Sastra

Page 1

SASTRA PENABUDAYA

2016

BAYI BASAH JATINANGOR ATAU jATI DANGER 1

tiga tahu aku tak tahu

KRISIS SASTRA


Dari Redaksi Salam Sastra! Salam Budaya! Serajin apapun mahasiswa dalam bidang akademik, sesibuk apapun mahasiswa dengan segala kegiatannya, tidak akan berarti apa-apa selama ia hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mau peduli terhadap sekitar. Jika kita “membuka mata”, banyak hal yang sebenarnya bisa kita ketahui, pantau, dan kritisi terkait kebijakan-kebijakan yang ada, baik itu dalam lingkup negara, daerah, bahkan lebih kecil lagi seperti universitas, fakultas, bahkan jurusan dimana kita berada. Sebagai pers mahasiswa di lingkup fakultas, Pena Budaya kembali menghadirkan majalah perdana di tahun ini dengan tema utama “Sastra”. Tema ini diambil atas dasar perwujudan rasa kepedulian kami terhadap Fakultas Ilmu Budaya atau yang dulu bernama Fakultas Sastra. Tema “Sastra” yang kami usung dalam majalah ini bisa bermakna ganda, baik itu “sastra” sebagai tempat dan segala aktivitas mahasiswanya – maksudnya sebagai fakultas dimana kita belajar sastra dan sejarah maupun “sastra” dalam arti karya. Kedua hal tersebut menjadi dasar kami untuk majalah edisi kali ini. Dalam majalah ini, kami menyuguhkan beberapa rubrik, diantaranya laporan utama, acara, akademik, informasi beasiswa, karya sastra berupa puisi, cerpen, dan kritik sastra, opini, dan tak lupa kami sediakan surat pembaca. Dalam proses pengerjaan, kami berusaha sebisa mungkin untuk membuat majalah ini baik dalam segi penulisan maupun isi dari tulisan, namun bisa saja terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk majalah ini, dengan harapan penerbitan majalah berikutnya bisa lebih baik. Terima kasih.

Pemimpin Umum

: Intan Setyawati

Redaksional Pemimpin Redaksi Cetak Redaktur Laporan Utama Redaktur Acara Redaktur Akademik Redaktur Karya Sastra Redaktur Opini Redaktur Karangan Khas Ilustrator Fotografer Layouter Reporter

: Irfan Hadi Nugraha : Suci Purnama Cahyani : Ulfa Luthfia : Nunung Nurjanah : Tiara Rizkita : M. Yunus : Abdul Rizal : Natalie Amadea, Wulan Sari, Hana Hanifah : Azzahra H.G. Fajri, Lavienia Rieska : Romi Angga D.C ; Fauziah Sri Rachma, Indah Apriliani, Karina Audia, Syifa Rabbi Radhiya, Siti Karimah, Winda Wahyuni Fiandra, Ari Agustian, M. Multazim, Feny Widyawati, Putri Syifa Nurfadilah, Hasya Hanifan, Kevin Ridho Alkhudri,Nisa Amalia, Susi Sopiani, M. Dzauhar

Pena Budaya |

2


daftar isi

3

SUDAHKAH TERPENUHI BAHAN BACAANMU ? | KELEGALAN UNIT MAHASISWA | KRISIS SASTRA

Laporan Utama

6

Akademik

12

JANGAN BIARKAN LIDAH ORANG MEREBUT MASA DEPAN KITA

sosok

13

KELUAR NEGERILAH

cerpen

14

BAYI BASAH | BINGKAI LUKISAN KAMI

resensi

17

PLOT DAN KEJUTAN MENGASYIKAN PADA NOVEL PULANG

kritik sastra

19

YANG TERTINDAS OLEH YANG BERINGAS

puisi

20

TIGA TAHU AKU TAK TAHU | NEGERI KELIWER | NEGERI SUNYI

opini

27

KEKERINGAN DI AL-MUSHLIH

folklore

29

MISTERI PSBJ

sorot

31

Acara

34

HARI - HARI SASTRA REUNIAN 2106

Komunitas

37

KOMUNITAS LORONG : KRITISI ISU DENGAN SASTRA

feature

39

QUOTES DAN SASTRA

beasiswa

42

INFORMASI BEASISWA

JATINGANGOR ATAU JATI - DANGER


4


5


Laporan Utama

Dok : perpus fib

Sudahkah Terpenuhi Bahan Bacaanmu? (Karena Mahasiswa Butuh Banyak Bacaan)

K

ehidupan mahasiswa tidak terlepas dengan buku bacaan, dari berbagai macam refe rensi bacaan menjadikan perpustakaan sebagai pilihan untuk memenuhinya. Di berbagai kampus perguruan tinggi di Indonesia layaknya terdapat perpustakaan yang bisa menunjang kebutuhan tersebut. Penyediaan bacaan oleh perpustakaan kampus harusnya bisa menjadi jalan pintas paling nyaman untuk mahasiswa. Dalam buku pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi disebutkan bahwa, Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan unsur penunjang Perguruan Tinggi dalam kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam rangka menunjang kegiatan Tri Dharma tersebut, maka perpustakaan diberi beberapa fungsi diantaranya; fungsi edukasi, fungsi sumber informasi, fungsi penunjang riset, fungsi rekreasi, fungsi pub-

likasi, fungsi deposit dan fungsi iterpretasi informasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah/PP No.5 tahun 1980 tentang pokok-pokok organisasi universitas atau institut, bahwa Perpustakaan Perguruan Tinggi termasuk ke dalam Unit Pelayanan Teknis (UPT), yaitu sarana penunjang teknis yang merupakan perangkat kelengkapan universitas atau institut di bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat (Yusuf dalam Berawi, 2012). Fungsi perpustakaan kampus begitu besar manfaat bagi pemakainya, terutama bagi civitas akademik. Akan tetapi, besarnya fungsi perpustakaan tersebut terkadang belum dibarengi dengan perhatian lebih terhadap perpustakaan. Masih ada sebagian Perpustakaan Perguruan Tinggi yang belum bisa melakukan tugas dan fungsinya secara optimal. Hal ini

diakibatkan adanya kendala yang terkadang sulit dipecahkan, misalnya dalam memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) dan sarana dalam pelaksanaan tugas. Adanya aturan–aturan panjang dalam rangka pengadaan SDM atau peralatan perpustakaan juga merupakan faktor utamanya. Selain itu, perbandingan antara pemakai yang dilayani dengan petugas yang ada belum sesuai. Padahal, sebuah Perpustakaan Perguruan Tinggi walaupun itu perpustakaan yang ada di sebuah fakultas, membutuhkan beberapa orang tenaga pengelola. Karena pada dasarnya, kegiatan di perpustakaan bukan hanya melayani peminjaman dan pengembalian buku saja, tetapi meliputi juga penanganan administrasi, pengadaan, pengolahan, sirkulasi dan referensi. Apalagi di zaman teknologi informasi sekarang ini, informasi yang beredar begitu pesat perkembangannya, perpustakaan di-

6


Dok. Batu Api

tuntut untuk bisa menyeimbangkan antara informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dengan informasi yang tersedia di perpustakaan.

pendapat bahwa perpustakaan kampus sendiri (perpustakaan fakultas) kurang lengkap dalam penyediaan bahan bacaan.

Seperti halnya yang kita temui di lingkungan kampus sendiri. Universitas Padjadjaran (Unpad) memiliki perpustakaan disetiap fakultasnya. Salah satunya yang terdapat di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad yang menaungi jurusan bahasa, sastra dan sejarah. Namun, bagaimana pandangan mahasiswanya tentang perpustakaan fakultasnya sendiri? Angket pun disebar secara online dan dikhususkan kepada mahasiswa FIB aktif yang berisi berbagai pertanyaan tentang perpustakaan sebagai penunjang bacaan. Perbandingannya adalah perpustakaan fakultas dan salah satu perpustakaan luar kampus yang terdapat di wilayah Jatinangor. Mahasiswa FIB yang rata-rata membutuhkan buku referensi dari berbagai hal seperti kamus, teori sastra, teori budaya, dan lain-lain, belum merasa kebutuhannya telah terpenuhi. Apalagi di FIB ini terdapat sembilan jurusan yang berbeda, tentu saja kebutuhan akan buku bacaan pun semakin besar. Dari beberapa tanggapan yang dirangkum, beberapa mahasiswa ber-

Mengingat sumber pengetahuan utama dari seluruh jurusan di FIB adalah sumber kepustakaan, yakni literaturliteratur kesusastraan, kebahasaan, dan sejarah, tentu ketidaklengkapan perpustakaan FIB ini adalah suatu kondisi yang sangat disayangkan oleh para mahasiswa. Sebagaimana yang dikeluhkan melalui angket, sumber bacaan wajib untuk mata kuliah bahkan sering tidak tersedia di perpustakaan FIB sehingga para mahasiswa harus mencari buku ke tempat lain.

7

Iman Berawi, seorang Pustakawan Penyelia pada Perpustakaan IAINSU, dalam tulisannya yang berjudul “Mengenal Lebih Dekat Perpustakaan Perguruan Tinggi�, menyebutkan, “Apabila pada suatu perpustakaan seseorang tidak dapat menemukan bahan informasi yang dicarinya, maka perpustakaan tersebut berusaha mencari bahan tersebut ke perpustakaan lain yang lebih lengkap. Bukan orang-perorang yang

meminjam secara langsung kepada perpustakaan terakhir itu, tetapi perpustakaan pertamalah yang meminjamnya. Inilah yang disebut dengan silang pinjam antarperpustakaan.� Silang pinjam antarperpustakaan yang dimaksud Iman Berawi ini pada kenyataannya tidak diterapkan oleh perpustakaan FIB, karena sejauh ini mahasiswalah yang bergerak sendiri mencari bacaan yang dibutuhkan. Bahkan dalam kurun beberapa tahun terakhir, tidak terlihat adanya perkembangan signifikan dalam kelengkapan sumber bacaan maupun fasilitas perpustakaan FIB. Menurut Ibu Rani, selaku kepala pengelola perpustakaan FIB terkait hambatan dalam pengembang an perpustakaan FIB, mengatakan hambatan terbesarnya adalah keterbatasan ruangan dan sumber daya manusia. Mahasiswa juga merasakan hambatan ini. Perpustakaan yang menjadi pusat penyedia bahan bacaan, terutama berupa buku, agaknya harus memiliki ruangan yang luas agar bisa memuat buku-buku tambahan maupun pembaca yang banyak. Selain itu, kurangnya SDM untuk


mengisi posisi petugas perpustakaan atau pustakawan juga menghambat perkembangan perpustakaan FIB. Beliau juga mengatakan ada tiga elemen penting terkait perpustakaan, yaitu: administrasi, pelayanan, dan pengolahan. Ketiga elemen itu sama-sama membutuhkan sumber daya manusia dan agar lebih efektif dalam operasionalnya, setiap elemen memiliki petugasnya masing-masing agar kerja operasionalnya lebih terfokus. Sayangnya, perpustakaan FIB hanya memiliki kurang dari tiga petugas yang memegang keseluruhan operasional perpustakaan sehingga tidak dapat bekerja penuh untuk ketiga elemen tersebut. Hal ini membuat fungsi-fungsi dari ketiga elemen di atas kurang berjalan dengan baik. Seperti salah satu hal yang dikeluhkan oleh beberapa mahasiswa, yakni tidak adanya bagian informasi yang dapat membantu mereka untuk mencari buku yang mereka butuhkan atau setidaknya memberi informasi ketersediaan buku tersebut. Untuk mengatasi hal ini, Ibu Rani mempersilakan mahasiswa untuk bertanya langsung kepada beliau karena beliaulah yang memegang data mengenai buku-buku yang tersedia di perpustakaan. Bukubuku di perpustakaan FIB pun banyak yang belum terkomputerisasi. Hal ini dikarenakan jumlah buku lama yang jumlahnya banyak, sehingga hanya buku-buku baru yang sudah terkomputerisasi. Selama ini, Ibu Rani mengaku jarang menerima kritik dan saran mengenai perpustakaan dari mahasiswa, sehingga tidak mengetahui ada keluhan-keluhan seperti ini. Ibu Rani juga berkata bahwa pihak perpustakaan sangat terbuka terhadap aspirasi mahasiswa yang akan membantu kemajuan perkembangan perpustakaan agar bisa lebih baik lagi dalam melayani kebutuhan mahasiswa. Pada masa awal dibangunnya per-

pustakaan, boleh jadi mahasiswa banyak terbantu, karena sumber bacaannya terhitung banyak saat itu dan masih relevan dengan kurikulum yang berlaku. Akan tetapi, pada waktu sekarang, buku-buku yang tersedia di perpustakaan sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum. Meskipun dalam usaha menambah wawasan, buku-buku tersebut masih layak digunakan, namun mahasiswa banyak mencari sumber bacaan di luar kampus, bahkan sampai membeli bukubuku bajakan demi terpenuhinya kebutuhan akan bahan bacaan. Salah satu tempat yang dituju mahasiswa untuk mencari sumber bacaan adalah Perpustakaan Batu Api yang terletak tidak jauh dari kampus Unpad Jatinangor. Menurut beberapa mahasiswa FIB yang pernah atau sering meminjam buku di Batu Api, Perpustakaan Batu Api ini jauh lebih lengkap daripada perpustakaan FIB. Sumber bacaan yang tersedia juga tidak hanya yang klasik, tetapi juga banyak yang baru. Sumber bacaan yang tidak ada di perpustakaan FIB justru mudah ditemukan di Perpustakaan Batu Api ini. Meskipun gedung perpustakaannya lebih kecil daripada perpustakaan FIB, mahasiswa yang datang ke sana tidak terganggu karena kebutuhannya akan sumber bacaan acapkali terpenuhi.

Dari berbagai pendapat yang dirangkum, kebutuhan mahasiswa dengan sumber bacaan menjadi hal yang sensisitif untuk dibicarakan. Ruang lingkup mahasiswa yang menambah wawasannya lewat bacaan harusnya bisa dipenuhi oleh pihak kampus dengan maksimal. Sebagai wujud bahwa perpustakaan adalah salah satu penunjang dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengembangan fasilitas dan penyaluran aspirasi mahasiswa agaknya bisa dibenahi lagi, mengingat pembelajaran dua arah bisa membuat mahasiswa dan pihak kampus sendiri dapat menjalin koordinasi yang baik. (PSN/NA)

Perpustakaan Batu Api sendiri menjadi jalan pintas mahasiswa FIB untuk menambah sumber bacaannya. Kesesuaian buku bacaan yang tersedia di perpustakaan Batu Api dengan yang dibutuhkan mahasiswa menjadi keunggulan tersendiri. Selain itu, pengelola perpustakaan yang bisa membantu mahasiswa mencari buku yang dibutuhkan membuat perpustakaan ini diminati. Mahasiswa berpendapat bahwa mereka merasa terbantu karena adanya perpustakaan Batu Api ini. Meskipun meminjam buku di Batu Api berbayar namun perpustakaan ini mempunyai penikmatnya tersendiri.

8


Kelegalan Unit Kegiatan Mahasiswa FIB

A

da hal lain yang dibutuhkan mahasiswa selain dari kuliah dan kegiatan akademik, yaitu sebuah kegiatan yang dapat mengembangkan minat dan bakat mereka diluar aktivitas akademik. Kebutuhan akan hal baru tersebut telah menciptakan berbagai organisai atau komunitas kegiatan mahasiswa atau biasa disebut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Fakultas Ilmu Budaya atau lebih dikenal sebagai Fakultas Sastra tentu juga memiliki banyak Unit Kegiatan Mahasiswa, baik itu dalam bentuk UKM yang legal atau masih berupa komunitas-komunitas. Walaupun FIB merupakan fakultas yang kental dengan kegiatan-kegiatan kebahasaan, sastra, atau budaya, tapi unit-unit kegiatan mahasiswa di FIB tidak hanya seputar hal itu saja. Ada banyak unit kegiatan mahasiswa di FIB mulai dari unit musik, tari, sampai pencinta alam. Tahukah kamu apa saja Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di FIB? Fakultas Ilmu Budaya Unpad memiliki lima Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang telah legal yaitu Federasi Sepak Bola Sastra Unpad (FSSU), Unit Basket Sastra Unpad (UBSU), Blue Hikers (BH), Blue Ra-

9

dio (BLUR), Para Sastra (Parsas), dan satu organisasi keagamaan yaitu DKM Al-Muslih. Selain UKMUKM yang telah resmi, FIB juga memiliki banyak komunitas-komunitas besar sebagai wadah kegiatan mahasiswa yang mencakup berbagai bidang mulai dari musik, tari, fotografi, pers, teater, dsb. Komunitas-komunitas tersebut, yaitu Pena Budaya sebagai persma fakultas, Saman Sastra sebagai komunitas tari saman di FIB, Senja di sastra sebagai salah satu grup musik di FIB, dsb. Selain itu, FIB juga memiliki berbagai komunitas teater dari setiap himpunan jurusan yang ada di FIB seperti Teater Djati, Teater Mata Mawar, Teater Pamas, dsb. Sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa tentu memerlukan kelegalan agar menjadi sebuah lembaga yang resmi dan lebih mudah untuk menjalankan segala macam keperluan rumah tangganya. Di FIB akhirakhir ini telah banyak isu akan adanya beberapa komunitas yang akan melakukan pelegalan dan ada nya kabar bahwa akan ada UKM yang legal akan dicabut kelegalannya karena tidak adanya perkembangan atau keaktifan dari UKM

tersebut. Namun, pihak Badan Pengawas Mahasiswa (BPM) yang merupakan lembaga kemahasiswaan yang ikut berperan dalam pelegalan komunitas-komunitas yang ada di fakultas, menyatakan belum adanya komunitas-komunitas yang akan menjadi legal dan sejauh ini belum ada UKM yang akan dicabut kelegalannya. “Sepertinya belum ada yang akan dicabut atau dilegalkan untuk waktu dekat ini�, begitu komentar Rhama sebagai ketua Badan Pengawas Mahasiswa (BPM) saat diwawancara Pena Budaya soal pelegalan komunitas-komunitas yang ada di FIB. Unit Kegiatan Mahasiswa bukan hanya sekadar lembaga atau wadah untuk mengembangkan bakat para mahasiswa yang ada di kampus. Namun, organisasi atau komunitas merupakan tempat para mahasiswa berkumpul, bersosialisasi, dan mengenal kehidupan sesungguhnya yang mungkin akan mereka alami nanti setelah lulus dari universitas. Selain itu, dalam sebuah organisasi atau komunitas di dalamnya pasti ada sekelompok orang dengan minat dan pemikiran yang sama yang dapat bersatu untuk menciptakan suatu perubahan. (SS)


-

KRISIS SASTRA

S

astra, hal apa yang terlintas dalam benak kita saat mendengar kata “sastra”? Mungkin kita akan berpikir mengenai hal yang berkaitan dengan puisi, cerpen dan novel saja. Namun pada faktanya makna sastra itu lebih dari sekadar puisi, cerpen dan novel. “Sastra” merupakan satu kata yang sederhana, namun sarat akan makna. Sastra bukan hanya tercipta dari kata, melainkan tercipta dari bahasa, budaya, rasa, dan panca indra hingga menghasilkan suatu karya. Fakultas Sastra yang kini berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Padjadjaran telah memiliki sembilan jurusan, delapan jurusan diantaranya merupakan jurusan Sastra, terdiri dari enam jurusan sastra asing, satu jurusan Sastra Indonesia, satu jurusan sastra daerah, dan satu jurusan lainnya merupakan jurusan

sejarah. Fakultas yang menaungi sembilan jurusan ini memegang peran yang sangat penting dalam membantu mahasiswa untuk menerapkan disiplin hidup berilmu dan berbudaya. Jika menilik disiplin ilmu, FIB Unpad yang notabenenya merupakan jurusan sastra, tentunya kita akan mengira bahwa kualitas dan kuantitas kesusastraan akan sangat dijunjung tinggi. Namun, perkiraan itu keliru. Pada kenyataannya, sebagian mahasiswa FIB Unpad merasa resah atas rendahnya kesadaran mahasiswa untuk bersastra. Bisa kita jumpai di setiap event yang diadakan di lingkungan FIB Unpad, pertunjukkan musik lebih mendominasi. Bahkan, sebagian mahasiswa berpendapat tentang beberapa acara dengan embelembel “sastra” pun tidak mampu merepresentasikan sastra yang sesungguhnya. Seperti pendapat

yang diungkapkan oleh salah satu mahasiswa FIB “Bikin acara dengan embel-embel sastra, lalu disepanjang acara ada band, ada pembacaan puisi yang hanya beberapa menit, sudah. Nama sastranya itu jadi sekedar tempelan saja”. Keresahan-keresahan yang saat ini dirasakan oleh sebagian mahasiswa FIB Unpad, menurut beberapa mahasiswa dapat berdampak pada timbulnya kekhawatiran FIB Unpad yang menuju ke arah “krisis sastra”. Dari hal tersebut, memang benar faktanya bahwa beberapa acara yang memakai nama “sastra” lebih mendominasikan acara musik pada aksi panggungnya. Sebut saja acara sebesar “Hari-hari Sastra” yang telah berlangsung tahun lalu. Saat main event H2S digelar di FIB Unpad dengan blue stage sebagai panggung utama, tak henti-hentinya berbagai pengisi acara meng-

10


-

alunkan musik pada penampilannya. Sehingga disusul dengan berbagai acara lain di FIB Unpad yang tak kalah populer memenuhi penampilan panggung dengan musik. Sampai pada akhirnya berbagai keresahan yang tertuju pada “krisis sastra” bermunculan. Perkiraan tentang kurangnya kesadaran mahasiswa FIB Unpad akan sastra bukanlah hal yang sepenuhnya dapat dikatakan benar. Karena paham mengenai sastra harus benar-benar dapat dikaji lebih lanjut, agar tidak menimbulkan pemahaman yang keliru. Dimana “sastra” bukan hanya tercipta dari kata, melainkan tercipta dari bahasa, budaya, rasa, dan panca indra hingga menghasilkan suatu karya. Namun, apakah musik yang mendominasi acara di FIB Unpad juga merupakan bagian dari sastra? Seorang dosen FIB yang telah lama mempelajari Metode Penelitian Sastra, Budi Rukhyana, M.A, mengemukakan pendapatnya tentang keterkaitan antara musik dan sastra “Ternyata sastra itu tidak sesempit definisi, ternyata sastra itu maknanya luas. Ya kita tinggal memilahnya saja. Kalau misalnya kesenian itu tanpa lirik, kesenian itu hanya instrumental, kesenian itu hanya memainkan alat-alat musik, apakah itu masih disebut wilayah sastra? Memang, sastra juga bagian dari seni. Di dalam seni itu kan ada seni sastra, seni musik, seni tari, seni lukis. Itu kan masing-masing dia punya wilayahnya. Kalau memang yang dimunculkan terlalu kuat di musik, ya memang itu jalur di musik. Tetapi dia masih bertetangga dengan sastra. Ketika musik memakai lirik, musikalisasi puisi misalnya, berarti kan dari sastra dipinjam lirik-liriknya kemudian diberi warna musik. Nah, musik ini kan menghentak-hentak, akhirnya menimbulkan suatu tarian. Jadi mereka ini masih satu rumpun, satu payung yang ber-

11

tetangga dan saling mengisi. Jadi, kalau dikatakan musik itu bukan sastra, bisa benar bisa salah. Tapi, mari kita luaskan maknanya sehingga musik yang menggunakan lirik, itu juga masih wilayah sastra kalau menurut saya”. Luasnya makna tentang sastra terkadang dapat menimbulkan pemahaman yang berbeda, tergantung pada yang memaknai sastra sebagai apa. Memang, banyak acara di FIB Unpad yang mendominasikan musik sebagai sajian istimewa. Namun, dalam alunan musik yang dilantunkan, diiringi juga dengan kumandang lagu yang dinyanyikan. Dalam lagu terdapat lirik yang tercipta dari rangkaian kata, dengan tujuan untuk menyampaikan makna baik secara tersirat maupun tersurat. Saat musik dan lirik lagu bersatu, lahirlah suatu karya yang termasuk kedalam seni, yang juga masih merupakan bagian dari sastra. Jadi, sangat jelas bahwa pemahaman tentang FIB Unpad yang menuju “krisis sastra” merupakan pemahaman yang salah kaprah. Hal tersebut masih wajar terjadi, karena sastra sangat luas akan makna. Bisa saja setiap orang memaknai sebagian atau setengah dari luasnya makna sastra. Bukan hanya itu, makna sastra juga kadang dipersempit dengan pemahaman bahwa sastra hanyalah mengenai puisi, cerpen dan novel saja. “Kita samasama tahu, bahwa definisi sastra itu tidak pernah habis. Entah itu puisi atau apapun yang membawa kehidupan dan itu adalah berbentuk seni, bagiku itu sastra. Aku anggap itu bukan sastra ketika, hal itu tidak memberikan apa-apa untuk penyadaran kehidupan”. Itulah ungkapan yang dilontarkan Tama, mahasiswa Sastra Indonesia 2014. Jika pengertian sastra dapat dikaji lebih lanjut, pasti akan menemukan makna yang sangat luas, ter-

gantung dari sudut pandang mana kita harus memaknainya. Perlu adanya pengkajian secara mendalam untuk seseorang bisa memahami makna sastra secara luas. “Diskusi sastra itu penting sekali di sini. Baik itu antara sesama mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, itu sudah sangat jarang. Yang seharusnya Fakultas Ilmu Budaya ini menjadi tempat kita menggila, menggila dalam bersastra ria, tetapi sangat kurang sekali respon dan tingkat kesadaran mahasiswanya. Sangat disayangkan kalau banyak mahasiswa yang di kampus sampai malam tapi cuma nongkrongnongkrong enggak jelas. Aku lebih menghargai mahasiswa yang setelah kuliah langsung pulang ke rumah, tapi berkarya dan menghasilkan karya”. Ujar Tama. Untuk itu, marilah kita pahami makna sastra secara luas dan sesuai dengan teori-teori sastra, agar tidak terjadi kekeliruan dalam menyatakan suatu pendapat. Sebagai mahasiswa yang bernaung di fakultas yang sangat menjunjung tinggi nilai budaya, sudah sepatutnya kita juga menjunjung tinggi disiplin ilmu yang sedang dimiliki. Bahkan, saat hendak merasakan atau menyatakan bahwa FIB Unpad menuju “krisis sastra”, juga harus dikuatkan dengan ilmu dan bukti-bukti yang jelas kebenarannya. Karena sudah sepatutnya juga sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unpad, harus menerapkan sikap berilmu dan berbudaya dalam kehidupan sehari-hari.(Fsr)


Akademik Jangan Biarkan Lidah Orang Merebut Masa Depan Kita !

yang akan dihadapi, “Ekonomi kerja di bank, fikom nantinya jurnalistik, ilmu hukum menjadi notaris, akhirnya saya mencari pekerjaan yang tidak ada di dalam jurusan dan jenis pekerjaan yang sudah saya buat tadi”. Sekarang ini Yuszak menjadi CEO Smartplus Consulting.

S

etelah lulus mau jadi apa? – begitu kira nya pertanyaan yang sering terdengar oleh kita sebagai mahasiswa sastra. Bagi beberapa orang yang tidak berpemikiran luas, tentu akan menganggap bahwa lulusan sastra tidak punya pekerjaan yang jelas. Sebenarnya jika kita tilik lebih jauh lagi, lulusan Sastra mempunyai cakupan lapangan pekerjaan yang begitu luas. Pengalaman Yuzsak M. Yahya, Sastra Indonesia angkatan 1998, dalam salah satu kesempatan reuni akbar di Jatinangor, menyebutkan bahwa ia mencari strategi untuk mencari pekerjaan setelah lulus nanti dengan cara membuat tabel yang berisi jurusan dan pekerjaan yang

Di era digital sekarang ini, untuk mencari pekerjaan kita dapat mengaksesnya di Internet, banyak situs yang menyediakan fasilitas untuk mencari pekerjaan, di antaranya yaitu jobstreet, jobs, linked in, jobscdc.com, cdc.unpad, dan lain-lain. Perusahaan-perusahaan Indonesia maupun luar negeri pun sudah banyak yang memberi informasi lowo- ngan pekerjaan di Internet. Bukan sembarang, perusahaan tentu membutuhkan sesorang yang ahli dalam suatu bidang. Seperti Muhammad Faqih ‘Alim, Sastra Arab 2009 yang menjadi seorang editor di perusahaan penerbit buku “Airlangga”. Alumnus Sastra Arab ini sendiri mengaku tidak pernah merasa melamar pekerjaan di perusahaan tersebut. “Katanya orang Airlangganya emang sedang butuh orang dari lulusan yang berbau-bau islam untuk di bagian editor ahli, mereka huntingnya lewat jobstreet” ucapnya. Selain itu ada juga alumni Sastra Sastra Sunda 2006, Rina Nur Fauziah yang sebelumnya menjadi seorang jurnalis freelancer,

sekarang ini bekerja di perusahaan penerbit “Quadra” sebagai editor dan juga di akhir pekan Rina mulai membuka usaha di bidang fashion. Nah, sudah jelas bukan, lulusan Sastra bisa menjadi ataupun mencari bahkan membuat pekerjaan apapun yang mereka inginkan. Semuanya kembali lagi ke individu masing-masing. Pekerjaan apapun jika ada tekad dan semangat yang kuat, maka semua usaha kita tidak akan ada yang sia-sia dan menghasilkan sesuatu yang sangat berharga. Jangan biarkan lidah orang lain yang tidak tahu apa-apa merebut mimpi indah kita, karena yang paling tahu dan bisa mengatur tentang diri kita adalah pribadi masing-masing. (KA)

12


sosok IID MISBAHUDDIN

Ke Luar Negerilah !

B

organisasi kemahasiswaan dan mengikuti program beasiwa unngulan dari peme rintah, menurut Iid tidak mengganggu kuliahnya. Menurutnya lingkungan akademik di kampus sangat mendukung dirinya untuk bisa berprestasi di luar akademik. Bahkan ia selalu mendapat dukungan dari rekan mahasiswa maupun dosen.

ukan hal yang mudah sebagai Mahasiswa. Kuliah, organisasi, bergaul adalah beberapa hal yang harus dibarengi kemauan yang tinggi, namun tak jarang pula hal tersebut menjadikan seorang mahasiswa menjadi nyaman dengan dunianya, sehingga prestasi tak tanggung-tanggung diraihnya. Tak jarang ba nyak yang berkomentar miring begitupun sebaliknya tentang mahasiswa yang aktif di luar kampus, namun kembali kepada diri sendiri bagaimana kita mengatur waktu dan mengatur diri. Iid Misbahuddin Nafis, mahasiswa jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, dalam tiga tahun terakhir menjadi delegasi dalam berbagai perlombaan, di antaranya: Delegasi debat bahasa Arab FTT UI (Festival Timur Tengah UI) 2014 dan Delegasi Esai dan Presentasi FTT UI 2013. Mahasiswa yang akrab disapa Iid aktif sebagai mahasiswa sejak tahun 2013, saat ini sedang menempuh program beasiswa unggulan dari pemerintah ke luar negeri khususnya Mesir. Bukan hal yang mudah bagi mahasiswa untuk pergi ke luar negeri tanpa biaya, apalagi harus mahir dengan bahasa asing yang lancar dan fasih. Namun Pemilik hobi membaca dan jalan-jalan ini mampu membuktikannya. Pengaturan waktu antara kuliah

13

akademik

dan organisasi tidaklah sulit, namun bagaimana mahasiswa meyakinkan dirinya bahwa segala sesuatu yang ia kerjakan dengan senang hati, tanpa keluhan, dijalani penuh niatan akan menjadi sesuatu yang bahkan menjadi kebutuhan, tergantung bagaimana mahasiswa itu sendiri percaya akan kesanggupannya dalam dunia perkuliahan dan keorganisasian. Darah kelahiran Kuningan ini aktif di organisasi: Menteri pendidikan HIMASA (Himpunan Mahasiswa Sastra Arab) 2013-2014, DKM (Dewan Keluarga Masjid) Al-Mushlih. Meski organisasi yang diikuti tak terlalu banyak, akan tetapi ia senantiasa konsisten dengan amanahnya. Baginya sesuatu yang kecil akan berdampak besar bila selalu konsiten, tidak apatis, dan mengikuti alur. Aktif di

“Untuk mengubah sudut pandang kita terhadap bangsa dan negara kita, maka ke luar negeri lah!� pesan dari Iid untuk mahasiswa generasi selanjutnya. Semoga kita dapat terinspirasi dan bangkit untuk memajukan negeri yang kaya akan SDA dan SDM dengan semangat nasionalisme serta ilmu amaliah yang dipelajari semasa pendidikan formal maupun non formal. Kalo bukan mahasiswa? Siapa lagi???"(SK)


cerpen

Bayi Basah

W

aktu itu hujan tepat pukul setengah dua belas siang. Hari Jumat. Terang. Tak ada satu pun Cumulonimbus di la ngit sana. Semesta membiru. Tibatiba petir menggelegar. Sebagian bilang itu aneh. Sebagian bilang itu biasa saja. “Ah, manusia kini serba rumit. Masalah kecil dibesar-besarkan, Masalah besar dikecil-kecilkan, disembunyikan, bahkan acapkali dilupakan. Dasar manusia! Biadab!” Laki-laki berambut gondrong dan kribo itu mangut-mangut sendiri. Di sudut sana, tepat di samping pagar megah sebuah gedung tinggi berwarna putih, seorang ibu muda menangis tersedu-sedu. Sebab, semalam anaknya hilang ditelan hujan. Semakin condong matahari ke arah barat, semakin keras isak-tangis ibu muda itu. Semakin keras isak-tangisnya, semakin deras pula hujan turun dari semesta biru. Hingga lenyaplah tangisnya dalam hujan. Seolah-olah tak ada apa-apa, tak terjadi apa-apa, tak ada yang merasa. Kecuali, kecuali seorang manusia. Laki-laki gondrong tadi. Dari warung kopi di seberang gedung putih itu, laki-laki gondrong berlari melawan hujan. Menghampiri ibu muda. Ibu muda itu diam, isak-tangisnya berhenti. Laki-laki gondrong itu juga diam. Yang ada hanyalah saling pandang. *** “Kau hanya bisa sekadar bicara Kau tak pernah merasakannya. Coba kau sendiri yang merasakannya. Pasti takkan sanggup. Jangan banyak komentar kalau tak sanggup untuk berbuat.

Semalam kau ngapain saja? Anakmu mana?” Ia hanya diam. Lesu. Tanpa bicara. “Ke mana anakmu? Anakku?” Lagi-lagi ia masih saja memilih diam. “Dasar tak bertanggung jawab. Kau hanya bisa menghamili saja. Menjaga pun tak bisa!” Ruangan petak kecil itu kembali hening. Membisu. Beberapa saat, kembali terdengar ceracau lengkingan suara ibu muda itu dari sela-sela ventilasi rumahnya. Ngomongnya tak beraturan. Sesekali memekik, bernada tinggi, kemudian turun lagi, dan kembali terisak, tersedu, lalu kembali lagi membisu. Laki-laki itu tetap diam menunduk. Membisu. Hanya sekadar duduk mati di atas dipan tidurnya itu. Ibu muda kembali membentak dengan membelalakan matanya yang kian memerah, “Manaaa anakku? Manaaa?” Keras sekali ia berucap. Lalu kembali melemah, terisak, tersedu, dan kembali menitikkan air mata dari selasela putus asa yang dirasakannya. Laki-laki yang duduk di atas dipan itu tetap saja mengunci mulutnya. Wajahnya semakin pasi. Matanya semakin meredup. Sontak, tiba-tiba ia berdiri. Berjalan ke arah belakang. Menuju dapur. Ia mengambil cangkir dan sebuah sendok. Memasukkan bubuk kopi. Menuangkan air panas. Lalu mengaduk-aduk sesuka hatinya. Seketika ia langsung meminum. Panas. Habis secangkir. Ia kembali aduk tiga sendok kopi dengan air panas. Dua menit mengaduk. Kembali ia minum. Habis. Ludes tak bersisa. Wajahnya memerah. Lalu ia kembali berjalan ke arah dipan. Duduk dan

menunduk. Ibu muda itu kembali datang dengan geraham yang beradu, mata yang memerah dan membelalak. Ia menunjuk laki-laki itu. Berucap, “Di mana kau simpan anakku? Di manaaa? Jangan hanya bisa menghamili saja, menjaganya kau tak bisa!” Ia kembali terisak, tersedu, dan menitikkan air mata. Sesekali ia tertawa. Laki-laki yang duduk di atas dipan itu tetap diam selepas meminum dua cangkir kopi panas tadi. Ia merasa lebih nyaman. Matanya tak lagi redup. Kini lebih menyala. Namun tetap saja tak berani angkat bicara. Kini ibu muda yang berjalan ke arah dapur. Pelan sambil terisak. Dirabarabanya keranjang tempat bahanbahan masak. Tak bersua. Ia meraba ke arah tumpukan bawang merah. Teraba. Kini ia memegang sebilah besi tajam berwarna millennium. Ia kembali berjalan ke arah ruang petak kecil yang di dalamnya ada dipan dan seorang laki-laki yang sedang duduk di atasnya. Ia mendekati dipan seraya berucap sambil menyodorkan sebilah besi tajam itu ke lehernya sendiri, “Di mana anakku? Di manaaa?” Laki-laki itu memandang heran. Tapi tetap saja masih memilih diam. Sekali lagi ibu muda itu berucap, “Di manaaa?” Dengan sebilah besi tajam yang semakin mendekat ke urat lehernya yang menegang. Barulah laki-laki itu membuka mulut dan angkat bicara, “Bayi basah itu telah kujual ke seorang laki-laki berambut gondrong kribo semalam. Aku kalah main dengannya.” Urat yang menegang itu pun putus.

