
2 minute read
Target Selesai 40 Hari
Plat besi underpass Sholis yang kondisinya mengkhawatirkan itu, mulai dibongkar pertama pada lajur cepat arah Tugu Narkoba.
Pelaksana Proyek, Heru Renaldi menjelaskan, penanganan yang akan dilakukan ke depan, ialah mengganti grating steel, dengan box culvert berukuran 80x80 centimeter.
Menurut dia, selama ini kerusakan pada sambungan itu dikarenakan oleh tekanan mobil yang melintas. Sehingga menyebabkan plat besi mengalami penurunan. ”Nah, sekarang ini akan diganti box culvert yang berpori di bagian atasnya, dan lebih kuat” jelasnya saat ditemui Radar Bogor. Heru menerangkan, penanganan akan dilakukan secara bertahap, perlajur. Lajur pertama yang diperbaikinya, yakni lajur cepat dari arah Yasmin menuju Tugu Narkoba. Setelah itu pihaknya akan berpindah mengerjakan lajur cepat, dari arah Tugu Narkoba menuju Yasmin. Kemudian beralih ke jalur lambat, dari arah Yasmin ke Tugu Narkoba. Dan terakhir lajur lambat dari arah
Tugu Narkoba ke Yasmin. Dia mengungkapkan, penanganan setiap lajur ditargetkannya rampung selama sepuluh hari. Sehingga total seluruh pekerjaan, akan berlangsung selama 40 hari. Tahapannya, kata dia, mulai persiapan, penggalian, pemasangan box, pengecoran atau rigid. “Karena jalannya sudah ditutup, kami upayakan agar pekerjaan dilakukan di waktu siang dan malam.” garansinya.
Menyoal kendala, ia menyebut karena berada di bawah terowongan, pihaknya terkendala pergerakan alat berat yang tidak leluasa. (fat/c)
Tarif Kurangi Penumpang
Kasubsie Operasional BisKita
Transpakuan, Gery Widiana membenarkan kondisi ini.
Ia menjelaskan, hal itu terjadi, karena semakin berkurangnya penumpang yang hanya main, dan hendak mencoba BisKita saja.
”Pemberlakuan tarif membuat jumlah penumpang ada penyesuaian. Tidak seperti saat tarif diberlakukan, banyak penumpang yang main-main dan ingin mencoba saja. Sekarang hanya penumpang benar-benar pengguna saja,” ujarnya saat dihubungi Radar
Bogor, Senin (29/5). Ia menerangkan, saat ini penumpang BisKita hanyalah penumpang yang betul-betul memanfaatkan moda akomodasi aktifitas sehari-hari. Golongan tersebutlah yang menjadi fokus pihaknya. Kondisi ini pun disebutnya justru memudahkan mereka, untuk mengevaluasi operasional BisKita, serta menentukan langkah baru yang mesti diambil memajukan fasilitas BisKita. ”Target kami sudah semakin jelas, dari sini kami bisa sortir siapa penggunanya dan menjadi bahan evaluasi. Untuk menen- tukan langkah yang perlu diambil, pelayanan apa yang harus diimprovisasi, supaya target pangsa pasar bisa bertambah lagi,” imbuh dia. Gery menyebut, pihaknya ke depan akan berfokus memperbaiki fasilitas layanan dan meningkatkan performa. Sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan aman, pada penumpang BisKita seharihari. Ia juga mengklaim, fasilitas BisKita pasca berbayar masih berjalan normal, dan tidak ada hambatan.
”Ketika mereka merasa nyaman akan menularkan hal itu pada teman dan saudaranya sehingga nantinya penumpang bisa bertambah lagi,” ucap dia. Meski demikian, dirinya tidak dapat memastikan waktu beroperasinya dua koridor lainnya yang saat ini masih belum aktif, yakni koridor 3 dan 4. Begitu pula dengan kebijakan tarif bagi golongan penumpang tertentu, yang masih belum jelas. ”Kebijakan perbedaan tarif masih dalam pembahasan. Karena tidak mudah, harus berkoordinasi antar kementerian, langkah yang mesti ditempuh, serta kajian-lajian,” elaknya. (fat/c)
”Mereka mengumpulkan gas-gas elpiji 3 kg dari seorang pria bernama Christian di Jakarta sebanyak delapan kali, lalu dikirim ke Bogor. Setelah itu mereka pindahkan ke tabung gas yang lebih besar. Proses penyuntikkan berlangsung di Sindang Barang,” jelasnya pada Senin (29/5). Tabung-tabung gas hasil suntikannya tersebut, kemudian dipasarkan ke sejumlah agen gas di wilayah Bekasi dan Jakarta. Untuk tabung gas 12 kg, dijual dengan harga Rp130 ribu. Sementara tabung gas 50 kg, dijual seharga Rp800 ribu. Bismo mengatakan, tindakan tersebut menimbulkan disparitas harga yang merugikan masyarakat kecil, dan juga pemerintah. Hal ini pun membuat penyaluran gas bersubsidi, menjadi tidak tepat sasaran. Dari penangkapan tersebut, polisi menyita dua mobil truk, tiga mobil pikap berisi penuh gas berukuran 3 kg, 12 kg, dan 50 kg. ”Total gas 3 kg ada 780 tabung, 288 di antaranya berisi, sisanya kosong karena sudah dipindahkan. Kami juga menyita tabung gas 12kg sebanyak 167 tabung, dan tabung gas 50 kg sebanyak 35 tabung,” beber Bismo. Ketiga terduga pelaku tersebut di antaranya Agus Salim (32) berperan sebagai pemodal, Syah Bilal Sitoris (28), dan Kusdianto (40) yang berperan sebagai supir, serta penyuntik gas. Sementara Christian, pemasok tabung gas hingga kini masih diburu. Ketiga pelaku terancam hukuman 6 tahun penjara, atau denda senilai Rp60 miliar. ”Kami imbau kepada masyarakat jika melihat ada kegiatan mencurigakan, silahkan laporkan ke polisi. Cirinya mereka melakukan bongkar muat sembarangan, dan mobil yang digunakan untuk mengangkut gas tidak terdapat identitas Pertamina,” tekan Bismo. (fat/c)
RILIS: Ketiga pelaku bersama barang bukti tindak kejahatan mereka yang dibeberkan Polresta Bogor Kota saat rilis dengan media, kemarin.