Harian rakyat sumbar edisi 5 oktober 2013

Page 8

8

SABTU 5 OKTOBER 2013

Five Vi Ketagihan Disuntik

ARTIS Five Vi ternyata takut dengan jarum suntik. Namun karena tak ingin seumur hidup takut dengan benda itu, janda seksi ini punya cara. Yakni dengan donor darah. ‘Kalau takut jarum sih pasti ya. Itu harus dilawan. Karena

tekatnya lebih tinggi jadi rasa takutnya hilang. Tadi saja nggak teriak,’ ujarnya di Polda Metro Jaya, Kamis (3/10). Setelah dicoba, ternyata pemilik nama lengkap Vivi Rachmawati in malah ketagihan. ‘Tadi kata petugas aku boleh donor kok. Diusahakan tiga bulan sekali. Sekali donor, 350 cc darah. Pasti pertama kali adalah rasa takut tapi lebih besar adalah rasa bangga,’ kata wanita yang pernah menikah siri dengan Henry Yosodiningrat itu. Memang cara itu ampuh bagi Five Vi. Buktinya, begitu tidur diatas pelbad milik Palang Merah Indonesia (PMI), dia menebarkan senyuman. Saat itu, Five Vi seolah tidak ada rasa sakit karena suntikan jarum. ‘Sudah lama ingin donor,’ imbuhnya. Bagi Five Vi, donor darah itu adalah kali pertama yang dilakukannya. Meski tersenyum, Five Vi mengaku tetap deg-degan saat

akan disuntik di lengannya. ‘Kalau takut, pasti takut karena donor ini baru pertama kalinya,’ tambahnya. Five Vi mau menyumbangkan darah karena darah O miliknya itu banyak yang membutuhkan. ‘Kebetulan golongan darahku O. Jadi darahku ini, katanya, bermanfaat buat semua,’ ucap pemain film Cinta Selamanya. Artis kelahiran Mojokerto, Jawa Timur, 12 September 1979 ini mengungkapka, dengan donor darah, dia merasa badannya lebih enteng. ‘Dasarnya aku suka saja menyumbangkan sesuatu. Mudah-mudahan bermanfaat juga,’ pungkasnya. (*)

123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 ARTIS Pevita Pearce mengaku jera, tidak mau lagi mengenakan 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 sepatu high heels. Pasalnya, perempuan kelahiran 6 Oktober 1992 ini 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 pernah memiliki pengalaman buruk, terjatuh hingga hidungnya 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 patah gara-gara sepatu hak tingginya itu. 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 “Terakhir pakai high heels hidung gue patah. Kecelakaan, 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 jatuh, stilettonya nyangkut, bulan April kemaren. Makanya 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 sudah nggak deh,” ujar Pevita Pearce di Gandaria City, 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 Kebayoran, Jakarta Selatan, Kamis (3/10). 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 Sejak saat itu, Pevita lebih senang mengenakan sepatu 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 tanpa hak. Selain lebih simple, juga tidak membahayakan. 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 “Lebih ke santai, simple tetapi tetep asik,” katanya. 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 Sementara soal kebutuhan sepatunya, Pevita mengaku 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 berbelanja setiap enam bulan. Dia pun tidak pernah melihat 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 merk tiap kali belanja.”Gue belanja nggak tergantung brand. 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 Ada yang mahal keliatan murah dan sebaiknya jadi cocok123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 cocokan aja,” pungkasnya. (*) 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901

Pevita Pearce

Patah Hidung Gara-gara High Heels

Selamat Jalan Chaerul Umam SOSOKNYA dikenal sebagai sutradara yang terus aktif berkarya di usianya yang senja. Salah satunya, film Ketika Cinta Bertasbih sukses mendapat banyak apresiasi positif pada 2009. Namun, setelah dirawat sekitar sepekan di RS Islam Pondok Kopi, Jakarta, lantaran stroke, Chaerul Umam mengembuskan napas terakhir, Kamis (3/10) pukul 15.00 WIB. ”Telah berpulang ke rahmatullah ayah saya H Chaerul Umam. Mewakili keluarga, saya Aulia Akbar memohon maaf apabila ada kesalahan yang sengaja atau tidak disengaja oleh beliau. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT. Wassalam.” Begitu kabar yang diterima dari salah seorang putranya, Aulia Akbar, kemarin. Chaerul Umam meninggal pada usia 70. Menurut Aulia, ayahnya dirawat sejak akhir September. Itu merupakan serangan kedua setelah serangan pertama sepekan sebelumnya. Setelah dirawat, kondisinya sempat membaik Selasa malam (1/10). Namun, kemarin drop lagi hingga akhirnya meninggal. Chaerul Umam adalah salah seorang sutradara terbaik di tanah air. Karya-karyanya telah menghasilkan sejumlah prestasi. Di antaranya, sutradara terbaik dalam film Titian Serambut Dibelah Tujuh (FFI 1983), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (FFI 1986), Joe Turun ke Desa (FFI 1990), Nada dan Dakwah, Ramadhan dan Ramona (FFI 1992), dan penghargaan terpuji untuk film Ramadhan dan Ramona dalam Festival Film Bandung 1993. Bukan hanya itu. Chaerul juga meraih penghargaan khusus dalam Festival Film Asia 1977 di Thailand lewat film Al Kautsar. Laki-laki kelahiran Tegal, 4 April 1943, itu juga menghasilkan karya-karya yang berkesan bagi banyak orang. Misalnya, Tiga Sekawan (1970), Ketika Cinta Bertasbih, Ketika Cinta Bertasbih 2, dan beberapa judul sinetron seperti Jalan Takwa, Jalan Lain ke Sana, Maha Kasih, dan Astaghfirullah. (*)

Rahasia Sukses Joe Taslim

Terus Belajar dan Berlari JOE Taslim merupakan aktor Indonesia yang berhasil menembus perfilman Hollywood. Kiprahnya tidak akan berhenti di film Fast & Furious 6 saja. Dia menyatakan tengah memiliki proyek baru bersama Gareth Evans, sutradara The Raid dan The Raid: 2 Berandal. Kabarnya, film itu juga dibuat untuk konsumsi internasional. Bocoran mengenai proyek terbaru tersebut dia ucapkan saat berbagi pengalaman dengan para mahasiswa Universitas Tarumanegara, Jakarta, pada acara Think Digital, Kamis (3/10). Sayangnya, tidak banyak informasi yang diberikan. Tiba-tiba dia tersadar karena sebetulnya belum boleh berbicara banyak. ”Wah, maaf. Aduh, sebetulnya saya belum boleh ngomong,” ucapnya tersenyum, lalu menutup muka dengan tangannya. Pria 32 tahun itu hanya menjelaskan bahwa proyek filmnya tersebut sama dengan The Raid. Diproduksi Indonesia, namun ditayangkan di banyak negara. ”Syutingnya mulai tahun depan,” kata dia. Setelah membintangi Fast 6 dan beradu peran dengan Vin Diesel, Paul Walker, juga Dwayne Johnson, aktor yang sebelumnya dikenal sebagai atlet judo itu tidak lantas mengotakkan diri. Maksudnya, Joe tak hanya ingin main film di luar negeri. ”Saya orang Indonesia. Walaupun saya pernah main film di luar, mereka juga mengenal saya sebagai aktor dari Indonesia. Saya juga harus berkarya di negara saya,” kata dia. Ke depan bapak tiga anak itu ingin terus berlari melanjutkan karir. Masih banyak hal yang bisa dia raih. Terus bermain di film-film yang bagus. ”Kita punya potensi kok. Kita harus tunjukkan itu. Saya akan terus belajar dan berhenti belajar saat saya mati,” lanjutnya. Sedikit melihat ke belakang, Joe bercerita bahwa yang diraihnya saat ini tidaklah mudah. Lebih dari separo hidupnya dijalani sebagai atlet pelatnas. ”Awalawal gabung, rasanya sudah pengin kabur. Latihannya seperti militer. Telat sedikit dihukum,” ucapnya flashback. Namun, dia sadar bahwa tempaan itu yang membuatnya kuat seperti sekarang. Baik secara fisik maupun mental. Ketika masuk dunia entertainment, dia tidak kaget lagi dengan cercaan banyak orang. Awalnya, banyak yang menilai aktingnya tidak qualified. ”Saya menilai itu wajar. Mereka bisa suka atau tidak suka saya. Saya juga tidak bisa mengubah diri atau membela diri. Asal masih balance sih, nggak apa-apa,” jelasnya. Bahkan, dia menganggap ketika ada kritik, berarti dirinya mendapat masukan. Itu terjadi ketika dia terlibat di Fast 6. Saat mengikuti casting, Joe diam. Dia tidak pernah sekali pun mengungkapkan kepada media akan go international. Bahkan, ketika sudah resmi bermain di film tersebut, masih banyak yang mencela. ”Banyak yang ngatain, ’Ah, paling cuma main lima menit doang’. Ditabrak mobilnya Vin Diesel, terus mati,” tuturnya menirukan ungkapan-ungkapan negatif yang dia terima. Padahal, ketika film tersebut keluar, porsi akting Joe lumayan banyak. Semua kritik dianggap Joe sebagai sesuatu yang wajar. Yang harus dia lakukan adalah mengabaikan dan berpikir positif. ”Kalau ada yang mau menjatuhkan kita, abaikan saja. Berpikir positif. Terus berlari dan terus berkarya,” lanjutnya. (*)

