ALUMNI
32
UNIVERSITAS RIAU
Riau Pos UN
IV E
R SITAS
SELASA, 3 MEI 2016
U RI A
Dr Sabarno Dwirianto SPd MSi (Alumni D3 Pendidikan Matematika FKIP 1990)
Edukasi Masyarakat untuk Siap Hadapi Perubahan Iklim R
IAU saat ini terasa begitu panas. Tak bisa dipungkiri hal tersebut adalah andil dari perubahan iklim yang terjadi. Perubahan iklim memang tak bisa dihindari. Namun nyatanya perubahan iklim di Riau sendiri terjadi akibat imbas dari bencana asap yang merupakan bencana akibat ulah manusia. Menghadapi hal tersebut, tentu tak semua masyarakat mampu dan tahu bagaimana harus bertindak. Apa yang harus dilakukan untuk menjaga bumi dan apa yang bisa mencegahnya. Badan Lingkungan Hidup tahu benar akan hal tersebut. Maka dari itu, BLH Provinsi Riau begitu getol memberikan edukasi pada masyarakat terkait penjagaan bumi dan tindakan menghadapi perubahan iklim. Adalah Dr Sabarno, menjadi salah satu di balik kegiatan edukasi masyarakat tersebut. Ya, alumni satu ini merupakan Kasubid Perubahan Iklim dan Perlindungan Atmosfer BLH Provinsi Riau. Membidangi masalah tersebut, ia tak mau setengah setengah. Berbagai program dibuat agar masyarakat mampu menyikapi perubahan iklim dengan bijak. “Selama berkiprah di BLH dan membidangi masalah perubahan iklim, tentunya saya bersama tim aktif melakukan sosialisasi ke berbagai kabupaten kota yang ada di Provinsi Riau. Semua wilayah tak luput dari kita. Khususnya wilayah-wilayah yang memang rawan terjadi kebakaran
lahan. Berbagai program kita buat agar masyarakat terlibat dalam melindungi bumi dan menjaga atmosfer,” paparnya yang pernah menjadi pamong pelajar berprestasi tingkat nasional ini. Sosialisasi tak terputus tersebut juga diiringi dengan pembentukan kelompok-kelompok masyarakat diberbagai desa yang bertugas untuk mengawasi kondisi lingkungan mereka. Berbekal ilmu mengenai mitigasi yang pernah ia dapatkan di negara sakura, ia bersama BLH Provinsi Riau juga melatih masyarakat menghadapi bencana, termasuk bencana asap yang memang sudah 17 tahun terakhir menyambangi Riau. Masyarakat dilatih untuk mampu menjaga wilayah mereka dari kebakaran dan kerusakan lingkungan lainnya. Khusus untuk masyarakat di desa-desa, edukasi yang diberikan harus lebih mendalam. Pasalnya tingkat pendidikan sangat mempengaruhi mereka yang cenderung berpikir instan tanpa memikirkan akibatnya. Misalnya membuka lahan dengan cara membakar. Mereka memilih cara tersebut karena dinilai mudah dan murah. Padahal, akibatnya menimbulkan asap tebal yang membawa pengaruh buruk bagi atmosfer. “Maka dari itu, kita membentuk masyarakat peduli api di kabupaten kota khususnya di wilayah rawan kebakaran. Kita edukasi mereka bagaimana cara membuka lahan yang aman tanpa harus merusak lingkungan namun tetap minim biaya. Kita sosialisasikan pula kepada mereka bagaimana hukuman
bagi mereka yang kedapatan membakar lahan dan kita libatkan mereka terhadap pengawasan. Sehingga, jika ada terjadi kebakaran, mereka bisa segera melapor dan kebakaran pun tidak meluas,” paparnya yang juga mengambil program magister di Fisip Unri ini.
