Majalah Duta Rimba 45 Mar - Apr 2013

Page 65

orang untuk melakukan ziarah. Sebagai tujuan wisata ziarah, Jati Papak dikunjungi banyak orang dari beragam suku, budaya, dan agama. Terutama mereka yang masih kuat memegang tradisi kejawen. Konon, di tempat inilah ‘pusat bumi Nusantara’ itu berada. Jati Papak tidak hanya dikunjungi warga sekitar yang mayoritas penganut agama Islam, penganut agama lain pun kerap mengunjungi petilasan yang diyakini bertalian erat dengan Wali Songo itu. Untuk merawat petilasan itu, warga sekitar hutan dari lintas agama secara rutin menggelar ritual. Di antaranya ritual murwokolo tikus yakni upacara untuk mengusir hama tikus. Pernah di tahun 2004, warga juga sempat menggelar upacara Raja Sunya untuk meminta berkah keselamatan. Selain warga lokal, beberapa umat Hindu dari Bali juga pernah ikut dalam upacara Pakelem. Mereka sengaja datang untuk ikut memohon kerahayuan jagat.

J

ati Papak adalah nama yang disematkan kepada sebongkah potongan pohon jati. Namun rupanya, Jati Papak bukan sembarang nama, melainkan nama yang disematkan masyarakat setempat setelah memperhatikan kisah yang melatarinya. Bahkan, bagi sejumlah kalangan, Jati Papak memiliki kekuatan magis yang luar biasa, sehingga banyak dikunjungi

NO. 45 • TH. 8 • MARET-APRIL • 2013

Ritual Bhakti Pakelem Ritual upacara Bhakti Pakelem yang dilakukan warga paguyuban desa adat Tegaldlimo di laut Larangan, Alas Purwo, Banyuwangi, ditujukan untuk memohon kerahayuan jagat nusantara. Kegiatan ini dihadiri lima perwakilan dari lima agama. Mereka berdoa bersama meminta berkah keselamatan bumi pertiwi. Upacara diawali dengan melaspas petilasan Jati Papak di kawasan Alas Purwo. Kegiatan ini dipuput Ida Pandita Rsi Bhagawan Sila Dharma dari Griya Sading. Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama dari masing-masing perwakilan agama. Meski sederhana, upacara ritual ini berlangsung khidmat. Bhakti Pakelem biasanya dilaksanakan sekitar pukul 19.00 WIB. Dua perahu berukuran sedang yang mengangkut sesajian dan umat

akan bergerak pelan menuju laut Larangan. Kawasan ini termasuk areal taman nasional Alas Purwo. Laut Larangan adalah tempat paling angker yang diyakini menjadi salah satu pusat bumi Nusantara. Adapun wewalungan yang digunakan di antaranya seekor penyu, kambing, ayam, angsa, dan beraneka jenis bebantenan. Upacara Bhakti Pakelem sengaja dipusatkan di kawasan Jati Papak yang diyakini sebagai peninggalan zaman Majapahit. Di tempat ini terdapat akar pohon jati berukuran besar. Konon, pohon jati ini digunakan sebagai tiang di Masjid Agung Demak yang dibangun sekitar tahun 1478. Sementara pucuknya ditanam di Pura Puncak Jati, Jembrana. “Ini adalah peninggalan sejarah dan memiliki kekuatan besar. Di sinilah kita berdoa untuk memohon hayuning jagat atau kerahayuan jagat nusantara,” kata sesepuh Alas Purwo, M. Soegondo, seperti dilansir Bali Post.com pada 21 Desember 2006. Petilasan Jati Papak pertama kali ditemukan sekitar tahun 1995. Kala itu seorang pejabat Kehutanan bernama Ir. Helmi melihat sebuah sinar keluar dari kawasan itu. Warga sekitar akhirnya berusaha mencari sumber sinar tadi. Setelah ditemukan ternyata sebuah papak (akar-red) berukuran besar. Jati Papak mulai dipelihara dan dilestarikan sekitar tahun 1997. Meski letaknya di dalam hutan, warga yang tangkil tidak pernah sepi. Kini, petilasan Jati Papak masuk ke dalam kawasan hutan ritual di petak 123B, RPH Kedunggebang, BKPH Blambangan, KPH Banyuwangi Selatan. Bersama masyarakat setempat, Perhutani menjaga petilasan Jati Papak sebagai simbol budaya yang harus dilestarikan. • DR

DUTA Rimba 63


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.