1 minute read

Longsor Lagi

 Sambungan dari Hal 12

Kepala Pelaksana Badan

Penang gulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kota Bogor, Teofilo Patrocinio menyebut, longsor diduga terjadi karena kontur tanah yang gembur.

”Ini longsornya terjadi di titik longsor yang sedang diperbaiki. Awalnya masih menyisakan sebagian jalan, namun sekarang sudah habis semua,” ucap Theo saat dihubungi Radar Bogor. Kondisi itu membuat akses warga setempat terputus.

Kendaraan roda empat maupun roda dua, tidak dapat melintas. Para pengendara pun terpaksa menempuh jarak, dan waktu yang lebih lama dan jauh. Theo mengatakan, longsor ini juga membuat sebuah rumah warga terancam rubuh

,karena begitu dekat dengan area longsoran. ”Kami belum memeriksa lokasi secara langsung. Namun kalau kondisinya tidak bisa dihuni dan perlu dipindahkan maka akan kami pindsakan ke Hunian Sementara

Tata Kawasan Tentara Pelajar

 Sambungan dari Hal 12

Adanya jalur pedestrian di Kawasan dekat Kebun

Percobaan atau Kompleks

Pertanian Cimanggu, dekat dengan Taman Manunggal, justru tidak bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Jalur tersebut kini justru dipenuhi dengan pedagang liar, yang makin menjamur, dan memadati kawasan tersebut. Alhasil, para pejalan kaki harus mengalah, berjalan ke bahu jalan raya.

Keluhan itu diutarakan warga

Jalan Puspawarna blok O I / 11 A, RT 4/ RW 12, Kelurahan

Kedungwaringin, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Eddy Supardi. Sebagai pemerhati kegiatan lingkungan, dia mengungkapkan sangat miris melihat kawasan tersebut. Selesai dipasang trotoar baru saat melengkapi pasilitas sekitar Taman Manunggal, orang yang jalan malah susah lewat, karena disekitar area ada yang dipake kumpul pedagang. Menurut perhitungannya, lebih dari enam pedagang yang membuka lapak di sana. Mulai dari tambal ban, di mana sepeda motor pada ikut nongkrong memenuhi bahu jalan, ada juga yang berjualan bensin eceran, berjualan es campur, jualan kue basah, obral kaos kaki, dan lainnya.

Belum lagi, kata dia, pagar besi Kebun Percobaan milik Kementerian Pertanian pun digunakan untuk menjemur, atau menggantung pakaian kotor para pedagang. Jalur pedestrian yang sudah rapi, siang hari sering kali digunakan orang tidur-tiduran di sana.

“Gak tahu warga Bogor atau bukan, nampaknya bukan warga lokal,” kata dia kepada Radar Bogor, kemarin. Kondisi ini membuat kawasan tersebut kumuh. “Sepertinya kurang pantas untuk Kota yang memiliki predikat atau peraih Adipura,” cetus dia.

Adanya pohon rindang juga, lanjut Eddy, menjadi salah satu faktor Kawasan tersebut dipadati pedagang dan orang berteduh dari panasnya matahari siang. Sehingga dia meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor untuk menebang pohon tersebut.

“Lebih baik ditebang, karena dengan adanya pohon itu, banyak orang yang kumpul di sana, jadi banyak tukang dagang juga di sana, ya jadi kumuh,” tegas dia. (ran)

This article is from: