Follow Me (Ikutlah Aku) - Panggilan untuk MATI. Panggilan untuk HIDUP

Page 1



FOLLOW ME ( Ik u tl ah A k u )

Panggilan Untuk Mati. Panggilan Untuk Hidup. oleh David Platt Originally published in English under the title Follow Me Copyright Š 2013 by David Platt Published by Tyndale House Publishers, Inc. All Right Reserved Under International Copyright Law Alih Bahasa: Paksi Ekanto Putro Editor: Milhan K. Santoso Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul:Vici Arif Wicaksono Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari perge-rakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: pktas.jatim@gmail.com, atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org

ISBN: 978-602-1302-02-6 Cetakan Pertama: April 2014

Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa ijin dari penerbit.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar oleh Francis Chan 5

BAB 1

ORANG-ORANG KRISTEN YANG

TIDAK BERTOBAT

BAB 2

UNDANGAN AGUNG

BAB 3

AGAMA SUPERFISIAL DAN

KELAHIRAN BARU SUPRANATURAL

BAB 4

JANGAN JADIKAN YESUS SEBAGAI TUHAN

DAN JURUSELAMAT PRIBADI ANDA

BAB 5

ANAK-ANAK ALLAH

BAB 6

KEHENDAK ALLAH BAGI HIDUP ANDA

BAB 7

TUBUH KRISTUS

BAB 8

SEBUAH VISI BAHWA SEGALA SESUATU

ITU MUNGKIN

BAB 9

DILAHIRKAN UNTUK BEREPRODUKSI

Sebuah Rencana Pribadi untuk Membuat Murid 261

Ucapan Terima Kasih 265

Catatan-Catatan 267

19 47 75 101

125 151

179

207 237


Kepada Caleb, Joshua, Mara Ruth, dan Isaiah ... Lebih dari segalanya,aku berdoa agar kalian akan menemukan hidup di dalam kematian-Nya.


KATA PENGANTAR

PERJALANAN PRIBADI SAYA

Saya telah melakukan apa yang semua orang harapkan dari saya. Saya mendirikan gereja besar. Saya menulis buku bestseller. Saya merintis sebuah kampus, mendirikan banyak gereja lain, dan berbicara di berbagai konferensi. Tetapi ada satu masalah besar: saya tidak merasakan damai sejahtera. Dari apa yang saya baca di dalam Firman Tuhan, saya tahu ada begitu banyak inkonsistensi dalam kehidupan saya. Gaya hidup saya tidak menyerupai kehidupan Yesus, dan profil gereja mula-mula yang saya baca dalam Kisah Para Rasul terlihat begitu asing. Saya paham bahwa Yesus hidup di sebuah kebudayaan yang berbeda dan Kisah Para Rasul ditulis di periode waktu sejarah yang unik dari masa kini, namun saya percaya bahwa beberapa kualitas tertentu harus tetap berlaku bagi orang Kristen dan gereja di segala masa. Tidaklah mengherankan bagi istri saya, Lisa, dan saya ketika kami merasakan bahwa Tuhan sedang memimpin kami menjalani sebuah petualangan baru. Setelah tujuh belas tahun usia pelayanan kami yang begitu berbuah di satu kota (itu setara dengan usia pernikahan kami), kami pun meninggalkan beberapa hubungan persahabatan yang mendalam dan tak tergantikan untuk masuk ke tempat yang tidak kami kenal sebelumnya. Saya tidak merekomendasikan supaya semua orang melakukan hal ini.


6 | F O L LO W M E

Ini bukanlah rencana Allah bagi setiap orang, tetapi yang jelas ini adalah rencana-Nya bagi kami. Simi Valley tidak terlihat seperti sebuah tempat di mana saya banyak dibutuhkan untuk menyebarkan Injil. Itu saja sudah cukup menjadi alasan bagi kami. Bukankah semua keputusan kita harus didasarkan pada apa yang akan memberi dampak paling besar bagi Kerajaan Allah? Saya bergumul dengan sejumlah gereja di kota kecil ini. Saya bergumul dengan betapa banyaknya para pemimpin saleh berada di satu gereja, sementara banyak kota lain kekurangan, dan bahkan terabaikan. Saya merasa frustrasi dengan ketidakmampuan saya dalam memotivasi orang untuk mengatur hidup mereka dengan tujuan membuat murid bagi Yesus. Saya dapat membuat sebuah ruangan penuh dan berkhotbah di sana, tetapi saya tidak tahu bagaimana mendorong orang untuk meninggalkan ruangan itu dan segera memuridkan orang lain. Saya dapat membangkitkan gairah rohani, tetapi bukan desakan. Saya mengerti bahwa Yesus menginginkan sesuatu yang lebih bagi gereja-Nya, tetapi saya tidak tahu tepatnya apa itu dan saya tidak tahu bagaimana harus memimpin mereka menuju ke sana. Saat menengok ke belakang, sekarang saya dapat melihat bahwa sebagian masalahnya adalah teladan hidup saya sendiri. Kita semua tahu betapa sulitnya mengajari anak-anak melakukan sesuatu yang kita sendiri tidak melakukannya. Saya mengkhotbahi orang untuk membuat murid bagi Yesus, sementara saya sendiri menghabiskan hari-hari berurusan dengan berbagai masalah hidup dan persiapan khotbah. Saya ingin agar orangorang membagikan imannya secara rutin dengan sesamanya, padahal saya sendiri jarang melakukannya. Saya berharap agar gereja saya menjalani hidup penuh dengan petualangan, sedangkan saya sendiri asyik menjalani rutinitas yang tetap setiap hari. Damai sejahtera mulai mengalir lagi di dalam hati saya saat kami menjual rumah, membawa seluruh keluarga pindah, dan


K ATA P E N G A N TA R

| 7

berangkat menuju Asia. Sungguh aneh bagaimana ketidakpastian justru dapat membawa kembali damai sejahtera, sementara kenyamanan membawa hal yang sebaliknya. Kami memilih Asia karena saya banyak mendengar berbagai cerita tentang iman orang-orang Kristen di sana. Saya ingin menyaksikannya sendiri dan melihat apakah Tuhan memanggil kami untuk melayani di sana. Saya pikir saya mungkin lebih cocok melayani di negara lain dan dapat diperlengkapi dengan kebudayaan yang berbeda. Apa pun hasilnya, saya menikmati prosesnya. Berada di negara asing, berdoa bersama keluarga saya, dan bertanya apakah Tuhan ingin supaya kami tinggal menetap di sana sungguh-sungguh proses yang mendebarkan. Dalam kata lain, itu adalah impian yang menjadi kenyataan. Kami belajar banyak hal saat kami berada di Asia, tetapi saya menyimpulkan bahwa bagi Tuhan tugas saya di Amerika masih belum selesai. Ia ingin saya mengambil apa yang telah saya pelajari dari orang-orang Kristen di Cina dan India, kemudian menerapkannya di Amerika. Kasih dan komitmen mereka mengingatkan saya pada apa yang telah saya baca di dalam Kitab Suci. Mereka menampilkan kehidupan Kristen Perjanjian Baru pada abad ke21. Mereka menunjukkan betapa cepat dan efektifnya Injil dapat menyebar ketika setiap orang Kristen memuridkan. Saya yakin bahwa mentalitas dan pendekatan mereka terhadap gereja bisa juga diterapkan dan menciptakan transformasi di Amerika. Namun kami harus bersedia membayar harganya. Jadi saya kembali ke Amerika Serikat. Saya masih tidak yakin dengan rencana Allah bagi saya, tetapi ini adalah musimmusim terbaik dalam hidup saya. Saya menghabiskan sebagian besar waktu di San Fransisco dengan sekelompok teman yang berkunjung dari satu orang ke orang lainnya, sambil menjelaskan injil kepada siapa pun yang ingin mendengarkan. Sebuah gereja bertumbuh ketika pemuridan menjadi yang utama dan kesatuan


8 | F O L LO W M E

antara jemaat berkembang secara alamiah. Dengan segera, kami menjadi sebuah keluarga besar. Saya dapati bahwa jauh lebih mudah menepiskan perbedaan pendapat antara para pejuang yang berkorban untuk membuat murid. Saya merasakan damai sejahtera lebih besar dalam mencari orang-orang yang belum mengenal Yesus (saya tidak lagi takut bersaksi). Saya telah melihat pertumbuhan rohani yang luar biasa di dalam diri anak-anak saya. Saya senang melihat mereka membagikan imannya dengan orang lain dan mendengarkan kegembiraan mereka saat menyaksikan perkara yang supranatural. Kami telah menyaksikan betapa Allah menjawab banyak doa secara supranatural. Kami semakin tidak terikat dengan dunia dan lebih berfokus pada kekekalan. Istri dan anak-anak saya menjadi semakin serupa dengan Yesus. Gaya hidup kami pun menjadi semakin berpadanan dengan pengajaran Yesus dalam Perjanjian Baru. Seperti yang dikatakan oleh anak saya yang berusia enam belas tahun setelah program penjangkauan jiwa kami yang pertama, “Rasanya seperti meluncur bersama Alkitab.� Gereja di mana saya menjadi bagian di dalamnya adalah sebuah gereja yang sedang berproses, tetapi pertumbuhannya mengarah ke tujuan yang benar. Gereja ini menjadi semakin serupa dengan apa yang saya lihat di dalam Kitab Suci. Ada kehidupan, kasih, pengorbanan, komitmen, dan kuasa. Sebagian besar waktu saya habiskan untuk membuat murid dan pelayanan menjadi semakin masuk akal ketika berada dalam pola pikir semacam ini. Selama bertahun-tahun, saya bergumul dengan formula matematika sederhana. Segala sesuatu menjadi masuk akal ketika saya mengelola lima puluh orang dan melihat mereka menjangkau lima ratus jiwa. Saya merasa menjadi seorang manajer yang sukses. Dapat dimengerti ketika kemudian saya melihat bahwa saya dipercayakan lima ratus orang dan melihat mereka menjangkau lima ribu jiwa. Tetapi, tepat di titik itulah sistemnya hancur. Saya


K ATA P E N G A N TA R

| 9

diberi tanggung jawab besar memimpin lima ribu pekerja. Itu sebuah proyek padat karya! Sementara kami melihat beberapa perkara baik terjadi, saya rupanya tidak dapat membuat para pekerja bermultiplikasi lebih lanjut. Pertumbuhan yang kami lihat tidak sesuai dengan potensi kekuatan pasukan pekerja kami. Formula matematikanya tidak lagi berfungsi. Saya menyia-nyiakan sumber daya yang begitu besar. Persoalannya bukanlah tentang berada di gereja yang kecil atau besar. Melainkan, bagaimana menjaga supaya Amanat Agung Yesus berada di garis depan dalam pikiran setiap orang percaya. Perkara yang penting adalah membantu gereja melangkah dari “datang dan dengarkan” kepada “pergi dan beritakanlah”. Ini adalah tentang orang-orang Kristen yang mengalami kehidupan sejati dan tentang gereja Yesus yang bersinar dengan terang memancarkan kasih-Nya. MENJADIKAN SETIAP HARI SEBAGAI MISSION TRIP