(Robi Afrizan Saputra) karya sastra

14


BINGKAI LUKISAN KAMI

A

ku duduk terdiam. Sesekali kulihat jam di dinding yang berdetak begitu lama. Putri kecilku tak kunjung jua terlelap. Ia masih asyik menikmati mainan yang berputar-putar mengelilingi tubuhnya dengan khusyuk. Padahal, waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari. Aku ingin sekali tidur. Tapi, jika kutinggalkan sedikit saja putri kecilku akan merengek lagi. Sedang lelakiku masih terjaga dengan lukisannya di sudut ruangan. Tenggelam dalam dunianya sendiri. Kutarik napas dalam-dalam. Inilah sekiranya hal yang harus kutanggung karena berani mengambil keputusan untuk menikah dengan seorang pelukis. Seorang penghayal tingkat dewa, yang percaya bahwa dengan lukisannya ia mampu mengobati dunia yang katanya sedang sakit. Seorang penghayal yang yakin bahwa lukisannya akan dibicarakan banyak orang. Sungguh tiada dikira aku akan menikah dengan seorang pelukis. Menaruhkan seluruh hidupku padanya. Mulanya, aku sudah menentukan

15

kriteria untuk calon pendampingku kelak. Salah satunya adalah memiliki pekerjaan tetap yang menjanjikan kehidupan yang mapan. Namun, sepertinya aku terlalu idealis dan egois. Tak penah kutemukan lelaki yang sesuai dengan kriteriaku. Sekalipun ada yang mendekati dengan kriteriaku, aku malah merinding menyikapinya. Takut tidak pantas mendampingi lelaki yang sempurna seperti kriteriaku itu. Sampai aku bertemu suamiku, Jaka, yang jauh dari kriteria yang kutentukan. Seorang pelukis yang hidupnya saja sudah seperti lukisan. Indah, tetapi tidak kupahami. Lukisan itu begitu sederhana namun sebenarnya kompleks. Aku terpikat pada sepasang matanya yang hitam penuh dengan cinta dan ketulusan. Aku tidak bisa menafsirkan apa yang terjadi denganku. Cinta memiliki caranya tersendiri untuk mekar. Cinta pula yang membuatku berani mengambil mengambil keputusan untuk menikah dengannya. Walaupun aku tahu jika pekerjaan pelukis tidak memiliki honor yang pasti, tidak mampu menjanjikan kehidupan yang mapan. Namun, ia mampu meruntuhkan ideal-

isme-idealisme yang telah kubangun. Membuatku belajar banyak tentang kehidupan. Aku kembali menahan kantuk yang semakin menjadi. Sulit sekali untuk membuat putri kecilku ini tertidur. Berbagai cara telah kulakukan untuk membuatnya tertidur. Tapi yang ada malah membuatnya semakin terjaga. Kacau. Anakku sekarang malah merengek. Kantukku berada pada puncaknya. Aku menutup mata dan kurebahkan tubuhku di samping putriku. Berharap rengekannya akan mereda melihat keletihan ibundanya. Sayup-sayup kudengar lelakiku mulai menggendong putri kecil kami dan mendongeng tentang Sang Kancil buatan Sapardi... tentang Lelaki Tua dan Laut buatan Hemingway... Aku tak mendengar suara rengekan lagi. Sepuluh menit. Dua puluh menit. Aku terlelap. Sudah dua tahun lamanya kami menikah. Tak kusangka sudah selama ini kami menyatukan biji-biji keegoisan kami. Menanamnya dalam ladang kehidupan yang kemudian tumbuhlah


benih egois. Ketika benih egois itu tumbuh, kami merasa mendapatkan hadiah paling penting sebagai manusia. Rasa bahagia ini merekah memenuhi rongga dada. Entah akan kami namai apa benih egois itu. Lalu egois-egois baru lahir untuk menamai benih egois itu. “Kau sinting, Fit!” ketus lelakiku dengan wajah muram. Ia tidak setuju dengan keegoisanku menamai benih egois kami. Tadinya aku akan menamainya “Frasa” karena nama itu kurasa pantas untuknya. Jika secara etimologi, “Frasa” adalah gabungan dua kata. Sedang dalam konteks ini, “Frasa” merupakan perwujudan dari gabungan dua insan, dua jiwa, dua sukma, yang melebur jadi satu. Aku tidak mengerti mengapa lelakiku tidak setuju dengan nama itu. Malah aku lebih tidak mengerti dengan pendapat yang ia ajukan. Ia mengajukan nama “Kanvas”, lebih sinting dariku. Katanya, benih egois kami mirip dengan sebuah layar putih polos melambangkan kemurnian. Tidaklah lucu bila sekian lama kami menyesuaikan keegoisan-keegoisan kami, harus hancur karena keegoisan baru yang lahir. Maka dari itu, keputusan menamai benih egois itu kami serahkan pada ibuku. Dan kami sepakat usulan dari ibuku untuk menamai benih egois kami, Claudia Lestari. Katanya nama itu sesuai dengan kondisi geografis pada saat benih itu tumbuh. Mendung, tidak hujan dan tidak panas. ~ Pada suatu hari, datanglah segerombolan temanku mengunjungi rumahku. Kami mengadakan sebuah permainan yang kami namakan “arisan”. Namun sebelum permainan ini dimulai, seperti biasa, ada ritual terlebih dahulu yang kami namakan “gosip”. Kemudian teman-temanku dengan bangga menceritakan kisah hidup mereka setelah menikah. Satu persatu dengan begitu detil. Ada yang bercerita tentang rumah barunya di

komplek elit, ada yang bercerita tentang mobil baru yang mewah, ada yang bercerita tentang perhiasannya yang mahal, ada pula yang bercerita tentang keperkasaan lelakinya ketika di ranjang. Lalu tibalah giliranku. Aku menceritakan kehidupanku dengan apa adanya. Kuceritakan tentang keadaanku, rumah yang belum lunas, rutinitasku, bahkan tentang perkembangan Claudia yang kian hari kian menggemaskan. Sederhana tanpa ada embel-embel dramatisi. Di akhir cerita, para temanku menatapku dengan keherenan. Mereka bertanya, bahagiakah aku? Aku bingung dengan mereka yang melontarkan pertanyaan-pertanyaan konyol itu. Memangnya kebahagian seseorang bisa diukur? Siapa yang tahu letak kedalaman bahagianya seseorang? Apa kebahagiaan itu punya kapasitas? Memiliki bentuk? Atau ada ukuran untuk menilainya? Aku tidak mengerti. Apakah aku terlalu kolot sehingga tidak mengerti jalan pikiran mereka yang modern? Mungkin saja tanpa sepengetahuanku, kebahagiaan sudah dijual di pasaran dan bisa dengan mudah dibeli oleh orang-orang yang rela menurunkan martabatnya sebagai manusia. Atau mungkin kebahagiaan bisa dimiliki dengan sebuah materi yang mahal harganya dan perempuan-perempuan rela menukarkan kehormatannya demi memilikinya. Aku tidak tahu dan tak akan pernah tahu seperti apa hal yang dianggap mereka bahagia itu. Oleh MAA (Sastra Indonesia 2014)

16


resensi Plot dan Kejutan Mengasyikan pada Novel Pulang Judul : Pulang Penulis : Tere Liye Editor : Triana Rahmawati Penerbit : Republika Kota Terbit : Jakarta Tahun terbit : 2015 Tebal Buku : iv + 400 halaman

Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit.

Pendahuluan Setelah sukses dengan karya Rindu sebagai salah satu buku best seller, Tere Liye kembali merilis karya terbarunya dengan judul Pulang. Tere Liye selalu menghadirkan berbagai macam kejutan dalam setiap karyanya. Kali ini cerita yang diutarakan oleh pria kelahiran Sumatera Selatan 36 tahun silam ini berkaitan erat dengan dunia hitam (shadow economy) serta pertarungan-pertarungan yang mungkin tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Perjalanan panjang, yang mengantarkan tokoh utamanya menuju hakikatnya yaitu pulang.

Sinopsis “Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati Bapakku dibanding tubuhnya. Juga Mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya.�

17

Apa yang terlintas ketika kita mendengar kata pulang? Rumah? Kampung halaman? Tentu, kata pulang punya ba- nyak makna. Jika berbicara mengenai tujuan, pasti pulang tujuannya akan kerumah , ke tempat dimana kita berasal. Akan tetapi, disini Tere Liye mencoba memaparkan makna pulang secara lebih dalam, lebih dari sekedar pulang ke rumah . Sejauh apapun kehidupan menyesatkan yang telah dijalankan, akan ada jalan dimana Tuhan memanggil kita untuk pulang. Adalah Bujang - Si Babi Hutan, anak dari desa Talang di rimba Sumatera. Ia tak punya rasa takut, karena pada suatu malam rasa takut itu telah direnggut, dikeluarkan dari dadanya. Saat ia menghadapi raja babi hutan raksasa. Sebagai pemuda usia 15 tahun yang diajak oleh rekan Bapaknya dari kota yang dipanggil Tauke Besar berburu babi ke jantung rimba Sumatera, ia menjadi satu-satunya yang masih belum terluka diantara pasukan berburu yang dibawa orang kota itu saat pertarungan-pertarungan

berat terjadi antara pemburu dan babi-babi besar penguasa hutan rimba itu. Ia benar-benar melindungi rekan Bapaknya itu, mengingkari perkataannya pada sang Mamak. Bujang tak bisa diam saja melihat orang-orang yang telah terluka, ia memutuskan untuk melawan si babi hutan raksasa itu demi melindungi rekan Bapaknya. Setelah kejadian menegangkan itu, dimana Bujang berhasil menyelamatkan Tauke Besar, ia pun dibawa Tauke itu ke kota. Walau berat hati Mamaknya, namun ia adalah salah satu janji Bapaknya yang harus ditepati. Pada saat sang Bapak memutuskan untuk meninggalkan keluarga Tong ia berjanji akan mengirim anak lakilakinya nanti jika sudah cukup umur, sebagai tukang pukul nomor satu saat itu, Samad juga menjadi anak angkat yang diistimewakan oleh Bapak dari Tauke Besar sekarang. Mamaknya menitip satu janji pada Bujang, “Mamak tahu Kau akan jadi apa di kota sana...Mamak tahu...Tapi,apa pun yang akan Kau lakukan disana, berjanjilah Bujang, Kau tidak akan makan daging babi atau daging anjing. Kau akan menjaga perutmu dari makanan haram dan kotor. Kau juga tidak akan menyentuh tuak dan segala minuman haram�


Janji itu Bujang bawa kemanapun ia pergi, mulai pada hari ia dibawa oleh rekan Bapaknya, ia telah menjadi bagian keluarga Tong, salah satu keluarga penguasa shadow economy di negeri ini. Ia menjadi anak angkat yang diistimewakan oleh Tauke Besar. Ia satu-satunya tukang pukul dengan lulusan pendidikan tinggi di Amerika. Meski ia sempat menolak untuk disekolahkan, namun kekalahanya dalam tradisi Amok keluarga Tong membuatnya harus mengiyakan perintah Tauke untuk bersekolah. Basyir seorang pemuda keturunan Arab menjadi sahabat sekaligus orang pertama yang mengajak Bujang berbincang seputar suku Bedouin yang Basyir agung-agungkan.Ia juga yang membuat Bujang kalah saat tradisi Amok. Bujang tumbuh dengan reputasi hebat. Ilmu Ekonomi, bisnis hingga bela diri ia kuasai.Ia dilatih oleh pelatihpelatih terbaik. Mulai dari Kopong si ketua tukang pukul saat ia baru bergabung di keluarga Tong, Guru Bushi sang ahli samuraidari Jepang, hingga Salonga, guru menembak asal Filipina yang seringkali memakinya de ngan kata “bodoh�. Sejak awal bergabungnya ia di keluarga Tong, hingga ia menjadi tukang pukul nomor satu dan penyelesai konflik tingkat tinggi di kalangan penguasa shadow economy, Keluarga Tong telah berkembang sangat pesat. Banyak pertarungan yang mesti dihadapi keluarga Tong untuk bisa berjaya dan dikenali di tingkat Asia Pasifik. Mulai dari menyelesaikan perlawanan dengan keluarga lain di negeri sendiri, hingga keluarga lain di Asia. Namun untuk melawan me reka itu bukanlah hal yang paling sulit dan ditakuti. Yang paling Tauke Besar khawatirkan adalah kehadiran pengkhianat dari keluarga Tong sendiri. Hingga akhirnya apa yang ditakuti oleh Tauke Besar itu terjadi. Saat keluarga Tong berada di pun-

cak kejayaanya, si pengkhianat pun muncul. Siapakah pengkhianat itu ? Apa yang ia lakukan terhadap keluarga Tong? Bagaimanakan akhir dari keluarga Tong yang tengah berada di tangan Bujang? Dimana saat itu rasa takut Bujang yang telah lama hilang malah muncul kembali, tepat saat ia sudah kehilangan orang-orang yang disayanginya. Mulai dari Bapaknya, Ibunya, hingga Tauke Besar. Bagaimanakah Bujang akan menghadapi pengkhianat itu? sementara rasa takut itu telah menderanya kembali. Dan ternyata, dibalik sosok Bujang si Tukang Pukul nomor satu itu, ia sa ngat benci dan terganggu dengan suara azan. Lalu, apa hubunganya dengan pulang ? Jawabannya akan ditemukan dalam novel ini.

pembaca kurang tepat, walaupun ada baiknya bahwa itu akan membuat pembaca panasaran, namun tetap saja pada akhirnya judul bab malah jadi tidak sesuai dengan isinya. (WWF)

Kelebihan Novel Pulang Narasi yang digambarkan begitu rinci hingga seolah-olah pertarungan disaksikan seperti halnya film. Selain itu, konflik yang rumit serta penyelesaian pertarungan demi pertarungan dengan jalan yang tidak kita duga. Tiap bab dirancang dengan membuat para pembaca penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya. Genre ekonomi dibalut dengan action nya yang unik menghadirkan hal baru di dunia pernovelan Indonesia. Hal-hal yang tidak pernah kita ba- yangkan pun seperti kaitan tukang pukul dan shadow economy digambarkan secara gamblang oleh Tere Liye.Membaca novelnya membuat kita mengerti akan hal-hal yang tidak perah terfikirkan, serta Tere Liye selalu membuat hal-hal kecil yang sering terlupakan menjadi sesuatu yang ada nilainya dan patut direnungi.

Kekurangan Novel Pulang Pada bab Amok, Amok itu sendiri tidak diselesaikan pada bab itu, namun diselesaikan pada bab selanjutnya yaitu Patung Naga Emas dengan alur flashback. Singkatnya, flashback dituliskan pada bab yang menurut

18


kritik sastra YANG TERTINDAS OLEH YANG BERINGAS

Tiang membenci tubuh tiang, Dayu. Andaikata tiang tidak memiliki tubuh, tentunya tentara-tentara Jepang itu tidak akan pernah menyeret tiang secara paksa...

