6 minute read

Tektonik

Mengarungi Arus Sejarah Teori Lempeng Tektonik

Rafienza Maylla

Advertisement

Teori Lempeng Tektonik merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat, terutama bagi ahli kebumian. Teori yang berisikan prinsip-prinsip pergeseran lempeng itu sudah memberikan banyak bantuan dalam bidang keilmuan. Teori Lempeng Tektonik sendiri telah melalui banyak perkembangan, sama halnya dengan manusia yang mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Dalam istilah geologi, lempeng merupakan bongkahan batu yang bersifat kaku dan padat. Sementara tektonik memiliki arti “membangun” yang diambil dari bahasa Yunani. Apabila kedua kata tersebut digabungkan, maka akan membentuk istilah lempeng tektonik yang memiliki arti bahwa bumi dibangun oleh lempeng-lempeng. Semua itu dimulai pada tahun 1912, ketika teori lempeng tektonik pertama kali dicetuskan. Diterimanya konsep lempeng tektonik dalam masyarakat pun tidak mudah, perjalanannya terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga teknologi. Terminologi yang pertama kali digunakan bukanlah “Lempeng Tektonik”, tetapi Continental Drift atau “Pergeseran Benua” yang pertama kali dipelopori oleh meteorologist asal Jerman bernama Alfred Wegener pada tahun 1915. Teori yang dipelopori Wegener di dalam bukunya yang berjudul “The Origin of The Continents and Oceans” menjelaskan mengenai semua benua dulunya berasal dari satu superbenua yang disebut Pangea ratusan juta tahun yang lalu. Namun, dikatakan bahwa perlahan-lahan Pangea terpecah menjadi kontinen-kontinen yang lebih kecil dan posisinya pun berpindah secara mengapung hingga berada di posisinya seperti sekarang ini. Untuk mendukung teorinya, Wegener mencoba untuk membuktikannya melalui penelitian ilmiah. Dari penelitian yang ia lakukan, Wegener menemukan kecocokan garis pantai antara Benua Afrika dan Amerika selatan. Bila diamati, pantai Samudra Atlantik yang berhadapan dengan benua Afrika dan juga Eropa memiliki bentuk yang sangat mirip seakan-akan pernah menjadi satu. Benua Afrika dan

Amerika Selatan bagaikan kepingan puzzle karena bentuknya yang bisa melengkapi satu sama lain.

Gambar 1. Ilustrasi Teori Continental Drift menurut Alfred Wegener dimana benua-benua yang ada sekarang berasal dari satu daratan yang disebut Pangea.

Alfred Wegener menyatakan bahwa Pangea mulai pecah sekitar 200 juta tahun yang lalu. Alexander Du Toit, salah satu profesor yang mendukung teori Wegener, mengatakan bahwa Pangea terpecah menjadi dua bagian benua besar yang disebut Laurasia yang berada di bagian utara hemisfer dan Gonwanaland di bagian selatan hemisfer. Kemudian barulah Laurasia dan Gondwanaland terpecah menjadi benua-benua yang ada pada saat ini.

Gambar 3. Seorang ahli geografi pada tahun 1958, Antonio Snider-Pellegrini membuat peta yang menunjukkan bagaimana benua Amerika dan Afrika yang dulu bersatu sampai akhirnya terpisah.

Gambar kiri: Benua-benua saat masih bersatu. Gambar kanan: Benua-benua saat sudah terpisah. Tidak hanya itu, Wegener juga menemukan kesamaan fosil dan juga kesamaan batuan. Namun sangat disayangkan, Wegener masih belum mampu untuk menjelaskan alasan mengapa kontinen-kontinen yang berasal dari satu superbenua bisa bergerak menjauhi satu sama lain. Gaya seperti apakah yang sekiranya sangat kuat sampai bisa menggerakkan massa batuan padat yang sangat besar sampai terpisah sangat jauh. Kala itu, Wegener hanya mampu menjelaskan dengan sangat sederhana bahwa benua-benua berada di atas lantai samudra sehingga mereka mampu untuk bergerak. Karena bukti yang kurang kuat, teori Continental Drift milik Alfred Wegener tidak diterima dengan baik oleh masyarakat pada saat itu. Setelah Alfred Wegener meninggal dunia, teori Continental Drift miliknya sudah mulai dilupakan oleh masyarakat. Namun, seiring berkembangnya zaman, banyak bukti baru yang timbul sekitar awal tahun 1950. Meskipun teori Continental Drift milik Wegener terus menerus dibantah, itu adalah kali pertama gagasan gerakan kerak diperkenalkan kepada komunitas ilmiah, dan itu memberikan dasar bagi pengembangan lempeng tektonik modern. Bertahun-tahun berlalu, semakin banyak bukti ditemukan untuk mendukung gagasan bahwa lempengan-lempengan itu terus bergerak sepanjang waktu. Bukti-bukti pertama bahwa lempeng tektonik mengalami

