Adab membaca al quran

Page 1

Adab-adab membaca al-Quran WAJIB bagi kita menghalalkan apa yang dihalalkan al-Quran dan mengharamkan apa yang diharamkannya. Diwajibkan pula beradab dengannya dan berakhlak terhadapnya. Ketika membaca al-Quran, seorang Muslim perlu memperhatikan adab berikut untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membacanya. - Membacanya dalam keadaan sempurna, suci daripada najis dan dengan duduk yang sopan dan tenang. Dianjurkan agar pembaca berada dalam keadaan suci. Imam Haromain berkata: “Orang yang membaca al-Quran dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh akan tetapi dia meninggalkan sesuatu utama”. - Membacanya dengan perlahan (tartil) dan tidak cepat agar dapat menghayati ayat yang dibaca. Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Siapa saja yang membaca al-Quran (khatam) kurang dari tiga hari, bererti dia tidak memahami.” (Hadis Riwayat: Ahmad dan penyusun Kitab Sunan) Sebahagian kelompok daripada generasi pertama membenci pengkhataman al-Quran sehari semalam berdasarkan hadis di atas. Rasulullah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan al-Quran setiap satu minggu (tujuh hari) (Muttafaq Alaih). Ini dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Uthman bin Affan, Zaid bin Tsabit. Mereka mengkhatamkan al-Quran sekali dalam seminggu. - Membaca al-Quran secara khusyuk dengan menangis kerana sentuhan pengaruh ayat yang dibaca yang menyentuh jiwa dan perasaan. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Bacalah al-Quran dan menangislah, apabila kamu tidak menangis maka usahakan menangis kerana ayat yang engkau baca.” (Hadis Riwayat: Al-Bazzar) Allah s.w.t juga menjelaskan sebahagian daripada sifat hamba-Nya yang soleh dengan firman-Nya yang bermaksud: “Dan mereka segera tunduk sujud itu sambil menangis, sedang Al-Quran menambahkan mereka khusyuk.” (Surah Al-Isra’: Ayat 109) - Membaguskan suara membacanya, sebagaimana sabda Rasulullah yang bermaksud: “Hiasilah al-Quran dengan suaramu.” (Hadis Riwayat: Ahmad, Ibnu Majah & Al-Hakim). Dalam hadis lain dijelaskan: “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan alQuran.” (Hadis Riwayat: Al-Bukhari dan Muslim) Maksud hadis di atas ialah membaca al-Quran dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar daripada ketentuan kaedah Tajwid. - Membaca al-Quran dimulai dengan isti’adzah. Allah berfirman yang bermaksud: “Dan bila kamu akan membaca al-Quran, maka mintalah perlindungan kepada Allah daripada (godaan-godaan) syaitan yang terkutuk.” (Surah An-Nahl: Ayat 98) - Apabila ayat yang dibaca dimulai dari awal surah, selepas isti’adzah terus membaca Basmalah dan apabila tidak di awal surah cukup membaca isti’adzah. Khusus untuk surat At-Taubah, walaupun dibaca mulai awal surat tidak perlu membaca Basmalah. Cukup dengan membaca isti’adzah saja. - Membaca al-Quran dengan berusaha mengetahui ertinya dan memahami inti daripada ayat yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di dalamnya. Firman Allah bermaksud: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran, ataukah hati mereka terkunci?” (Surah Muhammad: Ayat 24)


- Membaca al-Quran dengan tidak mengganggu orang sedang solat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara atau dalam hati secara khusyuk. Rasulullah bersabda bermaksud: “Orang yang terang-terangan (di tempat orang banyak) membaca al-Quran, sama dengan orang yang terang-terangan dalam sedekah.” (Hadis Riwayat Tirmidzi, Nasa’i, dan Ahmad) Dalam hadis lain dijelaskan: “Ingatlah bahawa setiap hari dari kamu munajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu daripada kamu mengganggu yang lain, dan salah satu daripada kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain di dalam membaca (alQur’an).” (Hadis Riwayat: Abu Dawud, Nasa’i, Baihaqi dan Hakim) Jangan jadikan ibadah yang kita lakukan sia-sia kerana kita tidak mengendahkan sunnah Rasulullah dalam melaksanakan ibadah membaca al-Quran. Misalnya, membaca dengan suara keras pada larut malam, yang akhirnya mengganggu orang yang istirahat dan solat malam. - Dengarlah bacaan al-Quran. Jika ada yang membaca al-Quran, maka dengarlah bacaannya itu dengan tenang. Allah berfirman yang bermaksud: “Dan tatkala dibacakan al-Quran, maka dengarlah dan diamlah, semoga kamu diberi rahmat.” (Surah Al-A’raaf: Ayat 204) - Membaca dengan saling bergantian. Membaca al-Quran, boleh dilakukan secara bergantian dan yang mendengarnya haruslah dengan khusyuk dan tenang. Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah Allah, mereka membaca al-Quran dan saling mempelajarinya kecuali akan turun atas mereka ketenangan dan mereka diliputi oleh rahmat (Allah), malaikat menyertai mereka, dan Allah membanggakan mereka di kalangan (malaikat) yang ada di sisi-Nya.” (Hadis Riwayat: Abu Dawud) - Melakukan sujud Tilawah (sujud Sajdah) pada saat selesai membaca ayat Sajdah, pada bila-bila masa saja, baik siang ataupun malam, jika pembacanya belum batal daripada wuduk. Tatacara pelaksanaannya dimulai daripada takbir, lalu sujud, kemudian membaca “Subhaana Rabbiyal A’laa”’ (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi), lalu dilanjutkan dengan doa sujud Tilawah. Selepas itu bangkit daripada sujud tanpa takbir dan salam, kerana tidak ada riwayat daripada Nabi s.a.w mengenai hal itu, kecuali jika sujud Tilawah itu dilakukan di tengah-tengah pelaksanaan solat, maka ia bertakbir ketika sujud dan bangkit daripada sujud. - Berdoa selepas membaca al-Quran. Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahawa sahabat apabila khatam membaca al-Quran, mereka berkumpul untuk berdoa dan mengucapkan: “Semoga rahmat turun atas selesainya membaca al-Quran.” Sebuah hadis yang diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a dijelaskan bahawa apabila dia sudah khatam membaca Al-Quran, dia mengumpulkan keluarganya dan berdoa. (Hadis Riwayat: Abu Dawud) Setiap orang Islam wajib mengatur hidupnya sesuai dengan tuntutan al-Quran. Ia harus dipelihara kesucian dan kemuliaannya, serta dipelajari dan difahami ayat-ayatnya. Pelaksanaan ini adalah sebagai tanda kita beriman kepada al-Quran. Al Qur’anul Karim adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang tidak mengandung kebatilan sedikitpun. Al Qur’an memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Alloh Subhanahu wa


Ta’ala. Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi keutamaan mempelajari Al-Qur’an. Sebagaimana sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR: Bukhari) Ketika membaca Al-Qur’an, maka seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur’an: Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang. Dalam membaca Al-Qur’an seseorang dianjurkan dalam keadaan suci. Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis. Imam Haromain berkata, “Orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama.” (AtTibyan, hal. 58-59) Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:“Siapa saja yang membaca Al-Qur’an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR: Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan) Sebagian sahabat membenci pengkhataman Al-Qur’an sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rosululloh telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatam kan Al-Qur’an setiap satu minggu (7 hari) (HR: Bukhori, Muslim). Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas’ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, mereka mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam seminggu. Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’, dengan menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang shalih, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS: Al-Isra’: 109). Namun demikian tidaklah disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan yang dibuat-buat. Membaguskan suara ketika membacanya. Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Hiasilah AlQur’an dengan suaramu.” (HR: Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, yang artinya: “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan AlQur’an.” (HR: Bukhari dan Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca Al-Qur’an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya. Membaca Al-Qur’an dimulai dengan isti’adzah. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan bila kamu akan membaca AlQur’an, maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS: An-Nahl: 98) Membaca Al-Qur’an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara khusyu’. Rosululloh shollallohu ‘alaihiwasallam bersabda, yang artinya: “Ingatlah bahwasanya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu


mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih keras daripada yang lain pada saat membaca (Al-Qur’an).” (HR: Abu Dawud, Nasa’i, Baihaqi dan Hakim). Wallohu a’lam.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.