S

ungguh mengerikan dilahirkan menjadi perempuan pada masa kolonial. Perempuan, baik anak-anak maupun dewasa, dipaksa menjadi budak seks lakilaki berkulit kuning langsat. Mereka ditelanjangi, diikat, dihirup, digigiti, ditusuk berkali-kali. Dihabisi di tempat tidur. Begitulah derita yang dirasakan oleh kaum perempuan dalam cerpen “Pesta Tubuh” karya Oka Rusmini. “Pesta Tubuh” terjadi pada sekitar tahun 1943-an yakni pada masa penjajahan Jepang. Pada waktu itu, banyak terjadi tindakan yang tidak manusiawi. Kaum laki-laki diperas tenaganya, sedang kaum perempuan dijadikan boneka pemuas nafsu. Oka mampu menghadirkan suasana mencekam pada masa kolonial dengan sangat baik.

atas dirinya, mereka menggugat dan bertanya mengapa dirinya diciptakan sebagai perempuan. Karena dengan keindahan perempuan yang mereka miliki, tidak membawa kebahagiaan, malah membawa kesengsaraan. Setiap malam mereka harus melayani laki-laki yang tergiur oleh kemolekan dan keindahan tubuh mereka. Hal ini bisa dilihat dalam kutipan berikut. Hyang Jagat! Hidup apa ini? Begitu menjijikankah tubuh perempuah? Sehingga untuk sebuah keindahan yang dicapkan di tubuhnya, seorang perempuan harus menanggung penyiksaan yang tak ada habisnya. Dengan apa harus kututupi tubuhku, Rimpig? Perempuan buta itu mengeluh sendiri. (Rusmini, 2001:56)

Oka begitu pandai membuat pembaca larut dalam ceritanya. Saya sendiri sebagai laki-laki seolah dibuat menjadi perempuan ketika membacanya. Seolah merasakan kesakitan dan kengerian yang dialami oleh para tokoh perempuan dalam cerita. Dari judulnya saja, sudah menimbulkan kesan yang mesum sekaligus ngeri. Betapa tidak? “Pesta Tubuh” merupakan kata-kata yang terkesan vulgar bagi telinga orang-orang timur.

Perempuan disamakan dengan binatang yang tidak memiliki perasaan, hati, ataupun keinginan lebih. Perempuan hanya dijadikan boneka pemuas nafsu saja. Pemuas nafsu yang tidak bisa melawan karena perempuan digambarkan begitu lemah dan tak beradaya. Bahkan, ketika perempuan sudah dianggap tidak bisa memenuhi hasrat seksual mereka, entah karena sudah tidak menarik ataupun karena mengidap penyakit seksual, maka perempuan itu dibunuh dan dibuang ke laut tanpa ada rasa kemanusiaan sedikitpun.

Lewat cerpennya ini, Oka seolah ingin menuntut keadilan kaum perempuan yang tertindas. Begitu seringnya tokoh-tokoh perempuan dalam cerita ini mengalami penyiksaan seksual

Perempuan mengalami pengasingan atas kualitasnya sebagai manusia. Perempuan tidak lagi memiliki kehormatan sebagai manusia dan tidak diperlakukan sebagai manusia. Oka

19

merepresentasikan tokoh perempuan sebagai tokoh yang lemah. Lewat cerpennya ini, Oka mengungkapkan sudut pandang perempuan sebagai kaum yang tersubordinasi. Para sastrawan perempuan memang begitu intens membahas tema seksualitas dalam karyanya ketimbang sastrawan laki-laki. Bahkan, mereka tidak segan-segan memasukkan kosa kata yang berasosiasi langsung dengan organ seksual yang selama ini dianggap tabu dan tidak sesuai dengan moralitas ketimuran. Begitupun de ngan Oka Rusmini. Memang Oka tidak frontal seperti Djenar dalam penyebutan organ seksual perempuan. Oka lebih memilih kata yang lebih etis dan sopan yang tidak terlalu melenceng dengan nilai dan moral yang secara konvensional berlaku di masyarakat, tetapi tetap merujuk pada bagian tersebut. Misalkan penyebutan kata “Dada”, “Atas Paha”, dan “Selangkangan”. Pilihan tema tubuh dan seksualitas ini memiliki argumentasi yang cukup logis. Tubuh dianggap sesuatu yang paling dekat dengan perempuan setelah seluruh bagian kehidupan menjadi milik laki-laki. Dengan tubuh, perempuan mengalami. Maka dari itu, lewat pengalaman kebertubuhan inilah, perempuan menyuarakan dirinya. Bahwa perempuan pun memiliki perasaan, memiliki hati, memiliki hak untuk hidup, dan memiliki hak untuk diperlakukan sebagai manusia, sebagai subjek bukan objek. (MAA)


puisi

Tiga Tahu Aku Tak Tahu

Kali ketiga Renyah belenggu ketidaktahuan Tumbuh masa dalam kepalsuan Suasana lalu yang baru terkuak waktu Kebohongan zaman berlaga tipu kelahiranku Masa teramat beril kekeruhan Puncak akhir tahanan kebebasan Berontak jatuh bangunkan pembaharu Menuju masa esok yang belum tentu Kali ketiga kelahiranku Seturu mayat bersuku berserakan Amis darah ragu dihirup penciuman Ke mana lagi usia jiwa mengalang Ideologi samping mengeras berperang Takkan pandang rupa berwujud Belia bangka tebaskan mau Sisakan batok luka berbacok Saksi raga hayat berkelompok Kali ketiga kelahiranku Anarkitis sosialis melaju dalam kebutaan Ekonomis kritis tindaskan kesatuan Bahtera cin(t)a berantai disirnakan Sisihkan sumpah diskriminasi kesatuan Dan satu, dua, tiga kelahirkanku Januh tahu yang lugu di zaman penipu : Buatku tak harus banyak tahu?!

Dalam keliru, 28-29 April 2015 Seno Adi Wiguna Sastra Indonesia 2014

20


NEGERI KELIWER Surti : Seorang artis Dia enek dan bobrok karena liat negeri yang anarkis Dia, dijerat karena menjual fisis Dituduh iblis oleh golongan ber-etis Gembar-gembor namanya dihina Caci maki silih berganti berkelana Dianggap bak seorang penjahat kelas kakap yang dipidana dan merana Sedang berdasi, yang kotor dan jelas dianggap koruptor Masih petantang-petenteng berjalan diatas karpet merah bak aktor Berlaga tak berdosa padahal destruktor “Lebih baik aku setubuhi saja koruptor dulu, biar nanti dijerat. Dari pada tunggu dia sudah Lepas dari birokrat� keluh surti Dzikry Maulana A Sastra Indonesia 2015

21


Negeri Sunyi Oleh : Tiara Rizkita Sastra Indonesia 2014

Ada ruang berdiri Dibangun coraknya karya anak negeri Tetapi, cakrawalanya mati Mungkin orasi-orasi yang pecah di medan lapang bergema pelan tanpa menusuk bayang Dengar-dengar Angin mulai diam Desirnya tak terasa Embunnya tak mengendap Rasanya aku masih memandang ini sebagai konstruksi batin manusia Berperang terus tanpa pernah mengelus Bercerai terus tanpa pernah berdamai sekaligus Nadi negeri ini mati Berdebat realita pagi hingga larut tanpa pernah bertemu solusi Bahkan kolusi Yang terusir dan pelakunya lari-lari Ah, kamu negeriku Dihembus dan berhembus Lalu luput tak terurus Ialah rasa iba yang mengaliri darah tubuh Juga duka yang membungkus marah Langit masih tetap tinggi Negeri ini masih diam tak bermelodi Ah, kamu negeriku Kamu butuh dibimbing lagi Dengan tangan siap berdarah dan dada dedikasi Tidak harus segagah kemeja dan dasi para pencuri berhati rapuh Hanya seikhlas pejuang yang sanggup tegak sampai lumpuh

22


23


24


25


26


opini Kekeringan di Al-Mushlih

A

ir. Ketika kita mendengar kata air, yang tertanam di pikiran kita mungkin benda cair dan yang paling penting adalah itu merupakan sumber kehidupan makhluk hidup. Setiap sendi kita sangat membutuhkan air. Jika kita tidak minum, kita bisa dehidrasi bahkan sampai meninggal. Begitulah air, tidak bisa dijauhkan dari makhluk hidup. Selain untuk bertahan hidup, air juga digunakan untuk membersihkan sesuatu. Ya, kita butuh mandi supaya badan kita segar dan tidak bau. Baju kita perlu dicuci supaya tidak kotor dan bau. Begitu juga dalam islam kita diwajibkan untuk berwudhu sebelum menunaikan sholat. Bagaimana jadinya kalau air itu tidak ada terutama untuk wudhu? Seperti yang kita ketahui, setiap sore, air di mushola Al-Mushlih pasti tidak mengalir. Al-Mushlih, semua mahasiswa FIB

27

pasti tahu tempat ini. Al-Mushlih adalah nama bangunan yang selalu dipenuhi oleh mahasiswa FIB pada saat saat tertentu, misalnya jam istirahat siang dan jam pulang sore. AlMushlih adalah nama masjid kita tercinta, masjid Fakultas Ilmu Budaya. Bangunan yang terletak di perbatasan antara FIB dengan FKEP dan perlin tasan antara gedung C dan PSBJ ini merupakan tempat umat islam di FIB melaksanakan kewajibannya. Bahkan Al-Mushlih sekarang terdiri dari dua bangunan, satu mushola khusus untuk jamaah laki-laki dan satu mush0la untuk jamaah perempuan. Kini AlMushlih juga memiliki satu tambahan bangunan baru yaitu tempat wudhu dan toilet. Dengan tambahan bangunan baru berupa tempat wudhu ini sejatinya ingin memudahkan jamaah masjid untuk melaksanakan kewajibannya

dalam menunaikan sholat. Sebelum adanya tempat wudhu baru ini, jamaah laki-laki harus mengambil air wudhu di mushola jamaah perempuan ataupun mushola FKEP. Namun kenyataannya kurang sesuai dengan yang diharapkan. Tempat wudhu baru ini seringkali airnya tidak mengalir pada saat jamaah ingin melaksanakan sholat ashar. Pada akhirnya jamaah lagi-lagi harus mengambil air wudhu di mushola FKEP, bahkan sekaligus menunaikan sholatnya di mushola FKEP, akibatnya mushola kita, Al-Mushlih, setiap sore menjadi sepi dari jamaah karena berhentinya pengaliran air. Berikut adalah jawaban dari Ridwan Kamal selaku ketua DKM Al-Mushlih mengenai masalah “kekeringan� di Al-Mushlih, “Masalah air ini sebenarnya sudah menjadi masalah klasik tiap tahun yang dialami Mushola Al-Mushlih.


Pokok permasalahannya adalah regulasi yang mengatur bahwa jam 16.00 ke atas air sudah dimatikan. Selain itu FIB belum mempunyai sumur dan pompa air sendiri. Sehingga Al-Muslih belum bisa mengendalikan air untuk mushola FIB secara mandiri. Disamping itu, kurangnya penampung air juga menjadi salah satu kendala. FIB hanya memiliki dua penampung air untuk laki-laki dan perempuan, sedangkan rasio jama’ah di Al-Muslih sendiri mencapai 50-70 orang untuk sholat dhuhur. Belum ditambah dengan jamaah sholat ashar.

sehingga mubadzir. Saya sangat menghargai mahasiswa yang saat melihat air di penampung tumpah langsung mematikan aliran air. Sementara itu dikesempatan lain, Dr. Hasbini selaku pembina Al-Mushlih menjelaskan bahwa ini adalah sesuatu yang sangat urgent, beliau menjawab dengan tegas, “Masalah ini harus segera diatasi! Ini kepentingan umat, saya akan usahakan bantu solusi dengan menghubungi dekanat secepatnya.”(MY)

“Al-Mushlih sendiri sudah mengajukan dana ke dekan kurang lebih tiga juta untuk pembelian pompa air baru. Tapi, belum disetujui, jadi dana belum turun juga. Al-Mushlih juga sudah mencanangkan setidaknya kalau bukan pompa air, penampung air yang ditambahkan. “Sebenarnya saya merasa sedikit tidak nyaman dengan keadaan seperti ini. Karena tidak ada air di FIB akhirnya kita sholat di mushola tetangga, saya menghimbau kepada jamaah AlMuslih agar tetap menunaikan sholat di mushola FIB. Terutama yang saya tekankan disini adalah pengurus AlMuslih. Bolehlah kita mengambil air wudhu di Mushola tetangga tetapi marilah kita tetap makmurkan mu shola FIB ddengan cara menggunakannya sebagai tempat sholat.

“Pokok permasalahannya adalah regulasi yang mengatur bahwa jam 16.00 ke atas air sudah dimatikan. Selain itu FIB belum mempunyai sumur dan pompa air sendiri.” (Ridwan Kamal)

Kami selaku dewan kemakmuran masjid sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah air ini, seperti yang sudah saya jelaskan di atas, sebenarnya kami sudah mengajukan proposal permintaan dana untuk pembelian pompa air. Kalaupun kami tidak bisa membeli air maka kami akan mencoba me- ngatasi masalah kekurangan air ini dengan memperbanyak penampung air. kurangnya penampung air ini juga menyebabkan air tumpah saat penuh

28


folklor

Dok. psbj

MISTERI PSBJ

M

ahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran pasti sudah tidak asing dengan Gedung Pusat Studi Bahasa Jepang atau yang kerap kali disebut PSBJ. Gedung perkuliahan mahasiswa jurusan Sastra Jepang yang didirikan pada pertengahan tahun 1987 ini dibangun di atas areal tanah seluas 3.415 meter persegi yang merupakan hibah dari pemerintah Jepang kepada Universitas Padjadjaran sebagai perguruan tinggi pertama di Indonesia yang menyelenggarakan program studi bahasa Jepang. PSBJ sendiri memiliki beberapa bagian ruangan, terdiri dari Genkan, Jimoushi (kantor dosen), Koudou (aula PSBJ), Kyoushitsu (ruang kelas), Shokudou (kantin), Toshokan (perpustakaan), Washitsu, Otearai (toilet), dan D.O no Kusa (rumput D.O). Bangunan PSBJ memiliki gaya khas visual dari design bangunannya yang

29

kental dengan nuansa Jepang. Salah satu bagian ruangan yang unik dari PSBJ adalah Koudou (čŹ›ĺ ‚) yang artinya auditorium atau gedung serba guna. Keunikan yang tampak dari ruangan ini adalah design interiornya yang berciri khas ala Jepang berbentuk menyerupai kubus dengan atap limas persegi. Tidak terlalu banyak ornamen, namun memberikan kesan bangunan Jepang yang cukup kuat. Gedung ini kerap kali digunakan untuk acara seminar, rapat, simposium, pekan kebudayaan, dan lainlain dalam skala jurusan, fakultas, maupun universitas. Dengan fasilitas lighting yang tersedia aula ini juga memungkinkan untuk pementasan drama teater. Selain memiliki keunikan dan keutamaan fungsi, Aula PSBJ menyimpan banyak serangkaian cerita mistis. Salah satunya yang pernah dialami

oleh mahasiswa Sastra Jerman, yaitu Muhammad Ridwan. Ia bercerita bahwa ketika menjadi koodinator divisi Logistik pada acara Theatron (teater), ia sempat mengalami kejadian aneh. Sewaktu ia dan rekan-rekannya membereskan perlengkapan logistik, Mang Nana yang merupakan penjaga aula PSBJ menyerahkan kunci aula kepadanya, lalu Mang Nana pulang. Namun, ketika pukul 01.00 dini hari salah satu rekannya mengeluh bahwa Mang Nana datang menghampirinya dan menyuruhnya untuk pulang dengan alasan sudah terlalu malam dan jangan membuat keributan. Keesokan harinya, Ridwan mengkonfirmasi kepada Mang Nana me-ngapa beliau menyuruh rekannya untuk pulang. Jawaban Mang Nana sangat mengejutkan, beliau tidak kembali ke aula PSBJ setelah menyerahkan kunci kepada Ridwan pada pukul 21.00. Mang Nana selaku penjaga aula PSBJ


juga menyatakan bahwa hal-hal aneh memang sering terjadi di aula PSBJ terutama ketika lewat tengah malam. Selain aula PSBJ, bagian lain dari PSBJ yang cukup menyingkap misteri adalah Washitsu (和室). Washitsu adalah ruangan yang paling unik dari bagian PSBJ yang lain. Washitsu ini terdiri dari dua ruangan lengkap dengan interior serba 'Jepang’ sepe rti Tatami (畳), To (戸), dan sebagainya. Ruangan unik, eksklusif, dan sangat kental dengan nuansa Jepang ini juga memiliki kesan misterius di dalamnya. Salah satu cerita misteri yang cukup dikenal dari Washitsu ini adalah cerita pada tahun 2007, ketika salah satu mahasiswa Sastra Jepang bersama rekannya mengikuti Jurit. Ia dan rekannya hanya berbekal sebuah lilin dan saat itu sangat minim pencahayaan. Ketika mereka melewati Washitsu, ia melihat sebuah bayangan hitam yang besar seperti orang yang sedang telungkup. Awalnya tidak ada perasaan aneh dibenaknya, bahkan ia menganggap bahwa itu adalah orang. Sementara temannya berjalan lurus, ia lewat

dengan mengucapkan permisi. Keesokan harinya, temannya bertanya kepadanya apakah ia melihat bayangan hitam tersebut. Dengan perasaan gugup ia pun menjawab, ya. Temannya pun menjelaskan bahwa bayangan hitam seperti orang yang sedang telungkup itu memang adalah salah satu penghuni dari PSBJ. Temannya juga berujar bahwa tidak mungkin di malam hari dengan pencahayaan yang sangat minim menghasilkan bayangan yang cukup besar. Temannya juga berpesan jika berada dalam keadaan seperti itu lagi sebaiknya diam saja dan jalan terus, karena umumnya makhluk ghaib akan mengganggu kita apabila kita terus mempedulikannya. Dari beberapa cerita menyeramkan yang pernah dialami oleh mahasiswa, mereka tidak pernah takut untuk menyelenggarakan acara di sekitar lingkup PSBJ. Justru hal yang mereka takuti adalah D.O no Kusa atau rumput DO. Entah bagaimana asal-usulnya sehingga rerumputan ini dinamai dengan nama rumput DO, sebidang

tanah ini memang tidak boleh diinjak oleh siapapun dengan mitos siapapun yang menginjak rumput ini akan di DO. Walaupun sebenarnya belum pernah ada yang di DO hanya karena menginjak rumput ini, namun seluruh mahasiswa FIB berusaha untuk tidak menginjaknya. Dibandingkan dengan bagian lain dari PSBJ yang memiliki penunggu dari alam lain yang melarang mereka untuk tidak membuat keributan di tempat itu, nyatanya rumput DO lebih ditakuti. Mahasiswa paham benar bahwa DO memang lebih mengancam hidup mereka dibandingkan gangguan dari makhluk ghaib lainnya. Meskipun begitu, setiap bagian dari PSBJ merupakan tempat favorit bagi mahasiswa FIB Unpad, seperti genkan, shoukudo, dan sebagainya untuk berkumpul, menunggu pergantian mata kuliah, beristirahat, atau hanya sekadar duduk menikmati hotspot gratis yang disediakan oleh pihak kampus. Bagaimana denganmu? Pernah mengalami kejadian misterius di sekitar PSBJ? (FW)

30


sorot

Dok. Jatinangor

JATINANGOR ATAU JATI-DANGER?

J

atinangor, salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang ini sudah dikenal sebagai kawasan pendidikan. Jatinangor merupakan basis dari 4 Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Keempat Perguruan Tinggi Negeri tersebut antara lain, Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Sebagai kawasan pendidikan, Jatinangor merupakan kota yang dipadati oleh mahasiswa pendatang. Bukan hanya mahasiswa, Jatinangor turut menarik perhatian pendatang yang ingin mengadu nasib di kota kecil tersebut. Sayangnya, pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan pertumbu-

31

han lapangan pekerjaan, sehingga terjadi kesenjangan sosial antara penduduk lokal dengan penduduk pendatang. Akhir-akhir ini, penduduk yang tinggal di Jatinangor dituntut untuk selalu waspada karena maraknya tindak kriminal yang terjadi di kota kecil ini. Tindak kriminal tersebut beragam, mulai dari pencurian motor (curanmor), pencurian dengan kekerasan, sampai pencurian dengan modus hipnotis. Hal tersebut membuat banyak orang akhirnya mempelesetkan nama Jatinangor menjadi Jati-danger yang artinya Jatinangor Bahaya. Menurut Gatot Zudianto, Bamin Reskrim Polsek Jatinangor, tindak kriminal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk yang sebagian besar adalah pendatang (mahasiswa) dari

latar belakang yang berbeda-beda sehingga menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial itulah yang memicu pelaku untuk melakukan tindak kriminal. “Masyarakat juga lalai. Misalnya pada (kasus) curanmor, mereka seenaknya menyimpan motor di luar. Kalau ada yang ngasih tahu, mereka cuek karena itu motor mereka sendiri. Tapi kalau sudah hilang kan, ke polisi juga,� papar Gatot saat ditanya alasan lain di balik maraknya tindak kriminal di Jatinangor. Dari puluhan kasus tindak kriminal yang dilaporkan ke Polsek Jatinangor, pada (4/1) ada 18 tersangka yang telah diserahkan ke Kejaksaan untuk diadili. Untuk menyikapi ramainya kasus kriminal di Jatinangor ini, Polsek Jatinangor melakukan tiga


tindakan utama, yaitu Babimkamtibnas, Patroli Sabara, dan penindakan terhadap pelaku kriminal. Babimkamtibnas adalah singkatan dari Bintara Pembinaan dan Keamanan Ketertiban Masyarakat. Tindakan ini adalah pendekatan yang dilakukan pihak polisi kepada masyarakat, biasanya ke ketua RT setempat untuk mencegah timbulnya tindak kriminal. Patroli Sabara adalah patroli rutin yang diadakan dua kali dalam sehari, yaitu pada siang dan malam hari. Nyatanya, tiga upaya tersebut tidak membuat pelaku kejahatan mengurungkan niatnya untuk melakukan tindakan kriminal. Kejahatan kerap saja terjadi, terutama kepada mahasiswa yang terlihat jalan sendirian di malam hari. Oleh karena itu, kita tidak bisa bergantung dari polisi saja. Kita juga harus selalu waspada dan berusaha untuk menjaga diri sendiri. Cerita Korban Ramanedia Rezky, atau biasa disapa Ezy, merupakan salah seorang maha-

siswa yang menjadi korban tindakan kriminal di Jatinangor. Mahasiswi jurusan Sastra Indonesia 2013 ini hampir menjadi korban penjambretan oleh orang tak dikenal saat pulang dari kosan temannya. Pada Rabu, (8/12) sekitar pukul 22.15 Ezy pulang dari kosan temannya di daerah Sayang menuju ke Sukawening melewati gang kecil tembusan Ciseke. Gang tersebut merupakan jalan pintas yang biasa dilalui mahasiswa dari daerah Sayang menuju kampus Unpad atau sebaliknya. Di tengah perjalanan, ia berpapasan dengan seorang pria yang mencurigakan. “Dia aneh, dia pakai jaket hoodie warna abu-abu dan masker hitam yang disilangkan. Aku sudah curiga soalnya malam-malam dia pakai masker aneh. Pas sudah dekat, dia mengeluarkan pisau dari tangannya, kemudian dia mengarahkannya ke pundak aku. Tapi, karena refleks aku cepat, aku langsung nangkep tangannya, terus dia bilang jangan berisik. Aku langsung teriak sekencang-ken-

cangnya, sampai akhinya dia kabur ke gang kecil,� papar Ezy saat ditanya ciri-ciri pelaku dan kronolgis kejadian saat itu. Akibat perlawanan yang ia berikan, Ezy mengalami luka pada tangannya dan harus mendapatkan 4 jahitan. Ia mengaku sebisa mungkin akan menghindari pulang malam sendirian. Demi keamanan, kesampingkanlah rasa sungkan atau tidak enak ke teman. Selama masih bisa ditemani, jangan pernah keluar malam sendirian. “Kita sebagai mahasiswa harusnya bisa lebih awas atau waspada terhadap keadaan. Karena kita sudah tahu Jatinangor adalah wilayah yang tidak aman, lebih baik kita membawa senjata atau apapun untuk proteksi diri,� ujar Ezy saat ditanya soal tips menghindari tindak kejahatan. (UL)

32


Tips Menghindari Kejahatan Mengingat Jatinangor sudah semakin rawan dengan kejahatan, kita sebagai warga Jatinangor harus bisa waspada. Kita tidak bisa hanya mengandalkan polisi. Meskipun polisi sudah melakukan berbagai tindakan pengamanan untuk menekan tindak kriminal, kita juga harus bisa menjaga diri sendiri. Berikut tujuh tindakan preventif yang dapat kita lakukan untuk menghindari tindak kriminal. 1. Hindari Pulang Malam atau Keluar Malam Sendirian Menjadi seorang mahasiswa dengan segudang aktivitas kadang membuat kita sering melakukan kegiatan sampai larut malam. Jika harus pulang larut malam, usahakan untuk tidak pulang sendiri. Jika tidak ada yang bisa menemani atau mengantar pulang, lebih baik Anda menginap di kosan teman dari pada memaksakan untuk pulang sendiri. 2. Hindari Jalan-Jalan Sempit dan Sepi Seperti yang kita tahu, di Jatinangor terdapat banyak jalan alternatif untuk mempersingkat rute perjalanan dari kosan ke kampus. Jalan-jalan alternatif ini biasanya berupa gang-gang sempit yang minim penerangan. Jalan-jalan ini yang sebaiknya dihindari karena di jalan-jalan tersebut, penjahat akan sangat mudah melakukan tindak kriminal seperti penjambretan. Lebih baik pilih jalan-jalan besar yang terang dan ramai dilalui orang. Meskipun rutenya lebih jauh, namun jalan ini lebih aman untuk dilalui. 3. Simpan Nomor-Nomor Telepon Penting Tahukah kamu nomor-nomor telepon penting seperti nomor telepon Polsek terdekat atau nomor telepon rumah sakit di sekitarmu? Jika belum, segera simpan nomor-nomor telepon penting tersebut. Mungkin menyimpan nomor-nomor telepon ini belum kamu rasakan manfaatnya sekarang, namun tidak menutup kemungkinan kamu akan membutuhkannya di kemudian hari. 4. Membawa Senjata untuk Proteksi Diri Tindak kriminal bisa menimpa siapa saja dan di mana saja. Untuk itu, kita harus siap menghadapi

