PALEMBANG EKSPRES
RABU, 20 NOVEMBER 2013
HALAMAN 2
Biografi Adenan Kapau Gani ADNAN Kapau Gani atau biasa disingkat A.K. Gani (lahir di Palembayan, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 16 September 1905 – meninggal di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia, 23 Desember 1968 pada umur 63 tahun) adalah seorang dokter dan politisi Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II. A.K. Gani lahir di Palembayan, Sumatera Barat, pada tanggal 16 September 1905. Ayahnya adalah seorang guru. Ia menyelesaikan pendidikan awalnya di Bukittinggi pada tahun 1923. Kemudian ia pergi ke Batavia untuk menempuh pendidikan menengah dan mengambil sekolah kedokteran. Dia lulus dari sekolah dokter STOVIA pada tahun 1926. Sejak remaja Gani aktif dalam kegiatan politik dan organisasi sosial. Pada era 1920an, ia giat di berbagai organisasi kedaerahan seperti Jong Sumatranen Bond dan Jong Java. Pada tahun 1928 ia terlibat dalam Kongres Pemuda II di Jakarta. Di tahun 1931 ia bergabung dengan Partindo, yang telah memisahkan diri dari Partai Nasional Indonesia tak lama setelah penangkapan Soekarno oleh pemerintah kolonial. Pada tahun 1941, Gani membintangi sebuah film yang berjudul Asmara Moerni dan berpasangan dengan Djoewariah. Film ini disutradarai Rd. Arifin dan diproduksi oleh The Union Film Company.[2] Meskipun sebagian kalangan menganggap keterlibatan Gani dalam film telah menodai gerakan kemerdekaan, namun ia menganggap perlu untuk meningkatkan kualitas film lokal. Meski mendapat kritikan, film satusatunya itu sukses secara komersial. Setelah pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, Gani menolak untuk berkolaborasi. Oleh karena itu ia ditangkap pada bulan September 1943 hingga bulan Oktober tahun berikutnya. Setelah proklamasi dan selama masa revolusi fisik, Gani memperoleh kekuasaan politik dengan bertugas di kemiliteran. Pada tahun 1945, ia menjadi komisaris PNI dan Residen Sumatera Selatan.[3] Dia juga mengkoordinasikan usaha militer di provinsi itu. Gani menilai Palembang
sebuah lokomotif ekonomi yang layak untuk bangsa yang baru merdeka. Dengan alasan, bahwa dengan minyak Indonesia bisa mengumpulkan dukungan internasional. Ia merundingkan penjualan aset-aset pihak asing, termasuk perusahaan milik Belanda Shell. Gani juga terlibat dalam penyelundupan senjata dan perlengkapan militer. Beberapa koneksinya di Singapura, banyak membantu dalam tugas ini. Sejak 2 Oktober 1946 hingga 27 Juni 1947, Gani menjabat sebagai Menteri Kemakmuran pada Kabinet Sjahrir III. Ketika menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, ia bersama dengan Sutan Sjahrir dan Mohammad Roem menjabat sebagai delegasi Indonesia ke sidang pleno ketiga Perjanjian Linggarjati. Dia juga bekerja untuk membangun jaringan nasional perbankan serta beberapa organisasi perdagangan. Setelah jatuhnya Kabinet Sjahrir, ia bersama Amir Sjarifuddin dan Setyadjit Soegondo menerima mandat untuk membentuk formatur kabinet baru. Dalam kabinet tersebut, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kemakmuran. Gani adalah anggota kabinet pertama yang ditangkap pada masa Agresi Militer Belanda I, namun kemudian ia dibebaskan. Dalam Kabinet Amir Sjarifuddin II, ia juga duduk pada posisi yang sama hingga kejatuhan kabinet ini pada tanggal 29 Januari 1948. Setelah revolusi berakhir pada tahun 1949, Gani menjadi Gubernur Militer Sumatera Selatan. Pada tahun 1954, ia diangkat menjadi rektor Universitas Sriwijaya di Palembang. Ia tetap aktif dan tinggal di Sumatera Selatan