5 minute read

Kepala Baru MTsN 2 Bogor Sambut

Next Article
Pesan dan Kesan

Pesan dan Kesan

Hadirnya Buletin Online MTsN 2 Bogor

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Advertisement

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.

Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Bapak/Ibu Guru, Tenaga Kependidikan dan seluruh siswa/siswi MTsN 2 Bogor yang saya cintai.

Alhamdulillah pertama kalinya saya menjabat sebagai Kepala Madrasah yang ditugaskan oleh pemerintah di MTsN 2 Bogor sangat bersyukur kepada Allah SWT karena bisa menjadi bagian dari keluarga MTsN 2 Bogor.

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya merasa terharu dan bangga karena di MTsN 2 Bogor telah hadir Buletin Online dari salah satu program Wakil Kepala Bagian Humas

Buletin Online ini juga kita jadikan sebagai media untuk meningkatkan literasi membaca secara digital bisa melalui HP atau Laptop.

Semoga dengan adanya buletin online ini, seluruh guru, tenaga kependidikan, dan seluruh siswa/i dapat memanfaatkannya sebagai wadah dan ajang kreativitas untuk menuliskan gagasan atau ide-ide yang sifatnya edukatif dan dapat membangun Madrasah yang kita banggakan ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Crew Humas dan Tim Jurnalistik MTsN 2 Bogor yang telah membuat serta menyusun Buletin ini.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Link Proses Penyambutan Kepala Baru dan Pembinaan dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor https://youtu.be/c2CO57JZqTw @chanelmtsn2bogor76

Nak, keramat hidupmu ada pada ibu bapakmu !

Oleh

: Reza Ginanjar

Dalam sebuah negara sudah barang tentu terdapat tradisi dan budaya yang tak lekang oleh ruang dan waktu, tak luntur meski tersambar guntur, takkan luntur meski dihajar batu karang.

Indonesia merupakan negara yang berbudaya dan sarat tradisi meski sarat pula dengan kontroversi, tapi Indonesia menjadi negara yang menjadi tujuan dan destinasi para wisatawan mancanegara baik Eropa, Asia maupun Afrika tak terlepas dari berbagai maksud dan tujuan mereka ke Indonesia.

Zamrud khatulistiwa menjadi bukti bahwa negara Indonesia merupakan negara yang penuh dengan lokasi yang memiliki interest tersendiri. Ironisnya, Indonesia juga ternyata negara yang dijuluki dengan negara yang penuh dengan ragam ironi dan berbagai keheranan yang membuat orang mendongakkan kepalanya karena negaranya memiliki segudang pelanggaran hak asasi dan aneka ragam korupsi. Terbukti dengan banyaknya tayangan-tayangan dan siaran televisi yang mengabarkan para petinggi terlibat kasus korupsi dan sumber daya manusianya yang senantiasa melakukan tindakan pelanggaran hak asasi. Belum selesai masalah yang satu, sudah tumbuh dan muncul masalah lainnya. Terlebih lagi sekarang tantangan zaman semakin banjir dengan lahirnya aplikasi-aplikasi media sosial yang jauh dari kata “manfaat”, sederhananya aplikasi media sosial zaman now lebih cenderung dominasi “mafsadat” dari pada manfaat.

Dus, Indonesia selain menjadi negara yang menjadi tujuan destinasi juga menjadi negara yang menjadi objek para peneliti untuk melakukan research dan penelitian para pakar agar mendapatkan informasi mengenai berbagai bidang dalam hal ini bidang pendidikan. Dunia pendidikan terusik ketika akhlak dan moral mengalami degradasi yang berakibat pada sikap dan perilaku para pelaku pendidikan, sebut saja tenaga pendidik dan kependidikan serta peserta didik Bisa jadi, akhlak dan moral tersebut menjadi modal untuk dijadikan sebuah gambaran di masa mendatang nanti Kurangnya modal akhlak dan moral itu akan berakibat pada bobroknya akhlak dan moral generasi penerus nanti, yang pada akhirnya lahirlah generasi-generasi yang jauh dari harapan dan impian para founding fathers Sebagai contoh, tidak sedikit kasus pidana pencurian yang melibatkan pelajar yang notabene tugasnya adalah belajar, sering kita mendengar tindakan kriminal melibatkan siswa atau anak di bawah umur, yang membuat kita tercengang kembali kasus pelecehan seksual selalu yang menjadi subjek pelakunya para siswa dan pelajar.

Lalu kemudian, timbul pertanyaan, siapakah yang keliru dalam hal ini? Dunia pendidikan, media pendukung pendidikan atau para pelaku pendidikan itu sendiri ? Regenerasi senantiasa dilakukan demi perbaikan di masa mendatang. Perbaikan untuk perubahan dalam bidang pendidikan ini terus dilakukan untuk tujuan ketercapaian generasi yang berkualitas dan kompeten dalam melanjutkan estafeta pemerintahan, termasuk dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Pada dasarnya, dunia pendidikan cenderung hanya terkait dengan pelaku pendidikan. Padahal peranan orang tua dalam dunia pendidikan lebih banyak mempengaruhi output dan hasil akhir dari pendidikan itu sendiri. Kendati peranan orang tua itu sendiri bersifat abstrak, namun menentukan perkembangan yang signifikan meski berperan dari balik layar.

