Ketika Cinta Bertasbih

Page 195

Habiburrahman El Shirazy "Teman-temanmu sudah tidur ya?" tanya pemuda Mesir itu pada Nasir. "Iya. Sudah malam. Tadi masih ada satu orang yang belum tidur," jawab Nasir seraya memberi isyarat kepada pemuda itu untuk duduk. Ia lalu menutup pintu. "Kalian berapa orang di rumah ini?" "Kami berenam." "Ada berapa kamar?" "Tiga. " "Jadi satu kamar dua orang. Ada satu orang yang satu kamar sendiri? Apakah itu kau?" "Tidak. Saya juga berdua." "Lalu nanti aku tidur sama siapa?" "Itu gampang. Sebentar ya saya bikin teh," Nasir bangk it ke dapur. "Jangan lupa saya tehnya yang kental dan gulanya banyak," seru pemuda itu. Tak lama kemudian Nasir keluar diiringi Azzam. Tangan Azzam telah bersih. Ia telah selesai dari pekerjaannya. Azzam keluar dengan menyungging senyum. Pemuda Mesir itu berdiri dengan tersenyum. "Ana min Tanta. Ismi Wail. Wail El Ahdali." 53 Pemuda itu menjabat tangan Azzam dan memperkenalkan diri. "Ahlan wa sahlan. Syaraftana bi ziyaratik. Ismi Azzam. Khairul Azzam," 54 jawab Azzam. 53 54

Saya dari Tanta. Nama saya Wail. Wail El Ahdali. Ahlan wa sahlan. Engkau telah memuliakan kami dengan kunjunganmu.

188 Ilyas Mak’s eBooks Collection


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.