
13 minute read
Cara Mudah Membuat Pelat Flexo dengan HELL PREMIUM SETTER
Sahabat Grafika, mungkin belum semua mengenal Acuan Cetak atau Plate untuk Teknik cetak Flexography. Menurut Wikipedia, saat ini ada tiga metode pembuatan acuan cetak, yaitu Generasi
Pertama, menggunakan Bahan Baku Polimer peka cahaya. Film negatif ditempatkan di atas pelat, yang terkena sinar ultra-violet. Polimer menjadi keras jika mendapatkan cahaya yang cahaya melewati film, sebaliknya, Polimer yang tidak kena cahaya akan lumer, dan hilang oleh pelarut. Sikat pada mesin berfungsi menggosok pelat untuk memudahkan proses “pencucian”.
Advertisement
Jika generasi awal berbasis film, pada generasi kedua berbasis digital, menggunakan laser yang dipandu komputer untuk mengetsa gambar ke pelat cetak. Proses pengukiran laser langsung semacam itu disebut pembuatan pelat digital kepada bahan baku Photopolimer. Perusahaan seperti AV Flexologic, Glunz & Jensen, Xeikon, Esko, Kodak, Polymount, Screen dan SPGPrints dari Belanda adalah pemimpin pasar dalam pembuatan peralatan jenis ini.
Dari sisi bahan baku, kita mengenal nama Photo Polimer, berangkat dari nama, ada kata ‘Photo’ artinya didalam bahan baku tersebut ada photo inisiator yang berubah pada saat mendapatkan cahaya (lihat gambar 1)

Sedangkan elastomer adalah polimer alami atau sintetis yang memiliki kualitas elastis.Hal ini jika di bandingkan photo polimer, kualitas dan fleksibilitas elastomer lebih tinggi.
Nah sekarang anda memahami apa beda Photo Polimer dan Elastomer, keduanya sama-sama karet yang dipakai sebagai acuan untuk plate flexography. Saat ini banyak beredar dalam bentuk lembaran, dan berupa kelongsong atau Sleeve.

Teknik pencungkilan atau engraving pun juga berbeda antar teknologi, ada yang bersalut LAM, Laser Ablation Mask, Seperti apa teknik LAMS itu? LAMS masuk kedalam kelompok digital printing, yaitu pembentukan gambar berbasis data RIP (Raster imaging Processing) bukan konvensional seperti mengunakkan film pada teknologi jaman dahulu.
Lapisan LAMS berperan sebagai masking dalam proses exposure. Setelah pra-penyinaran, lapisan LAMS harus dihilangkan dengan ablasi laser hanya pada permukaan di mana pelat cetak photopolymer perlu diekspos. Setelah ablasi, paparan sinar UV mengikuti dan pelat akan selesai dengan penghilangan bahan kimia dari bagian polimer yang tidak terkena paparan.

Lihat Gambar 2, Gambar A adalah penyinaran awal pada backing sebagai Masking. Gambar B setelah terbentuk masking pada Non Image area (Sumber : Flexopedia.Net) Ini menyebabkan Non image terbuka untuk penyiaran selanjutnya yang gambarnya terbalik (reverse) sebagai acuan daerah gambar flexo.
Cara kerja Laser Engraving (pencung kilan dengan bantuan sinar laser)
Pembuatan Pelat Flexo Konvensional versus Plate Flexo dengan HELL S-Series.

Jika pada konvensional membutuhkan waktu yang lama, kini dengan teknologi digital Flexo HELL S 1300 memungkin kan proses menjadi lebih cepat kurang dari 1 jam untuk pembuatan pelat flexo, mulai dari bentuk acuan lembaran, maupun bentuk selongsong.
Mengapa hal tersebut bisa di lakukan, dibawah ini adalah workflow proses konvensional (dengan Teknik Photopolymersisi kiri ) dan proses Elastomer Plate – sisi kanan dengan HELL S Series, Gambar 3 dibawah ini.
Gambar 3. Workflow pembuatan pelat berbasis Photo Polimer Versus berbasis Elastomer
Pada konvensional, dengan plate Photo polimer, membutuhkan enam langkah proses, sedangkan dengan Premium Plate Setter Hell S Series , cukup 2 langkah.
Bagi Percetakan Flexo, kecepatan pembuatan pelat sangat penting, apalagi jika ada perubahan file, data, atau gambar karena permintaan pelanggan. Utilisasi mesin, bagaimana menciptakan agar mesin tetap berputar (Value added) tercipta, mencegah idle time karena menunggu pelat adalah sebuah hal yang di hindari pada proses manufaktur.
Cara Kerja Laser Engraver Berbasis Paduan Komputer
Pada Gambar 4, adalah tampilan cara kerja laser pada Plate Setter. Terdapat 3 generasi Engraving laser, tetapi yang paling umum adalah teknik X – Y table, dimana permukaan bersifat diam atau stationery, dan laser optis bergerak pada dua dimensi X dan Y.

Photo Polimer Versus Elastomer, Mana yang Anda Pilih ?
Jika diatas kita sudah membahas teknik pembentukan gambar dengan film, laser, dan laser ablative mask, pada kesempatan ini kita pelajari lebih dalam apa keunggulan bahan dasar Photo Polimer dengan Elastomer.
Salah Satu keunggulan elastomer adalah sifatnya flexibel, mengapa flexibel? Karena Karet elastomer mengandung banya ‘bulge’ atau rongga-rongga yang teknik ini banyak dipakai pada roll karet mesin cetak, atau blanket mesin cetak offset. Sedangkan karet Photo polimer lebih kepada kemampuan ketahanan cetak.
Mengenal HELL Gravure System GMBH, Jerman
Perusahaan Hell Gravure System, adalah perusahaan percetakan yang di dirikan oleh Dr Ing Rudolf Hell (1901 –2002), Gambar 6. Dibawah ini

A. KECEPATAN PRODUKSI
Pembuatan Plate Flexography dengan Premium Platesetter bisa dibilang sebuah revolusi, mengapa? Jika sebelumnya pembuatan pelat Flexography butuh waktu yang lama, dengan Premium Plate Setter HELL ‘S’ Series, menjadi lebih cepat. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Metode Photo Polimer membutuhkan hingga Pembuatan Pelat Flexo Konvensional versus Plate Flexo dengan HELL S-Series, pada Konvensional dengan Photopolimer membutuhkan 7 langkah proses setelah file print ready, sedangkan dengan HELL Premium Plate Setter, cukup 2 langkah. Lihat Gambar 7 di bawah ini.
mencegah idle time karena menunggu pelat adalah sebuah hal yang di hindari pada proses manufaktur
B. KUALITAS RELIEF PRODUKSI PREMIUM SETTER HELL ‘S’ SERIES. Seperti diuraikan sebelumnya, kualitas hasil cetak di seluruh produksi, baik offset, letterpress, gravure, flexo, intaglio, adalah :
1. Kemampuan mereproduksi dot (solid, tepi rata, mampu mencapai raster paling kecil)
2. Kemampuan register, dengan ketelitian tinggi
3. Sedikit menyebabkan cacat (less defect)


Perusahaan ini di dirikan di KIEL, Jerman, tahun 1929, yang merupakan inovator dari teknik klise yang hingga saat ini masih di pakai oleh kebanyakan percetakan Letter Press. Pada tahun 1951, Hell menciptakan klise teknik Klischography, dimana pembuatan klise dengan bantuan elektronik, bukan dengan film. Di tahun 1961, Hell merupakan innovator dalam pembuatan Scanner sekaligus engraver. Tahun 1965 adalah tahun awal produksi HELL Chromagraphic DC 300, demikian juga saat Olimpiade 1960, Hell sebagai innovator dalam teknologi Faximili yang kita kenal sekarang.
PREMIUM PLATESETTER HELL - ‘S’ SERIES
Mengapa kita memilih Premium Plate Setter HELL ‘S’ SERIES. Berikut Rangkuman di bawah ini:
Bagi Percetakan Flexo, kecepatan pembuatan pelat sangat penting, apalagi jika ada perubahan file, data, atau gambar karena permintaan pelanggan. Utilisasi mesin, bagaimana menciptakan agar mesin tetap berputar (Value added) tercipta,

Plate yang dihasilkan oleh Premium Plate setter HELL, mampu menghasilkan kualitas raster hingga 1 persen. Gambar 7 ini adalah penampang kontur hasil imaging dengan Plate Setter HELL, mengapa demikian? Karena kontur raster mampu menyangga pilar raster.
Premium Plate Setter mampu menciptakan relief tersebut, karena keunggulan dalam penerapan Profile Relief seperti di tunjukan pada gambar 8 di bawah ini. Profile ini memungkin kan terbentuk kontur
Pada area midtone (40%) hingga Highlight (10%) perlu di topang struktur pondasi dari raster karet fleksi, satu strateginya adalah mendesain ulang struktur reliefnya. Teknologi profiling dan teknologi Laser panduan komputer.

Kekuatan permukaan juga menjadi titik sentral terbentuknya kualitas raster. Teknologi karet EPDM memungkinkan keunggulan hal ini dibanding dengan teknik Potopolimer, mengapa? karena pembentukan image menggunakan power sebesar sebesar 600 watt, dibanding konvensional yang hanya 600 miliwatt.
Dengan penggunaan elastomer dan pengerasan menggunakan power watt yang besar, memungkinkan ‘’Flat top” beserta micro cell nya, hingga mampu mereproduksi image hingga 1%, yang mustahil dicapai dengan teknik grafika lainnya.
C. FLATNESS SURFACE IMAGE.
Satu kunci keunggulan plate dengan produksi Premium Plate Setter HELL adalah dengan profile memungkinkan kerataan atau Flatness. Bayangkan jika sebuat titik raster dengan kontur image yang permukaannya tajam, bukan flat? Yang terjadi adalah gangguan dalam reproduksi raster.
Premium Plate Setter HELL, dari uji coba di produk Flexo, mampu mereproduksi hingga raster 1%, lihat Gambar 9 dibawah ini. Ini adalah sesuatu hal yang mustahil pada cetak offset. Umumnya proses pencetakan hanya mampu 3%, jika pun ada 1% itu bukan raster. Tetapi bias dengan warna substrat (misal : kertas)

D. TEGANGAN PERMUKAAN
Mengapa Tegangan permukaan sangat penting pada Flexo?
Tegangan permukaan merupakan kecenderungan dari sebuah cairan jika bersentuhan dengan udara yang terjadi ketika dikelilingi oleh membran elastis di bawah tegangan. Gaya inilah yang menyebabkan tetesan terbentuk menjadi bentuk bola, dan juga mencegah partikel kecil tenggelam ke dalam cairan, seperti air, meskipun cukup berat. Ketegangan permukaan muncul karena kecenderungan molekul-molekul cairan untuk saling menempel lebih kuat daripada mereka menempel di udara.
(a) Fenomena surface tension di flexo b) Surface energy pada permukaan substrat (high and low surface energy)

Bagaimaan Tegangan permukaan pada cetak flexo? Energi permukaan adalah konsep yang sangat mirip yang berlaku untuk padatan dan mengacu pada kelebihan energi di permukaan suatu material dibandingkan dengan curahnya.
(a) Fenomena surface tension di flexo

