opini
Strategi Pemasaran Kayu Jati Plus Perhutani (Jpp) Oleh Dadan W Wardhana *)
62 DUTA Rimba
diantaranya adalah mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan bibit jati biasa, serta lebih adaptif di berbagai kondisi dan mampu tumbuh sempurna - baik di lahan kurus maupun di tanah yang subur. JPP juga mempunyai tingkat keseragaman tinggi, batangnya lurus, silindris, dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Jati Plus Perhutani (JPP) JPP dibudidayakan melalui teknologi canggih yaitu melalui kultur jaringan, kebun benih klonal, dan stek pucuk. JPP adaptif di berbagai tempat tumbuh karena berasal dari proses seleksi ketat jati yang sudah beradaptasi ratusan tahun di Indonesia dan telah teruji secara alamiah. Keunggulan JPP adalah tumbuh cepat, mencapai 150% di lahan kurus dan 400% di lahan subur, tingkat keseragaman tinggi, batang lurus dan silindris dan cepat panen. Jati Plus Perhutani (JPP) mulai dilansir Perum Perhutani secara operasional pada tahun 2002 dengan harapan bisa ditebang pada umur 20 tahun dengan produktivitas 200 m3/Ha. Dalam sepuluh tahun
Dok. Humas PHT
P
ermintaan masyarakat akan produk-produk kayu jati tetap tinggi karena kayu jati dikenal memiliki sifat-sifat yang baik sehingga cocok untuk berbagai macam keperluan mulai sebagai bahan bangunan dan konstruksi, kayu lapis indah, meubel dan furniture, barang kerajinan sampai dengan obat-obatan. Secara fisik dan kimiawi kayu jati tergolong dalam kelas awet I-II dan kelas kuat II, dengan tingkat kekerasan sedang,tingkat penyusutannya rendah serta kayunya mudah dikerjakan baik secara manual maupun mekanik. Untuk mengimbangi permintaan kayu jati yang cenderung meningkat, maka diperlukan terobosan yang mendukung hal tersebut, misalnya dengan menerapkan tanaman jati yang jangka waktu pemanenannya lebih cepat tetapi tetap memiliki kualitas kayu yang terjaga. Hal ini telah dilakukan oleh Perum Perhutani dengan mengembangkan dan menanam bibit jati unggul yang dikenal sebagai Jati Plus Perhutani (JPP). Keunggulan bibit JPP tersebut
kedepan JPP sudah mulai dipanen, namun tentunya sifat kayu yang dihasilkan akan berbeda dengan sifat kayu jati konvensional dimana hal ini akan sangat berpengaruh terhadap ukuran dan kualita kayunya, yang pada akhirnya pada harga jual jika tidak dilakukan perlakuan baik terhadap kayunya sendiri maupun pasarnya. Menurut informasi sifat fisik kayu Jati Plus Perhutani (JPP) yang dilakukan penebangan pada umur
NO. 49 • TH. 8 • novEMBER - desemBER • 2013