MANUAL AGROFORESTRI
Januari 2013
BAB III Praktek Agroforestri di Indonesia 3.1 Agroforestri di Sumatra 
Sistem Parak : Kebun pepohonan campuran di Maninjau, Sumatera Barat merupakan system agroforestry yang sangat mengesankan, berisi perpaduan tanaman pohon komersil dan non komersil.
Komponen kebun pepohonan campuran terdiri dari
tanaman semusim, tanaman tahunan (durian, bayur, surian, kayu manis, pala, kopi), pohon lain dan perdu, hewan. Sistem agroforestri Maninjau sangat erat hubungannya dengan sistem sosial tertentu. 
Repong Damar, sistem agroforestri damar mata kucing yang banyak dikembangkan di daerah Krui, Kabupaten Lampung Barat. Damar mata kucing adalah getah dari pohon meranti (Shorea javanica) yang dihasilkan dari sistem agrforestri repong damar. Produk-produk lain adalah buah-buahan, sayur-mayur, dan produk hortikultura yang lain, seperti langsat, duku, nangka, durian, aren, kopi, lada, bamboo, dan rotan.

Beberapa kombinasi jenis tanaman agroforestri di Riau yang ada antara lain: (1) rambutan, jambu, nangka, dan kelapa, (2) akasia dan randu, (3) sengon, rambutan, kemiri, ketela, kacang tanah, dan kedelai.
3.2 Agroforstri di Jawa 
Di Jawa Barat dan Banten, sistem agroforestri yang dikenal masyarakat terdiri dari 2 (dua) macam yaitu : - Pola tumpangsari (di dalam kawasan hutan) berupa : pola
tumpangsari berisi
tanaman pokok, tanaman sela, tanaman pengisi dan tanaman tumpangsari berupa palawija (padi, jagung) dan tanaman semusim lainnya berupa kacang -kacangan, sayuran dan tanaman obat-obatan (empon-empon) yang tahan naungan. - Agroforestri pada lahan milik, berisi tanaman penghasil kayu, buah-buahan dan tanaman lainnya berupa pisang serta tanaman semusim berupa umbi-umbian, padi, jagung, kacang-kacangan dan tanaman obat-obatan. Komposisi jenis yang umum ditemui di Jawa Barat dan Banten adalah kombinasi dari tanaman sengon sebagai 11