Berani masuk database? Tulis biodata singkat anda, kirimkan beserta foto ke: riaupos17@yahoo.com Alumni Universitas Riau (Riau Pos) 0813 6460 4032
___
DATABASE ___ Dr Sudarno (Alumni FKIP PDU Angkatan 1990) Saat ini ia aktif menjadi dosen dan Ketua Prodi Program MM di Universitas Lancang Kuning sembari berkiprah sebagai Konsultan Pajak bagi berbagai perusahaan.***
Punya info seputar alumni UNRI? Kirimkan cerita dan foto (jika ada) ke: riaupos17@yahoo.com Alumni Universitas Riau (Riau Pos) 0813 6460 4032
___
KIPRAH
___
MAPALA SAKAI FOR RIAU POS
FOTO BERSAMA: Senior Mapala Sakai foto bersama usai mengikuti kenduri akbar di Sekretariat Mapala di Kampus Fisip Unri, Ahad (1/5/2016). Berdiri dari kanan, Okto (97), Andi Rusbandi (92), Holik (91), Bastian (89), Rinaldi (92), Arif (97) dan Fajar (97).
Sukses Kenduri, Mapala Sakai Akan Rayakan HUT Ke-30 PEKANBARU (RP) - Sekitar 50 orang anggota Mapala Sakai, Sabtu (29/4) lalu tampak berkumpul di sekretariat Mapala Sakai, FISIP Unri. Berkumpulnya wajah wajah dari berbagai angkatan tersebut sempena kegiatan Kenduri Akbar yang mereka adakan. Dalam kegiatan tersebut, selain melepas rindu mereka yang mang sudah lama tak bertemu ini saling berbagi pemikiran dan berdiskusi. Hingga akhirnya pada kegiatan tersebut, lahirlah sebuah ide untuk merayakan ulang tahun ke 30 Mapala Sakai. Gagasan bersama tersebut telah disepakati oleh semua anggota yang hadir dan akan dipersiapkan sematang mungkin sehingga diharapkan bisa merangkul dan mendatangkan lebih banyak anggota yang hadir. “Ingin menyusul kesuksesan kenduri akbar ini, pada 16 Oktober mendatang, kita berencana untuk membuat perhelatan yang lebih meriah di HUT 30 Mapala Sakai. Karena waktunya masih cukup lama, kita berharap lebih banyak kesempatan lagi untuk mengumpulkan anggota dari berbagai daerah yang tak berkesempatan hadir pada kenduri ini,” papar Bastian, salah satu anggota Mapala Sakai yang hadir REDAKTUR: RINALDI
pada kegiatan Kenduri. Direncanakan, nantinya akan ada berbagai kegiatan untuk menyambut ulang tahun tersebut. Selain diskusi dan seremonial, Bastian menuturkan akan ada kegiatan lintas alam dan bakti sosial yang memang berkaitan erat dengan jiwa dari anggota Mapala. Tentunya ia berharap, dimomen tersebut akan lebih banyak anggota yang hadir. Kegiatan tersebut juga akan lebih besar dan meriah daripada Kenduri Akbar yang diakuinya memang persiapannya tergolong singkat. Dengan sisa waktu yang ada, kini adik adik Mapala Sakai tengah bergerilya untuk menghimpun anggota. “Kami berharap kegiatan kegiatan tersebut bisa lebih intenst dan rutin kita lakukan. Sehingga tali silaturahmi kita tidak terputus dan ide atau masukan baru bisa terus kita lahirkan. Lebih dari itu, kegiatan yang kita taja juga diharapkan bisa membuat adik adik Mapala Sakai yang masih berkuliah saat ini bisa termotivasi untuk aktif membuat kegiatan dan mampu menjadi mapala yang terbaik di universitas,” tutupnya.(azr)
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○
Laporan SITI AZURA, Pekanbaru siti-azura@riaupos.co.id
Perannya memang tak langsung dirasakan di awal tahun kelompok tersebut terbentuk. Namun, setelah empat tahun, kini perlahan keberadaanya mampu dirasakan. Terbukti, dikatakan Sabarno bahwa kini angka kebakaran mengal-
ami penurunan. Jika kemarin diprediksi pada awal tahun ini akan terjadi kabut asap, nyantanya karena edukasi dan kerja sama dari berbagai pihak, predikisi tersebut tak benar-benar terealisasi. Program edukasi lainnya adalah program kampung iklim. Sebenarnya program tersebut bukanlah ajang perlombaan. Namun, nyatanya mampu memotivasi berbagai wilayah di Riau untuk terus menjaga lingkungan mereka agar tetap asri dan sehat dari berbagai aspek. Sabarno sendiri mengaku turun langsung pada setiap kegiatan sosialisasi yang dilakukan. Ia selalu menyampaikan halhal yang mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk terus menjaga lingkungan. Dikatakannya, saat ini untuk masyarakat kota, tingkat kesadaran mereka dalam menghadapi perubahan iklim dan menjaga lingkungan bisa dikatakan mengalami peningkatan. Terlebih faktor tingkat pendidikan mereka yang cukup tinggi, membuat mereka memahami akibat-akibat dari perubahan iklim dan bagaimana resiko dari kegiatan yang dilakukan tanpa mempertimbangkan segi lingkungan atau ekologi. Sementara itu, untuk masyarakat desa memang harus mendapatkan perhatian lebih agar kesadaran mereka juga terus meningkat dan pembakaran lahan tak terjadi lagi. Masih dalam rangka mengedukasi,
lulusan doktoral ekonomi Universitas Brawijaya ini mengaku dalam waktu dekat, BLH akan kembali turun untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait berbagai hal yang bisa mengakibatkan kerusakan atmosfer. “Banyak dari masyarakat kita yang tak mengetahu bahwa pemakaian alat alat tertentu seperti AC mampu memberi andil pada penipisan lapisan ozon. Untuk itu kita selalu mengingatkan agar mereka menghindari pemakaian alat alat yang mampu menyumbang hal negatif terhadap bumi,” paparnya yang pernah berkiprah di Bappeda Provinsi Riau sebagai Kasubid Perencanaan dan Ekonomi. Ke depan, ia bersama BLH bertekad akan memberikan edukasi kekelompok yang lebih spesifik seperti sekolah dan bengkel. Mengapa bengkel? Karena nyatanya banyak juga pemilik bengkel yang tak menghiraukan aktivitas mereka yang nyatanya memberi dampak bagi penipisan lapisan ozon. Kepada masyarakat dan alumni Unri khususnya, ia berharap nantinya mereka juga mampu untuk melakukan sesuatu yang mampu menjaga bumi. Bukan justru menjadi musuh bagi lingkungan. Ia juga berharap, kedepan musibah asap bisa semakin berkurang dengan edukasi yang terus diberikan. Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan bisa semakin meningkat. Sehingga perubahan iklim yang tak dapat dihindari bisa diperlambat.(hen)
Prof Dr M Nur Mustafa MPd (Alumni FKIP Bahasa Indonesia Angkatan 1981)
Jadikan FKIP sebagai Barometer Pendidikan PEKANBARU (RP) - Di balik bangku Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP Unri) duduk seorang alumni dari Universitas Riau. Jika dulunya ia menjadi mahasiswa di fakultas tersebut, kini, ia menjadi dekan dan memimpin salah satu fakultas favorit di Unri tersebut. Ia adalah Prof M Nur. Sudah beberapa tahun terakhir ia menakhodai fakultas tempat ia menimba ilmu dulu. Sejak kecil ia mengaku memang sudah memiliki keinginan tingi untuk menjadi seorang guru. Baginya, guru adalah pekerjaan mulia. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Sehingga setamat dari SMA, ia melirik FKIP Unri sebagai tempatnya melanjutkan pendidikan. “Menjadi seorang guru merupakan cita-cita saya sejak kecil. Hingga SMA, citacita tersebut tak pernah berubah bahkan semakin bulat. Maka dari itu saya lanjut kuliah di FKIP agar citacita tersebut bisa terwujud,” paparnya saat ditemui Riau Pos di lingkungan kampus FKIP Unri. Sejak menjadi mahasiswa, Prof M Nur sudah mulai menerjunkan diri menjadi pendidik. Ia menjadi asisten dosen. Karena keseriusan dan kemampuannya, setamat kuliah iapun lulus menjadi seorang dosen dan mulai mengabdikan diri di Universitas Riau. Dengan begitu, Prof M Nur berhasil melampaui impian dan citacita masa kecilnya menjadi seorang guru. Kesungguhannya justru mampu mengantarkannya ke jenjang yang lebih tinggi melebihi harapannya. Menggeluti dunia yang memang disenanginya, Prof M Nur mengaku tak banyak kendala yang ia hadapi selama berkiprah menjadi dosen. Meski kadang tak selalu mulus, namun Prof M Nur mengaku tak pernah menanggapinya sebagai sesuatu yang bisa menghalangi upayanya dalam memberi kontribusi bagi fakultas. Selang beberapa tahun menjadi dosen, akhirnya ia pun dipercaya menjadi Wakil Dekan di fakultas tersebut. Selama menjadi wakil dekan, ia selalu berupaya memberikan masukan kepada fakultas agar terjadi kemajuan dan perkembangan untuk salah satu universitas tertua di Unri tersebut. “Memang perjalanan karir saya berjalan lancar. Pasalnya karena saya tidak menanggapi suatu kendala menjadi batu sandungan atau penghambat. Sehingga saya tak merasa ada sesuatu yang membebani. Hal tersebut pula yang kemudian mengantarkan saya kepada posisi Wakil Dekan FKIP. Kepercayaan tersebut saya gunakan sebaik-baiknya demi mema-
jukan dan meningkatkan kualitas FKIP,” paparnya yang berhasil meraih gelar profesor diusia 53 tahun ini. Berkat kepercayaan yang diemban dengan baik, akhirnya jabatan Wakil Dekan yang dipegangnya sejak 2002 hingga 2011 meningkat menjadi Dekan. Ia mengatakan, jabatan tertinggi tersebut sebenarnya tak pernah ia targetkan sebelumnya. Ia hanya menjalankan semuanya ibarat air mengalir dan selalu berupaya untuk memberikan yang terbaik. Selama menjadi Dekan FKIP Unri, ia mengaku banyak program program yang telah ia jalankan. Semuanya tentu mengarah kepada peningkatan mutu dan kualitas dari FKIP, khususnya untuk lulusan mereka yang disebar sebagai tenaga pendidik. Selain membuat program-program untuk mahasiswa, selama dua periode masa jabatannya ia juga berupaya meningkatkan kualitas SDM pendidik di FKIP Unri. Dosen-dosen selalu dimotivasi untuk melanjutkan pendidikan mereka ke level yang lebih tinggi. Sebagai dosen, kualitas mereka tentu dinilai dari tingkat pendidikannya. Prof M Nur sangat menyadari hal tersebut dan nyatanya kini tak sedikit dari dosen yang telah meraih ge-
lar doktor dan ada pula yang tengah menempuh studi doktoral tersebut baik didalam maupun di luar negeri. Dari segi pelayanan sendiri, ia juga memberikan pelayanan yang terbaik. Pegawai diberikan pengertian untuk melayani mahasiswa sebaik mungkin sehingga terjadi keharmonisan antara keduanya. Kedepan, ia berharap, FKIP Unri mampu jadi barometer dari perkembangan pendidikan di Riau. Sejauh ini memang lulusan FKIP sendiri sudah mengisi kantong kantong pendidikan yang ada di Riau. Namun kedepan ia berkeinginan untuk meningkatkan penyebaran lulusan tersebut sehingga FKIP bisa memberikan kontribusi melalui mereka. Memandang pendidikan di Riau saat ini, ia mengaku sudah cukup banyak mengalami peningkatan. Namun bukan berarti Unri berpuas diri. “Kedepan yang harus dipikirkan adalah bagaimana kita bisa meningkatkan pendidikan di Riau melalui sumbangsih dari lulusan kita yang tersebar diberbagai sekolah. Masih banyak yang harus kita lakukan agar FKIP tetap menjadi yang terbaik dan menjadi pencetak guru berkualitas di Riau,” tutupnya.(azr) TATA LETAK:SOEPRI ISMADI