hingga wafat pada tanggal 23 Desember 1968. Dia dimakamkan di Taman Pemakaman Pahlawan Siguntang Palembang. Untuk mengenang jasa-jasanya, pada tanggal 9 November 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada A.K. Gani. Gelar ini diterimanya bersama dengan Slamet Rijadi, Ida Anak Agung Gde Agung, dan Moestopo berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 66/2007 TK. Selain itu namanya juga diabadikan sebagai nama rumah sakit di Palembang, Rumah Sakit AK Gani dan nama ruas jalan beberapa kota di Indonesia. NET
Museum A.K Gani
Peninggalan� Pahlawan�Nasional� Kian�Dilupakan KEBERADAAN museum dr Adnan Kapau Gani alias A.K Gani di Jl MP Mangkunegara, Kecamatan Sako semakin dilupakan. Selain lokasi kurang strategis, museum yang dikelola yayasan keluarga A.K Gani ini belum mendapat perhatian pemerintah. Alhasil, beberapa peninggalan pahlawan nasional sudah mulai rusak. Dari pantauan Palembang Ekspres, museum yang dibangun 2004 silam ini terlihat sepi pengunjung. Hanya terlihat pengelola museum, tiada lain anak ke lima A.K Gani, Yanti Gani. Sejumlah peninggalan dari sang dokter pejuang Indonesia ini terlihat tidak terawat. Seperti, ratusan foto hanya di pajang seadanya tanpa menggunakan bingkai. Beberapa sertifikat maupun piagam penghargaan dari presiden Soekarno pun hanya di simpan dalam lemari kaca. “Keinginan kami sebenarnya ingin menggunakan slide untuk menampilkan foto, tapi terkendala dana. Kami pun sudah mengajukan proposal bantuan kepada pemerintah, sampai saat ini belum dibantu,” keluh Yanti. Dia menyadari, peninggalan A.K Gani kian dilupakan masyarakat lokal dan pemerintah. Tidak banyak masyarakat ingin mengetahui benda sejarah di museum tersebut. Padahal, pihak yayasan tidak memungut biaya masuk kepada pengunjung.
Yanti “Biasanya hanya siswa SMA Muhammadiyah 1 Palembang rutin tiap tahun mengunjungi museum ini,” ucapnya. Diakui Yanti, mayoritas pengunjung berasal dari luar Palembang seperti Jakarta dan Lampung. Bahkan, beberapa
turis mancanegara pun berminat untuk mengetahui hasil peninggalan A.K Gani, diantaranya, Belanda, Vietnam, Inggris dan Jepang. “Ahli sejarah yang sering masuk koran pun, tidak pernah datang ke museum. Kami sadar kami dilupakan terutama momen HUT RI dan lain. Museum ini juga tidak dilibatkan sebagai tempat kunjungan wisatawan selema even internasional seperti ISG (Islamic Solidarity Games) 2013. Bagi kami tidak masalah, terpenting saat ini masih dihargai. Kami masih bersyukur, Pemkab Musirawas akan mengubah nama Bandara Silampari menjadi Bandara A.K Gani,” akunya. Sementara itu, beberapa peninggalan A.K Gani yang kini tetap tersimpan di museum seperti foto-foto selama terlibat dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan, alat kedokteran yang digunakan pada 19481950, sepeda ontel, radio dan lainnya. Museum ini juga menyimpan beberapa cindera mata yang diberikan petinggi negara luar seperti pemberian dari Menteri Cina Chou Eng Lai berupa ikan putih souvenir dari istri presiden Soekarno, Fatmawai, tasbih raksasa dari tibet. “Bangunan museum ini termasuk cagar budaya karena dibangun sekitar tahun 1952. Kita berharap, pemerintah bisa membantu keberlangsungan museum ini,” harap dia. RIS
Pemkot Kurang Dana
FOTO KELUARGA
FOTO REPRO
Foto keluarga di rumah Bupati Kuningan, ayahnya Mariah Ulfah. Dari kiri ke kanan : Bupati Kuningan Moh Achmad, Ny Soewadji (ibunya Dr Soetomo), Ny Soeratmo (ipar dr Soetomo), Sri Oemijati (adiknya dr Soetomo), Maria Ulfah dan Adnan Kapau Gani, mahasiswa yang mengincar Maria Ulfah.