33

kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi. Bawalah senjata seperti pisau lipat, alat kejut, atau semprotan merica untuk proteksi diri. Dengan membawa alat-alat tersebut, setidaknya kamu bisa memberikan perlawanan atau bahkan melumpuhkan pelaku tindak kriminal. 5. Mempelajari Teknik Bela Diri Sederhana Saat ini, mengakses informasi begitu cepat dan mudah. Manfaatkanlah fasilitas tersebut untuk belajar teknik bela diri sederhana, sehingga saat berada di situasi terancam kita tahu apa yang harus dilakukan. Dengan begitu, kita bisa lebih siap untuk menghadapi tindak kejahatan. 6. Bersikap Cuek dengan Orang yang Tidak Dikenal Hindari berbicara dengan orang yang tidak dikenal. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tindak kriminal seperti hipnotis yang biasanya menggunakan modus bertanya atau meminta bantuan kepada korbannya. Jika ada orang yang meminta bantuan saat Anda sendirian, sebaiknya acuhkan saja karena saat Anda sendirian, pertahanan diri Anda lemah dan mudah untuk dipengaruhi. 7. Jadilah Polisi Untuk Diri Sendiri Hal terpenting agar terhindar dari tindak kriminal adalah jadilah polisi untuk diri sendiri. Maksudnya, kita harus selalu waspada, awas, dan tanggap. Jangan mengandalkan orang lain untuk keselamatan diri sendiri. Kita harus tahu apa saja hal-hal yang harus dihindari dan dipersiapkan agar terhindar dari tindak kriminal. Maraknya tindak kejahatan yang terjadi di Jatinangor memang belum sepenuhnya bisa teratasi. Namun, bukan berarti kita tidak bisa menghindari tindak kejahatan tersebut. Tidak usah buru-buru menyalahkan satu pihak atau pihak lainnya. Jangan pula merasa takut yang berlebihan. Kejahatan bisa terjadi di mana pun, bukan di Jatinangor saja. Oleh karena itu, yang harus dipersiapkan adalah mental diri kita sendiri, sehingga di mana pun kita berada, tindak kejahatan apapun dapat selalu dihindari. (UL)


Acara

Hari-Hari Sastra Reunian 2016

A

da yang menggetarkan Fakultas Ilmu Budaya Unpad pada 6 Februari kemarin. Sebuah acara yang telah mempertemukan banyak teman lama yang sudah puluhan tahun tidak berjumpa akhir-nya digelar. Senyum, tawa, canda, dan pelukan hangat tentu menjadi pemandangan indah yang dapat kita jumpai saat itu. Hari-Hari Sastra Reunian 2016 merupakan sebuah acara Reuni Akbar Sastra Unpad yang dilaksanakan pada 6 Februari 2016 di kampus Sastra (FIB) Unpad Jatinangor. Acara Reuni Akbar ini diikuti oleh alumni Sastra Unpad mulai dari angkatan 60-an sampai angkatan 2000-an. Ada banyak acara dan persembahan yang dilakukan pada Reuni Akbar Sastra ini, mulai dari hiburan, pemilu raya, dan pameran.

Pada 6 Februari lalu, Fakultas Sastra atau Fakultas Ilmu Budaya Unpad dibagi menjadi beberapa kawasan untuk berbagai kegiatan di acara HariHari Sastra Reunian. Pemilu Raya, Museum Hidup, Band Kaget, dan Kids Corner merupakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam Reuni Akbar Sastra kemarin. Pemilu Raya dan tempat registrasi berada di depan Gedung B, Museum Hidup bertempat di Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ), Band Kaget bertempat di depan Gedung A, dan Kids Corner bertempat di Gedung C. Selain itu, ada juga pembacaan puisi dari beberapa penyair sastra yang dilakukan di sekitar area PSBJ.

adanya bintang tamu dan berbagai hiburan yang disajikan, maka pada acara reuni kemarin telah hadir banyak bintang yang berhasil menghibur warga sastra, seperti Joe P Pro ject, Oni, Sastra All Stars, dan bintangbintang sastra lain yang membuat acara reuni semakin meriah. Selain itu, pada Reuni Akbar Sastra kemarin, kita juga dihibur oleh berbagai penampilan, yaitu dari KM 21.5, Muplavoix, Miss Morning, Keripik Ubi, Diminished, Queen Bee, Teater Djati, Kembang Kehidupan, Sky Line, Mukti-Mukti, dan Deugalih N Folks. Hadirnya grup-grup musik dari alumni sastra tersebut tak hanya menghibur tetapi membuat para alumni bernostalgia ke masa lalu.

Sebuah acara tidak lengkap tanpa

Ada banyak acara menarik pada Reuni

34


Akbar Sastra 2016 ini, mulai dari Museum Hidup, Pemilu Raya, dan juga Soft Launching CDC. Museum Hidup yang bertempat di PSBJ merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh para peserta reuni kali ini. Dalam Museum Hidup ini terdapat berbagai foto-foto kenangan masa lalu dari berbagai angkatan yang ada di Fakultas Sastra, mulai dari foto-foto saat Fakultas Sastra masih bertempat di Dipati Ukur sampai saat sudah pindah ke Jatinangor.

kan sebuatan untuk mahasiswa sastra yang kampusnya di Dipati Ukur, dan anak gunung adalah sebutan untuk mahasiswa sastra yang kampusnya di Jatinangor. Berbagai foto dan tulisantulisan pada foto tersebut telah membawa kenangan tersendiri bagi setiap orang yang melihatnya.

Selain di Museum Hidup, foto-foto kenangan juga tersebar di seluruh area Fakultas Sastra dan disimpan tepat di mana foto itu diambil, misalnya apabila foto itu diambil di depan tangga gedung B, maka pada acara reuni foto itu juga dipajang tepat di depan tangga gedung B.

Selain foto, di dalam Museum Hidup ini juga dipamerkan berbagai baju atau jaket seragam mahasiswa dulu, ada pula Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) tempo dulu, dan beberapa buku mata kuliah atau buku catatan mahasiswa zaman dulu. Dengan adanya Museum Hidup ini, Penanggung Jawab Museum Hidup mengharapkan museum ini bisa membangkitkan kembali kenangan masa lalu saat alumni masih berkuliah di Fakultas Sastra.

Ada sebutan menarik pada anak-anak mahasiswa sastra zaman dulu, yaitu adanya sebutan “anak pantai” dan “anak gunung”. Anak pantai merupa-

“Khusus untuk acara reuni ini dengan tema kembali satu, mudah-mudahan dari sejak sastra berdiri hingga sekarang menjadi Ilmu Budaya, sudah

35

beberapa angkatan, ketika mereka datang ke sini, mereka bener-bener kembali ke kampus dan menemukan saudara-saudaranya sendiri. Pada acara reuni ini semoga bisa membangun kenangan yang sama, walaupun beda periode dan beda generasi.” Satu acara lagi yang tak kalah penting pada Reuni Akbar Sastra 2016 adalah Pemilu Raya. Pemilu ini dilaksanakan untuk memiih ketua IKA Sadaya yang baru. Saat sekelompok orang yang awalnya berada dalam ruang lingkup yang sama, namun kemudian harus berpisah tentu butuh suatu wadah agar mereka tetap berada dalam sebuah ikatan yang sama. IKA Sadaya Unpad atau Ikatan Alumni Sastra dan Budaya Universitas Padjadjaran merupakan sebuah lembaga yang mewadahi setiap alumni dari Fakultas Sastra atau Ilmu Budaya Unpad. Sabtu, 6 Februari 2016 pada acara Reuni Akbar Sastra telah diadakan pemilihan umum untuk memilih


ketua IKA Sadaya Unpad. Dua orang alumni telah dicalonkan sebagai ketua IKA Sadaya, yaitu Ardhi Lutfi Siregar (Ardhi) dan Iwan Gunawan (Igun). Iwan Gunawan adalah alumni Sastra Indonesia yang sekarang aktif sebagai pengurus Kadin Jabar, dan Ardhi Lutfi Siregar adalah alumni Sastra Rusia yang sekarang aktif sebagai Chief HRO PRT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia. Pemilu raya yang dilaksanakan kemarin menggunakan teknik voting untuk menenentukan pemenangnya. Setelah dilakukan voting dari pagi hingga menjelang sore, diperoleh hasil pemungutan suara yang dimenangkan oleh Ardhi Lutfi Siregar dengan perolehan hasil lebih dari enam ratus suara. Ardhi mengungguli kandidat nomor dua, Iwan Gunawan, yang memeroleh sekitar empat ratus suara. Ardhi Lutfi Siregar sebagai ketua IKA Sadaya yang baru adalah alumni Fakultas Sastra Unpad yang berasal jurusan Sastra Rusia angkatan 1994. “Saya tidak bisa melakukan ini tanpa bantuan kang Iwan Gunawan dan temen-temen semua. Mudah-mudahan ini bisa menjadi tonggak sejarah IKA Sadaya yang baru ke depan dan nanti reuni akbar sastra selanjutnya harus lebih baik dari yang ini�, begitu kiranya komentar Ardhi saat menyampaikan sambutan sebagai ketua IKA Sadaya terpilih. Selain pemilihan Ketua IKA Sadaya, pada Reuni Akbar juga dilaksanakan Soft Launching Carier Development Center (CDC), di mana dilakukan pendataan mengenai pekerjaan yang ditekuni oleh para alumni Sastra Budaya Unpad. Carier Development Center diperoleh melalui pendataan yang diisi oleh para alumni agar dapat terlihat bagaimana perkembangan pekerjaan yang dilakoni oleh para lulusan Sastra Budaya Unpad.

Data CDC ini juga merupakan kerja sama antara pihak fakultas dengan ikatan alumni untuk memperoleh sebuah gambaran ranah pekerjaan apa saja yang dilakoni oleh lulusan Fakultas Sastra atau yang sekarang berubah menjadi Ilmu Budaya. Carier Development Center merupakan kontribusi para alumni yang sudah berhasil dan sukses pada almamaternya, yang juga sangat bermanfaat bagi mahasiswa aktif atau mahasiswa yang baru lulus untuk mendapat gambaran bagaimana pekerjaan yang akan dilakoninya setelah lulus dari Fakultas Sastra atau Ilmu Budaya nantinya. Sebuah acara yang telah mempertemukan banyak jiwa yang sudah puluhan tahun tidak berjumpa, tentu akan menimbulkan banyak tawa canda maupun tangis haru. Berbagai senyuman, jabatan tangan, dan pelukan hangat akan menghiasi sebuah acara reuni yang berhasil membuat ratusan orang berjumpa pada waktu dan tempat yang sama. Hari-Hari Sastra Reunian 2016 telah banyak menorehkan cerita baru dan membangkitkan kenangan lama pada setiap alumni yang telah menyimpan rindu. Berbagai acara dan kegiatan pada reuni akbar ini juga sangat meriah dan terencana dengan baik. Semoga acara reuni tahun ini bisa menjadi gambaran untuk Reuni Akbar Sastra selanjutnya sehingga bisa lebih baik lagi. (SS)

36


Komunitas

Sumber foto: Komunitas Lorong

Komunitas Lorong : Kritisi Isu Dengan Sastra

K

ampus bukan hanya menjadi tempat mahasiswa untuk memenuhi kewajibannya dalam menuntut ilmu. Kampus juga menjadi tempat untuk bersosialisasi, berorganisasi, berkreasi, dan berdiskusi. Berawal dari diskusi atau obrolan ringan, tak jarang mahasiswa dengan kegemaran yang sama akhirnya membuat sebuah komunitas. Mahasiswa dengan kegemaran dan hobi yang berbeda membuat komunitas-komunitas yang lahir di kampus menjadi beragam. Di Fakultas Ilmu Budaya, Unpad, banyak komunitas yang aktif mengembangkan kreativitasnya. Komunitaskomunitas tersebut memiliki latar belakang yang berbeda, mulai dari film, musik, fotografi, sastra, dan sebagainya. Salah satu komunitas yang ada di FIB Unpad adalah Komunitas

37

Lorong. Berawal dari keprihatinan akan hilangnya esensi “sastra� di fakultas yang isinya mahasiswa sastra, Fuady (Ilmu Sejarah 2013), Sulton (Ilmu Sejarah 2013), dan Fajar (Sastra Sunda 2014) membentuk sebuah komunitas yang rajin mengadakan diskusi dari sebuah isu yang dikaitkan dengan sastra. Nama komunitas ini adalah Komunitas Lorong. Nama Lorong diambil dari tempat komunitas ini berkumpul, yaitu di Lorong belakang Kantin PSBJ atau Shukudo. Selain itu, nama Lorong juga memiliki filosofinya sendiri. “Lorong itu kan gelap, kita kan nggak tahu di dalamnya ada apa. Bisa saja di dalamnya ada rintangan. Di ujung lorong itu ada cahaya, nah bagaimana caranya kita bisa melewati semua rintangan untuk sampai ke titik cahaya itu,� papar Fuad saat ditanya arti dari nama Lorong.

