mereka berasal dari satu kantor, seperti Perhutani, Pertamina, Polres Indramayu, dan lain sebagainya.
Perpaduan asam, gurih, dan pedas Ditelisik dari namanya saja, Pindang Gombyang terbilang unik. Pindang Gombyang berasal dari kata pindang yang berarti penganan berbahan dasar ikan yang digarami dan dibumbui kemudian diasapi atau direbus sampai kering. Sementara Gombyang, menurut Warto, bermakna kuah yang banyak seperti bergelombang. Ikan yang dijadikan bahan dasar pembuatan Pindang Gombyang umumnya dari jenis ikan manyung atau ikan jambal roti. Bagi penggemar masakan Sunda, tentu tidak asing dengan ikan jambal roti, karena jenis ikan ini biasa tersedia dalam paket Nasi Timbel dan disantap bersama sayur asam, sambal, dan lalapan. Hanya saja untuk Pindang Gombyang, ikan manyung atau jambal roti ini diambil bagian kepalanya saja. Menyantap satu porsi Pindang Gombyang saja, perut Anda dijamin kenyang. Karena satu porsi Pindang Gombyang berisi sebagian kepala ikan manyung yang besarnya hampir sama dengan betis orang dewasa. Untuk mendapatkan cita rasa ‘juara’, Warto meracik Pindang
NO. 46 • TH. 8 • MEI-JUNI • 2013
Gombyang dengan berbagai rempah-rempah seperti kunyit, jahe, lengkuas, kemiri, bawang merah dan bawang putih serta sejumlah bumbu rahasia. Sebagai penghilang bau amis, digunakan belimbing wuluh, sehingga rasanya menjadi asam dan pedas. “Untuk rasa pedas tergantung selera. Konsumen bisa memesan pedas atau tidak,” kata Warto. Dalam sehari Warto bisa menghabiskan 100 kepala ikan manyung untuk 200 porsi Pindang Gombyang atau satu kuintal dalam ukuran berat. Harganya pun variatif, mulai dari Rp. 20.000,- untuk prosi kecil dan Rp. 25.000,- untuk porsi besar. Jika dihitung-hitung, omset perbulan rumah makan Panorama menembus angka 150 juta rupiah. Tentu angka yang fantastis untuk sebuah rumah makan yang letaknya jauh dari pusat keramaian. Meski Pindang Gombyang identik dengan ikan manyung, namun Warto melakukan inovasi dengan menawarkan menu Pindang Gombyang berbahan baku selain ikan manyung. Jenis ikan lain yang ditawarkan adalah kakap merah, kerapu, atau bawal. “Daging ikan manyung lebih kenyal dari jenis ikan lainnya. Tapi, itu terserah selera konsumen. Karena banyak juga yang menyukai Pindang Gombyang berbahan baku kakap merah, bawal, atau kerapu,” papar
Dok. Humas PHT
Kawasan Pantura kerap menawarkan cerita indah. Tak terkecuali soal kuliner yang selalu mampu menggugah selera. Dari sekian banyak varian kuliner khas Pantura, Pindang Gombyang menjadi menu yang wajib dicicipi. Keunikan cita rasa dan kesegaran masakan khas Indramayu ini memang pantas disebut juara. Warto. Inovasi ini merupakan ‘jurus’ lain yang dibuat Warto agar pengunjung rumah makan miliknya tak hanya dari penikmat ikan manyung. Dan memang jika dibandingkan rumah makan lain yang menyediakan menu Pindang Gombyang, rumah makan “Panorama” milik Warto cukup terkenal. Ini terlihat dari pajangan foto sejumlah public figure, baik pejabat pemerintahan maupun artis, yang mampir untuk mencicipi Pindang Gombyang. Bahkan rumah makan yang buka sejak pukul 09.00 hingga 22.00 ini pun telah diliput banyak media massa, baik cetak, online maupun broadcast. Mendapat promosi seperti itu, tentu saja membuat rumah makan “Panorama” makin terkenal. Tak heran jika rumah makan di Jl. Tambak Raya, Indramayu, ini sering mendapat kunjungan yang sengaja datang dari Jakarta dan sekitarnya. Daya tarik rumah makan “Panorama” itu tidak hanya dari menunya saja. Desain interior berupa bilik-bilik bambu yang berdiri di atas tambak menjadi pesona lain. Terlebih lagi jika berkunjung ketika sore hari, seperti yang dilakukan DUTA RIMBA saat itu. Sambil lesehan di lantai bilik bambu dan menyantap Pindang Gombyang, mata kita pun dapat menikmati indahnya sunset, menyaksikan bulatan matahari yang memerah saga. • DR
DUTA Rimba 95