KEPALA Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang Yanuarpan mengaku tidak memiliki dana untuk memberdayakan museum yang dikelola swasta. Karena itulah, alokasi dana hanya diperuntukkan untuk perapian museum yang dikelola pemerintah. “Sekarang sedang jalan perapian Monpera, kedepan memang perlu museum itu nyaman, karena itu kita akan menambah AC (air conditioner), tapi disesuaikan dengan anggaran dulu,” kata dia, diruang kerjanya, kemarin. Bukan itu saja, pihaknya berencana akan menambah cctv untuk menjaga aset sejarah Palembang. Bahkan, pemerintah
juga berencana akan menyediakan mini teater. Dengan demikian, sejarah bisa disaksikan pengunjung. “Untuk koleksi tidak ada penambahan,” ucapnya. Terpisah, Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Sumsel Farida R Wargadalem mengatakan, pemerintah sudah semestinya membantu keberlangsungan museum A.K Gani. Sebab, museum tersebut merupakan sumber pengetahuan. “Pengelola museum harus melakukan pendekatan kepad pemerintah atau lembaga lain untuk kerjasama bidang pendidikan. MSI pun siap bekerja sama jika memang perlu,” katanya. RIS
Yanuarpan
FOTO FOTO ALHADI FARID / PALPRES
Harian Umum
Pimpinan Umum: Rosmiyati. Pemimpin Perusahaan: Ahmad Rosidi. General Manager: Tri Nurwanto. Pemimpin Redaksi: Muhammad Iqbal, Redaktur Pelakasana : Berry Sandi. Koordinator Liputan: Trisno Rusli Redaktur : Berry Sandi, Trisno Rusli, Ella Sulistiana, Dian Cahyani Fitri, Arie M. Staf Redaksi: Janta, M. Joviter, M Wijdan (Ogan Ilir), Yuni Hartati (Muba), Rifat Achmad (Lubuklinggau), Heru Fachrozi (Muara Enim/PALI), Heri Afrizon (OKU Selatan), Firdaus (Empat Lawang), Mujianto (OKI), Arman Jaya (OKU Timur), Andre (Prabumulih), Budi Alamsyah (Banyuasin), Eko Wahyudi (Pagaralam), Al Imron (Musi Rawas), Hengky S (Lahat), Yenson (Oku) Redaktur Foto: Nova Wahyudi, Alhadi Farid. Bagian Pracetak: M Firman,Firyansyah, Abdul Kholid, Kgs Yahya, Bagian Iklan: David Arianto(Manager), Acounting Executive/AE : Noris Taslim, Yusri, Zepriansyah. Bagian Pemasaran: Abdul Kadir (Manager), Alwi Riyanto Bagian Keuangan : Dimas Murdani Muharam. Adm Iklan: Silvi Winda Pratiwi, ADM Pemasaran : Rika Penerbit: PT Citra Media Palembang Ekspres Komisaris Utama: H Suparno Wonokromo. Komisaris: Muwarni, H Didi Wahyudi. Direktur Utama: H. Subki Sarnawi. Direktur: H Mahmud,Yunita Ayu Tarif Iklan: Iklan Baris per baris Halaman 1 Display Full Colour/Warna Rp.60.000/mm kolom, Halaman 1 BW Rp.30.000,/mm kolom,Halaman Dalam Full Colour/Warna Rp.25.000/mm Kolom Harga Berlangganan Koran : Rp.25.000/bulan No. Rek Mandiri Pasar 16 PT Citra Media Palembang Ekspres 113002062008.8 plg.ekspres@gmail.com
Alamat Redaksi/ Sirkulasi/ Iklan: Gedung GRAHA PENA Palembang, Jl Kol H Barlian No 773, Palembang. Telepon (0711) 8304424, 411768, 415263, 415264, 419503. ext 136,139 Fax (0711) 420066.