2 minute read

Menyetir Pembelajaran Kehidupan

Next Article
TIDAK CUKUP!

TIDAK CUKUP!

Hidup dapat diibaratkan sebagai suatu kendaraan dan kita pengemudinya.

Tugas dan tanggung jawab yang kita emban setara dengan satu rest area ke perhentian lainnya, sementara lika-liku dan kondisi infrastruktur jalan menggambarkan latar di mana kita dilahirkan dan hidup. Adapun perlu diingat bahwa kemudi yang terencana dan matang dengan mudah melampaui kemudi yang sekadar cepat.

Advertisement

Di tengah jalan hidup yang berisi carut-marut lalu lintas, keteraturan atau konsistensi selalu menjadi kebajikan di antara para insan pembukti makna eksistensi. Dengan cara yang satu maupun lainnya, pastinya setiap orang berharap dapat mengukir makna kehidupan mereka dalam bentuk passion, minat, serta talenta yang dimilikinya.

Tujuan hidup seseorang dapat tercapai ketika mereka mengabdikan dirinya untuk mengejar pengetahuan dan pengertian mendalam mengenai suatu bidang secara konsisten, terbukti dari istilah lifelong learning. Ditambah lagi, kompetisi dari bidang akademik maupun profesi di era revolusi 5.0 membutuhkan banyak penguasaan interdisiplin tenaga manusia yang diimbangi dengan tenaga mesin.

Tentunya, hal ini mengharuskan setiap orang untuk terus meningkatkan kapabilitas mereka lewat berbagai proses belajar.

Sayangnya, mempelajari suatu bidang spesifik seringkali mengintimidasi karena kompleksitas dan tingkat kesulitan jika dipelajari dari nol. Apalagi, proses belajar tidak serta-merta semulus bentuk kurva eksponensial yang terus meningkat. Ada kalanya hal yang dipahami sedikit, banyak, atau bahkan menurun ketika pengetahuannya tidak secara rutin diterapkan.

Dalam mengatasi kesulitan belajar secara konsisten, diperlukan penyusunan target belajar yang realistis dan produktif lewat mind-mapping atau to-do-list.

Untungnya, DoCheck hadir sebagai aplikasi to-do-list yang sangat aksesibel lewat fitur ponsel pintar dengan penyajian setiap goal atau tujuan dalam bentuk persentase.

Kustomisasi goal-goal dalam aplikasi

DoCheck mungkin terkesan rumit di awal, tetapi proses penyusunan tujuan serta prioritas yang jelas sangat memotivasi penggunanya untuk tetap konsisten dalam pembelajarannya. Ditambah lagi, fitur sinkronisasi suatu kegiatan bersama pengguna lain secara online dapat dimanfaatkan untuk berbagai ajang kolaborasi (mulai dari lingkungan sekolah hingga profesional). Hal ini dapat mempermudah komunikasi antar rekan serta memperjelas daftar prioritas dari kegiatan tertentu.

Dengan adanya DoCheck, kita dapat lebih mudah merencanakan skill yang ingin diasah sekaligus menambahkan tahapan yang harus dilakukan untuk menguasai skill tersebut. Contohnya saja, si penulis sedang berusaha untuk mempelajari ulang bahasa Prancis yang terakhir dilatihnya sekitar setahun lalu. Akan tetapi, ia juga sedang menggeluti lomba menulis yang membutuhkan sedikit kemahiran bahasa pemrograman Python. Akhir minggunya juga terisi dengan kegiatan menjadi Master of Ceremony (MC), sehingga ia harus menyusun tugasnya sesuai prioritas agar semuanya dapat selesai.

Dengan aplikasi DoCheck, si penulis berhasil menulis struktur acara sebagai MC dan dilanjutkan dengan tugas lainnya, yaitu pelajaran ython dibarengi praktik selama 25 menit. Sembari istirahat, si penulis mendengarkan lagu amour plastique dan berusaha memahami tiap osakata dari lirik lagu tersebut sebagai latihan berbahasa Prancis. Berkat DoCheck, penulis merasa sangat tertolong karena meningkatnya produktivitas belajar tanpa intimidasi.

Kembali kepada analogi di awal, DoCheck hadir bagaikan navigator berbasis GPS yang membantu seorang pengemudi mencapai tujuannya di dalam hidup. Selamat menikmati proses pembelajaran dan hati-hati selama di perjalanan!

12 feb 2023

Akhirnya jadi yey.

Makasih buat @docheckid asli apk nya membantu.

Aku kerjain cuma 2 hari!!

Yabee padahal ribet begini.

Untuk aku sendiri ini lumayan buat motivasi

"terus melangkah satu tujuan" soalnya aku masih bimbang soal tujuan hidup aku hhe..

Mungkin masih banyak yang kurang dan ini pertama kalinya aku pake style gambar kaya gini.

Faris Yudza Ghifari

This article is from: