Majalah Fakultas FKIP Untan

Page 1

Keteladanan dari Kemurahan Hati Oleh: Arifin (F05107034) Aku teringat akan sebuah cerita masa silam… Putih merah bajuku… Awal ku mencerna semua tentang hidup… Dari seorang tua bersepeda sederhana… Beliau mengajarkan makna cinta, tentang bagaimana untuk melangkah… Di tengah terpaan kehidupan yang senantiasa bergejolak… Disana aku menemukan cinta, melebihi katakata “pahlawan tanpa tanda jasa” Tak bergeming ketika kuingat masa hangat mereka dan aku… Membangun kedewasaan untuk memahami bagaimana belajar dari hidup… Tak penah kusam wajahmu berlalu, tak penah lelah yang kau tampilkan, semua apa adanya… Berlalu untuk memberikan pelajaran, dengan suka ataupun sedih…

20

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

Bapak… Ibu… Guruku… Walau kantongmu tak pernah penuh, walau hidupmu jauh dari kecukupan, aku bangga… Untuk sebuah kesederhanaan, ada kewibawaan besar yang lahir untuk selalu memberikan cinta… Cinta akan sebuah ketulusan tanpa ada perangkap semu di dalamnya… Hanya mengalirkan sebuah pelita hidup yang ku kenal dengan ilmu… Tak banyak yang bisa kami balas, melainkan do’a untukmu guruku… Kini, kami ingin sepertimu… Mengikuti jejak orang hebat, melebihi pahlawan… Yang selalu berkata jujur, tulus, dan sederhana dalam membimbing kepada kehidupan… Tauladan setia untuk kami jadikan acuan… Terima kasih, Ibu Bapak Guruku… Do’akan kami lurus, mengikuti jejakmu…

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

1


ARTIKEL DARI REDAKSI

REDAKSI

SALAM MAHASISWA………

ASPIRATIF, EDUKATIF PROFESIONAL !!!!! DITERBITKAN OLEH Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura DEWAN PENGARAH Dr. Aswandi KETUA BEM Bustamil Arifin MENTERI PENDIDIKAN Siti Fatimah DIRJEN BULPEN Sadam Thaibin PEMIMPIN REDAKSI Sadam Thaibin REDAKTUR Damai Yanti REPORTER Sadam Thaibin, Damai Yanti, Tri Eka Heti Purnawati, Ya’ Syahibal EDITOR Ya’ Syahibal BENDAHARA Tri Eka Heti Purnawati LAYOUT Mushar ALAMAT REDAKSI Jl. A. Yani Pontianak, CONTACT PERSON : Sadam Thaibin (082149869744), EMAIL Bulpen_fkip@yahoo.co.id

2

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena Bulpen dapat hadir kembali menemani pembaca setianya yang dengan sabar menunggu. Nah, sekarang waktunya Bulpen kembali dengan wajah barunya di Edisi Mei-Juni, tetap dengan esensinya sebagai media kampus FKIP Untan yang dapat memberikan informasi yang akurat dan memiliki kredibilitas yang tinggi. Pada edisi terakhir ini, kami mengangkat tema yaitu “Maju Bergerak dengan Kreativitas” dengan menu pembuka yaitu liputan utama mengenai Pekan Raya Pendidikan. Untuk liputan khusus mengangkat semua informasi sekitar kegiatan KBM FKIP Untan serta berbagai informasi lain, kolom sastra yang berisi puisi, cerpen dan

cergam. Diedisi terakhir ini, kami segenap Tim Bulpen mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam setiap penerbitan Bulpen. Semoga Bulpen dapat menjadi media kampus yang bermanfaat bagi pembaca khususnya masyarakat FKIP Untan. Kami menyadari, ada beberapa kekurangan dalam pengerjaan Bulpen ini, namun kami sudah melakukan usaha sebaik dan semaksimal mungkin. Untuk perbaikan Bulpen di edisi mendatang diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak di bulpen_fkip@ yahoo.co.id. Ditunggu ya….. Cukup sampai disini dari redaksi.. Let’s read and enjoy it.. :)

CATATAN AKHIR BEM FKIP AEP (Aspiratif, Edukatif, dan Profesional)!! Oleh: Bustamil Arifin (Presiden Mahasiswa BEM FKIP Periode 2011/2012)

D

ala m rentang waktu yang tak lebih dari 11 bulan ini begitu banyak perjuangan yang kami bangun baik yang tela h ada dan dilanjutkan maupun yang kami rintis pada periode ini. Aksi turun ke jalan juga coba kami •perkenalkan• kembali kepada mahasiswa terlebih lagi mahasiswa FKIP Untan. Namun tak hanya melakukan aksi-aksi heroic, kritik-kritik yang kami lontarkan terhadap kemelut kampus,maupun negeri ini tapi lebih dari itu kami menyadari perlunya sebuah •keteladanan• dari anak bangsa bagi setiap warga Negara bangsa ini terlebih lagi bagi paraa pengambil kebijakan, para penyalu r aspirasi rakyat atau siapapun yang mempunyai andil bagi •sandiwara• negeri ini. Maka dari itu kami melakukan aksi-aksi sosial, pendidikan untuk anak yatim piatu hingga membentuk suatu desa binaan terutama dala m sector pendidikan. Inila h bukti dan karaya nyata kami dala m meningkatkan pendidikan terutama di Kalbar, tak perlu banyak berargumen untuk saling menjatuhkan merasa pendapat dan solusinya yang paling benar, tak perlu banyak beretorika didepan sesama mengemukan rencana strategis dibarengi dengan analisis yang tajam tapi dengan tegas saya katakan itu tidak akan merubah wajah bangsa ini. Semoga apa yang tela h kami persembahkan bagi kampus ini dapat menjadi suatu bekal perjalanan kami nantinya yang mampu menjadi guru terbaik kami dala m mengarungi pertarungan di kehidupan bermasyrakat, berbangsa, bernegara dan ber-ala m semesta. Perjuangan kami di BEM FKIP tela h berakhir, namun perjuangan kami sebagai mahasiswa, sebagai cikal bakal ele men-ele men dala m masyarakat tidak akan pernah surut dari setiap sendi kehidupan kami sebagai pewaris perubahan dan penegak kejayaan bangsa dan Negara. Teruskan perjuangan kami di kampus oren ini, berikan karya terbaik kalian untuk bangsa negara. Jangan hanya duduk diam, atau terlalu la ma mati dala m retorika dan argumen-argumen yang tak berujung. Kita harus bergerak, kita harus tau apa yang kita lakukan bukan atas dasar intervensi warisan dan kultural belaka, tapi apa yang kita lakukan hendaknya harus dan menjadi suatu kewajiban berdasarkan persoalan yang terbelengkalai hari ini di negeri ini. Temukan rumus-rumus baru, formulasi yang handal dala m membangun pemuda bangsa dan negara hari ini. Bangkitla h wahai laskar oemar bakrie.

Dari kami pengurus BEM FKIP Untan Periode 2011-2012 untuk Indonesia Merdeka. Tertanda Presma BEM FKIP Untan Periode 2011-2012 ’Bustamil Arifin’

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

19


Nangka Jaya Selalu Berjaya*

PEMIRAMA HASILKAN WAJAH BARU PRESMA-WAPRESMA KAMPUS ORANGE !!

Oleh: Siti Fatimah F05108021 Menteri Pendidikan BEM FKIP Untan 2011/2012

Di balik semua aneka derita yang terhampar menyapa Ada seni jiwa yang luar biasa menggugah rasa Tentang mereka Yang tetap melangkah di atas medan yang tak biasa Tentang mereka yang tetap bersuka cita dengan segala yang ada Tentang mereka Yang tak henti tertawa menghadapi semua yang menyiksa Dan karena mereka Aku belajar dan menyadari Betapa semua ini lebih dari luar biasa Dan karenanya Syukur tak terkira kupanjatkan pada Yang Maha Kuasa Goresan takdir yang membawaku melangkah Mengukir kisah di tanah nun jauh di sana Aku siap kembali Tentu dengan jiwa yang lebih kuat lagi (Fa.2012)

Kamis, 26 April 2012 - Pekan Raya mahasiswa (Pemirama) kembali digelar di kampus orange menjelang berakhirnya kepengurusan BEM FKIP Untan periode 2011/2012 yang dikepalai oleh Bustamil Arifin–Estika Raras. Pemilihan Presma-Wapresma FKIP Untan ini terselenggara melalui program kerja DPM (Dewan Pertimbangan Mahasiswa) FKIP Untan. Melalui seleksi yang ketat dari panitia Pemirama yang diketuai oleh Sandi Yudha Widaya, terpilih dua calon pasangan Presma-Wapresma FKIP Untan yakni Daeng (PGSD) – Tusiran (PJKR) dan Fithra Ramadian (P.Ekonomi)–Muhammad Hamidi (P.Fisika). Pemungutan suara dilakukan mulai dari pukul 08.00 – 14.00 WIB di tiga lokasi kampus (kampus I, kampus II dan kampus III). Dari hasil pemungutan suara di tiga lokasi kampus tersebut, diperoleh 830 total suara yang sah dengan masing-masing perolehan suara kedua pasang kandidat yaitu pasangan kandidat I (Daeng – Tusiran) berjumlah 265 suara dan pasangan kandidat II (Fithra – Hamidi) berjumlah 565 suara. Dengan demikian, pasangan Fithra- Hamidi terpilih menjadi Presma – Wapresma BEM FKIP Untan periode 2012/2013. Saat ditemui Tim Bulpen (Jumat/11/05), Fithra dan Hamidi optimis dapat menjalankan

visi BEM FKIP SEHATI, yaitu dapat merangkul kampus I, II, dan III. Menurut beliau, membangun jaringan internal dan eksternal FKIP Untan sangat penting. Selain itu, dapat memperkenalkan BEM lebih dekat dan mengeksistensikan BEM sebagai wadah aspirasi. Hamidi juga menambahkan bahwa untuk lebih mempererat rasa kebersamaan dan meningkatkan kinerja pengurus BEM FKIP SEHATI, maka akan diberikan semacam penghargaan untuk pengurus yang aktif sebagai apresiasi, tambahnya. Semangat menjalankan amanah baru bagi para pengurus BEM FKIP SEHATI, perjalanan masih panjang dan belum berakhir demi mewujudkan kampus Orange yang lebih cerah. (tim)