Dian Pelangi Bagi Ilmu Berhijab Pevita Pearce

DI sela-sela kesibukan syuting film 99 Cahaya di Langit Eropa, Dian Pelangi memanfaatkan waktu luang dengan menggelar gathering hijabers di Wina, Austria. Desainer busana muslim itu berbaur dengan komunitas Austrian Youth Muslim. Selain silaturahmi, Dian memanfaatkan acara itu untuk sharing mengenai tutorial memakai hijab. “Puluhan muslim menghadiri gathering tersebut dari berbagai kalangan. Sebagian besar imigran Turki. Ada juga mualaf dan mahasiswa Indonesia,” ujar Dian, 21. Desainer yang berciri khas permainan bermacam-macam warna seperti pelangi itu mendapatkan kejutan sebuah cake dari Islamic Fashionistas Austria. Cake dengan topping selai merah itu bertulisan visit us again. Ini adalah kali pertama Dian main film. Dia berperan sebagai Latife, seorang muslimah yang ramah senyum dan membuat orang tertarik masuk Islam. “Ini pengalaman pertama saya. Di film ini juga menjadi sarana belajar bahasa Jerman,” ujarnya. Syuting di Austria berlangsung sejak 21 September. Dari Austria, Dian melanjutkan perjalanannya ke Paris untuk mengikuti Paris Fashion Week. (*)

Fedi Nuril Punya Badan Matre FEDI Nuril mengaku agak kesusahan tatkala memilih pakaian. Lelaki kelahiran 1 Juli 1982 ini lebih sering mendapatkan pakaian yang cocok di luar negeri. Mengapa? “Badan aku matre. Jadi kalau produk dalam negeri, cutingannya enggak cocok sama aku, karena aku kan kurus tinggi. Agak susah emang kalau produk dalam negeri,” ujarnya di Gandaria City, Kebayoran, Jakarta Selatan, Kamis (3/10). Makanya tatkala mendatangi pembukaan acara H&M VIP Night fashion premiere H&M Store, ia sangat antusias memilah milih pakaian, karena Fedi sering membeli pakaian di store itu, namun yang berada di luar negeri. “Suka dulu nitip sama teman dan sodara yang lagi ke Hong Kong or Singapura,” katanya. Meski demikian, pemeran Fahri dalam film AYAT-AYAT CINTA itu sangat senang tatkala menemukan pakaian yang sangat cocok di badannya di Indonesia, walau itu bukan barang bermerk. (*)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.