Komunitas yang berdiri sejak 5 Oktober 2015 ini beranggotakan 32 orang yang rutin berkumpul dan berdiskusi di lorong sekitar Shukudo. Topiktopik yang dibahas oleh komunitas ini lebih ke asas manusia, sastra, dan budaya. Komunitas Lorong menjadikan sastra sebagai senjata untuk mengkritisi suatu permasalahan atau isu. Misalnya, Komunitas Lorong mengkritisi isu HAM dengan mengkaji puisi W.S. Rendra yang berjudul Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta. Komunitas ini memiliki ritual unik sebelum memulai diskusi. Sebelum diskusi dimulai, salah satu anggota akan membacakan sebuah puisi. Setelah puisi dibacakan, barulah diskusi dimulai. Dalam diskusi, anggota bebas menggunakan teori apa saja. Keragaman latar belakang masingmasing anggota Komunitas Lorong


memengaruhi teori atau aliran yang dianut. Mulai dari marxisme, fasisme, keagamaan, dan teori lainnya dipakai dalam forum diskusi Komunitas Lorong. Meskipun baru, Komunitas Lorong yang tergabung dalam Aliansi Satu Nama sudah membuat acara pada peringatan Hari HAM Sedunia. Bekerja sama dengan Fikom dan Fisip, Komunitas Lorong membuat acara diskusi film Jembatan Bacem. Film dokumenter ini merekam tragedi 1965 di Solo. Acara diskusi film ini sukses digelar pada 10 Desember 2015 lalu.

Komunitas-komunitas kampus yang terkadang luput dari penglihatan kita ini ternyata bukan sekadar kumpulan mahasiswa yang berkumpul dan berbincang tentang hobi yang sama. Komunitas-komunitas kampus tersebut memiliki tujuannya masing-masing. Komunitas Lorong misalnya, mereka hadir untuk menghidupkan kembali sastra di Fakultas Ilmu Budaya. Jangan sampai fakultas yang harusnya menjadi rumah bagi sastra justru tidak ada suasana sastranya. Mari, sama-sama kita bangun kembali semangat sastra di Fakultas Ilmu Budaya. (ULH)

38


feature

Antara Quotes dan Sastra

M

ungkin Anda sudah tidak asing dengan format petikan pada gambar di atas. Ya, gambar di atas adalah salah satu pepatah atau penggalan puisi yang saat ini lebih populer disebut dengan “quotes”. Kata “quotes” mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita, terutama para netizen atau pengguna media sosial. Quotes sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti “kutipan” yang biasanya diambil dari percakapan dalam buku, film, musik, dan sebagainya. Dikutip dari BrainQuotes.com, quotes pada umumnya dibagi menjadi dua berdasarkan kepopulerannya. Kepopuleran berdasarkan tema dan penulis. Kepopuleran berdasarkan tema dibagi menjadi 8, yaitu: motivasi, inspirasi, kehidupan, cinta, pemikiran positif,

39

jenaka, persahabatan, dan kesuksesan. Kedelapan topik ini adalah topik yang paling dicari oleh penikmat sastra di dunia maya. Sementara penulis yang masuk ke dalam kelompok quotes kepopuleran oleh penulis adalah Albert Einstein, Marthin Luther King Jr., William Shakespeare, Abraham Lincoln, Mark Twain, Confucious, Sidharta Gautama, dan Mahatma Gandhi. Kedelapan tokoh ini merupakan tokoh yang dianggap paling bijak dan memiliki pemikiran terbuka yang dianggap sejalan dengan pemikiran banyak orang lainnya menurut para netizen dilihat dari seringnya nama dari tokohtokoh itu muncul. Quotes bangkit di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat dan membawa eksistensinya muncul di permukaan, terutama di dunia maya.

Sebagian besar mereka yang menulis, membaca, dan menyukai quotes adalah mereka yang berkecimpung di dunia maya. Tapi tahukah Anda bahwa quotes sendiri ternyata adalah bagian dari sastra yang secara sadar maupun tidak sadar digunakan pada zaman sekarang untuk memenuhi kepuasan batin seseorang? Dan apakah Anda sadar bahwa Anda adalah bagian dari penikmat sastra hanya karena menyukai membaca dan menulis quotes. Quotes memberikan energi kepada para penikmatnya untuk berpikir secara kritis dalam menjalani hidup, mengingat quotes menginterpretasikan perasaan manusia yang jarang kadang tidak bisa diungkapkan secara lisan. Quotes juga secara tidak langsung memberikan pedoman, pengarahan, bahkan humor kepada penik-


matnya bahwa kehidupan memiliki sisi lain. Selain itu, kemasan quotes yang menarik dalam bentuk gambar juga menjadi penyebab mengapa saat ini quotes digemari oleh netizen. Mereka menulis, membaca, dan mengunggah quotes buat sendiri maupun tokoh terkenal secara tidak langsung menunjukkan bahwa mereka adalah penikmat sastra di era modern saat ini. Eksistensi quotes saat ini tidak dapat dipungkiri juga mengangkat eksistensi sastra. Mengingat quotes sendiri adalah bagian dari sastra yang mungkin tidak disadari oleh para penulisnya, pembaca, dan penikmat quotes. Hal ini dibuktikan dari beberapa pengertian sastra yang mengatakan bahwa sastra adalah seni berbahasa. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran (pandangan, ide, perasaan, pemikiran) dalam bahasa. Sastra adalah inspirasi kehidupan yanag dimaterikan dalam sebuah bentuk keindahan. Sas-

tra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Dari beberapa pengertian mengenai sastra tersebut sudah sangat jelas bahwa quotes dan sastra memiliki kaitan yang sangat erat dan quotes adalah bagian dari sastra karena keduanya memiliki nilai estetika dalam penginterpretasian dari batin manusia melalui tulisan.

di setiap zaman dan tidak akan pernah mati. Penikmat sastra tidak akan pernah mengalami penurunan karena pada hakikatnya manusia adalah ciptaan Tuhan YME yang memiliki rasa, cipta, daya, dan karsa yang akan selalu berpikir, menciptakan ide-ide yang dituangkan dalam bentuk gagasan dan kebudayaannya masing-masing. (FW)

Sebagian orang mengira bahwa eksistensi sastra seiring perkembangan waktu kian terpuruk. Peyorasi kata “sastra� menyebabkan pemikiran bahwa produk sastra hanya sebatas drama, musikalisasi puisi, roman, novel melayu klasik, dan sebagainya. Padahal sastra memiliki makna yang sangat luas, produk yang begitu banyak, dan fungsi yang berkembang dari waktu ke waktu. Sastra dalam produk quotes meyakinkan bahwa sastra memegang perannya

40


ORANG BOLEH PANDAI SETINGGI LANGIT, TAPI SELAMA IA TIDAK MENULIS, IA AKAN HILANG DI DALAM MASYARAKAT DAN DARI SEJARAH. MENULIS ADALAH

BEKERJA UNTUK KEABADIAN (PRAMOEDYA ANANTA TOER)

41


BEASISWA

www.gradstudyabroad.ru

IBea (Informasi Beasiswa)

P

ersiapan yang dilakukan dengan matang dari awal akan menuju perubahan arah yang lebih jelas dan tekad untuk memperoleh beasiswa yang diimpikan semakin matang. Banyaknya beasiswa yang ditawarkan setiap tahun memang sangat menguntungkan bagi pelamar beasiswa. Setidaknya ada beragam pilihan beasiswa yang tersedia. Tidak sedikit pula beasiswa yang sebelumnya rutin dibuka, tahun ini sudah tidak terlihat lagi. Bisa jadi program beasiswa tersebut ditutup atau berganti dengan jenis dan nama beasiswa yang baru. Masalahnya adalah apakah Anda sudah mempersiapkan diri untuk meraih beasiswa yang dimaksud atau belum. Bisa jadi ketika Anda sudah mengincar salah satu beasiswa tapi beasiswa tersebut sudah tidak dibuka lagi.

Anda merasa kecewa? Jangan kecewa atau mengurungkan niat terlebih dahulu. Sebab banyak hal lain yang perlu dipertimbangkan. Meski Anda harus menyesuaikan diri lagi dengan kriteria dan persyaratan yang ditetapkan. Oleh karena itu perlunya mengetahui beasiswa yang rutin dibuka setiap tahunnya. Sehingga Anda bisa mengikuti beasiswa tersebut. Memang tidak ada jaminan beasiswa tersebut selalu ada tiap tahunnya, akan tetapi dalam kurun waktu 3 hingga 5 tahun ke belakang, beasiswa tersebut masih tercantum untuk melayani kebutuhan mahasiswa. Sebagian donatur beasiswa sudah mulai membuka beasiswa untuk tahun 2016 – 2017. Ada yang menyediakan pendaftaran sekali setahun, sebagian lagi memberi kesempatan secara periodik, misalnya buka di awal tahun,

pertengahan, atau di akhir tahun. Keuntungan beasiswa yang dibuka periodik ini adalah keleluasaan untuk bisa mendaftar karena penerimaan aplikasi beberapa kali dalam setahun. Sementara beasiswa yang hanya tersedia setahun sekali, pelamar perlu mencermati jadwal pendaftaran beasiswa tersebut agar tidak ketinggalan informasi. Kami memiliki informasi seputar beasiswa dalam dan luar negeri yang wajib dibaca, karena informasi ini akan bermanfaat bagi kalian para pemburu beasiswa. Berikut ini informasi beasiswa dari luar negeri; Orange Tulip Scholarship Bukan rahasia lagi jika setiap orang ingin keluar negeri, ada berbagai macam alasan mengapa seseorang

42


ingin ke luar negeri. Ada yang hanya sekadar liburan, menambah pengalaman, menjalankan proyek kerja, dan lain sebagainya. Terlepas dari itu semua, ada hal yang membanggakan jika Anda pergi ke luar negeri dengan tujuan menempuh pendidikan. Selain bisa belajar di negeri orang, sebagai seorang pelajar asing, Anda juga bisa merasakan manfaat lainnya Salah satu negara yang membuka beasiswa untuk mahasiswa Indonesia adalah negeri kincir angin (Belanda). Orange Tulip Scholarship (OTS) merupakan satu dari beberapa beasiswa Belanda yang memiliki peminat cukup tinggi. Beasiswa ini disponsori oleh Institusi Pendidikan Tinggi Belanda, perusahaan Belanda, dan pemerintah Indonesia. Beasiswa OTS terbuka lebar bagi pelajar Indonesia yang ingin mengenyam pendidikan di negeri kincir angin. Beasiswa OTS dibuka setiap tahun. Anda bisa menempuh studi di Belanda pada jenjang sarjana (S1) dan master (S2). Puluhan perguruan tinggi Belanda berpartisipasi dalam beasiswa ini, seperti Padas Kema 2014-2015, Duisenberg School of Finance, Holland International Study Centre (Study Group), Nyenrode Business Universiteit, Radboud University Nijmegen, dan Rotterdam Business School. Selain itu juga ada Saxion University of Applied Sciences, The Hague University of Applied Sciences, TiasNimbas Business School, Tilburg University, University of Twente, VU University Amsterdam, dan masih banyak lagi. Pendaftaran beasiswa OTS mulai tersedia bulan November 2013, namun pelamar yang berminat sudah dapat mengetahui apa saja persyaratan dan dokumen yang diperlukan untuk mengajukan permohonan. Waktu yang ada mungkin bisa dimanfaatkan untuk menyiapkan diri.(SK)

43

Syarat-Syarat: 1. Warga Negara Indonesia 2.Tidak sedang menempuh studi di Belanda atau bekerja di Belanda 3. Saat ini sedang menjalani proses pendaftaran atau sudah diterima di salah satu universitas di Belanda yang tergabung dalam OTS. 4. Memenuhi syarat-syarat khusus yang dibutuhkan oleh skema Orange Tulip Scholarship yang didaftarkan. Proses pendaftaran: Ada beberapa cara untuk menghubungi Nufic Neso Indonesia :  Cek apakah institusi dan program studi yang Anda pilih ada di dalam daftar skema OTS.  Pelajari informasi tentang skema beasiswa yang diinginkan. Jika anda memenuhi persyaratan, segera mulai proses pendaftaran ke universitas yang anda tuju. Ikuti instruksi di website universitas dan kirimkan berkas-berkas yang diminta langsung ke universitas.  Tunggu informasi dari universitas (email/konfirmasi aplikasi online). Ini adalah bukti bahwa Anda telah memulai proses pendaftaran di universitas  Unduh formulir pendaftaran OTS. Isi dengan lengkap dan kirimkan ke Neso Indonesia sebelum tenggat waktu skema yang didaftarkan. Lengkapi berkas dengan dokumendokumen lainnya.  Tunggu konfirmasi via e-mail dari Neso Indonesia. Dokumen-Dokumen Pendaftaran Kandidat harus mengirimkan dokumen-dokumen pendaftaran ke ots@nesoindonesia.or.id (total attachment maks. 2 MB), dan ke kantor Neso Indonesia (menara Jamsostek Lt. 20, Jl. Gatot Subroto 38 Jakarta 12710) Tenggat waktu umum untuk penerimaan berkas pendaftaran Orange Tulip Scholarship Indonesia 2016-2017 adalah 1 April 2016. Bagi Anda yang ingin kuliah di Belanda tanpa biaya, segera daftarkan diri karena pendaftaran ditutup pada tanggal 1 April 2016.


Komik

44


45


www.penabudaya.fib.unpad.ac.id Fakultas Ilmu Budaya Pena Budaya

46


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.