Ketika Cinta Bertasbih 2

Page 62

d i a m d i s e b u a h d a e r a h pasti m e m b u k a p e s a n t r e n . Sebelum mendirikan pesantren, Kiai Sulaiman Jaiz telah mendirikan pesantren di Susukan Salatiga. Pesantren itu ia serahkan pada muridnya lalu pindah ke desa Wangen d a n m e n d i r i k an pesantren yang kini dikenal sebagai Pesantren Daarul Quran Wangen. Pesantren itu mulanya dibangun di sebelah selatan p e m u k i m a n p e n d u d u k . Awalnya para santri m a s i h menggunakan. masjid tua itu sebagai tempat belajar mengajar. N a m u n Kiai Sulaiman merasa pesantrennya harus memiliki kedaulatan penuh berkegiatan selama dua puluh empat j a m akhirnya didirikanlah masjid pesantren. Dengan tujuan agar kalau kegiatan malam tidak mengganggu penduduk. Sebab masjid tua itu terletak di tengahtengah pemukiman penduduk. Setelah lima t a h u n berjalan, pe sa nt ren itu mulai dikenal orang dan santrinya sudah berjumlah puluhan orang. Karena dinilai cukup bisa mandiri, Kiai Sulaiman menyerahkan pesantren itu pada seorang muridnya yang paling ia anggap mumpuni. Namanya Mas Sahrun. Ia asli putra desa Wangen. Anak carik desa Wangen, lahir di Wangen, sejak kecil hingga dewasa tinggal di Wangen. Begitu d i a m a n a ti m e m e g a n g pesantren, Mas Sahrun menikah dengan putri lurah Wangen yang terkenal kaya. Namanya Lurah Pujo. Putri lurah Pujo itu namanya Dewi Sukesih. Menurut cerita yang masih diingat masyarakat desa Wangen, Dewi Sukesih terkenal paras r u p a n y a yang menawan siapa saja yang melihatnya. Banyak pemuda anak para pejabat mulai dari Lurah, Camat, Bupati dan Wedana yang d a t a n g u n t u k m e n y u n t i n g n y a . Tapi tidak ada satupun yang diterima. Lurah Pujo sampai bingung kenapa putrinya itu menolak semua lamaran yang datang. Setelah didesak, akhirnya sang putri mengaku terus terang bahwa dia hanya mencintai seorang pemuda yang 61


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.