(b) Surface energy pada permukaan substrat (high and low surface energy)
E. WETTABILITY
Pengaruh wettability (kebasahan) tinta flexo pada Substrat.
Dalam pencetakan flexo, tegangan permukaan dan energi permukaan memengaruhi keterbasahan. Jika Anda memiliki cairan dengan tegangan permukaan yang tinggi, cairan tersebut cenderung berbutir-butir dan tidak membasahi permukaan yang bersentuhan dengannya. Jika Anda memiliki permukaan dengan energi permukaan rendah, efeknya akan sama. Biasanya ini bukan interaksi media tinta yang Anda inginkan.
Dengan menggunakan resolusi expose 5080 dpi , hasil bentukan raster serta dot dapat dirancang sesuai dengan kehendak pembuat pelat akan mencapai hasil yang rata dan dapat menghasilan reproduksi yang baik. Sebagai hasil dari proses ini, maka pembuatan pracetak dan persiapan datanya dapat stabil dan mudah dicapai sesuai dengan kehendak dari pencetak atau pemesannya. Pelat elastomer yang juga dikenal sebagai sebagai bahan karet EPDM, yang tahan terhadap banyak jenis tinta dan pengencernya, menjadikan pelat ini lebih handal dan memiliki ketahanan yang baik. Terutama untuk penggunaan tinta UV curing dan UV varnish, serta tinta berbasis solvent dan air, pelat ini memberikan bentuk pelapisan yang lebih sempurna sehingga memberikan hasil lebih baik dan rata. Untuk proses spot varnish pada mesin Offest, juga dapat menggunakan pelat jenis ini.
Saat ini mesin Hell Premium Setter pertama di Indonesia telah beroperasi dan tersedia di Jakarta. Dengan adanya mesin Hell Premium Setter, yang mempermudah seluruh rangkaian proses dan memberikan repeatibilty mutu plat cetak yang diinginkan. Maka akan membuka peluang perce- takan flexo untuk menjajaki pembuatan pelat cetak sendiri.
Seandainya ada masalah pelat cetak yang rusak pada waktu pencetakan, maka pembuatan pelat baru dapat diulang dalam waktu yang singkat. Hal ini akan menghemat pembuatan pelat cadangan yang tidak selalu diperlukan. Dengan adanya standarisasi pembuatan data pada pracetak memungkinkan hasil akhir cetakan flexo ini dapat dilihat sebelum cetak produksi dilakukan.
Digitalisasi prosess saat ini sudah begitu sempurna, sehingga tidak lagi diperlukan keahlian khusus.
Mesin Hell Premium flexo ini telah beroperasi sejak tahun 2013 di Eropa dan telah menjadi standar industry percetakan yang mapan. Teknik ini mulai di terapkan bukan hanya pada percetakan flexo saja, tetapi pada percetakan kaleng, dry offset pada kemasan plastik, varnish coating pada percetakan offset serta percetakan security.
Teknologi Cetak
Label Flexo dengan
Digital Inkjet UV
Sebelum membahas perbedaan cetak label flexo dengan digital inkjet, akan dijelaskan apa itu cetak flexo, dan berikutnya akan membahas cetak digital inkjet UV.