Pernahkah Anda mengikuti sebuah mission trip jangka pendek? Tidakkah perjalanan itu mengasyikkan? Selama beberapa hari Anda menjelajahi sebuah daerah asing bersama sekelompok orang Kristen lainnya dan berfokus pada pelayanan. Anda tertawa bersama ketika menyantap makanan yang belum pernah Anda makan sebelumnya dan saat belajar bahasa baru. Anda terharu ketika menyaksikan kemiskinan yang begitu menyesakkan dada. Bahkan, mungkin Anda juga mengalami sakit, kondisi tak ramah, dan penganiayaan secara nyata. Meskipun menyenangkan bisa kembali ke rumah yang nyaman, namun ada juga kekecewaan. Anda kembali lagi ke “dunia nyata.” Ada damai sejahtera yang Anda rasakan ketika Anda mengerjakan pekerjaan Kerajaan Allah, tetapi kemudian itu mulai lenyap. Anda kembali pada pekerjaan rutin yang Anda rasa


10 | F O L LO W M E

tidak memiliki nilai kekal apa pun. Tetapi, bagaimana menurut Anda apabila kegembiraan dan damai sejahtera seperti dalam mission trip itu bisa diperpanjang? Apa jadinya jika hidup adalah sebuah mission trip yang berkelanjutan? Apakah mission trip mungkin dilakukan dalam “dunia nyata”? Bukan hanya mungkin. Namun, itulah yang Allah kehendaki bagi kita. Apakah Anda ingat ayat Alkitab yang banyak kita dengar di masa-masa awal ketika kita menjadi orang percaya? “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”1 Hidup yang ingin Allah berikan kepada kita adalah hidup yang penuh dengan kelimpahan. Hidup yang ingin Ia berikan adalah hidup yang utuh, bukan sekadar yang berulang-ulang. Ia ingin kita melakukan berbagai pekerjaan yang memiliki dampak bagi kekekalan. Ia ingin kita sibuk memperluas Kerajaan-Nya dengan berbagai cara, pada hari ini dan setiap hari dalam hidup kita. Ini tidak berarti setiap orang Kristen harus berhenti dari pekerjaan tetapnya dan pindah ke negara lain. Ini artinya kita perlu mencari tahu bagaimana mengisi setiap hari dengan segala perkara yang memenuhi tujuan kekal-Nya. Paulus berkata seperti ini: “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”2 Bukankah kebanyakan dari kita justru melakukan persis yang sebaliknya? Kita menyibukkan diri sendiri dengan “soalsoal penghidupan” dan sekali waktu memasuki medan pertempuran ketika kita merasa terdesak. Pekerjaan Kerajaan Allah hanyalah sesuatu yang kita kunjungi dalam kegiatan mission trip, pelayanan di hari Minggu, dan persekutuan doa. Memusingkan diri dengan soal-soal penghidupan telah menjadi kewa-


K ATA P E N G A N TA R

| 11

jaran. Ini bahkan dipuji, selama kita masih dapat menyisihkan waktu untuk melakukan pelayanan bagi Kerajaan Allah sesekali. Namun, bukankah Kitab Suci justru memerintahkan kita untuk hidup dengan cara yang berbeda dari dunia? Bukankah hidup Anda akan menjadi lebih “berlimpah� jika Anda dapat menemukan cara untuk memasuki medan pertempuran setiap hari? Anda mungkin melihat kehidupan Anda dan menganggap bahwa Anda tidak punya pilihan. Bukankah seseorang yang memiliki tagihan bulanan, keluarga, dan tanggung jawab memang ditakdirkan untuk “memusingkan diri dengan soal-soal penghidupan�? Tentu saja tidak. Anda dan saya diciptakan untuk sesuatu yang lebih dari sekadar ini. DI MANA ADA PERINTAH, DI SITU ADA JALAN

Yesus tidak akan pernah memberi kita perintah yang tidak dapat kita lakukan. Kapan pun Ia mengizinkan pencobaan datang menghampiri, Ia pasti memberi kita jalan keluar sehingga kita dapat menanggungnya.3 Kapan pun Ia meminta kita mengerjakan sebuah tugas, Ia pasti memberi kita kekuatan untuk menyelesaikannya.4 Memberi sebuah perintah tanpa memberi kekuatan untuk menunaikan perintah itu akan membuat hidup kita jatuh ke dalam lembah frustrasi, bukan kelimpahan. Menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik adalah salah satu sukacita dalam hidup. Kita merasa gembira ketika lulus dari sebuah ujian setelah belajar mati-matian. Kita merasa gembira ketika memenangkan pertandingan setelah berjuang habis-habisan. Kita sering merasa iri ketika menyaksikan seorang atlet Olimpiade memenangkan medali emas setelah bertahun-tahun kerja keras dan latihan. Kita senang melihat bahwa kerja keras pada akhirnya menghasilkan buah kesuksesan. Allah menciptakan kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik.5 Dan, yang paling hebat dari semua ini adalah: Allah


12 | F O L LO W M E

tidak hanya memberi kita perintah, Allah tidak hanya memberi kita kekuatan untuk menaati perintah-Nya, tetapi Ia juga memberi kita imbalan ketika kita menyelesaikan apa yang Ia perintahkan untuk kita kerjakan! Inilah kelimpahan hidup sejati. Mungkin mandat yang paling sering diingat adalah yang Ia katakan dalam Matius 28. Perintah ini menonjol di antara perintah yang lain, karena konteks yang dramatis ketika Ia menyampaikannya. Ia telah bangkit dari kubur dan sebelum menyampaikan perintah-Nya, Ia mendahuluinya dengan perkataan ini, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.� Tak seorang pun yang memiliki akal sehat dapat mengabaikan perkataan berikutnya yang keluar dari mulut Yesus: Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.6

Yesus menghendaki supaya setiap orang dari segala suku bangsa di bumi menjadi pengikut-Nya, jadi Ia memberi perintah kepada para murid-Nya untuk menjangkau dan memuridkan mereka. Dan tepatnya itulah yang para murid lakukan, tetapi pekerjaan ini belum selesai. Yesus mengharapkan supaya kita mengikuti jejak langkah-Nya dan mengatur hidup kita, sehingga setiap tindakan kita bergerak di seputar penyelesaian misi utama ini. Gereja mula-mula berdiri pada saat tiga ribu jiwa bertobat dan memberi diri dibaptis dalam nama Yesus. Ini diceritakan dalam Kisah Para Rasul 2. Pada tahun 100 Masehi, dalam perkiraan terdapat dua puluh lima ribu jiwa yang bertobat dan menjadi pengikut Kristus. Pada tahun 350 Masehi, dalam perkiraan terdapat lebih dari tiga puluh juta pengikut Kristus.7 Bagaimana gereja dapat bertumbuh dengan kecepatan yang luar biasa seperti ini, padahal mereka ada dalam penganiayaan? Karena, para pengikut Kristus mula-mula melihat bahwa mem-


K ATA P E N G A N TA R

| 13

buat murid adalah kewajiban mereka. Kami juga melihat pola pikir yang sama di banyak gereja di Cina. Jadi, kami pun tidak heran ketika mendapati bahwa hasilnya juga sama di sana. Cina mengklaim jumlah pengikut Kristus di sana mencapai satu juta jiwa pada tahun 1950. Pada tahun 1992, Biro Statistik Negara di Cina mengindikasikan ada tujuh puluh lima juta orang Kristen di sana.8 Apakah mustahil bahwa ketika orang Kristen di Amerika memiliki pola pikir yang sama untuk membuat murid, maka kebangunan rohani yang sama juga dapat terjadi di sini? Pada akhirnya, tidak masalah apakah Anda menyukai strategi ini atau tidak. Kita benar-benar tidak punya pilihan. Itulah inti dari sebuah perintah. Anda mengambil risiko besar jika Anda mengabaikan tugas yang diberikan oleh pimpinan di tempat kerja Anda. Kebanyakan dari kita tidak akan pernah berpikir untuk melakukan hal semacam itu. Jadi, bagaimana kita bisa mengabaikan perintah Raja atas semesta yang pada suatu hari akan kembali sebagai Hakim atas dunia? Perintah ini bisa terasa begitu memberatkan. Banyak orang sudah terlalu sibuk menjalani hidup, dan pada waktu tertentu justru merasa sudah ada di ujung tanduk. Lalu, bagaimana Yesus bisa berkata demikian, “Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan,”9 kalau ternyata Ia melemparkan beban yang begitu berat pada kita? Jawabannya adalah dengan mempertimbangkan kepada siapa Anda “terpasangi kuk” atau Anda terikat dengan apa. Bayangkan gambaran dua ekor lembu yang berada dalam satu kuk. Kini, bayangkan Anda berada pada satu kuk yang sama dengan Yesus! Siapa yang tidak akan mengingini hal semacam ini? Bukankah ini justru sebuah kehormatan dan bukannya beban? Yesus mengakhiri perintah-Nya dengan memberikan sebait penghiburan bagi kita: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”10 Ia berjanji untuk menyertai kita, para pekerja-Nya, sampai pekerjaan ini selesai. Inilah yang memberi


14 | F O L LO W M E

kita damai sejahtera, keyakinan, dan bahkan pengharapan. RASANYA SEPERTI SUDAH MELEWATKAN SESUATU?

