POJOKKPH
KPH Lawu Ds dan Sepeda Lintas Alam
U
dara pagi itu masih terasa dingin. Cuaca berkabut. Rerumputan masih basah oleh embun. Namun suara mesin Jeep telah meraung-raung, menapaki tanjakan jalan makadam sembari menarik trailer bermuatan sepeda. Sepeda-sepeda itu akan digunakan para biker yang tergabung dalam Lawu Explore Cycling Community (LECC) KPH Lawu Ds untuk lintas alam. Rute kali ini melalui kawasan hutan pinus berstruktur jalan tanah berbatu yang naik-turun di Mojosemi, Hutan Lindung di ketinggian 1080 mdpl yang masuk wilayah RPH Sarangan, BKPH Lawu Selatan, KPH Lawu Ds. Secara geografis, KPH Lawu Ds berada di koordinat 110o 58’27” BT sampai dengan 111o 48’ 27” BT dan 07o 30’ 00” LS sampai dengan 08o 10’ 00” LS. Wilayah kerja pengelolaan hutan KPH Lawu Ds dibagi ke dalam dua Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan (SKPH), yaitu SKPH Lereng Lawu Wilis dan SKPH Ponorogo-Pacitan. Total luas wilayah KPH Lawu DS adalah 52.474,70 hektar. Berdasarkan fungsinya, pengelolaan wilayah hutan KPH Lawu Ds terdiri dari Kawasan Produksi seluas 25.449,30 hektar (48,5 %), Kawasan Perlindungan seluas 26.546,90 hektar (50,6 %), dan 478,50 hektar (0,9 %) Kawasan Penggunaan Lain. Kantor KPH lawu Ds terletak di Jl Rimba Mulya No 5 Madiun, e-mail: humas_lawuds@yahoo.co.id. Secara administrasi pemerintahan, Wilayah Pemangkuan Hutan Dinas Administrasi KPH Lawu Ds beririsan dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun; Dinas Pertanian, Bidang Kehutanan Kabupaten Ponorogo; Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Magetan; Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ngawi; Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan; Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur; serta 152 Desa Pangkuan Hutan. Tiba di titik start. Setelah memastikan kesiapan terutama tekanan angin pada ban, suspensi, crankset dan rem,
88 DUTA Rimba
Dok. Humas PHT
Februari 2013, KPH Lawu Ds menggelar ajang sepeda lintas alam. Acara ini cukup memacu adrenalin karena rute dan trek yang ditempuh memang menantang. Ingin tahu seperti apa serunya?
kunci-kunci, pompa, ban dalam cadangan, serta air minum dalam ransel, perjalanan dimulai. Diawali dengan menyusuri jalan makadam di camping ground Mojosemi. Kawasan ini termasuk hutan lindung dengan kondisi vegetasi beragam dan terbagi beberapa strata. Beberapa pohon tumbang yang melintang menutup jalur bersepeda akibat hujan dengan angin yang kuat pada hari sebelumnya. Sehingga, beberapa kali para biker harus mengangkat, memanggul, bahkan menyeret sepedanya sambil merangkak untuk dapat melanjutkan perjalanan. Yang tak kalah menantang, tanjakan berbelok tajam dengan kondisi jalan tanah berbatu tidak beraturan dan licin sisa hujan. Itu cukup menguras tenaga dan nafas para biker. Beratnya tanjakan membuat beberapa sepeda mengalami putus rantai. Keberadaan toolkit dalam ransel sangat membantu menyambung kembali rantai sepeda yang putus. Para biker juga disuguhi medan yang memacu adrenalin berupa turunan panjang membelah petak hutan pinus. Beberapa biker sempat terjatuh dan terpental karena posisi badan yang tak tepat sehingga handling sepeda tidak stabil, membentur batu atau akar menjalar yang tersembunyi oleh lebatnya rumput gajah, dan sebagainya. Padahal, saat terlempar dari sepeda ada risiko tubuh menghantam pepohonan pinus yang ada di sepanjang jalur. Jalur hutan ini berakhir di Desa Singolangu. Dari sana, biker melanjutkan perjalanan menuju Telaga Sarangan untuk beristirahat sambil menikmati sate kelinci.
NO. 46 • TH. 8 • MEI-JUNI • 2013