pergerakan adalah penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan yang usianya berbeda-beda. Pada tahun 1900 sampai 1950, banyak ditemukannya penemuan baru, salah satunya adalah rangkaian pegunungan besar di dasar samudra yang mengelilingi bumi yang dinamakan Mid-Ocean Ridge atau “Bubungan Tengah samudra”. Penemuan lainnya adalah medan magnet purba yang terekam pada batuan dasar samudra atau dikenal sebagai Paleomagnetisme. Studi paleomagnetik, meneliti medan magnet dari masa lampau, yang menunjukkan bahwa kutub utara magnet tampaknya tersebar di seluruh dunia. Hal tersebut menyatakan bahwa lempengan-lempengan itu bergerak, atau kutub utaranya bergerak. Karena kutub utara pada dasarnya tetap, kecuali selama periode pembalikan magnet, bukti ini sangat mendukung gagasan lempeng tektonik.

Gambar 3. Ilustrasi Global Mid Ocean Ridge. Setelah Perang Dunia ke-II, semakin banyak bukti terungkap yang mendukung teori lempeng tektonik. Pada tahun 1960-an, serangkaian seismometer di seluruh dunia dipasang untuk memantau pengujian nuklir, dan instrumen ini mengungkapkan fenomena geologi yang mengejutkan. Ini menunjukkan bahwa gempa bumi, gunung berapi, dan fitur geologi aktif lainnya sebagian besar selaras di sepanjang sabuk yang berbeda di seluruh dunia, dan sabuk tersebut menentukan tepi lempeng tektonik. Setelah Perang Dunia ke-II, geologi laut dikembangkan, yang mengarah pada penemuan proses subduksi di bawah batas benua. Subduksi adalah cara sempurna untuk menyeimbangkan perluasan yang diamati di pegunungan tengah laut dengan mendaur ulang litosfer samudra di mantel. Penemuan-penemuan baru yang terus bermunculan kemudian memicu timbulnya teori baru. Teori tersebut dikenal sebagai Sea Floor Spreading (pemekaran lantai samudra). Teori ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1962 oleh seorang geologis yang berasal dari Princeton University yang bernama Harry Hammond Hess dan juga Robert S. Dietz yang didasari dengan survey pantai dan Geodesi Amerika. Teori milik Hess mengungkapkan bahwa kerak samudra merupakan proses daur ulang. Teori ini memiliki ikatan dan saling berhubungan dengan dengan teori Mid-Oceanic Ridge. Hess berpendapat bahwa pertama-tama, kerak samudra yang baru terbentuk sepanjang Mid-Oceanic Ridge akan perlahan menjauh, dan kemudian secara perlahan-lahan akan masuk ke bagian bawah kerak benua dan akhirnya mengalami proses penggerusan.