Ketika orang berkata bahwa mereka tidak “merasa dekat dengan Yesus�, saya balik bertanya kepada mereka apakah mereka sedang bekerja untuk membuat murid. Lagipula, janji-Nya untuk menyertai kita terkait erat dengan perintah-Nya supaya kita membuat murid bagi-Nya. Sementara setiap orang Kristen ingin mengalami kuasa Roh Kudus, kita sering lupa bahwa kuasa Roh Kudus diberikan demi tujuan supaya kita menjadi saksi-Nya.11 Mengalami Allah secara pribadi, yang adalah kerinduan bagi setiap orang Kristen sejati, terjadi ketika kita menjadi saksi-Nya dan membuat murid bagi-Nya. Tidak ada yang lebih menggairahkan daripada mengalami kuasa Allah secara pribadi. Kita semua ingin berdiri bersama Elia saat ia memanggil api turun dari langit. Kita ingin berjalan bersama Daniel di dalam gua singa. Kita ingin melihat Petrus dan Yohanes memerintahkan si orang lumpuh untuk berdiri dan segera berjalan. Tetapi, semua mujizat ini terjadi ketika para pelayan Tuhan itu sedang menyatakan kesaksian di tengah-tengah situasi yang berbahaya. Kita melewatkan mujizat dan tidak melihat kuasa Roh Kudus ketika kita menolak untuk hidup oleh iman. Kita melewatkan mujizat untuk mengalami Kristus ketika kita tidak berdiri dan bersaksi tentang Dia. Yang paling tragis adalah di mana kita seharusnya bisa saja mengalami kuasa Allah, namun sebaliknya kita justru mengalami rasa bersalah! Rasa takut kita mengikuti teladan-Nya dalam menjalani hidup yang memuridkan orang lain membuat kita merasa kecewa dengan diri kita sendiri. Tidakkah Anda mengalami rasa bersalah semacam ini? Anda membaca Alkitab dan percaya bahwa Yesus adalah sa-


K ATA P E N G A N TA R

| 15

tu-satunya jalan menuju sorga. Anda takut bahwa orang-orang yang mati tanpa mengenal Kristus akan menghadapi masa depan yang mengerikan. Namun entah karena berbagai alasan, Anda hanya melakukan sedikit upaya untuk bersaksi kepada keluarga dan kawan Anda. Anda punya tetangga, rekan kerja, dan banyak orang lain yang Anda lewati setiap hari, tetapi Anda tidak berkata sepatah kata pun kepada mereka mengenai Yesus. Anda melihat pada kehidupan Anda, dan berpikir, Ini tidak masuk akal! Entah aku tidak sungguh-sungguh percaya pada Alkitab atau aku memang benar-benar orang yang tidak punya belas kasihan. Aku lebih takut ditolak orang daripada peduli tentang kehidupan kekal mereka. Sebagian besar hidup saya dijangkiti oleh rasa bersalah karena saya tahu bahwa perbuatan saya tidak berjalan selaras dengan iman saya. Allah tidak ingin kita hidup seperti ini. Allah ingin kita terbebas dari rasa bersalah dan memiliki hidup yang berkelimpahan. Tetapi solusinya bukanlah mengabaikan rasa bersalah atau membenarkan perbuatan kita, dalam konteks membandingkan diri kita dengan orang lain yang sama puas diri dengan kehidupannya masing-masing. Sebaliknya, jawabannya adalah pertobatan. Berubahlah. Saya melihat sebuah tren di banyak gereja di mana orang mulai menikmati khotbah yang menghancurkan hati. Orang-orang keluar dari gereja dengan hati yang hancur atas segala dosa yang mereka perbuat. Bagian yang terdistorsi adalah ketika mereka mulai merasakan kemenangan di dalam kehancuran hati mereka. Mereka berkata dengan bangga, “Aku baru saja mendengarkan khotbah yang paling menusuk hati, dan pesannya begitu membuat hatiku remuk!� Fokus mereka ada pada sesuatu yang menusuk hati itu sendiri dan bukannya perubahan yang harus dihasilkan olehnya—perubahan tidak secara otomatis mengikuti ketika kita hanya berfokus pada hati yang hancur. Rasa bersalah tidak selalu


16 | F O L LO W M E

baik. Rasa bersalah itu baik ketika ia mengarahkan kita dari masa lalu yang menyedihkan kepada sukacita pertobatan. Ingatlah bahwa si pemimpin muda yang kaya itu berlalu dengan sedih, sementara Zakheus (yang juga kaya) melompat turun dari pohon dengan penuh sukacita.12 Perbedaan di antara keduanya adalah pertobatan. Si pemimpin muda yang kaya itu merasa amat sedih karena ia tidak siap untuk melepaskan diri dari hartanya. Sedangkan, Zakheus melepaskan kebanggaan dan hartanya untuk mengikuti Yesus dengan penuh sukacita. Inilah yang dikehendaki Kristus bagi kita. Inilah waktunya di mana kita harus menggantikan rasa bersalah dan kesedihan dengan sukacita dari Tuhan. Tidak ada penyesalan. Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.13 AKHIRILAH DENGAN BAIK

Kita semua membuat kesalahan di masa lalu. Tetap tinggal dalam kesalahan masa lalu dapat menghancurkan hidup kita. Solusinya adalah memanfaatkan waktu yang masih tersisa di bumi ini dengan sebaik-baiknya. Paulus membuat pernyataan yang mengagumkan di dalam Kisah Para Rasul 20: Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap siapapun yang akan binasa. Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.14

Betapa Anda ingin memperkatakan hal yang sama! Paulus dapat merasa tenang dalam hidupnya karena ia tidak menahan diri. Ia mengatakan segala sesuatu yang harus ia sampaikan! Ke-


K ATA P E N G A N TA R

| 17

tika hidupnya hampir berakhir, ia mampu berkata dengan penuh integritas, Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.15

Seperti seorang atlet Olimpiade yang menantikan saat menerima medali emasnya, pekerjaan Paulus sudah selesai. Kini, ia hanya menunggu waktu penyerahan “mahkotanya.� Paulus menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya. Seperti halnya Yesus, yang berkata, “Aku... menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.�16 Saat ini, bayangkan diri Anda sendiri mengatakan perkataan itu kepada Allah! Apakah ada perkara yang lebih baik daripada menghampiri tahta-Nya dengan mengetahui bahwa Anda telah menyelesaikan apa yang Ia minta supaya Anda selesaikan? Sulit untuk dipercayai bahwa kita akan benar-benar mendengar suara Yesus sedang mengakui kita di hadapan Bapa-Nya, tetapi Ia sendiri yang telah menjanjikannya: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.17

Sekaranglah waktunya untuk berhenti menyangkali Dia. Sudah terlalu lama kita melewatkan begitu banyak pengalaman akan hadirat dan kuasa-Nya. Sekaranglah waktunya kita berge-


18 | F O L LO W M E

rak melampaui rasa takut dan mulai bekerja. Buku yang Anda pegang adalah tentang menjalani hidup dalam damai sejahtera sebagai seorang murid Yesus dan mengakhiri hidup dengan penuh kepastian karena Anda telah membuat murid bagi Yesus. Buku ini adalah tentang perjalanan hidup kekal penuh kegembiraan bagi setiap orang yang sungguh-sungguh merespons ajakan sederhana Yesus: “Ikutlah Aku.� Saya pertama kali berjumpa dengan David Platt di belakang panggung pada sebuah konferensi di mana kami berdua berkhotbah di awal tahun 2011. Ketika kami memandang ribuan orang yang mengikuti konferensi itu, kami berbincang tentang betapa menakjubkan jika kami dapat menyemangati dan memperlengkapi sekumpulan besar orang itu untuk membuat murid. Kami berdua sepakat bahwa sebuah buku harus ditulis untuk menjelaskan pentingnya perkara ini dan berharap semoga hal ini dapat memobilisasi massa. Saya sangat bersyukur bahwa buku ini sudah ditulis. Ini adalah masa-masa yang menggairahkan. Ada ribuan orang di Amerika yang melihat berbagai masalah di dalam gereja dan bertekad untuk membawa perubahan. Banyak pengikut Kristus sejati yang mulai bangkit dan menolak untuk sekadar menjadi penonton serta penikmat. Yesus memerintahkan kita untuk pergi dan menjadikan semua suku bangsa murid-Nya. Jadi kita pun harus menolak untuk duduk diam dan membuat banyak alasan. Saya berdoa semoga Anda akan bergabung dengan semakin banyak orang Kristen yang terus bertambah jumlahnya untuk bertekad membuat murid, yang secara sungguh-sungguh membuat murid, dan yang terus berjerih lelah dalam membuat murid, sampai seluruh suku bangsa memiliki kesempatan untuk mengikuti Yesus. Apakah ada pilihan lain yang kita punyai? Francis Chan


BAB 1

ORANG-ORANG KRISTEN YANG TIDAK BERTOBAT

BAYANGKAN SEORANG PEREMPUAN BERNAMA AYAN

Ayan adalah salah satu orang dari kelompok suku yang membanggakan diri mereka sebagai 100 persen Muslim. Menjadi bagian dari kelompok suku tersebut berarti menjadi seorang Muslim. Identitas pribadi, kehormatan keluarga, posisi relasional, dan status sosial Ayan tak pelak lagi sangat terjalin erat dengan Islam. Sederhananya, jika Ayan meninggalkan imannya, ia akan segera kehilangan nyawanya. Jika keluarga Ayan mendapati bahwa ia bukan lagi seorang Muslim, mereka akan menggorok lehernya tanpa pertanyaan atau keraguan. Kini, bayangkan Anda memiliki kesempatan untuk berbincang dengan Ayan tentang Yesus. Anda memulai dengan berbicara kepadanya tentang betapa besar Allah mengasihinya, sehingga Ia rela mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk mati di atas kayu salib sebagai Juruselamat atas segala dosanya. Ketika Anda sedang berbicara, Anda dapat merasakan bahwa hati Ayan semakin melembut dan ia menerima setiap perkataan Anda. Namun, pada saat yang sama, Anda dapat merasakan jiwanya gemetar ketika


20 | F O L LO W M E

merenungkan apa yang akan dialaminya saat ia memutuskan untuk mengikut Kristus. Dengan rasa takut terpancar di mata dan iman di dalam hati, ia bertanya kepada Anda, “Bagaimana aku bisa menjadi seorang Kristen�? Anda punya dua pilihan dalam menanggapi pertanyaan Ayan. Anda bisa memberitahunya betapa mudah menjadi seorang Kristen. Jika Ayan sepakat pada beberapa kebenaran pokok dan mengulangi sebuah doa tertentu, maka Ayan akan diselamatkan. Sesederhana itu. Pilihan kedua Anda adalah memberitahu Ayan kebenarannya. Anda dapat memberitahu Ayan bahwa di dalam Injil, Allah sesungguhnya sedang memanggilnya untuk mati. Mati secara literal. Mati dari kehidupannya sendiri. Mati dari keluarganya. Mati dari kawan-kawannya. Mati dari masa depannya. Dalam kematian itu, ia akan hidup. Hidup di dalam Yesus. Hidup sebagai bagian dari keluarga global yang mencakup semua suku bangsa. Hidup dengan beragam kawan yang merentang dari berbagai usia. Hidup dalam sebuah masa depan di mana sukacita tidak akan pernah berkesudahan. Ayan bukanlah kisah rekaan. Ia adalah perempuan nyata yang saya temui. Ia membuat pilihan nyata untuk menjadi seorang Kristen. Ia mati bagi dirinya sendiri dan hidup di dalam Kristus, tak peduli berapa pun harganya. Karena keputusannya untuk mengikuti Yesus, ia terpaksa meninggalkan keluarganya dan berpisah dari kawan-kawannya. Namun, saat ini ia bekerja secara strategis dan penuh pengorbanan demi penyebaran Injil di antara kelompok sukunya. Risikonya sangat tinggi ketika setiap hari ia harus mati bagi dirinya sendiri demi hidup di dalam Kristus. Kisah Ayan adalah pengingat yang jelas bahwa panggilan


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 21

hidup bagi Kristus adalah sebuah panggilan tak terhindarkan untuk mati. Panggilan semacam ini sudah jelas sejak permulaan kekristenan. Empat orang nelayan berdiri di dekat pantai pada abad pertama ketika Yesus mendekati mereka. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”1 Dengan panggilan itu, Yesus mengisyaratkan keempat orang ini untuk meninggalkan pekerjaan, harta, impian, ambisi, keluarga, kawan, kenyamanan, dan keamanan diri mereka. Ia meminta mereka untuk meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Dia. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,” kata Yesus berulang-ulang. Di dunia di mana segala sesuatu berputar di sekeliling diri sendiri—lindungi dirimu sendiri, promosikan dirimu sendiri, pelihara dirimu sendiri, hiburlah dirimu sendiri, buatlah dirimu sendiri merasa nyaman, uruslah dirimu sendiri—Yesus pun berkata, “Salibkan dirimu sendiri”. Dan, tepat itulah yang terjadi. Menurut Kitab Suci dan sejarah, keempat orang nelayan ini membayar harga yang sangat mahal demi mengikut Yesus. Petrus disalib terbalik, Andreas disalib di Yunani, Yakobus dipenggal kepalanya, dan Yohanes dibuang ke pulau Patmos. Namun mereka percaya itu adalah harga yang pantas mereka bayar. Dalam Yesus, keempat orang ini menemukan Seseorang yang bagi-Nya mereka layak meninggalkan segala sesuatu. Dalam Kristus, mereka menjumpai kasih yang tak dapat dibandingkan melebihi apa pun, kepuasan yang mengatasi segala keadaan, dan tujuan yang melampaui segala pengejaran apa pun di dunia ini. Mereka dengan rindu, rela, dan penuh sukacita kehilangan nyawa demi mengenal, mengikuti, serta memproklamasikan Yesus. Dalam jejak langkah Yesus, para murid pertama ini telah menemukan sebuah jalan yang rela mereka bayarkan dengan segenap hidup untuk mengikuti-Nya. Dua ribu tahun kemudian, saya bertanya-tanya seberapa jauh


22 | F O L LO W M E

kita telah melangkah mengikuti jejak itu. Pada satu titik tertentu, di tengah-tengah deras arus gelombang budaya dan tren gereja populer, kelihatannya kita telah meminimalkan panggilan Yesus untuk meninggalkan segala sesuatu. Gereja dipenuhi dengan orang-orang Kristen yang tampaknya puas dengan hanya memiliki hubungan yang biasa saja dengan Kristus, sambil tetap mempertahankan kesetiaan terhadap kekristenan. Sejumlah kaum lelaki, perempuan, dan anak-anak diminta untuk menjadi pengikut Yesus dengan sekadar mengakui beberapa fakta Alkitab atau mengucapkan perkataan tertentu. Tetapi, ini tidak benar. Para murid seperti Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, dan Ayan menunjukkan kepada kita bahwa panggilan untuk mengikut Yesus tidaklah sesederhana sebuah ajakan untuk menaikkan doa tertentu; melainkan, ini adalah panggilan untuk kehilangan hidup kita. Lalu mengapa kita berpikir bahwa menjadi seorang Kristen memiliki arti kurang dari itu? Dan mengapa kita tidak mau mati untuk diri kita sendiri demi hidup bagi Kristus? Ya, memang ada harga yang harus dibayar dalam rangka keluar dari kekristenan yang biasa-biasa saja, bercokol di zona nyaman, dan menuruti tradisi semata. Tetapi semua itu adalah harga yang pantas. Terlebih lagi, itu adalah harga yang pantas bagi Yesus. Ia berharga lebih dari segala keyakinan intelektual. Selain itu, ada begitu banyak perkara yang dapat diperoleh lebih dari sekadar spiritualitas yang monoton. Ada sukacita tak terkatakan, kepuasan mendalam, dan tujuan kekal yang dipenuhkan dalam keputusan untuk mati bagi diri sendiri dan hidup bagi Yesus. Inilah alasan mengapa saya menulis buku ini. Dalam buku saya sebelumnya, Radical, saya mengungkap nilai-nilai dan gagasangagasan yang lazim dalam kebudayaan kita (bahkan, dalam gereja kita), namun yang bertentangan dengan Injil. Sasaran saya adalah memeriksa semua pemikiran dan praktik dunia yang harus kita lepaskan demi mengikut Yesus. Dan tujuan dari buku ini


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 23

adalah mengambil langkah berikutnya. Saya ingin kita melangkah dari apa yang kita lepaskan kepada siapa yang kita pegang. Saya ingin mengeksplorasi bukan saja gravitasi dari apa yang harus kita tinggalkan di dunia ini, tetapi juga keagungan dari Dia yang kita ikuti di dunia ini. Saya ingin mengungkapkan apa artinya mati untuk diri sendiri dan hidup bagi Kristus. Saya mengundang Anda untuk bergabung dalam sebuah perjalanan di sepanjang halaman ke depan. Di sepanjang jalan, saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan khusus tentang frasa-frasa yang lazim terdapat dalam kekristenan kontemporer. Tujuan saya dalam mengajukan beberapa pertanyaan ini bukanlah untuk mengoreksi siapa pun yang menggunakan istilah-istilah ini, melainkan untuk menyingkapkan bahaya potensial di balik beragam istilah klise populer ini. Bahkan meskipun saya mengajukan semua pertanyaan tersebut, saya tidak menganggap bahwa saya memiliki semua jawabannya. Saya pun tidak mengklaim bahwa saya memahami segala hal tentang arti dari mengikut Yesus. Tetapi di masa di mana dasar-dasar sebagai seorang Kristen menjadi sasaran fitnah oleh kebudayaan dan menimbulkan kesalahpahaman di dalam gereja, saya sangat paham bahwa ada perkara lebih besar yang ada pada Yesus lebih dari sekadar agama rutin yang sedang kita bangun di setiap kesempatan. Saya pun yakin ketika kita memandang serius apa yang Yesus sungguh-sungguh maksudkan saat berkata, “Ikutlah Aku�, maka kita akan menemukan bahwa ada kesukaan yang jauh lebih besar untuk kita alami di dalam-Nya, kuasa luar biasa yang dapat kita nyatakan bersama-Nya, dan tujuan yang jauh lebih agung untuk kita raih bagi-Nya daripada apa pun yang dapat ditawarkan oleh dunia ini. Sebagai hasilnya, kita semua akan—setiap orang Kristen akan—dengan rindu, rela, dan penuh sukacita kehilangan hidup demi mengenal dan memproklamasikan Kristus, karena inilah arti sesungguhnya dari mengikuti Dia.


24 | F O L LO W M E

UCAPKAN DOA INI

Saya punya teman. Panggil saja namanya John. Gagasan pertamanya mengenai konsep sorga dan neraka ia peroleh dari sebuah episode serial kartun Tom and Jerry saat ia masih kanak-kanak. Dalam salah satu adegan, Tom si kucing dikirim ke neraka untuk suatu kenakalan yang telah ia perbuat kepada Jerry si tikus. Apa yang pada mulanya dirancang sebagai sebuah humor kartun ternyata menakut-nakuti John. Sesaat kemudian, ia berada di gereja dan berbincang dengan seseorang yang lebih tua mengenai apa yang telah ia lihat. Orang tua itu menatap John dan berkata, “Yah, kau tentu tidak ingin pergi ke neraka, khan”? “Tidak, aku tidak mau,” jawab John. “Baiklah kalau begitu,” kata orang tua itu, “ucapkan doa ini bersamaku. Ya, Tuhan Yesus....” John terdiam sejenak. Setelah hening yang janggal, ia sadar bahwa ia seharusnya mengulangi doa orang tua itu. Jadi, dengan enggan ia berkata, “Ya, Tuhan Yesus....” “Aku tahu aku adalah orang berdosa, dan aku tahu Yesus telah mati di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosaku,” kata orang itu. John mengikuti doa orang itu. “Aku meminta-Mu untuk masuk ke dalam hatiku dan menyelamatkan aku dari dosa-dosaku,” kata orang itu. Lagi, John mengucapkan apa yang ia dengar. “Amin,” kata orang itu menutup doanya. Kemudian, orang itu memandang John dan berkata, “Nak, kau telah diselamatkan dari dosa-dosamu. Jadi, kau tidak perlu kuatir lagi tentang neraka.” Tentu saja apa yang dikatakan oleh orang itu kepada teman saya di gereja saat itu tidak benar. Tentulah ini bukanlah makna sebenarnya dari merespons undangan Yesus untuk mengikuti-Nya. Namun, kisah ini mewakili dusta yang telah menyebar seperti api


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 25

kebakaran di sepanjang pemandangan Kristen kontemporer. Minta saja Yesus untuk masuk ke dalam hatimu. Undang saja Kristus ke dalam hatimu. Ulangi doa ini dan kamu akan diselamatkan. Tidakkah kita harus waspada bahwa Alkitab tidak pernah mencatatkan doa semacam ini? Tidakkah kita harus berjaga-jaga bahwa di mana pun di dalam Kitab Suci tak ada seorang pun pernah mengajar untuk “meminta Yesus masuk ke dalam hati mereka” atau “mengundang Kristus masuk ke dalam hati mereka”? Namun tepat inilah yang diajarkan kepada banyak orang Kristen selama ini. Mereka diajarkan bahwa selama mereka mengucapkan perkataan tertentu, melafalkan doa tertentu, mengangkat tangan, mencentang tanda tertentu, menandai kartu tertentu, atau berjalan di altar tertentu, maka mereka sudah menjadi orang Kristen dan keselamatan mereka sudah terjamin dalam kekekalan. Ini tidak benar. Dengan niat baik dan hasrat tulus untuk menjangkau sebanyak-banyaknya jiwa bagi Yesus, kita telah meminimalkan arti penting dari makna mengikuti jejak langkah kaki-Nya. Kita telah mengganti perkataan penuh tantangan dari Kristus dengan berbagai frasa usang di dalam gereja. Kita telah mencabut darah Kristus yang memberi hidup keluar dari kekristenan dan meletakkan minuman pereda haus sebagai penggantinya, sehingga rasanya lebih enak bagi jemaat. Padahal, akibatnya membawa bencana. Begitu banyak orang pada saat ini yang berpikir bahwa mereka telah diselamatkan dari dosa, padahal tidak demikian. Banyak orang di seluruh dunia yang secara tradisi berpikir bahwa mereka adalah orang Kristen, padahal menurut Alkitab mereka bukan orang Kristen. “AKU TIDAK PERNAH MENGENAL KAMU”

Apakah itu mungkin? Apakah mungkin bagi Anda atau saya untuk mengaku diri seorang Kristen, tetapi kita tidak mengenal Kris-


26 | F O L LO W M E

tus? Tentu saja mungkin. Bahkan, menurut Yesus, kemungkinannya besar. Apakah Anda ingat perkataan-Nya menjelang akhir dari khotbah-Nya yang paling terkenal? Dikelilingi oleh orang-orang yang mengaku diri sebagai murid, Yesus berkata, Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: “Tuhan, Tuhan!” akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”2

Ini adalah salah satu dari beberapa perkataan yang paling menakutkan di seluruh Alkitab. Sebagai seorang pendeta, saya sering terjaga di malam hari. Pemikiran ini membayang-bayangi saya. Pemikiran di mana banyak orang yang duduk di bangku gereja pada hari Minggu bisa terkejut ketika pada satu hari mereka berdiri di hadapan Yesus dan mendengar-Nya berkata, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku!” Kita semua rentan terhadap penipuan rohani. Setiap orang rentan, tidak terkecuali. Ketika Yesus mengucapkan perkataan ini dalam Matius 7, Ia tidak sedang berbicara tentang seorang ateis tak beragama, seorang agnostik, seorang penyembah berhala, atau seorang bidat. Ia sedang berbicara tentang orang-orang yang baik dan saleh. Yaitu, orang-orang yang mengikatkan diri dengan Yesus dan menganggap bahwa hidup kekal mereka sudah aman, padahal pada satu hari akan terkejut saat mendapati bahwa hidup kekal mereka tidak seaman itu. Meskipun mereka mengaku sebagai orang yang percaya kepada Yesus dan melakukan segala sesuatu pekerjaan di dalam nama-Nya, tetapi mereka


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 27

tidak pernah benar-benar mengenal-Nya. Dusta semacam itu mungkin terjadi dalam kerumunan orang di abad pertama dan masih mungkin terjadi di gereja pada abad ke-21. Ketika saya membaca Matius 7, saya teringat kepada Tom. Ia adalah seorang pebisnis sukses di Birmingham yang mulai menghadiri kebaktian di gereja yang saya gembalakan. Tom telah menghabiskan sepanjang hidupnya di gereja. Ia telah melayani di setiap komite apa pun yang pernah dibuat gereja. Salah satu pendeta dari gereja lama Tom bahkan memanggil salah satu pendeta di gereja kami untuk memberitahu betapa Tom adalah seseorang yang hebat dan betapa pemurah hatinya Tom jika ia menjadi jemaat gereja kami nanti. Satu-satunya masalah adalah meskipun ia telah melayani di gereja selama lebih dari lima puluh tahun, Tom tidak pernah sungguh-sungguh menjadi pengikut Yesus. “Selama tahun-tahun itu, saya duduk di bangku gereja sambil berpikir bahwa saya mengenal Kristus. Padahal, saya tidak mengenal-Nya,” kata Tom. Jordan adalah seorang mahasiswa dari sebuah universitas dan berjemaat di gereja kami. Ia memiliki kisah serupa. Dengarkan kisahnya yang dituturkan berdasarkan kata-katanya sendiri: Saya berdoa supaya Yesus masuk ke dalam hati saya pada usia lima tahun. Doa ini terus menjadi sebuah tiket gratis “Terhindar Dari Neraka”, sementara saya terus berjalan dalam dosa. Saya terlihat lebih baik daripada semua orang lain dalam kelompok pemuda, jadi doa ini seperti mengabsahkan iman saya. Jika pengabsahan ini tidak cukup, maka orangtua, pendeta, dan kawan-kawan memberitahu bahwa saya adalah seorang “Kristen”, kapan pun saya mempertanyakan iman saya, karena saya sudah mengucapkan doa itu dan saya terlihat baik-baik saja di luar, Dengan demikian mereka bisa merasa pasti bahwa saya masih “seorang Kristen”. Tetapi hati saya masih belum terbuka untuk memahami kasih karunia. Menjadi jelas bahwa doa yang saya ucapkan tidak dapat memenuhkannya. Jadi apa yang saya lakukan? Saya lakukan apa


28 | F O L LO W M E

yang setiap orang lakukan ketika mereka tidak bersedia membiarkan kerusakan dan kebejadan moralnya di hadapan Allah: saya “mendedikasikan ulang� hidup saya kepada Kristus (saya katakan kepada Anda, ini bukan istilah yang tercatat di dalam Kitab Suci). Namun saya masih berlumpur di dalam dosa dan tidak bertobat. Saya masih berpikir bahwa segala perbuatan baik yang saya lakukan di masa lalu dan perbuatan baik lainnya yang terus saya lakukan di masa depan akan memiliki arti. Saya bisa menyelamatkan diri saya sendiri; saya yakin itu. Saya memimpin kelompok pemahaman Alkitab dan bergabung dengan program mission trip, tetapi tidak satu pun yang berarti. Saya masih seorang kanak-kanak yang sering membuat Allah marah. Ketika saya menginjak tahun pertama di masa kuliah, saya akhirnya berhadapan dengan tegangan ekstrim antara diri saya yang penuh dosa dengan hakikat Allah yang kudus. Untuk pertama kalinya, saya memahami bahwa salib Kristus adalah untuk menanggung murka Allah yang seharusnya ditujukan kepada saya. Saya jatuh berlutut dalam rasa takut, gemetar, menyembah, bercucuran air mata, dan mengaku bahwa saya memerlukan Yesus lebih dari saya membutuhkan apa pun lainnya di dunia ini. Sekarang, saya gembira dapat mengaku bahwa “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku�.3

Setelah bertahun-tahun di dalam gereja, Jordan melalui sebuah transformasi besar dalam hidupnya, dari mengetahui tentang Yesus kepada hidup di dalam Yesus. Ia melangkah dari bekerja bagi Yesus demi memperoleh perkenanan Allah kepada berjalan bersama Yesus dalam iman yang meluap-luap akan Dia. Saya pikir kisah Tom dan Jordan tidaklah unik. Saya percaya kisah-kisah mereka mengekspresikan sebuah masalah terpendam di sepanjang jalan kekristenan kontemporer. Begitu banyak lelaki, perempuan, dan anak-anak di seluruh dunia ini seperti Tom dan Jordan. Mereka duduk dengan nyaman di bawah panji-panji kekristenan, tetapi tidak pernah menghitung berapa harga yang


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 29

harus dibayar untuk mengikut Kristus. JALAN YANG BERAT

Inilah alasan mengapa perkataan Yesus dalam Matius 7 terdengar sebagai sebuah kritik bagi kita. Yesus memaparkan kecenderungan berbahaya dari diri kita yang menitikberatkan pada perkara yang mudah dan populer. Dengarkan peringatan-Nya: “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya�.4 Dengan kata lain, ada jalan keagamaan lebar yang mengundang semua orang dan memberi tempat bagi semua orang untuk melewatinya. Yang Anda perlu lakukan hanyalah membuat satu keputusan untuk memilih Kristus dan Anda tak perlu khawatir lagi tentang segala perintah-Nya, standar ukuran-Nya, atau kemuliaan-Nya setelah membuat keputusan itu. Sekarang Anda sudah memiliki tiket untuk ke sorga, dan dosa-dosa Anda, entah termanifestasi dalam pementingan diri sendiri atau memanjakan diri sendiri, pasti akan ditoleransi di sepanjang jalan itu. Tetapi ini bukanlah jalan Yesus. Ia meminta kita untuk menempuh jalan yang sesak. Kata yang Yesus gunakan untuk menggambarkan “pintu yang sesak� terkait dengan bagian lain dari Alkitab, yaitu penderitaan, tekanan, kesengsaraan, dan penganiayaan. Jalan Yesus memang sukar untuk diikuti dan dijauhi oleh banyak orang. Hanya beberapa pasal setelah perkataan Yesus di dalam Matius 7 ini, Yesus memberitahu para murid-Nya bahwa mereka akan disesah, dikhianati, dianiaya, dikucilkan, dan dibunuh karena mengikuti-Nya. “Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan kare-


30 | F O L LO W M E

na Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orangorang yang tidak mengenal Allah.... Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya.... Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku”.5 Pada kesempatan lain, tepat setelah Yesus memuji Petrus karena pengakuan imannya, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup,” Yesus menegur Petrus karena sudah melupakan apa makna dari ucapannya itu. Seperti banyak orang masa kini, Petrus menghendaki Kristus tanpa salib dan Juruselamat tanpa penderitaan. Jadi, Yesus memandang kepada Petrus dan para murid lainnya, kemudian berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.6 Sebelum Yesus naik ke atas kayu salib, Ia berkata kepada para murid-Nya, “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku.”7 Dalam setiap bagian di Injil Matius, panggilan untuk mati sudah jelas. Jalan menuju sorga adalah jalan yang penuh risiko, sepi, dan merugikan di dunia ini. Dan hanya sedikit orang yang bersedia membayar harganya. Mengikuti Yesus berarti kehilangan hidup Anda sendiri—dan menemukan hidup yang baru di dalam-Nya. Tak lama berselang, saya melayani di wilayah Afrika Utara di antara para saudara dan saudari seiman yang mengalami penganiayaan. Saya berbicara dengan seorang lelaki yang baru dua bulan sebelumnya sebelah kakinya lenyap dalam sebuah peristiwa pemboman gereja. Saya berbicara dengan seorang pendeta yang menunjukkan kepada saya betapa kaum perempuan di gerejanya


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 31

diculik, disiksa, dan diperkosa karena menjadi orang Kristen. Saya makan malam di rumah sebuah keluarga yang hanya berjarak dua blok dari kejadian di mana seorang pengikut Yesus ditusuk tepat di jantungnya dan dibunuh. Saya mendengar kisah tentang tiga orang Kristen yang pindah dari Amerika Serikat untuk bekerja di sebuah rumah sakit di negara yang saya kunjungi ini. Dalam proses perpindahan yang dianggap orang dunia (bahkan, oleh banyak orang gereja) sebagai kebodohan dan tidak bijaksana, mereka meninggalkan semua kenyamanan, karir, keluarga, kawan, rasa aman, dan keamanan diri demi berbagi kebaikan serta kasih karunia Kristus. Mereka meninggalkan semua itu untuk berada di tanah di mana menjadi seorang Kristen adalah larangan. Hari demi hari di rumah sakit itu, mereka membantu proses pemulihan fisik sambil membagikan kebenaran rohani. Mereka tahu akan ada pertentangan kepada pelayanan mereka. Tapi, tidak ada apa pun yang dapat mempersiapkan mereka untuk hari ketika seorang lelaki memasuki rumah sakit itu. Ia masuk dengan mengenakan perban palsu di tangan dan membawa sebuah bungkusan berselimut kain yang terlihat seperti bayi. Ia memasuki daerah kantor dan segera membuka selimut dari bungkusannya. Itu adalah sebuah senapan berisi penuh peluru. Mulai dari kantor, kemudian ke seluruh sisi klinik, lelaki itu memberondong dan membunuh ketiga orang itu. Selama waktu kunjungan saya di negara itu, peringatan sepuluh tahunnya peristiwa penembakan itu sedang mendekat, jadi kami meluangkan waktu untuk mengenang ketiga orang Kristen itu. Kebetulan, tempat di mana kami memperingati hari itu berdekatan dengan makam Oswald Chambers. Maka, kami berpikir sangatlah layak untuk membacakan sepenggal dari renungan terkenal Chambers, My Utmost for His Highest, pada hari itu. Rasanya seakan-akan kalimat-kalimat itu ditulis khusus untuk


