sebagian sarana yang dapat dimanfaatkan di dalam negeri untuk mendidik generasi. Tidak perlu izin berbelit untuk mewujudkan sarana media massa, yang penting informasi yang disampaikan tidak bertentangan dengan syariat Islam (Buku “Mengenal Sistem Islam: dari A-Z”). Sungguh, Khilafah bertanggung jawab menjaga para generasi pemain pentas peradaban, hingga tidak memungkinkan munculnya ‘telenovela’ perusak generasi semacam Manji, Lady Gaga dan Corby. Khatimah Alhasil, umat yang tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam Khilafah sebagai visi dan misi kehidupan, maka mereka akan merasa lelah dan sia-sia karena kebahagiaan hakiki tidak akan pernah terwujud. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Kiprah umat dalam upaya penegakan Khilafah ini telah disambut oleh Allah Swt dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195: “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain...” Dengan demikian bukanlah mimpi, bahwa Khilafah adalah model pemerintahan cemerlang yang juga akan melahirkan generasi cemerlang hingga masyarakat yang bernaung di dalamnya memperoleh kesejahteraan dan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat, insya Allah. Wallaahu a’lam bish showab [].

Posted 2nd June 2012 by Nindira Aryudhani Labels: anak, lady gaga, 'amar ma'ruf nahyi mungkar, syariat Islam, sistem yang holistik, sistem pendidikan, corby, Khilafah, kapitalisme, kapitalis-sekular, kapitalistik, generasi cemerlang, irshad manji Add a comment

istanaparamufakkirsiyasi.blogspot.com/2012/06/telenovela-ala-trio-perusak-generasi.html

5/5


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.