PROFIL PRESMA/WAPRESMA BEM FKIP UNTAN PERIODE 2012/2013 Bercerita tentang pengalaman, suka duka, dan sejuta kisah seputar KKN 2012 (Kuliah Kerja Nyata) FKIP Untan, tentu benyak hal yang membekas dan terukir jelas dalam memori tiap mahasiswa yang telah menjalani KKN tersebut. Pada tulisan ini saya mewakili mahasiswa KKN 2012 akan sedikit berbagi kisah yang semoga tak sekedar menjadi nostalgia semata untuk kita semua . Mendapat penempatan lokasi KKN di desa Nangka tentu tak pernah terbayangkan sebelumnya. Kondisi geografis yang jauh dari pusat Kecamatan dengan sinyal hp yang terbatas dan nyaris tidak ada tentu menjadi tantangan tersendiri dalam menjalani KKN. Rutinitas harian yang dijalani selama hampir dua bulan yang berbeda jauh dengan di kota tempat biasa berada cukup membuat raga tak kuasa tuk bertahan terlalu lama di desa ini, semakin menguatkan keinginan hati tuk segera kembali ke kota dan menjalani hari-hari seperti sedia kala. Ya, itulah sekilas perasaan yang menghantui jiwa saat pertama berada di desa ini. Seperti kata pepatah “Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau”. Begitu pun awalnya perasaan saya yang mendengar kisah dari beberapa teman yang mendapat penempatan lokasi KKN di pusat kota/kecamatan, dengan sinyal operator seluler yang melimpah, kondisi

rumah/camp yang nyaman dengan fasilitas yang memadai, yang tentu berbeda 180 ° dengan kondisi saya. Namun semua rasa tak mengenakkan itu hanya terjadi di awal kedatangan. Memasuki minggu kedua hingga waktu terakhir KKN, kecintaan terhadap desa ini semakin membuncah. Keramahan penduduk desa yang luar biasa, keindahan dan kesejukan alam khas pedesaan, air jernih yang mengalir dari pegunungan, dan semua keindahan yang tak akan mudah dijumpai di perkotaan, menyatu berpadu dalam dada. Seketika semua rasa tak biasa yang dirasa di awal berganti menjadi rasa luar biasa bahagia bisa menjadi bagian dari masyarakat Desa Nangka. Semangat para peserta didik, baik itu siswa SD maupun SMP yang berada di desa Nangka menjadi motivasi dan inspirasi tersendiri untuk para calon guru, betapa sesungguhnya pengabdian menjadi seorang pendidik seharusnya tidak dibatasi daerah dan dihalangi terjalnya kondisi geografis yang membentang. Ya, untuk saya dan semua calon guru yang sebentar lagi akan mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sudah selayaknyalah untuk siap ditempatkan untuk mengajar di daerah mana saja, tanpa harus “bertumpuk” di kota. Karena masih ban-

yak daerah yang kekurangan tenaga guru. Ketakutan untuk mengajar di daerah terpencil harus terkikis dan perlahan hilang berganti menjadi kesiapan untuk mengabdikan diri di daerah-daerah terpencil. Karena mereka yang berada di desa nun jauh di sana dan mereka yang berada di kota, sesungguhnya mempunyai hak menerima pendidikan yang sama. Mungkin berat awalnya, untuk berpisah jauh dari keluarga tercinta. Tapi kebahagiaan dan panggilan jiwa seorang guru yang akan membuat semuanya terasa bermakna. Desa nangka dan semua tentangnya, yang menyadarkan saya bahwa menjadi guru adalah seni jiwa tersendiri. Berjuta pelajaran dan pengalaman berharga yang saya bawa pulang untuk menjadi penyemangat menjalani sisa waktu menuju sarjana. Dan pada akhirnya tiba waktunya untuk mengaplikasikan ilmu yang tlah didapat di bangku kuliah dalam kehidupan nyata bermasyarakat. Melunasi janji kemerdekaan yang belum tutas”mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tugas dan kewajiban kita sebagai putra putri terbaik bangsa untuk meminimalisir ketimpangan pendidikan yang dirasakan oleh peserta didik di daerah dan di kota. Sehingga, semoga kita tak lagi takut dan siap menjadi guru di daerah. Semoga dan semoga.

*Desa Nangka adalah satu diantara desa yang berada di Kecamatan Menjalin Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat

18

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

Nama : Fithra Ramadian TTL : Pontianak, 6 April 1992 Alamat : Jln. Gusti Hamzah, gg. Nur 2 Dalam, No. 1 Pengalaman organisasi : - Staf. Infokom LSDI At-Tarbawi 2011/2012 - Staf. Humas KAMMI Untan 2011/2012 - Ketua HMJ PIPS 2011/2012 Motto : Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini sebelum mencoba melakukannya. “ Beroptimis dan berhusnudzonlah ! ” Hobi : Desain, membaca, nonton, dan jalan-jalan. Riwayat Pendidikan : - SDN 10 Singkawang - SMPN 7 Singkawang - SMAN 3 Singkawang

Nama : M. Hamidi TTL : Suhaid, 27 Mei 1991 Alamat : Jln. Gusti Hamzah, gg. Nur 2 Dalam, no. 1 Pengalaman Organisasi : - Ketua Rohis SMA N 3 pontianak 2007/2008 - Kadiv Studika LSDI At-Tarbawi 2010/2011 - Ketua HMPF 2011/2012 - Staff Jaringan BKMI 2011/2012 Motto : Lillahi ta’ala Hobi : Traveling dan konseptor Riwayat pendidikan : - SDN 1 Suhaid - MTSN Al-Muttaqien - SMAN 3 Pontianak

VISI DAN MISI BEM FKIP UNTAN PERIODE 2012/2013 Visi “Mewujudkan BEM FKIP SEHATI (Santun, Edukatif, Harmonis, dan TotalItas)” Misi 1. Membangun sikap kritis beretika. 2. Membudayakan lingkungan edukatif yang ilmiah. 3. Optimalisasi fungsi media dalam menyikapi isu daerah. 4. Solidaritas dan integritas KBM FKIP Untan. 5. Optimalisasi advokasi mahasiswa yang solutif. 6. Membangun sikap yang komitmen dan bertanggung jawab dalam bekerja.

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

3


BEM FKIP Untan Gelar Bakti Sosial Pendidikan Oleh: Haries Pribady Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia BEM FKIP Untan baru saja menggelar agenda pengabdian pada masyarakat yang dinamai Bakti Sosial Pendidikan 2012. Agenda yang merupakan gabungan dari progja Kementerian Pendidikan dan Kementerian Luar Negeri BEM FKIP Untan ini diselenggarakan selama tiga hari pada 27-29 April 2012 di Dusun Adong, Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Bakti Sosial Pendidikan berisi rangkaian kegiatan yang sangat menarik. Di antaranya adalah penyuluhan pendidikan, sosialisasi Jamkesmas, training motivasi belajar dan organisasi, silaturahmi ke rumahrumah warga, malam keakraban, BEM untuk sekolah, serambi belajar, dan pendirian rumah baca. Agenda yang juga didukung oleh Ikatan Mahasiswa Kedokteran Untan ini mendapat tanggapan yang luar biasa dari masyarakat. Hal ini terbukti ketika mereka datang beramai-ramai untuk menghadiri penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan secara gratis.

4

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

Serambi belajar yang dalam rencana awal hanya dilaksanakan dua hari, ditambah menjadi tiga hari karena anak-anak yang ada di dusun ini sangat senang dengan kakak-kakak mahasiswa yang mengajak belajar memahami materi sambil bermain. “Penduduk di sini sangat ramah dan terbuka menerima kedatangan kami. Walaupun mesti bekerja , mereka masih menyempatkan diri untuk menghadiri agenda kami. Yah, dengan jumlah pengurus yang tidak begitu banyak , itu tidak menyurutkan semangat kami untuk terus berbakti dan bermanfaat bagi desa ini, � ucap ketua BEM periode ini, Bustamil Arifin. Mayoritas penduduk desa ini bekerja sebagai petani. Selain menanam padi, mereka juga menanam semangka dengan jenis berbiji dan non berbiji. Berdasarkan hasil perbincangan dengan Pak Suki (41 tahun), dalam waktu satu kali panen , satu gang bisa menghasilkan 20 ton semangka. Jumlah yang cukup besar. Selain keadaan

tanah yang sangat mendukung, pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran sapi juga merupakan faktor yang tidak boleh dikesampingkan. Berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan oleh mahasiswa, ternyata penduduk di desa ini sedikit sekali yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sebagian besar remajanya hanya sekolah hingga jenjang SMA. Setelah ditelusuri, hal ini disebabkan oleh rendahnya minat masyarakat terhadap perguruan tinggi. Karena mereka menganggap perguruan tinggi hanya menyelenggarakan pendidikan yang bersifat teoritis dan unapplicable bagi masyarakat desa seperti mereka. Hal inilah yang menyebabkan BEM FKIP Untan melakukan berbagai kegiatan agar bisa mengubah cara pandang masyarakat. Sehingga akhirnya tercipta suatu kondisi masyarakat yang sangat peduli terhadap pendidikan dan tentu saja akan mempermudah bangsa ini dalam mencapai tujuan nasional.

Silaturahim Pengurus BEM FKIP11/12 dengan Dekan FKIP

Suasana Rapat PH BEM FKIP Untan di Sekber KBM FKIP Untan

PH BEM FKIP Untan Periode 2011/2012

Tim Bulpen sedang wawancara

Foto bersama Pengurus BEM dan pemateri PKTI Iwan Supardi dan Heni Salwati

Pelatihan Karya Tulis Ilmiah

Persiapan Pelaksanaan Diskusi Pendidikan

Penyerahan plakat kepada pemateri oleh Menteri Pendidikan

Diskusi Pendidikan I

Tim Bulpen : bagaimana kondisi kementerian pendidikan selama setahun ini? Mendik : Alhamdulillah, warna warni telah menghiasi kementerian ini, padatnya jadwal kuliah yang saling berbentrokan coba kami siasati dengan mengoptimalkan media lainnya seperti hp, jejaring social dll. Kondisi personil kemendik cukup aktif, dengan pembagian peran masingmasing anggota. Jika ada yang terlihat kurang aktif, itu karena mereka bekerja di balik layar, misalnya menyiapkan berbagai keperluan kegiatan, namun tidak ikut serta dalam kegiatan karena jadwal yang sering berbentrokan. Tim Bulpen : suka dan duka selama berada dalam kementerian ini? Mendik : suka nya adalah kebersamaan dan rasa kekeluargaan dalam kementerian ini yang semakin kental terasa. Berbagai persiapan rangkaian kegiatan yang kami lakukan semakin mempererat rasa ukhuwah diantara kami. Banyak sekali suka nya yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Duka yang sangat terasa adalah saat kami kehilangan personil kami, Muhammad Asrul yang meninggal dunia karena sakit. Semangat beliau saat masa-masa awal pembentukan Kabinet Bem Goes to Street Kerjasama Kemendik dan Kemenlu menjadi cambuk dan motivasi untuk kami yang tersisa untuk bisa menuntaskan amanah program kerja yang telah disepakati dalam Raker BEM FKIP Untan 2011/2012. Kemudian mundurnya Kepala Dirjen Mading Pendidikan juga cukup membuat kami merasa kehilangan. Karena dalam kementerian ini ibarat sebuah keluarga yang apabila anggota keluarga nya berkurang maka akan menjadi duka mendalam bagi anggota keluarga lainnya. Tim Bulpen : kendala apa saja yang dihadapi? Dan bagaimana solusi yang ditempuh sejauh ini? Berhasilkah? Mendik : seperti yang saya kemukakan di awal, padatnya jadwal kuliah sehingga menyulitkan komunikasi diantara kami untuk dapat berkumpul dalam rapat resmi dan formal. Untuk itu kami coba untuk tetap melakukan komunikasi dan koordinasi melalui sms, telpon, atau via jejaring social. Namun tetap tidak mengenyampingkan mekanisme organisasi yang seharusnya. Tim Bulpen : hal yang paling berkesan selama berada di kementerian pendidikan ini? Mendik : dalam menyiapkan berbagai agenda kegiatan yang lumayan padat, semua keringat dan air mata terbayar lunas dan tuntas ketika melihat antusiasme peserta serta kesuksesan kegiatan tersebut. Dan tetap yang sangat berkesan adalah semangat teman-teman semua untuk bersama-sama menyukseskan berbagai progja.

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

17


Mengenal Lebih Dekat

Kementerian Pendidikan BEM FKIP UNTAN 2011/2012 “Meningkatkan budaya cerdas, kritis, ilmiah, dan edukatif sebagai upaya menorehkan tinta emas untuk kecemerlangan prestasi Keluarga Besar Mahasiswa FKIP Untan” SALAM MAHASISWA! Apa kabar keluarga besar mahasiswa FKIP Untan yang selalu kami banggakan? Semoga selalu bersemangat dan semakin meningkat upaya nyata untuk terus berkarya menorehkan prestasi di kampus orange yang kita cintai ini. Sedikit mengulas kembali ingatan pembaca setia Bulpen yang kami cintai, di edisi sebelumnya kita telah membahas mengenai Kabinet BEM FKIP Untan 2011/2012. Sejarah mencatat bahwa Bustamil Arifin adalah Presiden mahasiswa termuda yang terpilih dan mengemban amanah sebagai pemimpin tertinggi di BEM FKIP Untan. Berbeda dengan generasi terdahulu, yang sebagian besar presma terpilih ketika menginjak semester VII, Bustamil Arifin terpilih sebagai presma di kala masih berada dalam semester V. Usianya yang masih muda tidak menjadi penghalang suksesnya dalam memimpin BEM FKIP untuk menorehkan sejuta prestasi. Selama kepemimpinannya, beliau dan wapresma Estika Raras yang setia mendampinginya telah banyak memberikan perubahan serta perbaikan-perbaikan untuk kemajuan BEM FKIP pada umumnya, dan keluarga besar FKIP tentunya. Nah, seperti yang pernah kita ulas di edisi pertama dulu, di bawah kepemimpinan Bustamil-Estika, terdapat 8 kementerian dan 8 Dirjen yang mempunyai ranah kerja dan fungsinya masing-masing. Pada edisi bulpen V atau edisi terakhir di Bulpen BEM FKIP Untan periode 2011/2012 ini, kami dari tim redaksi akan menyuguhkan perjalanan satu diantara kementerian tersebut yaitu Kementerian Pendidikan BEM FKIP Untan 2011/2012 yang dipimpin oleh Siti Fatimah (F05108021) sebagai Menteri Pendidikan. Sebelum diamanahkan sebagai Menteri Pendidikan BEM FKIP Untan, mendik yang akrab disapa fa ini pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Pendidikan dan Penalaran (Ka.Bid.Diklar) Himbio FKIP Untan 2010/2011. Selain itu berikut beberapa pengalaman organisasi yang pernah beliau jalani: 1. Sekretaris BIOTA 2009 2. Bendahara Gamabasis 2011 3. Tim Ekspedisi Angkatan V Himbio FKIP Untan 4. Staf Ahli Bulpen BEM FKIP Untan 2010/2011 5. Staf Diklar Himbio 2009/2010 6. Kabid Diklar Himbio 2010/2011 7. Staf Bidang Pemberdayaan Masyarakat Pelajar (PMP) Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII Kalbar) 2009-2011 8. Bendahara Umum PW PII Kalbar 2011/2013 9. Menteri Pendidikan BEM FKIP Untan 2011/2012 Visi Kementerian Pendidikan Periode ini adalah “BEM FKIP UNTAN; media pembangun mahasiswa FKIP sebagai calon pendidik yang cerdas,kritis, dan informatif” dengan misinya antara lain mengoptimalkan media informasi yang telah dimiliki Kementerian Pendidikan BEM FKIP UNTAN, mengembangkan ide kreatif,ilmiah, dan kritis mahasiswa FKIP UNTAN serta meningkatkan budaya peduli pendidikan mahasiswa FKIP UNTAN. Setahun sudah perjalanan kementerian ini dalam menjalankan fungsinya di Kabinet BEM FKIP 2011/2012, berbagai agenda telah dilaksanakan yang semoga kebermanfaaatannya dapat dirasakan secara langsung oleh segenap keluarga besar mahasiswa FKIP. Beberapa rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: Tutorial Pembuatan Karya Tulis Ilmiah, Pelatihan Karya Tulis Ilmiah, Diskusi Pendidikan I (“Evaluasi RSBI Di Mata Calon Pendidik”), Pelatihan dan Test TOEFL, Bedah Buku “MESTAKUNG”, Diskusi Pendidikan II (“Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Pendidikan Profesi Guru”), Diskusi Pendidikan III (“ FKIP Keliling Dunia”), Pelatihan Desain Grafis, Lomba Penulisan Artikel Pendidikan , Lomba Mading Antar Hima/UKM Se-FKIP, Penerbitan buku kumpulan artikel pendidikan, Buletin Pendidikan, Mading Pendidikan, Pengumpulan Buku Bacaan, Bakti Sosial Pendidikan, dan Pekan Raya Pendidikan . Nah untuk lebih jelasnya mari kita simak dokumentasi beberapa rangkaian agenda Kementerian Pendidikan dan BEM FKIP Untan 2011/2012 berikut: Setahun perjalanan dan karya nyata yang telah diberikan tentu tak luput dari berbagai balutan suka duka, perih tawa, dan sejuta kisah yang terangkum di dalamnya. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh kementerian ini diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan kreativitas berkarya para mahasiswa untuk semakin giat menorehkan prestasi untuk membuat kampus orange semakin bersinar. Untuk mengenal lebih dekat perjalanan kementerian ini selama setahun serta untuk evaluasi dan perbaikan di periode selanjutnya, berikut kami sajikan sebagian wawancara eksklusif Tim Bulpen dengan sang Mendik yang akan menyelesaikan masa jabatannya pada 26 Mei 2012 mendatang.

SEMINAR BEASISWA DAN PERTUKARAN PEMUDA KE LUAR NEGERI KEMENDIK (9/3/2012). Kementerian Pendidikan BEM FKIP Untan kembali mengadakan diskusi pendidikan yang dikemas dalam seminar “Beasiswa dan Pertukaran Pemuda ke Luar Negeri”. Dispen kali ini terselenggara atas kerjasama BEM FKIP Untan dengan Excellence English Studio. Dalam acara ini menghadirkan mahasiswa yang pernah mengikuti Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN). Sebagai pemateri utama dihadirkan Miss Dwi dan Miss Desy Feriyanti yang membawakan dengan sangat apik sehingga suasana seminar semakin bersemangat. Dalam seminar tersebut Miss Dwi mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan beasiswa pertukaran pemuda antar negara, kunci utama yang harus dimiliki adalah komunikasi. Komunikasi yang dimaksud beliau yaitu penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi paling utama untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan kebutuhan. Bahasa sangat penting sebagai penghubung antara orang yang satu dengan yang lain . Beliau juga menambahkan bahwa language is a set of skills, artinya bahasa merupakan seperangkat kemampuan yang harus dilatih dan diasah. Penggunaan bahasa asing terutama bahasa Inggris sangat penting untuk dikuasai, karena faktanya bahasa Inggris memiliki beberapa keistimewaan, diantaranya dipakai oleh 1,5 milyar orang di dunia dan digunakan sebagai bahasa resmi dan berkedudukan khusus di 75 negara serta digunakan lebih dari 100 negara di dunia. Pemateri kedua, Miss Desy membagi informasi mengenai seleksi pertukaran pemuda antar negara (PPAN). PPAN merupakan program kerja tahunan kementerian pemuda dan olahraga pada deputi bidang pemberdayaan pemuda. Progam PPAN terdiri dari berbagai negara tujuan yaitu Indonesia-Kanada, Indonesia-Australia, Indonesia-Malaysia, Indonesia-Korea Selatan, Indonesia-India, IndonesiaCina dan kapal pemuda Asean Jepang. Nah, seleksi PPAN tersebut biasanya dilakukan pada tingkat daerah dan tingkat provinsi. Seleksi tingkat daerah dilakukan oleh

Foto pelantikan Pertukaran Pemuda Indonesia-Australia pemerintah kabupaten/kota yang jatuh pada bulan Maret atau April, kemudian dilakukan seleksi tingkat provinsi untuk menentukan calon peserta yang akan dikirim. Materi seleksi biasanya terdiri dari pengecekan administrasi, tes bahasa inggris, tes seni budaya, tes pengetahuan umum, tes pengetahuan daerah, dan tes psikologi serta tes public speaking. Adapun syarat-syarat umum untuk mengikuti seleksi PPAN antara lain warga negara Indonesia, berumur 18-30 tahun (tergantung program), minimal lulusan SMA/sederajat, belum menikah, mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan dengan nilai toefl minimum 432, menguasai satu diantara jenis keterampilan kesenian, dan KTP yang digunakan sebagai identitas asal peserta seleksi kabupaten/kota. Miss Desi juga menuturkan berbagai pengalaman menarik saat mengikuti Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN), “Program PPAN ini berlangsung selama 5 bulan, yang secara

umum terdiri dari 2 fase utama yaitu homestay (fase kota besar) dan magang serta fase kota kecil dan magang”, tuturnya. Selain miss Desi, para alumni pertukaran pemuda antar negara juga turut hadir untuk membagi berbagai pengalaman mereka melalui tanya jawab seusai materi. Peserta seminar terlihat sangat antusias untuk bertanya mengenai PPAN, namun sayang waktu dan kesempatan yang diberikan sangat terbatas. Diakhir acara, seperti biasa Kemendik memberikan Dispen award yang kali ini diberikan kepada Himbio sebagai Hima yang mengirimkan peserta terbanyak dan aktif serta memberikan dooprize kepada tiga peserta istimewa, yaitu Helen, Rian dan Aswadi. Dengan adanya acara seminar ini, diharapkan dapat membuka mata mahasiswa FKIP Untan untuk berani bermimpi dan mampu mewujudkan keinginan untuk dapat menimba ilmu dan mendapat pengalaman luar biasa di luar negeri. So, ANDA kah peserta PPAN selanjutnya? (tim)

Tim Bulpen : Hampir setahun perjalanan BEM FKIP Untan, bagaimana peran masing2 keSITI FATIMAH menterian ? terkait kinerja dan fungsinya masing2? MENTERI PENDIDIKAN BEM FKIP Mendik :Masing-masing kementerian saling bersinergi dalam menjalankan progjanya untuk UNTAN 2011/2012 menyukseskan BEM FKIP Untan 2011/2012 yang semoga kebermanfaatannya dapat dirasakan langsung bukan hanya oleh keluarga besar FKIP namun juga oleh masyarakat.

16

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

5


Seminar Pendidikan & Sastra HIMA PGSD FKIP UNTAN

Terampil bersastra, Tingkatkan Mutu Pendidikan untuk Indonesia Cerdas Berkarakter

6

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

Sabtu (12/05) pagi hingga sore himpunan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNTAN menggelar seminar pendidikan dan sastra yang dilaksanakan di Aula Fakultas Kedokteran. Acara yang diikuti sekitar 200 orang itu menghadirkan narasumber Doni Koesoema A. M.Ed; Alumnus Boston College Lynch School of Education, Dr. H. Martono, Dr. Leo Sutrisno dan Prof. Dr. H. Marzuki M.Ed, MA, SH. Hadir pada pembukaan yaitu dekan FKIP UNTAN Dr. Aswandi dan ketua jurusan pendidikan dasar, Drs. H. Maridjo, M.Si. Dalam paparannya, Doni Koesoema mengatakan bahwa, sastra jika diajarkan dengan baik, dapat menjadi satu diantara alternatif bagi pembentukan karakter siswa. Dilanjutkannya Weaver, pernah mengatakan bahwa karakter yang terdapat dalam sastra memiliki kekuatan potensial yang hampir sama dengan sosok manusia sungguhan dalam mempengaruhi pembaca ketika membaca.Ia juga menyampaikan peran strategis guru dalam bahasa dan sastra adalah langkah efektif dalam pengajaran moral. Dr. Martono dalam penyampaiannya menekankan bahwa pembentukan karakter siswa menggunakan dongeng. “Pendidikan karakter dapat dikatakan sebagai proses untuk penyempurnaan kepribadian manusia, usaha manusia untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang berakhlak mulia”. Hakekat dasar pendidikan karakter, jelas Martono, ada-

lah apa yang menjadi potensi manusia. “Ini berarti, pada manusia terdapat bibit potensi kebenaran dan kebaikan yang harus didorong melalui pendidikan”, paparnya. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. “Khusus pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra yang berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal dan kepekaan terhadap masyarakat serta budaya dan lingkungan hidup”. Siswa, lanjut Dr. Martono diharap mampu menikmati, menghayati, memahami dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. “Karya sastra umumnya dan dongeng khususnya ada nilai yang dapat digunakan untuk menumbuhkan sifat positif siswa di sekolah dasar”, jelasnya. Masukan dari seorang peserta, Fahrurrazi, S.Pd bahwa seminar karakter seperti yag dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa PGSD FKIP ini hendaknya dapat dilaksanakan secara berkala dan dapat dihadiri oleh semua kalangan, baik dari masyarakat umum, guru maupun calon guru yang juga merupakan pioneer pencetak generasi. (ditulis kembali oleh M. Nasir Azami)

Pekan Raya Pendidikan 2012 BEM FKIP Untan Menjadi Bagian Dari Rangkaian Dies Natalis Untan ke-53

“LKTI Tk.Nasional Dan Debat Pendidikan Tk.Provinsi”

BUKTI NYATA FKIP BISA! PENYELENGGARAAN Pekan Raya Pendidikan 2012 yang merupakan agenda tahunan BEM FKIP untan kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena PRP tahun ini menjadi bagian dari Dies Natalis Universitas Tanjungpura Ke-53. Tentu banyak pro kontra serta berbagai tanggapan khususnya dari mayarakat FKIP sendiri seputar bergabungnya PRP dengan Dies Natalis Untan. Banyak pihak yang mempertanyakan eksistensi BEM FKIP itu sendiri dalam penyelenggaraannya. Pihak yang kontra mengatakan bahwa kegiatan PRP seakan bukan kegiatan FKIP dan tak terdengar gaungnya sama sekali. Tentu pernyataan tersebut adalah kekeliruan yang sangat perlu diluruskan. Agenda Pekan Raya Pendidikan 2012 terdiri dari LKTI Tingkat Nasional dan Debat Pendidikan Tingkat Provinsi Kalimantan Barat. Dua agenda dengan ruang lingkup/skala yang cukup besar yang belum pernah diadakan oleh kampus orange tercinta di tahun-tahun sebelumnya. Dan hal yang perlu kita apresiasi bersama adalah bahwa kegiatan PRP 2012 bisa menjadi rangkaian kegiatan Dies Natalis Untan, yang berarti kegiatan ini dianggap layak dan berkualifikasi untuk menjadi rangkaian kegiatan sebesar Dies Natalis Untan. Dan disinilah sinergi antara kegiatan Fakultas dan Universitas. Menanggapi komentar miring beberapa orang tentang kurang terdengarnya gaung kegiatan PRP, hal ini juga perlu kita klarifikasi bersama. Bahwa publikasi kegiatan PRP baik itu untuk LKTI dan Debat Pendidikan telah dilakukan semaksimal mungkin dengan mengoptimalkan berbagai media, baik berupa

surat, pamphlet, baliho, sms, jejaring social, spanduk,dll. Semuanya bertujuan untuk mengekspos kegiatan FKIP ke pihak eksternal. Pihak panitia dan BEM FKIP telah berusaha menyebarkan info kegiatan baik di internal FKIP, dan pihak eksternal yang mencakup universitas-universitas yang ada di Kalbar dan Universitas Se-Indonesia lewat link IMAKIPSI (Ikatan Mahasiswa Keguruan Ilmu Pendidikan Seluruh Indonesia). Tentu hal yang sangat disayangkan jika agenda yang menasional ini dikerdilkan oleh kurang peka dan kurang pedulinya masyarakat FKIP itu sendiri terhadap kegiatan kampusnya. Jika diluar sana kegiatan PRP 2012 ini begitu luar biasa di telinga mahasiswa-mahasiswa kampus lain, alangkah sedihnya jika kita sendiri keluarga besar FKIP yang mengecilkan kegiatan yang kita miliki. Semuanya menjadi bahan evaluasi kita bersama, untuk dapat membesarkan kegiatan kita karena agenda PRP bukanlah agenda milik panitia PRP atau BEM FKIP semata, namun ini adalah agenda kita bersama yaitu agenda keluarga besar mahasiswa FKIP . Dan pada akhirnya, sejuta kendala yang menerpa kepanitiaan di masa awal pembentukan dan sepanjang perjalanan pelaksanaan kegiatan dapat teratasi dengan cukup baik berkat bantuan dan kerjasama berbagai pihak yang mengantarkan suksesnya penyelenggaraan PRP 2012 . LKTI Tingkat Nasional yang diikuti oleh peserta dari berbagai utusan universitas setanah air, didapat 3 finalis terbaik yang berhak mempresentasikan karya ilmiahnya dihadapan para juri yang terdiri dari Dr.Leo

Sutrisno, Tulus Junanto,ST,M.Pd,M.Si, dan Gusti Deky Junihadi,S.Pd. Berdasarkan penilaian juri didapat pemenang LKTI sebagai berikut: 1. Juara I dari Universitas Brawijaya Malang 2. Juara II dari Universitas Negeri Yogyakarta 3. Juara III dari Universitas Udayana Denpasar, Bali. Dan untuk Debat Pendidikan Se-Kalimantan Barat, yang diikuti oleh 16 tim utusan dari Hima/UKM FKIP, Fakultas se-Unjtan, dan berbagai universitas Se-Kalbar didapat 3 pemenagnya yaitu: 1. Juara I dari HIMDIKA FKIP Untan 2. Juara II dari ESA FKIP Untan 3. Juara III dari HMPF FKIP Untan Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Rektor Universitas Tanjungpura, Dekan FKIP Untan, Pembantu Dekan II FKIP Untan, panitia Dies Natalis Untan ke-53, sponsor, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang memotivasi kami kala api semangat itu nyaris padam. Semoga apa yang telah berlalu tak sekedar numpang lewat dalam catatan sejarah kegiatan mahasiswa FKIP Untan. Semoga tinta emas yang telah coba kami tuliskan dapat membangkitkan kembali eksistensi kegiatan mahasiswa yang bertujuan untuk mengasah kemampuan kritis, cerdas,ilmiah, dan beretika di kalangan mahasiswa . Semoga di kegiatan PRP di tahun mendatang dapat semakin mewarnai kecemerlangan kampus ini. Amin (fa) Hidup Mahasiswa!

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

15


Transformasi Oleh: Angga Mardian

Hari ini ayah tidak pergi kerja, aku pun sedang libur sekolah. Kulihat ayah sedang sibuk membetulkan sepeda motornya. Lantas kudekati ayah, “butuh bantuan, Yah?”, tanyaku polos. Saat itu aku masih kecil dan duduk di bangku SD. “Eh, ada dede’ kecil. Boleh-boleh”, jawab ayah. Kami banyak berbincang selama membetulkan sepeda motor ayah. Ayah banyak bercerita tentang sepeda motor padaku, aku menikmatinya. “Kalo dede’ sudah besar nanti mau jadi apa?’, tanya ayah padaku. “Dede’ ingin jadi pembalap yah, seperti Valentino Rossi”, jawabku secara spontan. “Oh ya? Wah hebat. Tapi pembalap harus tahu bagian yang terpenting dari motor, dede’ tahu?”,tanya ayah padaku. Aku pun berfikir, apa ya yang paling penting? Keesokan harinya saat sarapan, aku menjawab pertanyan ayah kemarin. Bagian terpenting dari sepeda motor adalah roda, karena tanpa roda, motor tidak bisa berjalan. Mendengar jawabanku ayah berkata: “wah pintarnya, tapi sayangnya bukan itu sayang”, jawab ayah. Aku pun tidak menyerah, setiap hari aku selalu mencoba menjawabnya. Mungkin jawabannya adalah kunci, karena tanpa kunci motor tidak akan bisa menyala dan diamankan. Tapi ayah selalu berkata: “semakin hari dede’ semakin pintar ya, tapi jawabannya masih belum tepat”. Aku belum menyerah. Sampai aku duduk SMP pun, sesekali ayah menanyakan pertanyaan masa kecilku itu, dan setiap ku jawab pasti ayah berkata: “kamu sangat cerdas, tapi bukan itu jawaban yang tepat, terus mencoba ya”. Karena terus seperti itu, lama-kelamaan aku mulai bosan. Karena jawabanku selalu belum tepat. Sejak kecil sampai sekarang, ayah tak pernah mau memberikanku jawaban yang sebenarnya. “Jangan kamu bosan mencoba menjawabnya, karena ini pertanyaan yang sangat mudah, teruslah berusaha”, kata ayah setiap kali aku mengeluh. Sesudah lulus SMP, aku melanjutkan ke SMK dan aku mengambil jurusan otomotif. Kutanyakan pada guruku, bagian terpenting dari sepeda motor itu apa. Jawaban guruku adalah accu, karena motor takkan

14

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

bisa menyala tanpa accu. Aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Sepulang sekolah sambil menunggu ayah menjemputku. Ku tanyakan pada teman-temanku, apa yang paling penting dari sepeda motor. Bermacam-macam jawaban kudapatkan dari mereka, mulai dari mesin, busi, rem, lampu, sampai bensin dan oli. Saat diperjalanan aku menjawab pertanyaan ayah, satu persatu jawaban yang ku dapat, kuceritakan pada ayah, dan hasilnya tetap saja “coba lagi”. Aku mulai berpikir ayah pasti mempermainkan aku. Selama perjalanan aku tak berbicara sepatah katapun padanya. Sampai disebuah lampu merah, kami melihat seorang nenek tua bersama cucunya sedang mengemis ditepi jalan. Ayah merogoh kantongnya, memberikan sejumlah uang dan berkata: “tolong berikan ini pada mereka, selama kita masih diberi rezeki, kita harus saling menolong dan berbagi”. Kuberikan uang itu pada nenek yang sedang memelas dan mengemis itu. Hatiku tersentuh melihatnya. Malam harinya diruang tamu, ayah menyuruhku duduk disampingnya. Beliau menasehatiku supaya aku jadi anak yang baik dan ramah sepertinya. Akupun mendengarkan dengan cermat. “Jadi kau benar-benar ingin tahu jawaban dari pertanyaan ayah?”, kata Ayah secara tiba-tiba. Aku yang sedikit bingung mengangguk, karena aku sudah menyerah dan bosan dihantui pertanyaan misterius ayah. “Kau tahu, diantara semua jawaban yang kau berikan pada ayah, memang tidak ada satupun yang salah. Tapi ayah ingin kau belajar sesuatu dari pertanyaan ini. Kau tahu, bagian yang paling penting dari sepeda motor adalah ‘Sadel’ , “ jawab ayah. Aku sedikit terkejut. “apa alasannya yah?”, tanyaku penasaran. Ayah tersenyum kearahku dan berkata: “kau tahu kenapa?, karena dengan sadel, kita bisa membonceng dan kita bisa berbagi kebahagiaan dengan siapa saja diatas sepeda motor kita. Seperti itu pula harusnya kita hidup, selalu berbagi dan memberi selama kita masih diberi waktu dan rezeki untuk hidup diatas bumi ini “.

Menuju Mahasiswa Triple Helix (KEMENKEU). Sebanyak 35 mahasiswa FKIP Universitas Tanjungpura mengikuti sebuah temu bincang yang sungguh unik dan lain dari biasanya. Kegiatan yang diselenggarakan Kementerian Keuangan BEM FKIP itu bertema Edupreneur, sebuah konsep baru yang pantas menjadi gaya hidup mahasiswa di zaman ini yang serba kolaps. Kegiatan ini diselenggarakan mengingat begitu banyaknya mahasiswa yang belum peduli pada tugasnya yang sangat penting, yakni sebagai agen perubahan dan kontrol sosial. Kebanyakan mahasiswa juga kurang memiliki kepedulian terhadap orang lain, sehingga kontribusi mereka pada masyarakat masih belum tampak. “Mahasiswa zaman sekarang punya penyakit baru yang sangat susah dihilangkan, yakni 5D, datang duduk diam dan dengar,” kata Aris Kafilah, seorang aktivis kampus yang jago dalam akademis, organisasi, dan berjiwa wirausaha. Selanjutnya beliau mengungkapkan beberapa tipe mahasiswa yang tidak produktif. Kehadiran mereka di kampus sekadar memenuhi kehadiran tatap muka dan mengharap tanda tangan dosen. Di hadapan 35 peserta temu bincang tersebut, Aris Kafilah memberikan tips agar mahasiswa menjadi makhluk yang bisa bermanfaat bagi pengembangan dirinya dan orang lain. “ Organisasi adalah satusatunya cara agar mahasiswa bisa berpikir kritis dan bertindak produktif,” kata Aris sambil mengakhiri sesi pertama. Hal senada diungkapkan oleh Putra Sastaman, seorang pemuda berprestasi yang jago berorganisasi. Dia menjelaskan tentang pentingnya arti organisasi bagi pengembangan softskill mahasiswa, namun hal itu jangan sampai membuat prestasi di akademik menurun.

“Manajemen”, itu adalah hal terpenting jika mahasiswa ingin memperoleh kedua-duanya. Kemampuan mengatur diri sangat diperlukan agar kita bisa menyeimbangkan antar kuliah dengan berkarya di organisasi. Sesi terakhir adalah saat yang sangat ditunggu oleh peserta. Materi disampaikan oleh seorang perempuan yang telah sukses dalam dunia perkuliahan. Heni Salwati, perempuan yang dimaksud adalah seorang mahasiswa yang telah banyak berprestasi dan berkarya. Perempuan yang sudah mendirikan sekolah public speaking and enterpreneur ini membeberkan dengan panjang lebar teknik menjadi mahasiswa dengan tipe triple helix. “Mahasiswa Indonesia harus berubah secepatnya, dengan konsep triple helix kita akan segera menemukan bibit-bibit unggul yang telah siap maju sebelum ianya lepas dari dunia perkuliahan! ”Heni Salwati mengungkapkan bahawa mahasiswa dengan tipe triple helix memiliki ciri ciri yang lain dari biasanya, yakni akademik sukses, organisasi mantap, wirausaha hebat. Dia yang juga menjabat sebagai ketua HIPMI PT Kalbar mengungkapkan bahwa seorang mahasiswa mesti peka dan jeli melihat peluang yang ada di lingkungan kampus. Diakui atau tidak, kampus merupakan tempat beredarnya uang yang cukup tinggi. Oleh karena itu, mahasiswa mesti mampu memanfaatkan peluang yang ada sehingga melahirkan sebuah ide bisnis cemerlang. Inilah sebuah temu bincang yang luar biasa. Dengan harapan semakin banyak mahasiswa yang memahami fungsinya sebagai seorang mahasiswa. Tidak hanya berkutat di bangku perkuliahan, namun juga memberikan kontribusinya bagi masyarakat luas. Hidup mahasiswa! (hpi)

SELAMAT ATAS TERPILIHNYA ABDUL JABBAR-ISHAK VITO SEBAGAI PRESMA-WAPRESMA BEM UNTAN TERPILIH PERIODE 2012/2013

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

7


DEMOKRASI KAMPUS OR DEMOCRAZY KAMPUS…!!! Oleh : Sadam Thaibin

“DEMOCRAZY”, demikianlah komentar dari penulis ketika menonton televisi swasta di Metro TV dan membaca wacana tentang demokrasi kampus jika mahasiswa lemah dalam mengawal demokrasinya. Formulasiformulasi dalam mengawal demokrasi untuk tetap berjalan di tataran ideal mesti disumbangsihkan bagi masyarakat khususnya di Kalimantan Barat. Sehingga demokrasi dalam suatu kampus sangat diharapkan,bukan democrazy. Harapan baru dari suatu bentuk pemerintahan –baik negara atau miniaturnya (organisasi)adalah adanya proses perubahan atau transisi ke arah yang lebih baik. Proses tersebut ada yang akhirnya sampai pada titik yang diharapkan (demokrasi/syuro), ada pula yang statis bahkan ada yang menjadi lebih buruk dari bentuk kepemimpinan sebelumnya. Masih hangat dalam ingatan, transisi yang terjadi di dunia kampus pada periode awal yang menyebut kepemimpinan Senat Mahasiswa, beralih menjadi Badan Ekseskutif Mahasiswa, kembali lagi hari ini menjadi Senat Mahasiswa dengan jalur utamanya Dewan Mahasiswa. Sejarah pergerakan mahasiswa tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial politik suatu bangsa. Seperti halnya Indonesia. Di mana dalam setiap perioderisasinya, mahasiswa dengan moral force-nya telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam menentukan format kehidupan bangsa. Diawali dengan lahirnya Boedi Oetomo 1908 yang dilanjutkan dengan kongres mahasiswa Indonesia sehingga menghasilkan rumusan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 merupakan elemen penting dalam menentukan format bangsa kedepan. Namun juga tidak dipungkiri dalam perjalanannya, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah cenderung memberikan batasanbatasan ruang lingkup gerakan mahasiswa. Seperti halnya Orde Lama yang jatuh sebagai implikasi jatuhnya rezim otoretarian Soekarno oleh mahasiswa dan ABRI, ternyata justru menjadi awal kemandekan pergerakan mahasiswa Indonesia. Dengan dikeluarkannya kebijakan NKK/ BKK yang melarang mahasiswa berpolitik kecuali sebagai individu dan memasuki organisasi-organisasi politik, secara langsung ataupun tidak telah melumpuhkan/mengkerdilkan peran mahasiswa sebagai elemen pembaharu

8

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

dalam kehidupan bangsa. Mahasiswa dalam hal ini seakan telah kehilangan orientasi k e m a hasiswaann y a y a n g note-

bene sebagai agen pengontrol terhadap kebijakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Hal ini justru menjadi kekuatan rezim untuk menjalankan politik dan kekuatan kesewenangannya. Sehingga Orde Baru berhasil membentuk paradigma dan pola pikir mahasiswa menjadi “Robot-Robot Penghapal” demi mengejar study oriented dan lulus dengan predikat Cumlaude. Mereka tidak lagi peduli dengan kondisi sosial politik yang ada di sekitarnya melainkan hanya disibukkan dengan urusan kuliah, pesta, dan cinta. Namun disisi lain ternyata masih terdapat mahasiswa yang masih memiliki kepekaan dan kepedulian sosial kemahasiswaannya terhadap kondisi sosial dan politik yang ada disekitarnya. Dengan semangat keidealisan kemahasiswaannya berusaha untuk mewujudkan kembali peran mereka sebagai agent of change dan agen social control dengan membentuk kelompok-kelompok studi mahasiswa serta bergabung dengan organisasiorganisasi mahasiswa ekstra kampus, yang secara periodik membangkitkan kembali kepekaan sosial kemahasiswaan terhadap perpolitikan bangsa. Runtuhnya rezim Soeharto ternyata bukanlah merupakan akhir perjuangan, tetapi justru merupakan awal perjuangan yang lebih besar. Reformasi menjadi ikon perjuangan seyogyanya harus diawasi dan dikontrol oleh mahasiswa. Dengan realita demikian, tidak urung pergerakan mahasiswa pasca reformasi 98 cenderung bersifat infirodi. Di Kalimantan Barat juga masih sangat membutuhkan peran mahasiswa untuk mengawal demokrasinya. Merupakan suatu

upaya untuk menata kembali format mahasiswa dalam mengawal demokrasi di Kalimantan Barat. Di era otonomi sekarang bagaimana daerah memiliki kewenangan untuk menentukan kebijakan kebijakan dalam menengarai pembangunan terkadang menyebabkan peran dari pemerintah menjadi kebablasan. Idealnya, demokrasi mampu beriringan memberikan kesejahteraan masyarakat. Dalam tataran normatif memang telah didengungkan. Mulai dari demokrasi liberal, demokrasi terpimpin hingga demokrasi Pancasila sekarang. Istilah demokrasi sudah tidak asing lagi bagi kita. Demokrasi bermula pada Yunani Kuno pada 500 SM. Dari kata democratia, dimana demos berarti rakyat dan cratia berarti pemerintahan Demokrasi itu sendiri merupakan sebuah faham yang dapat kita pahami dengan konsep dari,oleh, dan untuk semua kalangan (dalam hal ini insane kampus). Muatan egaliter kandungannya sudah sepantasnya diterapkan di kampus yang syarat kandungan akademis dan sarang kaum intelektual yang konon wacana ilmiah menjadi rutinitas alamnya. Dengan demikian, kiranya demokrasi bisa menjadi alternative solusi untuk meredam pola feodalisme yang mengeliminasikan kebebasan berfikir termasuk beraktifitas dikampus. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Ryass Rasyd (2004), dalam dialog otonomi daerah yang menyatakan bahwa tidak bisa dipungkiri di Indonesia khususnya di Kalbar, demokrasi diterima hanya sebatas pada tanggung jawab moril karena kultur kita penuh dengan kultur aristokrasi dan feodalisme, serta paternalisme. Dimana kultur ini sangat tidak relevan ada di kampus yang notabene sebagai wahana pengembangan intelektualisme. Secara de yure mungkin gaya aristokrasi ini banyak yang tidak mengakui kehadirannya di kampus. Sedangkan secara de facto bisa kita jumpai eksistensinya. Namun apakah dikampus sudah benar-benar melnerapkan demokrasi? Ataukah menerapkan system democrazy yang hanya berdampak buruk bagi kampus. Melihat kondisi yang demikian, mahasiswa menjadi tumpu yang sangat penting dalam menjalankan perannya. Mahasiswa secara kuantitatif paling besar disbanding elemen lain sivitas, namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah mahasiswa sudah melaksanakan perannya secara optimal dalam penentuan setiap kebijakan kampusnya. Telah kita ketahui bahwa kampus merupakan suatu tempat atau wahana yang di dalamnya terdapat aktivis-aktivis dalam

ASEAN TRADE:

BENTUK PENJAJAHAN BARU ASEAN Trade sesuai namanya merupakan pertukaran di segala bidang, terutama menitikberatkan pada bidang perdagangan diantara sesama anggota ASEAN dan beberapa negara Asia seperti Cina, Jepang, dan Korea. Dengan diberlakukannya ASEAN Trade tahun 2014, maka kelak barang-barang dari luar, khususnya Cina akan membanjiri pasar Indonesia. Dan seperti yang kita ketahui, produkproduk Cina jauh lebih unggul dari segi harga dibandingkan produk dalam negeri. Jadi bukan tidak mungkin jika demikian akan banyak pengusaha dalam negeri yang gulung tikar. Jika banyak industri dalam negeri yang gulung tikar tentu saja akan berdampak pada tingkat pengangguran yang meningkat dan kurangnya lapangan kerja yang tersedia. Hal ini tentunya akan semakin membuat keadaan Indonesia menjadi terpuruk. Secara tidak langsung hal ini bisa dikatakan sebagai bentuk penjajahan baru yang lebih modern, dimana produk-produk dari negeri luar akan menguasai pasar, sementara kita hanya melihat hal tersebut terjadi tanpa dapat melakukan apapun di wilayah kita sendiri. Untuk itulah sudah seharusnya kita menyiapkan diri menyambut ASEAN Trade tahun 2014 mendatang agar segala hal yang kita khawatirkan dapat kita antisipasi. Pendidikan ditinjau sebagai salah satu bidang yang berperan penting dalam mengantisipasi ASEAN Trade tersebut seperti halnya yang tertulis dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah untuk “ Mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.” Membaca visi Sisdiknas tersebut tentunya sudah sangat tepat untuk mengantisipasi ASEAN Trade yang satu diantaranya melalui jalur pendidikan. Akan tetapi bila melihat pendidikan kita saat ini, maka hal tersebut dirasakan begitu mustahil. Kenapa? Karena dunia pendidikan kita masih belum berhasil dalam mencetak para generasi muda kaum intelektual yang berkompetensi sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah seperti yang diharapkan oleh Sisdiknas tersebut. Banyak sekali para peserta didik yang begitu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan malah tidak dapat mengimplemen-

tasikan ilmu yang didapatkannya tersebut di dalam kehidupan nyata. Hal ini jugalah yang mengakibatkan banyaknya sarjana-sarjana Indonesia yang berakhir menjadi pengangguran karena tidak dapat untuk menembus bursa kerja. Untuk itulah tugas pemerintah selanjutnya yaitu menyiapkan peserta didik yang siap pakai yakni bukan hanya dapat menguasai materi yang diajarkan di bangku sekolah dan kuliah, namun juga dapat mengimplementasikannya dalam dunia nyata yang penuh tantangan tersebut. Dan kembali kepada ASEAN Trade, tugas bagi kita yang masih bergelut dalam pendidikan untuk menyikapinya yakni dengan belajar dengan giat dan bersungguhsungguh agar

kelak setelah sampai di dunia nyata kita dapat membuat sebuah inovasi baru bukan hanya tinggal diam menyaksikan bangsa kita kembali dijajah. Dan ASEAN Trade sendiri bergantung pada kesiapan kita. Apakah akan menjadikannya sebagai peluang maupun ancaman. Untuk itulah yang dapat kita lakukan saat ini adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut ASEAN Trade 2014, khususnya di dalam dunia pendidikan karena kita merupakan calon-calon pendidik yang berperan penting dalam membuat perubahan besar kedepannya bagi bangsa ini.

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

13


PENDIDIKAN DI NEGERIKU Oleh: Mutmainnah (Prodi Pendidikan Biologi Angkatan 2011)

KPK Jadikan Pontianak sebagai Percontohan Pendidikan Integritas Kita patut merasa bangga karena barubaru ini pontianak dinyatakan oleh KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi) sebagai satu dari tujuh kabupaten kota di Indonesia yang dijadikan percontohan pendidikan integritas. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan integritas itu? Adapun integritas berasal dari bahasa Inggris yaitu integrity yang kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi integritas . Kata tersebut sering diartikan sebagai kejujuran. Sementara pendidikan integritas lebih mengacu kepada pendidikan anti korupsi. Adapun tujuan pendidikan integritas ini akan diterapkan dibeberapa kota di Indonesia yaitu untuk menekan tingkat korupsi di Indonesia yang cukup tinggi. Besar harapan dengan diterapkannya pendidikan integritas tersebut di sekolah-sekolah di Indonesia akan menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas dan antikorupsi sehingga dengan begitu diharapkan tidak ada lagi bermunculan Gayus selanjutnya dimasa mendatang. Dan kenapa Pontianak ? Hal ini dikarenakan Pemerintah Kota Pontianak dinilai relatif bersih dari praktik suap maupun pungutan liar dalam memberikan pelayanan publik sehingga Pontianak berhasil masuk sepuluh besar dalam survei integritas yang dilakukan oleh KPK . Kepala Dinas Pendidikan Kota Pontianak, Mulyadi mengatakan, “Tim dari KPK akan datang dan kita akan rancang modelnya, rencana kegiatannya digelar Mei mendatang.” Dengan diterapkannya pendidikan Integritas ini disetiap jenjang pendidikan di Pontianak menjadi suatu tantangan bagi kita semua kedepannya. Mengingat hal tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namun dengan semangat optimisme yang ada mari kita sukseskan pelaksanaan pendidikan integritas tersebut di Kota Pontianak agar kelak generasi muda Indonesia tak hanya memiliki intelektual yang dapat diandalkan tetapi juga memiliki loyalitas yang tinggi terhadap bangsa dan negara. (va)

12

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

Mei merupakan bulan yang identik dengan pendidikan. Karena pada tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional yang selalu diperingati setiap tahunnya. Hari pendidikan nasional merupakan momentum yang paling penting bagi pendidikan bangsa Indonesia. Dimana dihari tersebut, digunakan sebagai perenungan kualitas dan kondisi pendidikan yang terjadi saat ini. Meski diperingati setiap tahunnya, tidak semua pihak menyadari kondisi yang terjadi dengan pendidikan di Indonesia saat ini. Dimana saat ini, kondisi pendidikan Indonesia masih sangat memprihatikan dan cukup menyesakkan dada ketika melihat potret pendidikan yang masih buram. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia diantaranya masalah efektivitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran yang masih rendah. Selain itu masalah yang paling mendasar dalam dunia pendidikan adalah rendahnya sarana fisik, kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, pendidikan yang kurang merata, rendahnya prestasi siswa dan mahalnya biaya pendidikan. Contohnya saja untuk sarana fisik, banyak sekali gedung-gedung sekolah yang rusak hingga dapat dikatakan tidak layak pakai, buku yang kurang lengkap dan laboratorium yang masih di bawah standar. Rendahnya pemerataan pendidikan juga sangat berpengaruh karena masih banyak sekolah-sekolah di pedalaman maupun perbatasan yang masih jauh dapat dikatakan sesuai standar pendidikan. Hal ini disebabkan bangunan sekolah yang kurang layak pakai, sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai, maupun kurangnya tenaga guru serta rendahnya kualitas guru. Kualitas pendidikan di Indonesia dapat

kita amati dari perilaku genersi mudanya. Karena perilaku generasi muda merupakan cermin kesuksesan suatu bangsa dimasa depan. Belum lagi masalah moral yang dimiliki generasi muda zaman sekarang sangat memprihatinkan, banyak anak muda zaman sekarang lebih mengandalkan otot dari pada otak, dengan kata lain tidak berfikir panjang dalam melakukan sesuatu hingga menyebabkan kericuhan, contohnya tawuran yang bukan hanya dikalangan SMP dan SMA tetapi sudah merambah ke dunia kampus. Selain itu, tindakan pencurian, penggunaan narkoba hingga pengedaran narkoba banyak dilakukan oleh kaum terpelajar. Ini merupakan tanda “Tanya Besar”? Apa yang selama ini yang telah kita dapat mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi? Apakah para pendidik tidak mengajarkan moral dan asusila yang baik kepada anak didiknya? Atau inikah hasil dari sistem pendidikan Indonesia? Pertanyaan ini yang selalu terniang-niang dipikiran kita. Hal ini yang menyebabkan bangsa Indonesia selalu tertinggal dari negara-negara lain, karena mutu pendidikannya yang masih sangat rendah dibandingkan negara lain. Cara yang harus dilakukan bangsa indonesia agar tidak tertinggal dari negaranegara lain adalah meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu dan mengubah sistem pendidikan dan meningkatkan kualitas guru sehingga menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan, maka sumber daya manusia yang bermutu dapat tercipta dan akan mampu membawa bangsa Indonesia bersaing secara sehat di dunia internasional. Lakukan yang terbaik untuk pendidikan Indonesia!

mengawal demokrasi kampus dimulai dari rektor,dekan,dosen hingga mahasiswa. Dari semua aktivis tersebut mahasiswa memiliki peranan yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas dikampus. Mahasiswa tidak dapat dipungkiri merupakan agent of social change dan agent of social control. Sebagai pemuda yang dianggap memiliki tingkat intelektualitas tertinggi dikalangannya, mahasiswa seharusnya bisa menjadi pioner bagi para pemuda dalam menjaga mengawasi dan mengawal perubahan social. Mahasiswa yang dikenal sebagai agent of social change dan agent of social control memiliki peranan yang cukup vital dalam proses pembangunan, baik sifatnya pembangunan fisik maupun pembangunan social. Sebagai agent of social control, mahasiswa juga harus bisa mengawal, mengawasi, membenahi, dan menjaga stabilitas masyarakat agar tidak terbawa arus globalisasi yang terlalu deras yang dikhawatirkan membawa kehidupan bermayarakat menuju permasalahan-permasalahan yang pelik. Selain itu juga koreksi internal terhadap mahasiswa juga perlu dilakukan dalam menjalankan perannya, yaitu penggunaan fasilitas yang ada di kampus seperti perpustakaan, ruangan kuliah, media, bahkan sampai pada fasilitas yang mendukung kenyamanan kampus yang lain ( kantin, WC, dll. ). Muncul pertanyaan ketika orang menganggap demokrasi yang kebablasan cenderung menjadi democrazy, sudah barang tentu kita perlu filter terhadap itu semua dalam menjalani peran masing-masing. Etika, estetika, dan logika selalu menyertai manusia beraktifitas dalam hal ini etika bisa menjadi salah satu filter sekaligus frame yang bisa kita ketengahkan. Menurut KUBI, etika adalah pengkajian soal moralitas atau terhadap nilai tindakan

moral. Istilah ini juga dipakai untuk menunjukkan sistem atau kode yang dianut. Etika sebagai sebuah teori, dikenal sejak Dr. Joseph Fletcher menerbitkan buku Situation of Ethics, dimana dia mencanangkan diktum yang menjungkirbalikkan dalil utama etika selama ini. Kalau biasanya kita mengutuk sebagai hal yan tidak etis setiap tindakan atau cara-cara yang seenaknya, maka Fletcher membalikkan, menurutnya cara sebaik apapun tidak ada artinya jika tujuannya keliru. Kampus sebagai wahana interaksi akademis sudah barang tentu juga memiliki etika yang menjadi acuan berlaku dalam dunia perguruan tinggi. Etika kampus tidak hanya sebagai simbol sakralisasi kampus tetapi juga sebagai supremasi yang merupakan ciri dari intelektualitas sekaligus menjadi pembeda dari institusi yang lain. Penegakan etika kampus tidak hanya dengan menerbitkan buku biru, putih, atau apapun namanya, tetapi juga dari segi hubungan antar dosen dan mahasiswa, yang tidak hanya sekedar memberi materi akademik, tetapi dapat menjadi kolega diskusi atau fasilitator penyampai ilmu secara ilmiah sehingga mahasiswa mempunyai peran banyak dalam mendapatkan dan mengembangkan ilmu sehingga upaya untuk kembali menanamkan disiplin, etika, dan moralitas tidak harus dipandang sebagai materi kuliah yang harus diberikan ‘telanjang’ begitu saja. Dosen bisa mengarahkannya sekaligus menanamkan rasa solidaritas dan kepedulian sosial pada mahasiswanya. Dengan demikian, demokrasi dalam kampus sungguh sangat diharapkan. Walaupun tidak dapat dipungkiri pula banyak mahasiswa yang masih menerapkan system democrazy kampus. Hal ini sangat disayangkan. Sejauh mana peran ideal yang dilakukan mahasiswa

dalam memperkuat demokrasi di Kalbar adalah dengan semangat kerja kemanusiaan dan totalitas menjunjung kebenaran. Karena tanpa hal tersebut, ruh perjuangan mahasiswa tidak akan pernah merdeka seratus persen secara hati nurani. Berkenaan dengan hal ini ada beberapa catatan yang ingin penulis sampaikan. Pertama, sebagai mahasiswa kita harus memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya faham demokrasi dalam menjalankan aktivitas di kampus. Mahasiswa tidak boleh hanya sekedar datang, duduk, dan mendengarkan dosen mengajar. Namun mahasiswa harus dapat berpikir kritis, dan harus menjadi mahasiswa yang kreatif, proaktif-inovatif, berwawasan, berdaya, dan mampu menerapkan sikap demokratis. Kedua, mahasiswa harus pintar, bersemangat, rajin membaca, menulis, suka bergaul, memiliki keingintahuan ( curiosity ) yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Dengan demikian mahasiswa menjadi lebih mudah memahami akan pentingnya demokrasi kampus. Ketiga, mahasiswa harus memiliki jiwa yang kuat. Mahasiswa tidak boleh lemah dalam menjalankan aktivitasnya,terutama dalam mengawal demokrasi kampus. Dengan demokrasi ini, etika kampus akan dapat tercipta, etika yang secara substansi tidak hanya dipandang sebagai batasan kepantasan dalam penampilan lahir, tetapi juga dalam penampilan batin. Dengan demikian, wawasan mahasiswa menjadi luas, jiwa serta emosinya semakin matang, dan sikapnya semakin bijak untuk menerapkan atau mengawal demokrasi di kampus. Itulah diantaranya beberapa catatan penulis atau mungkin masih banyak lagi untuk dipahami. Semoga dikampus kita benar-benar menerapkan demokrasi bukan democrazy. Mudah-mudahan. ***

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

9


Pengaruh Jejaring Sosial terhadap

BAHASA INDONESIA Oleh : Anastasia Ervina Dewasa ini, jejaring sosial seperti Friendster, Facebook, Twitter dan masih banyak lagi yang lainnya menjadi begitu penting di kalangan remaja kita. Sebagian besar remaja memiliki akun disatu diantara ataupun beberapa situs jejaring sosial tersebut. Akan tetapi disadari ataupun tidak, jejaring sosial tersebut memberikan dampak yang begitu besar khususnya dikalangan remaja Indonesia. Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa intensitas penggunaan jejaring sosial mempengaruhi gaya bahasa remaja. Semakin tinggi intensitas penggunaan jejaring sosial seorang remaja maka semakin luas juga gaya bahasa yang diketahuinya. Adapun gaya bahasa yang dimaksudkan disini yaitu gaya bahasa gaul yang menjadi semacam trend di kalangan remaja tersebut. Dan bila ditinjau lebih jauh, tidak sedikit dari gaya bahasa tersebut yang bermakna negatif dan tidak seharusnya digunakan oleh kalangan remaja. Mengaitkan dengan hasil UN beberapa tahun belakangan ini baik dikalangan SMP maupun SMA, nilai Bahasa Indonesia menjadi daftar nilai terendah dari seluruh mata pelajaran yang diujikan. Menurut catatan panitia pusat pada tahun 2011 rata-rata nilai bahasa Indonesia dalam UN tingkat SMP dan sederajat sebesar 7,12 dengan nilai terendah 0,40 atau hanya benar dua butir soal dan nilai tertinggi 10,00. Sedangkan, rata-rata bahasa Inggris sebesar 7,52, Matematika sebesar 7,30, dan IPA sebesar 7,41. Hal ini menjadi sangat menggelikan mengingat Bahasa Indonesia merupakan bahasa kita sehari-hari. Lantas adakah jejaring sosial menjadi satu diantara faktor yang menyebabkan terjadinya kemerosotan nilai UN Bahasa Indonesia belakangan ini?

Jika melihat penggunaan bahasa remaja di jejaring sosial selama ini, bukan mustahil menjadikan jejaring sosial sebagai satu diantara penyebab anjloknya nilai UN Bahasa Indonesia beberapa tahun terakhir. Penggunaan gaya bahasa yang diserap dari berbagai bahasa asing yang seringkali berkonotasi negatif belum lagi ditambah dengan cara penulisan yang dilakukan remaja di jejaring sosial tersebut yang hampir sebagian besar menggunakan cara penulisan ‘alay’ yakni penulisan yang menempatkan huruf kecil dan besar sesuka hati ataupun mengganti huruf-huruf tertentu dengan angka, penggunaan tanda baca atau simbol yang tidak sesuai ataupun berlebihan dan penyingkatan-penyingkatan kata yang terlalu banyak yang tentu saja sangat tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika gaya bahasa ‘gaul’ dan cara penulisan ‘alay’ ini terus dibiarkan dikhawatirkan hal tersebut akan semakin membudaya dan mengakar di kalangan remaja kita sehingga Bahasa Indonesia yang baik dan benar semakin terlupakan. Padahal penulisan Bahasa Indonesia tersebut memiliki aturan baku yang tidak bisa diubah sesuka hati karena jika hal tersebut diubah maka akan merusak tatanan penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk itu mari kita sebagai calon pendidik menjadi sosok teladan dengan mampu menggunakan jejaring sosial tersebut dengan bijaksana dalam menggunakan bahasa sehingga bahasa alay dan gaya bahasa gaul perlahan-lahan dapat memudar atau bahkan menghilang dikalangan remaja Indonesia. Sehingga diharapkan dengan begitu para remaja akan terbiasa dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Mari cintai Bahasa Indonesia!

Ketua Mahkamah Konstitusi Narasumber Seminar di Universitas Tanjungpura PEMILIHAN Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA) menjadi satu di antara agenda demokrasi yang “menyibukkan” kita, sekurang-kurangnya delapan tahun terakhir ini. Tidak hanya daerah yang sibuk menyelenggarakan PEMILUKADA tetapi kesibukan juga sampai ke Mahkamah Konstitusi. Demikian disampaikan Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, SH dalam Seminar Nasional bertema “Pemilihan Umum Kepala Daerah dalam Perspektif Demokrasi dan Hukum” yang digelar oleh Universitas Tanjungpura (UNTAN) dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis ke53 UNTAN. Seminar ini digelar pada hari Senin (21/5/2012) bertempat di Gedung Rektorat UNTAN Lantai III. Kata Sambutan oleh Rektor UNTAN Seminar nasional dibuka secara resmi oleh Rektor UNTAN, Prof. Dr. Thamrin Usman, DEA. Dalam sambutannya beliau menyampaikan ucapan selamat datang di UNTAN, Pontianak kepada Prof. Mahfud MD. Tentunya UNTAN sangat berbangga hati atas kesediaan Prof. Mahfud MD untuk meluangkan waktu berkunjung sekaligus berbagi ilmu dan wawasan pengetahuan kepada civitas akademika UNTAN maupun peserta seminar yang hadir dari berbagai elemen seperti pejabat, pengamat politik, praktisi pendidikan dan lain sebagainya. Tema yang diangkat dalam seminar kali ini juga relevan dengan kondisi di Kalimantan Barat mengingat PEMILUKADA di daerah ini akan berlangsung dalam waktu dekat, sehingga melalui seminar ini diharapkan dapat membuat setiap peserta memiliki pemahaman yang baik mengenai makna maupun berbagai hal yang berkaitan dengan PEMILUKADA. Prof. Mahfud MD dalam materi yang disampaikan dalam seminar ini menyebutkan bahwa hingga pertengahan Mei 2012 ini, secara keseluruhan MK telah memutus 418 perkara dari total 428 perkara perselisihan hasil PEMILUKADA yang diregistrasi. Dari seluruh perkara yang telah diputus , sebanyak 46 perkara dikabulkan, 276 perkara ditolak, 85 perkara diterima, dan 11 perkara ditarik kembali. Dari jumlah perkara yang dikabulkan permohonannya, hanya empat perkara yang putusannya “mendiskualifikasi” pasangan calon kepala/ wakli kepala derah. Empat perkara tersebut meliputi Pemilukada di 1) Kabupaten Bengkulu Selatan, 2) Kota Tebingtinggi, 3) Kabupaten Kotawaringin, dan 4) Kabupaten Pati.

yang menjadi masalah dengan penyelenggaraan ini. Pertama, persoalan anggaran yang dibebankan pada APBD, sehingga banyak anggaran APBD yang terpakai untuk penyelenggaraan PEMILUKADA, mengingat biaya pelaksanaannya yang tidak sedikit. Kedua, adanya kecenderungan kaum elit politik tertentu untuk bermain dalam pencairan anggaran sehingga timbul stigma yang menyatakan kalau PEMILUKADA merupakan alat untuk melanggengkan kekuasaan. Ketiga, adanya kemungkinan mobilisasi massa dari kaum pejabat struktural untuk mendukung kelompok tertentu. Ini bisa pula melibatkan bupati, camat, lurah serta pejabat-pejabat lainnya. Selanjutnya, acara seminar ini juga diisi dengan sesi tanya jawab dari peserta kepada narasumber dan diakhiri dengan pemberian cinderamata dari UNTAN melalui Rektor kepada Ketua MK RI, Prof. Mahfud MD. Editor by : Ridho Brilliantoro, Writer by : Haries Pribady

Prof. Mahfud MD Saat Menjadi Narasumber Lebih lanjut, beliau juga menyebutkan bahwa dalam perspektif demokrasi, sebenarnya PEMILUKADA sangat tepat untuk menemukan calon kepala daerah yang berkualitas, mulai dari seleksi sistem kenegaraan, partai politik, administratif, hukum administratif sampai seleksi politis. PEMILUKADA pada mulanya disambut dengan semangat tinggi oleh masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya tingkat keterlibatan masayarkat dalam setiap penyelenggaraannya. Hal ini yang menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah PEMILUKADA. Jika semakin besar tingkat keterlibatan masyarakat, semakin tinggi pula kualitas penyelenggaraan PEMILUKADA, begitu pula jika sebaliknya. Bagi perkembangan demokrasi, PEMILUKADA sebenarnya memberikan dampak yang sangat baik untuk perkembangan serta kecerdasan berpolitik masyarakat. Namun, ada beberapa hal

10

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

Buletin Pendidikan FKIP Untan Februari 2012

11


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.