32 | F O L LO W M E

peristiwa hari itu. Chambers berkata: Seandainya Allah meminta Anda melakukan sesuatu yang sangat bertentangan dengan akal sehat Anda. Benar-benar bertentangan dengan akal sehat Anda. Apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan berdiam diri saja? Jika Anda memiliki kebiasaan melakukan sesuatu yang bersifat fisik, Anda akan melakukannya setiap kali Anda diuji, sampai Anda mematahkan kebiasaan itu dengan tekad sangat kuat. Hal serupa juga berlaku dalam kehidupan rohani. Lagi dan lagi Anda akan datang kepada Yesus untuk melakukan apa yang Ia kehendaki. Tetapi, setiap kali diuji Anda pun akan berpaling, sampai pada titik di mana Anda bertekad menyerahkan diri kepada Allah dalam penyerahan diri total.... Yesus Kristus meminta roh yang sama bebas dan beraninya dari dalam diri setiap orang yang memercayai-Nya.... Jika seseorang ingin melakukan sesuatu yang sungguh berharga, maka akan ada waktu di mana ia harus mengambil risiko dengan melompat di dalam kegelapan. Dalam realitas rohani, Yesus Kristus meminta Anda merisikokan segala sesuatu yang Anda pegang atau percayai dengan akal sehat dan melompat dengan iman dalam perkataan firman-Nya. Setelah Anda menaati-Nya, Anda akan segera mendapati bahwa apa yang Ia katakan ternyata sama konsistennya dengan akal sehat. Melalui ujian akal sehat, pernyataan Yesus Kristus mungkin kelihatan gila. Tetapi ketika Anda mengujinya dengan iman, maka apa yang Anda dapati akan memenuhi roh Anda dengan fakta mengagumkan yang akan menunjukkan bahwa semua itu memang adalah perkataan Allah. Percayalah sepenuhnya kepada Allah. Dan, ketika Ia mengajukan kepada Anda kesempatan untuk bergabung dengan sebuah petualangan, menawarkannya kepada Anda, silakan lihat apakah Anda menerima atau menolaknya. Kita berperilaku seperti orang-orang kafir di masa-masa krisis. Hanya satu orang dari seluruh kerumunan yang akan cukup berani untuk menginvestasikan imannya ke dalam karakter Allah.8

Perkataan Chambers, dilihat dari lensa kehidupan ketiga martir ini, menantang kita untuk mempertimbangkan perkataan Ye-


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 33

sus yang kelihatan gila itu: Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.9

Bagi setiap orang lain di dunia, perkataan ini kedengaran gila. Tetapi, bagi setiap orang Kristen, perkataan ini adalah kehidupan. Bagi sedikit orang yang memilih untuk meninggalkan dirinya sendiri bagi kehendak Allah dan menempatkan kepercayaannya kepada karakter Allah, maka mengikuti Yesus ke mana pun Ia memimpin, tak peduli berapa harganya, adalah satu-satunya perkara yang masuk akal. BAGAIMANA DENGAN IMAN?

Di tengah-tengah segala penekanan pada harga dari mengikut Yesus, Anda mungkin terpikir tentang ayat-ayat di dalam Alkitab yang mengatakan bahwa keselamatan hanya membutuhkan iman yang sederhana. Yesus berkata kepada Nikodemus “bahwa Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Paulus dan Silas berkata kepada kepala penjara di Filipi, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”. Menurut Kitab Roma, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.10 Berdasarkan pada ayat-ayat ini, Anda mungkin menyim-


34 | F O L LO W M E

pulkan bahwa memercayai Yesus adalah satu-satunya hal yang diperlukan dalam menjadi seorang Kristen. Semua ini mutlak kebenarannya. Tetapi, kita harus mempertimbangkan konteksnya demi memahami apa yang Alkitab maksudkan dengan percaya. Ketika Yesus memanggil Nikodemus untuk percaya kepada-Nya, Ia sedang memanggil Nikodemus untuk terlahir kembali—untuk memulai sebuah kehidupan yang sama sekali baru dan diabdikan demi mengikuti Dia. Demikian pula, ketika si kepala penjara di Filipi percaya kepada Kristus, ia tahu bahwa ia sedang bergabung dengan sebuah komunitas Kristen yang mengalami pukulan, cambukan, dan pengurungan penjara demi mempertahankan iman mereka. Harga mengikut Yesus, dengan demikian, menjadi jelas. Dengan cara yang sama, Paulus berkata kepada jemaat Kristen di Roma bahwa percaya pada kebangkitan Yesus dari kematian yang menyelamatkan berarti sama dengan mengakui kedaulatan dari Ketuhanan Yesus atas hidup mereka. Dalam setiap ayat ini (dan, banyak lagi lainnya yang seperti ini), percaya kepada Yesus yang menyelamatkan mencakup lebih dari sekadar menyetujui kebenaran intelektual. Lagipula, bahkan setan pun “percaya” bahwa Yesus adalah Anak Allah yang disalibkan dan dibangkitkan.11 “Percaya” semacam ini tentu saja tidak menyelamatkan, namun kepercayaan semacam inilah yang melanda dunia hari-hari ini. Hampir setiap pemabuk yang saya temui di jalan berkata bahwa ia “percaya” kepada Yesus. Sejumlah orang yang saya temui di dunia, termasuk orang-orang Hindu, penganut animisme, dan Muslim, mengakui bahwa pada tingkat tertentu mereka “percaya” kepada Yesus. Semua jemaat gereja yang masih mencintai dunia dan separuh hati mengaku bahwa mereka pun “percaya” kepada Kristus. Kita semua dapat mengaku di hadapan umum mengenai sebuah kepercayaan yang tidak kita miliki secara pribadi, bahkan


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 35

kita melakukan ini (atau, harus saya katakan khususnya) di dalam gereja. Dengarkan teriakan dari orang-orang yang tidak dikenal oleh Yesus, “Tuhan, Tuhan!” Yesus menjawab mereka, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga”.12 Jelas sekali, setiap orang yang mengklaim diri percaya kepada Yesus tidak terjamin akan hidup kekal di sorga. Sebaliknya, hanya mereka yang menaati Yesus yang akan masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Lalu, segera setelah saya menulis hal ini, Anda kembali bersemangat dan bertanya, “David, apakah Anda baru saja mengatakan bahwa perbuatan baik menjadi salah satu syarat bagi keselamatan kita”? Dalam menjawab pertanyaan ini, saya ingin membuatnya jelas: ini bukanlah apa yang sedang saya katakan. Justru, ini adalah apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri. Sekarang, saya sungguh ingin berhati-hati di sini, karena kita bisa saja mulai memelintir Injil menjadi sesuatu yang bukan dirinya. Yesus tidak berkata bahwa perbuatan baik kita menjadi dasar bagi keselamatan. Kasih karunia Allah adalah ­satu-satunya dasar bagi keselamatan kita—inilah kebenaran yang akan kita eksplorasi lebih jauh nanti di bab berikutnya. Namun, dalam ketergesagesaan kita untuk mempertahankan iman akan kasih karunia Allah, kita tidak dapat mengabaikan sesuatu yang jelas yang sedang Yesus katakan di sini (dan di banyak bagian lain dari Injil): yaitu, hanya mereka yang taat kepada firman Kristus yang akan masuk ke dalam Kerajaan Kristus. Jika hidup kita tidak mencerminkan buah-buah dari mengikuti Yesus, berarti sejak awal kita bodoh kalau berpikir bahwa kita adalah pengikut Yesus. DITIPU HABIS-HABISAN

Pertimbangkan penelitian terbaru yang mendapati bahwa empat dari lima orang Amerika ternyata mengidentifikasi diri sebagai


36 | F O L LO W M E

orang Kristen. Dalam kelompok yang mengaku diri Kristen ini, kurang dari separuh terlibat di gereja setiap minggu. Kurang dari separuh itu percaya bahwa Alkitab akurat. Yang mengejutkan, mayoritas dari kelompok itu tidak memiliki pandangan yang alkitabiah tentang dunia di sekitar mereka. Hasil polling menunjukkan lebih jauh lagi. Hasil itu mengidentifikasi lelaki dan perempuan yang menggambarkan diri sebagai “orang Kristen lahir baru” (seakan-akan ada jenis kekristenan lain). Mereka berkata bahwa mereka sudah membuat komitmen pribadi kepada Yesus dan percaya akan masuk ke sorga karena sudah menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Menurut riset, hampir separuh orang Amerika adalah “orang Kristen yang sudah lahir baru”. Tetapi di luar keyakinan pribadi di mana mereka menyebut diri sebagai “orang Kristen lahir baru”, para peneliti menemukan bahwa iman dan gaya hidup mereka ternyata tidak berbeda dari dunia di sekeliling mereka. Banyak dari “orang Kristen lahir baru” ini percaya bahwa perbuatan baik akan membuat mereka memperoleh tempat di sorga. Yang lain berpikir bahwa orang Kristen dan orang Muslim menyembah Allah yang sama. Beberapa di antaranya bahkan percaya bahwa Yesus juga berdosa saat Ia hidup di bumi. Lebih lanjut, terdapat jumlah yang semakin meningkat dari “orang Kristen lahir baru” yang menyatakan bahwa mereka hanya sedikit berkomitmen dengan Yesus.13 Banyak orang telah menggunakan data ini untuk menyimpulkan bahwa orang Kristen ternyata tidak berbeda dari orang lain. Tetapi saya tidak berpikir bahwa interpretasi dari hasil penelitian ini adalah akurat. Saya pikir satu kesimpulan yang sangat jelas dari data statistik itu adalah banyak orang di dunia yang berpikir bahwa mereka orang Kristen, padahal bukan. Ada banyak orang yang berpikir bahwa mereka sudah lahir baru, padahal mereka sudah ditipu habis-habisan.