Islam mengajarkan melalui kitab talimul muta’alim bahwa faktor keberhasilan suatu pendidikan salah satunya adalah doa dan dukungan orang tua. Doa dan dukungan dari orang tua inilah yang menjadi motivasi peserta didik untuk melangkahkan kaki ke sekolah untuk kemudian para pelaku pendidikan berupaya dalam mewujudkan implementasi cita-cita bangsa dan negara yakni mencerdaskan bangsa melalui pendidikan dasar 9 tahun.

Permasalahan degradasi dan dekadensi moral dan akhlak seharusnya menjadi titik penting yang harus senantiasa di kaji secara terus menerus tanpa henti dengan menunjukkan teladan dan keteladanan bagi peserta didik. Ironisnya, dukungan akan hal itu menjadi sebuah masalah dan kendala tanpa terkecuali, salah satu contohnya perkembangan media sosial yang tidak dibarengi dengan kontrol sosial yang nampaknya mengalami inkonsistensi, belum usai kontrol sosial yang diupayakan dari pemerintah tentang pelarangan dan pemblokiran terhadap situs-situs yang mengandung pornografi, entah kurang dukungan dari berbagai pihak, entahlah Akhirnya, kontrol sosial yang labil itu melahirkan sikap dan perilaku yang mengandung pornoaksi, indikasinya tidak sedikit tayangan dan siaran televisi, maupun media cetak yang mengabarkan betapa dekadensi dan degradasi moral menjadi sesuatu yang sangat lumrah dan biasa kita saksikan setiap hari di berita terkini.

Peranan orang tua menjadi tonggak penentu berhasil atau tidaknya pendidikan itu sendiri. Sebagai contoh konkret yang saat ini marak ialah kebiasaan cium tangan terhadap orang tua sendiri, yang lebih memprihatinkan adalah cium tangan zaman sekarang bukan cium pake hidung yang memang fungsinya untuk mencium, melainkan ciuman yang ditempelkan ke dahi, pipi, bahkan kepala. Maraknya cium tangan yang ditempelkan ke dahi, pipi, dan kepala ini permasalahan enteng memang, tapi menganggap enteng suatu masalah itulah pada dasarnya adalah esensi dari masalah itu sendiri. Dulu, ketika penulis masih mengenyam pendidikan dasar, kebiasaan cium tangan dengan menempelkan tangan orang tua ke hidung sebagai indera pencium, menjadi suatu hal yang nisbi dan wajib dilakukan setiap pergi dan pulang sekolah dengan harapan mendapatkan berkah dari orang tua kita yang notabene orang tua merupakan keramatnya seorang anak. Dan menjadi sesuatu yang dirasakan betapa masih ada kekurangan saat hendak pergi ke sekolah sebelum mencium tangan orang tua. Tradisi cium tangan orang tua itu pun menjadi hal yang amat jarang penulis temukan dilakukan oleh pelajar zaman sekarang. Ironisnya, tradisi cium tangan orang tua di anggap sebagai tradisi yang usang dan tradisi pelajar tempo dulu, padahal di balik itu semua keberkahan dan keramat orang tua tanpa kita sadari menentukan berhasil atau tidaknya seorang pelajar yang nantinya akan meneruskan estafeta kehidupan setelah sumber daya manusia yang mendahuluinya, tiada.

Tidak lama lagi, Asesmen Madrasah (dulu istilahnya Ebtanas, Ujian Madrasah, Ujian Nasional, dan lain-lain) akan di gelar, tinggal menghitung hari, “hari raya ” para siswa dan pelajar madrasah akan segera di mulai, gaungnya berkumandang sejagat nusantara.

Berbagai upaya pun dilakukan jauh sebelum “hari raya ” itu dikumandangkan melalui try out, dan uji coba kompentensi dengan harapan saat “hari raya ” nanti, mental dan fisik para siswa siap dan sedia untuk melaju. Pertanyaannya sekarang adalah, sudahkah para siswa zaman sekarang menerapkan tradisi cium tangan orang tua yang di anggap usang itu? Ingat setiap anak punya keramat tersendiri, setiap siswa memiliki keramat yang tak henti, setelah keramat dari orang tua, siswa masih juga punya keramat yang tak kalah pentingnya, yakni keramat dari para guru yang setiap harinya memberi bekal ilmu dalam rangka merayakan “hari raya ” Asesmen Madrasah itu Mintalah doa dan keihkhlasan para guru sebelum “hari raya ” itu di gelar Ingat, nak, keramatmu ada pada ibu bapakmu! Setelah keramat dari orang tuamu itu, masih ada keramat dari gurugurumu! Keberkahan dan keridhaan para guru serta doa dan dukungan dari orang tuamu dapat menghantarkan menuju jalan keberhasilan dan kesuksesanmu dalam mengarungi dan menghadapi “pesta” dunia pendidikan itu. Semoga!!!

This article is from: