Riau Pos AHAD, 28 AGUSTUS 2016
BUNDA
17
Pentingnya Tangisan Pertama Bayi Menangis mungkin dianggap merupakan hal biasa yang selalu dilakukan bayi sesaat setelah dilahirkan. Padahal menangis merupakan hal paling penting yang harus dilakukan bayi saat dilahirkan, karena tangisan merupakan tanda dia bisa bernafas karena paru-parunya sudah berfungsi dengan baik. Jika tidak ada tangisan saat bayi lahir, dikhawatirkan dia tidak mendapat pasokan oksigen untuk bernafas. Laporan RINALTI OESMAN, Pekanbaru rinalti-oesman@riaupos.co
TANGISAN memang merupakan petanda bahwa bayi telah bisa bernafas, sehingga dia bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat. Karenanya, untuk bayi-bayi yang tidak bisa bernafas diperlukan bantuan oleh tenaga kesehatan yang membantu proses persalinan. Untuk itu, Persatuan Perinatologi Indonesia (Perinasia) Riau mengadakan pelatihan Helping Babies Breathe (HBB) bagi bidan yang bertugas di Puskesmas, beberapa hari lalu. Tujuannya untuk membekali para bidan agar mereka
REDAKTUR: RINALTI OESMAN
PERINASIA FOR RIAU POS
PELATIHAN: Ketua PERINASIA Riau dr Nazardi Oyong SpA (kanan depan) dan Ketua Yayasan Perinasia Riau dr Dewi Robinar SpA (empat dari kiri depan) foto bersama dengan pelatih dan peserta pelatihan Helping Babies Breathe, baru-baru ini.
bisa membantu menyelamatkan bayi-bayi yang mengalami kesulitan bernafas saat lahir atau asiksia. Pasalnya, asiksia hingga saat ini masih merupakan penyebab utama kematian bayi, selain bayi yang lahir dengan berat rendah serta infeksi. Bayi yang tidak segera menangis sesaat setelah dilahirkan juga akan membawa dampak buruk pada tumbuh-kembangnya di kemudian hari. Hal ini diakui Ketua Perinasia Riau dr Nazardi Oyong SpA yang didampingi Ketua Yayasan Perinasia Riau dr Dewi Robinar SpA IBCLC, yang menyebutkan bayi-bayi harus bisa menangis pada menit-menit pertama kelahirannya. Jika masa ini terlampaui, atau bayi baru
menangis setelah beberapa menit, bisa berdampak sangat buruk bagi tumbuh kembang dan kesehatannya. Cerebral palsy (CP) disebut sebagai salah satunya dampak terburuk dari bayi-bayi yang tidak segera bernafas saat dilahirkan. Hal ini terjadi karena terlambatnya pasokan oksigen ke otak karena bayi kesulitan untuk bernafas, sehingga terjadi kerusakan permanen pada otaknya. Kondisi ini menyebabkan bayi mengalami hambatan dalam perkembangan motoriknya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan. Secara umum, pernafasan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertu-
karan gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asiksia yang lebih berat. Kondisi ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Bayi yang menderita asiksia berat, terlihat tidak bisa bernafas sehingga bisa menyebabkan penurunan tekanan darah. Asiksia juga bisa menyebabkan terjadinya gangguan metabolisma dan perubahan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Bila kondisinya semakin parah, bisa mengakibatkan kelemahan pada otot jantung bayi, serta gangguan pada sirkulasi darah ke paru dan bagian tubuh lainnya. Biasanya, bayi-bayi men-
galami asfiksia karena ibu mengalami preeklamsia dan eklamsia atau meningkatnya tekanan darah saat kehamilan. Bisa juga terjadi karena ibu mengalami pendarahan, demam selama persalinan, atau karena infeksi berat seperti malaria, siilis, TBC, HIV, atau masa kehamilan yang lebih dari 42 pekan. Penyebab lain dari asfiksia adalah bayi yang lahir sebelum usia kandungan 37 pekan atau premature, serta bayi-bayi yang lahir melalui bantuan seperti sungsang, maupun karena air ketuban bewarna kehijauan. Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, atau tali pusat bayi kembar juga disebut bisa menyebabkan bayi mengalami asiksia saat dilahirkan. “Untuk mengantisipasi masalah tersebut, Perinasia Riau mengadakan pelatihan bagi para bidan Puskesmas di daerah yang belum memiliki peralatan memadai seperti di rumah sakit di kota-kota besar,� ujar Nazardi Oyong dan Dewi Robinar. Di Riau, pelatihan ini baru untuk pertama kalinya dilakukan, padahal secara nasional sudah berlanntukgsung hingga 31 kali. Karenanya, Perinasia berharap bisa memberikan pelatihan lebih banyak bagi para bidan dan para medis yang berhubungan langsung
dengan persalinan. Dengan harapan, ke depan lebih banyak para bidan terampil yang mampu mengatasi masalah kesulitan bernafas pada bayi baru lahir, serte menularkan pengetahuan tersebut kepada para medis lain. Secara umum, program HBB bertujuan untuk menyiapkan tenaga terampil yang mampu menolong proses kelahiran dalam menit-menit pertama kelahir bayi. Sehing-
ga, para bidan mampu bekerja untuk memberi pelayanan dasar dalam menangani bayi yang mengalami asiksia, sehingga dapat memperkecil dampak akibat bayi kesulitan menangis dan bernafas sesaat setelah dilahirkan. Pada sisi lain, pelatihan ini juga membekali para bidan dengan peralatan resusitasi yang diperlukan dalama memberikan bantuan pada bayi yang mengalami asiksia. ***
TATA LETAK: ARIF OKTAFIAN