Gambar 4. Prof. Dr. Harry Hammond Hess. Penemu Teori Sea Floor Spreading

Ilmuwan dunia lainnya yang turut ikut mengungkapkan teori mengenai lempeng tektonik adalah McKenzie, seorang geofisikawan asal Inggris. McKenzie mengungkapkan sistem kerja pergerakan lempeng dari segi kinematik melalui tulisan-tulisannya pada tahun 1960 sampai tahun 1970. Selain itu, McKenzie juga menjelaskan mengenai struktur bumi, khususnya viskositas mantel. McKenzie merupakan seseorang yang membuat istilah “Lempeng” dikenal secara luas karena ia selalu menyelipkan istilah tersebut dalam setiap tulisannya. Dalam tulisannya yang berjudul “Speculations on the Consequences and Causes of Plate Motions”, McKenzie menyatakan bahwa batas zona seismik tidak sama dengan batas benua. Dari pernyataannya tersebut, McKenzie membuktikan bahwa istilah “Continental Drift” kurang tepat, maka sebagai gantinya digunakanlah istilah “lempeng”. Sejak kemunculan teori ini pada tahun 1960-an, teori lempeng tektonik telah diterima secara luas sebagai model proses Bumi. Gambar 4. Salah satu contoh penggunaan terminologi “Plate” (Lempeng) pada salah satu tulisannya

Setelah melewati banyak perkembangan, penemuan, dan bukti-bukti baru mengenai teori lempeng tektonik, bisa disimpulkan bahwa Teori Lempeng Tektonik mempunyai sebuah prinsip utama, yaitu bahwa bumi tersusun oleh lempeng-lempeng yang bergerak. Pergerakan tersebut diakibatkan oleh adanya arus konveksi atau arus perpindahan energi panas. Karena lempeng-lempeng tersebut bergerak, maka terjadilah interaksi antara satu lempeng dengan lempeng lainnya. Teori lempeng tektonik telah melalui banyak perkembangan dan juga mendapatkan banyak perhatian di antara ahli kebumian. Dan yang paling penting, dengan adanya perkembangan teori lempeng tektonik, manusia bisa belajar banyak mengenai salah satu sejarah bumi dan mampu mengantisipasi efek samping apabila lempeng tektonik mengalami pergeseran yang pada akhirnya memiliki tujuan baik untuk kesejahteraan bangsa.

Daftar Pustaka

Fauzan, Yudi Abu. “Teori Tektonik

Lempeng.” TJERITERA BOEMI..., 18

June 2011, yudi81.wordpress.com/2010/12/04/teoritektonik-lempeng/. 16 Feb 2021. Halim, Leony. “Sejarah Lempeng Tektonik.”

Bab I Sejarah Lempeng Tektonik, 2018, docplayer.info/52421017-Bab-1-sejarahteori-lempeng-tektonik.html. 16 Feb 2021. “History of Plate Tectonics”, scecinfo.usc.edu/education/k12/learn/pla te2.htm#:~:text=Plate%20tectonic%20th eory%20had%20its,fit%20together%20li ke%20a%20puzzle. 16 Feb 2021. Makalah Lempeng Tektonik, 26 Sept. 2015, doi:https://dokumen.tech/document/mak alah-lempeng-tektonik.html. 16 Feb 2021. “Mengenal Teori Tektonik Lempeng.” Dinas

Energi Dan Sumber Daya Mineral

Provinsi Banten | MENGENAL TEORI

TEKTONIK LEMPENG, desdm.bantenprov.go.id/read/berita/297/

MENGENAL-TEORI-TEKTONIK-LE

MPENG.html. 16 Feb 2021 “Perkembangan Teori Tektonik Lempeng.”

Jurnal Geologi, 2010, http://jurnal-geologi.blogspot.com/2009/ 10/geo-perkembangan-teori-tektonik-le mpeng.html. 16 Feb 2021 Septianda, Hafiz. “Sejarah Perkembangan

Tektonik Lempeng.” Artikel Teori

Tektonik Lempeng, 29 Oct. 2015. 16 Feb 2021 Siagian, Todung R. “Teori Tektonik

Lempeng .” Struktur Untuk Awam -

BENCANA ALAM, 20 Nov. 2009, strukturawam.wordpress.com/2009/11/2 0/teori-lempeng-tektonik-perspektif-seja rah-2/. 16 Feb 2021 Stern, Bob. “Plate Tectonics.” Plate

Tectonics, 9 Nov. 2008, pp. 1–20, https://www.researchgate.net/publication /328005106_The_evolution_of_plate_te ctonics. 16 Feb 2021 Stern RJ. “The evolution of plate tectonics.”

The evolution of plate tectonics, Nov. 2018,

Phil.Trans.R.Soc.A376:20170406.http:// dx.doi.org/10.1098/rsta.2017.0406. 16

Feb 2021

This article is from: