Unspoken #1 2017

Page 1

M E I

2 0 1 7

U N S P O K E N

M AWA P R E S U I 2 0 1 7 :

D R .

C I T R A :

Depresi dari

Kacamata Medis

Ku Mengertimu, Kau Mengertiku T I P S & T R I K

Antidemot di Kampus


Dicetak oleh

L I F E

I S N ’ T

A B O U T W A I T I N G F O R

T H E

S T O R M P A S S

T O

I T ’ S

A B O U T

L E A R N I N G T O

D A N C E I N

T H E R A I N - Vivian Greene


It was

UNSPOKEN

but never again.

Salam sehat jiwa!

D I B A L I K L A Y A R PEMIMPIN UMUM

Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan majalah ini. Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah mencurahkan waktu dan tenaganya, sehingga majalah Unspoken ini dapat sampai ke tangan para pembacanya. Majalah ini mengangkat topik depresi sebagai salah satu bentuk gangguan kesehatan mental. Gangguan mental masih menjadi sesuatu yang tabu di masyarakat. Stigma yang tumbuh di tengah-tengah kita membuat masalah ini kerap terabaikan. Kondisi ini berujung pada keadaan masyarakat yang memandang depresi sebelah mata. Akibatnya, penderita depresi yang berada di sekitar kita akan cenderung menutup diri dan enggan untuk menyampaikan kondisinya. Sesuai dengan judul majalah ini, Unspoken (tidak terucapkan), kami ingin mengangkat sisi lain dibalik depresi yang tidak diketahui oleh masyarakat awam. Artikel-artikel dalam majalah ini ditujukan untuk memperluas wawasan masyarakat agar lebih mengenal seberapa pentingnya kesehatan mental. Akhir kata, kami mohon maaf atas segala kesalahan dan kelemahan yang ada. Semoga majalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Afiyatul Mardiyah DIREKSI PEMIMPIN

Shania Octaviani Salim A N G G O TA

Daniel Martin Simadibrata Tannia Sembiring REDAKSI PEMIMPIN

Nur Afiahuddin Tumpu A N G G O TA

Balqis Deyan Sofiana Farah Qurrota A’yun Mutiara Ramadhanty Yuli Maulidiya Shufiyani PRODUKSI PEMIMPIN

Nathaniel Aditya A N G G O TA

Devi Elora Gugun Fiona Valerie Muskananfola Talitha Vania Salsabella

Selamat membaca dan salam sehat jiwa! Afiyatul Mardiyah Pemimpin Umum

Cover Illustration by: Natalie Amadea @_ntlmd

U N S P O K E N |

2


D A F T A R I S I

A D

R A T F Unblinded

Tanda & Gejala Depresi | 6 Menghadapi Penderita Depresi | 8 3

Tips & Trik

Antidemotivasi di Kampus!

Unbored Quiz, Funfacts, and more!

| U N S P O K E N

05 15 23

M E I

2 0 1 7


I S I R 10 18

Unlocked

4

11 | Depresi dari Kacamata Medis BERSAMA DR. CITRA

13 | Ku Mengertimu, Kau Mengertiku! M AWA P R E S U I 2 0 1 7

Unexcluded

19 | Psychological First Aid 21 | Depression: Let’s Talk!

U N S P O K E N |


5

UN BLIN DED See and learn the facts.

| U N S P O K E N

M E I

2 0 1 7


U N B L I N D E D

TA N DA & G E JA L A DEPRESI “Lah? Dia depresi? Kok aku nggak sadar ya?�

Gambar: unsplash.com

Pernahkah Anda mengalami hal tersebut? Seringkali penderita depresi menunjukkan gerak-gerik yang seharusnya dapat kita kenali. Lalu, apa saja tanda-tanda tersebut?

Belakangan ini, seringkali kita temui orang di sekitar kita mengalami gangguan kesehatan mental berupa depresi. Depresi sendiri adalah gangguan mental yang disebabkan oleh beragam faktor, bisa berupa tuntutan hidup hingga pada kegagalan penyesuaian pada lingkungan sekitar. Kurangnya pengetahuan tentang gejala dan tanda depresi membuat kita terbilang lambat untuk menyadari apabila ada seseorang di sekitar kita yang membutuhkan bantuan. Hal ini mengarah pada kondisi

penderita depresi yang semakin memburuk. Hakikat manusia sebagai makhluk sosial menjadikan manusia selalu bergantung pada bantuan orang lain. Hal itu pulalah yang dirasakan penderita depresi. Tanpa kehadiran kita di sisi mereka untuk selalu memberi dorongan, maka mereka akan terus terlarut pada kondisinya. Namun, bagaimana kita dapat membantu sedangkan kita tidak memahami gejala dan tanda pada penderita depresi? Lantas, apa saja tanda dan gejala tersebut? Berikut ulasannya. Tanda dan gejala yang seringkali ditunjukkan oleh penderita depresi sangatlah beragam bergantung pada kondisi penderita masing-masing. Namun, ada beberapa kondisi umum yang bisa dijadikan sebagai acuan bahwa seseorang memang benar menunjukkan gejala depresi.

U N S P O K E N |

6


1. Kesedihan

Sedih adalah emosi sederhana yang dirasakan semua orang. Tetapi, ketika seseorang mengalami depresi sedih yang ia rasakan akan sangat mendalam dan berkelanjutan hingga menimbulkan masalah lain.

2. Gelisah dan Kekhawatiran

Gelisah dan kekhawatiran adalah hal yang akan muncul ketika kesedihan seseorang berlanjut. Kegelisahan ini menyebabkan munculnya perasaan ragu, perasaan bersalah setelah bertindak, bahkan kondisi yang lebih sensitif terhadap lingkungan sekitar. Hal-hal tersebut menyebabkan seseorang yang mengalami depresi tidak nyaman untuk beraktivitas.

3. Menarik Diri

7

Gambar: unsplash.com

Dengan ketidaknyamanan yang sedang dirasakannya, lingkungan masyarakat yang ramai adalah hal yang tidak menyenangkan bagi penderita depresi. Ia akan cenderung menarik diri dan menjauh dari kegiatan-kegiatan bersama orang lain, seperti yang biasanya ia lakukan.

4. Keinginan untuk Mengakhiri Hidup

Ketika mencapai kondisi yang penuh dengan tekanan akibat ketiga kondisi sebelumnya, penderita depresi cenderung nekat dan tidak dapat berpikir secara rasional. Mereka bisa saja merasakan bahwa hidup ini hanya akan menyusahkannya dan tidak ada hal lagi yang dapat mereka lakukan untuk mengubah hidupnya. Dengan pemikiran tersebut, penderita depresi cenderung memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Lantas, apakah Anda pernah menemukan kondisi di atas pada orang-orang di sekitar Anda? Atau bahkan Anda sendiri sedang mengalaminya? (Dhanty)

| U N S P O K E N

M E I

2 0 1 7


U N B L I N D E D Peran kita sebagai keluarga dan teman terdekat dari penderita depresi seringkali terabaikan. Lantas, bagaimana seharusnya kita memposisikan diri?

B A G A I M A N A

K I T A

M E N G H A DA P I P E N D E R I TA D E P R E S I Pemahaman masyarakat mengenai depresi yang masih kurang berdampak pada tumbuhnya stigma negatif terhadap penderita depresi. Hal ini membuat masyarakat cenderung enggan berurusan dengan mereka yang sebenarnya sangat membutuhkan bantuan dari orang di sekelilingnya. Alhasil, penderita depresi akan semakin terpuruk dengan kondisinya bahkan dapat berujung pada aksi bunuh diri.

rangi dampak yang lebih besar dari depresi.

Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa depresi hanya dapat ditangani oleh ahli kejiwaan, seperti dokter kejiwaan dan psikolog. Mereka berpikir bahwa intervensi dari orang yang bukan ahlinya justru akan memperparah kondisi penderita depresi. Anggapan tersebut adalah salah. Peran orang terdekat penderita depresi merupakan penanganan lini pertama yang bisa dilakukan dalam mengu-

Jika kita mendapati orang terdekat kita menunjukkan gejala depresi, jangan biarkan mereka sendiri. Seringkali timbul anggapan keliru yaitu orang yang sedang dirundung masalah membutuhkan waktu untuk menyendiri sehingga kita cenderung membiarkan mereka dengan masalahnya sendiri. Padahal kita seharusnya merangkul mereka dan turut prihatin dengan kondisinya. Satu hal yang penting, mendekati

Namun, pengetahuan masyarakat yang minim mengenai hal yang bisa dilakukan dalam penanganan depresi menjadi masalah utama. Lalu, apa saja hal yang bisa diambil dalam menghadapi penderita depresi? Berikut beberapa langkah yang bisa kita lakukan.

Jangan biarkan mereka sendiri

orang depresi tidaklah mudah. Dibutuhkan komunikasi dan pendekatan yang intens dan buatlah penderita depresi merasa nyaman untuk menceritakan masalahnya kepada kita.

Jadilah pendengar yang baik Kebanyakan kasus depresi pasti diawali oleh suatu masalah yang dipendam sendiri. Untuk itu, apabila kita menjumpai orang terdekat yang menunjukkan gejala depresi, jangan enggan untuk mendekati mereka. Perlu diketahui, bahwa sulit untuk membuat mereka tergerak untuk mendatangi kita dan menceritakan keluh kesah yang sedang dialaminya. Maka dari itu, dekatilah mereka dan buat mereka merasa didengar sehingga beban yang dipikulnya dapat terbagikan.

U N S P O K E N |

8


Gambar: unsplash.com

U N B L I N D E D

“Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meskipun seringkali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan.” -Tere Liye

9 Beri Dukungan Positif Orang yang tampak kuat pun masih butuh dikuatkan. Orang yang selalu bersemangat pun masih butuh disemangati. Lantas, bagaimana dengan orang yang mengalami depresi? Jangan pernah lelah untuk memberi dukungan positif bagi penderita depresi. Beri mereka semangat. Ajak mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Jangan katakan “Aku mengerti apa yang kamu rasakan” tapi katakanlah “Aku ada disini bersamamu untuk melalui semua ini.”

Sabarlah! Menghadapi orang yang depresi memang bukanlah hal yang | U N S P O K E N

mudah. Seringkali orang yang depresi menutup diri mereka sehingga kita terkadang sulit untuk membantu mereka. Namun, jangan biarkan kesulitan tersebut menjadi batu penghalang yang membuat kita menyerah di tengah jalan. Ingatlah bahwa mereka membutuhkan kita. Jangan tinggalkan mereka dan tetap pada tujuan awal kita untuk ada bersama mereka hingga masalah yang dihadapinya terselesaikan.

Beri saran untuk bertemu dengan ahli kejiwaan

hal yang perlu dipahami dalam menghadapi penderita depresi. Berilah saran yang konstruktif, seperti mengunjungi ahli kejiwaan yang mungkin dapat membantu mereka menyelesaikan masalahnya secara holistik. Satu hal penting yang wajib kita lakukan yaitu menepis segala stigma yang seringkali dipikirkan penderita depresi apabila mengunjungi ahli kejiwaan. Membuat malu, takut dianggap “orang gila”, dan anggapan lainnya harus mampu kita halau dan jelaskan dengan baik. (Yuli)

Menjadi pendengar bukan berarti kita yang harus menyelesaikan masalahnya. Keterbatasan kapasitas mungkin menjadi salah satu M E I

2 0 1 7


U

Gambar: unsplash.com

C

N L K E

O 10

D

Insight to the deepest questions

U N S P O K E N |


U N L O C K E D

Mengulas Depresi dari Kacamata Medis bersama

dr. Theresia Citraningtyas, MWH, PhD, SpKJ Depresi seringkali dianggap sebagai kondisi suasana hati yang tidak stabil dan akan sembuh dengan sendirinya. Benarkah hal tersebut?

11

B

eberapa waktu lalu, majalah Unspoken berkesempatan untuk mewawancarai dr. Theresia Citraningtyas, MWH, PhD, Sp.KJ, seorang psikiater alumni FKUI yang saat ini aktif di Bidang Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Cabang DKI Jakarta (PDSKJI Jaya). Psikiater yang kerap disapa dr. Citra ini membagikan informasi menarik yang mampu menepis stigma masyarakat mengenai depresi dari sudut pandang medis.

Depresi itu hanya sebuah penurunan mood atau sebuah penyakit?

Dalam dunia medis, kita mengenal adanya rentang tahapan seseorang bisa berada pada keadaan depresi. Stigma tentang depresi di masyarakat muncul karena mereka belum memahami rentang ini. Tahapan pertama adalah penurunan mood. Ada seseorang yang mengalami penurunan mood tetapi setelah beberapa hari dia membaik kembali. Jika penurunan tersebut tidak berat dan masih berkaitan dengan apa yang dialaminya, kita tidak bisa mengatakan dia depresi karena penurunan mood itu adalah hal yang manusiawi. Tahapan kedua yaitu gangguan penyesuaian apabila seseorang menghadapi masalah atau keadaan dalam kehidupannya yang berat. Kondisi ini juga bisa ditandai dengan penurunan mood. Sedangkan seseorang dikatakan menderita depresi atau tidak dinilai dari kriteria diagnosis tertentu. Jadi, depresi dan penurunan mood adalah dua | U N S P O K E N

hal yang berbeda namun saling berkaitan. Depresi merupakan suatu kondisi medis yang dapat dijelaskan secara klinis.

M E I

2 0 1 7


Lalu, bagaimana kacamata medis memandang depresi?

Perlu diingat bahwa kondisi mental juga melalui serangkaian proses ilmiah di dalam tubuh. Kondisi mental sangat erat kaitannya dengan otak. Apabila terdapat ketidakharmonisan kerja otak dalam mengolah informasi, maka kondisi mental kita juga dapat terganggu. Depresi adalah sebuah diagnosis. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan dasar seseorang benar-benar mengalami depresi secara klinis atau tidak. Misalnya, penurunan mood selama dua minggu dan masih banyak lagi kriteria lain yang dapat dilihat pada Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa 3 (PPDGJ 3) atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 5 (DSM 5). Jadi, diperlukan peran ahli yang memang mengerti betul tentang diagnosis depresi sebagai sebuah kondisi klinis.

Apa saja faktor yang menyebabkan seseorang mengalami depresi?

Ada 3 faktor yaitu faktor biologis, psikologis, dan sosial. Faktor biologis berhubungan dengan kestabilan komponen-kompenen yang penting dalam mengatur kondisi mental. Bisa berupa kerusakan otak, senyawa penghantar impuls saraf yang tidak seimbang, atau bahkan komplikasi penyakit lain. Faktor psikologis terkait dengan pola pikir dan kepribadian masing-masing orang. Setiap orang tentunya memiliki respon yang berbeda jika dihadapkan pada beban masalah yang sama. Faktor terakhir adalah faktor sosial yang berhubungan dengan kondisi lingkungan sekitar yang dapat berpengaruh pada kondisi mental seseorang. Orang yang berada di perkotaan tentunya memiliki tuntutan hidup dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang berbeda dibandingkan orang yang berada di pedesaan.

Seperti penyakit-penyakit lain yang memiliki uji penegakan diagnosis dan pengobatan, apakah depresi juga memiliki hal tersebut?

Jika berbicara mengenai uji diagnosis pada depresi kita bisa saja menggunakan kuesioner.

“Kesadaran penderita diperlukan untuk menyadari bahwa ada sesuatu tidak biasa pada dirinya yang memerlukan penanganan segera.� Tapi, perlu diingat bahwa penilaian depresi bersifat klinis. Ada penelitian yang menggunakan functional MRI untuk melihat kondisi otak penderitanya, dan ditemukan bahwa kondisi otak penderita depresi agak redup dibandingkan orang normal. Tapi, MRI ini jarang digunakan karena biayanya yang mahal. Diagnosis berbasis kriteria PPDGJ 3 dan DSM 5 dirasa sudah cukup untuk mengetahui status mental seseorang. Untuk pengobatan sendiri, penderita depresi dapat diberi obat antidepresan dan psikoterapi.

Masalah utama dalam penanganan depresi adalah kurangnya kesadaran penderita untuk mengunjungi psikiater. Bagaimana menumbuhkan kesadaran tersebut?

Sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kesadaran penderita diperlukan untuk menyadari bahwa ada sesuatu tidak biasa pada dirinya yang memerlukan penanganan segera. Kurangnya kesadaran tersebut bisa karena ketidaktahuan maupun karena perasaan malu. Untuk itu, peran keluarga dan teman terdekat dapat membantu. Kedua, stigma tentang kunjungan ke ahli kejiwaan yang menghantui penderita dan keluarga terdekatnya harus diatasi. Menyikapi isu depresi ini, dr. Citra berpesan agar seluruh lapisan masyarakat dapat lebih aware dengan kesehatan mental. Beliau berpendapat bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menyadari hal tersebut. Yang terpenting adalah depresi itu tidak menular dan dapat ditangani. Untuk itu, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk memandang depresi sebelah mata. (Afi & Balqis) U N S P O K E N |

12


KU MENGERTIMU

“K

alau beban itu bisa dibagi, kenapa kita harus menanggungnya sendiri�

13

Depresi sebagai salah satu gangguan kesehatan mental, kurang mendapatkan perhatian serius dari berbagai kalangan, khususnya mahasiswa. Kesibukan dan aktivitas yang padat membuat mahasiswa enggan untuk memahami pentingnya kesehatan mental. Tetapi, keengganan tersebut tidak ditunjukkan oleh Yudhistira Oktaviandie, Mahasiwa Berprestasi (Mapres) UI 2017 dari Departemen Biologi FMIPA UI yang merasa peduli dan ingin berbagi pengalamannya mengenai pentingnya kesehatan mental bagi mahasiswa.

Nama Lengkap Nama Panggilan TTL Pendidikan Motto

: : : :

Yudhistira Oktaviandie Odie Samarinda, 3 Oktober 1997 SMAN 10 Samarinda Biologi FMIPA UI 2014 – Sekarang : Do what you want first, then do what you have to do

| U N S P O K E N

M E I

2 0 1 7


U N L O C K E D

KAU MENGERTIKU “Saya mendeskripsikan depresi sebagai stres apabila saya mendapatkan tuntutan yang banyak dengan waktu pengerjaan yang minim,” ungkap pria kelahiran Samarinda, 3 Oktober 1997 ini. Odie, begitu sapaan akrabnya, seringkali merasakan kondisi tertekan apabila ia menjalankan tanggung jawab yang banyak sekaligus. Ketika berada dalam kondisi tersebut, Odie biasanya memilih untuk berkeluh kesah kepada teman dekatnya. “Kalau sudah begitu saya akan cerita ke teman, istilahnya kalau beban itu bisa dibagi, kenapa kita harus menanggungnya sendiri,” jelas Odie. Ia mengaku bahwa suatu masalah yang dihadapi sudah sepatutnya dibagikan kepada kerabat terdekat. Menurutnya, kekeliruan yang seringkali terjadi ialah kebanyakan orang menganggap bahwa tanggung jawab dan masalah harus diselesaikan sendiri. Padahal, hakikat manusia sebagai makhluk sosial sudah menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan bantuan orang di sekitarnya. “Di saat kita merasa kepanasan terkena api, kita pasti akan mencari cara untuk menghilangkan rasa panas itu,” ungkap Odie. Jika terdapat permasalahan, sudah sepatutnya kita harus berusaha mencari jalan keluar sesegera mungkin. Memendam masalah sendirian justru akan memperparah kondisi yang ada. Jalan keluar yang dapat dilakukan sangatlah beragam, misalnya dengan menceritakan masalah ke kerabat atau teman hingga melakukan aktivitas lain sekadar untuk mengurangi beban pikiran. “Namun, ada juga masalah yang tidak bisa dibagi ke siapapun. Jikalau hal tersebut ter-

“...bahwa sebenarnya di sekeliling kita begitu banyak orang yang membutuhkan bantuan untuk bisa lepas dari tekanan masalah...” jadi, maka hubungannya spiritual yaitu dengan Tuhan,” kata Odie. Menurut Odie, hubungan kita dengan Tuhan menjadi kunci utama dalam penyelesaian berbagai macam masalah dalam hidup. Odie juga mengungkapkan bahwa ia pernah memiliki teman yang mengalami depresi. Temannya tersebut tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar selama satu semester. “Wajahnya suram, tidak banyak bicara dan tidak ikut perkuliahan satu semester,” jelasnya. Hal tersebut membuatnya semakin sadar bahwa sebenarnya di sekeliling kita begitu banyak orang yang membutuhkan bantuan untuk bisa lepas dari tekanan masalah. Kehidupan kampus yang sangat dinamis membuat siapa saja rawan untuk mengalami gangguan kesehatan mental. Ia juga berpendapat bahwa sudah menjadi tugas kita semua untuk mendukung dan memahami kondisi orang-orang di sekitar kita jikalau mereka membutuhkan bantuan untuk menghadapi masalah kesehatan mental. Bantuan yang diberikan tidak dinilai dari solusi yang dapat kita berikan, melainkan seberapa besar kepedulian yang bisa kita tunjukkan kepada mereka yang membutuhkan. “Yang terpenting adalah berusaha mendukung dan mendengarkan cerita mereka walaupun saya sendiri tidak bisa memberikan solusi,” tambahnya sebagai penutup. (Balqis) U N S P O K E N |

14


t i p s t r i k& antidemotivasi di kampus!

15

Gambar: huffpost.com

PRAKTIKUM QUIZ UAS | U N S P O K E N

M E I

2 0 1 7


&

M Z

T I P S & T R I K Pernahkah kamu merasa tertekan, masalah di kampus seakan datang silih berganti dan kamu merasa tidak mampu untuk menyelesaikannya? Tenang saja. Coba lakukan beberapa hal berikut yang dapat membantumu meringankan masalah yang kamu hadapi.

#1

Cerita dan bagikan masalahmu Kamu dapat berbagi perasaan yang sedang kamu rasakan kepada orang-orang terdekatmu, seperti orang tua, saudara, pacar, atau sahabat. Dengan membagikannya kepada orang lain, bebanmu akan berkurang karena kamu tidak lagi menyimpan dan menghadapinya sendiri.

#2

Dengarkan musik kesukaanmu

Cara ini adalah cara yang paling mudah. Hanya dengan menggunakan perangkat elektronik, kamu bisa mendengarkan musik kesukaanmu. Nikmati musiknya dan lupakan sejenak masalah yang sedang kamu hadapi, just enjoy the music. Setelah itu, pikiranmu akan semakin jernih dan siap memikirkan solusi untuk masalah yang kamu hadapi.

#3

#5

Lakukan hobi

Melakukan hal yang disenangi tentunya dapat meningkatkan mood. Dengan melaksanakan hobi, masalah akan terlupakan beberapa saat dan otak akan lebih relaks untuk memperbaiki kondisi mental untuk menghadapi masalah yang ada.

Istirahat yang cukup

Dalam keadaan tertekan, kualitas tidur seseorang mungkin akan terganggu. Cobalah untuk melupakan masalahmu sejenak dan istirahatlah. Tidur yang cukup dan jangan begadang. Kualitas tidur yang baik dapat me-refresh otakmu yang sedang banyak pikiran.

#4

Berolahraga Selain untuk menjaga kondisi fisikmu agar tetap stabil, ternyata olahraga juga dapat memperbaiki kondisi mentalmu. Dengan berolahraga, perasaan sedih atau kekhawatiran yang kamu alami dapat berkurang. Selain itu, olahraga juga membantu untuk memperbaiki kualitas tidurmu.

#6

Beribadah

Cara yang satu ini adalah hal yang sangat penting untuk kamu lakukan ketika menghadapi masalah. Dengan meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, kamu akan mendapatkan kekuatan spiritual untuk menerima dan menjalani semua masalah yang sedang kamu hadapi.

Bagaimana? Sekarang sudah paham kan cara untuk mengelola kondisi mentalmu ketika dihadapkan pada banyak masalah? Jangan biarkan masalah membuatmu terdemotivasi dan hilang semangat. Ayo, hadapi semuanya dan jangan lupa tersenyum! (Dhanty) U N S P O K E N |

16


Malabis, yang dalam bahasa Arab artinya ‘pakaian’, merupakan jasa konveksi jahit yang berlokasi di Depok. Malabis melayani pemesanan untuk produksi kaos, jaket, emblem, totebag, dan topi custom sesuai desain yang diinginkan. Semenjak didirikan pada 5 Maret 2015, Malabis selalu mengutamakan mutu pelayanan yang cepat, tepat waktu, mudah, harga terjangkau, bisa dinego, dan sesuai pesanan. Malabis juga bersedia menjalin kerjasama sponsorship di event-event kampus maupun luar kampus. Malabis clothing sejauh ini telah menjalin kerja sama dengan : • OKK UI 2016 • BEM FIB UI 2016-2017 • BEM FEB UI 2017 • DPM FIB UI 2017 • PT NUSAPRATAMA DWI KHARISMA • UI Start up Festival 2016

Untuk melihat galeri produksi Malabis, silakan cek @malabis.clothing

YAYASAN ANUGRAH Nomor AHU - 0006570. AH.01.04. Tahun 2007

SEKOLAH KHUSUS & TERAPI TUMBUH KEMBANG ANAK SPESIAL MANDIRI

Jl. Sastradikarta RT. 05 RW. 07 Link. Pegantungan Lama Jombang Wetan Cilegon, Telp. 087774545318

E

• Pantera FISIP UNPAD 2016 • UI Youth Environmental Action • Festival Timur Tengah UI 2017 • Korean Culture Day 2017 • Business Management ITS 2017 • dan masih banyak lagi

Malabis clothing sudah tidak diragukan lagi. Jika Anda berminat melakukan pemesanan atau kerjasama silahkan hubungi fernandi29

082211138097

C D


UN EX Gambar: pexels.com

Events. latest. inclusive.

18

CLU DED U N S P O K E N |


Gambar: deathtothestockphoto.com

Psychological First Aid

19

Psychological First Aid (PFA) merupakan salah satu agenda tahunan yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Pelaksanaan PFA tahun ini merupakan pelaksanaan yang ketiga sejak diadakan pertama kali pada tahun 2015. PFA 2017 dilaksanakan pada Sabtu, 13 Mei 2017 di Auditorium Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

| U N S P O K E N

M E I

2 0 1 7


U N E X C L U D E D Mengusung tema “Be Aware of Depression” panitia pelaksana PFA 2017 ingin menunjukkan bentuk dukungannya atas kampanye WHO pada perhelatan World Health Day 2017 tentang pentingnya gangguan kesehatan mental. PFA tahun ini dihadiri oleh tiga narasumber yang samasama berkecimpung di dunia kesehatan mental. Pembicara pertama yaitu dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ, seorang psikiater yang menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Cabang DKI Jakarta. Beliau membahas mengenai gangguan emosi yang bisa terjadi pada remaja. Beliau mengungkapkan bahwa gangguan emosi pada remaja harus mampu dikenali dengan baik dan apabila ada gangguan, penderita harus mau bercerita kepada orang terdekatnya. Tak lupa, beliau juga menyarankan kepada penderita depresi untuk mau mengunjungi psikiater dan ahli kejiwaan untuk mendapatkan penanganan yang efektif. “Berbicara dengan profesional yang akan mendengarkan tanpa menghakimi,” jelas Nova.

Perwakilan Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Mira Caliandra, MA juga ambil bagian dalam acara ini. Beliau memaparkan tentang gejala depresi yang dikaitkan dengan PFA sebagai sistem pertolongan pertama pada penderita gangguan mental. Mira menjelaskan bahwa konsep PFA bertujuan untuk mengurangi dampak stres dan memperkuat proses pemulihan penderitanya. Melaksanakan PFA tidaklah mudah dan dibutuhkan kesabaran. “Mulailah dengan percakapan. Fokus pada emosinya, baru pada permasalahan yang dimilikinya,” kata Mira. Pembicara terakhir datang dari komunitas pencegah bunuh diri berbasis bukti ilmiah dan hak asasi manusia. Mereka menamai komunitasnya sebagai Komunitas Into The Light. Ahmad Rifai sebagai perwakilan dari komunitas Into The Light memulai penjelasannya dengan mengenalkan komunitasnya kepada seluruh peserta talkshow. “Komunitas pengubah putus asa menjadi cahaya,” jelas Ahmad yang diikuti dengan tepuk tangan dari seluruh peserta PFA. Se-

suai dengan mottonya “Hapus stigma, peduli sesama, sayangi jiwa” komunitas ini membantu para penderita depresi berat yang berniat mengakhiri hidupnya untuk bangkit dan memperbaiki semuanya. Ahmad juga menjelaskan bahwa aksi bunuh diri pada penderita depresi dapat dicegah asalkan penanganan yang tepat segera diambil. Seluruh peserta talkshow PFA begitu antusias mendengarkan pemaparan dari narasumber. Begitu banyak pertanyaan yang diajukan oleh peserta kepada ketiga narasumber yang membuat suasana talkshow terasa menarik. Talkshow PFA diakhiri dengan workshop yang bertemakan “How to be an Effective Provider of PFA”. Setelah mendapatkan materi mengenai gejala dan penanganan depresi, diharapkan peserta mampu mengaplikasikannya pada workshop yang diadakan. Workshop ini dikemas sedemikian rupa agar peserta tidak bosan dan mampu menjadi agen PFA yang baik.

(Farah)

U N S P O K E N |

20


Depression: Let’s Talk! W

O

H D

R

E A

A Y

L L

2

T 0

21

Minimnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan mental membuat WHO mengangkat depresi sebagai tema dalam peringatan hari kesehatan sedunia. Mampukah kampanye ini membuka mata masyarakat?

| U N S P O K E N

D H 1

7

World Health Day atau Hari Kesehatan Sedunia merupakan acara tahunan yang diselenggarakan setiap tanggal 7 April yang bertepatan dengan peringatan hari lahir WHO (World Health Organization). Tahun ini, World Health Day mengusung tema kesehatan mental dengan slogannya, Depression: let’s talk! Pemilihan depresi sebagai topik utama dalam acara ini didasari atas kesadaran WHO tentang kesehatan mental yang juga sangat krusial sama halnya dengan kesehatan fisik. WHO menemukan bahwa angka penderita depresi di seluruh dunia terus bertambah setiap tahunnya. Statistik menunjukkan bahwa angka penderita depresi meningkat sebesar 50% sejak tahun 1990 hingga 2013. Penanganan depresi yang lambat dapat M E I

2 0 1 7


U N E X C L U D E D di sekitarnya tidak peka. Padahal orang yang depresi itu sedang sakit dan membutuhkan bantuan kita untuk sembuh dari penyakitnya�, tuturnya. juga

ini tentunya diikuti dengan target pencapaian yang diharapkan. Beberapa target yang ingin dicapai oleh WHO dalam penyelenggaraan World Health Day tahun ini meliputi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang depresi, tergeraknya masyarakat untuk mencari pertolongan ketika merasa mengalami gejala depresi, dan tergeraknya orangorang di sekitar penderita depresi untuk mau membantu dan memberi dukungan.

disampaikan oleh Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr. Diah Setia Utami, Sp. KJ., MARS. Beliau berpendapat bahwa stigma tentang depresi yang tumbuh di masyarakat harus mampu dihilangkan. Penderita depresi seringkali dicap sebagai orang yang jauh dari Tuhan, terkena sihir, atau bahkan didekati makhluk halus. “Seringkali mereka tahu ada yang terjadi dalam dirinya, namun seringkali merasa takut salah menyatakan perasaan. Terkadang mereka sudah bicara tapi tidak didengarkan, malah dinasehati, atau disalahkan. Itu justru memperparah keadaan�, jelas Diah.

WHO juga mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan penuansaan sebagai bentuk dukungan atas kampanye yang diusungnya. WHO menyediakan beberapa poster menarik yang dapat diunduh masyarakat umum dan dapat digunakan sebagai foto profil akun media sosial. Tujuannya untuk memperlihatkan keterlibatan masyarakat dalam kampanye dan agar kampanye yang dilakukan mampu menjangkau berbagai kalangan. Secara terbuka, WHO juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengadakan kampanye yang sama dengan malaksanakan acara-acara yang dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental. Depresi merupakan penyakit mental yang dapat disembuhkan dan sudah menjadi tanggung jawab kita semua untuk membantu penderita depresi di sekeliling kita.

Hal mengarah kepada aksi bunuh diri. Sekitar 800 ribu kematian akibat bunuh diri terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia akibat dampak dari depresi yang tidak tertangani dengan baik. Hampir seluruh negara di dunia terlibat dalam menyemarakkan kampanye WHO tersebut. Tak ketinggalan, Indonesia juga turut serta dalam memeriahkan peringatan hari kesehatan sedunia dengan turut mengusung tema nasional, Depresi: Yuk Curhat! Perhelatan hari kesehatan sedunia di Indonesia diselenggarakan di Gedung Kementerian Kesehatan RI yang dihadiri oleh perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr. Jihane Tawilah. Beliau mengungkapkan bahwa stigma terhadap penderita depresi harus dikurangi dan setiap orang harus lebih peka terhadap tanda dan gejala depresi. “Orang yang mengalami depresi itu merasa dirinya tidak baik sementara orang-orang

selaras

Penyelenggaraan kampanye oleh WHO tentang depresi

(Farah & Afi)

U N S P O K E N |

22


Z I U Q U N B O R E D

Uji seberapa tinggi tingkat stresmu!

23

Kuis ini dikutip dari buku karangan S. Eliot, MD dan Dennis L. Breo yang berjudul Is it Worth Dying For? Terdapat 28 pernyataan dan berilah skor untuk masing-masing pernyataan. Skor 1 apabila kamu hampir tidak pernah mengalaminya, skor 2 apabila kamu kadang-kadang mengalaminya, skor 3 apabila kamu sering mengalaminya, dan skor 4 apabila kamu selalu mengalaminya.

Tulis skormu disini! 1. Segalanya harus sempurna 2. Aku harus melakukannya sendirian 3. Aku merasa lebih terasing dari keluargaku dan teman dekatku 4. Aku rasa orang-orang harus mendengarkanku lebih baik 5. Hidupku seolah mengejarku 6. Aku tidak boleh gagal 7. Aku tidak bisa mengatakan tidak atas tuntutan baru tanpa merasa bersalah 8. Aku harus meningkatkan gairahku terus menerus untuk menghindari kebosanan 9. Aku merasa kurang bergaul intim dengan orang-orang di sekitarku 10. Aku sulit untuk rileks 11. Aku tidak mampu menertawakan guyonan atas diriku sendiri 12. Aku menghindari mengungkapkan pikiranku 13. Aku merasa tertekan setiap saat demi sebuah kesuksesan 14. Secara otomatis, aku menunjukkan sikap-sikap negatif 15. Aku selalu pulang larut malam 16. Aku lupa kalau ada deadline dan janjian dengan orang dan lupa dengan barang milimilikku 17. Aku mudah merasa tersinggung dan dikecewakan oleh orang-orang di sekelilingku 18. Seks selalu menjadi sebuah masalah bagiku 19. Aku merasa telah menguras seluruh kemampuanku sendiri 20. Aku bangun pagi-pagi dan sulit untuk tidur malam 21. Aku merasa lelah sekali 22. Aku merasa tidak puas dengan hidup pribadiku 23. Aku merasa tidak puas dengan pekerjaanku 24. Aku merasa berada di atas awan (tidak menginjak bumi) 25. Aku menghadapi masalah sendirian 26. Aku sulit tidur 27. Aku sulit untuk bangun 28. Aku merasa ingin tidur terus

Hitunglah total skormu. Berikut penjelasan mengenai total skor yang kamu dapatkan!

≤29

30-58

59-87

Tingkat stress sangat ringan

Tingkat stress ringan

Tingkat stress cukup tinggi

| U N S P O K E N

>87 Tingkat stress tinggi

M E I

2 0 1 7


T C A F N

FU Hewan Bisa

Sebelum adanya penelitian tentang depresi pada hewan, ilmuwan menganggap penyakit mental hanya bisa terjadi pada manusia. Nyatanya, depresi juga bisa terjadi pada hewan. Lalu, hewan apa saja yang bisa mengalaminya?

Depresi Juga?

i

m

n

j

i

Gambar: unsplash.com

Gambar: animalplanethd.com

s

a

p

a

n

s

e

Tanda-tanda depresi terlihat jelas pada seekor simpanse yang tinggal di Taman Nasional Gombe, Tanzania. Simpanse yang bernama Flint ini sering menyendiri setelah ibunya mati. Flint juga tidak mau makan dan selalu berdiam diri di tempat ibunya biasanya beristirahat. Hal ini menunjukkan bahwa hewan juga dapat merasakan emosi yang dalam dan mengalami depresi. Ilmuwan menemukan bahwa simpanse tersebut mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder).

n

g

p

e

l

a

c

a

k

Anjing pelacak militer seringkali mengalami depresi karena seringnya terpapar aktivitas perang. Mereka bertindak seperti anggota militer yang trauma akan perang dan diobati dengan obat penenang yang sama seperti obat penenang untuk manusia.

l

u

m

b

a

-

l

u

m

b

a

Gambar: alphacoders.com

Pada tahun 1960-an, seekor lumba-lumba sirkus bernama Kathy diduga membunuh dirinya sendiri ketika sedang pentas pada sebuah acara televisi “Flipper� yang disiarkan secara langsung akibat depresi. Kathy secara sengaja tidak mengambil napas ke permukaan dan membuatnya mati kehabisan napas. Banyak pihak yang menduga bahwa Kathy mendapat siksaan selama latihan yang menyebabkan Kathy mengalami depresi berat.

Contoh-contoh di atas memperlihatkan bahwa hewan pun bisa mengalami depresi. Kasus depresi pada hewan sebagian besar ditemukan pada (Farah & Afi)

hewan-hewan tingkat tinggi, seperti mamalia dan aves. Hal ini dikarenakan keberadaan gen kompleks yang mengatur pembentukan emosi psikolo-

gis yang bervariasi. Gangguan pada gen tersebut memperbesar peluang hewan tingkat tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan mental. U N S P O K E N |

24


‘Hey, It’s Hannah’. Kalimat tersebut tentu tidak asing lagi di telinga para penikmat serial 13 Reasons Why, sebuah serial drama Amerika yang tengah menjadi perbincangan. Serial yang mampu mengacak-ngacak emosi para penontonnya ini dinilai dapat menginspirasi aksi bunuh diri pada remaja.

rumahnya. Asher menggambarkan Clay sebagai tipikal anak baik yang diam-diam jatuh cinta pada Hannah. Clay yang mendengarkan rekaman tesebut terkejut mengetahui bahwa itu adalah rekaman milik Hannah dan mungkin saja dirinyalah penyebab Hannah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Bersama Clay, penonton dibawa melintasi waktu untuk merangkai kepingan-kepingan misteri dibalik kematian Hannah Baker.

Dipenuhi kontroversi

Berawal buku 25

dari

sebuah

Serial drama yang dibintangi oleh Katherine Langford ini berasal dari sebuah buku garapan Jay Usher yang berjudul 13 Reasons Why. Buku ini terbit pada tahun 2007 dan mendapat penghargaan sebagai buku best seller dari majalah New York Times pada tahun 2011. Asher mengaku dirinya terinspirasi setelah salah satu kerabatnya berusaha untuk melakukan aksi bunuh diri. Sementara itu, ide untuk menggunakan kaset rekaman sebagai objek utama dalam buku garapannya tersebut muncul setelah ia mendengar rekaman tur saat LA Vegas Exhibition. Buku tersebut menarik perhatian para produser film karena dianggap membawa ‘angin baru’ di industri perfilman | U N S P O K E N

Amerika. Kemudian, buku 13 Reasons Why diangkat menjadi serial drama dengan 13 episode. Serial drama 13 Reasons Why telah tayang di Netflix sejak Maret 2017 lalu.

Meski dianggap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai isu yang tabu, serial ini juga dinilai mengandung konten dan penggambaran grafis yang berbahaya bagi remaja. Penggambaran adegan bunuh diri yang secara gamblang dilakukan oleh Hannah dapat memancing orang dengan kondisi mental kurang stabil untuk melakukan hal yang serupa. Serial ini seakan-akan menunjukkan bahwa bunuh diri dapat dijadikan sebagai jalan keluar dari suatu permasalahan.

Gambar: schooloftelefilm.it, i.ytimg.com

U N B O R E D

E R N E S I Memecahkan misteri di balik kematian

Serial ini mengisahkan tentang seorang siswi SMA bernama Hannah Baker (Katherine Langford) yang melakukan aksi bunuh diri. Sebelum kematiannya, Hannah telah merekam 13 rekaman dalam tujuh buah kaset yang berisikan 13 alasan dan nama orang-orang yang terlibat sebagai penyebab Hannah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Cerita dimulai saat seorang lelaki yang bernama Clay Jensen (Dylan Minette) menemukan 7 kaset milik Hannah di depan

Secara keseluruhan, serial ini terbilang unik dan memiliki pesan yang baik. Hanya saja dalam pengemasannya memiliki banyak triggered warning sehingga memerlukan pengawasan dan pikiran terbuka saat menyaksikannya. (Fiya & Yuli)

M E I

2 0 1 7


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten (FEBI) merupakan salah satu fakultas termuda di IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Berada di bawah pimpinan Dr. Nihayatul Masykuroh, M.Si., FEBI hadir sebagai fakultas yang tidak hanya mengutamakan kecerdasan intelektual tetapi juga mengedepankan penanaman nilainilai islamiyah. Hingga saat ini FEBI IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten telah membuka beberapa program studi unggulan, antara lain:

Asuransi Syariah Perbankan Syariah Ekonomi Syariah Sebagai fakultas yang terbilang baru, FEBI telah dilengkapi sarana dan prasarana yang cukup lengkap dan memadai, seperti:

Laboratorium Bank Mini Laboratorium Pasar Modal Laboratorium Asuransi Laboratorium Galeri Investasi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

N

“Menjadi institusi pendidikan tinggi islam yanga unggul dan terkemuka dalam pengembangan ilmuilmu keislaman� Selain aktif dalam meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pembelajaran, FEBI juga aktif dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan yang mendukung peningkatan mutu calon lulusan, seperti:

- Seminar Nasional tentang Pasar Modal - Seminar Nasional tentang Asuransi Syariah - Seminar Kewirausahaan Workshop Standar Mutu Jurusan - Islamic Economic Festival Anniversary

IAIN SULTAN MAULANA IAIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN HASANUDDIN BANTEN Jl. Jendral Sudirman 30, Serang - Banten 42118 Telepon: (0254) 200 323

Website / Email: www.iainbanten.ac.id / sektoriainbanten@gmail.com, surat@iainbanten.ac.id


U N S P O K E N © 2 0 1 7


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.