3 minute read

MENCARI HOKI DALAM AGAMA BUDDHA

Advertisement

Oleh Ericson – FT 2019

Semua perbuatan dilandasi oleh motivasi yang berdasar pada pencapaian kebahagiaan. Dalam KBBI, kebahagiaan secara konvensional didefinisikan sebagai keadaan atau perasaan senang dan tenteram bebas dari segala yang menyusahkan. Secara praktis ditujukan kehidupan yang tanpa rintangan serta berkecukupan secara materi dan spiritual yang secara konvensional hasilnya dicapai dari kerja dan hoki masing-masing. Secara praktisnya orang yang bekerja dan ditambah dengan banyak berdoa akan memperoleh peruntungan yang bertambah lalu bisa mendapatkan kebahagiaan.

Lalu bagaimana dengan pandangan agama Buddha mengenai hoki? Hoki atau keberuntungan pada hal ini dapat kita lihat dalam Mangala Sutta dan kelahiran manusia yang berharga.

Mangala Sutta

Pada Mangala Sutta diceritakan saat itu di suatu tempat umum ada satu kebiasaan, setelah berkumpul dan memberikan sebagian harta untuk dikumpulkan seseorang akan diminta untuk bercerita. Seseorang memulainya dengan mengatakan bahwa semua hal yang dilihat adalah berkah di dunia dan semuanya menguntungkan. Lalu ada beberapa orang memiliki pendapat mereka sendiri bahwa mata, yang didengar, dan lainnya juga merupakan berkah. Setelah kejadian tersebut, banyak orang yang mempertanyakan dan berargumen sendiri mengenai berkah hingga di alam dewa. Setelah 12 tahun lamanya pembicaraan mengenai berkah, Raja Saka memerintahkan seorang dewa untuk bertanya kepada Buddha mengenai berkah yang utama ketika Buddha berdiam di Kota Sawati, Hutan Jeta, taman milik Anathapindika dengan penuh cahaya di badannya dan penghormatan mengenai berkah yang membawa kebahagiaan. Lalu Buddha menjawab ada 34 berkah yaitu tidak bergaul dengan orang tidak bijaksana, bergaul dengan orang bijaksana, menghormati seseorang yang patut dihormati, hidup di tempat yang sesuai kebajikan yang dilakukan masa lalu, mengarahkan diri sendiri kearah yang benar, banyak pengetahuan dan terampil, baik dalam disiplin diri, berkata-kata baik, melayani orang tua, berperilaku baik pada pasangan dan anak, bekerja tanpa pertentangan, berdana dan berperilaku baik, membantu sanak keluarga, tidak melakukan perbuatan tercela, menghindari dan tidak melakukan kejahatan, menghindari dari minuman keras, tekun berpraktik Dharma, memiliki rasa hormat dan rendah hati, berpuas hati dan bersyukur, mendengarkan Dharma pada waktu yang tepat, sabar serta rendah hati, mengunjungi para pertapa, berdiskusi Dharma pada saat yang tepat, pertapaan dan kehidupan yang luhur, mengerti Empat Kebenaran Mulia, realisasi Nirvana, kesadaran tidak tergoyahkan, meski tersentuh oleh kontak duniawi, tanpa kesedihan-noda-damai, mereka yang telah mengupayakan berkah-berkah -tidak terkalahkan di mana pun- mereka bepergian tetap aman ke mana pun juga.

Kelahiran Manusia yang Berharga

Pada topik Kelahiran Manusia yang Berharga, ada 18 kondisi yang menguntungkan yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu 8 kebebasan dan 10 keberuntungan. Kondisi yang menguntungkan di sini maksudnya adalah kesempatan untuk menempuh jalan spiritual berlatih diri untuk mengakhiri penderitaan hingga ujungnya. Pada 8 kebebasan, empat di antaranya mengenai kebebasan dari alam yang sulit menempuh jalan spiritual, yaitu menjadi penghuni neraka, hantu kelaparan, binatang yang menderitanya luar biasa, dan alam dewa yang banyak kesenangan-kesenangan yang membuat terlena. Empat kebebasan lainnya adalah kebebasan dari kelahiran di pulau terpencil dan tidak beradab, kebebasan dari indra-indra cacat atau tidak lengkap, kebebasan dari pandangan salah menyangkal karma, dan kebebasan dari zaman ketiadaan ajaran Buddha. Pada 10 keberuntungan, lima di antaranya kondisi secara pribadi, yaitu keberuntungan terlahir sebagai seorang manusia, terlahir di tanah pusat, memiliki kecerdasan untuk memahami ajaran, tidak pernah melakukan lima kejahatan berat, dan memiliki keyakinan terhadap Tipitaka atau kumpulan ajaran Buddha. Lima lainnya adalah terkait kondisi keberuntungan secara umum, yaitu kemunculan Buddha dalam kalpa sekarang, Buddha muncul dan mengajarkan Dharma, ajaran Buddha masih berlangsung hingga sekarang, adanya praktisi Buddhis yang mengusung dan menyebarkan ajaran Buddha, dan adanya orang-orang yang mendukung praktisi Dharma baik secara moral maupun fisik.

Ketika kita bisa bertemu dan melaksanakan praktik Dharma itu merupakan keberuntungan yang tertinggi. Sungguh sulit untuk terlahir sebagai manusia, sungguh sulit untuk menemukan ajaran Buddha, dan sungguh sulit untuk dapat melaksanakannya. Kita yang terlahir sebagai manusia memiliki fasilitas untuk belajar Dharma dan memiliki kondisi baik secara materi dan mental. Bukankah berarti kita sudah mendapatkan keberuntungan yang sulit didapatkan itu. Inilah keberuntungan tertinggi yang telah kita peroleh.

Referensi disarikan dari: • https://dhammavihari.or.id/pdf-slide • https://www.sariputta.com/paritta/10/id/mangala-sutta • https://dagporinpoche.id/ajaran/tahapan-jalan/menjadi-buddhis/ kelahiran-manusia-yang-berharga/kelahiran-manusia-yang-berharga-lanjutan/

This article is from: