Nusantara Magazine 11th

Page 12

Cerita Rakyat Indonesia

Satu meter, dua meter, ia merasa belum cukup juga. Padahal kalau ia mau bersyukur dengan satu dua meter saja hidupnya akan bercukupan dan tidak akan menderita kemiskinan. Namun sifat serakah telah merasuki dirinya. Ia ingin menjadi orang paling kaya di kampungnya. Maka ia ingin mendapatkan kawat emas itu sebanyak-banyaknya. Ia terus menarik kawat itu dari dalam sungai. Meskipun telah lama ia menarik, kawat itu belum habis juga. “Ah, panjang sekali. Aku akan menjadi orang paling kaya di seluruh dunia,” pikir si nelayan. Ia terus menarik kawat itu tanpa menghiraukan hari semakin gelap. Sampannya telah penuh dengan gulungulaan kawat emas. Ia terus menarik dan menarik kawat emas yang tidak ada habis habisnya itu. Dari dalam air terdengar suara, “Sudaaaaaahh, sudahlah, potong saja kawatnya.” Namun, si nelayan tidak menghiraukan suara itu. Ia terus menarik dan menarik kawat itu karena ia ingin cepat menjadi kaya raya. Terdengar lagi suara dari dalam air memperingatkannya untuk kedua kalinya. “Potong, Potong sajaaa…..!” “Berhenti…! Jangan diteruskan…!” Akan tetapi, nelayan itu tetap saja tidak peduli. Karena perahu nelayan itu sudah terlalu penuh dengan kawat emas maka air pun mulai masuk. Si nelayan yang telah menjadi rakus tetap belum berhenti menarik kawat sementara perlahan-lahan air terus merambat ke dalam perahu. Nelayan itu baru sadar setelah air benar-benar telah memenuhi perahu. Namun terlambat, seketika itu juga perahu itu tenggelam bersama si nelayan ke dasar sungai. Nelayan itu tidak pernah timbul kembali. Ia mati di dasar sungai akibat keserakahannya yang berlebihan. Itu sebabnya sungai itu dinamakan sungai kawat.

12


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.