Cetak Flexo atau lebih lengkapnya flexography, adalah salah satu proses cetak konvensional yang pada dasarnya adalah teknik cetak tinggi. Dan beberapa decade sebelumnya sering diaplikasikan untuk mencetak “low quality”, Seperti corrugated carton, tetapi dengan berkembangnya teknologi pembuatan dan material platenya, berkembang seperti saat ini, sehingga kualitas hasil cetaknya sudah baik dan bisa disejajarkan dengan cetak offset yang lebih berkembang. Seperti kita ketahui, dari sejarah teknik cetak ada 3 proses, yaitu cetak tinggi, cetak datar dan cetak dalam dan ditambah cetak khusus. Penjelasan simpelnya; cetak tinggi adalah bagian yang mencetak (huruf) lebih tinggi dari bagian yang tidak mencetak yang secara umum orang menyebutnya letterpress, dimana proses kerjanya adalah mekanik; dan cetak datar, dimana bagian yang mencetak dan yang tidak mencetak sama tinggi permukaannya dan pada umumnya disebut cetak offset, dan prosesnya secara kimia; sedangkan cetak dalam adalah bagian yang mencetak (huruf) lebih rendah daripada bagian yang tidak mencetak. Sedangkan cetak adalah teknik cetak yang tidak bisa dikategorikan kedalam ketiga teknik cetak yang telah disebutkan diatas.
Sesuai dengan judul topiknya, pada kesempatan ini pembahasan hanya pada cetak flexo secara garis besarnya saja; bagaimana workflow, proses dan parameter-parameter pada cetak flexo.
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa cetak flexo adalah bagian dari cetak tinggi seperti letterpress. Adapun yang membedakan dengan letterpress adalah adanya roll anilox dalam unit penintaannya, sehingga jumlah roll tinta tidak sebanyak letterpress. Dengan tujuan proses perjalanan tinta dari bak tinta ke permukaan plate akan lebih pendek dan stabil, dan juga tidak adanya penyetelan “ink zone” di bak tintanya.
Untuk cetak flexo, Seperti teknik cetak lainnya dimana prosesnya akan diawali pada proses pra cetak (pre press), dimana secara definisi bagian pre-press atau pra-cetak adalah melakukan proses pembuatan plate yang dimulai dari Final Artwork (FA) hingga menjadi plate siap cetak. Dan dalam proses pembuatan pelat terdapat dua proses inti yaitu penyinaran (imaging) dan pencucian (proses developer). Dan proses imaging, terdapat dua tahapan yaitu “back expose” dan “front expose”, dan ini juga harus dicari waktu yang sesuai supaya mendapatkan pelat yang baik sehingga memudahkan dan tidak membawa masalah di proses cetaknya. Satu sisi proses pra-cetak akan menetukan LPI (Line per Inch) dan juga harus ditentukan pembagian warna dan gambarnya sesuai dengan unit cetak mana yang akan digunakan. Karena selain masing-masing unit cetaknya dibagi atas dasar warna; juga harus sudah ditentukan kehalusan gambar, teks dan solid (blok) dari suatu cetakan pada unit cetaknya. Untuk mendapatkan hasil yang optimal adakalanya antara gambar (beraster) dan blok harus dipisahkan pada unit cetaknya meskipun warnanya sama, bahkan ada kalanya harus dengan proses cetak sablon untuk mendapatkan solid lebih baik. Kalaupun tetap akan dicetak proses flexo, penggunaan anilox rol harus beda dengan unit yang mencetak gambar atau teks kecil. Seperti kita ketahui bahwa proses cetak flexo selalu menggunakan rol anilox pada unit penintaannya, sedangkan rol anilox sendiri mempunyai ukuran
LPI dan kedalamannya (BCM), dan hal ini harus sesuai dengan kebutuhan tintanya. Oleh sebab itu konfigurasi mesin flexo seringkali lebih dari 4 warna , sedangkan warna pokok separasi warna adalah 4 warna (CMYK), hal ini karena untuk mendapatkan hasil cetak yang optimal.
Pelat yang sudah selesai disiapkan, dilanjutkan mencetak. Biasanya persiapan mesin cetak (flexo) dimulai dengan memasukkan kertas atau bahan yang akan dicetak yang diletakkan di unit unwinder memasukan, dengan melewati unit web cleaner lalu ke tiap unit cetak hingga sampai unit rewinder. Dilanjutkan memasang pelat pada tiap unit cetak dan memasang unit penintaan berikut tintanya hingga melakukan test cetak hingga disetujui warnanya, dan diakhiri dengan proses produksi mencetak. Bicara peruntukannya dengan proses cetak Flexo, pada umumnya untuk mencetak oplah panjang
(long run), akan lebih efisien karena selain kecepatannya lebih cepat, juga biaya pra cetak (pre press) yang merupakan “fix cost” cukup mahal sehingga apabila mencetak oplah pendek (short run), beban biaya pra cetak akan tinggi pada harga satuannya.
Dari penjelasan sederhana di atas, tenaga pekerja (SDM) yang melakukan proses produksi harus mempunyai pengetahuan, skill dan pengalaman yang memadai sehingga bisa mendapatkan hasil yang optimum. Dalam hal ini peran SDM cukup dominan disamping teknologi dan kondisi mesinnya.
Selanjutnya akan dibahas tentang cetak label dengan menggunakan proses cetak digital inkjet. Seperti diketahui bahwa cetak digital pada dasarnya terdapat dua teknik proses penintaannya, yaitu inkjet dan toner, dengan berbagai argumentasi teknologi, kualitas, kecepatan, nilai investasi dan biaya operasionalnya dan lain-lainnya yang menjadi bahan pertimbangan .
Pada teknologi inkjet, pada umumnya untuk menghasilkan hasil cetak akan tergantung tiga hal, yaitu print head yang digunakan dan software yang dikembangkan oleh manufacture pabrik mesin cetaknya sendiri, beserta tintanya.
Sebagai contoh bahwa mesin label digital inkjet dengan print-head yang mempunyai resolusi 1200 x 1200 dpi akan lebih baik hasilnya dari pada yang menggunakan print-head dengan resolusi 600 x 600 dpi. Dan disisi lain meskipun print-headnya sama antara mesin cetak yang satu dengan lainnya akan beda hasil cetaknya karena system softwarenya juga berbeda.
Seperti yang kita ketahui bahwa di pasar ada beberapa brand print-head dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing, dan juga peruntukannya. Misalnya apakah printhead akan sesuai untuk segmen retail, professional ataupun industry. Dan hal yang selalu “mengikuti” setiap print-head berikut mesinnya adalah jenis dan spesifikasi tinta yang sesuai, bahkan diharuskan untuk menggunakan jenis tinta yang disyaratkan oleh pabriknya. Beberapa tahun belakang teknologi inkjet telah berkembang dengan tinta UV, dengan kelebihannya di aplikasinya. Kita kenal beberapa brand print-head di pasar misalkan ; Kyocera, XAAR, Konica-Minolta, Memjet, Epson, Fuji, Kodak dan lain-lainnya dengan berapa versi dan tipe nya.

Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa kualitas hasil cetak digital inkjet UV akan ditentukan oleh “formula” 3 hal, yaitu Print-Head, Software dan Tinta yang merupakan hasil riset dan pengembangan dari pabrik pembuat mesinnya.
Dari penjelasan atau pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mencetak dengan proses flexography sangat tergantung dari orang yang mengerjakan, disamping peralatan atau mesinnya. Sedangkan mencetak dengan proses digital inkjet UV, sangat tergantung dari teknologi atau brand mesinnya.
Oleh sebab itu pada era digital, mencetak akan lebih simple dan mudah meskipun ada beberapa perbedaan atau kekurangan bila dibandingkan dengan proses flexography. Tetapi cetak label dengan proses digital tetap terdapat beberapa kelebihan, yaitu selain tidak perlu membuat pelat juga bisa mencetak variabel data dan bervariasi dengan kuantiti sedikit. Atau dengan kata lain personalisasi.
Dilihat dari sisi biaya dan waktu produksi, proses cetak flexo memerlukan biaya pada proses pra-cetak, yang merupakan “fix cost” dan memerlukan waktu paling tidak 1-2 jam. Dan pada proses cetaknya pun memerlukan waktu persiapan mesin dan “waste” bahan yang menjadi “beban” biaya dalam total proses produksi. Sedangkan dalam proses cetak digital beberapa hal tersebut bisa diabaikan, sehingga akan sangat mempengaruhi biaya produksi per unit/satuannya.
Sebagai informasi dan referensi, mesin cetak label digital inkjet UV yang menggunakan Printhead terbaik dikelasnya, dipadukan dengan Software dari hasil riset dan pengembangannya yang terus menerus, serta Tinta yang tahan gores dan panas adalah DURST TAU 330 RSC.
Teknologi cetak Label Digital inkjet UV ini terus berkembang di pasar, yang menurut FINAT RADAR, lembaga survei yang memonitor perkembangan bisnis label & narrow web dalam periode terakhir di Eropa membuat laporan bahwa cetak digital dengan teknologi toner yang ada di pasar adalah 27% dibandingkan dengan teknologi inkjet 73%.
DURST TAU 330 RSC adalah mesin cetak Label Digital inkjet UV yang menggunakan Printhead Dimatix Samba G3L dengan teknologi single pass, dengan variable drop size. Printhead Dimatix ini menurut pembuatnya FUJIFILM adalah printhead tercanggih dan terbaik saat ini yang ada di pasar, dengan Native Resolution nya 1200 x 1200 dpi dan Drop size 2-4-6 pl Grey scale.
Untuk kecepatan cetaknya sampai dengan 80 linear meter/menit dan bila mencetak variabel data dan tinta putih, kecepatannya menjadi 52 linear meter/ menit.
Salah satu teknologi terbaru DURST yang dilaunching dan demo pada Label Expo 2019 di Brussel, Belgia terdapat beberapa inovasi pada software pre press workflownya yang menggunakan tinta yang didesain Low-Migration UV. Tinta jenis ini merupakan tinta sesuai dengan regulasi EuPIA dan Swiss Ordinance yang aman untuk packaging makanan dan farmasi. Hal Lain yang akan di demokan adalah mesin dengan kecepatan 100 linear meter / menit dengan pilihan juga pada lebar 340, 420 atau 508 mm.
Sekilas tentang Spesifikasi
R = Resolution – resolusi cetak tinggi
S = Speed – kecepatan tinggi
C = Color – ruang warna yang besar
DURST TAU 330 RSC adalah printer label dan pengemasan inkjet UV digital dengan lebar cetak 330 mm (13 inci) dan kecepatan pencetakan hingga 78 meter lari per menit.

Printer ini memiliki kapasitas produksi mampu dicetak mulai tipe coated, uncoated, transparent film, PP, PE, BOPP, PVC, PET dan aluminium foil. Dengan ketebalan dari 0,10 – 0,50 mm (0,02 mm harus dengan chill Roller). Sedangkan lebar kertas maximum 350 mm dan lebar cetaknya 330 mm.
Sebagai penutup artikel ini, dapat disimpulkan bahwa proses cetak konvensional yang dalam hal ini cetak flexo, untuk menghasilkan cetak yang baik diperlukan proses dan pengetahuan SDM yang memadai di samping mesin dan material penunjangnya. Mungkin peran SDM nya 60%. Sedangkan proses cetak digital untuk menghasilkan cetak yang baik sangat tergantung pada mesin digital yang digunakan, sedangkan peran operator sangat minim, bisa dibilang 10-15%.
1.485 m2 per jam pada resolusi cetak https://www.myedisi.com/printmedia/3812/11078/ melirik-teknologi-cetak-label-flexo-dengan-digital-inkjet-uv
1.200 x 1.200 dpi. Dilengkapi dengan 8 warna tinta (CMYK + W + OVG) dengan teknologi terbaru, tinta Durst Tau berpigmen tinggi, printer ini menghasilkan kualitas cetak luar biasa yang mendekati kualitas cetak flexo dan mencapai hingga 95% simulasi ruang warna Pantone.
Sesuai dengan moto Durst Tau “Configure Your Digital Future”, Tau 330 RSC berfungsi sebagai printer yang berdiri sendiri atau sebagai solusi hibrida dengan penambahan opsi finishing konvensional dalam seri OMET XFlex-X6. Ini memberikan pengguna fleksibilitas tanpa batas dalam berbagai jenis bahan cetak dan aplikasi.