L
okasi ini juga ditetapkan Perhutani KPH Kebonharjo sebagai kawasan biodiversity atau perlindungan habitat flora fauna. Beberapa tanaman tumbuh subur, diantaranya pohon sruweh, trengguli, sonokeling, mahoni dan beringin. Menurut Juru kunci Kasdan (60) warga asli Desa Ngepon, Kecamatan Jatirogo, Tuban, sejarah situs Dadung Awuk konon bermula pada masa sekitar runtuhnya kerajaan Majapait dan awal kejayaan kerajaan Demak Bintoro yang dipimpin oleh Raden Patah. Pada masa itu para Sunan
38 DUTA Rimba
atau Wali sembilan juga tengah menyebarkan agama islam di tanah Jawa. Alkisah, Sunan Ampel memerintah salah satu santrinya yang pilihan atau pinunjul untuk mengantarkan tabung bambu (bumbung /red) yang disumbat dengan daun lontar kepada Raden Patah. Sunan Ampel berpesan agar tidak boleh ada yang membuka bumbung itu selain Raden Patah. Nah, dalam perjalanan, sang murid pinunjul tergoda ingin mengetahui isi bumbung itu. Setelah sampai di daerah yang saat ini menjadi kawasan hutan Perhutani Kebonharjo
petak 93 tersebut, gejolak hatinya tak dapat dibendung. Rasa ingin tahu isi bumbung itu semakin tinggi. Mula-mula, ia mengintip isi bumbung itu. Tapi tak kelihatan benda apa yang ada di dalam. Tak dapat menahan rasa penasaran, sumbat bumbung yang berupa daun lontar itu pun dibukanya, dan apa yang terjadi? Ternyata dari bumbung keluar berbagai binatang, yaitu sapi, kerbau, kambing dan lainnya yang lantas berlarian masuk hutan. Terkejut, sang murid pinunjul itu pun kebingungan dan berusaha menangkapnya serta memasukannya
NO. 43 • TH. 7 • SEMESTER II • 2012