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 37

Bayangkan Anda dan saya sudah berencana untuk makan siang bersama di sebuah restoran. Anda sudah datang sebelum saya. Anda menunggu dan menunggu dan menunggu, tapi sampai tiga puluh menit kemudian, saya masih belum muncul. Ketika saya akhirnya datang, sambil tersengal-sengal, saya mendatangi Anda dan berkata, “Maaf, saya terlambat. Dalam perjalanan kemari, ban mobil saya bocor, jadi saya terpaksa menepi di jalan untuk memperbaikinya. Waktu saya sedang memperbaikinya, saya tidak sengaja keluar dari jalur aman dan sebuah truk besar dengan kecepatan lebih dari seratus dua puluh lima kilometer per jam menabrak saya. Rasanya sakit. Tetapi saya berhasil bangkit. Saya lalu memperbaiki ban bocor itu lagi, memasangnya, kemudian mengendarai mobil itu ke sini�. Jika kisah ini saya ceritakan kepada Anda, Anda pasti tahu bahwa saya sedang berbohong dengan halus atau saya sedang berdusta habis-habisan. Mengapa? Karena, jika seseorang tertabrak oleh sebuah truk besar berkecepatan lebih dari seratus dua puluh lima kilometer per jam, maka orang itu akan tampak sangat berbeda dari sebelumnya!14 Dalam pengertian ini, saya rasa saya cukup aman mengatakan bahwa sekali orang sungguh-sungguh berjumpa muka dengan muka dengan Yesus, Allah atas semesta alam dalam wujud daging, dan ketika Yesus menjangkau sampai kedalaman hatinya, menyelamatkan jiwanya dari lumpur dosa, serta mengubahkan hidupnya untuk mengikut Dia, maka mereka akan tampak berbeda. Sangat berbeda. Orang yang mengklaim diri sebagai seorang Kristen sementara hidupnya tidak memperlihatkan perbedaan dari orang lain di dunia ini jelas bukan seorang Kristen. Dusta semacam ini tidak hanya tampak di Amerika Serikat. Dusta ini juga melanda seluruh dunia. Ketika saya mendoakan banyak negara di seluruh dunia akhir-akhir ini, saya sampai pada pokok doa Jamaika, sebuah negeri yang penduduknya hampir


38 | F O L LO W M E

100 persen orang Kristen. Warta doa yang saya baca menuliskan pernyataan ini tentang Jamaika: “Negeri ini menikmati salah satu tingkat tertinggi dalam hal jumlah gereja per kilometer persegi, namun mayoritas orang yang mengklaim diri sebagai orang Kristen di Jamaika tidak menghadiri ibadah gereja atau menjalani hidup sebagai orang Kristen”.15 Ketika saya membacanya, hati saya dikuasai kesimpulan tak terhindarkan bahwa sejumlah besar lelaki dan perempuan di Jamaika berpikir bahwa mereka orang Kristen, padahal tidak demikian. Mereka bergabung dengan sejumlah orang di negeri lain di seluruh dunia yang menyebut diri orang Kristen, padahal tidak mengikuti Kristus. Dusta rohani sangat berbahaya—dan, mengundang hukuman. Setiap orang dapat membodohi dirinya sendiri. Kita adalah ciptaan yang telah berlumur dosa, tertutupi oleh keinginan daging kita sendiri, dan cenderung menganggap bahwa kita adalah sesuatu padahal kita tidak demikian halnya. Alkitab berkata bahwa penguasa dari dunia (setan) sedang membutakan pikiran orang yang tidak percaya Kristus untuk mencegah mereka mengenal Kristus.16 Tidakkah mungkin bahwa salah satu cara iblis dalam melakukan hal ini adalah dengan menipu orang supaya mereka percaya bahwa mereka orang Kristen, padahal bukan? ARTI PENTING PERTOBATAN

Jadi, bagaimana seseorang bisa benar-benar menjadi pengikut Yesus? Apa yang terjadi ketika sebuah ‘truk besar’ kemuliaan dan kasih karunia Allah menghantam hidup seseorang? Bagian berikutnya dari buku ini dipadati dengan jawaban bagi pertanyaan ini. Tetapi sebelumnya pertimbangkan sejenak satu kata yang meringkas perintah Yesus. Kata pertama yang keluar dari mulut Yesus dalam pelayananNya di Perjanjian Baru sudah jelas: bertobatlah.17 Ini adalah kata yang sama yang Yohanes Pembaptis beritakan dalam memper-


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 39

siapkan kedatangan Yesus sang Mesias.18 Kata ini juga menjadi fondasi dalam khotbah bagi jemaat Kristen mula-mula di dalam Kitab Kisah Para Rasul. Setelah Petrus memberitakan kabar baik mengenai kematian Kristus untuk menebus dosa umat manusia, kerumunan orang itu bertanya kepadanya, “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” Petrus memutuskan untuk tidak meminta mereka menutup mata, mengulangi doanya, atau meminta mereka mengangkat tangan. Sebaliknya, Petrus dengan teguh menatap tajam mata mereka dan berkata, “Bertobatlah”.19 Pertobatan adalah istilah alkitabiah yang kaya makna. Kata ini menandakan sebuah transformasi mendasar dalam pikiran, hati, dan kehidupan seseorang. Ketika seseorang bertobat, ia berbalik dari berjalan ke satu arah tertentu, kemudian berlari ke arah yang berlawanan. Dari titik itu sampai seterusnya ke depan, ia berpikir dengan cara berbeda, percaya dengan cara berbeda, merasakan dengan cara berbeda, mengasihi dengan cara berbeda, dan hidup dengan cara berbeda. Ketika Yesus berkata, “Bertobatlah,” Ia sedang berkata kepada orang banyak yang memberontak terhadap Allah dalam dosa. Ia mengatakannya kepada mereka yang mengandalkan diri sendiri dalam memperoleh keselamatan. Sebagian besar orang Yahudi yang menjadi pendengar Yesus percaya bahwa warisan keluarga, status sosial, pengetahuan akan aturan tertentu, dan ketaatan terhadap peraturan khusus mereka sudahlah cukup untuk membuat mereka benar di hadapan Allah. Berarti, panggilan Yesus bagi setiap orang untuk bertobat adalah sebuah perintah untuk meninggalkan dosa dan segala kebergantungan terhadap diri sendiri dalam memperoleh keselamatan. Hanya dengan berbalik dari dosa dan diri sendiri, kemudian mengarah kepada Yesus sajalah maka manusia dapat diselamatkan. Senada dengan itu, ketika Petrus berkata, “Bertobatlah,” ia sedang berbicara kepada kerumunan orang yang belum lama berse-


40 | F O L LO W M E

lang telah menyalibkan Yesus. Di dalam dosa, mereka telah membunuh Anak Allah. Kini, mereka berdiri di bawah penghakiman Allah. Panggilan Petrus bagi mereka untuk bertobat adalah sebuah seruan bagi orang banyak itu supaya mengakui segala kejahatan mereka, berbalik dari jalan-jalan mereka yang bebal, dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Kristus. Dengan demikian, secara fundamental pertobatan berarti meninggalkan jalan hidup yang lama demi menempuh jalan hidup yang baru. Allah bersabda kepada umat-Nya dalam Perjanjian Lama, “Bertobatlah dan berpalinglah dari berhala-berhalamu dan palingkanlah mukamu dari segala perbuatan-perbuatanmu yang keji�.20 Serupa dengan itu, dalam Perjanjian Baru, pertobatan mensyaratkan adanya tindakan berpaling dari segala berhala dunia ini untuk mengarahkan diri pada objek penyembahan baru.21 Saya teringat akan sebuah momen istimewa di sebuah gereja rumah di Asia. Kami mengadakan ibadah di lokasi yang terisolasi dan rahasia di luar perbatasan sebuah desa terpencil. Rumahrumah reyot di desa ini bagaikan gudang penyimpanan bagi berhala. Takhyul yang berhubungan dengan setan melingkupi para penduduk desa. Mereka yakin bahwa mereka memerlukan banyak dewa untuk melindungi dan memelihara kehidupan mereka. Salah satu perempuan yang hadir di ibadah itu secara khusus menarik perhatian saya. Ia mendengarkan dengan saksama pada setiap hal yang saya bagikan dari Firman Allah. Sangat jelas bahwa Tuhan sedang menarik perempuan itu untuk mendekat kepadaNya. Pada akhir ibadah hari itu, ia mengungkapkan keinginannya untuk mengikut Yesus. Kami sungguh gembira mendengarnya. Keesokan harinya, saudari seiman yang telah lahir baru dalam Kristus ini datang kembali dan berbicara kepada gembala gereja dan saya. Ia bercerita bahwa rumahnya penuh dengan berhala yang telah ia sembah selama bertahun-tahun seumur hidupnya dan ia ingin menyingkirkan mereka. Si gembala gereja dan saya


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 41

menemani perempuan itu ke rumahnya. Saya sangat terkejut dengan apa yang saya lihat. Di dalam rumah yang kecil, gelap, dan hanya memiliki dua ruangan itu, terdapat banyak gambar dewa-dewa berwarna hitam dan merah memenuhi dinding. Ukiran tanah liat dan figurfigur kecil yang terbuat dari kayu ada di lantai dan bahkan di setiap meja dalam pandangan kami. Di tengah-tengah salah satu ruangan, ada berhala besar yang berdiri membelakangi dinding dengan wajah tajam menatap kami. Kami langsung mencopoti semua poster dan mengambil semua berhala, kemudian berdoa dengan lantang bagi perempuan ini dan bagi berkat Allah untuk memenuhi rumah ini dengan kemuliaanNya. Kami membawa setiap berhala itu kembali ke gereja rumah di mana kami mengadakan ibadah. Lalu, kami menyalakan api di luar. Pada hari itu, kami mengawali ibadah Firman di tengahtengah bau hangus berhala-berhala yang terbakar api di luar. Kejadian ini menjadi ilustrasi tentang apa yang terjadi dalam kehidupan setiap orang ketika kita bertobat dari dosa, meninggalkan keakuan, dan berlari dalam iman kepada Kristus. Dalam kerendahan hati kita melihat dan dengan penuh sukacita kita membakar semua berhala dunia yang selama ini kita sembah. Kita berpaling dari semua berhala itu untuk memercayai Yesus sebagai satu-satunya yang layak menerima segala pengagungan kita. Ketika perempuan itu menjadi seorang Kristen, sangat jelas bahwa ia tidak lagi tunduk di bawah kaki segala ilah palsu di rumahnya, dan ia merasa perlu membuang semua berhala itu. Sama juga, saya terpikir tentang Vasu, seorang saudara seiman di India yang dulu terbiasa memberi persembahan dan mengadakan pengorbanan setiap hari di hadapan begitu banyak dewa Hindu. Setelah menjadi seorang pengikut Yesus, Vasu mulai berbalik dari semua berhala ini. Saya pun terpikir tentang Gunadi, seorang lelaki yang dulunya adalah seorang Muslim taat. Tetapi


42 | F O L LO W M E

baru-baru ini ia percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat dan Raja. Dalam pertobatannya, Gunadi menyingkirkan semua ajaran Muhammad demi mengikuti jejak langkah Yesus. Dalam situasi mereka, pertobatan terlihat jelas dan nyata. Orang-orang Kristen yang berasal dari latar belakang animisme, Hindu, atau Muslim harus berpaling dari segala ilah palsunya demi mengikut Kristus. Pertobatan terlihat nyata dalam transformasi kehidupan mereka. Tetapi bagaimana dengan sebagian besar orang berlatar belakang Kristen lainnya yang tidak berlutut menyembah di depan banyak berhala atau memberi persembahan pada ilah palsu? Bagaimana pertobatan bisa tampak dalam kehidupan mereka? Pertanyaan ini sangat penting. Karena, pertanyaan ini mengungkap kesalahan mendasar dalam cara kita memandang diri sendiri. Ketika kita berbicara tentang menyembah berhala dan ilah palsu, kita seringkali membayangkan orang Asia yang membeli ukiran kayu, pahatan batu, maupun patung emas. Atau, suku-suku Afrika yang menampilkan tarian ritual mengelilingi tugu batu persembahan yang menyala-nyala. Tetapi, kita tidak menggambarkannya sebagai seorang lelaki yang sedang melihat gambar pornografi secara online atau menonton tayangan televisi dan film yang tidak kudus. Kita tidak membayangkannya sebagai seorang perempuan yang terus-menerus shopping demi memuaskan keinginannya memiliki lebih banyak barang atau terkuras oleh obsesi dalam caranya berpenampilan. Kita tidak membayangkannya sebagai para lelaki dan perempuan di dunia Barat yang keranjingan uang dan membutakan diri dalam dekapan materialisme. Kita bahkan hampir tidak membayangkannya sebagai upaya sibuk kita dalam mendaki tangga menuju puncak karir, kegilaan akan hiburan olahraga, kekesalan ketika segala sesuatu berjalan tidak lancar, kegemaran makan berlebih, hobi yang terlalu kelewatan, dan


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 43

segala bentuk perilaku memanjakan diri sendiri lainnya. Dan, mungkin yang paling berbahaya dari semua itu adalah bahwa kita terlalu memandang pencapaian rohani dan kesalehan keagamaan kita, sehingga menghalangi pandangan kita dari mengakui betapa kita memerlukan Kristus. Kita tidak dapat memahami seorang Kristen di balik belahan dunia lain yang dulunya percaya bahwa sebuah berhala ukiran kayu dapat menyelamatkan hidup mereka, tetapi kita tidak punya masalah dalam memercayai bahwa agama, uang, harta benda, makanan, kepopuleran, seks, dunia olahraga, status sosial, dan kesuksesan dapat memuaskan jiwa kita. Apakah kita pikir kita punya lebih sedikit berhala untuk dilepaskan dalam pertobatan daripada orang di negeri lain? Bagi setiap orang Kristen di semua kebudayaan, pertobatan itu wajib. Ini tidak berarti bahwa ketika seseorang menjadi Kristen kemudian mereka mendadak menjadi sempurna dan tidak perlu lagi berjuang melawan dosa.22 Tetapi ini juga tidak berarti bahwa ketika kita menjadi pengikut Yesus, kita memutuskan secara sempurna hubungan dengan cara hidup yang lama dan menempuh jalan untuk menjalani hidup baru sepenuhnya. Kita secara harfiah mati dari dosa kita dan dari diri kita sendiri. Kita mati dari sikap mementingkan diri sendiri, berfokus kepada diri sendiri, membanggakan kesalehan diri sendiri, kegemaran memanjakan diri sendiri, mengandalkan kekuatan sendiri, dan mengagungkan diri sendiri. Menurut perkataan Paulus, kita telah disalibkan dengan Kristus, namun kita hidup, tetapi bukan lagi kita sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam kita.23 Dan, seiring Kristus mulai hidup di dalam kita, segala sesuatu dalam hidup kita mulai berubah. Pikiran kita berubah. Untuk pertama kalinya, kita menyadari siapa Allah, apa yang telah Yesus kerjakan, dan betapa kita membutuhkan-Nya. Keinginan kita berubah. Segala perkara di bumi yang dulu kita senangi kini


44 | F O L LO W M E

kita benci, dan semua perkara ilahi yang dulu kita benci kini kita cintai. Kehendak kita berubah. Kita pergi ke mana pun Yesus meminta kita pergi ke sana, kita memberi apa pun yang Yesus perintahkan untuk kita beri, dan kita mengorbankan apa pun harga yang harus kita bayar dalam ketaatan kepada firman Allah yang tanpa kompromi. Hubungan kita berubah. Kita menjalani hidup dengan mengasihi satu sama lain di gereja ketika bersamasama menyebarkan Injil kepada dunia. Puncaknya, tujuan hidup kita berubah. Harta benda dan jabatan tidak lagi menjadi prioritas. Kenyamanan dan rasa aman tidak lagi menjadi sumber kekhawatiran. Keamanan diri tidak lagi menjadi tujuan, karena diri tidak lagi menjadi ilah. Kini, kita menghendaki kemuliaan Allah lebih daripada kemuliaan bagi diri sendiri. Semakin kita memuliakan Allah, semakin kita menikmati kehadiran-Nya, dan kita pun semakin menyadari bahwa inilah artinya menjadi seorang Kristen sejati. PERJALANAN DIMULAI

Di halaman-halaman berikutnya, kita akan menjelajahi revolusi yang terjadi ketika seseorang mengalami perjumpaan muka dengan muka dengan Allah dalam wujud daging, di mana Ia berkata, “Ikutlah Aku�. Kita akan menyaksikan keagungan makna sang “Aku� yang memanggil kita untuk mengikuti-Nya. Kita akan terheran pada keajaiban kasih karunia-Nya bagi kita. Saat kita mendapati bagaimana Allah mengubahkan para murid Yesus dari aspek batin ke aspek lahiriah, kita akan melihat bahwa kehidupan Kristen tidak sekaku seperti halnya sebuah kewajiban, namun kehidupan yang begitu luap dengan sukacita. Kita akan meruntuhkan slogan populer dan posisi politis kekristenan yang mencegah kita dari sungguh-sungguh mengenal serta memberitakan Kristus dengan penuh semangat. Pada akhirnya, kita akan mendapati diri kita bergabung bersama para saudara dan saudari


O R A N G - O R A N G K R I S T E N YA N G T I D A K B E R TO B AT

| 45

di seluruh dunia dalam menyelesaikan sebuah tujuan besar serta global yang Allah persiapkan bahkan sebelum dunia dijadikan. Bagaimanapun juga, perjalanan ini dimulai dengan sungguhsungguh memahami apa artinya menjadi seorang Kristen. Mengatakan bahwa Anda percaya kepada Yesus tanpa mengalami pertobatan dalam hidup berarti benar-benar kehilangan esensi dari apa artinya mengikuti Dia. Jangan tertipu. Hubungan Anda dengan Yesus dan status Anda di hadapan Allah tidak didasarkan pada keputusan yang Anda buat, doa yang Anda ucapkan, kartu yang Anda tanda tangani, atau tangan yang Anda angkat bertahun-tahun lalu. Dan, kehidupan Kristen tidak dimulai dengan mengundang Yesus masuk ke dalam hati Anda. Seperti yang akan kita lihat nanti di bab berikutnya, undangan itu datang dari-Nya.


Christ The Controversialist (Kristus Sang Kontroversialis) Meneladani Pelayanan dan Pengajaran Yesus yang Radikal John Stott Kita sering membayangkan Yesus sebagai pembuat damai, yang begitu sabar dan lembut dalam menghadapi ajaran atau praktik ibadah yang salah. Ternyata Injil tidak mengatakan seperti itu. Yesus berkonflik keras. Dia menentang banyak hal. Dia berdebat dengan berbagai kelompok pemuka agama. Kontroversi apa saja yang Dia buat? • Dia berargumen bahwa kita akan mengalami karya Allah yang sangat berkuasa secara supranatural baik di dunia maupun akhirat. • Dia tidak setuju bahwa tradisi manusia seharusnya tidak menggantikan Alkitab, fondasi dasar kita. • Dia berargumen bahwa Alkitab bukanlah tujuan akhir bagi dirinya sendiri, tetapi ada tujuan yang melampaui itu. • Dia menekankan bahwa Allah menerima kita berdasarkan apa yang kita terima dari Dia, bukan karena apa yang kita lakukan bagi-Nya. John stott dengan berani menegaskan berbagai kontroversi yang dimunculkan Yesus untuk memperjelas inti dari iman Kristen. Teks klasik yang ditulis oleh John Stott ini begitu kontroversi saat pertama kali diterbitkan, bahkan tidak kalah kontroversinya pada masa kini. Namun yang terpenting adalah maukah Anda mengikut dengan sungguh Kristus yang radikal dan kontroversial? Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org


Transforming Discipleship (Pemuridan yang Mengubahkan) Membuat Beberapa Murid yang Serupa Kristus Dalam Waktu Bersamaan Greg Ogden MENGAPA BANYAK ORANG KRISTEN TIDAK SEPERTI KRISTUS?

Banyak jemaat gereja mengeluhkan bahwa gereja mereka tidak memiliki rancangan jangka panjang untuk pemuridan dan pertumbuhan rohani mereka. Di sisi lain, banyak pemimpin gereja meratapi kurangnya sumber daya untuk mempercepat pertumbuh gereja dan sedikit pelayan yang mau melayani dalam program-program gereja. Akar masalah dari kurangnya pertumbuhan gereja sangat mungkin tidak disebabkan oleh kurangnya kepedulian terhadap jemaat tetapi mungkin lebih disebabkan karena tidak efektif memuridkan jemaat yang sudah dimiliki dan membentuk mereka menjadi pengikut Kristus yang berkomitmen. Dalam Transforming Discipleship, Greg Ogden memperkenalkan visinya tentang pemuridan, ia menekankan bahwa solusi tidak akan didapat melalui program yang berskala besar dan menguras banyak sumber daya. Sebaliknya, ia menunjukkan kebutuhan gereja akan pemuridan dan menghidupkan kembali metode Yesus dalam membawa perubahan hidup, dengan berinvestasi hanya pada beberapa orang pada waktu bersamaan. Dan menunjukkan bagaimana pemuridan dapat mereplikasi dirinya sendiri dengan dampak yang berkelanjutan dari generasi ke generasi. Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.